You are on page 1of 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Esensi dari pembelajaran apresiasi sastra adalah melalui karya sastra peserta didik
mendapatkan nilai-nilai kehidupan yang diambil dari karya sastra tersebut. Karya sastra
merupakan hasil karya manusia dengan mendayungkan imajinasi yang terdapat dalam
diri pengarangnya. Keberadaan karya sastra dalam kehidupan manusia dapat mengisi
“kedahagaan jiwa” karena membaca karya sastra bukan saja memberikan hiburan, tetapi
dapat memberikan pencerahan jiwa. Dengan kata lain, karya sastra dapat memberikan
hiburan dan manfaat. Dengan membaca karya sastra, kita sejenak dapat mengalihkan
duka dan mengikuti jalan cerita, keindahan, dan keluwesan bahasa yang ditampilkan
pengarang. Manfaat karya sastra diperoleh melalui nilai-nilai terrsirat, dibalik jalinan
cerita yang disampaikan pengarang. Dengan membaca karya sastra, nilai-nilai tertentu
akan meresap secara tidak langsung dibalik alur atau jalinan cerita yang secara apik
ditampilkan.

Sebuah karya sastra, salah satunya prosa fiksi, memiliki unsur-unsur pembangun
yaitu unsur intrinsic dan unsur ekstrinsik. Melalui analisis struktural dapat dijelaskan
bahwa suatu teks dalam hubungannya dengan dunia sosial budaya memiliki makna dan
konteks yang lebih luas. Unsur-unsur itulah yang kemudian membentuk satu kesatuan
cerita yang logis. Oleh karena itu, analisis struktural tidak bisa lepas dari pengkajian
sastra.

Dalam penciptaan sebuah prosa fiksi, sangatlah penting untuk mengetahui


beberapa hal yang berhubungan dengan prosa seperti mengenai unsur intrinsik
dan ekstrinsiknya. Namun pada kenyataan di lapangan para penyair baru maupun
pencipta sebuah karya prosa kurang memahami mengenai hal penting tersebut. Untuk itu,
di dalam makalah ini akan dibahas mengenai masalah tersebut, agar bibit- bibit pencipta
prosa dapat membuat sebuah karya dengan baik dan indah.

1
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana contoh-contoh karya sastra berbentuk prosa fiksi?
2. Bagaimana unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik prosa fiksi?

C. Tujuan Masalah
Adapun tujuan masalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui contoh-contoh karya sastra berbentuk prosa fiksi.
2. Untuk mengetahui unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik prosa fiksi.

2
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Contoh Karya Sastra Prosa Fiksi

Prosa merupakan sebuah karya sastra yang berwujud tulisan bebas tanpa adanya
ikatan dengan aturan pembuatan karyanya, misalnya diksi, rima, irama dan sebagainya.
Karya sastra prosa fiksi ini dapat dibagi menjadi dua bentuk yaitu prosa lama dan prosa
baru.
1. Prosa Lama
Prosa lama merupakan karya sastra yang belum mendapat pengaruh dari sastra atau
kebudayaan barat. Karya sastra prosa lama yang mula-mula timbul disampaikan secara
lisan, disebabkan karena belum dikenalnya bentuk tulisan. Setelah agama dan
kebudayaan Islam masuk ke Indonesia, masyarakat menjadi akrab dengan tulisan, bentuk
tulisan pun mulai banyak dikenal.
a. Hikayat
Hikayat merupakan istilah yang berasal dari Arab yakni dari kata Haka yang artinya
bercerita atau menceritakan. Hikayat adalah karya sastra lama berbentuk prosa yang
mengisahkan kehidupan keluarga istana atau kaum bangsawa, orang-orang ternama,
orang suci di sekitar istana dengan segala kesaktian, keanehan dan mukjizat tokoh
utamanya.

Hikayat Abu Nawas – Ibu Sejati

Kisah ini mirip dengan kejadian pada masa Nabi Sulaiman ketika masih muda.

Entah sudah berapa hari kasus seorang bayi yang diakui oleh dua orang ibu yang sama-
sama ingin memiliki anak. Hakim rupanya mengalami kesulitan memutuskan dan
menentukan perempuan yang mana sebenarnya yang menjadi ibu bayi itu.

Karena kasus berlarut-larut, maka terpaksa hakim menghadap Baginda Raja untuk
minta bantuan. Baginda pun turun tangan. Baginda memakai taktik rayuan. Baginda

3
berpendapat mungkin dengan cara-cara yang amat halus salah satu, wanita itu ada yang
mau mengalah. Tetapi kebijaksanaan Baginda Raja Harun Al Rasyid justru membuat
kedua perempuan makin mati-matian saling mengaku bahwa bayi itu adalah anaknya.
Baginda berputus asa.

Mengingat tak ada cara-cara lain lagi yang bisa diterapkan Baginda memanggil Abu
Nawas. Abu Nawas hadir menggantikan hakim. Abu Nawas tidak mau menjatuhkan
putusan pada hari itu melainkan menunda sampai hari berikutnya. Semua yang hadir
yakin Abu Nawas pasti sedang mencari akal seperti yang biasa dilakukan. Padahal
penundaan itu hanya disebabkan algojo tidak ada di tempat.

Keesokan hari sidang pengadilan diteruskan lagi. Abu Nawas memanggrl algojo dengan
pedang di tangan. Abu Nawas memerintahkan agar bayi itu diletakkan di atas meja.

“Apa yang akan kau perbuat terhadap bayi itu?” kata kedua perempuan itu saling
memandang. Kemudian Abu Nawas melanjutkan dialog.

“Sebelum saya mengambil tindakan apakah salah satu dari kalian bersedia mengalah
dan menyerahkan bayi itu kepada yang memang berhak memilikinya?”

“Tidak, bayi itu adalah anakku.” kata kedua perempuan itu serentak.

“Baiklah, kalau kalian memang sungguh-sungguh sama menginginkan bayi itu dan tidak
ada yang mau mengalah maka saya terpaksa membelah bayi itu menjadi dua sama rata.”
kata Abu Nawas mengancam.

Perempuan pertama girang bukan kepalang, sedangkan perempuan kedua menjerit-jerit


histeris.

“Jangan, tolongjangan dibelah bayi itu. Biarlah aku rela bayi itu seutuhnya diserahkan
kepada perempuan itu.” kata perempuan kedua. Abu Nawas tersenyum lega. Sekarang
topeng mereka sudah terbuka. Abu Nawas segera mengambil bayi itu dan langsurig
menyerahkan kepada perempuan kedua.

4
Abu Nawas minta agar perempuan pertama dihukum sesuai dengan perbuatannya.
Karena tak ada ibu yang tega menyaksikan anaknya disembelih. Apalagi di depan mata.
Baginda Raja merasa puas terhadap keputusan Abu Nawas. Dan .sebagai rasa terima
kasih, Baginda menawari Abu Nawas menjadi penasehat hakim kerajaan. Tetapi Abu
Nawas menolak. la lebih senang menjadi rakyat biasa.

b. Dongeng

Dongeng merupakan sebuah warisan dari nenek moyang secara turun temurun yang
harus kita lestarikan keberadaannya. Meskipun benar atau tidaknya sebuah dongeng
tersebut masih perlu kita pertanyakan. Dongeng merupakan sebuah karya sastra yang bisa
membangun karakter anak-anak untuk belajar berimajinasi. Dongeng adalah salah satu
karya sastra yang menceritakan suatu hal fiktif untuk diambil pelajaran dan sebagai
hiburan bagi masyarakat.

c. Mite

Mite atau mitos adalah cerita prosa rakyat yang ditokohi para dewa atau makhluk
setengah dewa yang terjadi di dunia lain (kayangan) dan dianggap benar – benar terjadi
oleh empunya cerita atau penganutnya.

Pohon Pengabul Permohonan (India)

Di sebuah gurun pasir yang sangat panas, seorang pengembara berjalan dengan gontai.
Ia kelihatan lelah sekali. Ia juga kehausan dan kelaparan.
Setelah lama berjalan, ia menemukan sebuah tempat yang cukup teduh untuk
beristirahat. Saat ia beristirahat, ia melihat sebuah pohon rindang di kejauhan. Ia
senang sekali melihatnya dan berkata, "Andai saja aku punya air untuk minum."
Tiba-tiba, ia melihat sebuah kendi berisi air yang dingin di depannya. Pengembara luar
biasa senangnya dan mulai meneguk air dingin dalam kendi.
Setelah puas minum dan hilang hausnya, si pengembara kembali memohon, "Andai saja
aku punya makanan saat ini."

5
Segera setelah ia memohon, puluhan piring berisi makanan yang lezat-lezat muncul
dihadapannya. Pengembara langsung makan dengan lahapnya. Selesai makan, ia mulai
berpikir bagaimana semua ini bisa terjadi.
Setelah lama berpikir, ia mengetahui bahwa pohon yang ia lihat tadi itu adalah Kalpa
Vriksha. Itu adalah pohon ajaib. Siapa pun yang melihat pohon itu dan memohon,
keinginannya akan terkabul.
Pengembara tidak menyia-yiakan kesempatan itu. Ia langsung meminta ranjang yang
empuk dan langsung terkabul. Sebuah ranjang muncul di hadapannya. Pengembara
membaringkan badannya yang letih dan beristirahat.
Pengembara merasa kakinya pegal sekali. Lalu, ia memohon agar ada orang yang mau
memijit kakinya. Benar saja, seorang wanita muda muncul dan mulai memijat kaki si
pengembara.
Akhirnys, si pengembara tertidur. Pengembara tertidur cukup lama. Saat ia bangun,
wanita muda yang memijitnya tadi masih berada di sisinya. Pengembara mulai berpikir
lain.
"Bagaimana semua ini bisa terjadi? Bisakah aku mendapatkan banyak hal dengan
memohon saja tanpa perlu bekerja sama sekali. Ataukah ini hanya tipuan setan,"
pikirnya.
Selesai pengembara berpikir demikian, mendadak setan muncul menggantikan sosok
wanita muda tadi. Setan itu tertawa terbahak-bahak.
Lalu, si pengembara berkata, "Oh, apakah setan ini akan memakanku?"
Setan mulai membuka mulutnya lebar-lebar hendak memakan pengembara. Melihat hal
itu, pengembara ketakutan. Ia melompat dari ranjang dan langsung berlari sekuatnya.
Setelah lama berlari, pengembara melihat ke belakang. Ternyata, setan itu sudah tidak
mengejarnya. Ia pun bernapas lega.

6
d. Sage
Sage adalah sebuah prosa fiksi yang di dalamnya mengandung banyak unsur sejarah
atau kejadian kejadian yang dianggap atau di percaya pernah terjadi di masa lampau.
Sage di ceritakan dari mulut ke mulut secara turun temurun, namun cerita atau dongeng
sage ini biasanya mengalami tambahan alur cerita yang bersifat khayal.

Sangkuriang – Gunung Tangkuban Perahu

Pada suatu hari, seperti biasanya Sangkuriang pergi ke hutan untuk berburu. Setelah
sesampainya di hutan, Sangkuriang mulai mencari buruan. Dia melihat ada seekor
burung yang sedang bertengger di dahan, lalu tanpa berpikir panjang Sangkuriang
langsung menembaknya, dan tepat mengenai sasaran. Sangkuriang lalu memerintah
Tumang untuk mengejar buruannya tadi, tetapi si Tumang diam saja dan tidak mau
mengikuti perintah Sangkuriang. Karena sangat jengkel pada Tumang, maka
Sangkuriang lalu mengusir Tumang dan tidak diijinkan pulang ke rumah bersamanya
lagi.

Sesampainya di rumah, Sangkuriang menceritakan kejadian tersebut kepada ibunya.


Begitu mendengar cerita dari anaknya, Dayang Sumbi sangat marah. Diambilnya sendok
nasi, dan dipukulkan ke kepala Sangkuriang. Karena merasa kecewa dengan perlakuan
ibunya, maka Sangkuriang memutuskan untuk pergi mengembara, dan meninggalkan
rumahnya.

Setelah kejadian itu, Dayang Sumbi sangat menyesali perbuatannya. Ia berdoa setiap
hari, dan meminta agar suatu hari dapat bertemu dengan anaknya kembali. Karena
kesungguhan dari doa Dayang Sumbi tersebut, maka Dewa memberinya sebuah hadiah
berupa kecantikan abadi dan usia muda selamanya.

Setelah bertahun-tahun lamanya Sangkuriang mengembara, akhirnya ia berniat untuk


pulang ke kampung halamannya. Sesampainya di sana, dia sangat terkejut sekali, karena
kampung halamannya sudah berubah total. Rasa senang Sangkuriang tersebut
bertambah ketika saat di tengah jalan bertemu dengan seorang wanita yang sangat
cantik jelita, yang tidak lain adalah Dayang Sumbi. Karena terpesona dengan kecantikan

7
wanita tersebut, maka Sangkuriang langsung melamarnya. Akhirnya lamaran
Sangkuriang diterima oleh Dayang Sumbi, dan sepakat akan menikah di waktu dekat.

Pada suatu hari, Sangkuriang meminta ijin calon istrinya untuk berburu di hatan.
Sebelum berangkat, ia meminta Dayang Sumbi untuk mengencangkan dan merapikan
ikat kapalanya. Alangkah terkejutnya Dayang Sumbi, karena pada saat dia merapikan
ikat kepala Sangkuriang, Ia melihat ada bekas luka. Bekas luka tersebut mirip dengan
bekas luka anaknya. Setelah bertanya kepada Sangkuriang tentang penyebab lukanya itu,
Dayang Sumbi bertambah tekejut, karena ternyata benar bahwa calon suaminya tersebut
adalah anaknya sendiri.

Dayang Sumbi sangat bingung sekali, karena dia tidak mungkin menikah dengan
anaknya sendiri. Setelah Sangkuriang pulang berburu, Dayang Sumbi mencoba
berbicara kepada Sangkuriang, supaya Sangkuriang membatalkan rencana pernikahan
mereka. Permintaan Dayang Sumbi tersebut tidak disetujui Sangkuriang, dan hanya
dianggap angin lalu saja.

Setiap hari Dayang Sumbi berpikir bagaimana cara agar pernikahan mereka tidak
pernah terjadi. Setelah berpikir keras, akhirnya Dayang Sumbi menemukan cara terbaik.
Dia mengajukan dua buah syarat kepada Sangkuriang. Apabila Sangkuriang dapat
memenuhi kedua syarat tersebut, maka Dayang Sumbi mau dijadikan istri, tetapi
sebaliknya jika gagal maka pernikahan itu akan dibatalkan. Syarat yang pertama
Dayang Sumbi ingin supaya sungai Citarum dibendung. Dan yang kedua adalah,
meminta Sangkuriang untuk membuat sampan yang sangat besar untuk menyeberang
sungai. Kedua syarat itu harus diselesai sebelum fajar menyingsing.

Sangkuriang menyanggupi kedua permintaan Dayang Sumbi tersebut, dan berjanji akan
menyelesaikannya sebelum fajar menyingsing. Dengan kesaktian yang dimilikinya,
Sangkuriang lalu mengerahkan teman-temannya dari bangsa jin untuk membantu
menyelesaikan tugasnya tersebut. Diam-diam, Dayang Sumbi mengintip hasil kerja dari
Sangkuriang. Betapa terkejutnya dia, karena Sangkuriang hampir menyelesaiklan semua
syarat yang diberikan Dayang Sumbi sebelum fajar.

8
Dayang Sumbi lalu meminta bantuan masyarakat sekitar untuk menggelar kain sutera
berwarna merah di sebelah timur kota. Ketika melihat warna memerah di timur kota,
Sangkuriang mengira kalau hari sudah menjelang pagi. Sangkuriang langsung
menghentikan pekerjaannya dan merasa tidak dapat memenuhi syarat yang telah
diajukan oleh Dayang Sumbi.

Dengan rasa jengkel dan kecewa, Sangkuriang lalu menjebol bendungan yang telah
dibuatnya sendiri. Karena jebolnya bendungan itu, maka terjadilah banjir dan seluruh
kota terendam air. Sangkuriang juga menendang sampan besar yang telah dibuatnya.
Sampan itu melayang dan jatuh tertelungkup, lalu menjadi sebuah gunung yang bernama
Tangkuban Perahu.

e. Legenda

Legenda adalah cerita rakyat yang dianggap benar-benar terjadi yang ceritanya
dihubungkan dengan tokoh sejarah serta dibumbui dengan keajaiban, kesaktian, dan
keistimewaan tokohnya. Kata Legenda sendiri berasal dari bahasa Latin yaitu legere.
Legenda memiliki beberapa karakteristik yaitu (1) dianggap sebagai kejadian yang benar-
benar terjadi (2) bersifat sekuler atau keduniawian (3) Sejarah kolektif yakni merupakan
sejarah yang banyak mengalami distorsi karena berbeda dari cerita aslinya (4) Bersifat
Migration atau berpindah-pindah. Hal ini kemudian menyebabkan legenda dari suatu
daerah dikenal luas oleh daerah lainnya (5) Bersifat Siklus, maksudnya menceritakan
sebuah tokoh pada zaman tertentu.

Asal Mula Danau Toba

Di wilayah Sumatera hiduplah seorang petani yang sangat rajin bekerja. Ia hidup sendiri
sebatang kara. Setiap hari ia bekerja menggarap lading dan mencari ikan dengan tidak
mengenal lelah. Hal ini dilakukannya untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari.

Pada suatu hari petani tersebut pergi ke sungai di dekat tempat tinggalnya, ia bermaksud
mencari ikan untuk lauknya hari ini. Dengan hanya berbekal sebuah kail, umpan dan
tempat ikan, ia pun langsung menuju ke sungai. Setelah sesampainya di sungai, petani

9
tersebut langsung melemparkan kailnya. Sambil menunggu kailnya dimakan ikan, petani
tersebut berdoa,“Ya Alloh, semoga aku dapat ikan banyak hari ini”. Beberapa saat
setelah berdoa, kail yang dilemparkannya tadi nampak bergoyang-goyang. Ia segera
menarik kailnya. Petani tersebut sangat senang sekali, karena ikan yang didapatkannya
sangat besar dan cantik sekali.

Setelah beberapa saat memandangi ikan hasil tangkapannya, petani itu sangat terkejut.
Ternyata ikan yang ditangkapnya itu bisa berbicara. “Tolong aku jangan dimakan Pak!!
Biarkan aku hidup”, teriak ikan itu. Tanpa banyak Tanya, ikan tangkapannya itu
langsung dikembalikan ke dalam air lagi. Setelah mengembalikan ikan ke dalam air,
petani itu bertambah terkejut, karena tiba-tiba ikan tersebut berubah menjadi seorang
wanita yang sangat cantik.

“Jangan takut Pak, aku tidak akan menyakiti kamu”, kata si ikan. “Siapakah kamu ini?
Bukankah kamu seekor ikan?, Tanya petani itu. “Aku adalah seorang putri yang dikutuk,
karena melanggar aturan kerajaan”, jawab wanita itu. “Terimakasih engkau sudah
membebaskan aku dari kutukan itu, dan sebagai imbalannya aku bersedia kau jadikan
istri”, kata wanita itu. Petani itupun setuju. Maka jadilah mereka sebagai suami istri.
Namun, ada satu janji yang telah disepakati, yaitu mereka tidak boleh menceritakan
bahwa asal-usul Puteri dari seekor ikan. Jika janji itu dilanggar maka akan terjadi
petaka dahsyat.

Setelah beberapa lama mereka menikah, akhirnya kebahagiaan Petani dan istrinya
bertambah, karena istri Petani melahirkan seorang bayi laki-laki. Anak mereka tumbuh
menjadi anak yang sangat tampan dan kuat, tetapi ada kebiasaan yang membuat heran
semua orang. Anak tersebut selalu merasa lapar, dan tidak pernah merasa kenyang.
Semua jatah makanan dilahapnya tanpa sisa.

Hingga suatu hari anak petani tersebut mendapat tugas dari ibunya untuk mengantarkan
makanan dan minuman ke sawah di mana ayahnya sedang bekerja. Tetapi tugasnya tidak
dipenuhinya. Semua makanan yang seharusnya untuk ayahnya dilahap habis, dan setelah
itu dia tertidur di sebuah gubug. Pak tani menunggu kedatangan anaknya, sambil

10
menahan haus dan lapar. Karena tidak tahan menahan lapar, maka ia langsung pulang
ke rumah. Di tengah perjalanan pulang, pak tani melihat anaknya sedang tidur di gubug.
Petani tersebut langsung membangunkannya. “Hey, bangun!, teriak petani itu.

Setelah anaknya terbangun, petani itu langsung menanyakan makanannya. “Mana


makanan buat ayah?”, Tanya petani. “Sudah habis kumakan”, jawab si anak. Dengan
nada tinggi petani itu langsung memarahi anaknya. “Anak tidak tau diuntung ! Tak tahu
diri! Dasar anak ikan!,” umpat si Petani tanpa sadar telah mengucapkan kata pantangan
dari istrinya.

Setelah petani mengucapkan kata-kata tersebut, seketika itu juga anak dan istrinya
hilang lenyap tanpa bekas dan jejak. Dari bekas injakan kakinya, tiba-tiba
menyemburlah air yang sangat deras. Air meluap sangat tinggi dan luas sehingga
membentuk sebuah telaga. Dan akhirnya membentuk sebuah danau. Danau itu akhirnya
dikenal dengan nama Danau Toba.

f. Fabel

Fabel adalah salah satu jenis dongeng mengenai dunia binatang, di mana binatang-
binatang bahkan makhluk-makhluk yang tidak bernyawa bertindak seolah-olah sebagai
manusia. Tokoh-tokoh cerita di dalam fabel semuanya binatang. Binatang tersebut
diceritakan mempunyai akal, tingkah laku, dan dapat berbicara seperti manusia. Watak
dan budi manusia juga digambarkan sedemikian rupa melalui tokoh binatang tersebut.
Tujuan fabel adalah memberikan ajaran moral dengan menunjukkan sifat-sifat jelek
manusia melalui simbol binatang-binatang. Melalui tokoh binatang, pengarang ingin
mempengaruhi pembaca agar mencontoh yang baik dan tidak mencontoh yang tidak baik.

Anjing Gunung, Keledai, dan Macan Tutul

Suatu hari seekor keledai pergi mencari seekor anjing gunung ke sebuah gunung yang
sangat tinggi, keledai itu sengaja mencari anjing gunung untuk berburu bersama di
sebuah hutan yang cukup lebat dan tidak lama keledai itu menaiki gunung akhirnya dia
menemukan seekor anjing gunung sedang berjalan. Kemudian anjing itu dia ajak untuk

11
berburu bersama dan akhirnya anjing gunung itu menerima ajakan dari sang keledai,
kini sang keledai dan anjing gunung pergi ke hutan lebat itu namun sebelum mereka
memasuki hutan itu sang keledai menemui seekor mancan tutul yang sedang tiduran di
sebuah pohon besar. Sang keledai kemudian mengajak macan tutul itu pergi berburu
bersama dan macan tutul itupun menerima ajakan sang keledai.

Setelah sang keledai mengumpulkan teman berburunya yaitu Anjing gunung dan Macan
Tutul kini mereka pergi bersama-sama memasuki hutan lebat untuk berburu bersama,
mereka menangkap hewan-hewan dengan kerjasama yang baik hewan apapun bisa
mereka tangkap dengan mudah mereka berburu mulai dari pagi hari sampai dengan sore
hari. Mereka berhasil mengumpulkan hewan-hewan tangkapannya kemudian mereka
bawa ke tempat terbuka dan mereka tumpuk hewan-hewan hasil buruan mereka. Hewan
hasil buruan mereka terdiri dari seekor kelinci, kambing, rusa, kerbau, kijang dan uncal,
kini waktunya mereka membagi-bgaikan hewan tangkapan mereka.

Sang macan tutul menunjuk sang keledai untuk membagi hewan-hewan itu “Keledai
silahkan kau bagi makanan-makanan itu” Perintah sang macan tutul lalu keledai itu
menghitung dengan cermat hewan tangkapan itu, setelah sang keledai menghitung dia
membagikan hewan-hewan itu secara adil dengan membagi tiga bagian yang sama
banyak. Melihat pembagian itu sang macan tutul sangat marah kemudian dia menerkam
sang keledai hingga keledai itu mati dan kini tumpukan makanan telah bertambah.
Kemudian sang macan tutul menoleh ke arah anjing gunung “Sekarang kamu bagikan
hewan-hewan itu”. Perintahnya dengan marah, kini sang anjing gunung mendekati
makanan itu dia menumpukan kembali hewan-hewan yang telah dibagikan oleh sang
kedelai menjadi tumpukan yang besar kemudian dia menggigit seekor kelinci di mulutnya
untuk dirinya sendiri, itupun hanya seekor kelinci yang dagingnya sangat kecil dan tidak
begitu berarti untuk sang macan tutul.

Macan tutul yang tadinya marah kini mulai reda dia melihat keputusan sang anjing
gunung dengan tersenyum “Kau sangat pandai dalam mengambil sebuah keputusan
wahai anjing gunung, kau membagikan makanan ini dengan sangat adil apakah kau
mempelajarinya dari sang keledai?”. Tanya sang macan tutul “Ya aku belajar dari sang

12
keledai” jawab anjing gunung itu sambil pergi dari hadapan sang macan tutul “aku juga
tidak mau mengulangi nasib sama dengan keledai itu” celetuk sang anjing. Dalam
hatinya anjing gunung sangat kecewa dengan keserakahan macan tutul, dia berjanji
tidak akan bekerjasama dan membantu macan tutul di kemudian hari.

Pesan Moral dari Kumpulan Cerita Hewan Fabel : Anjing Gunung, Keledai dan Macan
Tutul adalah sifat serakah dan curang akan membuat orang lain menjauhi kita. Dan
pada suatu saat kita butuh bantuan orang lain mereka tidak akan mau membantu.

2. Prosa Baru

Prosa baru adalah bentuk prosa yang muncul setelah mendapat pengaruh dari
budaya-budaya asing atau barat. Bentuk prosa ini muncul setelah prosa lama dianggap
telah kuno. Adapun ciri-ciri prosa baru sebagai berikut:
1) Bersifat dinamis yang senantiasa berubah sesuai dengan perkembangan masyarakat.
2) Masyarakatnya sentris, dimana Pokok cerita yang terdapat dalam prosa baru
mengambil bahan atau kejadian dari kehidupan masyarakat sehari-hari yaitu hal yang
biasa terjadi ditengah-tengah kehidupan masyarakat.
3) Bahasa tidak bersifat klise dan dipengaruhi oleh kesusatraan barat.
4) Diketahui siapa pengarangnya karena diketahui dengan jelas.
Pembuat prosa baru dinyatakan secara jelas sehingga prosa bukan milik bersama
melainkan milik perorangan.
5) Prosa baru bersifat tertulis yang disampaikan dalam bentuk tulisan.
6) Bersifat modern.

Prosa baru yang dipengaruhi oleh budaya asing atau barat ini ada beberapa jenis yaitu
novel, roman, dan cerpen. Berikut adalah penjelasannya:
a. Novel
Kata novel berasal dari kata Novella yang berarti sebuah barang baru yang kecil, yang
kemudian diartikan sebagai cerita pendek berbentuk prosa. Novel adalah karangan yang
panjang dan berbentuk prosa dan mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang
dengan orang lain di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku.

13
Novel adalah bentuk karya sastra yang di dalamnya terdapat nilai-nilai budaya, sosial,
moral dan pendidikan. Dalam sebuah novel biasanya menceritakan tentang kehidupan
dalam berinteraksi dengan lingkungan dan sesama. Biasanya penulis berusaha
semaksimal mungkin untuk mengarahkan pembaca kepada berbagai macam gambaran
realita kehidupan melalui ceita yang terkandung dalam novel tersebut.

Berikut adalah ciri-ciri novel:

1) Jumlah kata, novel jumlah katanya mencapai 35.000 buah.


2) Jumlah waktu, waktu rata-rata yang digunakan untuk membaca novel paling
diperlukan sekitar 2 jam (120 menit).
3) Cerita dalam novel lebih dari satu impresi, efek dan emosi.
4) Alur cerita lebih kompleks.

b. Roman

Kata roman berasal dari bahasa Perancis romanz pada abad ke-12, serta dari
ungkapan bahasa Latin yaitu lingua romana yang artinya untuk semua karya sastra dari
golongan rakyat biasa. Roman adalah bagian dari karya sastra dengan bentuk prosa yang
berisi pengalaman kehidupan tokoh, mulai dan lahir sampai dewasa hingga meninggal
dunia. Dalam pengertian yang lain, roman adalah cerita dengan urutan kejadian yang
bersambung satu dengan yang lain yang melukis pengalaman-pengalaman batin dan lahir
dari tokoh-tokohnya dalam suatu situasi hidup tertentu.

Dalam perkembangannya, roman disamakan dengan novel, padahal berbeda.


Roman merupakan cerita yang digambarkan secara panjang lebar dan menceritakan
tokoh-tokoh atau peristiwa-peristiwa fiktif, sedangkan novel adalah sebuah cerita yang
menceritakan peristiwa-peristiwa lebih panjang daripada cerpen, tetapi lebih pendek
daripada roman. Namun perkembangannya di dunia sastra Indonesia, istilah roman dan
novel sama, yaitu cerita rekaan yang panjang, menceritakan tokoh-tokoh dan
menampilkan serangkaian peristiwa dan latar secara tersusun. Istilah yang lebih populer
di Indonesia sendiri adalah novel.

14
c. Cerpen

Cerita pendek atau sering disebut cerpen adalah suatu bentuk bentuk prosa naratif
fiktif. Cerita pendek cenderung padat dan langsung pada tujuannya dibandingkan dengan
karya-karya fiksi yang lebih panjang. Pengertian cerita pendek bukan ditentukan oleh
banyaknya halaman untuk mewujudkan cerita tersebut atau sedikitnya tokoh yang
terdapat di dalam cerita itu, melaikan disebabkan oleh ruang lingkup permasalahan yang
ingin disampaikan oleh pengarang dalam bentuk karya sastra tersebut. Jadi sebuah cerita
yang pendek belum tentu dapat digolongkan ke dalam jenis cerpen, jika ruang lingkup
dan permasalahan yang diungkapkan tidak memenuhi persyaratan yang dituntut cerita
pendek.

15
B. Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Prosa Fiksi

Sebuah karya sastra memiliki beberapa unsur pembangun. Unsur- unsur tersebut
dapat dikelompokkan menjadi dua yakni unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik dimana akan
menjadikan prosa fiksi memiliki makna dan terasa hidup jika didukung oleh unsur
intrinsik dan ekstrinsik dalam cerita. Bisa dipastikan bahwa setiap cerita pasti punya
unsur intrinsik dan ekstrinsik. Kedua unsur yang harus ada dalam cerpen ini saling
mendukung untuk menguraikan cerita yang menarik dan memikat hati pembaca. Manfaat
dari unsur-unsur intrinsic dan ekstrinsik adalah:

1. Membentuk karakter cerita yang kuat dan akurat.


2. Mampu menunjukkan kejelasan isi cerita, berdasarkan dari dua sudut pandang, yaitu
penulis sendiri dan imajinasinya.
3. Membuat kerangka cerita yang utuh dan lengkap.
4. Mampu menghidupkan jalan cerita manakala cerita mulai mengalami antiklimaks.

1. Unsur-unsur Intrinsik Prosa Fiksi


Unsur intrinsik dalam sebuah karya sastra adalah unsur-unsur pembangun karya
sastra yang dapat ditemukan di dalam teks karya sastra itu sendiri. Untuk karya sastra
dalam bentuk prosa, seperi roman, novel, dan cerpen, unsur-unsur intrinsiknya ada
delapan: (a) tema, (b) alur, (c) latar, (d) tokoh, (e) sudut pandang, (f) gaya bahasa, dan (g)
amanat.

a. Tema

Gagasan, ide, atau pikiran utama yang mendasari suatu karya sastra disebut tema.
Dengan kata lain, tema adalah sesuatu yang menjadi dasar cerita, sesuatu yang menjiwai
cerita, atau sesuatu yang menjadi pokok masalah dalam cerita. Tema merupakan jiwa dari
seluruh bagian cerita. Karena itu, tema menjadi dasar pengembangan seluruh cerita.
Fungsi sebuah tema adalah memberi masukan bagi elemen struktural lain, seperti plot,
tokoh, dan latar.

16
Fungsi tema dalam prosa yang terpenting adalah menjadi elemen penyatu terakhir
keseluruhan cerita. Artinya, pengarang menciptakan dan membentuk plot, membawa
tokoh menjadi hidup, baik secara sadar atau tidak, tersurat maupun tersirat, pada dasarnya
merupakan perilaku yang dituntun oleh tema yang dipilih dan telah mengarahkanya.

Di samping itu, tema juga berfungsi melayani visi. Yang dimaksud visi di sini
adalah tanggapan total pengarang terhadap pengalaman hidup dan hubunganya dengan
jagat raya. Pada sisi lain pembaca memperoleh kesempatan untuk melihat pengalaman
hidup orang lain melalui kecamata pengarang. Dengan kata lain, pengarang menciptakan
dunia fiksional yang membawa kita seolah – olah kita sendiri yang sedang mengalami
kejadian itu. Ini semua dapat diperoleh melalui tema, selama kita dapat menyatukan
keseluruhan unsur prosa menjadi kesatuan yang utuh.

b. Alur

Alur adalah urutan atau rangkaian peristiwa dalam cerita. Alur dapat disusun
berdasarkan tiga hal, yaitu:

1. Alur linear yaitu berdasarkan urutan waktu terjadinya (kronologi).


2. Alur kausal, yaitu berdasarkan hubungan sebab akibat (kausal).
3. Alur tematik, yaitu berdasarkan tema cerita. Dalam cerita yang beralur tematik, setiap
peristiwa seolah-olah berdiri sendiri. Kalau salah satu episode dihilangkan cerita
tersebut masih dapat dipahami.

Terdapat 2 macam alur yang sering sekali dipakai oleh para penulis-penulis handal,
diantaranya yaitu:
1. Alur maju, menjelaskan kisah jalan cerita yang berurutan dari awal mula perkenalan
tokoh, keadaan yang kemudian menimbulkan masalah-masalah sampai puncak
masalah dan yang terakhir ialah penyelasaian permasalahan. Inti dari alur maju ialah,
di bagian alur maju ini didapati perjalanan kisah yang urut sesuai dengan tahapan-
tahapannya.

17
2. Alur mundur, di alur mundur ini penulis menjelaskan mengenai jalan cerita
dengan cara tidak berurutan. Bisa saja sang penulis itu mengisahkan
permasalahan-permasalahan terlebih dahulu, sesudah itu baru saja menengok
kembali kejadian-kejadian yang menjadi penyebab permasalahan itu terjadi
kepadanya.

c. Latar

Latar adalah segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu,
ruang, suasana, dan situasi terjadinya peristiwa dalam cerita. Latar dapat dibedakan ke
dalam tiga unsur pokok:

1. Latar tempat, mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam
sebuah karya fiksi.

2. Latar waktu, berhubungan dengan masalah ‘kapan’ terjadinya peristiwa-peristiwa


yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.

3. Latar sosial, mengacu pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku sosial
masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Latar sosial bisa
mencakup kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup,
cara berpikir dan bersikap, serta status sosial.

d. Tokoh
Penokohan atau tokoh merupakan salah satu askep yang wajib ada didalam cerpen,
tapi yang perlu kita ketahui ialah penokohan atau tokoh adalah dua persoalan yang
bertentangan dalam penulisan sebuah prosa.

Tokoh adalah pemeran utama atau pelaku yang terikat di dalam sebuah cerita atau
karangan. Sementara penokohan itu merupakan pemilihan sifat atau watak tokoh yang
terdapat di dalam kisah (cerita). Sifat-sifat yang diberikan bisa dijelaskan di dalam
sebuah perkataan, pemikiran dan juga bisa di dalam sebuah pandangan ketika sedang
melihat suatu persoalan/permasalahan.

18
Terdapat 4 jenis tokoh yang dijelaskan di dalam prosa, diantaranya:

1. Protagonis, adalah tokoh yang menjadi pemain utama atau aktor yang memiliki
sifat yang baik.
2. Antagonis, adalah tokoh yang menjadi aktor atua pemeran utama yang menjadi
penentang daripada tokoh Protagonis.
3. Tritagonis, adalah tokoh penengah dari antagonis dan protagonis. Biasanya tokoh
ini mempunyai sifat yang bijaksana dan juga arif
4. Figuran, adalah tokoh pendukung yang memberikan tambahan berupa warna di
dalam cerita.

Penokohan sifat dari 4 tokoh diatas akan dijelaskan dengan 2 cara, diantaranya ialah:

1. Analitik, yakni sebuah metode atau cara penyampaian yang akan disampaikan
oleh penulis tentang watak atau sifat tokoh dengan cara menjelaskan dengan
langsung. Misalkan contoh kecilnya seperti keras kepala, penakut, pemberani,
pemalu dan masih banyak lain sebagainya.
2. Dramatik, yakni cara penyampaian watak atau sifat tokoh dengan cara tertulis.
Umumnya penyampaiannya itu melewati prilaku atau tingkah laku dari tokoh
tersebut yang ada didalam cerita.

e. Sudut Pandang

Sudut pandang adalah salah satu strategi yang dipakai oleh penulis atau pengarang
cerpen guna untuk memberi penyampaian cerita yang telah dikarang dan ditulis olehnya.
Baik itu menjadi orang pertama, kedua atau ketiga. Malahan para penulis atau pengarang
cerpen kerap memakai sudut pandang orang yang tepatnya berada di luar cerita.

Ada beberapa macam sudut pandang, diantaranya yaitu:

1. Sudut pandang orang pertama, dimana pengarang memposisikan dirinya sebagai


tokoh utama yang berbicara dalam kisah tersebut. Sudut pandang orang pertama juga
di sebut sebagai kata ganti orang pertama (orang yang berbicara). Dimana jika dalam

19
bentuk tunggal, maka mengunakan kata “aku , saya” dan lain sebagainya. Dan jika
dalam bentuk jamak, maka mengunakan kata “kami dan kita”.
2. Sudut pandang orang kedua, dimana pengarang memposisikan dirinya sebagai tokoh
yang di ajak bicara. Sudut pandang orang kedua juga di sebut sebagai kata ganti
orang kedua (orang yang di ajak bicara). Dimana jika dalam bentuk tunggal, maka
mengunakan kata “kamu, engkau, saudara, anda” dll. Dan jika dalam bentuk jamak,
maka mengunakan kata “kalian”.
3. Sudut pandang campuran, dimanapengarang memposisikan dirinya sebagai tokoh
yang membicarakan tokoh utama. Sudut pandang campuaran juga di sebut sebagai
kata ganti orang ketiga (orang yang dibicarakan). Dimana jika dalam bentuk tunggal,
maka mengunakan kata “ia, dia, beliau” dll. Dan jika dalam bentuk jamak, maka
mengunakan kata “mereka”.

f. Gaya Bahasa

Gaya bahasa adalah teknik pengolahan bahasa oleh pengarang dalam upaya
menghasilkan karya sastra yang hidup dan indah. Pengolahan bahasa harus didukung oleh
diksi (pemilihan kata) yang tepat. Namun, diksi bukanlah satu-satunya hal yang
membentuk gaya bahasa. Gaya bahasa merupakan cara pengungkapan yang khas bagi
setiap pengarang. Gaya seorang pengarang tidak akan sama apabila dibandingkan dengan
gaya pengarang lainnya, karena pengarang tertentu selalu menyajikan hal-hal yang
berhubungan erat dengan selera pribadinya dan kepekaannya terhadap segala sesuatu
yang ada di sekitamya.

Gaya bahasa dapat menciptakan suasana yang berbeda-beda: berterus terang, satiris,
simpatik, menjengkelkan, emosional, dan sebagainya. Bahasa dapat menciptakan suasana
yang tepat bagi adegan seram, adegan cinta, adegan peperangan dan lain-lain.

20
g. Amanat

Unsur intrinsik cerpen yang terakhir ialah sebuah pesan moral dan pelajaran dari
penulis atau pengarang yang diperlihatkan kepada pembaca apa yang dapat kita pelajari
dari isi cerpen itu sendiri. Didalam sebuah kisah, biasanya moral ini bersifat tidak
langsung, akan tetapi tersirat.

Maka dari itu pembaca akan bisa memahami dan mengerti alur cerita dari cerpen
tersebut berlandaskan bagaimana caranya masing-masing dalam menyampaikan cerita
pendek itu.

2. Unsur Ekstrinsik Prosa Fiksi

Unsur ekstrinsik merupakan salah satu unsur yang tepatnya berada diluar karya
sastra. Namun, unsur ekstrinsik ini secara tidak langsung memberikan pengaruh yang
banyak didalam proses atau metode pembuatan sebuah cerpen.

a. Latar Belakang Masyarakat

Latar belakang masyarakat merupakan faktor-faktor di dalam lingkungan masyarakat


penulis yang mempengaruhi penulis dalam menulis cerpen tersebut. Ada beberapa latar
belakang yang mempengaruhi penulis seperti ideology negara, kondisi politik, kondisi
sosial, dan kondisi ekonomi masyarakat.

b. Latar Belakang Penulis


Latar belakang penulis adalah faktor-faktor dari dalam pengarang itu sendiri yang
mempengaruhi atau memotivasi penulis dalam menulis sebuah cerpen. Latar belakang
penulis terdiri dari beberapa faktor, antara lain:
1. Riwayat hidup penulis, berisi tentang biografi sang penulis secara keseluruhan.
Faktor ini akan mempengaruhi jalan pikir penulis atau sudut pandang mereka
tentang suatu cerpen yang dihasilkan dari pengalaman-pengalaman hidup mereka.
Kadang-kadang faktor ini mempengaruhi gaya bahasa dan genre khusus seorang
penulis cerpen.

21
2. Kondisi psikologis merupakan mood atau motivasi seorang penulis ketika menulis
cerita. Mood atau psikologis seorang penulis ikut mempengaruhi apa yang ada di
dalam cerita mereka, misalnya jika mereka sedang sedih atau gembira mereka akan
membuat suatu cerita sedih atau gembira pula.
3. Aliran sastra merupakan agama bagi seorang penulis dan setiap penulis memiliki
aliran sastra yng berbeda-beda. Hal ini sangat berpengaruh jug terhadap gaya
penulisan dan genre cerita yang biasa diusung oleh sang penulis di dalam karya-
karyanya.

c. Nilai-nilai yang terkandung

1. Nilai agama adalah hal-hal yang bisa dijadikan pelajaran yang terkandung di
dalam cerpen yang berkaitan dengan ajaran agama.
2. Nilai moral adalah nilai-nilai yang terkandung di dalam cerita dan berkaitan
dengan akhlak atau etika yang berlaku di dalam masyarakat. Di dalam suatu
cerpen, nilai moral bisa menjadi suatu nilai yang baik maupun nilai yang buruk.
3. Nilai budaya adalah nilai-nilai yang berkenaan dengan nilai-nilai kebiasaan,
tradisi, adat istiadat yang berlaku.

22
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan

Karya sastra merupakan salah satu bentuk seni dengan menggunakan media
bahasa. Salah satu bentuk karya sastra adalah prosa fiksi. Prosa fiksi adalah karya
imajiner dan estetik.

Secara garis besar, prosa fiksi digolongkan menjadi dua bagian yaitu prosa lama
dan prosa baru. Prosa lama merupakan karya sastra yang belum mendapat pengaruh dari
sastra atau kebudayaan barat. Contoh karya sastra berbentuk prosa lama adalah hikayat,
dongeng, mite, sage, legenda, dan fable. Sedangkan, prosa baru adalah bentuk prosa yang
muncul setelah mendapat pengaruh dari budaya-budaya asing atau barat. Bentuk prosa ini
muncul setelah prosa lama dianggap telah kuno. Contoh karya sastra berbentuk prosa
baru adalah roman, novel, dan cerpen.

Sebuah karya sastra memiliki beberapa unsur pembangun. Unsur- unsur tersebut
dapat dikelompokkan menjadi dua yakni unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik dimana akan
menjadikan prosa fiksi memiliki makna dan terasa hidup. Unsur intrinsik adalah adalah
unsur-unsur pembangun karya sastra yang dapat ditemukan di dalam teks karya sastra itu
sendiri. Untuk karya sastra dalam bentuk prosa, seperi roman, novel, dan cerpen, unsur-
unsur intrinsiknya ada tujuh: (a) tema, (b) alur, (c) latar, (d) tokoh, (e) sudut pandang, (f)
gaya bahasa, dan (g) amanat.

Sedangakan unsur ektrinsik adalah salah satu unsur yang tepatnya berada diluar
karya sastra. Namun, unsur ekstrinsik ini secara tidak langsung memberikan pengaruh
yang banyak didalam proses atau metode pembuatan sebuah cerpen. Unsur ektrinsik
terdiri dari (a) latar belakang masyarakat, (b) latar belakang penulis, dan (c) nilai-nilai
yang terkandung.

23
B. Saran
Prosa adalah salah satu jenis karya sastra dan merupakan salah satu bentuk seni
dengan menggunakan media bahasa. Oleh karena itu jadikan prosa fiksi sebagai bacaan
sehari-hari karena dengan membaca berarti kita melestarikan dan mengapresiasi karya
sastra prosa fiksi. Pelajarilah karya sastra dengan baik dan benar sehingga kita dapat
mempreoleh pengetahuan tentang karya sastra terutama prosa fiksi.

Dalam penciptaan sebuah prosa fiksi, sangatlah penting untuk mengetahui


beberapa hal yang berhubungan dengan prosa seperti mengenai unsur intrinsik
dan ekstrinsiknya. Namun pada kenyataan di lapangan para penyair baru maupun
pencipta sebuah karya prosa kurang memahami mengenai hal penting tersebut. Untuk itu,
sangat diharapkan kepada kita semua untuk dapat selalu mengapresiasi prosa fiksi
melalui analisi unsur intrinsic dan ekstrinsik sebuah prosa fiksi.

24
DAFTAR PUSTAKA

Nurhayati. (2012). Apresiasi Prosa Fiksi. Surakarta: Cakrawala Media.

Nurgiyantoro, Burhan. (2015). Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Social Agency.

Waluyo, Herman. 2006. Pengkajian dan Apresiasi Prosa Fiksi. Surakarta: UNS.

https://mjsenandung.blogspot.co.id/2016/11/pengertian-prosa-karakteristik-prosa.html
diakses pada Kamis, 10 Mei 2018, 8.30 WIB.

http://www.rumpunsastra.com/2015/06/fiksi.html?m=1 diakses pada Kamis, 10 Mei, 8.35


WIB.

http://siksaananta.blogspot.co.id/2013/05/materi-apresiasi-prosa-fiksi.html diakses pada


Kamis, 10 Mei, 8.35 WIB.

25
26

You might also like