Professional Documents
Culture Documents
Abstrak
161
'WjASXI^A Jumal Studi Agama dan Masyarakat Vol. Ill, No. 2, Nov. 2006: 161-176
up to this time the meaning of the saying ehyeh asher ehyeh remains
puzzled.
162
Ira Desiawanti Mangililo, Nama Yahweh: Suatu Tinjauan Etimologis
163
H^SKJ'TPU Jumal Studi Agama dan Masyarakat Vol. Ill, No. 2, Nov. 2006: 161-176
164
Ira Desiawanti Mangililo, Nama Yahweh: Suatu Tinjauan Etimologis
165
'HtflSKJTjl, Jumal Studi Agama dan Masyarakat Vol. Ill, No. 2, Nov. 2006: 161-176
166
Ira Desiawanti Mangililo, Nama Yahweh: Suatu Tinjauan Etimologis
167
ntfSKJTjl, Jumal Studi Agama dan Masyarakat Vol. Ill, No. 2, Nov. 2006: 161-176
Teks inilah yang kemudian menjadi dasar acuan yang diterima baik di
kalangan orang Yahudi maupun Kristen hingga tahun 1936 ZB. Namun
setelah tahun itu, teks ben Chayyin ditinggalkan karena terbukti lebih
rendah mutunya dan muncul lebih kemudian dibandingkan dengan MT
yang diproduksi oleh ben Asher pada abad ke-10 ZB. Teks ben Asher
inilah yang kemudian menjadi dasar dari edisi ketiga Biblica Hebraica
yang dipublikasikan oleh Rudolph Kittel (BHK) dan juga bagi Biblica
Hebraica Stuttgartensia (BHS) yang diedit oleh K. Elliger dan W.
Rudolph.17) Dengan mengetahui sejarah pengumpulan, pemeliharaan, dan
penyebaran Alkitab Ibrani, maka marilah sekarang kita melihat pada arti
dan penggunaan nama Yahweh yang telah menjadi bahan perdebatan
para ahli selama bertahun-tahun.
168
Ira Desiawanti Mangililo, Nama Yahweh: Suatu Tinjauan Etimologis
169
'WjiSKJ'TX Jumal Studi Agama dan Masyarakat Vol. Ill, No. 2, Nov. 2006: 161-176
umum terdapat dalam bahasa Ibrani atau Arab. Idem per idem merupakan
jenis pengulangan idiom yang dipakai ketika hal-hal atau keinginan yang
seharusnya muncul secara lebih eksplisit tidak ada. Istilah ini sebenarnya
telah lebih dahulu diperkenalkan oleh Harrison sebagai paronomasia
yang mana dua kata yang mempunyai bentuk yang sama digunakan
untuk menekankan kesatuan dari suatu sifat tindakan di dalam dasar
suatu konsep kata kerja.24^ Di dalam kata "ehyeh as her ehyehkata kerja
yang kedua berfungsi sebagai predikat yang menekankan kata kerja yang
berfungsi untuk menyatakan tindakan. Dengan demikian ketika 'ehyeh
asher ehyeh' diterjemahkan "Aku yang menyebabkan ada, apa yang ada"
atau dengan kata lain "Aku menciptakan apa yang Aku ciptakan". Dan
ketika disederhakan maka teijemahnya akan menjadi "Akulah sang
pencipta". Dengan demikian usulan terjemahan untuk 'ehyeh asher
ehyeh' adalah "Akulah sang pencipta." Bentuk ini sama dengan yang
terdapat di dalam Kel. 33:19 : "Aku akan memberi kasih karunia kepada
kepada siapa yang Kuberi kasih karunia dan mengasihani siapa yang
Kukasihani." Kalimat ini dapat disederhanakan "Akulah sang pengasih.
Akulah sang penyayang."
Kata 'ehyeh' inilah yang kemudian menurut Martin Noth25) dibuat
menjadi 'YHWH' yang merupakan bentuk peralihan kata kerja dari
orang pertama kepada orang ketiga tunggal yaitu dari 'aku' menjadi
'dia'. Hingga saat ini, tidak ada seorangpun yang mengetahui dengan
pasti bagaimana cara mengucapkan tentragrammaton YHWH ini hingga
akibatnya nama yang telah digunakan oleh para penulis sebelum masa
pembuangan ini, pada masa setelah masa pembuangan jarang dipakai
orang. Sebagai gantinya orang lebih sering menggunakan kata Adonai
yang diterjemahkan sebagai TUHAN (Inggris: LORD) dan Elohim yang
diterjemahkan sebagai ALLAH (Inggris: GOD). Kemudian vokal-vokal
dari Adonai yaitu e, o dan a dikenakan pada YHWH sehingga kata itu
dibaca Adonai. Demikian pula vokal-vokal Elohim yaitu e, o dan i,
dikenakan pada tentragrammaton YHWH yang kemudian dibaca Elohim.
Ada sebagian ahli seperti Edersheir26) yang membaca gabungan YHWH
dengan vokal-vokal Adonai sebagai Jehovah yang sebenarnya tidak
diketahui hingga tahun 1520. Orang pertama yang menggunakan
pengucapan ini adalah Galatinus namun kemudian dilawan oleh Le
Mercier, J. Drasius dan L. Capellus sebagai sesuatu yang melawan tata
bahasa and sejarah yang sebenarnya.27^ Di masa sekarang ini, para ahli
lebih sepakat untuk mengucapkan YHWH sebagai Yahweh yang
dianggap lebih mendekati tata-bahasanya. Di dalam teks MT sendiri
170
Ira Desiawanti Mangililo, Nama Yahweh: Suatu Tinjauan Etimologis
setiap kali kata YHWH muncul di dalam suatu teks maka orang akan
langsung mengucapkannya sebagai Adonai bukan lagi Yahweh atau
bahkan Jehovah karena selain nama ini adalah suci bagi mereka, orang
Yahudi sekarangpun sebenarnya juga tidak mengetahui dengan pasti
tentang bagaimana cara mengucapkan nama ini. Istilah inilah yang
menurut kaum Masoret disebut Qere-ketib, yaitu memang yang ditulis di
dalam teks adalah YHWH (ketib) namun harus dibaca Adonai (qere).
Hingga kalau ada orang yang ingin memilih untuk mengunakan langsung
nama Yahweh dalam setiap teijemahan Alkitab Ibraninya, maka hal ini
tentu saja akan dianggap oleh orang Yahudi puritan atau konservatif
sebagai suatu pelecehan.2)
Selanjutnya menurut para ahli, kata YHWH ini kemungkinannya
bukan diambil dari kata dasar 'hyh' melainkan 'hwh' yang mendapat
pengaruh dari bahasa Aram dan Arab yang kalau di dalam bahasa Ibrani
sejajar dengan 'hyh' yang berarti menjadi namun di dalam bahasa Arab
berarti 'meniup/menghembuskan, menebang, atau menjatuhkan. Sehingga
nama Yahweh bis a berarti "dia yang menghembuskan atau menjatuh-
kan". Atau dengan kata lain Yahweh adalah "dewa topan/badai". Akar
kata Arab yang lain yaitu 'hwy' sehingga menyebabkan Yahweh dapat
berarti "dia yang bertindak penuh kasih dan rahmat".29) Namun sejauh ini
saya tidak melihat adanya perbedaan yang signifikan antara akar kata
'hyh' dan 'hwh'. Menurut saya arti kedua-duanya cukup sama di dalam
bahasa Ibrani yaitu "menjadi/adalah" sehingga tidak menyebabkan
perubahan makna. Keberatan yang lain menyangkut nama Yahweh ini
adalah bahwa kemungkinan nama Yahweh ini merupakan bentuk
perpendekan dari kata Yah atau Yahu yang secara sederhana hanya
merupakan kata yang digunakan orang ketika berteriak atau pekikan yang
digunakan dalam kultus yang mengandung makna seperti "Dia" atau "O
orang itu". Bentuk Yah ini muncul 25 kali di dalam Alkitab Ibrani dan
bentuk-bentuk Ya, Yo, dan Yahu sering muncul dalam nama-nama orang
di dalam Alkitab seperti Yoshua atau Yesaya.30)
Kesimpulan
Tetragrammaton YHWH selalu dihubungkan dengan pemanggilan
dan pengutusan Musa oleh Allah dalam rangka mengeluarkan bangsa
Israel dari tanah perbudakan. Ketika Musa bertanya tentang identitas
sang Maha Kuasa maka Allah menjawab bahwa namanya adalah 'ehyeh
asher ehyehBanyak ahli yang menerjemahkannya sebagai "Aku adalah
aku" atau "Aku akan ada". Namun saya, seperti halnya Freedman,
171
WjlSXJTA, Jumal Studi Agama dan Masyarakat Vol. Ill, No. 2, Nov. 2006: 161-176
Notes
1) Teguh Hindarto di dalam tulisannya Sejarah Singkat Gerakan Pemulihar
Nama YHWH di Indonesia, 6, mengklaim bahwa gerakan ini mulai ack
sejak tahun 1970-an hingga sekarang. Pada awalnya upaya untuk mengubal
nama Allah menjadi Yahweh merupakan upaya individu namun akhir-akhii
ini telah menjadi upaya kelompok. Di Amerikapun muncul gerakan yanj
sama yang menamakan dirinya Sacred Name Movement (SN) namur
berbeda dengan yang ada di Indonesia, gerakan ini belum pernal
melancarkan petisi resmi kepada lembaga-lembaga penerjemah Alkitab d
Amerika untuk mengubah nama Lord atau God menjadi Yahweh. Kalai
terjadi pembahan nama, maka dapat dipastikan bahwa perubahan itu hany;
berlaku bagi kelompok mereka.
172
Ira Desiawanti Mangililo, Nama Yahweh: Suatu Tinjauan Etimologis
173
UftSKJOX Jumal Studi Agama dan Masyarakat Vol. Ill, No. 2, Nov. 2006: 161-176
174
Ira Desiawanti Mangililo, Nama Yahweh: Suatu Tinjauan Etimologis
20) Bahasa Ibrani mempunyai bentuk kata kerja yang beraneka ragam. Jenis-
jenis kata kerja (kk) yang sering muncul di dalam teks-teks Alkitab Ibrani
adalah Qal (kata kerja biasa/sederhana), Niphal (kk pasif dari Qal dan dapat
juga merupakan kata kerja reflektif), Piel (kk yang menunjukkan perbuatan
yang intensif yang dilakukan oleh seseorang), Pual (bentuk pasif dari piel),
Hiphil (kk yang menyatakan perbuatan yang bersifat kausatif), dan Hophal
(bentuk pasif dari hiphil).
21) Di dalam buku penafsiran mereka tentang 'ehyeh asher ehyeh' banyak ahli
yang mengemukakan usulan terjemahan seperti ini. Lih. Wismoady
Wahono, Di Sini Kutemukan, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001, 105-106.,
W.S Lasor, D.A. Hubbard, F.Wm Bush, Old Testament Survey: The
Message, Form, and Background of Old Testament, Grand Rapids,
Michigan/ Cambridge, U.K: William B. Eerdmans Publishing Company,
1996), 67., John H. Dobson, A Guide to the Book of Exodus, London:
S.P.C.K, 1977, 21.
22) David Noel Freedman, Divine Commitment and Human Obligation, ed.
John R. Huddlestun, Grand Rapids, Michigan/Cambridge, U.K. : William
B. Eeerdmans Publication Company, 1997, 84.
23) Ibid., 84. P. Haupt mendiskusikan hal ini di dalam artikelnya "Der Name
Jahwe" yang dikutip dan didiskusikan oleh Albright di dalam JBL no. 43.
24) R. K. Harrison, Introduction to the Old Testament, London: The Tyndale
Press, 1969, 580. Selain di dalam Kel. 3:14 contoh idem per idem dapat
dilihat di dalam Kel. 4:13, I sam 23:13; 2 Sam 15:20, 2 Raja-raja 8:1, dan
Yez. 12:25.
25) Martin Noth, Exodus: A Commentary, London: SCM Press LTD, 1962, 43.
26) Alfred Edersheir, Bible History: Old Testament, Massachusetts:
Hendrickson Publishers, 1995, 165.
27) F. Brown, S.R. Drivers, and Charles A. Briggs, A Hebrew and English
Lexicon of the Old Testament, (Oxford: Clarendon, 1975), 218.
28) Hal ini juga pernah diungkapkan oleh Michael Guinan - seorang pengajar
bahasa Ibrani Alkitab dan Aram di Graduate Teological Union - Berkeley
dalam konsultasi email pada tanggal 1 Februari 2006. Selain itu, di dalam
pertemuan-pertemuan intemasional di Amerika, pada ahli PL tidak lagi
menyebut nama Yahweh dalam rangka menghargai para ahli Alkitab Ibrani
(orang Yahudi). Kalaupun nama itu diucapkan di kelas-kelas PL maka tidak
ada maksud sedikitpun untuk menekankan bahwa nama itu adalah nama
yang lebih original. Tujuannya hanyalah untuk membedakan antara nama
Yahweh yang digunakan oleh sumber J dan nama Elohim yang digunakan
oleh sumber E.
29) Martin Noth, Exodus ...,44. Lihat juga Gottwald, The Hebrew Bible ...,
212-213.
30) Norman K. Gottwald, Ibid. 213.
175
'WJHSKJTJU Jumal Studi Agama dan Masyarakat Vol. Ill, No. 2, Nov. 2006: 161-176
References
1. Brown, F., Drivers, S.R., and Briggs, C.A., A Hebrew and English
Lexicon of the Old Testament, (Oxford: Clarendon, 1975).
2. Boath, L. Reading the Old Testemant, New York/Mahwah: Paulist Press,
1984.
3. Coote, R.B., dan Ord, D. The Bible's First History: From Eden the Court
of David with the Yahwist. Philadelphia: Fortress Press, 1989.
4. Childs, B.S. Introduction to the Old Testament as Scripture, Philadelphia:
Fortress Press, 1979.
5. Dobson, J.H. A Guide to the Book of Exodus, London: S.P.C.K, 1977.
6. Edersheir, A. Bible History: Old Testament, Massachusetts: Hendrickson
Publishers, 1995.
7. Gottwald, N.K. The Hebrew Bible: A Social-Literary Introduction,
Philadelphia: Fortress Press, 1985.
8. Hindarto, T. Sejarah Singkat Gerakan Pemulihan Nama YHWH di
Indonesia. Disampaikan pada sarasehan Kinasih di Bogor tanggal 12-13
Februari 2004.
9. , Pemahaman di Seputar Nama Yahweh dan Allah disampaikan
pada forum seminar di Universitas Kristen Indonesia tanggal 20 November
2004.
10. ed. Huddlestun, J.R. Grand Rapids, Divine Commitment and Human
Obligation: Selected Writings of David Noel Freedman.
Michigan/Cambridge, U.K. : William B. Eeerdmans Publication Company,
1997.
11. Harrison, R.K. Introduction to the Old Testament, London: The Tyndale
Press, 1969.
12. Livingston, G. H. The Pentateuch in Its Cultural Environment, Grand
Rapids -Michigan: Baker Book House, 1987.
13. Lasor, W.S., Hubbard, D.A., Bush, F.Wm Old Testament Survey: The
Message, Form, and Background of Old Testament, Grand Rapids,
Michigan/Cambridge, U.K: William B. Eerdmans Publishing Company,
1996.
14. Noth, Martin. Exodus: A Commentary, London: SCM Press LTD, 1962.
15. Robert, B.J. The Texual Transmission of the Old Testament di dalam
Tradition & Interpretation, ed. G. W. Anderson, Oxford: Clarendon Press,
1979.
16. Wahono, Wismoady. Di Sini Kutemukan, Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2001.
176