You are on page 1of 60

PERENCANAAN TEKNIS (SURVEY LIDAR)

RUAS LONG PAHANGAI – LONG BOH

BAB
PENDEKATAN DAN 5
METODOLOGI

5.1 UMUM
Pekerjaan Perencanaan Teknik Jalan pada prinsipnya adalah menyiapkan
dokumen (gambar-gambar rencana dan dokumen lelang) yang akan
digunakan sebagai pedoman untuk pelaksanaan pembangunan fisik. Selain
digunakan sebagai pedoman pelaksanaan, seyogyanya dokumen rencana
Teknik dapat pula digunakan sebagai referensi dalam menyusun program
pemeliharaan.

Untuk memenuhi standard mutu, disamping persyaratan keamanan (road


safety) dan kenyamanan (riding quality), struktur jalan harus memenuhi
persyaratan kekuatan dan stabilitas jangka pendek (short term stability) dan
jangka panjang (long term stability). Faktor lain yang harus dipertimbangkan
dalam penyiapan rencana Teknik jalan adalah hal-hal yang berkaitan
dengan aspek lingkungan, antara lain :

 Metoda pelaksanaan tidak menimbulkan gangguan terhadap lingkungan


di sepanjang dan di sekitar koridor rencana jalan akibat polusi suara,
polusi udara (debu), dan getaran.
 Pembangunan jalan, terutama pasca konstruksi tidak menimbulkan
dampak negatif terhadap lingkungan sekitarnya (longsor, banjir).

Oleh karena jalan harus memenuhi standard mutu yang telah ditetapkan,
maka perencanaan Teknik jalan harus dilakukan berdasarkan
peraturan/ketentuan, persyaratan dan spesifikasi yang telah ditetapkan
oleh instansi yang berwenang, dalam hal ini Ditjen Bina Marga Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Disamping itu perencanaan
Teknik harus dilakukan berdasarkan kondisi dan karakteristik medan serta
menggunakan parameter yang benar dan teliti yang dihasilkan dari hasil
survey pada lokasi tersebut.

Dalam penyiapan rencana Teknik jalan perbatasan Negara di Kabupaten


Malinau Provinsi Kalimantan Utara, Konsultan akan bekerja berdasarkan
metoda, spesifikasi dan persyaratan yang lazim digunakan di Indonesia
khususnya di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat, antara lain AASHTO (American Association of State Highway and

5-1
PERENCANAAN TEKNIS (SURVEY LIDAR)
RUAS LONG PAHANGAI – LONG BOH

Transportation Officials), ASTM (American Standard Testing Methods),


SNI/SK-SNI (Standard Nasional Indonesia/Standard Konsep Standar
Nasional Indonesia), produk-produk struktur Departemen Pekerjaan
Umum (Manual, Pedoman, Petunjuk, Spesifikasi), yang telah dikembangkan
oleh Ditjen Bina Marga sejak tahun 1992.

5.2 PENDEKATAN
Dalam penyiapan Rencana Teknik Jalan ini, Konsultan akan melakukannya
secara sistematis dengan menerapkan pendekatan secara SIDKOM, yaitu
Survey, Investigasi, Desain, Konstruksi, Operasional dan Pemeliharaan.

 Survey
Pada prinsipnya tujuan survey adalah mengumpulkan dan menganalisis
data dan informasi mengenai kondisi, situasi dan karakteristik medan,
antara lain : fisiografi dan morfologi, kondisi dan karakteristik topografi,
kondisi dan karakteristik lingkungan (tata guna lahan, pemukiman, dll).
Produk pelaksanaan survai adalah peta dasar topografi (base map) yang
lengkap dan teliti, yang akan dijadikan dasar untuk perencanaan
alinemen dan geometri.

 Investigasi
Pada prinsipnya tujuan kegiatan investigasi adalah mengumpulkan,
menganalisis data sepanjang koridor rencana alinement, serta
merumuskan parameter yang akan digunakan untuk perencanaan
(design parameters): data yang perlu dikumpulkan, dianalisis dan
dirumuskan adalah :

 Data geoteknik untuk pemilihan tipe perkerasan, dan soil


improvement / treatment.
 Data geologi teknik yang digunakan sebagai pertimbangan dalam
pemilihan tipe struktur.
 Data hidrologi, meliputi tinggi muka air sungai (termasuk fluktuasi
permukaan air sungai), tinggi dan karakteristik gelombang dan arus
sungai serta jenis dan karakteristik angkutan sedimen (sediment
transported). Data ini diperlukan sebagai acuan untuk menetapkan
elevasi jalan yang aman, serta perencanaan bangunan pelengkap
lainnya.
 Data lalu lintas yang direncanakan akan melewati jalan selama design
life yang direncanakan. Data ini diperlukan untuk digunakan sebagai
dasar untuk menetapkan tebal perkerasan.
 Data karakteristik air sekitar, terutama karakteristik kimia air yang
diperkirakan dapat merusak struktur / konstruksi jalan.

5-2
PERENCANAAN TEKNIS (SURVEY LIDAR)
RUAS LONG PAHANGAI – LONG BOH

 Data tentang harga satuan bahan dan upah yang diperlukan sebagai
dasar penyusunan analisis biaya.

 Desain
Dalam menyiapkan desain, ada beberapa faktor yang akan dijadikan
bahan pertimbangan, yaitu :

 Desain se-efisien mungkin, dengan sebanyak mungkin menggunakan


bahan dalam negeri atau bahan yang mudah didapat.
 Memenuhi kriteria kekuatan, keselamatan, kenyamanan, dan
keawetan, sekurang-kurangnya sampai umur rencana yang
ditetapkan.
 Cukup lancar dan aman bagi lalu lintas pengguna jalan yang melintas
di pada jalan yang direncanakan.
 Pelaksanaan konstruksi dapat dilakukan dengan metoda yang mudah
serta waktu pelaksanaan yang tidak terlalu lama.
 Tidak memerlukan pemeliharaan yang intensif.
 Tipe struktur secara keseluruhan cukup sesuai dengan kondisi
lingkungan sekitarnya, sehingga menimbulkan kesan yang estetis.

Untuk itu, Konsultan akan menyiapkan beberapa alternatif pra rencana,


dan selanjutnya didiskusikan dengan Pemberi Tugas / Pengguna Jasa
untuk menetapkan rencana yang definitif. Setelah itu Konsultan baru
akan melanjutkan dengan detail desain. Dalam penyiapan bahan diskusi,
setiap alternatif desain yang diusulkan akan dilengkapi dengan
keuntungan dan kerugiannya, ditinjau dari sifat struktur, metoda
pelaksanaan, waktu pelaksanaan dan estimasi biaya.

Disamping desain jalan tersebut, dalam proses desain ini Konsultan akan
menyiapkan pula Peta Pembebasan Lahan (Land Acquisition Plan Map)
terutama pada koridor tertentu yang membutuhkan tambahan lahan
yang akan digunakan sebagai acuan pelaksanaan pembebasan lahan
yang memuat luas tanah yang perlu dibebaskan, jenis dan jumlah
bangunan yang perlu ganti rugi (bila ada).

 Konstruksi
Proses pelaksanaan konstruksi pada hakekatnya adalah mewujudkan
fisik bangunan jalan dan kelengkapan strukturnya yang sesuai dengan
bentuk, dimensi, mutu dan persyaratan yang ditetapkan dalam dokumen
pelelangan/dokumen kontrak.

Agar pelaksanaan konstruksi menghasilkan produk yang direncanakan,


selama periode pelaksanaan harus dilakukan proses pengendalian mutu
yang ketat.

5-3
PERENCANAAN TEKNIS (SURVEY LIDAR)
RUAS LONG PAHANGAI – LONG BOH

 Operasional
Proses operasional pada hakekatnya adalah proses memfungsikan jalan
dan bangunan jembatan/struktur untuk lalu lintas kendaraan dengan
lancar dan aman. Untuk memenuhi kriteria ini, dalam proses desain akan
diakomodir faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kelancaran dan
keamanan pemakai jalan :

 Lebar dan jumlah lajur sesuai dengan perkiraan lalu lintas yang akan
lewat dengan kecepatan rencana tertentu,
 Rambu-rambu lalu lintas dan marka jalan di desain dengan memadai
sesuai kebutuhan dan ketentuan.

 Pemeliharaan
Untuk mencapai umur rencana yang ditetapkan, selama periode
operasional perlu dilakukan pemeliharaan. Agar pemeliharaan rutin
dapat dilakukan dengan metoda yang mudah, maka dalam proses desain
perlu mempertimbangkan aspek-aspek sebagai berikut :

 Memilih tipe struktur yang pemeliharaannya mudah


 Memilih komponen bahan yang relatif tahan terhadap kondisi
lingkungan, misalnya galvanized steel, beton kedap air.
 Jika dibeberapa lokasi jalan berupa timbunan tinggi di atas lapisan
yang kompresibel, perlu dilakukan perbaikan tanah untuk
menghindari penurunan akibat proses konsolidasi.

5-4
PERENCANAAN TEKNIS (SURVEY LIDAR)
RUAS LONG PAHANGAI – LONG BOH

5.3 METODOLOGI
Pekerjaan Perencanaan Teknik Jalan akan dilaksanakan oleh Konsultan
melalui tahapan-tahapan sebagai berikut :

 Persiapan Pelaksanaan Desain


 Survey dan Investigasi
 Perencanaan Teknik
 Penggambaran Desain
 Penyiapan Dokumen Lelang (termasuk Kuantitas dan Estimasi Biaya)

5.3.1 Persiapan Pelaksanaan Desain


Tujuan pekerjaan persiapan desain adalah :
 Mempersiapkan dan mengumpulkan data-data awal.
 Menetapkan desain sementara dari data awal untuk dipakai sebagai
panduan survey pendahuluan.
 Menetapkan ruas jalan yang akan disurvey.

Lingkup pekerjaan persiapan desain meliputi :

 Mengumpulkan semua standar, spesifikasi, petunjuk dan pedoman serta


produk statuter lainnya yang akan digunakan sebagai acuan desain.
 Mengumpulkan / mempersiapkan data-data dan peta-peta dasar, antara
lain :
- Citra Satelit dan Foto Udara (bila diperlukan)
- Peta Topografi skala 1 : 250.000 s/d 1 : 25.0000, atau yang lebih besar
- Peta Geologi skala 1 : 250.000 s/d 1 : 25.0000
- Data Hidrologi (curah hujan, daerah genangan, dsb)
- Peta Tata Guna Tanah
- Peta Lokasi Quarry
 Melakukan koordinasi dan konfirmasi dengan instansi terkait baik di
Pusat maupun di Daerah termasuk juga mengumpulkan informasi harga
satuan / upah di daerah sekitar lokasi proyek terutama pada proyek
yang sedang berjalan.
 Mengumpulkan dan mempelajari data-data dan laporan-laporan dari
studi terdahulu yang berkaitan dengan perencanaan Teknik jalan ini.
 Menyiapkan rencana kerja sesuai jadwal yang ditetapkan, dan
selanjutnya didiskusikan dengan Pemberi Tugas / Pengguna Jasa guna
mendapatkan persetujuan.

5-5
PERENCANAAN TEKNIS (SURVEY LIDAR)
RUAS LONG PAHANGAI – LONG BOH

Tabel 5.1 Daftar Dokumen Yang Diperlukan

No Judul Dokumen Sumber

Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota No. Ditjen Bina Marga
1.
038/T/BM/1997 Kem.PUPERA
Ditjen Bina Marga
2. Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Perkotaan, 1992.
Kem.PUPERA
Balitbang PUPERA / Dewan
3. SNI/SK-SNI
Standarisasi Nasional.
4. AASHTO standar dan guide
5. ASTM
6. Peta Topografi Skala 1 : 250.000 s/d 1 : 25.000 BIG
7. Peta Geologi Skala 1 : 250.000 s/d 1 : 25.000 Puslitbang Geologi
BIG dan Bappeda Provinsi
8. Peta Tata Guna Lahan
Kalimantan Timur
9. Peta hidrografi, skala 1 : 250.000 Dinas Hidrografi TNI-AL
BMKG dan Dinas PSDA
10. Data Hidrologi
Provinsi Kalimantan Timur
Bappeda Provinsi Kaliman-
11. Peta-peta RTRW
tan Timur

5.3.2 Survey dan Investigasi


Survey dan Investigasi akan dilaksanakan oleh Konsultan untuk
mendapatkan data di lapangan (data primer) sampai dengan tingkat
ketelitian tertentu dengan memperhatikan beberapa faktor, seperti kondisi
lapangan aktual yang ada dan sasaran penanganan yang hendak dicapai.

Jenis-jenis survey dan investigasi yang akan dilakukan meliputi :

 Survey Pendahuluan
 Survey / Pengukuran Topografi
 Survey Penyelidikan Tanah (Geoteknik)
 Survey Kondisi Perkerasan
 Survey Hidrologi dan Hidrolika

5.3.2.1 Survey Pendahuluan (Reconnaissance Survey)

Survey Lapangan didahului dengan melakukan survey pendahuluan guna


mempersiapkan survey yang lebih rinci. Survey pendahuluan juga sebagai
upaya untuk mengenali situasi, kondisi dan karakteristik medan pada dan
di sekitar lokasi proyek.

 Tujuan
Tujuan Survey Pendahuluan (Reconnaissance Survey) adalah :

 Mengumpulkan informasi menyangkut ruas jalan dan bangunan


struktur yang ada, termasuk data sekunder dari berbagai sumber yang

5-6
PERENCANAAN TEKNIS (SURVEY LIDAR)
RUAS LONG PAHANGAI – LONG BOH

relavan, untuk maksud menetapkan survey detail berikutnya yang


diperlukan.
 Memperkirakan secara umum tentang penanganan yang diperlukan,
baik pada perkerasan maupun pada pekerjaan-pekerjaan lainnya
diluar perkerasan, seperti bahu jalan, lajur pedestrian, drainase,
perbaikan lereng timbunan dan galian, perbaikan geometri jalan,
jembatan dan bangunan-bangunan struktur lainnya, dan peningkatan
keselamatan jalan.
 Mengidentifikasi lebar ruang milik jalan, dan perkiraan kebutuhan
pembebasan lahan atau studi lingkungan (Amdal, UKL/UPL), jika
masing-masing diperlukan.
 Menyiapkan koordinasi dengan institusi-institusi yang berkaitan.
 Mengidentifikasi lokasi-lokasi yang memerlukan penanganan khusus
untuk peningkatan keselamatan jalan.

 Lingkup Pekerjaan
Lingkup kegiatan survey pendahuluan meliputi :

 Survey kondisi jalan dan bangunan-bangunan pelengkap jalan


 Survey pendahuluan untuk pengukuran topografi
 Survey pendahuluan untuk penyelidikan geologi dan geoteknik
 Survey pendahuluan hidrologi
 Survey pendahuluan Upah dan Harga Satuan Bahan
 Penyiapan/penyusunan laporan survey pendahuluan

 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan


Sebelum survey pendahuluan dilaksanakan, terlebih dahulu Tim Survey
Konsultan akan mengumpulkan dan mempelajari data pendukung yang
meliputi dokumen studi-studi terdahulu (jika ada), as built drawings dari
pekerjaan penanganan sebelumnya (jika ada), peta-peta dasar yang
relevan dan sebagainya yang didapat dari instansi-instansi terkait.

 Survey Kondisi Jalan dan Bangunan-bangunan Pelengkap Jalan


Survey akan dilakukan di sepanjang ruas jalan mulai dari titik awal
ruas sampai dengan titik akhir ruas, dengan interval setiap 50 meter
atau setiap kali ada perubahan kondisi lapangan. Survey yang akan
dilakukan oleh Tim Konsultan meliputi :
- Pengamatan dan pencatatan kondisi bangunan-bangunan
pelengkap jalan, seperti drainase, gorong-gorong, dsb; serta
bangunan utilitas, seperti gardu/tiang telepon, tiang listrik, pipa
PDAM, dsb.
- Penentuan batas-batas ruang milik jalan.
- Pendataan lokasi dan kondisi jembatan dan bangunan-bangunan
struktur lainnya yang ada pada koridor rencana Teknik jalan.
5-7
PERENCANAAN TEKNIS (SURVEY LIDAR)
RUAS LONG PAHANGAI – LONG BOH

- Pengamatan kondisi alam tertentu yang dapat atau akan


mempengaruhi konstruksi jalan, seperti sungai, danau, laut,
lembah, jurang, bukit, gunung, dan sebagainya.
- Pendataan lokasi bangunan-bangunan tertentu sepanjang ruas jalan
yang diperkirakan dapat atau akan mempengaruhi pelaksanaan
pekerjaan konstruksi maupun pelayanan lalu lintas jalan.

 Survey Pendahuluan Untuk Pengukuran Topografi


Survey yang akan dilakukan meliputi :
- Penentuan titik awal dan akhir di sepanjang lokasi proyek.
- Pengamatan kondisi medan.
- Penentuan lokasi yang akan dilakukan pengukuran khusus,
morfologi dan perubahan koridor yang perlu dilakukan.
- Penyiapan rencana kerja untuk survey detail yang meliputi survey
LIDAR, penampang melintang, pengukuran khusus dan
pengukuran situasi, dan lain-lain.

 Survey Pendahuluan Untuk Penyelidikan Tanah (Geoteknik)


Survey yang akan dilakukan meliputi :
- Pengamatan secara visual kondisi lapangan yang berkaitan dengan
karakteristik dan sifat tanah dan batuan.
- Pengamatan perkiraan lokasi sumber material (quarry) sekitar
lokasi pekerjaan.
- Penentuan rencana lokasi dan trase serta struktur yang akan
dipilih.
- Penentuan lokasi yang akan dilakukan test DCP dan
pengeboran/test untuk penyelidikan tanah.
- Penyiapan rencana kerja untuk pelaksanaan test DCP dan
penyelidikan tanah.

 Survey Pendahuluan Hidrologi


Survey yang akan dilakukan meliputi :
- Pengumpulan/inventarisasi data curah hujan dari stasiun
pengamatan curah hujan yang ada di sekitar lokasi proyek.
- Pengamatan dan pendataan daerah genangan, daerah longsoron,
dan daerah-daerah kritis lainnya.
- Pengamatan sistem drainase yang ada dan arah pembuangannya.

 Survey Pendahuluan Harga Satuan Bahan dan Upah


Kegiatan yang akan dilakukan adalah mengumpulkan data-data
harga satuan bahan dan upah dengan cara berkoordinasi dengan
instansi terkait.

5-8
PERENCANAAN TEKNIS (SURVEY LIDAR)
RUAS LONG PAHANGAI – LONG BOH

 Penyiapan dan Penyusunan Laporan Survey Pendahuluan


Dari kegiatan survey yang telah dilakukan, selanjutnya dapat disusun
Laporan Survey Pendahuluan yang memuat :
- Laporan mengenai jenis survey detail yang harus dilaksanakan
berikutnya (topografi, geologi/geoteknik, hidrologi, dsb).
- Diagram strip longitudinal, mulai dari titik awal ruas sampai
dengan titik akhir ruas, yang memberikan gambaran : kondisi
medan lokasi perencanaan, lokasi dan kondisi yang akan dibuat
jembatan dan bangunan-bangunan struktur yang ada; lokasi yang
membutuhkan perbaikan / peningkatan penampang melintang.
- Gambar-gambar atau peta-peta yang menunjukkan : sketsa
alignmen horizontal dan vertikal; batas-batas ruang milik jalan;
lokasi deposit material jalan yang diperkirakan dapat dimanfaatkan
seperti quarry pasir, batu, atau bahan timbunan.
- Foto-foto dokumentasi.

5-9
PERENCANAAN TEKNIS (SURVEY LIDAR)
RUAS LONG PAHANGAI – LONG BOH

5.3.2.2 Survey Pengukuran Topografi

 Tujuan
Survey topografi dilakukan dengan tujuan untuk mengumpulkan data
koordinat dan ketinggian permukaan tanah sepanjang rencana trase jalan
di dalam koridor yang ditetapkan untuk penyiapan peta topografi
dengan skala 1 : 1000 yang akan digunakan sebagai dasar perencanaan
geometrik jalan, serta skala 1 : 500 untuk perencanaan jembatan dan
penanggulangan longsoran.

Data diperlukan untuk identifikasi dan mengenal medan kemudian


membandingkannya dengan data-data sekunder dan mempersiapkan
survey berikutnya. Sebelum survey dilakukan perlu ada peta lokasi, data
koordinat, ketinggian permukaan bumi serta peta jaringan jalan
eksisting.

Dalam penyajiannya peta situasi topografi tersebut akan merujuk dan


menggunakan referensi peta yang telah ada sebelumnya, sehingga
diperoleh peta situasi topografi dengan sistem yang sama dengan peta
situasi topografi yang telah ada sebelumnya yang berkaitan dengan
lokasi tersebut.

 Lingkup Pekerjaan
Survey topografi akan dilaksanakan di sepanjang koridor rencana jalan
yang telah disetujui oleh Pemberi Tugas / Pengguna Jasa yaitu mulai
dari titik awal proyek sampai dengan titik akhir proyek. Wilayah yang
disurvey akan ditetapkan setelah rencana lokasi yang definitif disetujui
oleh pemberi tugas / Pengguna Jasa dengan mempertimbangkan usulan
/ masukan dari instansi terkait.

Lingkup kegiatan Survey Topografi, meliputi :

 Pemetaan berbasiskan LIDAR

 Pemetaan topografi detail skala 1:1000 pada lokasi trase terpilih


untu mendapatkan penampang memanjang dan melintang jalan
jembatan dan terowongan.

 Penggunaan Data Hasil Pemetaan Topografi


Dari hasil pemetaan topografi akan didapatkan 3 jenis data yaitu :

1. Peta citra yang sudah tergeoreferensi yang mencakup seluruh area


pekerjaan. Data ini digunakan untuk memilih trace jalan terbaik
dengan kriteria tertentu.

5 - 10
PERENCANAAN TEKNIS (SURVEY LIDAR)
RUAS LONG PAHANGAI – LONG BOH

2. Data hasil pengolahan Lidar adalah DTM (Digital Terrain Model)


dan ORI (Ortho Rectified Imaging) yang digunakan untuk
perencanaan DED trace jalan yang sudah ditetapkan.

3. Peta situasi detil topografi skala 1 : 1.000, penampang memanjang


dan melintang jalan, jembatan dan terowongan pada lokasi trace
terpilih. Data ini digunakan untuk memverifikasi DTM dan ORI
hasil pengolahan Lidar.

5 - 11
PERENCANAAN TEKNIS (SURVEY LIDAR)
RUAS LONG PAHANGAI – LONG BOH

1. AKUSISI DATA LIDAR

a. Teknologi LiDAR
LiDAR (Light Detection and Ranging) telah secara luas dikenal oleh
berbagai kalangan yang digunakan untuk akuisisi data, baik itu di
dunia topografi, morfologi, hidrografi, forestri dan lain-lain.

Keakuratan LiDAR yang mencapai fraksi desimeter baik dalam


planar maupun ketinggian membuat LiDAR menjadi pilihan
utama untuk pengukuran yang membutuhkan keakuratan
sekaligus kecepatan. Dalam mencapai hasil yang optimal, ada
beberapa hal yang perlu dipertimbangkan (Maas 2003).
Diantaranya adalah :

1) Jarak maksimum dari base station GPS tidak boleh lebih dari
10km (Cramer, 1997; Behan dkk., 2000; Kozmus dan Stopar,
2003; Turton, 2006)

2) Harus ada satelit konstelasi maupun geometri yang memadai.


(Katzenbeisser, 2003; Turton, 2006).

3) Di awal dan akhir pengukuran disarankan terdapat GPS statis


yang merekam data dengan menggunakan mobile GPS station
yang dioperasikan dekat dengan stasiun referensi. (Behan dkk.,
2000; Burman, 2000).

b. Komponen sistem LiDAR.


LiDAR memiliki sistem yang saling terhubung dengan komponen-
komponen lainnya. Komponen utama yang digunakan
diantaranya ialah : aerial platform, sensor laser, IMU, GPS, dan
perangkat lunak dan perangkat keras untuk pengolahan LiDAR.

Aerial Platform. Sistem LiDAR dipasang pada wahana pesawat


terbang atau helikopter sebagai platform saat akuisisi data pada
kegiatan survei. Pusat koordinat dan orientasi terletak pada IMU.

Laser Scanner Unit. Sensor menembakkan sinar laser ke obyek


kemudian dipantulkan kembali oleh obyek tersebut, sehingga
diperoleh data jarak. Tipe laser yang dipancarkan dapat
dibedakan menjadi pulse system dan continuous wave (CE-
system). Gelombang yang digunakan adalah near infrared. Terkait
dengan kemampuan gelombang near infrared maka survei LIDAR
tidak bisa dilakukan saat cuaca buruk seperti hujan, mendung dan
berkabut. Bagian dari laser scanner yang memancarkan sinar
adalah transmitter (Wehr 2009).
Inertial Navigation System. Komponen ini merupakan suatu
sistem inersial untuk menentukan dan menghitung orientasi 3D

5 - 12
PERENCANAAN TEKNIS (SURVEY LIDAR)
RUAS LONG PAHANGAI – LONG BOH

posisi tiap titik terhadap kesalahan roll,pitch, dan yaw (heading)


pada tiap posisi LIDAR. INS dengan peralatan berupa IMU
melakukan pengukuran terhadap pergerakan dan rotasi pesawat
terhadap sumbu

x (roll), sumbu Y (pitch), dan sumbu Z (yaw) berdasarkan grafitasi


lokal dan utara sebenarnya. Sistem referensi INS menggunakan
kaedah tangan kanan. Dimana sumbu x searah dengan pergerakan
pesawat dan sumbu Y searah dengan sayap

kanan pesawat. (Harnanto 2007)

Global Positioning System. GPS merupakan sistem penentuan


posisi tiga dimensi secara teliti. Terdapat dua jenis GPS yang
digunakan dalam pengukuran LiDAR, yaitu GPS yang dipasang
di tanah sebagai base station, dan GPS yang ditempatkan di badan
pesawat sebagai rover. GPS yang berada di tanah harus diaktifkan
saat pesawat mulai lepas landas hingga pesawat mendarat agar
dapat merekam secara utuh posisi lintasan pesawat dalam
pengambilan data selama penerbangan. GPS sebagai alat
pengukur posisi yang memiliki tingkat kestabilan yang baik untuk
pengamatan dalam jangka waktu yang cukup lama. Airbone GPS
dapat menghasilkan ketelitian horisontal 5 cm dan vertikal 10 cm,
sedangkan IMU dapat menghasilkan attitude dengan akurasi
dalam beberapa centimeter. (Liu 2008).

c. Sistem tinggi LiDAR


Tinggi suatu titik di bumi didefinisikan sebagai jarak vertical
terhadap suatu bidang referensi. Pendefinisian ketinggian suatu
bidang referensi (datum) sering disebut system tinggi. Sistem
tinggi di bidang geodesi berdasarkan bidang acuannya yang
dijadikan sebagai kerangka referensi tinggi ada 2, yaitu :

1) Sistem tinggi orthometris (geoid), yaitu jarak dari suatu titik di


permukaan bumi yang diukur sepanjang garis gaya berat bumi
sampai ke geoid. Sistem tinggi orthometris mempunyai
realisasi fisis di permukaan bumi sehingga dapat digunakan
untuk keperluan praktis.

2) Sistem tinggi geometris (elipsoid), yaitu jarak linier di atas


bidang ellipsoid yang diukur sepanjang normal ellipsoid pada
titik tersebut. Sistem tinggi geometris tidak memiliki realisasi
fisis di permukaan bumi sehingga tidak dapat digunakan untuk
keperluan praktis. Gambar hubungan tinggi geometris
(elipsoid), orthometris (geoid), dan topografi dapat dilihat pada
Gambar I.9.

5 - 13
PERENCANAAN TEKNIS (SURVEY LIDAR)
RUAS LONG PAHANGAI – LONG BOH

Gambar 5.1 hubungan tinggi geometris (elipsoid), orthometris


(geoid), dan Topografi.
Menurut Heliani (2011) prinsip hubungan matematis antara
ketinggian titik di atas elipsoid (h), tinggi titik diatas geoid (H),
dan undulasi geoid di suatu titik di permukaan topografi (N)
dapat ditulis dalam persamaan (I.5)

N=h–H (I.5)
Keterangan :

N : Undulasi geoid di suatu titik di permukaan topografi


(m)

h : Tinggi titik di atas elipsoid (m)

H : Tinggi titik di atas Geoid (m)

Ketinggian titik di atas ellipsoid (h), didapat dari pengukuran


GPS, sedangkan ketinggian titik diatas geoid (H) didapat dari
pengukuran sipat datar. Apabila tidak memungkinkan
dilakukan pengukuran sipat datar maka dapat digunakan
model geoid global. Jikanilai ketinggian titik di atas elipsoid
(h), ketinggian titik di atas geoid (H) diketahui, maka nilai
undulasi geoid di suatu titik di atas permukaan bumi dapat
dihitung dengan persamaan (I.5).

GPS adalah sistem penentuan posisi dengan menggunakan


satelit yang didesain untuk menentukan posisi secara tiga
dimensi dan memberikan informasi waktu secara kontinu.
Pemetaan LIDAR menggunakan dua sistem penentuan posisi,
yaitu penentuan posisi menggunakan ground GPS dengan tipe
GPS Geodetic Dual Frequency dan airborne GPS (GPS navigasi
pesawat). Ground GPS didirikan di permukaan topografi yang
berfungsi sebagai titik kontrol tanah (base station). Airborne
GPS (GPS navigasi pesawat) berfungsi sebagai alat perekam
posisi pesawat, dan waktu saat pesawat terbang.

5 - 14
PERENCANAAN TEKNIS (SURVEY LIDAR)
RUAS LONG PAHANGAI – LONG BOH

Posisi obyek di permukaan topografi didapat dengan


mengintegrasikan dua sistem utama, yaitu LIDAR dan GPS.
Posisi obyek yang didapat dari hasil akuisisi LIDAR berada di
atas referensi elipsoid. Oleh karena itu, titik koordinat yang
dihasilkan dari pengukuran GPS adalah koordinat geografis
dengan ketinggian elipsoid

d. Definisi DEM, DTM dan DSM


Digital Elevation Model (DEM), Digital Terrain Model (DTM) dan
Digital Surface Model (DSM) memiliki pengertian yang hampir
sama sehingga sering timbul pertanyaan. Namun pengertian
ketiga istilah tersebut berbeda – beda untuk masing – masing
negara.

DEM merupakan data elevasi digital terain (topografi dan


batimetri) tanpa adanya fitur permukaan bumi seperti bangunan
dan vegetasi (ASPRS 2004). Menurut Kartika (2010) ”DEM
merupakan model permukaan bumi yang terbentuk dari titik –
titik yang memiliki nilai koordinat 3D (X, Y, Z). Titik – titik
tersebut dapat berupa titik sample permukaan bumi atau titik hasil
interpolasi atau ekstrapolasi titik – titik sample”.

Istilah DTM hampir sama dengan DEM yakni representasi relief


dari terain serta informasi ketinggian dari permukaan bumi tanpa
ada fitur alam maupun buatan manusia, namun DTM mencakup
unsur – unsur dengan elevasi yang signifikan dari fitur topografi
yakni unsur linier berupa breakline, mass point (DEM) dan hidrologic
condition sehingga DTM mampu memodelkan relief secara lebih
realistik atau sesuai dengan kenyataan (ASPRS 2004).

Gambar 5.2 Ilustrasi DTM dan DSM (ASPRS 2004)


DSM adalah model dari permukaan bumi termasuk fitur – fitur
baik alami maupun buatan manusia seperti gedung, vegetasi dan
pepohonan (ASPRS 2007). DSM menggambarkan puncak fitur
yang terdapat di atas bare-earth. DSM merupakan model elevasi
topografis permukaan bumi yang memberi batas acuan yang
benar secara geometris, yang ke atasnya dapat diletakkan lapisan

5 - 15
PERENCANAAN TEKNIS (SURVEY LIDAR)
RUAS LONG PAHANGAI – LONG BOH

data lainnya. Data DSM mencakup bangunan, vegetasi, dan jalan,


serta fitur terain alami.

2. PENGOLAHAN DATA LIDAR


Lingkup kegiatan survey topografi menggunakan LiDAR adalah
sebagai berikut :

1. Pembuatan peta topografi skala 1 : 5.000 dari data IFSAR

2. Survey dan pemetaan topografi skala 1 : 1.000 menggunakan


LIDAR

Pengolahan data Lidar dapat dijelaskan sebagai berikut:

A. Pembuatan peta topografi skala 1 : 5.000 dari data IFSAR

a. Latarbelakang

Sesuai dengan Kerangka Acua Kerja pekerjaan PERENCANAAN


TEKNIS JALAN 1 (SURVEI TOPOGRAFI MENGGUNAKAN
LiDAR) pada tahap persiapan harus melakukan pengadaan DEM
(Digital Elevation Model) ketelitian setara IFSAR (Interferometric
Synthetic Aperture Radar) 5 meter, bila tersedia pada lokasi
tersebut, namun bila belum tersedia menggunakan DEM dengan
ketelitian setara IFSAR 10 meter.

Area DEM IFSAR yang harus diadakan adalah sepanjang segmen


ruas jalan 135 Km, koridor 10 Km. Segmen sepanjang 55 Km DEM
IFSAR sudah disediakan oleh P2JN sehingga perkiraan luasan
DEM IFSAR yang dibutuhkan adalah 800 Km2.

Dari data DEM IFSAR dibuat peta topografi skala 1 : 5.000 yang
akan digunakan untuk pembuatan alternative rencana trase jalan.

b. Pemrosesan data IFSAR

Pemrosesan data IFSAR menjadi peta topografi skala 1 : 5.000 dapat


digambarkan pada diagram berikut :

5 - 16
PERENCANAAN TEKNIS (SURVEY LIDAR)
RUAS LONG PAHANGAI – LONG BOH

Gambar 5.3 Diagram pemrosesan data IFSAR

i. Persiapan

Pada tahap persiapan ini, pekerjaan yang dilakukan adalah

- perencanaan pekerjaan,
- persiapan peralatan software dan hardware yang digunakan
sebagai berikut :
o softcopy radargrammetry,
o mouse track (mouse 3D), Nu-Vision 3D Glasses, interface
box,stereo graphics sensor,
o sebuah Personal Computer dan dua buah monitor 22 inch
yang dihubungkan secara paralel.
- pengumpulan data meliputi:

- Digital Surface Model (DSM) dalam format GeoTiff,

- Orthorectified Radar Image (ORI) dalam format GeoTiff,

- Citra Satelit ALOS Avnir-2 dan ALOS Prism

- Peta digital RBI Skala 1:50.000

5 - 17
PERENCANAAN TEKNIS (SURVEY LIDAR)
RUAS LONG PAHANGAI – LONG BOH

- membuat indeks peta ORI yang berguna untuk pelaksanaan


digitasi stereo dan kontrol kualitas,

- pembuatan stereomate.

ii. Stereoplotting

Stereomate kompilasi data citra adalah pekerjaan kompilasi dari


data citra, yaitu dari data citra radar yang dibentuk menjadi model
stereo. Data citra radar yang dimaksud, yaitu data ORI dan data
DTM.

Proses stereoplotting adalah proses digitasi unsur alam dan unsur


buatan yang dilakukan pada model stereo dengan urutan
pengerjaan sebagai berikut:

a. perairan,

b. breaklines,

c. masspoint dan spotheight,

d. jaringan transportasi,

e. bangunan dan permukiman,

f. tutupan lahan

B. Survey dan pemetaan topografi skala 1 : 1.000 menggunakan


LIDAR

Lingkup pekerjaan pada tahapan ini terdiri dari dua tahap yaitu :

1. Akuisis Lidar dan pemotretan udara digital

2. Pemetaan topografi skala 1 : 1.000

a. Akuisis Lidar dan pemotretan udara digital

Tahapan pekerjaan sebagai berikut :

1. Persiapan
2. Persiapan akuisisi data
3. Pengukuran titik control foto udara
4. Akuisisi foto udara
5. Pengolahan data lidar
6. Pengolahan data foto udara
7. Laporan

Untuk tahapan proses (flowchart) akuisisi dan pengolahan data


LiDAR dijelaskan pada Lampiran 1 (terlampir), serta contoh oupt
produk LiDAR dijelaskan pada Lampiran 2 (terlampir).

5 - 18
PERENCANAAN TEKNIS (SURVEY LIDAR)
RUAS LONG PAHANGAI – LONG BOH

C. Pemetaan & Pembuatan Peta Topografi Skala 1 : 1.000


a. Umum untuk setiap Tahapan Pekerjaan
 Menyiapkan personil dan peralatan yang akan digunakan
dalam setiap tahapan pekerjaan, sesuai dengan spesifikasi
yang ditetapkan.
 Pemberi Kerja akan melakukan pengecekan terhadap
kesesuaian Tim Pelaksana dan peralatan yang digunakan
dalam pelaksanaan pekerjaan dengan dokumen penawaran
 Melaksanakan QC internal terhadap semua hasil tahapan
pekerjaan sesuai dengan petunjuk pelaksanaan yang diberikan
oleh Pemberi Kerja. Hasil QC dituangkan dalam dokumen QC
internal. Dokumen QC internal merupakan salah satu
kelengkapan yang diperlukan untuk proses QC oleh Pemberi
Kerja
 Melaksanakan perbaikan terhadap koreksi sebagai hasil dari
QC oleh Pemberi Kerja.
 Pelaksanaan tahapan pekerjaan harus mengacu kepada
dokumen petunjuk pelaksanaan kegiatan

b. Persiapan
Tahapan persiapan mencakup hal-hal sebagai berikut:

1) Penyusunan rencana detail pelaksanaan pekerjaan sebagai


acuan Teknik dalam pelaksanaan pekerjaan. Rencana detail
pelaksanaan pekerjaan sekurang-kurangnya mencakup:

a) Pendahuluan: latar belakang, maksud dan tujuan, volume


pekerjaan, hasil pekerjaan yang akan diserahkan

b) Pelaksanaan pekerjaan, meliputi:

 Tahapan pelaksanaan pekerjaan yang dilengkapi


dengan diagram alir dan penjelasan rinci pada masing-
masing tahapan pelaksanaan pekerjaan.

 Jadwal pelaksanaan rinci.

 Organisasi pelaksanaan dilengkapi dengan deskripsi


kerja masing-masing unit organisasi. Dalam hal
Penyedia Jasa merupakan konsorsium harus dilengkapi
dengan deskripsi tugas dan tanggungjawab dari
masing-masing perusahaan anggota konsorsium.

 Susunan personil pelaksana dilengkapi dengan jadwal


penugasan dan beban kerja masing-masing personil
pada setiap tahapan pekerjaan. Dalam hal Penyedia
Jasa merupakan konsorsium, maka perusahaan asal
dari masing-masing personil pelaksana harus
dicantumkan.

5 - 19
PERENCANAAN TEKNIS (SURVEY LIDAR)
RUAS LONG PAHANGAI – LONG BOH

 Peta indeks kerja yang menyajikan indeks dalam skala


1:5.000. Dalam hal Penyedia Jasa merupakan
konsorsium, maka wilayah kerja dari masing-masing
konsorsium harus disajikan.

 Mekanisme kemajuan pekerjaan untuk setiap NLP dan


tahapan pekerjaan disajikan dalam suatu indeks kerja.

 Prosedur kontrol kualitas (QC) internal Penyedia Jasa


terhadap output dari setiap tahapan pekerjaan
dilengkapi dengan formulir QC.

c) Uraian sumber data yang akan digunakan dalam


pelaksanaan pekerjaan.

d) Peralatan yang digunakan.

e) Spesifikasi Teknik yang harus dipenuhi bagi setiap output


dari masing-masing tahapan pekerjaan. Spesifikasi Teknik
wajib mengikuti apa yang tercantum dalam KAK.

2) Penyedia Jasa wajib mengikutsertakan para Koordinator


dalam rapat koordinasi Teknik yang diselenggarakan oleh
Pemberi Kerja untuk menyamakan persepsi dalam
pelaksanaan pekerjaan.

3) Penyedia Jasa wajib menandatangani pernyataan kesediaan


(non disclosure agreement) untuk tidak memberikan seluruh
data-data yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan ini
maupun seluruh hasil pekerjaan kepada pihak lain tanpa izin
tertulis dari BIG

c. Penyiapan Data
Tahapan penyiapan data mencakup hal-hal sebagai berikut:

1) Pengumpulan data dasar dan data pendukung yang akan


digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan.

2) Pengecekan terhadap kondisi setiap data dan melaporkan


kepada Pemberi Kerja apabila dijumpai data yang rusak.

3) Pembuatan berita acara serah terima data yang


diserahterimakan dari Pemberi Kerja kepada Penyedia Jasa.

4) Membuat daftar hasil pengecekan data yang dilakukan beserta


keterangannya.

d. Digitasi Foto Udara dan Lidar


Tahapan Digitasi Foto Udara dan Lidar bertujuan untuk merekam
IGD unsur peta rupabumi Indonesia. Format penyimpanan data
mengikuti skema geodatabase yang diberikan oleh pemberi Kerja.

5 - 20
PERENCANAAN TEKNIS (SURVEY LIDAR)
RUAS LONG PAHANGAI – LONG BOH

Ketentuan yang harus dipenuhi oleh Penyedia Jasa dalam tahapan


digitasi foto udara dan LiDAR adalah sebagai berikut: Melakukan
pemeriksaan terhadap kualitas data dasar yang akan digunakan

1) Menggunakan SRGI2013 sebagai sistem referensi geospasial


dalam pelaksanaan pekerjaan mencakup datum horizontal dan
vertikal.

2) Unsur peta rupabumi dalam format vektor 2 dimensi (2D)


untuk tema Batas Wilayah, Bangunan dan Fasilitas Umum,
Transportasi dan Utilitas, serta Vegetasi Lahan Terbuka.

3) Unsur peta rupabumi format vektor 3 dimensi (3D) untuk


tema Perairan (termasuk garis pantai) dan Hipsografi (selain
masspoint dan kontur).

4) Melakukan Digitasi Foto Udara dan LiDAR sesuai dengan


dokumen petunjuk pelaksanaan Digitasi yang ditetapkan oleh
Pemberi Kerja. Unsur rupabumi tertentu didigitasi dengan
mengikuti ketentuan sebagai berikut: ( Garis pantai (garis):
garis pantai 0m dan garis perbatasan antara air dan daratan (
Perairan (titik, garis)

 Sungai dengan lebar kurang dari atau sama dengan 2,5m


digambarkan menggunakan satu garis pada garis tengah
sungai (centerline).

 Sungai dengan lebar lebih dari 2,5m digambarkan dengan


menggunakan satu garis pada garis tengah sungai
(centerline) dan kedua garis tepi sungai. Garis sungai dan
garis tepi sungai disimpan pada kode unsur yang berbeda.

 Sungai harus terhubung satu sama lain dan membentuk


jaringan, dalam hal ini garis tengah sungai, harus
terhubung satu sama lain (snap) dan membentuk jaringan,
aliran sungai menggantung diperbolehkan pada daerah
tertentu seperti pada daerah karst.

 Plotting sungai dimulai dari arah hulu ke hilir (tidak


sebaliknya) sesuai dengan arah aliran sungai. Sungai
utama harus satu segmen dari hulu ke muara.

 Elevasi/ketinggian pada garis tepi kiri dan kanan sungai


harus memiliki nilai yang relatif sama.

 Ketinggian sungai tidak boleh lebih tinggi dari terrain


sekitar.

5 - 21
PERENCANAAN TEKNIS (SURVEY LIDAR)
RUAS LONG PAHANGAI – LONG BOH

 Garis tepi perairan tergenang (Danau, Empang, Tambak,


Rawa, dll) mempunyai elevasi yang sama pada setiap
vertex.

 ( Transportasi dan Utilitas (titik, garis)

 Jalan dengan lebar kurang dari atau sama dengan 2,5m


digambarkan mengunakan satu garis pada as jalan
(centerline).

 Jalan dengan lebar lebih dari 2,5 m digambarkan


mengunakan satu garis pada as jalan (centerline) dan kedua
garis tepi jalan. Garis as jalan dan kedua garis tepi jalan
disimpan pada kode unsur yang berbeda.

 Semua jalan, dalam hal ini centerline, harus terhubung satu


sama lain (snap) dan membentuk suatu jaringan (road
network).

 Penarikan objek landas pacu, dermaga laut, dan dermaga


sungai mengikuti kaidah penarikan objek jalan

 Kesesuaian geometri jembatan terhadap geometri jalan dan


geometri sungai

 Kesesuaian geometri terowongan terhadap geometri jalan


atau geometri sungai

 Penarikan Unsur Utilitas yang membetuk jaringan


(jaringan telekomunikasi, listrik, dll) di plot dengan cara
Point to Point dari puncak objek. Unsur utilitas yang
luasnya lebih dari 2.5 m x 2.5 m di plot sebagai area

 Penarikan Unsur Utilitas yang tidak membetuk


jaringan (jaringan telekomunikasi, listrik, dll) di
plot sesuai dengan kenampakan di data

 Dasar. Unsur utilitas yang luasnya lebih dari 2.5


m x 2.5 m di plot sebagai area.

v' Hipsografi (garis kecuali kontur)

 Pada bagian terrain yang mengalami perubahan


gradien secara ekstrem dibuat breakline, seperti
punggung bukit. Pada punggung bukit, breakline
merupakan garis yang menghubungkan titik-titik
tertinggi sehingga tidak ada mass point yang
memiliki ketinggian lebih tinggi dari breakline di
dekatnya.

 Nilai ketinggian pada kolom elevasi harus sama


dengan nilai z.
5 - 22
PERENCANAAN TEKNIS (SURVEY LIDAR)
RUAS LONG PAHANGAI – LONG BOH

 Nilai ketinggian tidak sama dengan nol atau


bernilai lebih kecil dari nol kecuali daerah
cekungan yang memiliki ketinggian dibawah
permukaan laut rata-rata.

v' Bangunan dan Fasilitas Umum (garis)

 Bangunan terpencar yang berukuran lebih dari


atau sama dengan 2,5 m x 2,5 m diplot
menggunakan garis sebagai garis yang tertutup

 Digitasi bangunan diplot pada atapnya

 Untuk bangunan yang padat dapat digunakan


sharing boundary.

v' Penutup lahan (garis)

 Penutup lahan diplot berupa garis batas penutup


lahan

 Setiap luasan penutup lahan yang dibatasi oleh


garis batas penutup lahan atau garis dari objek
lainnya (jalan, sungai, bangunan, dsb) diberikan
anotasi (point) sesuai dengan jenis penutup lahan

 Garis penutup lahan harus snap dengan garis dari


objek lainnya.

e. Pembentukan Topologi dan Poligon


Topologi merupakan ketentuan yang terkait dengan hubungan
antar obyek-obyek spasial berupa titik, garis maupun area dari
suatu unsur geografis.Topologi diperlukan untuk mengelola
geometri dari objek-objek spasial yang digunakan bersama (shared
geometry) serta untuk menjaga integritas data.

Tahapan pekerjaan pembentukan topologi dilaksanakan dengan


memperhatikan ketentuan sebagai berikut:

1) Melakukan pembentukan topologi (topology build) sesuai


dengan topological rules yang ditetapkan oleh Pemberi Kerja.
Pembentukan topologi secara iteratif mencakup topologi
dalam satu unsur maupun topologi antar unsur dari geometri
titik dan garis.

5 - 23
PERENCANAAN TEKNIS (SURVEY LIDAR)
RUAS LONG PAHANGAI – LONG BOH

Tabel 5.2 Aturan Topologi

Aturan Topologi Titik Garis

Tidak ada objek yang lebih kecil dari batas toleransi

yang ditetapkan berdasarkan skala (must be larger


v'
than cluster tolerance)

Tidak ada garis yang menumpuk jadi satu pada


v'
posisi yang sama (must not overlap)

Tidak ada duplikasi garis berbeda pada posisi yang


v'
sama dengan garis itu sendiri (must not self-overlap)

Tidak ada garis berbeda yang berpotongan (must not


v'
intersect)
Tidak ada perpotongan pada garis itu sendiri (must
not self-intersect)

Ujung suatu garis harus snap dengan garis lain

sehingga tidak ada garis yang undershoot maupun


overshoot (must not have dangles dan must not have
pseudo nodes)

Tidak ada garis yang menumpuk jadi satu pada


posisi yang sama antar unsur (must not overlap with)

Tidak ada beberapa objek yang direpresentasikan

dalam satu record (must be single part)


Tidak ada titik yang bertampalan pada posisi yang
sama ataupun dengan titik iri (must be disjoint)

2) Melakukan editing topologi terhadap kesalahan topologi


(topological error) yang dijumpai. Tahapan berikutnya dapat
dilakukan setelah data bebas dari kesalahan topologi.

3) Pelaksanaan pembentukan dan editing topologi harus


mengikuti petunjuk pelaksanaan pembangunan topologi yang
ditetapkan oleh Pemberi Kerja.

5 - 24
PERENCANAAN TEKNIS (SURVEY LIDAR)
RUAS LONG PAHANGAI – LONG BOH

Geometri poligon dari suatu unsur geografis dibentuk oleh


geometri garis yang topologinya sudah terbentuk. Pembentukan
poligon dilaksanakan dengan memperhatikan ketentuan sebagai
berikut:

1) Tahapan pekerjaan pembentukan poligon dilaksanakan


menggunakan unsur garis yang bebas dari kesalahan topologi.

2) Melakukan validasi topologi setelah poligon terbentuk


berdasarkan aturan topologi sebagaimana tabel

Tabel 5.3Aturan topologi pembentukan poligon

Aturan Topologi Titik Garis Area

Tidak ada objek yang lebih kecil dari batas


toleransi yang ditetapkan berdasarkan skala
(must be larger than cluster tolerance)

Tidak ada obyek yang menumpuk jadi satu pada


posisi yang sama (must not overlap)
Tidak ada duplikasi garis berbeda pada posisi
yang sama dengan garis itu sendiri (Must not self-
overlap)
Tidak ada garis berbeda yang berpotongan (must
not intersect)
Tidak ada perpotongan pada garis itu sendiri
(must not self-intersect)
Ujung suatu garis harus snap dengan garis lain
sehingga tidak ada garis yang undershoot
maupun overshoot (must not have dangles dan must
not have pseudo nodes)

Tidak ada obyek yang menumpuk jadi satu


pada posisi yang sama antar unsur (must not
overlap with)

Tidak ada beberapa objek yang direpresentasikan


dalam satu record (must be single part)

Tidak ada titik yang bertampalan pada posisi


yang sama ataupun dengan titik itu sendiri
(Must be disjoint)

Tidak ada area yang memiliki gap dengan unsur


lainnya (must not have gap)

5 - 25
PERENCANAAN TEKNIS (SURVEY LIDAR)
RUAS LONG PAHANGAI – LONG BOH

3) Ketentuan terhadap obyek atau antar obyek yang sudah


ditopologi seperti pada gambar.

Catatan : Perpotongan jalan harus di-split kecuali jalan laying dan jalan tol.

a. Sungai dua garis berpotongan dengan b. Jalan berpotongan dengan jalan


sungai satu garis

Catatan : hanya irigasi yang di-split, sungai tetap satu segmen

c. Sungai satu garis berpotongan dengan d. Sungai satu garis berpotongan


dengan sungai satu garis irigasi

5 - 26
PERENCANAAN TEKNIS (SURVEY LIDAR)
RUAS LONG PAHANGAI – LONG BOH

Catatan : Vegetasi LN berpotongan dengan jalam, vegetasi


LN harus di-split, jalan tetap satu segmen Vegetasi AR
Catatan : sungai dua garis berpotongan dengan jalan di- dilakukan dissolved.
split, kecuali apabila ada jembatan (exception)

e. Sungai dua garis berpotongan dengan f. Vegetasi ln berpotongan dengan jalan


j al an

Catatan : Jalan di split ketika tidak ada jembatan atau Catatan : Jalan tetap satu segmen dan jembatan overlap
tidak ada dermaga dengan jalan

g. Jalan satu garis berpotongan dengan h. Jalan satu garis berpotongan dengan sungai
sungai satu garis dua garis dan ada jembatan

Catatan : Sungai tetap satu segmen, rawa di-split


Catatan : Jalan tetap satu segmen, tidak di-split

i. Jalan berpotongan dengan danau j. Sungai satu garis berpotongan dengan rawa

Gambar 5.4 Ketentuan terhadap obyek atau antar obyek yang sudah ditopologi

5 - 27
PERENCANAAN TEKNIS (SURVEY LIDAR)
RUAS LONG PAHANGAI – LONG BOH

f. Pembentukan DTM (Digital Terrain Model) Hydro Enforcement

Pembentukan DTM Hydro Enforcement dilakukan untuk melakukan


editing terhadap data DTM dari LiDAR. Hal tersebut dilakukan untuk
menggambarkan topografi permukaan bumi di area yang dipetakan.
Ketentuan yang harus dipenuhi oleh Penyedia Jasa dijelaskan sebagai
berikut:

1) Tidak ada mass point yang berada di dalam perairan.

2) Melakukan pembentukan DTM dari masspoint hasil plotting dengan


mengikutsertakan breakline seperti punggung bukit, sungai (garis tepi
sungai), unsur perairan lainnya (garis tepi danau, dsb), serta garis
batas darat dan laut. Metoda interpolasi yang digunakan adalah
Triangulated Irregular Network (TIN). Hasil dari tahapan pekerjaan ini
berupa data DTM format *.tin.

3) Melakukan Hydro Enforcement terhadap DTM yang telah terbentuk


sehingga aliran sungai terbentuk logis.

4) Tubuh air mempunyai ketinggian yang sama.

5) Melakukan editing terhadap noise/spike hasil pembentukan DTM,


hingga DTM bersih dari noise/spike..

6) Menambahkan informasi ketinggian unsur Transportasi (jembatan)


dan bangunan dari data Digital Surface Model (DSM). DSM yang
digunakan adalah DSM dari data hasil pengolahan LiDAR.

7) Menambahkan informasi ketinggian untuk unsur rupabumi


transportasi (selain jembatan) dan utilitas , serta penutup lahan dari
data DTM yang telah ter-Hydro Enforcement.

g. Pembentukan Kontur dan Spotheight


Kontur adalah representasi topografi permukaan bumi dalam bentuk
garis yang menghubungkan ketinggian yang sama. Kontur dibentuk dari
DTM yang sudah lulus QC dengan interval kontur adalah 2m,
sedangkan interval kontur indeks adalah 10m. Pada daerah yang relatif
datar dibuat garis kontur bantu dengan interval 1m. Kontur yang
dihasilkan harus dilakukan editing agar sesuai dengan kaidah pemetaan,
sehingga memenuhi ketentuan sebagai berikut:

1) Sesuai dengan unsur lainnya (punggung bukit, perairan, bangunan


dan fasilitas umum).

2) Nilai ketinggian pada kolom elevasi kontur harus sama dengan nilai
z.

5 - 28
PERENCANAAN TEKNIS (SURVEY LIDAR)
RUAS LONG PAHANGAI – LONG BOH

3) Kontur tidak terputus, kecuali kontur bantu.

4) Kontur tidak saling berpotongan.

5) Kontur tidak memotong sungai yang sama lebih dari 1 kali.

6) Spotheight dihasilkan dari seleksi masspoint dengan ketentuan


sebagai berikut:

7) Spotheight diletakkan pada kontur puncak, lembah dan cekungan.

8) Nilai spotheight tidak boleh sama dengan nilai elevasi kontur.

9) Pada daerah relatif datar diberi satu spotheight setiap grid.

10) Nilai ketinggian pada spotheight menggunakan bilangan bulat.

h. Persiapan Survei
Tahap persiapan survei kelengkapan lapangan meliputi:

1) Mobilisasi mencakup keberangkatan dan kepulangan.

2) Koordinasi dengan instansi terkait perijinan survei. Perijinan di


tingkat provinsi dilakukan oleh Pemberi Kerja, sedangkan perizinan
di tingkat kabupaten/kota dilakukan oleh Penyedia Jasa. Penyedia
Jasa baru dapat melakukan survei ketika sudah memperoleh surat
izin dari pemerintah yang bersangkutan.

3) Pengumpulan data sekunder yang dapat menunjang kegiatan survei.


Data sekunder tersebut dapat berupa data batas wilayah dan
toponim. Data tersebut hanya digunakan untuk memudahkan
pelaksanaan survei, bukan untuk digunakan langsung dalam
pemetaan.

4) Melaksanakan penyiapan rencana survei, peta kerja dan


bahan/material untuk keperluan survei kelengkapan lapangan,
mencakup antara lain:

v' Penyiapan peta-peta kerja, antara lain:

 Peta manuskrip tipe A yang memuat unsur perairan, transportasi


dan utilitas, serta hipsografi.

 Peta manuskrip tipe B yang memuat seluruh unsur hasil plotting


kecuali kontur dan dilengkapi dengan rencana titik lokasi cek
geometris dan verifikasi penutup lahan. Untuk lokasi urban peta
manuskrip B di buat pada zoom view skala 1:2.500.

 Peta foto dari hasil orthofoto dilengkapi dengan unsur batas


wilayah, toponim dari data sekunder dan perairan sampai
dengan level sungai 1 garis.
5 - 29
PERENCANAAN TEKNIS (SURVEY LIDAR)
RUAS LONG PAHANGAI – LONG BOH

5) Penyusunan rencana detail survei yang memuat antara lain rencana


basecamp, jalur survei, personil, dan pembagian kerja selama di
lapangan.

6) Pencetakan formulir yang terdiri dari formulir verifikasi unsur


rupabumi, formulir pengumpulan nama unsur rupabumi.

i. Survei Kelengkapan Lapangan


Survei kelengkapan lapangan meliputi kegiatan sebagai berikut: v'
Melakukan verifikasi unsur rupa bumi terhadap unsur-unsur yang telah
direkam pada tahapan stereokompilasi.

v' Melaksanakan identifikasi terhadap indikasi batas wilayah administrasi


(batas desa/kelurahan, batas kecamatan, batas kabupaten/kota)
kepada pemerintah daerah setempat.

v' Melaksanakan survei pengumpulan namaunsur rupabumi (toponim).

v' Melakukan pengolahan data hasil survey kelengkapan lapangan dan


disimpan dalam geodatabase SKL.

Ketentuan yang harus dipenuhi oleh Penyedia Jasa dalam tahapan


pekerjaan survei kelengkapan lapangan dijelaskan sebagai berikut:

a. Menyimpan data perekaman jalur survei (tracking) selama melakukan


survei kelengkapan lapangan

b. Melakukan penandaan pada peta manuskrip untuk unsur rupabumi


yang disurvei. Penandaan pada peta manuskrip dilakukan
berdasarkan kenampakan di lapangan dan orientasi unsur-unsur
rupabumi yang ada di manuskrip (misal: persimpangan jalan,
bangunan, sungai).

c. Melakukan verifikasi unsur rupabumi terhadap unsur-unsur yang


telah direkam pada tahapan stereokompilasi dengan ketentuan:

1) Verifikasi unsur rupabumi dilakukan untuk memastikan


kesesuaian antara data hasil plotting dengan kondisi sebenarnya
di lapangan. Sebagai contoh, apabila pada saat plotting suatu
obyek diidentifikasi sebagai sawah, maka harus dicek
kesesuaiannya dengan kondisi sebenarnya di lapangan.

2) Unsur hasil pengecekan lapangan dituliskan pada peta


manuskrip yang dibawa ke lapangan dan diisikan ke dalam
formulir verifikasi unsur rupabumi.

3) Dalam hal dijumpai obyek yang tidak tercantum dalam peta


manuskrip, maka dilakukan perekaman koordinat dan

5 - 30
PERENCANAAN TEKNIS (SURVEY LIDAR)
RUAS LONG PAHANGAI – LONG BOH

identifikasi jenis unsur, untuk kemudian dimasukkan ke dalam


data hasil SKL.

d. Melaksanakan konfirmasi terhadap indikasi batas wilayah


administrasi (batas desa/kelurahan, batas kecamatan, batas
kabupaten/kota) kepada pemerintah daerah setempat dengan
ketentuan

1) Menggambarkan batas wilayah administrasi hasil identifikasi


(hasil survei kelengkapan lapangan) pada manuskrip A yang
diketahui oleh pemerintah daerah setempat (cap dan tanda
tangan).

2) Menggambarkan batas wilayah sesuai dengan yang diperoleh di


manuskrip pada data digital

e. Melaksanakan survei pengumpulan nama unsur rupabumi (toponim)


dengan ketentuan:

1) Pengumpulan toponim dilakukan terhadap setiap unsur


rupabumi yang memiliki nama.

2) Infomasi yang dikumpulkan meliputi: toponim (nama unsur),


koordinat, foto.

3) Mengisi formulir nama unsur rupabumi yang diketahui oleh


pemerintah daerah setempat (cap dan tanda tangan).

4) Membuat daftar nama wilayah administrasi yang tercakup dalam


wilayah paket pekerjaan.

5) Dalam hal unsur rupabumi adalah kantor kepala desa/lurah,


kantor camat, kantor walikota/bupati, dan kantor gubernur, foto
diambil dengan menampilkan papan nama dan surveyornya.

f. Menyusun dan menyimpan semua data hasil survei kelengkapan


lapangan (titik, garis, dan foto) ke dalam geodatabase dengan format
sesuai dengan yang diberikan Pemberi Kerja pada saat di lapangan.

g. Membuat logbook harian yang memuat nama personil, waktu dan


kegiatan yang dilakukan.

h. Mendokumentasikan setiap unsur rupabumi yang dikunjungi dalam


bentuk foto.

5 - 31
PERENCANAAN TEKNIS (SURVEY LIDAR)
RUAS LONG PAHANGAI – LONG BOH

j. Penyelarasan Data
Penyelarasan data merupakan proses editing fitur dan atributing terhadap
data dari hasil pekerjaan tahapan pembentukan topologi dan poligon
berdasarkan data yang diperoleh dari hasil survei kelengkapan
lapangan.

Tahapan pekerjaan penyelarasan data dilaksanakan dengan


memperhatikan ketentuan sebagai berikut:

1) Melakukan editing fitur dan atribut:

 Editing fitur dan atribut dilakukan terhadap data dari hasil survei
kelengkapan
lapangan dan data hasil tahapan pembentukan topologi dan
poligon.

 Semua data dan atribut yang diisikan harus sesuai dengan


formulir nama rupabumi dan manuskrip lapangan.

 Pengisian atribut harus seragam dan sesuai dengan ketentuan


yang diberikan Pemberi Kerja.

2) Edgematching dalam satu paket pekerjaan dan antar paket pekerjaan.


Edgematching dilakukan untuk semua unsur rupabumi (baik x, y
maupun z) dan atributnya. Pada tahap ini harus dipastikan bahwa
data telah seamless dan matching.

3) Melakukan validasi dan editing topologi terhadap unsur (titik, garis


dan area) hasil edgematching untuk masing-masing unsur maupun
antar unsur dengan menggunakan aturan topologi yang diberikan
Pemberi Kerja dan memastikan semua unsur sudah bersih dari
potensi kesalahan topologi

k. Pembentukan Metadata
Pekerjaan pembentukan metadata dilakukan untuk menyiapkan
metadata yang akan disertakan pada data digital unsur rupabumi skala
menengah. Metadata yang dibuat, menggunakan ISO-19115. Tahapan
pekerjaan pembuatan metadata dilaksanakan dengan memperhatikan
ketentuan sebagai berikut:

1) Penyedia Jasa melakukan pengisian terhadap bagian yang


wajib diisi (mandatory field).

2) Mengimpor metadata ke dalam masing-masing geodatabase


unsur rupabumi hasil dari tahapan penyelarasan data.

Contoh pengisian metadata ditunjukan pada tabel berikut:

5 - 32
PERENCANAAN TEKNIS (SURVEY LIDAR)
RUAS LONG PAHANGAI – LONG BOH

Tabel 5.4 Contoh Pengisian Metadata

NAMA FIELD KETERANGAN CONTOH PENGISIAN

organisationName Nama organisasi Badan Informasi Geospasial


pembuat data spasial

dateStamp Tanggal metadata 2016-10-31


[diisi sesuai tanggal
akhir pelaksanaan
pekerjaan] format
tanggal [yyyy-mm-
dd]

title Judul data spasial Peta Rupabumi Indonesia


Skala 1:5.000 Wilayah
Kabupaten Bogor

date Tanggal publikasi 2016-12-31


data format tanggal
[yyyy-mm-dd]

abstract Abstrak tentang data Peta Rupabumi Indonesia


spasial [disesuaikan Skala 1:5.000 Wilayah
jenis pekerjaan] Kabupaten Bogormerupakan
hasil kompilasi data 3 dimensi
dari data foto udara tahun
2014. Survei kelengkapan
lapangan dilaksanakan pada
tahun 2015. Pelaksana
pekerjaan pemetaan rupabumi
Indonesia ini adalah PT. Survei
Pemetaan.

individualName Nama penanggung Kepala Pusat Pemetaan


jawab data spasial Rupabumi dan Toponim

Nama organisasi
organisationName Badan Informasi Geospasial
penanggung

5 - 33
PERENCANAAN TEKNIS (SURVEY LIDAR)
RUAS LONG PAHANGAI – LONG BOH

positionName Posisi penanggung Kepala Pusat Pemetaan


jawab Rupabumi dan Toponim

voice Nomor telepon (021) 87901254

facsimile Nomor fax (021) 87901254

deliveryPoint Nama jalan tempat Jl. Raya Jakarta Bogor KM. 46


organisasi berada

city Kota tempat Cibinong


organisasi berada

administrativeArea Provinsi tempat Jawa Barat


organisasi berada

postalCode Kode pos 16911

electronicMailAddress e-mail info@big.go.id

language Bahasa yang Indonesia


digunakan

Koordinat Bujur
westBoundLongitude 100,75
barat

Koordinat Bujur
eastBoundLongitude 101,00
timur

southBoundLatitude Koordinat lintang 1,00


selatan

Koordinat lintang
northBoundLatitude 0,75
utara

l. Penyajian Hasil Pekerjaan


Penyajian hasil pekerjaan menampilkan 7 tema unsur rupabumi dalam
satu paket pekerjaan. Setiap unsur harus disajikan pada satu tampilan
skala yang sama (fixed extent scale). Tahap penyajian hasil pekerjaan
dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

1) Menyajikan setiap tema unsur pada layout yang sudah disiapkan oleh
Pemberi Kerja. Layout tersebut memuat spesifikasi penyajian untuk
setiap unsur seperti ukuran dan warna.

5 - 34
PERENCANAAN TEKNIS (SURVEY LIDAR)
RUAS LONG PAHANGAI – LONG BOH

2) Pencetakan hasil pekerjaan, dengan setiap tema disajikan pada


kertas ukuran A1.

3) Unsur-unsur yang dimuat adalah sebagai berikut:

a) Transportasi dan utilitas

b) Bangunan dan fasilitas umum

c) Penutup lahan

d) Perairan dan garis pantai

e) Hipsografi

f) Nama rupabumi (toponim)

g) Batas wilayah

h) Masing-masing unsur dari setiap skala tersebut dicetak pada


lembar yang berbeda. Pada setiap lembar dilengkapi unsur-unsur
batas wilayah (provinsi dan kabupaten/kota), nama wilayah
administrasi (provinsi dan kabupaten/kota), dan indeks NLP
untuk keperluan orientasi.
m. Kontrol Kualitas
Kontrol kualitas (QC) dilaksanakan secara internal oleh Penyedia Jasa maupun oleh
Tim Supervisi BIG. Kontrol kualitas dimaksudkan untuk menjamin kualitas hasil
pekerjaan pada setiap tahapan pekerjaan. Kontrol kualitas dilaksanakan dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. Penyedia Jasa wajib melakukan kontrol kualitas (QC) secara internal
terhadap hasil pelaksanaan pada setiap tahapan pekerjaan yang
dilakukan oleh operator. QC internal dilakukan oleh Koordinator
terhadap hasil pekerjaan Operator yang berada di bawahnya.

b. Hasil QC dituangkan dalam suatu dokumen QC yang ditetapkan oleh


Pemberi Kerja. Koordinator bertanggung jawab terhadap kualitas data
yang dikerjakan oleh Operator dan berhak untuk memerintahkan
Operator untuk mengulangi atau memperbaiki kesalahan apabila data
yang dihasilkan belum memenuhi kualitas yang ditetapkan.

c. Proses kontrol kualitas dapat dilaksanakan secara parsial tanpa


menunggu seluruh hasil pada satu tahapan pekerjaan.

d. Pemberi Kerja hanya akan melakukan kontrol kualitas terhadap hasil


pekerjaan yang sudah lolos QC internal dan dilengkapi dengan
dokumen QC.

5 - 35
PERENCANAAN TEKNIS (SURVEY LIDAR)
RUAS LONG PAHANGAI – LONG BOH

n. Monitoring dan Evaluasi


Monitoring dan evaluasi dimaksudkan untuk menjamin kelancaran dalam
pelaksanaan pekerjaan. Monitoring dan evaluasi dilaksanakan secara internal oleh
tim pelaksana dari Penyedia Jasa maupun oleh Pemberi Kerja.
a. Penyedia Jasa wajib melaksanakan monitoring dan evaluasi secara
internal dan berkala selama pelaksanaan pekerjaan. Pelaksanaan
monitoring dan evaluasi dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

Ketua Tim (Team Leader) melaksanakan monitoring dan evaluasi internal


terhadap pelaksanaan pekerjaan sekurang-kurangnya selama satu kali
setiap bulan.
Koordinator teknis melaksanakan monitoring dan evaluasi internal
terhadap pelaksanaan pekerjaan sekurang-kurangnya selama satu kali
setiap minggu.

b. Kegiatan monitoring dan evaluasi yang diselenggarakan oleh Pemberi


Kerja wajib dihadiri oleh Ketua Tim dan para Koordinator.

c. Monitoring dan evaluasi mencakup beberapa hal, antara lain:

( Kemajuan pelaksanaan pekerjaan yang telah dicapai.


( Kendala yang timbul dalam pelaksanaan pekerjaan.
( Solusi bagi setiap kendala yang timbul.
( Rencana pelaksanaan pada periode selanjutnya.
( Strategi percepatan pencapaian target apabila terjadi keterlambatan dari
jadwal pelaksanaan yang ditetapkan.

d. Setiap Operator wajib melakukan pencatatan dalam suatu personal


logbook terkait aktivitas sehari-hari dalam pelaksanaan pekerjaan.
Personal logbook mencakup beberapa hal, antara lain:

( Waktu mulai kerja, istirahat, waktu selesai kerja (harian).


( Pekerjaan yang dilaksanakan dan pencapaian hasil kerja perhari.
( Permasalahan yang dijumpai dan solusi yang dilakukan.

e. Catatan dalam personal logbook dari setiap Operator berfungsi sebagai


laporan
harian. Personal logbook dari setiap Operator harus direkapitulasi oleh
Koordinator sebagai bahan masukan dalam monitoring dan evaluasi
serta untuk penyusunan laporan tahapan pekerjaan. Pemberi Kerja dapat
meminta logbook dari masing-masing operator pelaksana untuk
keperluan pemeriksaan.

5 - 36
PERENCANAAN TEKNIS (SURVEY LIDAR)
RUAS LONG PAHANGAI – LONG BOH

o. Pelaporan
1. Laporan Kemajuan
Pelaporan diserahkan setiap minggu dalam bentuk digital sesuai dengan kemajuan
pekerjaan pada minggu tersebut. Laporan kemajuan berisi:
 Kemajuan pekerjaan yang telah dicapai sampai minggu berjalan.

 Kendala yang dihadapi dan solusi yang telah dilakukan.

 Rencana pelaksanaan pekerjaan pada minggu berikutnya

Laporan diserahkan pada setiap akhir minggu dan diserahkan secara online
(melalui email) kepada pemberi kerja dalam format digital (*.pdf). Laporan cetak
diserahkan pada saat tahapan pekerjaan selesai

2. Laporan Tahapan
Laporan tahapan diserahkan dalam format digital dan cetak kepada Pemberi
Kerja pada akhir tahapan tersebut. Laporan tahapan pekerjaan yang dibuat
adalah:
a. Tahap persiapan

b. Tahap penyiapan data

c. Tahap digitasi foto udara dan lidar

d. Tahap pembentukan topologi dan poligon

e. Tahap pembentukan DTM hydroenforced

f. Tahap pembentukan kontur dan spotheight

g. Tahap persiapan survei kelengkapan lapangan

h. Tahap survei kelengkapan lapangan

i. Tahap penyelarasan data

j. Tahap pembentukan metadata

k. Tahap penyajian hasil pekerjaan

3. Laporan akhir hasil kompilasi pekerjaan berisi laporan lengkap pelaksanaan


seluruh tahapan pekerjaan.

5 - 37
PERENCANAAN TEKNIS (SURVEY LIDAR)
RUAS LONG PAHANGAI – LONG BOH

 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan Penggunaan Alat Ukur

a. Persiapan
Persiapan dalam hal ini adalah persiapan yang bersifat Teknik dan Non
Teknik.
Persiapan Teknik antara lain :
- Penyiapan peralatan yang akan dipakai, antara lain alat ukur theodolite
dan waterpass, EDM, bak ukur, GPS, dsb.
- Penyiapan personil pelaksana,
- Referensi titik ikat yang akan dipakai,
- Metode Survey.
Sedangkan persiapan non Teknik antara lain :
- Rencana Mobilisasi Team,
- Pengurusan Perijinan,
- Rencana Base Camp, dll.

b. Pemeriksaan dan Koreksi Alat Ukur


Setiap alat ukur yang akan digunakan, terlebih dahulu harus diperiksa dan
dikoreksi.
 Pemeriksaan Theodolite :
- Sumbu I vertikal, dengan koreksi nivo kotak dan nivo tabung
- Sumbu II tegak lurus sumbu I
- Garis bidik tegak lurus sumbu II
- Kesalahan kolimasi horizontal = 0
- Kesalahan indeks vertikal = 0
 Pemeriksaan Alat Sifat Datar :
- Sumbu I vertikal, dengan koreksi nivo kotak dan nivo tabung.
- Garis bidik harus sejajar dengan garis arah nivo.

c. Pemasangan Bench Mark (BM) dan Patok Polygon


 Bench Mark (BM) akan dipasang di sepanjang rencana alignment jalan
dengan interval / jarak setiap 1 km. Maksud dari pemasangan BM ini
adalah disamping untuk menguatkan strength of Figure dari jaringan
GPS, juga dimaksudkan agar setiap team yang berdiri di BM tersebut
sudah mempunyai azimuth Mark, sehingga arah utara peta bisa seragam
di sepanjang jalur tersebut.
 Patok-patok Bench Mark (BM) terbuat dari beton dengan ukuran 10 x 10 x
75 cm atau pipa paralon ukuran 4 inci yang diisi dengan adukan beton

5 - 38
PERENCANAAN TEKNIS (SURVEY LIDAR)
RUAS LONG PAHANGAI – LONG BOH

dan diatasnya dipasang neut dari baut, ditempatkan pada tempat yang
aman, mudah terlihat.
 Patok BM dipasang/ditanam dengan kuat, bagian yang tampak di atas
tanah setinggi 20 cm, dicat warna kuning, diberi lambing PU, notasi dan
nomor BM dengan warna hitam.
 Patok BM yang sudah terpasang, kemudian difoto sebagai dokumentasi
yang dilengkapi dengan nilai koordinat serta elevasi.
 Untuk setiap titik polygon dan sipat datar dipasang diantara Bench Mark
(BM) yang ada, dengan interval / jarak max. 100 meter. Untuk setiap
patok polygon digunakan patok kayu dengan diameter 5 cm dan panjang
minimal 50 cm, bagian bawahnya diruncingkan, bagian atas diratakan
dan diberi paku, ditanam dengan kuat, bagian yang masih nampak diberi
nomor dan dicat warna kuning. Dalam keadaan khusus, perlu
ditambahkan patok bantu.
 Untuk memudahkan pencarian patok, pada daerah sekitar patok diberi
tanda-tanda khusus.
 Pada lokasi-lokasi tertentu dimana tidak memungkinkan dipasang patok,
misalnya di atas permukaan aspal atau di atas permukaan batu, maka titik
polygon dan sifat datar ditandai dengan paku seng dilingkari cat kuning
dan diberi nomor.

d. Pengukuran Titik Kontrol Horizontal


Pengukuran titik kontrol horizontal dilakukan dengan metode polygon
terikat sempurna, dan semua titik ikat (BM) dijadikan sebagai titik polygon.
Pembacaan dilakukan 2 seri rangkap Biasa dan Luar Biasa, dimana bacaan
yang dipakai adalah rata-rata dari bacaan keduanya.
Sudut-sudut polygon diukur dengan alat ukur Theodolite Wild T-2 dengan
ketelitian baca dalam detik, sedangkan jaraknya diukur dengan alat ukur
EDM (Electronic Distance Measurement), dengan jarak antar titik polygon
dibuat maksimun 100 meter.
Pengamatan matahari dilakukan pada titik awal dan titik akhir pengukuran
dan untuk setiap interval lebih kurang 5 km di sepanjang trase yang diukur.
Apabila pengamatan matahari tidak bisa dilakukan, maka akan digunakan
alat GPS Portable.

5 - 39
PERENCANAAN TEKNIS (SURVEY LIDAR)
RUAS LONG PAHANGAI – LONG BOH

Titik Ikat BAKOSURTANAL Titik Ikat BAKOSURTANAL

BM 1A BM 2A BM 3A BM 4A BM 5A BM 6A

BM 1 BM 2 BM 3 BM 4 BM 5 BM 6

Gambar 5.5 Sketsa Jaringan Pengukuran Polygon

e. Pengukuran Titik Kontrol Vertikal


Bench Mark dan patok-patok yang ada dilapangan juga harus mempunyai
elevasi/ketinggian. Pengukuran elevasi/sipat datar akan dilakukan dengan
mempergunakan alat ukur water pass. Referensi yang akan dipakai adalah
TTG (Titik Tinggi Geodesi) Bakorsutanal.
Pengukuran elevasi dilakukan dengan cara 2 kali berdiri (pembacaan pergi –
pulang), mencakup semua titik pengukuran (polygon, sipat datar, potongan
melintang) dan titik BM.
Pada setiap pengukuran elevasi/sipat datar, dilakukan pembacaan ketiga
benangnya, yaitu Benang Atas (BA), Benang Tengah (BT) dan Benang Bawah
(BB), dalam satuan milimeter. Pada setiap pembacaan harus dipenuhi : 2 BT
= BA + BB.
TTG BAKOSURTANAL

BM 1A BM 2A BM 3A BM 4A BM 5A BM 6A BM 7A

BM 1 BM 2 BM 3 BM 4 BM 5 BM 6 BM 7

TTG BAKOSURTANAL

Gambar 5.6 Sketsa Jaringan Pengukuran Waterpass

f. Pengukuran Situasi
Pengukuran situasi dilakukan dengan sistem Tachimetri, yang mencakup
semua obyek yang dibentuk oleh alam maupun manusia yang ada di
sepanjang jalur pengukuran, seperti alur alam / sungai, bukit, jembatan,
rumah, gedung, dsb.
Dalam pengambilan data harus diperhatikan keseragaman penyebaran dan
kerapatan titik yang cukup sehingga dihasilkan gambar situasi yang benar.
Pada lokasi-lokasi khusus, seperti sungai, persimpangan dengan jalan yang

5 - 40
PERENCANAAN TEKNIS (SURVEY LIDAR)
RUAS LONG PAHANGAI – LONG BOH

sudah ada, pengukuran dilakukan dengan tingkat kerapatan yang lebih


tinggi.
Pengukuran situasi ini dilakukan dengan menggunakan alat Theodolite.

g. Pengukuran Penampang Melintang (Cross Section)

Pengukuran penampang melintang dilakukan dengan alat Theodolite, dan


dilakukan dengan persyaratan seperti terlihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 5.5 Pengukuran Penampang Melintang
Kondisi Lebar Koridor Jarak / Interval
(m) (m)

- Datar, landai, dan lurus 75 + 75 50

- Pegunungan 75 + 75 25

- Tikungan 50 (luar) + 100 (dalam) 25

h. Pengukuran pada Perpotongan Rencana Trase Jembatan dengan Sungai


atau Jalan
Koridor pengukuran ke arah hulu dan hilir masing-masing minimum 200 m
dari perkiraan garis perpotongan atau daerah sekitar sungai (hulu/hilir)
yang masih berpengaruh terhadap keamanan jembatan dengan interval
pengukuran penampang melintang sungai sebesar 25 m.

Koridor pengukuran searah rencana trase jembatan masing-masing


minimum 100 m dari garis tepi sungai/jalan atau sampai pada garis
pertemuan antara oprit jembatan dengan jalan dengan interval pengukuran
penampang melintang rencana trase jalan sebesar 25 m.

Pada posisi lokasi jembatan interval pengukuran penampang melintang dan


memanjang baik terhadap sungai maupun jalan sebesar 10, 15 dan 25 m.

Pengukuran situasi lengkap menampilkan segala obyek yang dibentuk alam


maupun manusia disekitar persilangan tersebut.

i. Pengukuran Potongan Memanjang (Long Section)

Pengukuran Long section ini dimaksudkan untuk mendapatkan bentuk


penampang memanjang dari rencana trase jalan. Titik–titik yang dipakai
sebagai awal acuan pengukuran adalah titik hasil pengukuran staking out,
dimana interval kerapatan dari pengukuran Long section adalah setiap 5
meter, hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan bentuk penampang yang
mendekati actual seperti eksisiting di lapangan.

5 - 41
PERENCANAAN TEKNIS (SURVEY LIDAR)
RUAS LONG PAHANGAI – LONG BOH

j. Analisis Data dan Penggambaran


 Analisis Data Polygon

Pencatatan data pengamatan dan perhitungan azimuth matahari


menggunakan formulir yang diterbitkan oleh Ditjen Bina Marga.
Perhitungan mengacu pada table almanak matahari yang diterbitkan oleh
Dit. Top TNI-AD untuk tahun yang sedang berjalan.

Perhitungan koordinat polygon dibuat setiap seksi, antara pengamatan


matahari yang satu dengan pengamatan berikutnya. Koreksi sudut tidak
boleh diberikan atas dasar nilai rata-rata, tapi diberikan berdasarkan
panjang kaki sudut (kaki sudut yang lebih pendek mendapatkan koreksi
yang lebih besar) dan akan dilakukan di lokasi pekerjaan.

Tahapan pengolahan data polygon :

- Data-data hasil pengukuran dengan menggunakan alat ukur


Theodolite, di down load ke dalam PC dengan mempergunakan Card
Reader, untuk merubah format bahasa alat kedalam format bahasa
program dengan mempergunakan fasilitas rinex.

- Data-data yang sudah dirubah formatnya selanjutnya diproses dengan


mempergunakan metode hitung perataan Bowditch.

Syarat ketelitian yang diijinkan adalah :

o Kesalahan penutup sudut : 10 nn (n adalah jumlah titik polygon


dari pengamatan matahari pertama ke pengamatan matahari
selanjutnya atau dari pengukuran GPS pertama ke pengukuran
GPS selanjutnya).
o Ketelitian Linier Jarak : 1/10.000

 Analisis Data Waterpass / Sipat Datar


Perhitungan data waterpass/sipat datar dilakukan hingga 4 desimal
(ketelitian 0.5 mm), dan akan dilakukan kontrol perhitungan pada setiap
lembar perhitungan dengan menjumlahkan beda tingginya. Sedangkan
ketinggian detail dihitung berdasarkan ketinggian patok ukur yang
dipakai sebagai titik pengukuran detail dan dihitung secara tachimetri.

Perhitungan data Waterpass/sipat datar dilakukan dengan memper-


gunakan program exel under Windows XP. Toleransi penutup tinggi yang
disyaratkan adalah 10 mm D, dimana D adalah jarak pengukuran dalam
kilometer.

 Analisis Data Cross Section

5 - 42
PERENCANAAN TEKNIS (SURVEY LIDAR)
RUAS LONG PAHANGAI – LONG BOH

Perhitungan Cross Section dilakukan dengan mempergunakan program


dari bahasa program ”Basica program”. Skala penggambaran adalah
Horisontal 1 : 100 dan Vertikal 1 : 50.

i. Penggambaran Hasil Pengukuran


 Proses penggambaran hasil pengukuran topografi akan dilakukan dengan
komputerisasi.
 Penggambaran poligon harus dibuat dengan skala 1 : 1.000 untuk jalan
dan 1 : 500 untuk jembatan dan longsoran.
 Garis-garis grid dibuat setiap 10 cm.
 Koordinat grid terluar (dari gambar) harus dicantumkan harga absis (x)
dan ordinat (y)-nya.
 Pada setiap lembar gambar dan/ atau setiap 1 meter panjang gambar
harus dicantumkan petunjuk arah Utara.
 Penggambaran titik poligon harus berdasarkan hasil perhitungan dan
tidak boleh dilakukan secara grafis.
 Setiap titik ikat (BM) agar dicantumkan nilai X,Y,Z-nya dan diberi tanda
khusus.

5 - 43
PERENCANAAN TEKNIS (SURVEY LIDAR)
RUAS LONG PAHANGAI – LONG BOH

5.3.2.3 Survey Penyelidikan Tanah

 Tujuan
Tujuan dilakukan survey penyelidikan tanah (geoteknik dan geologi) dalam
pekerjaan ini adalah :

 Untuk melakukan pemetaan penyebaran tanah / batuan dasar, termasuk


kisaran tebal tanah pelapukan,
 Memberikan informasi mengenai stabilitas tanah,
 Menentukan jenis dan karakteristik tanah untuk keperluan bahan jalan dan
struktur,
 Mengidentifikasi lokasi sumber bahan (quarry) termasuk perkiraan
kuantitasnya.

 Lingkup Pekerjaan
Lingkup kegiatan survey penyelidikan tanah (geoteknik) meliputi :

 Penyelidikan Tanah (Geoteknik), meliputi kegiatan :


- Pemeriksaan daya dukung tanah dasar dengan alat DCP (Dynamic Cone
Penetrometer)
- Percobaan CBR terendam (Soaked) di Laboratorium
- Pengeboran inti (core drilling)
- Pengambilan contoh tanah asli (Undisturbed Soil Sample)
- Standard Penetration Test (SPT)
- Sondir (Cone Penetration Test/CPT)
- Pengujian contoh tanah di laboratorium

 Mengidentifikasi Lokasi Quarry

 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

b. Penyelidikan Tanah
 Pemeriksaan Daya Dukung Tanah Dasar dengan alat DCP (Dynamic
Cone Penetrometer)

Pemeriksaan dilakukan sesuai ketentuan-ketentuan sebagai berikut :

- Alat DCP yang dipakai harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan


ukuran yang ada.
- Pemeriksaan dilakukan dengan interval pemeriksaan 200 m selang
seling.
- Pemeriksaan dilakukan pada lokasi rencana pelebaran dan pada
permukaan lapisan tanah dasar.

5 - 44
PERENCANAAN TEKNIS (SURVEY LIDAR)
RUAS LONG PAHANGAI – LONG BOH

- Harus dicatat ketebalan dan jenis setiap bahan perkerasan yang ada
seperti lapisan sirtu, lapisan telford, lapisan pasir dan sebagainya.
- Pemeriksaan dilakukan hingga kedalaman 90 cm dari permukaan
lapisan tanah dasar, kecuali bila dijumpai lapisan tanah yang sangat
keras (lapis batuan).
- Selama pemeriksaan harus dicatat keadaan-keadaan kondisi drainase,
cuaca, waktu dan sebagainya.
- Lokasi awal dan akhir dari pemeriksaan harus dicatat dengan jelas.

 Percobaan CBR terendam (Soaked) di Laboratorium

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan CBR tanah di lokasi


perencanaan kemudian dilakukan pengujian di laboratorium pada kadar
air tertentu.

Pemeriksaan harus dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan sebagai


berikut :

- Pengambilan sampel tanah dilakukan dengan interval pemeriksaan


maksimal 5 km.
- Pengambilan sampel tanah dilakukan pada lokasi rencana pelebaran
dan pada permukaan lapisan tanah dasar.
- Harus dicatat ketebalan dan jenis setiap bahan perkerasan yang ada
seperti lapisan sirtu, lapisan telford, lapisan pasir dan sebagainya.
- Pengambilan sampel tanah dilakukan hingga kedalaman 90 cm dari
permukaan lapisan tanah dasar, kecuali bila dijumpai lapisan tanah
yang sangat keras (lapis batuan), dan jumlah sampel tanah minimal 15
kg per titik.
- Selama pemeriksaan harus dicatat keadaan-keadaan kondisi drainase,
cuaca, waktu dan sebagainya.
- Lokasi awal dan akhir dari pemeriksaan harus dicatat dengan jelas.

 Pengeboran Inti (Core Drilling)

Pengeboran ini dilakukan dengan memutar dan menekan sebuah tabung


tunggal yang dilengkapi mata bor pada ujung bawah dengan bantuan
mesin bor rotari. Tanah yang masuk ke dalam tabung dikeluarkan secara
periodik. Untuk kedalaman di atas muka air tanah, air sering dituangkan
kedalam lubang bor untuk melumasi mata bor. Pipa casing umumnya
digunakan untuk mencegah runtuhnya lubang bor.

Core drilling dianjurkan untuk jenis tanah yang tidak begitu sensitif
terhadap gangguan yaitu tanah berkekuatan sedang hingga keras. Core
drilling tidak dianjurkan pada tanah liat sangat lunak dan sensitif karena
5 - 45
PERENCANAAN TEKNIS (SURVEY LIDAR)
RUAS LONG PAHANGAI – LONG BOH

pencabutan tabung menyebabkan proses vacum pada dasar lubang yang


dapat mengganggu kualitas pengambilan contoh tanah atau uji coba
lainnya. Core drilling pada pasir harus selalu disertai dengan mengisi air
pada lubang bor untuk mengimbangi air tanah dari dasar lubang.
Kelalaian pengisian air memungkinkan rembesan air tanah yang dapat
merusak struktur asli pasir (boiling) pada dasar lubang bor. Core drilling
pada pasir sukar dilakukan karena mudah lepas dari tabung.

Core drilling mudah mengidentifikasi jenis tanah karena potongan tanah


terbawa keluar. Identifikasi tanah hasil potongan harus dilakukan oleh
ahli tanah yang berpengalaman dengan membelah potongan tanah.
Identifikasi potongan tanah dari tampak luas sering memberi informasi
salah karena potongan tanah bagian terluar telah bergesek selama
pengeboran dan mungkin berbaur dengan lapisan tanah lainnya.

Core drilling dengan tabung ganda atau triple (double or triple core)
digunakan untuk lapisan batuan. Pengeboran dengan tabung ganda atau
triple dilakukan dengan memutar dan menekan tabung bor, disamping
itu, air jernih disirkulasikan melalui setang bor untuk mengeluarkan
pecahan batu akibat potongan mata bor. Kualitas pengeboran sangat
tergantung dari keterampilan juru bor disamping kondisi prima aksesori
pengeboran.

Untuk menjaga kondisi asli pada struktur tanah, pengeboran tanah harus
dilakukan dengan memperhatikan beberapa syarat sbb :

- Pengeboran harus dijaga vertikal kecuali memang dikehendaki lubang


miring.
- Pengeboran harus dilakukan dengan penuh hati-hati untuk tidak
merusak struktur tanah asli. Pengeboran secara paksa dan kasar
dihindari.
- Pengeboran harus diusahakan bersih dari segala endapan bor supaya
pengambilan contoh tanah ataupun uji coba didalam lubang bor
dilakukan pada tanah asli.
- Lubang bor harus dijaga tidak runtuh dan tidak mengecil dengan cara
dilindungi pipa casing, menggunakan cairan bor yang kental atau
dicampur bentonite atau menggunakan busa pada tanah-tanah yang
sangat ekspansif.
- Pengeboran tidak dilakukan melebihi kedalaman yang akan diambil
contoh tanah maupun uji coba lainnya. Sering lubang bor yang telah
dilampaui kedalamannya tidak terdeteksi karena tertimbun endapan
tanah.

5 - 46
PERENCANAAN TEKNIS (SURVEY LIDAR)
RUAS LONG PAHANGAI – LONG BOH

 Pengambilan Contoh Tanah Asli ((Undisturbed Soil Sample)


Untuk mencari sifat mekanis tanah, dibutuhkan pengambilan contoh
tanah dalam keadaan yang relatif tidak terganggu struktur tanah aslinya.
Pengambilan contoh tanah asli (udisturbed soil sample) biasanya hanya
dilakukan pada tanah jenis liat (clayey sc.Is) atau lanau (silty soils) atau
tanah kohesi (cohesive soils). Jarang sekali contoh tanah asli diambil dari
pasir (sandy soils or cohesionless soils) karena tidak dapat dibentuk dalam
keadaan asli dilaboratorium.

Pengambilan contoh tanah bongkah (bulk sampling) dari galian tanah (test
pit) biasanya memberi kualitas contoh yang prima. Tetapi untuk contoh
tanah yang dalam, pengambilan biasanya dilakukan dengan memasukkan
tabung tipis kedalam tanah dengan cara menekan atau memukul.
Kadangkala dilakukan dengan menekan dan memutar tabung ganda
(double core barrel).

Pengambilan contoh tanah dilakukan sebagai berikut :

- Untuk tanah sangat lunak hingga lunak (very soft to soft) dan sensitif,
digunakan tabung tipis dilengkapi dengan piston (stationary piston
sampler) yang ditekan kedalam tanah.
- Untuk tanah lunak hingga teguh (soft to medium stiff), digunakan
tabung tipis (shelby thin wall tube sampler) yang ditekan atau dipukul
kedalam tanah.
- Untuk tanah keras hingga sangat keras (stiff to hard), digunakan
tabung tebal (thick wall tube sampler) yang dipukul kedalam tanah,
atau tabung ganda (Denision or Pitcher Sampler) yang diputar dan
ditekan sambil dibilas dengan air.
- Segera setelah pengambilan contoh tanah, tabung harus ditutup
dengan lilin parafin dan disimpan pada tempat yang teduh untuk
mencegah penguapan. Label dengan perincian asal usul contoh tanah
harus ditempelkan pada tabung sesegera mungkin untuk menghindar
kesalahan dengan contoh tanah yang lain. Tabung contoh tanah
(terutama yang lunak dan sensitif) yang dikirim kelaboratorium harus
dibungkus dengan busa untuk menghindarkan getaran selama
pengangkutan. Penyimpanan contoh tanah harus diusahakan tegak
dan didalam ruangan sejuk. Hindari penyimpanan yang terlalu lama
dan uji laboratorium harus segera dilakukan.
- Tabung contoh tanah harus bulat dan tidak penyok. Ujung tabung
contoh tanah harus dalam keadaan baik, tajam dan sedikit menguncup.
Menguncupnya ujung tabung berfungsi menghilangkan gesekan yanah
pada dinding dalam tabung. Bagian sisi dalam harus bersih dari sisa

5 - 47
PERENCANAAN TEKNIS (SURVEY LIDAR)
RUAS LONG PAHANGAI – LONG BOH

contoh tanah. Tabung contoh tanah yang tidak memenuhi syarat yang
disebut tadi sebaiknya tidak dipakai.
- Apabila penurunan tabung kedalam bor mengalami hambatan
sebelum sampai pada dasar lubang, pengambilan contoh tanah harus
dibatalkan dan lubang bor dibersihkan ulang. Tanah sepanjang
dinding lubang akan mengisi tabung contoh tanah apabila dipaksakan
pada lubang yang mengecil.
- Untuk tanah sangat lunak hingga sedang, pengambilan contoh tanah
sebaiknya dilakukan dengan menekan tabung dengan kecepatan
konstan. Sedapat mungkin penekanan dilakukan dalam satu kali
dorongan. Pendorongan berkali-kali cenderung merusak kualitas
contoh tanah.
- Untuk tanah sedang dan lengket, pengambilan tanah dilakukan
dengan cara memukul tabung. Dalam hal ini penetrasi tabung kedalam
tanah dibatasi tidak melebihi 6 kali diameter tabung agar tidak terjadi
penempatan yang berlebihan.

 Standard Penetration Test (SPT)

Uji SPT yang sangat populer adalah uji coba yang sederhana dan sangat
berguna untuk mendapatkan sifat tanah kualitatif berdasarkan korelasi
empiris yang banyak diusulkan oleh para pakar geoteknik. Disamping
korelasi empiris, uji SPT juga memberikan contoh tanah terganggu yang
dapat digunakan untuk identifikasi tanah serta uji laboratorium untuk
sifat indeks.

Uji SPT dilakukan dengan memukul sebuah tabung standar kedasar


lubang bor sedalam 450 mm dengan menggunakan sebuah palu seberat
63.5 kg yang jatuh bebas dengan ketinggian 760 mm. Jumlah pukulan
yang dibutuhkan untuk penetrasi setiap 150 mm dicatat. Jumlah pukulan
untuk penetrasi 150 mm awal diabaikan akibat gangguan yang mungkin
terjadi pada saat pengeboran. Jumlah penetrasi pada 300 mm terakhir
dicatat sebagai nilai N (N-value) yang sering dikorelasikan dengan
berbagai sifat tanah, antara lain kekerasan atau kepadatan tanah,
kekuatan geser tanah serta modulus elastisitas tanah.

Sondir (Cone Penetration Test/CPT)

Sondir dilakukan untuk mengetahui kedalaman lapisan tanah keras,


menentukan lapisan-lapisan tanah berdasarkan tahanan ujung konus dan
daya lekat tanah setiap kedalaman yang diselidiki, alat ini hanya dapat
digunakan pada tanah berbutir halus, tidak boleh digunakan pada daerah
aluvium yang mengandung komponen berangkal dan kerakal serta batu

5 - 48
PERENCANAAN TEKNIS (SURVEY LIDAR)
RUAS LONG PAHANGAI – LONG BOH

gamping yang berongga, karena hasilnya akan memberikan indikasi


lapisan tanah keras yang salah.

Ada dua macam alat sondir yang digunakan, yaitu sondir ringan dengan
kapasitas 2,5 ton, dan sondir berat dengan kapasitas 10 ton.

Pembacaan dilakukan pada setiap penekanan pipa sedalam 20 cm,


pekerjaan sondir dihentikan apabila pembacaan pada manometer
berturut-turut menunjukkan harga > 150 kg/cm2. Alat sondir terangkat ke
atas, apabila pembacaan manometer belum menunjukkan angka yan
maksimum, maka alat sondir perlu diberi pemberat yang diletakkan pada
baja kanal jangkar.

Hasil yang diperoleh adalah nilai sondir (qc) atau perlawanan penetrasi
konus dan jumlah hambatan pelekat (JHP). Grafik yang dibuat adalah
perlawanan penetrasi konus (qc) pada tiap kedalaman dan jumlah
hambatan pelekat (JHP) secara komulatif.

 Pengujian Contoh Tanah di Laboratorium


Pengujian contoh tanah di laboratorium dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan yang tercantum pada tabel di bawah ini :

Tabel 5.6 Spesifikasi Pengujian Tanah di Laboratorium

NO JENIS PENGUJIAN ACUAN KETERANGAN


A SIFAT INDEKS
1 Kadar Air ASTM D 2216-92
2 Batas Susut ASTM D 427-93
3 Batas Plastis ASTM D 4318-93 - Fresh Condition
4 Batas Cair SK-SNI M-07-1989-F - Oven dried 100 0C
5 Analisa Saringan SNI-03-3423-1994
6 Berat Jenis ASTM D 854-92 - Gunakan „Wet method‟
7 Berat Isi SNI-1742-1989
8 Chloride Content K.H. Head, Vol.1, 1984
9 Carbonate Content K.H. Head, Vol.1, 1984
10 Sulphate Content K.H. Head, Vol.1, 1984
B SIFAT KUAT GESER TANAH
11 Direct Shear SNI 03-2813-1982 - Fresh sample dgn penjenuhan
ASTM D 3080-90 - Fresh sample tanpa penjenuhan
- Fresh sample dioven 70 0C selama
1 hari
C SIFAT PEMANPATAN TANAH
- Fresh sample dioven 40 0C & 70 0C
12 Swelling ASTM D 4546-90
Selama 1 hari

5 - 49
PERENCANAAN TEKNIS (SURVEY LIDAR)
RUAS LONG PAHANGAI – LONG BOH

D KEPADATAN
13 Pemadatan
E SIFAT KELULUSAN
Manual of Soil Laboratory Testing,
14 Permeabilitas K.H. Head, Vol.2, 1984
digunakan Metode Falling Head

c. Identifikasi Lokasi Quarry


Penentuan lokasi quarry baik untuk bahan perkerasan jalan, struktur
jembatan, maupun untuk bahan timbunan (borrow pit) akan diutamakan
yang ada pada daerah di sekitar lokasi pekerjaan. Bila tidak dijumpai, maka
akan dicari pada lokasi yang lain yang dapat dimanfaatkan.

Penentuan lokasi quarry ditentukan oleh jenis dan karakteritik bahan,


perkiraan kuantitas, jarak ke lokasi pekerjaan, serta kesulitan-kesulitan yang
mungkin timbul dalam proses penambangannya.

5 - 50
PERENCANAAN TEKNIS (SURVEY LIDAR)
RUAS LONG PAHANGAI – LONG BOH

5.3.2.4 Survey Kondisi Perkerasan


Tujuan dilaksanakannya Survey Kondisi Perkerasan adalah untuk mengetahui
kondisi perkerasan jalan eksisting, jenis perkerasan, serta permasalahan yang
sering terjadi pada jalan tersebut. Hal ini akan digunakan sebagai dasar
perencanaan pelapisan ulang dan peningkatan jalan.

Survey Kondisi Perkerasan termasuk diantaranya adalah dengan menggunakan


alat Benkelmen Beam (metode lendutan balik).
Pemeriksaan harus dilakukan dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :

- Pengukuran beban gandar belakang harus dilakukan dengan menggunakan


jembatan timbang atau dengan alat lain yang telah terbukti dapat dipakai
untuk pengukuran beban gandar,dan hasil pengukuran beban gandar harus
dicatat dengan jelas.
- Alat Benkelman Beam yang dipakai harus mempunyai ukuran yang standar
misalnya, perbandingan batang 1:2. Dimensi geometrik dari Benkelman Beam
harus dicatat dengan jelas.
- Alat pembacaan (dial gauge) lendutan harus pada kondisi yang baik dan skala
ketelitian pembacaan jarum penunjuk harus dicatat.
- Pemeriksaan lendutan balik dilakukan dengan interval pemeriksaan maksimal
setiap 200 m selang seling sepanjang ruas jalan beraspal yang telah ditetapkan.
- Hal-hal yang khusus yang dijumpai seperti kondisi drainase, nama daerah
yang dilalui, cuaca, waktu peninggian permukaan jalan dan sebagainya harus
di catat.
- Lokasi awal dan akhir pemeriksaan harus dicatat dengan jelas (Patok
Km/Sta).

Keluaran yang dihasilkan dari survey kondisi perkerasan berupa laporan yang
didalamnya memuat :

- Data history penanganan


- Data lendutan

5 - 51
PERENCANAAN TEKNIS (SURVEY LIDAR)
RUAS LONG PAHANGAI – LONG BOH

5.3.2.5 Survey Hidrologi


Tujuan dilakukan survey hidrologi dan hidrolika adalah untuk mengumpulkan
data hidrologi dan karakter / perilaku aliran air pada bangunan air yang ada
(sekitar jalan dan jembatan), guna keperluan analisis hidrologi, penentuan debit
banjir rencana (elevasi muka air banjir), perencanaan drainase dan bangunan
pengaman terhadap gerusan, river training (pengarah arus) yang diperlukan.

Lingkup pekerjaan survey hidrologi dan hidrolika meliputi :

a. Mengumpulkan data curah hujan harian maksimum (mm/hr) minimal


pengamatan 10 tahun pada daerah tangkapan (cathment area) atau pada daerah
yang berpengaruh terhadap lokasi pekerjaan, data tersebut dapat diperoleh dari
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) atau dari Dinas PU
Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Kalimantan Timur.
b. Mengumpulkan data bangunan pengaman yang ada, seperti gorong-gorong,
jembatan, selokan yang meliputi : lokasi, dimensi, kondisi, tinggi muka air
banjir.
c. Menganalisis data curah hujan dan menentukan curah hujan rencana, debit dan
tinggi muka air banjir rencana dengan periode ulang 10 tahunan.
d. Menganalisa pola aliran air pada daerah rencana untuk memberikan masukan
dalam proses perencanaan yang aman.
e. Menghitung dimensi dan jenis bangunan pengaman yang diperlukan.
f. Menentukan rencana elevasi aman untuk jalan termasuk pengaruhnya akibat
adanya bangunan air.
g. Merencanakan bangunan pengaman jalan terhadap gerusan samping atau
horizontal dan vertikal.

5 - 52
PERENCANAAN TEKNIS (SURVEY LIDAR)
RUAS LONG PAHANGAI – LONG BOH

5.3.3 Perencanaan Teknik

 Tujuan
Tujuan perencanaan Teknik jalan ini adalah mewujudkan desain yang
berwawasan lingkungan untuk masa pelayanan yang ditetapkan, serta
memenuhi kriteria kekuatan, keamanan, keselamatan, kelancaran dan
kenyamanan pemakai jalan, sesuai dengan data akhir di lapangan serta
perubahan-perubahan yang dipersyaratkan, dan dapat dilaksanakan dengan
metoda yang relatif mudah serta tidak memerlukan pemeliharaan yang intensif.

 Lingkup Pekerjaan
Lingkup kegiatan perencanaan Teknik jalan ini meliputi :
 Perencanaan geometrik jalan
 Perencanaan drainase
 Perencanaan perkerasan jalan
 Perencanaan aksesoris jalan, bangunan struktur dan bangunan pelengkap
lainnya.
 Perencanaan stabilitas lereng
 Perencanaan stabilitas badan jalan

 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

a. Perencanaan Geometrik Jalan


Acuan / standar yang digunakan dalam perencanaan geometrik jalan adalah
Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota No. 038/T/BM/1997,
dan Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 03-1724-1989 SKBI-1-3.10.1987
tentang Perencanaan Geometrik untuk Jalan Perkotaan (Bina Marga – Maret
1992).

Penetapan geometrik jalan ditentukan berdasarkan peta topografi dan


evaluasi hasil survey pendahuluan dengan memperhatikan standar
perencanaan yang telah ditetapkan.

b. Perencanaan Drainase
Acuan / standar yang digunakan dalam perencanaan drainase adalah
Standar Perencanaan Drainase Permukaan Jalan SNI No. 03-3424-1994 dan
mengakomodasi faktor keselamatan, pengendalian hanyutan / polusi
peralatan dan lain-lain.

Karena saluran drainase memegang peranan yang sangat penting dalam hal
mengumpulkan dan menyalurkan air permukaan dari daerah millik jalan,
sehingga perencanaannya harus mempunyai kapasitas yang cukup (dengan
periode ulang banjir 10 tahunan untuk jalan arteri, 7 tahunan untuk jalan

5 - 53
PERENCANAAN TEKNIS (SURVEY LIDAR)
RUAS LONG PAHANGAI – LONG BOH

kolektor serta 5 tahunan untuk jalan lokal). Lokasi dan bentuk saluran
drainase harus direncanakan agar dapat mencegah bahaya lalu lintas, tahan
erosi, bersih terhadap hanyutan/penumpukan material yang akan
mengurangi kapasitas drainase.

Perencanaan drainase meliputi :

 Menentukan pola aliran sesuai dengan kondisi terrain dan rencana jalan.
 Menentukan daerah tangkapan air yang ada pada drainase.
 Menampung dan mengalirkan air permukaan pada daerah manfaat jalan.
 Merencanakan alignment saluran.
 Merencanakan saluran pada daerah kaki lereng timbunan untuk
menyalurkan air permukaan pada daerah kaki lereng timbunan untuk
menyalurkan air permukaan pada daerah sekitar menuju daerah
buangan.
 Merencanakan saluran di atas lereng bukit yang berfungsi untuk
mencegah rembesan air dari atas.
 Merencanakan saluran yang berfungsi untuk terjunan atau pematah arus
pada daerah curam.
 Menentukan tipe, dimensi dan jenis konstruksi saluran.

c. Perencanaan Perkerasan Jalan


Acuan / Standar yang digunakan untuk perhitungan konstruksi perkerasan
jalan adalah :
 Manual Perkerasan Jalan 2013 Nomor 02/M/BM/2013.
 Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya dengan
Metoda Analisa Komponen (SKBI-2.3.26.1987, UDC : 625.73(02)).
 “A Guide to the Structural Design of Bitument-Surfaced Roads in Tropical
and Sub-tropical Countries”, Overseas Road Note 31, Overseas Centre,
TRL, 1993.
 AASHTO Guide for Design of Pavement Structures 1996.
 Auroads Pavement Design 2000.
 Road Design System (RDS).
Penetapan tipe dan jenis konstruksi yang akan dipakai dalam perencanaan
ini, ditentukan berdasarkan evaluasi hasil survey pendahuluan dan dari
hasil analisis data lalu lintas (LHR yang dikonversi kedalam nilai ESA).
Sedangkan dalam penentuan jenis material, Konsultan akan mengutamakan
penggunakan bahan material setempat sesuai dengan masukan dari laporan
geoteknik.

5 - 54
PERENCANAAN TEKNIS (SURVEY LIDAR)
RUAS LONG PAHANGAI – LONG BOH

d. Perencanaan Aksesoris Jalan, Bangunan Struktur dan Bangunan


Pelengkap lainnya
Acuan / rujukan yang digunakan dalam perencanaan bangunan pelengkap
dan pengamanan jalan adalah :

 Pedoman Pemasangan Rambu dan Marka Jalan Perkotaan Undang-


Undang Lalu Lintas.
 Standar Box Culvert
 Gambar Standar Pekerjaan Jalan dan Jembatan

e. Perencanaan Stabilitas Lereng


Perhitungan stabilitas lereng dilakukan guna memberikan informasi tentang
berapa tinggi maksimum dan kemiringan lereng desain galian yang aman
dari keruntuhan.
Perhitungan stabilitas lereng diperoleh dari beberapa parameter tentang sifat
fisik tanah setempat yang diperoleh dari contoh tabung (undisturbed
sample) beberapa dari test triaxial atau direct shear. Parameter yang
dihasilkan dari percobaan ini, yaitu C = kohesi tanah, Ø = sudut geser tanah,
dan yw = berat isi tanah.
Perhitungan angka keamanan lereng (sudut lereng dan tinggi maksimum
yang aman) dilakukan dengan menggunakan rumus dan Grafik Taylor.

f. Perencanaan Stabilitas Badan Jalan


Kondisi stabilitas badan jalan diidentifikasi dari gejala struktur geologi yang
ada, jenis dan karakteristik batuan dan kondisi lereng.
Pengkajian stabilitas badan jalan mencakup 3 (tiga) hal, yaitu gerakan tanah
atau longsoran yang sudah ada di lapangan, perkiraan longsoran yang dapat
terjadi akibat pembangunan jalan. Untuk ketiga hal di atas harus
diidentifikasi jenis gerakan, faktor penyebabnya, dan usaha-usaha
penanggulangannya.

 Perhitungan Perencanaan
Pada tahap awal perencanaan teknik, perlu disusun kriteria desain. Kriteria
desain disusun berdasarkan tata cara, manual, petunjuk dan standar spesifikasi
yang ditentukan. Kriteria desain ini harus mendapatkan persetujuan dari
Pemberi Tugas / Pengguna Jasa sebelum digunakan sebagai acuan.

Untuk perhitungan perencanaan akan dilakukan dengan komputerisasi.

Hasil perencanaan teknik disiapkan dalam beberapa alternatif untuk


didiskusikan dengan Pemberi Tugas/Pengguna Jasa dan alternatif yang dipilih
harus mendapatkan persetujuan dari Pemberi Tugas / Pengguna Jasa.

5 - 55
PERENCANAAN TEKNIS (SURVEY LIDAR)
RUAS LONG PAHANGAI – LONG BOH

5.3.4 Penggambaran Desain

5.3.4.1 Rancangan (Draft Gambar Rencana)


Rancangan (draft gambar rencana) untuk setiap detail perencanaan akan dibuat
oleh Konsultan, dan diajukan kepada Pemberi Tugas / Pengguna Jasa untuk
diperiksa dan disetujui.

Detail perencanaan teknik yang akan dibuat konsep perencanaannya, antara lain :

a. Alignment Horizontal (Plan) digambar di atas peta situasi skala 1 : 1000 dengan
interval garis tinggi 1,0 meter dan dilengkapi dengan data yang dibutuhkan.

b. Alignment Vertikal (Profile) digambar dengan skala horizontal 1 : 1000 dan


skala vertikal 1 : 50 yang mencakup data yang dibutuhkan.

c. Potongan Melintang (Cross Section) digambar untuk setiap titik STA dengan
interval 50 meter, namun pada segmen khusus akan dibuat interval lebih rapat.
Gambar potongan melintang dibuat dengan skala horizontal 1 : 100 dan skala
vertikal 1 : 50. Dalam gambar potongan melintang mencakup :
 Tinggi muka tanah asli dan tinggi rencana muka jalan
 Profil tanah asli dan profil/dimensi DAMIJA (ROW) rencana
 Penampang bangunan pelengkap yang diperlukan
 Data kemiringan lereng galian/timbunan (bila ada)

d. Potongan Melintang Typikal (Typical Cross Section) digambar dengan skala


yang sesuai dan memuat semua informasi yang diperlukan antara lain :
 Gambar konstruksi eksisting yang ada
 Penampang pada daerah galian dan daerah timbunan pada ketinggian yang
berbeda-beda
 Penampang pada daerah perkotaan dan luar daerah perkotaan
 Rincian konstruksi perkerasan
 Penampang bangunan pelengkap
 Bentuk dan konstruksi bahu jalan, median
 Bentuk dan posisi saluran melintang (bila ada)

e. Gambar standar yang mencakup antara lain : gambar bangunan pelengkap,


drainase, rambu jalan, marka jalan, dan sebagainya.

f. Gambar detail bangunan bawah dan bangunan atas jembatan (bila ada)

g. Keterangan mengenai mutu bahan dan kelas pembebanan.

5 - 56
PERENCANAAN TEKNIS (SURVEY LIDAR)
RUAS LONG PAHANGAI – LONG BOH

5.3.4.2 Gambar Rencana (Final Design)


Pembuatan gambar rencana lengkap dilakukan Konsultan setelah rancangan
perencanaan disetujui oleh Pemberi Tugas / Pengguna Jasa dengan
memperhatikan koreksi dan saran yang diberikan.
Gambar rencana akhir terdiri dari gambar-gambar rancangan yang telah
diperbaiki dan dilengkapi dengan :
a. Sampul luar (cover)
b. Lembar pengesahan
c. Daftar isi
d. Legenda (simbol dan singkatan)
e. Peta lokasi proyek (gambar berwarna)
f. Peta lokasi sumber bahan material (Quarry) (gambar berwarna)
g. Daftar kuantitas
h. Daftar bangunan pelengkap
i. Gambar center line jalan skala 1 : 5000 dilengkapi dengan detail jalur polygon
serta koordinat dari semua patok pengukuran (BM)
j. Typikal potongan melintang skala 1 : 100 dilengkapi dengan detail konstruksi
perkerasan dan saluran samping.
k. Plan dan Profil
- Skala horisontal 1 : 1000, skala vertikal 1: 100
- Arah mata angina
- Koordinat (interval 100 meter)
- Kontur (interval 1 meter)
- Stationing (per 50 meter)
- Arah aliran sungai dan saluran
- Lokasi/sta.tikungan (TC-CT atau TS-SC-CS-ST)
- Data tikungan/super elevasi
- Dilengkapi dengan detail situasi yang ada, letak dan tanda patok KM dan
beton (BM), letak dan ukuran jembatan/gorong-gorong, tanda-tanda lalu-
lintas dan sebagainya.

l. Potongan Melintang (Croos Section)


- Skala horisontal 1: 100, skala vertikal 1: 100
- Interval : 50 m jalan lurus ; 10-25 m pada tikungan
- Daerah yang memerlukan bangunan struktur, bangunan pelengkap penting
lainnya.
- Garis permukaan asli/semula : putus-putus
- Garis rencana : solid
- % kemiringan jalan
- Dimensi lebar jalan dan bahu

5 - 57
PERENCANAAN TEKNIS (SURVEY LIDAR)
RUAS LONG PAHANGAI – LONG BOH

- Gambar disusun dari bawah ke atas (sta kecil ke sta besar)


m. Gambar-gambar standar
- Singkatan dan symbol
- Rambu-rambu lalu lintas
- Guard rail
- Patok kilometer
- Patok pengarah
- Bangunan kantor lapangan, laboratorium dll.

5 - 58
PERENCANAAN TEKNIS (SURVEY LIDAR)
RUAS LONG PAHANGAI – LONG BOH

5.3.5 Penyusunan Dokumen Lelang

 Tujuan
Penyusunan Dokumen Lelang dimaksudkan untuk menyiapkan dokumen-
dokumen yang akan dijadikan acuan pelaksanaan proses pelelangan pekerjaan
konstruksi, terdiri dari dokumen-dokumen sebagai berikut :

Buku 1 : Instruksi Kepada Peserta Lelang


Buku 2 : Persyaratan Umum
Buku 3 : Spesifikasi Teknik
Buku 4 : Gambar Rencana
Buku 5 : Daftar Kuantitas dan Harga
Buku 6 : Spesifikasi Khusus (jika ada)

 Prosedur Penyusunan
 Pada prinsipnya dokumen lelang disusun berdasarkan Dokumen Lelang
Standard yang ditetapkan oleh Ditjen Bina Marga Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat. Apabila ada persyaratan lain yang belum
tercantum dalam dokumen lelang standar, maka dokumen lelang harus
disesuaikan dan dilengkapi sesuai dengan ruang lingkup dan persyaratan
pekerjaan yang perlu ditambahkan.
 Penyusunan spesifikasi teknik akan dilakukan berdasarkan spesifikasi teknik
standar yang perlu dilengkapi persyaratan–persyaratan lainnya bila belum
tercakup dalam spesifikasi standar. Bila dalam Rencana Teknik ada
pekerjaan baru yang memerlukan spesifikasi khusus, maka persyaratan
pekerjaan baru ini akan dimuat dalam spesifiasi khusus.

 Estimasi kuantitas akan disusun berdasarkan jenis pekerjaan : mobilisasi,


pekerjaan tanah, pekerjaan pondasi, pekerjaan bangunan bawah, pekerjaan
bangunan atas, pekerjaan bangunan pelengkap dan pengaman, pekerjaan
perkerasan dan pekerjaan lainnya. Daftar kuantitas pekerjaan disusun
menurut pay-item/mata pembayaran didalam spesifikasi umum yang
dipakai.

 Estimasi biaya akan disusun dengan prosedur sebagai berikut :


- Biaya tetap untuk setiap jenis pekerjaan disusun berdasarkan analisis
harga satuan dengan memperhitungkan faktor-faktor : bahan, peralatan,
aspek sosial, pajak, overhead / keuntungan.
- Estimasi biaya yang dihitung berdasarkan analisis harga satuan akan
dibandingkan dengan estimasi biaya proyek sejenis sebelumnya.

5 - 59
PERENCANAAN TEKNIS (SURVEY LIDAR)
RUAS LONG PAHANGAI – LONG BOH

- Bila kedua estimasi biaya ternyata mempunyai perbedaan yang


menyolok, maka untuk mendapatkan reasonable market price perlu
dilakukan re-analisis dan penyesuaian.

5 - 60

You might also like