Professional Documents
Culture Documents
BUKU PENUNTUN
PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK
(TEK 153027)
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, Buku Penuntun Praktikum Rangkaian Listrik (TEK
152017) ini, dapat kami selesaikan. Buku ini kami susun bertujuan untuk
membantu mahasiswa yang mengambil mata kuliah Praktikum Rangkaian Listrik
di Laboratorium Dasar Teknik Elektro (Lab DTE) pada Program Studi Teknik
Elektro dan Komputer, Fakultas Teknik Universitas Udayana. Selain itu, buku ini
juga merupakan bentuk tanggung jawab moral dari para pengelola dan pelaksana
teknis kegiatan praktikum di Lab DTE pada Program Studi Teknik Elektro dan
Komputer Fakultas Teknik Universitas Udayana.
Buku Penuntun Praktikum Rangkaian Listrik (TEK 152017) ini, berisi
uraian pengantar praktikum Rangkaian Listrik (TEK 152017) dan modul-modul
praktikum rangkaian listrik sebanyak 5 percobaan. Selain itu, peraturan dan tata
tertib laboratorium, serta kartu monitoring dan format laporan akhir praktikum
rangkaian listrik juga dijelaskan secara singkat dan jelas.
Buku Penuntun Praktikum Rangkaian Listrik (TEK 152017) ini mungkin
penuh dengan keterbatasan dan kekurangan. Oleh sebab itu saran dan kritik yang
konstruktif sangat diharapkan, demi kesempurnaan pelaksanaan praktikum
Rangkaian Listrik di Lab DTE di tahun yang akan datang. Semoga Buku
Penuntun Praktikum Rangkaian Listrik (TEK 152017) ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak.
BAB I
TATA TERTIB DALAM RUANGAN
BAB II
TATA TERTIB PRAKTIKAN
BAB III
LAPORAN PRAKTIKUM
BAB IV
LAIN-LAIN
HARI KE -
HARI KE - PERCOBAAN KE -
PERCOBAAN KE - TANGGAL
TANGGAL JAM KE -
JAM KE - PRE TEST
PRE TEST MODUL ALAT
MODUL ALAT NILAI ANGKA LAPORAN
NILAI ANGKA LAPORAN PENDAHULUAN
PENDAHULUAN (0-100) POST TEST
(0-100) POST TEST UAS
UAS ATAU LAPORAN AKHIR
ATAU LAPORAN AKHIR PERILAKU/SIKAP
PERILAKU/SIKAP NILAI HURUF
NILAI HURUF Angka
Angka JUMLAH
JUMLAH (A-E)
TOTAL
(A-E) Huruf
TOTAL
Huruf MHS/PRAKTIKAN
MHS/PRAKTIKAN ASST PRAKTIKUM
ASST PRAKTIKUM TANDA
TANDA KETUA / TEKNISI
TANGAN
KETUA / TEKNISI LABORATORIUM
TANGAN
LABORATORIUM DOSEN PEMBIMBING
DOSEN PEMBIMBING
KETERANGAN
KETERANGAN 0 ≤ NILAI < 40 = E (SANGAT KURANG) 60 ≤ NILAI < 65 = C+ (CUKUP BAIK)
0 ≤ NILAI < 40 = E (SANGAT KURANG) 60 ≤ NILAI < 65 = C+ (CUKUP BAIK) 40 ≤ NILAI < 50 = D (KURANG) 65 ≤ NILAI < 71 = B (BAIK)
40 ≤ NILAI < 50 = D (KURANG) 65 ≤ NILAI < 71 = B (BAIK) 50 ≤ NILAI < 55 = D+ (KURANG CUKUP) 71 ≤ NILAI < 80 = B+ (SANGAT BAIK)
50 ≤ NILAI < 55 = D+ (KURANG CUKUP) 71 ≤ NILAI < 80 = B+ (SANGAT BAIK) 55 ≤ NILAI < 60 = C (CUKUP) 80 ≤ NILAI ≤ 100 = A (ISTIMEWA)
55 ≤ NILAI < 60 = C (CUKUP) 80 ≤ NILAI ≤100 = A (ISTIMEWA)
*) Pilih salah satu dan coret yang tidak perlu !
*) Pilih salah satu dan coret yang tidak perlu !
LABORATORIUM DASAR TEKNIK ELEKTRO
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
FORMAT LAPORAN
PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK 2017
PERCOBAAN IV
JUDUL PERCOBAAN
Catatan :
Laporan Pendahuluan : Membuat dari sub bab 4.1 hingga 4.4
Laporan Resmi : Membuat dari sub bab 4.5 hingga 4.10
LAPORAN AKHIR
PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK
KELOMPOK 30 :
PERCOBAAN ……..
JUDUL PERCOBAAN
NAMA ASISTEN
NIM ASISTEN
NO. HP ASISTEN
E-mail ASISTEN
1.1 Tujuan
1. mendefinisikan hubungan antara tegangan, arus dan resistansi dalam suatu
rangkaian.
2. mempelajari dan memahami hukum Ohm dan hubungan melalui
percobaan.
3. Mengembangkan hubungan antara resistansi total dan resistor individu
ketika mereka dihubungkan secara seri atau paralel.
Pada gambar 1.3, ketika R2 diatur ke 100 ohm, resistansi totalnya adalah:
Dengan cara yang sama, resistansi total n-resistor dihubungkan secara seri,
seperti pada gambar 1.5, adalah
Catatan:
Resistansi paralel Total harus diperoleh dari
1.5 Simpulan
1.5.1 Hukum OHM
1. Arus dalam rangkaian yang berbanding terbalik dengan resistensi pada
tegangan yang diberikan. Oleh karena itu, tidak ada resistansi berarti
sirkuit korsleting, dan resistansi yang tak terbatas adalah setara dengan
sirkuit terbuka.
2. Untuk resistansi yang diberikan, arus melalui resistor sebanding
dengan tegangan yang diberikan.
3. Daya yang disifikasikan dalam resistor empat kali lipat ketika arus atau
tegangan dinaikan dua kali.
PERCOBAAN II
HUKUM KIRCHOFF, RANGKAIAN TIGA FASA
DAN HUBUNGAN Y (BINTANG) DAN DELTA (∆)
2.1 Tujuan
1. Mempelajari tentang hukum Kirchhoff
2. Mempelajari hubungan arus dan tegangan pada hubungan Y dan delta pada
rangkaian tiga fasa.
Pada gambar 2.1 (a), tegangan naik atau sumber tegangan adalah 10V dan
tegangan turun adalah tegangan di R1 dan R2. Oleh karena itu, 10V = 3V + 7 V.
Pada gambar 2.1 (b) dengan asumsi arah positif searah jarum jam dari terminal
positif dari EB, ER1 dan ER2 memiliki polaritas berlawanan terhadap EB . Oleh
karena itu , jumlah dari tegangan loop tertutup adalah EB - ER1 - ER2 = 0.
Hukum Kirchhoff arus ( KCL ) (Mengacu pada gambar 2.2) menyatakan
bahwa jumlah arus yang memasuki rangkaian adalah sama dengan jumlah arus
yang meninggalkan rangkaian. Persimpangan umum atau titik A pada gambar juga
disebut node. Ketika dimasukkan secara langsung untuk setiap masukan yang
melalui persimpangan tersebut membuat arus yang mengalir menuju
persimpangan menjadi positif dan arus yang mengalir jauh dari persimpangan
menjadi negatif, jumlah aljabar semua arus di sebuah simpul adalah nol.
Untuk mengatasi dua masalah sumber, lihat rangkaian untuk mendapat dua
loop tersendiri seperti yang terlihat pada gambar 2.4.
Untuk loop sebelah kiri.
E1 - ER1 - ER3 = 0 dan ER1 = R1 I1.
Oleh karena itu, E1 - R1 I1 - ER3 = 0
Juga ER3 = R3 ( I1 + I2)
Oleh karena itu , E1 - R1 I1 - R3 (I1 + I2) = 0
- I2 (R1 + R3) - I2 R3 = - E1......................................................................................(1)
Untuk loop sebelah kanan,
E2 - ER2 - ER3 = 0 dan ER2 = R2 I1
Oleh karena itu, E2 - R2 - I2 - ER3 = 0
Juga ER3 = R3 (I1 + I2)
Oleh karena itu, E2 - R2 I2 - R3 (I1 - I2) = 0
- I2 (R1 + R3) - I2 R3 = - E2......................................................................................(2)
Subtitusi R1 dan R3 dalam (1) dengan I2 dan 6 ohm,
- I1 ( 12 Ω +6 Ω ) - I2 6 Ω = - 30V
-18 Ω I1 - 6 Ω I2 = - 30V
Persamaan, dari (2)
- I2 ( 4 Ω +6Ω ) - I2 6 Ω = - 26V
-6 Ω I1 - 10Ω I2 = -26
Penyelesaian (3) dan (4) menghasilkan I1 = I2 = 1A dan 2A
Kemudian ER1 = R1 I1 , ER2 = E2 R2 dan ER3 = R3 (I1 + I2)
3. Menggunakan nilai yang terukur IR1 dan IR2 , tulis persamaan yang
menunjukkan hubungan antara, IR1 dan IR2 . Hitung kembali
perhitungan tersebut dengan nilai yang terukur.
Catatan:
2.4.1.2 Hukum Kirchoff Tegangan
1. Pasang papan NO – 09 pada papan rangkaian.
2. Atur power supply DC ke 30V. Seperti yang ditunjukkan pada gambar
2.6 dan 2.8, hubungkan output power supply untuk EB ( + , - ) terminal
pada sudut kiri atas. Atur DMM ke-2A DC dan hubungkan ke terminal
"a" dan "b".
2.4.1.3 Percobaan dari Mesh Dengan Sumber Lebih dari Satu Sumber
Tegangan
1. Atur output power supply ke 12V dan 8V dan hubungkan output pada
E1 dan E2 seperti yang ditunjukkan pada gambar 13-8. Berhati- hatilah
dengan kutub output DC . Ukur dan catat nilai-nilai ER1, ER2 dan ER3.
2.5 Ringkasan
2.5.1 Hukum Kirchoff
1. Setiap kutub pada sumber tegangan dan tegangan masukan berlawanan
satu sama lain dalam sirkuit saat kutub diambil kembali pada sirkuit
tertutup pada arah yang sama .
2. Tidak peduli berapa banyak sumber tegangan yang terlibat , jumlah
kenaikan tegangan sama dengan jumlah penurunan tegangan.
3. Pada jaringan tipe-T seperti pada gambar 13-8, arus yang mengalir ke-
R3 ada dua komponen : I1 yang disebabkan E1 , dan I2 yang dihasilkan
oleh E2. Dengan begitu, tegangan yang terdapat di R 3 adalah R3(I1 +
I2).
2.5.2 Rangkaian Tiga Fasa
1. Pada hubungan “Y”, tersedia garis netral. Garis netral pada koneksi
“Y” adalah konduktor keempat dari sistem 3 phase empat kawat.
2. untuk memberikan koneksi primer, tegangan sekunder ditingkatkan
dengan faktor √3 dari sekunder sebagai pengubah dari delta ke “Y”.
Properti ini digunakan dalam operasi 3 fase motor induksi. Motor
induksi dikonfigurasi untuk “Y” ketika mulai untuk meminimalkan
arus masuk. Ketika dimulai, maka motor beralih ke koneksi delta.
3. Pada hubungan“Y”, tegangan dari masing-masing fase ke netral adalah
1/√3 fase ke fase tegangan. Oleh karena itu, dalam sistem 3 fase empat
kawat, fase tunggal 127V tersedia dari fase 220W.
PERCOBAAN III
INDUKTANSI, RANGKAIAN RL, DAN RANGKAIAN
INDUKTOR SERI-PARALEL
3.1 Tujuan
1. Mempelajari sifat- sifat komponen dari induktor yang merupakan salah satu
elemen pasif yang paling penting dalam rangkaian AC.
2. Mengembangkan hubungan untuk menemukan Induktansi total pada induktor-
induktor Seri dan Paralel.
........................................................(3.2)
Dimana:
N= jumlah lilitan dan ditentukan oleh:
....................................................(3.3)
......................................(3.4)
Dimana:
Kumparan dapat menyimpan energi di dalam medan magnet. Namun,
kumparan itu sendiri dapat menghilangkan energi pada saat yang sama disebabkan
oleh resistansi (R) DC dari kumparan. Rasio antara energi yang tersimpan dan
hilang dalam kumparan didefinisikan sebagai faktor kualitas (Q).
Q sebuah kumparan = energi yang tersimpan / energi dihamburkan
................................................(3.5)
.................................................(3.6)
Hubungan fase dalam rangkaian paralel R-XL seperti yang ditunjukkan pada
gambar 3.3
Gambar 3.3 Hubungan Fasa Rangkaian Paralel R-L
Catatan:
Hubungan di atas berlaku ketika Induktor tidak saling digabungkan. Dalam kasus
yang dilakukan seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.6, induktansi dari
rangkaian berliku empat kali lipat karena ternyata adalah dua kali lipat.
5. Atur Tegangan puncak CH-1 dan CH-2 menjadi sama besar dan ukur
beda phase antara 2 bentuk gelombang. Bandingkan hasil pengukuran
dengan nilai yang didapat menggunakan rumus berikut:
3.5 Ringkasan
3.5.1 Induktansi
1. Induktansi pada kumparan sebanding untuk perkalian bergantian.
Untuk meningkatkan nilai Q pada kumparan, resistansi DC harus
diminimalkan. Ketika inti material superior digunakan, seperti
permeabilitas tinggi dan kehilangan inti rendah, putaran akan
dikurangi untuk jumlah induktansi yang sama dan oleh karena itu nilai
Q akan ditingkatkan.
2. Pada reaktansi induktif, tegangan tertentu ditingkatkan 90 derajat.
PERCOBAAN IV
KAPASITANSI, RC SIRKUIT, DAN RANGKAIAN
KAPASITOR SERI-PARALEL
4.1 Tujuan
1. Mempelajari sifat dari kapasitor, khususnya dalam kaitannya dengan rangkaian
AC.
2. Dapat menemukan cara untuk menghitung total kapasitansi dari kapasitor yang
terhubung secara seri atau paralel.
................................................(4.1)
Dimana:
C=kapasitansi
F=frekuensi
Dalam kapasitor , arus mendahului tegangan sebesar 90 derajat. Ketika
sebuah kapasitor yang berhubungan dibebankan antara tegangan di kapasitor dan
arus pengisian mengikuti kurva pada Gambar 4.1 (a). Hubungan serupa dalam
induktor ditunjukkan pada Gambar 4.2 (b).
Gambar 4.1 Tegangan dan Hubungan Arus di C dan L. (a) Karakteristik Pengecasan Dalam C; (b)
V dan I di L
Yang menarik untuk dicatat dalam gambar 4.1 adalah hubungan tegangan
dan arus ini di C dan L berlawanan satu sama lain. Ini adalah karakteristik
terpenting untuk C dan L dalam hubungan seri RC fase sirkuit antara R, Xc dan
impedansi Z adalah ditunjukkan pada Gambar 4.2.
Gambar 4.2 Fasor Diagram Dari Rangkaian RC
Debit internal maupun resistansi loss R secara paralel untuk Xc dan hubungan
antara dua arus, Ir dan Ic terlihat pada gambar 4.3. R adalah nilai yang sangat
tinggi pada umumnya.
.................................................(4.2)
.................................................(4.3)
.................................................(4.4)
Parameter lain yang layak untuk dicatat di rangkaian RC atau RL adalah
faktor daya yang didefinisikan sebagai rasio antara kekuatan sejati (resistif) dan
daya semu ( VA ) . Dalam hal R dan Z , ini setara dengan rasio antara R dan Z.
.......................(4.5)
Ketika faktor daya kurang dari 1.0, daya semu lebih besar dari resistif.
Hanya resistif yang hilang sebagai panas dan sisa daya ( reaktif ) dikembalikan ke
sumbernya.
Susunan sebuah kapasitor ditunjukkan pada Gambar 10-4 dengan rumus
menghitung kapasitansi. Kedua piringan yang dihadapi adalah elektroda.
Kapasitansi antara dua elektroda ditingkatkan dengan mengganti udara antara dua
piringan dengan bahan dielektrik. Sebagai bahan dielektrik menimbulkan
kapasitansi. Hal ini juga menimbulkan kerugian yang tergantung pada tegangan
dan frekuensi sinyal. Kerugian tersebut diidentifikasi sebagai faktor disipasi yang
didefinisikan sebagai:
................................................(4.6)
............................................(4.7)
.......................................(4.8)
Dalam hal ini, kapasitansi tersebut menurun pada saat dihubungkan seri.
Namun, karena reaktansi kapasitif berbanding terbalik dengan kapasitansi, total
kenaikan reaktansi sebagai kapasitor adalah dihubungkan secara seri.
.....................................(4.9)
3. Hubungkan dua kapasitor secara paralel dan ukur total kapasitansi dan
nilai D. Isi pada tabel.
4. Bandingkan hasilnya dengan nilai yang sudah dihitung. Tentukan total
tegangan ketika tegangan kerja 50 V.
4.5 Rangkuman
4.5.1 Kapasitansi dan Rangkaian RC
1. Dalam sebuah induktor, tegangan mendahului arus sebesar 90°. Dalam
sebuah kapasitor, arus mendahului tegangan sebesar 90°. Oleh karena
itu, hubungan fase antara L dan C menjadi 180°. Respon frekuensi L
dan C yang berlawanan satu sama lain dinyatakan dalam persamaan
berikut.
, dan Xc =
2. Bahan dielektrik yang digunakan dalam kapasitor adalah bahan lossy.
Terdapat batas tegangan dadal untuk setiap kapasitor. Tingkat
kehilangan bahan dielektrik dinyatakan sebagai faktor disipasi lakukan
yang tergantung frekuensi. Kapasitor diklasifikasikan sebagai jenis
frekuensi rendah atau frekuensi tinggi.
3. Respon waktu rangkaian RC dinyatakan dalam konstanta waktu &
pengosongan yang didefinisikan sebagai R waktu C. Untuk unit kedua.
Karakteristik pengisian sirkuit RC pemakaian ditunjukkan pada
gambar 10-10. Satu konstanta waktu merupakan waktu yang
dibutuhkan untuk mengisi atau mengosongkan sebesar 63% dari nilai
awal.
Gambar 4.13 Pengisian – pengosongan pada Rangkaian RC
5.1 Tujuan
1. Mengetahui sifat dari rangkaian LC sebagai fungsi frekuensi
2. Mempelajari prinsip Induksi Gaya Gerak Listrik dan aplikasinya.
.....................................(5.1)
Pada persamaan di atas diasumsikan bahwa XL lebih besar dari XC. Jika tidak, itu
bias menjadi (XC-XL). Dalam rangkaian LC, baik L atau C harus memiliki tanda
minus. Alasan untuk tanda minus adalah perbedaan fase antara L dan C sebesar
180 derajat.
Contoh: Pada gambar 5.1, R = 30 ohm, XL = 100 ohm dan XC = 90 ohm.
.......................................................(5.2)
...........................................(5.3)
Pada gambar 5.3 (b) .jelas bahwa besarnya arus yang maksimum pada
frekuensi resonansi Fo karena ini adalah di mana X L dan XC membatalkan satu
Q dari rangkaian RLC paralel dapat didefinisikan dengan cara yang sama
Q = F0 / BW atau Q = ZTANK / XL
atau
....................................................(5.4)
.........................(5.5)
ω = 2πf
Terlihat jelas dari persamaan di atas bahwa ketika kumparan berorientasi
90 derajat relatif terhadap medan, Gaya Gerak Listrik berada di titik maksimum.
Juga, ketika dinamo berputar pada tingkat frekuensi f, nilai RMS dari Gaya Gerak
Listrik dinyatakan sebagai
......................(5.6)
Sehingga:
Filter- filter terdiri dari R dan L atau R dan C yang memiliki efek
pertama. Ketika frekuensi ganda (1 oktaf), terjadi perubahan pada
output (keluarannya) dengan faktor 2 atau ½ . Namun, filter LC
memiliki efek urutan kedua. Ketika terjadi perubahan frekuensi maka
faktornya berupa 2, perubahan outputnya adalah berupa 4 atau ¼.
Efek kedua yang terjadi pada filter LC dapat ditunjukkan dengan
tingkat kemiringan yang lebih curam pada kurva.
5.5 Rangkuman
5.5.1 Rangkaian LC Resonansi
1. Impedansi dari rangkaian LC adalah bernilai minimum ketika terjadi
resonansi pada rangkaian. Pada kenyataannya, impedansi dari
rangkaian paralel LC adalah bernilai maksimum ketika terjadi
resonansi pada rangkaian tersebut. Pada kedua kasus tersebut,
diperlukan besar XL = XC agar bias terjadi resonansi. Frekuensi
resonansi dapat ditemukan dari persamaan :