You are on page 1of 63

38

Handout 1

PENDAHULUAN SOSIOLOGI POLITIK

A. Learning Outcome:

1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian sosiologi politik.

2. Mahasiswa dapat menjelaskan objek kajian sosiologi politik.

3. Mahasiswa dapat menjelaskan metode kajian sosiologi politik.

4. Mahasiswa dapat konsep-konsep dalam kajian sosiologi politik.

B. Uraian Materi

1. Pengertian Sosiologi Politik

Sosiologi politik merupakan perkawinan antara ilmu sosiologi dan

ilmu politik. Untuk itu harus tahu dulu pengertian sosiologi dan pengertian

politik. Sosiologi menurut Soerjono Soekanto (1983) mengatakan sosiologi

adalah ilmu yang mempelajari struktur social, proses social, termasuk

perubahan-perubahan social dan masalah social. Sedangkan definisi Politik

menurut Miriam Budiardjo adlah berbagai macam kegiatan yang terjadi

disuatu Negara, yang menyangkut proses menentukan tujuan dan bagaimana

cara mencapai tujuan itu.Jadi sosiologi politik tidak dapat dilepaskan dari

konsep masyarakat sebagai pokok perhatian sosiologi dan Negara serta

kekuasaan sebagai pokok perhatian politik.Maurce Duverger (1996) dalam A,

Said Gatara (2007) mendefinisikan sosiologi politik sebagai ilmu tentang


39

kekuasaan, pemerintahan, otoritas, komando dalam semua masyarakat, yang

bukan saja masyarakat nasional, tetapi juga dalam masyarakat local dan

internasional.Jadi dapat disimpulkan bahwa sosiologi politik adalah disiplin

ilmu yang mempelajari antara masyarakat dan politik; hubungan masyarakat

dengan lembaga-lembaga politik di satu sisi dan masyarakat dengan proses

politik (sosialisasi, partisipasi, rekrutmen, komunikasi dan konflik) di sisi

lain.

2. Objek Kajian Sosiologi Politik

Adapun yang menjadi kajian Sosiologi Politik adalah 1 fokus kajian

pada masyarakat, Negara dan kekuasaan dan fokus perhatian adalah melihat

hubungan masyarakat dengan lembaga-lembaga politik, seperti sosialisasi

politik, partisipasi politik, rekrutmen politik, komunikasi politik, konflik dan

demokrasi; dan hubungan masyarakat dengan lembaga politik dan proses

politik secara bersamaan, seperti budaya politik dan civil society.

3. Metode Kajian Sosiologi Politik

Adapun yang menjadi metode kajian sosiologi politik adalah !)

Pendekatan historis yaitu pendekatan yang melihat, bentuk peristiwa baik

yang bersifat kontekstual maupun temporal . 2)Pendekatan komparatif yiatu

pendekatan yang menyajikan data-data perbandingan 3) Pendekatan

institusional, yakni pendekatan yang menyajian faktor-faktor kelembagaan,

konstitusional dan legalitas. Terakhir Pendekatan behavioral yaitu yakni

pendekatan yang terfokus pada pada tingkah laku


40

4. Konsep-konsep Sosiologi Politik

Konsep-konsep dalam sosiologi politik diantaranya masyarakat,

negara, kekuasaaan, stratifikasi sosial, perubahan sosial, sosialisasi politik,

partisipasi politik, komunikasi politik, rekruitmen politik, partai politik,

konflik politik, civil sosiety, demokrasi dan sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA

Budi Suryadi,2007. Sosiologi Politik. Yogyakarta: IRCISoD.

Damsar. 2010. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: Kencana.

Duvergor, Maurice. 2003. Sosiologi Politik. Jakarta: Rajawali.

Eko Handoyo. 2008. Sosiologi Politik. Semarang: Universitas Negeri Semarang


Press.
Rafael Raga Maran. 1999. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: Rineka Cipta.

Rush, Michael dan Philip Althoff. 2005. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.

Said Gatara dan Dzulkiah Said. 2007. Sosiologi Politik. Bandung: Pustaka Setia.
41

Handout 2

SOSIALISASI POLITIK

A. Learning Outcome:

1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian sosialisasi politik.

2. Mahasiswa dapat menjelaskan metode sosialisasi politik.

3. Mahasiswa dapat menjelaskan sarana sosialisasi politik.

B. Uraian Materi

1. Pengertian Sosialisasi Politik

Sosialisasi politik adalah proses penanaman nilai, pengetahuan serta

ketrampilan yang berkaitan dengan segala proses pengambilan keputusan dan

kebijakan dalam kehisupan bernegaradan berbangsa, dimana proses ini

dilakukan dari pengurus ke anggota, pemimpinkepada bawahan atau

masyarakat luas, dari orang tua kepada generasi muda dan lain-lain, dengan

tujuan agar masyarakat atau anggota berperprilaku sesuai dengan aturan dan

nilai yang telah ditetapkan bersama.

Almond dan Powell, sosialisasi politik sebagai proses dengan mana

sikap sikap dan nilai-nilai politik ditanamkan kepada anak-anak sampai

mereka dewasa dan orang-orang dewasa ini direkrut ke dalam peran-peran.

Grenstein menuliskan dalam bukunya “International Encyolopedia of The

Social Sciences. Kemudian Easton dan Denuis mengemukan bahwa


42

sosialisasi politik yaitu suatu proses perkembangan diri sebagai anggota

masyarakat untuk mendapatkan orientasi-orientasi politik dan pola-pola

tingkah lakunya

Proses sosialisasi politik dapat dilakukan dapat tingkatan individu

maupun komunitas, dimana dalam tingkat komunitas, sosialisasi dilihat

sebagai sarana untuk mewarisan nilai, sikap, pengetahuan dan keyakinan

politik kepada generasi berikutnyaSedangkan tingkat individu, sosialisasi

politik dapat dilihat sebagai proses warga negara atau negara dalam

membentuk pandangan-pandangan dan keyakinan politik.

2. Metode Sosialisasi Politik

Ada beberapa faktor yang memberikan pengaruh dalam peoses

sosialisasi politik yaitu:

1. Imitasi (meniru). Dampak positif dari meniru ini, mendorong seseorang

untuk mematuhi norma dan nilai yang berlaku.seseorang yang

memberikan contoh bagaimana cara makan yang baik dalam keluarga,

hal itu akan ditiru oleh anggota keluarga lainnya.

2. Sugesti, merupakan anjuran yang dapat melahirkan reaksi langsung tanpa

memerlukan pemikiran secara rasional tetapi diterima secara emosional

3. Identifikasi, merupakan kecenderungan atau keinginan dalam diri

seseorang untuk menjadi sama dengan pihak yang lain.

4. Simpati. Simpati ialah kesenangan seseorang untuk langsung merasakan


43

sesuatu dengan orang lain.

Proses sosialisasi melalui imitasi adalah model sosialisasi yang banyak

dialami anak sepanjang perjalanan hidup mereka. Imitasi dapat terbentuk

dalam bentuk verbal maupun non verbal

3. Sarana Sosialisasi Politik

1. Keluarga

Keluarga merupakan agen utama dalam proses sosialisasi politik

khususnnya pada masa anak usia dini. Pengaruh keluarga sangat dalam

pembentukan nilai dan sikap terhadap proses pengambil keputusan keputusan

dalam keluarga, apkah keputusan bersifat otoriter atau demokratis.

Pengalaman keluarga dalam proses pengambilan keputusan didalam keluarga

akan memberi kontribusi yang besar dalam membentuk kompetensi politik

yang akan dimilki anak dan ini berpengaruh bagi kehidupan setelah dewasa

2. Sekolah

Sekolah juga menjadi agen sosialisasi politik melalui kurikulum yang

diajarkan oleh guru-guru di sekolah termasuk juga kegiatan-kegiatan diluar

jam pelajaran sekolah.

seperti upacara dan peringatan hari penting nasional serta kegiatan-kegiatan

yang diselengarakan oleh OSIS. Sekolah akan melakukan proses penanaman

pandangan-pandangan tentang lembaga-lembaga politik dan hubungan-


44

hubungan politik. Sekolah juga menenmkan sikap atas aturan politik yang

tak tertulis. Ia juga dapat memegang peran penting dalam pembentukan sikap

terhadap aturan permainan politik yang tak tertulis

3.Teman Sepermainan

Kelompok-kelompok klik, gang-gang remaja dan kelompok-

kelompok remaja yang lainadalah faktor yang dominan juga dalam proses

sosialisasi ini terutama pada masa remaja, masa remaja, masa pertumbuhan

dan perkembangan tidak lagi dipengaruhi secara penuh oleh faktor keluarga,

mereka sudah bergaul dan beradaptasi dengan teman sebaya lebih intensif

karena remaja sangat ekstensif berinteraksi dengan teman sepermainnya,

hubungan ini juga memiliki hubungan emosional yang tinggi yang

berpengaruh pada pembentukan orientasi politik

4. Media Massa

Media massa seperti surat kabar, radio, majalah, televise dan internet

memiliki penting dalam proses sosialisasi politik, media menbangun nilai dan

sikap kepada permirsa agar berpolitik sesuai dengan aturan yang telah

ditatapkan oleh negara namun realitanya mendia massa, dalam sosialisasi

politik tak lepas dari kepentingan dari kelompok tertentu dalam proses

sosialisasi politik ini.


45

5. Kontak-kontak Politik Langsung

Masyarakat berinteraksi dengan tokoh politik-politik dan aktivis

politik, adanya kontak dengan elemen diatas memiliki pengaruh dalam

penanaman sikap, prilaku dan orientasi politik.

DAFTAR PUSTAKA

Astrid S. Susanto. 1975. Komunikasi Sosial. Jakarta: Bina Cipta.

Budi Suryadi,2007. Sosiologi Politik. Yogyakarta: IRCISoD.

Damsar. 2010. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: Kencana.

Duvergor, Maurice. 2003. Sosiologi Politik. Jakarta: Rajawali.

Eko Handoyo. 2008. Sosiologi Politik. Semarang: Universitas Negeri Semarang


Press.
Rafael Raga Maran. 1999. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: Rineka Cipta.

Rush, Michael dan Philip Althoff. 2005. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.

Said Gatara dan Dzulkiah Said. 2007. Sosiologi Politik. Bandung: Pustaka Setia.
46

Handout 3

KOMUNIKASI POLITIK

A. Learning Outcome:

1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian komunikasi politik.

2. Mahasiswa dapat mendeskripsikan metode proses kmonikasi politik.

3. Mahasiswa dapat menjelaskan hakikat komunikasi politik.

4. Mahasiswa dapat mendeskripsikan prilaku penguasa politik dalam

komunikasi politik.

B. Uraian Materi

1. Pengertian Komunikasi Politik

Komunikasi politik adalah proses penyampaian pesan-pesan politik

dimana infomrasi politik di samapiakan kepada baigan yang satu ke bagian

yang lain dalam satu satuan sistem politik sehingga terjadi respon dari pesan

tersebut dan terjadinya pertukaran informasi politik satu sama lainnya.

Komunikasi politik memiliki peranan dalam proses kehidupan sistem politik

dan komunikasi politik merupakan bagian menentukan dari sosialisasi

politik, partisipasi politik dan rerekrutmen politik

Adapun komunikasi politik adalah suatu proses penyampaian aspirasi

atau pesan dari masyarakat kepada pemimpin yang memiliki kewajiban

bersama untuk bekerja dan berbuat untuk kemaslahatan dan kepentingan


47

bangsa dan negara serta agama. Sebaliknya komunikasi politik yang

dilakukan oleh penguasa atau pemimpin dalam rangka memberi pemahaman

kepada masyarakat tentang kebijakan dan keputusan sehingga tidak terjadi

konflik dan kesalahpahaman dalam kehidupan bernegara, berbangsa dan

beragama.

Dari segi kegunaan, Rusadi mengemukakan komunikasi politik

adalah untuk menghubungkan pikiran politik yang hidup dalam masyarakat,

baik pikiran intern golongan, instansi, asosiasi, ataupun sektor kehidupan

politik masyarakat dengan sektor kehidupan politik pemerintah (Rusadi,

1984: 14).

Maswadi Rauf melihat komunikasi politik dari dua dimensi, yaitu

komunikasi politik sebagai sebuah kegiatan politik dan sebagai kegiatan

ilmiah. Komunikasi sebagai kegiatan politik merupakan penyampaian pesan-

pesan yang bercirikan politik oleh aktor-aktor politik kepada pihak lain.

Kegiatan ini bersifat empirik, karena dilakukan secara nyata dalam kehidupan

sosial. Sedangkan sebagai kegiatan ilmiah, komunikasi politik adalah salah

satu kegiatan politik dalam sistem politik (Rauf, 32 – 33).

2. Proses Komunikasi Politik

Proses komunikasi politik terdiri : pesan politik, sumber pesan politik,

Saluran pesan politik, pendengar pesan politik dan umpan balik dari pesan

politik yang disampaikan. Pengirim pesan disebut komunikator


48

a. Komunikator politik

Pengirim pesan disebut komunikator Komunikator Politik pada

dasarnya adalah semua orang yang berkomunikasi tentang politik, mulai dari

obrolan warung kopi hingga sidang parlemen yang berbicara tentang

keputusan dan kebijakan dalam kehidupan berbangsa ah Adapun yang

termasuk dalam komunikator politik adalah

1) pemimpin politik/politisi /pejabat yang melaksanakan proses

kebijakan dan keputusan negara melalui kegiatan dan program

yang telah direncanakan. Katagori ini adal Pejabat Eksekutif

(Presiden, kabinet, Ka. Penasihat, pejabat Legislatif (Senator atau

DPD, Pimpinan Utama DPR), pejabat Yudukatif (Para Hakim

MA, MK)

2) Profesional, seperti para pegiat media massa bsik media cetak dan

media televisi dan dunia maya lainnya.mereka adalah wartawan,

penulis, promotor media dan lainnya.

3) Aktivis, orang yang aktif di organsiasi massa, lembaga swadaya

masyarakat, tokoh masyarakat dan aktivis organsiasi kepemudaan

dan kemahasiswaan dan pelajar.


49

b. Sarana/Saluran Komunikasi politik

Ada beberapa bentuk saluran komunikasi politik yang dilakukan oleh

komunikator (pemberi pesan) kepada komunikan ( Penerima pesan)

diantaranya :

 Komunikasi massa seperti radio, televisi dan surat kabar dan media

online

 Komunikasi Interpersonal yaitu komunikasi secara langsung atau tatap

muka langsung. Contoh konprensi, rapat umum, temu publik, kuliah

umum dan sebagainya

 Komunikasi Organisasi merupakan saluran komunikasi yang dilakukan

oleh komunikator ke komunikan yang bersifat vertikal (atas ke bawah)

contoh komunikasi politik dari kepala sekolah kepada guru dan

horizontal (dari kiri ke kanan ) misal komunikasi sesama menteri/atasan,

komunikasi sesama staf

c. Umpan balik dari komunikasi politik

Umpan balik komunikasi politik dapat bersifat kognitif maupun

afektif, maksudnya adalah :

 Umpan balik bersifat kognitif , komunikan hanya sebatas mengetahui

pesan yang disampaikan

 Umpan balik bersifat afektif, komunikan tidak hanya sebatas mengetahui

pesan yang disampaikan tapi juga memahami dan melaksanakan pesan


50

sehingga terjadi perubahan prilaku, perubahan prilaku mewujudkan

partisipasi politik yang meningkat

d. Komunikan (Pendengar).

Komunikan dapat saja seseorang individu tapi dapat juga berupa

institusi , organisasi, partai politik dan sebagainya.

3. Fungsi Komunikasi Politik

Fungsi komunikasi politik adalah mewujudkan suatu kondisi negara

yang stabil, terhindar dari perpecahan negara dan keutuhan nasional negara

tetap terjaga. Oleh karena itu negara memiliki kewajiban untuk melakukan

komunikasi politik kepada masyarakat secara transparan dan menyeluruh

serta menghilangkan apa-apa saja yang menjadi faktor penghambat

komunikasi yang efektif antara negara dan masyarakat agar tercipta

harmonisasi dalam kehidupan bernegara dan berbangsa. Fungsi lain dari

komunikasi politik adalah sebagai jembatan penghubungan antara

suprastruktur dan infrastruktur yang bersifat independen.

DAFTAR PUSTAKA

Budi Suryadi,2007. Sosiologi Politik. Yogyakarta: IRCISoD.

Damsar. 2010. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: Kencana.


51

Duvergor, Maurice. 2003. Sosiologi Politik. Jakarta: Rajawali.

Eko Handoyo. 2008. Sosiologi Politik. Semarang: Universitas Negeri Semarang


Press.
Maswadi Rauf dan Mappa Nasrun. 1993. Indonesia dan Komunikasi Politik. Jakarta:
Gramedia.
Rafael Raga Maran. 1999. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: Rineka Cipta.

Rush, Michael dan Philip Althoff. 2005. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.

Said Gatara dan Dzulkiah Said. 2007. Sosiologi Politik. Bandung: Pustaka Setia.
52

Handout 4

PARTISIPASI POLITIK

A. Learning Outcome:

1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian partisipasi politik.

2. Mahasiswa dapat mengklasifikasikan bentuk partisipasi politik.

3. Mahasiswa dapat mengklasifikasikan tipologi partisipasi politik.

4. Mahasiswa dapat mendeskripsikan problematika partisipasi politik dalam

kegiatan politik.

B. Uraian Materi

1. Pengertian Partisipasi Politik

Menurut Silvia Bolgherini. partisipasi politik " ... a series of activities

related to political life, aimed at influencing public decisions in a more or

less direct way—legal, conventional, pacific, or contentious.[3] Bagi

Bolgherini, partisipasi politik adalah segala aktivitas yang berkaitan dengan

kehidupan politik, yang ditujukan untuk memengaruhi pengambilan

keputusan baik secara langsung maupun tidak langsung -- dengan cara legal,

konvensional, damai, ataupun memaksa.

Jadi partisipasi politik adalah segala kegiatan warga masyarakat yang

memiliki tujuan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan dan kebijakan


53

politik dalam kehidupan bernegara dan berbangsa, posisinya bisa saja sebagai

warga negara, politisi, aktivis yang dilakukan secara sukarela

2. Bentuk Partisipasi politik

Bentuk partisipasi politik ada beberapa macam diantaranya,

partisipasi dalam kegiatan pemilihan bak pemilu legislatif maupun pemilihan

wali nagari/ kepala desa samapai kepala daerah dan kepala negara. Kemudian

kegiatan lobby, komunikasi dengan pegiat politik, berorgansiasi dan

berdiskusi tentang kebijakan negara dan keputusannya serta aktivitas seperti

demontrasi dan aksi kekerasan lainnya termasuk dalam bentuk partisipasi

politik. Dalam hal ini golput juga termasuk partisipasi politik karena ikut

mempengaruhi pengambilan keputusan dan kebijakan dalam politik.

Merujuk padabuku Huntington & Nelson (1994 : 16), Lebih lanjut

bentuk-bentuk partisipasi politik di bagi dalam 5 bagian :1) Kegiatan

Pemilihan, kegiatan seperti pemberian suaradalam pemilu, menyediaan dan

mengatur dana yang terkait dengan kegiatan pemilihan, menjadi tim sukses ,

melakukan kegiatan dalam rangka mencari dukungan suara dalam pemilu dan

sebagainya.

2) Lobby, upaya yang dilaakuan seseorang atau kelompok untuk

berinteraksi dengan pihak pimpinan atau pihak yang memiliki pengaruh

dengan tujuan untuk mempengaruhi suatu kebijakan dalam negara dan

daearah termasuk issue yang di kembangkan


54

3) Aktivitas organisasi, partisipasi individu baik sebagai anggota

dan pengurus dalam suatu organisasi dengan tujuan terpengaruhi suatu

kebijakan dan keputusan dalam negeri

4) kontak adalah langkah dan strategi yang dilakukan seseorang

atau kelompok untuk membangun jaringan dengan orang yang memiliki

kekuasaan dan wewnang dalam proses pengambilan keputusan dan kebijakan

politik

5) Demontrasi dan kekerasan , adalah aktivitas untuk

mempengaruhi kebijakan politik dengan menguinakan keeuatan fisik seperti

huru hara, pemberoNtakan, evolusi dan sebagainya

Gabriel Almond membedakan atas dua bentuk partisipasi politik yaitu

bentuk konvensional yang terdiri dari pemberian suara (voting), diskusi

kelompok, kegiatan kampanye, membentuk dan bergabung dalam kelompok

kepentingan, komunikasi individual dengan pejabat politik/administratif dan

pengajuan petisi.

Sedangkan bentuk nonkonvensional antaraberdemonstrasi,

konfrontasi pemogokan, tindakan kekerasan politik terhadap harta benda,

perusakan, pemboman dan pembakaran,tindak kekerasan politik manusia

penculikan/pembunuhan, perang gerilya/revolusi.


55

3.Tipologi Partispasi politik

Surbakti (1992:142) mengemukan partisipasi politik dapat

dibedakan ke dalam dua hal yaitu

a) Partisipasi Aktif yaitu kegiatan mengajukan usul mengenai suatu

kebijakan umum yang berbeda dengan kebijakan yang di buat

pemerintah, mengajukan kririkan dalam rangka evaluasi dan perubahan

yang akan datang yang terkait derngan kebijakan

b) Partisipasi Pasif adalah kegiatan yang mematuhi pemerintah,

menerima dan melaksanakan segala hal yang berkiatan keputusan dan

kebijakan pemerintah.

Selain itu ada istilah Golongan putih ( Golput), golongan ini dapat

dianggap sebagai salah satu tipologi partisipasi politik, karena mereka yang

melakukan golput, ada karena kesadaran diri untuk golput dalam rangka

meluruskan dan mempengaruhi keputusan dan kebijakan politik yang ada

4.Problematika Partispasi politik

Indikator Politik Indonesia(IPI) merilis jika 72 persen masyarakat

Indonesia tidak tertarik masalah politik atau pemerintahan, artinya, hanya 28

% yang tertarik dengan masalah politik kenegaraan.(Burhanuddin Muhtadi

dalam SindoNews.Com) Padahal dalam sebuah negara Demokrasi , layaknya

tingkat partisipasi politik sekitar 50 persen.


56

Survei yang dilakukan oleh Lembaga Survei Indonesia (LSI) tangga

1-12 2012 juga menunjukan bahwa dari 2.050 responden yang diteliti dengan

metode acak bertingkat terdata lebih dari 50 persen responden berpotendi

tidak akan memilih pada pemilu 2014 mendatang, begitu juga dalam

beberapa pemilukada di beberapa daerah, tingkat partisipasi masyarakat

rendah, yang artinya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap lembaga

politik juga rendah

Di dalam masyarakat memang sudah terdapat gejala apatis, tidak

peduli, tidak mau percaya, tidak mau patuh lagi, ini semua dari rasa lelah dan

ketidak berartian atas kondisi perpolitikan yang ada. Gejala ini dikenal

dengan alienasi politik atau keterasingan politik

Alienasi politik terasa ketika rakyat banyak merasa ada suatu jarak

yang lebar antara proses politik yang terjadi di tingkat elit, rakyat mulai tak

mengerti, tidak percaya dan tidak mampu berbuat atas kondisi yang ada,

bersifat apatis dan asing di tengah hiruk pikuk politik. Singkat kata,

hilangnya partisipasi politik rakyat baik dari tingkatan rendah (memilih)

maupun sebagai orang yang terlibat aktif dalam proses politik.

Masyarakat yang mengalami alienasi politik memiliki ciri-ciri yaitu,

pertama, didalam masyarakat mulai berkembang rasa ketidak berdayaan

(powerlessness), dengan kata lain masyarakat mulai ragu, apakah saat ini,

orang bisa berbuat sesuatu untuk merubah realitas sosial politik


57

Kedua, mulai dirasakan ketidakbermaknaan politik (political

meaninglessness), dalam artianb semua keputusan dan proses politik

menjadi suatu sukar untuk diprediksi apa kejadian yang akan terjadi. Bak

kata orang “ pengamat saja sulit menerka apa kemana arah politik ini, apalagi

kita yang awam ini.”

Ketiga, tidak jelasnya norma politik yang dilandasi. Ke empat, ada

perasaan keterasingan dan keterisolasian dari proses politik. Reaksi yang

paling dari rasa keterasingan itu adalah menarik diri, skeptis, apatis, dan

tidak mau tahu dengan segala hal yang bersangkutan dengan kepentingan

politik bersama.

Lalu, Indonesia sudah memasuki stadium berapa dari alienasi politik

ini, faktanya kita lihat pada pemilu akan datang, namun dianalisis, saat ini,

gajala-gejala sudah mulai hidup di tengah masyarakat Indonesia.sebagaimana

yang di rilis oleh survei IPI dan LSI diatas

Adapun Bahaya Alenasi politik diantaranya: Pertama, partisipasi

politik yang sulit ditingkatkan. Kedua, meningkatnya ketidak percayaan

politik yang membawa masyarakat lebih kepada parlemen jalanan, aksi

boikot dsb. Ketiga, dukungan keberlanjutan politik bisa terancam. Oleh

karena itu mempertontonkan pertandingan politik dengan mengutamakan

kepentingan masing-masing perlu diabaikan dulu agar stadium alienasi

politik ini semakin mewabah. Sebenarnya masyarakat Indonesia, tingkat

alienasi politiknya berbentuk ketidak acuhan terhadap perkembangan politik

dengan menginterpretasikan politik sebagai permainan. Kemudian dalam


58

ajang pemilihan masyarakat sebagai pemilih sepertinya hanya melaksankan

ritual demokrasi belaka yaitu datang memberikan suara tanpa

mempertimbangkan pilihannya dengan baik, tidak mau secara sadar bahwa

pilihan itu memiliki dampak tersendiri bagi perkembangan politik di negeri

ini.

Walaupun kondisi alienasi politik sudah merasuki kehidupan

masyarakat, namun usaha untuk meningkatkan, partisipasi politik masyarakat

perlu dibangun terus menerus agar proses demokrasi berlangsung dinamis di

tengah kehidupan ini. Salah satunya tetap menjadikan pendidikan politik

menjadi arti penting dalam proses peningkatan partisipasi politik

masyarakat.Pendidikan politik bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat

dalam partisipasi politik dan membangun kepercayaan kepada lembaga

politik dan juga untuk meningkatkan kemandirian, kedewasaan dan

pencapaian prestasi dalam penyelenggaraan kehidupan politik dan

kenegaraan. Melalui pendidikan poltik bisa menumbuhkembangkan

pemahaman terkait partisipasi politik masyarakat dalam kehidupan

demokrasi. Masyarakat juga diharapkan menghayati dan memahami tentang

etika dan budaya politik dalam berbangsa dan bernegara

DAFTAR PUSTAKA

Budi Suryadi,2007. Sosiologi Politik. Yogyakarta: IRCISoD.

Damsar. 2010. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: Kencana.


59

Duvergor, Maurice. 2003. Sosiologi Politik. Jakarta: Rajawali.

Eko Handoyo. 2008. Sosiologi Politik. Semarang: Universitas Negeri Semarang


Press.
Rafael Raga Maran. 1999. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: Rineka Cipta.

Rush, Michael dan Philip Althoff. 2005. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.

Said Gatara dan Dzulkiah Said. 2007. Sosiologi Politik. Bandung: Pustaka Setia.

Samuel P. Huntington dan Joan Nelson. 1990. Partisipasi Politik di Negara


Berkembang. Jakarta: Rineka Cipta.

Silvia Bolgherini. 2010. "Participation" dalam Mauro Calise and Theodore J. Lowi.
Hyperpolitics: An Interactive Dictionary of Political Science Concept
Chicago: The University of Chicago.
60

Hand-out 5

REKRUTMEN POLITIK

A. Learning Outcome:

1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian rekrutmen politik.

2. Mahasiswa dapat mengklasifikasikan macam-macam rekrutmen politik.

3. Mahasiswa dapat mendeskripsikan contoh kasus rekrutmen politik

perempuan.

B. Uraian Materi

1. Pengertian Rekrutmen Politik

Rekrutmen politik adalah proses pengisian jabatan-jabatan pada

lembaga-lembaga politik termasuk partai politik dan administrasi atau birokrasi

oleh orang-orang yang akan menjalankan kekuasaan politik (Sartono Sahlan,

2004: 117). Sedangkan menurut Cholisin, rekrutmen politik adalah seleksi dan

pengangkatan seseorang atau kelompok untuk melaksanakan sejumlah peran

dalam system politik pada umumnya dan pemerintahan pada khususnya

(Cholisin, 2007: 113).Ramlan Surbakti mengemukan bahwa rekrutmen politik

mencakup pemilihan, seleksi, dan pengangkatan seseorang atau sekelompok

orang untuk melaksanakan sejumlah peranan dalam sistem politik pada

umumnya dan pemerintah pada khususnya.


61

2. Macam macam Mekanisme Rekrutmen Politik

Ada 2 macam bentuk rekrutmen yaitu rekruitmen bersifat terbuka dan

bersifat tertutup. Rekruitmen terbuka adalah semua warga negara yang

memenuhi syarat tertentu (seperti kemampuan, kecakapan, umur, keadaan

fisik) memiliki kesempatan untuk menduduki posisi-posisi yang ada dalam

lembaga negara/ pemerintah. Sedangkan rekruitmen tertutup biasanya

rekriutmen berdasarkan kekuatan tertentu seperti memiliki jaringan dipihak

elit atau pihak pengambil keputusan atau jaringan sosial lainnya, artinya

rekruitmen tertutup tidak melalui tahapan seleksi yang telah ditetapkan

Hakikatnya rekrutmen politik atau representasi politik memiliki

peran yang penting dalam perpolitikan dalam negara, ini tak lepas proses

untuk-siapa saja yang akan menjalankan fungsi-fungsi sistem politik negara

tersebut. Tujuan suatu sistem politik memiliki korelasi dengan proses

rekrutmen politik, kualitas rekrutmen politik.akan berpengaruh pada

tercapainya tujuan dari sistem politik

3. Contoh kasus rekruitmen politik perempuan

Budaya perpolitikan di Indonesia adalah hal yang dominan dalam

mempengaruhi perempuan untuk ikut secara aktif dalam gelanggang

perpolitikan Indonesia, selama ini terdapat kader politik perempuan yang

muncul tak lepas dari perpanjangan tangan politik yang dimiliki oleh suami

atau orang tua/bapak, sehingga tidaklah heran kita menjumpai istri seorang

Pangdam atau anak pejabat ikut terpilih sebagai anggota DPR/MPR di


62

Republik Indonesia ini dan suatu yang tidak heran juga, perempuan akan sulit

berpeluang untuk berkiprah di dunia politik jika mereka memang tidak sama

sekali memiliki hubungan yang nepotis dengan pihak penguasa

DAFTAR PUSTAKA

Budi Suryadi,2007. Sosiologi Politik. Yogyakarta: IRCISoD.

Damsar. 2010. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: Kencana.

Duvergor, Maurice. 2003. Sosiologi Politik. Jakarta: Rajawali.

Eko Handoyo. 2008. Sosiologi Politik. Semarang: Universitas Negeri Semarang


Press.
Rafael Raga Maran. 1999. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: Rineka Cipta.

Rush, Michael dan Philip Althoff. 2005. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.

Said Gatara dan Dzulkiah Said. 2007. Sosiologi Politik. Bandung: Pustaka Setia.
63

Handout 6

KEKUASAAN POLITIK

A. Learning Outcome:

1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian kekuasaan politik.

2. Mahasiswa dapat mengklasifikasikan macam-macam kekuasaan politik.

3. Mahasiswa dapat menjelaskan single majority.

B. Uraian Materi

1. PengertianKekuasaanPolitik

Menurut Damsar (2010) politik dalam kajian sosiologi dapat dibagi

dalam 2 batasan yaitu Sosiologi politik adalah kajian yang mempelajari

hubungan antar masyarakat, dimana Pertama, politik dirumuskan batasannya

sebagai suatu kajian yang mempelajari hubungan antara masyarakat dengan

politik , dimana hubungan itu saling mempengaruhi satu sama lain Kedua,

Sosiologi politik dianggap sebagai sebuah pendekatan, dimana fenomena

politik dilihat sebagai aktivitas yang berkaitan dengan proses dan sistem

politik, yang didalamnya terdapat kekuasaan (power), kewenangan

(aouthority), kehidupan publik (public life), pemerintahan (government),

negara (state), konflik dan resolusi konflik (conflict dan conflict resolution),

kebijakan (policy), pengambilan keputusan (decisonmaking), dan pembagian

(distrubution) atau alokasi (allocation) dipandang dari sisi teori , konsep dan
64

metodologi sosiologi Jadi didalam sistem politik terdapat kekuasaan, yang

mana kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau sekelompok manusia

untuk mempengaruhi tingkah-laku sesorang atau kelompok lain sedemikian

rupa sehingga tingkah-laku itu menjadi sesuai dengan keinginan dan tujuan

dari orang yang mempunyai kekuasaan itu.

2. Macam Kekuasaan Politik

Dua macam kekuasaan politik, yaitu

1. kekuasaan sosial yang terwujud dalam Negara (state power), seperti

lembaga-lembaga pemerintahan DPR, Presiden, dan sebagainya.

2. bagian dari kekuasaan sosial yang ditujukan kepada Negara.

3. Single Majority

Kekuasaan dalam suatu masyarakat berbentuk piramida. Ini terjadi

karena kenyataan bahwa ada satu kekuasaan yang mendominasi kehidupan

politik dalam suatu negara, dengan kata lain bahwa ada kekuasaan yang satu

itu lebih kuat dengan jalan mengkoordinasi kekuasaan yang lain. Ini dikenal

dengan konsep single majority.

DAFTAR PUSTAKA

Budi Suryadi,2007. Sosiologi Politik. Yogyakarta: IRCISoD.

Damsar. 2010. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: Kencana.


65

Duvergor, Maurice. 2003. Sosiologi Politik. Jakarta: Rajawali.

Eko Handoyo. 2008. Sosiologi Politik. Semarang: Universitas Negeri Semarang


Press.
Rafael Raga Maran. 1999. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: Rineka Cipta.

Rush, Michael dan Philip Althoff. 2005. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.

Said Gatara dan Dzulkiah Said. 2007. Sosiologi Politik. Bandung: Pustaka Setia.
66

Handout 7

KONFLIK POLITIK DAN INTEGRASI POLITIK

C. Learning Outcome:

5. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian konflik politik.

6. Mahasiswa dapat mengidentifikasipenyebab konflik politik.

7. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian integrasi politik.

8. Mahasiswa dapat mengklasifikasi bentuk-bentuk integrasi politik.

9. Mahasiswa dapat mendeskripsikan proses integrasi politik.

D. Uraian Materi

5. Pengertian Konflik Politik

Konflik dan integrasi bukanlah dua aspek yang selalu bertentangan

dalam politik. Keduanya saling melengkapi satu sama lain. Istilah konflik

dalam politik seringkali dikaitkan dengan kekerasan. Konflik mengandung

pengertian benturan, seperti perbedaan pendapat, persaingan dan

pertentangan antara individu dengan individu, kelompok dengan kelompok,

individu dengan kelompok, dan antara individu atau kelompok dengan

pemerintah.

Untuk melihat konflik ada enam pendekatan yang bisa digunakan,

yaitu sebagai berikut:


67

a. Konflik merupakan pembawaan sejak lahir di dalam binatang

sosial.

b. Konflik ditimbulkan oleh sifat masyarakat dan cara mereka

dibentuk.

c. Konflik adalah disfungsi dalam sistem sosial dan sebuah gejala

ketegangan patologis.

d. Konflik adalah ciri yang tidak terhindarkan dari kepentingan

negara dalam kondisi anarkhi internasional.

e. Konflik adalah hasil kesalahan persepsi dan komunikasi yang

buruk.

f. Konflik adalah proses alami yang umum bagi semua masyarakat.

6. Penyebab Konflik Politik

Duverger membagi macam penyebab konflik politik atas dua sebab

yaitu sebab individual dan sebab kolektif. Pnyebab individual berupa (a)

bakat individual dan (b) faktor psikologis. Penyebab kolektif berupa

perjuangan kelas, konflik rasial, konflik antar kelompok horizontal, dan

konflik atar kelompok teritorial. Sementara menurut Ramlan Surbakti konflik

disebabkan olehkemajemukan horizontal dan kemajemukan vertikal.

Kemajemukan horizontal merupakan diartikan struktur masyarakat yang

majemuk secara kultural dan secara sosial, sedangkan kemajemukan vertikal

adalah struktur masyarakat yang terpola menurut pemilikan kekayaan,

pengetahuan, dan kekuasaan.


68

7. Pengertian Integrasi Politik

Integrasi dapat diartikan dibangunnya interdependensi yang lebih

rapat antara bagian-bagian dari anggota-anggota masyarakat. Dengan kata

lain integrasi adalah proses mempersatukan masyarakat yang cenderung

membuatnya jadi harmonis.

Weiner, merangkum definisi integrasi sebagai berikut: Pertama,

integrasi menunjukkan pada proses penyatuan berbagai kelompok budaya

dan sosial kedalam satu kesatuan wilayah, dan pada pembentukkan suatu

identitas nasional. Kedua, integrasi digunakan dalam arti yang serupa untuk

menunjukkan masalah pembentukan wewenang kekuasaan nasional pusat di

atas unit-unit atau wilayah-wilayah politik yang lebih kecil yang mungkin

beranggotakan suatu kelompok budaya atau sosial tertentu. Ketiga, integrasi

menunjukkan pada masalah menghubungkan pemerintah dengan yang

diperintah. Keempat, integrasi juga kadang-kadang digunakan untuk

menunjukkan adanya konsensus nilai yang minimum, yang diperlukan untuk

memelihara tertib sosial. Kelima, integrasi menunjukkan tingkah laku

integratif, yaitu kapasitas orang-orang di dalam suatu masyarakat untuk

berorganisasi demi mencapai beberapa tujuan bersama.

8. Bentuk-bentuk Integrasi Politik

Ada lima bentuk integrasi politk, yaitu sebagai berikut:

a. Integrasi bangsa. Integrasi bangsa adalah proses penyatuan berbagai

kelompok sosial budaya dalam satu kesatuan wilayah dan dalam satu
69

identitas nasional. Diandaikan masyarakat itu berupa masyarakat

majemuk yang meliputi berbagai suku bangsa, ras dan agama.

b. Integrasi wilayah. Integrasi wilayah adalah pembentukan kewenangan

nasional pusat terhadap daerah atau wilayah politik yang kecil, yang

terdiri atas`satu atau lebih kelompok budaya. Konsep wilayah ini meliputi

darat, laut, udara dan semua isinya sehingga integrasi wilayah berkaitan

erat dengan pembinaan negara.

c. Integrasi nilai. Integrasi nilai ialah persetujuan bersama mengenai tujuan

dan prinsip dasar politik, serta prosedur penyelesaian permasalahan

lainnya. Dengan kata lain, integrasi nilai merupakan penciptaan suatu

sistem nilai (ideologi nasional) yang dipandang ideal, baik dan adil

dengan berbagai kelompok masyarakat,

d. Integrasi elit dan khalayak. Integrasi elit dengan khalayak ialah upaya

untuk menghubungkan antara golongan elit yang memerintah dan

khalayak atau rakyat yang diperintah. Integrasi antara elit dan khalayak

tidak berarti melenyapkan perbedaan di antara mereka.

e. Perilaku integratif. Perilaku integratif adalah kesediaan warga untuk

bekerja sama dalam suatu organisasi dan berperilaku sesuai dengan cara

yang dapat membantu pencapaian tujuan organisasi. Dalam hal ini

terdapat kesepakatan dan kesediaan menerima serta melaksanakan

kesepakatan, walaupun mungkin tidak sependapat dengan kesepakatan

bersama tersebut.

9. Proses Integrasi Politik


70

Duverger menjelaskan proses integrasi politik sebagai berikut:

a. Merumuskan aturan-aturan dan prosedur. Negara di dalam bangsa dan

kekuasaan yang terorganisir di dalam kolektivitas memainkan peranannya

di dalam integrasi sosial dengan turut mengambil bagian, terutama dalam

membangun dan memperkuat aturan-aturan dan prosedur-prosedur.

b. Mengorganisir pelayanan kolektif dan aktivitas sosial. Kegiatan bersama-

sama merupakan hukum masyarakat. Ada hukum yang didasarkan pada

tradisi (kebiasaan masyarakat) dan yang didasarkan pada persetujuan

yang dibuat oleh individu-individu secara pribadi.

c. Memberikan pendidikan bagi warga negara. Tujuan dari pendidikan

adalah mewariskan kepada generasi baru semua pengalaman peradaban

yang dikembangkan oleh generasi-generasi terdahulu. Unsur-unsur dalam

peradaban sangat banyak dan komplek sehingga pilihan-pilihan haruslah

dibuat untuk membuatnya mampu berasimilasi melalui pendidikan.

d. Penggunaan tenaga polisi, militer, dan penjara adalah cara-cara terakhir

untuk menghalangi kelompok atau individu dari penggunaan kekerasan.

DAFTAR PUSTAKA

Budi Suryadi,2007. Sosiologi Politik. Yogyakarta: IRCISoD.

Duverger, Maurice. 2003. Sosiologi Politik. Jakarta: Rajawali.

Rafael Raga Maran. 1999. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: Rineka Cipta.
71

Handout 8

GERAKAN SOSIAL

A. Learning Outcome:

1. Mahasiswadapatmenjelaskanpengertian gerakan sosial.

2. Mahasiswadapatmengklasifikasitipe gerakan sosial.

3. Mahasiswa dapat menganalisis penyebab gerakan sosial.

4. Mahasiswa dapat mendeskripsikan perkembangan gerakan sosial.

B. UraianMateri

1. Pengertian GerakanSosial

Gerakan sosial dapat diartikan sebagai tindakan kolektif yang

diorganisir secara longgar, tanpa cara terlembaga untuk menghasilkan

perubahan dalam masyarakat. Ciri-ciri gerakan sosial menurut Bottomore

adalah; (a) kurang terorganisir, (b) tidak memiliki jalur staf pusat, (c)

bersimpati terhadap pandangan sosial atau doktrin tertentu, (d) berperan serta

dalam kegiatan demonstrasi, (e) bertindak dengan cara lebih menyatu, dan

(f) membangun perubahan kebijakan atau rezim dengan menciptakan iklim

pendapat yang berbeda dan dengan mengajukan alternatif.


72

2. TipeGerakanSosial

Tipe gerakan sosial dapat dibedakan menurut lingkup, jenis

perubahan, target, metode kerja, eksistensi, jangkauan, dan ideologi sebagai

berikut:

a. Lingkup:

1) Gerakanreformasi - gerakan yang didedikasikan untuk mengubah

beberapa norma, biasanya hukum. Contoh gerakan semacam ini akan

mencakup seperti, serikat buruh dengan tujuan untuk meningkatkan

hak-hak pekerja, gerakan hijau yang menganjurkan serangkaian

hukum ekologi, atau sebuah gerakan pengenalan baik yang

mendukung atau yang menolak adanya, hukuman mati atau hak untuk

dapat melakukan aborsi. Dalam beberapa gerakan reformasi

memungkinkan adanya penganjuran perubahan tehadap norma-norma

moral misalkan, mengutuk pornografi atau proliferasi dari beberapa

agama. Sifat gerakan semacam itu tidak hanya terkait dengan masalah

tetapi juga dengan metode yang dipergunakan, dari kemungkinan ada

penggunaan metode yang sikap reformis non-radikal yang akan

digunakan untuk pencapaian akhir tujuan, seperti dalam kasus aborsi

agar dapat tercipta adanya pembuatan hukum perundangan-undangan.

2) Gerakan radikal - gerakan yang didedikasikan untuk adanya

perubahan segera terhadap sistem nilaidengan melakukan perubahan-

perubahan secara substansi dan mendasar, tidak seperti gerakan

reformasi, Contohnya termasuk Gerakan Hak Sipil Amerika yang


73

penuh menuntut hak-hak sipil dan persamaan di bawah hukum untuk

semua orang Amerika (gerakan ini luas dan mencakup hampir seluruh

unsur-unsur radikal dan reformis), terlepas dari ras, yang di Polandia

dikenal dengan nama Solidaritas /(Solidarność) gerakan yang

menuntut transformasi dari sebuah tata nilai politik Stalinisme

menuju kepada tata nilai sistem poltik sistem ekonomi atau ke dalam

tata nilai sistem poltik demokrasi atau di Afrika Selatan disebut

gerakan penhuni gubuk Abahlali baseMjondoloyang menuntut

dimasukkannya para penghuni gubuk secara penuh ke dalam

penghunian kehidupan kota.

b. Jenis perubahan

3) Gerakan Inovasi - gerakan yang ingin mengaktifkan norma-norma

tertentu, nilai-nilai, dan lain-lain gerakan advokasi yang tak umum

kesengajaan untuk efek dan menjamin keamanan teknologi yang tak

umum adalah contoh dari gerakan inovasi.

4) Gerakan Konservatif - gerakan yang ingin menjaga norma-norma

yang ada, nilai, dan sebagainya Sebagai contoh, anti-abad ke-19,

gerakan modern menentang penyebaran makanan transgenik dapat

dilihat sebagai gerakan konservatif dalam bahwa mereka bertujuan

untuk melawan perubahan teknologi secara spesifik, namun mereka

dengan cara yang progresif gerakan yang hanya bersikap anti-

perubahan (misalnya menjadi anti-imigrasi) sedang untuk hasil tujuan

kepentingan tidak pernah didapat hanya merupakan bersifat bertahan.


74

c. Target

5) Gerakanfokusberkelompok - bertujuan memengaruhi atau terfokus

pada kelompok atau masyarakat pada umumnya, misalnya,

menganjurkan perubahan sistem politik.

Beberapakelompokiniakanberubahataumenjadiatauakanbergabungden

ganpartaipolitik, tetapibanyaktetapberada di

luarsistempartaipolitikpartai.

6) Gerakan fokus Individu - fokus pada yang memengaruhi secara

personal atau individu. Sebagian besar dari gerakan-gerakan

keagamaan akan termasuk dalam kategori ini.

d. Metodekerja

7) Gerakandamai yang memperlihatkan untuk berdiri kontras dengan

gerakan 'kekerasan'. GerakanHak-

HakSipilAmerika,GerakanSolidaritasPolandia yang tanpa

penggunaan kekerasan, selalu berorientasi sipil dan sayap gerakan

kemerdekaan India boleh dimasukan ke dalam kategori ini.

8) Gerakan kekerasan umumnya merupakan gerakan bersenjata misalkan

berbagai Tentara Pembebasan Nasional seperti, Tentara Pembebasan

Nasional Zapatista dan gerakan pemberontakan bersenjata lainnya.

e. Eksistensi

9) Gerakan lama - gerakan untuk perubahan yang telah ada sejak awal

masyarakat, sebagian besar merupakan gerakan-gerakan abad ke-19


75

berjuang untuk kelompok-kelompok sosial tertentu, seperti kelas

pekerja, petani, orang kulit putih, kaum bangsawan, keagamaan, laki-

laki. Mereka biasanya berpusat di sekitar beberapa tujuan

materialistik seperti meningkatkan standar hidup atau, misalnya,

otonomi politik kelas pekerja.

10) Gerakan baru - gerakan yang menjadi dominan mulai dari paruh

kedua abad ke-20 - seperti gerakan feminis, gerakan pro-choice,

gerakan hak-hak sipil, gerakan lingkungan, gerakan perangkat lunak

bebas, gerakan hak-hak gay, gerakan perdamaian, gerakan anti-nuklir,

gerakan alter-globalisasi dan lain lain, Kadang-kadang gerakan ini

dikenal sebagai gerakan sosial baru. Mereka biasanya berpusat di

sekitar isu-isu yang sama yang tidak terpisahkan dari masalah sosial.

f. Jangkauan

11) Gerakansecarainternasional - gerakan sosial yang mempunyai tujuan

serta sasaran secara global. Gerakan-gerakan seperti yang pertama

kali dilakukan aliran Marx kemudian seperti Forum Sosial Dunia,

Gerakan atiglobalisasi dan gerakan anarkis berusaha untuk mengubah

masyarakat secara global.

12) Gerakan lokal - sebagian besar dari gerakan sosial memiliki lingkup

lokal.gerakan yang didasarkan pada tujuan lokal atau regional, seperti

melindungi daerah alam tertentu, melobi untuk penurunan tarif tol di

jalan tol tertentu, atau mempertahankan bangunan yang akan


76

dihancurkan untuk gentrifikasi agar dapat mengubahnya menjadi

pusat-pusat sosial.

13) Gerakan semua tingkatan - gerakan sosial yang berkaitan dengan

kompleksitas pemerintahan di abad ke-21 dan bertujuan untuk

memiliki pengaruh di tingkat lokal, regional, nasional dan

internasional.

g. Ideologi

14) Gerakanrevolusioner, yaitugerakan yang

mengubahmasyarakatdenganmenentangnilai-nilai fundamental.

15) Gerakan reformasi, yaitu gerakan yang berusaha memodifikasi

kerangka kerja dari skema nilai yang ada.

16) Gerakan perlawanan, yaitu gerakan untuk memblokir atau

mengeliminasi perubahan yang sudah dilembagakan sebelumnya.

17) Gerakan ekspresif, yaitu gerakan yang berusaha merenovasi atau

memperbaharui orang-orang dari dalam, sering dilakukan dengan

menjanjikan suatu pembebasan di masa depan.

Secara substantif, tipe-tipe gerakan sosial itu terjadi atau terdapat di

seluruh negara. Kesamaan tipe gerakan sosial ini lebih dikarenakan adanya

pengadopsian bentuk simbol dan adanya perlawanan terhadap situasi

dominasi kekuasaan yang menyimpang atau kondisi ketidakadilan di dalam

masyarakat.
77

3. PenyebabGerakan Sosial.

Gerakan sosial tidak bersifat terus-menerus karena memiliki siklus

hidup kurang-lebih sebagai berikut: diciptakan, tumbuh, pencapaian sasaran

akhir atau berikut kegagalannya, terkooptasi dan kehilangan

semangat.Penyebab munculnya gerakan bisa dianalisis dari dua pendekatan,

yaitu:

a. Pendekatankonflik.

Pendekataninimenyatakanbahwagerakansosialmunculkarenakeseng

saraan, terutamakarenamasalahsosialdankesulitanekonomi. Menurut Karl

Marx, kesengsaraan dan kemiskinan progresif kelas pekerja merupakan

akibat dari eksplloitasi kapitalis. Lambat laun kondisi semacam ini akan

ditentang keras oleh kaum pekerja. Para pekerja akan menemukan akar

sosial dari penderitaan mereka, yakni karena ulah majikan mereka. Oleh

karena itu, mereka akan menggulingkan para penindas mereka.

Meskipun demikian, Karl Marx juga melihat bahwa kesengsaraan

dan eksploitasi yang parah tidak perlu menghasilkan gairah revolusioner.

Menurut Marx, kesengsaraan masyarakat kelas bawah dapat menjadi

sangat intensif dan alienasi yang diakibatnya pun sangat masif, sehingga

semua kesadaran sosial dan revolusioner pun dimatikan. Jurang antara

majikan dan para pekerja akan melebar yang menyebabkan para pekerja

merasakan ketidak beruntungan komparatif. Beberapa sosiolog

menyatakan bahwa faktor utama yang menimbulkan gerakan protes para

warga kulit hitam pada tahun 1960-an di Amerika Serikat adalah akibat

dari peningkatan kesadaran akan arti kerugian relatif ini di kalangan


78

warga kulit hitam. Mereka mengalami adanya jurang pemisah antara apa

yang secara aktual mereka miliki dan apa yang mereka harapkan dan

rasakan sebagai hak mereka.

b. Pendekatan mobilisasi sumber daya.

Pendekatan ini menekankan pada faktor pengorganisasian sumber

daya dalam rangka mencapai suatu tujuan sosial. Sistem mobilisasi

sumber daya yang timpang menjadi pemicu munculnnya gerakan-

gerakan sosial.

Para pendukung pendekatan mobilisasi sumber daya menekankan

pentingnya faktor-faktor struktural seperti ketersediaan berbagai sumber

daya bagi pencapaian tujuan-tujuan khusus dan jaringan relasi

antarpersonal yang berperan sebagai fokus bagi rekrutmen. Keterlibatan

orang-orang dalam suatu gerakan sosial bukan karena mereka mengalami

alienasi, tetapi sebagai suatu tanggapan terhadap suatu proses

pengambilan keputusan yang rasional. Mereka tidak asal terlibat dalam

suatu gerakan sosial. Mereka memperhitungkan untung rugi dari

keterlibatan tersebut. Dari perpekstif ini dapat dikatakan bahwa gerakan-

gerakan sosial itu merupakan cerminan kesadaran para partisipan untuk

berpartisipasi dalam pembangunan dan rekonstruksi masyarakat mereka.

4. PerkembanganGerakan Sosial.

Dalam realitasnya, gerakan sosial yang terjadi di negara-negara

mengalami perubahan, di mana perubahan gerakan sosial itu dikategorikan


79

dengan istilah gerakan sosial lama dan gerakan sosial baru. Gerakan sosial

lama dianggap sebagai perlawanan atau perjuangan kelas buruh dalam

menuntut keadilan mereka. Sementara gerakan sosial baru dianggap sebagai

perluasan makna gerakan sosial lama ke arah perjuangan mengimbangi

dominasi kekuasaan negara dan perwujudan demokratisasi.

Secara umum terdapat tiga fase utama di dalam perkembangan

gerakan sosial baru, yaitu sebagai berikut:

Fase pertama, yaitu tahap di mana gerakan-gerakan seperti gerakan

demokrasi dan gerakan buruh diEropa, gerakan hak suara yang diajukan oleh

wanita, dan gerakan-gerakan kemerdekaan di daerah jajahan, dan sejumlah

gerakan yang muncul di negara otokratis dewasa ini, yang hanya

menyediakan sebuah sarana efektif bagi pengungkapan keluhan-keluhan dan

usaha untuk melahirkan perubahan-perubahan politik.

Fase kedua, muncul ketika pencapaian pemerintahan yang

representatif, persamaan hak pilih universal, dan sistem pemilihan umum

yang bebas dan rahasia berusaha mengurangi intensitas aksi-aksi politik di

luar mekanisme lembaga formal, walaupun dalam periode krisis gerakan

sosial seperti gerakan para penganggur, dan kaum fasis di beberapa negara

Eropa dapat berkembang.

Fase ketiga, adalah tahap yang kini berlangsung di negara-negara

demokrasi barat. Pada tahap ini dijumpai banyak sekali kebangkitan dan

pembentukan berbagai gerakan sosial sebagai suatu ciri kehidupan politik


80

yang kurang lebih bersifat permanen, yang mencerminkan suatu gerakan

yang lebih mendasar untuk memperluas demokrasi. Pemerintahan yang

representatif, parta-partai politik dan pemilihan umum, semakin intens

memberikan kerangka kerja yang esensial namun tidak memadai untuk

membangun suatu masyarakat demokratis dalam artian pemerintahan yang

radikal yang diselenggarakan oleh rakyat.

DAFTAR PUSTAKA

Budi Suryadi,2007. Sosiologi Politik. Yogyakarta: IRCISoD.

Rafael Raga Maran. 1999. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: Rineka Cipta.

Sztompka, Piotr. 2004. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Prenada.


81

Handout 9

DEMOKRASI

A. Learning Outcome:

1. Mahasiswadapatmenjelaskanpengertiandemokrasi.

2. Mahasiswa dapat menjelaskan alasan pentingnya demokrasi.

3. Mahasiswa dapat menjelaskan prinsip dasar demokrasi.

4. Mahasiswadapatmengidentifikasiunsur penegak demokrasi.

5. Mahasiswa dapat mendeskripsikan perkembangan demokrasi di Indonesiaa.

B. UraianMateri

1. Pengertian Demokrasi

Pengertian demokrasi sangatlah beragam karena para ahli yang

mengemukakan pendapatnya juga tidak sedikit. Secara sederhana demokrasi

memiliki pengertian bahwa di dalam sistem bermasyarakat, bernegara dan

pemerintahan kekuasaan berada di tangan rakyat. Kekuasaan di tangan

rakyat itu meliputi:

a. Pemerintah dari rakyat (government of the people), artinya

pemerintahan yang sah yang sedang berkuasa mendapat pengakuan dari

rakyat melalui sebuah pemelihan oleh rakyat.

b. Pemerintahan oleh rakyat (government by the people), yakni pemerintah

menjalankan kekuasaannya adalah atas nama rakyat dan selalu berada

di dalam pengawasan rakyat.


82

c. Pemerintahan untuk rakyat (government for the people), yaitu

kekuasaan yang diberikan oleh rakyat kepada pemerintah dijalankan

untuk kepentingan rakyat.

Berdasarkan pengertian di atas, ada tiga konsep dasar demokrasi yaitu

kebebasan (freedom), persamaan (equality) dan kedaulatan (sovereignity).

Konsep kebebasan menenkankan pada kebebasan berbicara, berkumpul dan

hak dalam pemilihan umum. Konsep persamaan menekankan pada

persamaan semua individu dalam politik, hukum, ekonomi dan budaya.

Sementara konsep kedaulatan menenkankan pada kekuasaan rakyat dalam

penyelenggaraan negara.

Konsep kebebasan dan persamaan merupakan pondasi dari

demokrasi. Kebebasan berusaha memberikan hasil yang maksimal karena

orang yang bersangkutan akan mengerjakan usaha tersebut secara sungguh-

sungguh sehingga kemungkinan untuk berhasil lebih besar. Bagian yang

tidak terpisahkan dengan kebebasan adalah kekuasaan penguasa politik. Ide

kebebasan pada mulanya memang diajukan untuk membatasi kekuasaan

monarkhi absolut di Eropa Barat. Sampai sekarang pun demokrasi masih

diyakini sebagai sebuah mekanisme politik yang mampu melindungi

kebebasan rakyat dengan memberikan tugas kepada pemerintah untuk

melindungi dalam menikmati kebebasan tersebut. Kebebasan yang

dimaksud di sini adalah kebebasan yang terbatas, bukan kebebasan mutlak.

Persamaan adalah konsep yang menentang adanya perbedaan-

perbedaan yang didasarkan atas kelahiran dan faktor-faktor kultural.


83

Konsep persamaan mengacu pada terbukanya kesempatan yang sama bagi

setiap orang untuk mengembangkan diri sesuai dengan kemampuannya.

Perbedaan yang muncul di antara warga masyarakat setelah memperoleh

kesempatan yang sama dianggap sebagai hal yang wajar karena manusia

memang mempunyai bakat dan kemampuan yang berbeda. Oleh karena itu

persamaan merupakan sarana yang tidak kalah pentingnya bagi kemajuan

setiap orang tanpa memandang apapun.

Kedaulatan rakyat adalah kekuasaan rakyat atau rakyat yang berkuasa

untuk menentukan penyelenggaraan negara oleh pihak pemerintah. Rakyat

melalui kekuasaannya menyuruh pemerintah untuk membuat aturan-aturan

yang dapat melindungi dan melayani kepentingan rakyat. Perwujudan

konsep kedaulatan rakyat dalam dunia politik nyata adalah dipegangnya

kekuasaan legislatif oleh lembaga perwakilan rakyat (parlemen). Dalam

melaksanakan tugas-tugas tersebut, parlemen bekerjasama dengan lembaga

eksekutif (pemerintah) sehingga kebijakan pemerintah yang setepat-

tepatnya dapat dihasilkan. Di samping itu, parlemen juga dapat menjalankan

fungsi pengawasan langsung terhadap tindak tanduk lembaga eksekutif

sehingga penyimpangan terhadap kepentingan dan aspirasi rakyat dapat

dicegah. Bila dilanggar lembaga legislatif dapat menjatuhkan sanksi

terhadap pemerintah dalam bentuk jatuhnya kabinet atau turunnya presiden

dari jabatannya.

2. Alasan Pentingnya Demokrasi


84

Ada bebarapa alasan pentingnya demokrasi dijunjung, yaitu sebagai

berikut:

a. Kesetaraan sebagai warga negara. Demokrasi bertujuan memperlakukan

semua orang sama dan sederajat

b. Memenuhi kebutuhan-kebutuhan umum. Pemerintah demokratis lebih

mungkin untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan rakyat biasa. Semakin

besar suara rakyat dalam menentukan kebijakan, semakin besar pula

kemungkinan kebijakan itu mencerminkan keinginan dan aspirasi-

aspirasi mereka.

c. Pluralisme dan kompromi. Demokrasi menghendaki kebhinekaan dan

kemajemukan dalam masyarakat maupun kesemaan kedudukan di

anatara para warga negara. Cara demokratis untuk mengatasi perbedaan

itu adalah lewat diskusi, persuasi, dan kompromi.

d. Menjamin hak-hak dasar. Demokrasi menjamin hak-hak dasar seperti

hak kebebasan berbicara dan bereksprasi, han berserikat dan berkumpul,

hak bergerak, dan hak untuk mendapatkan perlindungan atas

keselamatan diri.

e. Pembaruan kehidupan sosial. Demokrasi memungkinkan penghapusan

kebijakan-kebijakan yang telah usang dan menyingkirkan para politisi

yang gagal dengan cara yang santun dan damai, serta memuluskan proses

alih generasi tanpa pergolakan dan kekacauan.


85

3. Prinsip Dasar dan Parameter Demokrasi

Sama halnya dengan pengertian demokrasi, maka pendapat ahli

tentang prinsip demokrasi juga beragam, namun demikian dapat ditarik

kesimpulannya bahwa mereka hampir memiliki kesamaan pendapat bahwa

demokrasi harus memiliki prinsip sebagai berikut:

a. Adanya pembagian kekuasaan

b. Adanya pemilihan umum yang bebas

c. Adanya manajemen yang terbuka

d. Adanya kebebasan individu

e. Adanya peradilan bebas

f. Adanya pengakuan hak minoritas

g. Adanya pemerintahan yang berdasarkan hukum

h. Adanya pers yang bebas

i. Adanya bebarapa partai politik

j. Adanya musayawarah

k. Adanya persetujuan parlemen

l. Adanya pemerintahan yang konstitusional

m. Adanya ketentuan tentang pendemokrasian

n. Adanya pengawasan terhadap administrasi publik

o. Adanya perlindungan hak azazi manusia

p. Adanya pemerintahan yang bersih

q. Adanya persaingan keahlian

r. Adanya mekanisme politik

s. Adanya kebijaksanaan negara


86

t. Adanya pemerintahan yang mengutamakan tanggung jawab.

Suasana kehidupan yang demokratis merupakan dambaan bagi

selururh warga negara. Oleh karena itu demokrasi tidak boleh menjadi

gagasan yang utopis dan berada dalam alam retorika semata, melainkan

sebagai sesuatu yang mendesak dan harus untuk diimplementasikan dalam

interaksi sosial kemasyarakatan, kebangsaan, dan kenegaraan. Prinsip-

prinsip negara demokrasi yang telah disebut di atas kemudian dituangkan

dalam konsep yang lebih praktis untuk dapat diukur dan dicirikan. Ciri-ciri

ini yang kemudian menjadi parameter untuk mengukur tingkat pelaksanaan

demokrasi yang berjalan di suatu negara. Untuk mengukur suatu negara

atau pemerintah dalam menjalankan tata pemerintahannya dikatakan

demokratis dapat dilihat dari empat aspek.

Pertama, masalah pembentukan negara. Kita percaya bahwa proses

pembentukan kekuasaan akan sangat menentukan bagaimana kualitas,

watak, dan pola hubungan yang akan terbagngun. Untuk semetara ini,

pemilihan umum, dipercaya sebagai salah satu instrumen penting guna

memungkinkan berlangsungnya suatu proses pembentukan pemerintahan

yang baik.

Kedua, dasar kekuasaan negara. Masalah ini menyangkut konsep

legitimasi kekuasaan serta pertanggungjawabannya langsung kepada rakyat.

Ketiga, susunan kekuasaan negara. Kekuasaan negara dijalankan

secara distributif untuk menghindari penumpukan kekuasaan dalam satu

tangan. Penyelenggaraan kekuasaan negara sendiri haruslah diatus dalam


87

suatu tata aturan yang membatasi dan sekaligus memberikan koridor dalam

pelaksanaannya. Aturan yang ada patut memastikan setidaknya dua hal

utama, yaitu:

1. Memugkinkan terjadinya desentralisasi, untuk menghidari

sentralisasi (pemusatan kekuasaan);

2. Memungkinkan pembatasan, agar kekuasaan tidak menjadi tidak

terbatas atau sewenang-wenang.

Keempat, masalah kontrol rakyat. Apakah dengan berbagai koridor

tersebut sudah dengan sendirinya akan berjalan suatu proses yang

memungkinkan terbangun sebuah relasi yang baik, yakni suatu relasi kuasa

yang simetris, memiliki sambungan yang jelas, dan adanya mekanisme yang

memungkinkan check and balance terhadap kekuasaan yang dijalankan

eksekutif dan legislatif.

4. Unsur Penegak Demokrasi

Tegaknya demokrasi sebagai sebuah tata kehidupan sosial dan

sistem politik sangat tergantung pada tegaknya unsur penopang demokrasi

itu sendiri. Unsur-unsur penegak tersebut adalah:

a. Negara hukum, yaitu negara memberikan perlindungan hukum bagi

warga negara melalui pelembagaan peradilan yang bebas dan tidak

memihak, serta menjamin hak azazi manusia. Ciri-ciri negara hukum ini

adalah (1) adanya jaminan perlindungan HAM, (2) adanya supremasi

hukum dalam penyelenggaraan pemerintahan, (3) adanya pemisahan


88

dan pembagian kekuasaan negara, dan (4) adanya lembaga peradilan

yang bebas dan mandiri.

b. Masyarakat sipil atau masyarakat madani, yang dicirikan dengan

masyarakat terbuka, masyarakat yang terbebas dari pengaruh kekuasaan

dan tekanan negara, masyarakat yang partisipatif aktif dan egaliter.

Demokrasi membutuhkan tatanan nilai-nilai sosial yang ada pada

masyarakat madani.

c. Infrastruktur politik, yang terdiri dari partai politik, kelompok gerakan,

dan kelompok penekan atau kelompok kepentingan. Dalam menegakkan

demokrasi, parpol berfungsi sebagai sarana komunikasi politik,

sosialisasi politik, rekrutmen politik, dan pengatur konflik. Kelompok

penekan dan kelompok kepentingan merupakan perwujudan adanya

kebebasan berorganisasi, menyampaikan pendapat, dan melakukan

oposisi terhadap negara dan pemerintah.

5. Perkembangan Demokrasi di Indonesia

Perkembangan demokrasi di Indonesia mengalami pasang surut dari

masa kemerdekaan hingga saat ini. Dalam perjalanan bangsa dan negara

Indonesia, perkembangan tersebut dapat dibagi dalam empat periode, yaitu

sebagai berikut:

a. Periode 1945 – 1959. Demokrasi pada masa ini dikenal dengan

demokrasi parlemeter. Sistem ini kurang cocok di Indonesia karena

lemahnya benih demokrasi sehingga memberi peluang untuk dominasi


89

parpol dan DPR. Kabinet yang dibangun atas partai politik tudak dapat

bertahan lama. Koalisi sangat gampang pecah. Akibatnya politik

nasionalberjalan tidak stabil. Puncak dari ketidakmapanan politik

tersebut, parpol yang tergabung dalam badan konstituantetidak

mempunyai anggota untuk mencapai konsesnsus mengenai dasar negara

untuk UUD yang baru. Oleh karena itulah akhirnya Soekarno

mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959.

b. Periode 1959 – 1965. Periode ini dikenal sebagai periode demokrasi

terpimpin. Ciri-ciri demokrasi pada periode ini adalah dominasi dari

presiden, terbatasnya peranan parpol, dan berkembangnya pengaruh

komunis. Pada masa ini banyak terjadi penyimpangan, seperti

pembuburan DPR hasil pemilu 1959 dan diganti dengan DPRGR oleh

presiden. Kedudukan DPRGR tidak sebagai pengontrol tetapi adalah

sebagai pembantu presiden, penetapan Soekarno sebagai presiden seumur

hidup dan beberapa penyelewengan lainnya,

c. Periode 1965 – 1998. Periode ini dinamakan dengan masa Demokrasi

Pancasila. Pada periode dilakukan tindakan korektif dengan membatalkan

Ketetapan MPRS No. III/1963 tentang pengangkatan Soekarno sebagai

presiden seumur hidup. Ciri-ciri periode ini adalah peranan ABRI sangat

menonjol, serta diberikannya kebeasan agak lebih kepada pers, parpol

dan masyarakat untuk beraktivitas. Meskipun demikian, Demokrasi

Pancasila pada rezim Orde Baru ini hanya bersifat retorika dan gagasan

belum sampai pada tataran penerapan.


90

d. Periode 1998 – Sekarang. Runtuhnya rezim Orde Baru telah membawa

harapan baru bagi tumbuhnya demokrasi di Indonesia. Bergulirnya

reformasi yang mengiringi keruntuhan rezim tersebut menandakan tahap

awal bagi transisi demokrasi Indonesia. Indikasi ke arah terwujudnya

kehidupan demokratis antara lain adanya reposisi dan redefinisi ABRI

atau TNI, diamandemnnya UUD 1945, adanya kebeasan pers,

dijalankannya kebijakan otonomi daerah, dan sebagainya. Meskipun

demikian, jika dilihat lebih jauh, hingga saat ini masih dijumpai indikasi-

indikasi kembalinya kekuasaan status quo.

DAFTAR PUSTAKA

Tim ICCE UIN Jakarta. 2003. Demokrasi, Hak Azazi Manusia dan Masyarakat
Madani. Jakarta: Prenada Media.
Beetham, David dan Boyle, Kevin. 2000. Demokrasi. Yogyakarta: Kanisius.

Moh. Mahfud MD. 2003. Demokrasi dan konstitusi di Indonesia. Jakarta: Rineka

Cipta.
91

Handout10

MASYARAKAT SIPIL

A. Learning Outcome:

1. Mahasiswadapatmenjelaskanpengertianmasyarakatsipil.

2. Mahasiswa dapat menjelaskan karakteristik masyarakat sipil.

3. Mahasiswa dapat menjelaskan pilar penegak masyarakat sipil.

4. Mahasiswa dapat menjelaskan hubungan masyarakat sipil dan demokratisasi.

B. UraianMateri

1. PengertianMasyarakat Sipil

Ada beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli, namun

secara umum masyarakat sipil atau istilah lain disebut masyarakat madani

adalah sebuah kelompok atau tatanan masyarakat yang berdiri secara

mandiri dihadapan penguasa dan negara, memiliki ruang publik

(publicsphere) dalam mengemukakan pendapat, adanya lembaga-lembaga

mandiri yang dapat menyalurkan aspirasi dan kepentingan publik. Istilah lain

untuk masyarakat sipil ini adalah masyarakat madani, masyarakat

kewargaan, dan civil society (tanpa diterjemahkan).


92

2.Karakteristik Masyarakat Sipil

Masyarakat madani memiliki karakteristik berupa:

a. Ruang publik, yang bebas sebagai sarana atau tempat mengemukakan

pendapat. Pada ruang publik yang bebaslah individu dalam posisinya yang

setara mampu melakukan transaksi-transaksi wacana dan praksis politik

tanpa mengalami distorsi dan kekhawatiran. Ruang publik secara teoritis

dapat diartikan sebagai wilayah di mana masyarakat sebagai warga negara

memiliki akses penuh terhadap setiap kegiatan publik. Warga negara berhak

melakukan kegiatan secara merdeka dalam menyampaikan pendapat,

berserikat, berkumpul, serta mempublikasikan informasi kepada publik.

Menafikkan adanya ruang publik yang bebas dalam masyarakat madani,

akan memungkinkan terjadinya pembungkaman kebebasan warga negara

dalam menyalurkan aspirasinya yang berkenaan dengan kepentingan umum

oleh penguasa yang tiranik dan otoriter.

b. Demokratis, merupakan entitas yang menjadi penegak wacana masyarakat

sipil. Masyarakat memiliki kebebasan penuh untuk menjalankan aktivitas

kesehariannya. Masyarakat juga berlaku sopan dan tidak diskriminatif.

Prasyarat denokratis ini banyak dikemukakan oleh para pakar yang mengkaji

fenomena masyarakat sipil. Bahkan demokrasi merupakan salah satu syarat

mutlak bagi penegakan masyarakat sipil. Penekanan demokrasi di sini dapat

mencakup sebagai bentuk aspek kehidupan seperti politik, sosial, budaya,

pendidikan, ekonomi, dan sebagainya.


93

c. Toleran, yaitu adanya sikap saling menghargai dan menghormati pendapat

serta aktivitas yang dilakukan oleh kelompok masyarakat lain yang berbeda.

Toleransi ini memungkinkan akan adanya kesadaran masing-masing

individu untuk menghargai dan menghormati pendapat serta aktivitas yang

dilakukan oleh kelompok masyarakat lain yang berbeda. Azyumardi Azra

menyatakan bahwa masyarakat sipil lebih dari sekedar gerakan-gerakan pro

demokrasi. Masyarakat sipil juga mengacu pada kehidupan yang berkualitas

dan civilitas. Civilitas meniscayakan toleransi, yakni kesediaan individu

untuk menerima pandangan-pandangan politik dan sikap sosial yang

berbeda.

d. Pluralisme, yaitu sikap mengakui dan tulus menerimaperbedaan (masyarakat

majemuk) sebagai hal yang positif. Konsep pluralisme merupakan prasyarat

bagi tegaknya masyarakat sipil. Menurut Nurcholish Madjid pluralisme

berarti pertalian sejati kebhinekaan dalam ikatan-ikatan keadaban. Bahkan

pluralisme adalah juga suatu keharusan bagi keselamatan umat manusia

antara lain melalui mekanisme pengawasan dan pengimbangan (check and

balance).

e. Keadilan sosial, adalah keseimbangan dan pembagian yang proporsionla

terhadap hak dan kewajiban setiap warga negara yang mencakup seluruh

aspek kehidupan. Hal ini memungkinkan tidak adanya monopoli dan

pemusatan salah satu aspek kehidupan pada satu kelompok masyarakat.

Secara esensial, masyarakat memiliki hak yang sama dalam memperoleh

kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah (penguasa).


94

3. Pilar Penegak Masyarakat Sipil

Maksud dari pilar penegak masyarakat sipil adalah institusi-institusi

yang ikut mengontrol dan mengkritisi kebijakan penguasa. Pilar penegak ini

terdiri dari:

a. Lembaga swadaya masyarakat, adalah institusi sosial yang dibentuk oleh

swadaya masyarakat yang tugas esensialnya adalah membantu dan

memperjuangkan aspirasi dan kepentingan masyarakat yang tertindas.

Selain itu, LSM dalam konteks masyarakat sipil juga bertugas

mengadakan pemberdayaan kepada masyarakat mengenai hal-hal yang

signifikan dalam kehidapan sehari-hari, seperti advokasi, pelatihan dan

sosialisasi program-program pembangunan masyarakat.

b. Pers, merupakan instistusi yang dapat mengkritisi dan menjadi bagian

dari social control yang dapat menganalisis serta mempublikasikan

berbagai kebijakan pemerintah yang berkenaan dengan warga negaranya.

Hal tersebut pada akhirnya mengarah pada adanya independensi pers

serta mampu menyajikan berita secara objektif dan transparan.

c. Supremasi hukum. Setiap warga negara baik yang duduk dalam formasi

pemerintahan maupun sebagai rakyat harus tunduk pada hukum. Hal

tersebut berarti bahwa perjuangan untuk mewujudkan hak dan kebebasan

antar warganegara dan antara warga negara dengan pemerintah haruslah

dilakukan dengan cara-cara yang damai dan sesuai dengan hukum yang

berlaku. Selain itu, supremasi hukum juga memberikan jaminan dan

perlindungan terhadap segala bentuk penindasan individu dan kelompok


95

yang melanggar norma-norma hukum dan segala bentuk penindasan

HAM, sehingga terpola bentuk kehidupan yang civilized.

d. Perguruan tinggi, yakni tempat civitas akademik (dosen dan mahasiswa)

bergerak pada jalur moral force untuk menyalurkan aspirasi masyarakat

dan mengkritisi berbagai kebijakan pemerintah. Perguruan tinggi

memiliki tugas utama mencari dan menciptakan ide-ide alternatif dan

konstruktif untuk dapat menjawab problematika yang dihadapi oleh

masyarakat.

e. Partai politik, merupakan wahana bagi warga negara untuk dapat

menyalurkan aspirasi politiknya. Meskipun memiliki tendensi politis dan

rawan akan hegemoni negara, tetapi bagaimanapun sebagai sebuah

tempat ekspresi politik warganegara, maka partai politik ini menjadi

prasyarat bagi tegaknya masyarakat sipil.

4. Masyarakat Sipil dan Demokratisasi

Hubungan antara masyarakat sipil dengan demokrasi menurut Dawam

Rahardjo adalah ibarat dua sisi mata uang, keduanya bersifatko-eksistensi.

Hanya dalam masyarakat sipil yang kuatlah demokrasi dapat ditegakkan

dengan baik, dan hanya dalam suasana demokratislah masyarakat sipil dapat

berkembang secara wajar. Masyarakat sipil merupakan “rumah” persemaian

demokrasi. Perlambang demokrasinya adalah pemilihan umum yang bebas

dan rahasia. Dalam masyarakat sipil terdapat nilai-nilai universal tentang

pluralisme yang kemudian menghilangkan segala bentuk kecenderungan

partikularisme dan sektarianisme.


96

Dalam masyarakat sipil tedapat nilai-nilai universal tentang

pluralisme yang kemudian menghilangkan segala bentuk kecenderungan

partikularisme dan sektarianisme. Hal ini dalam proses demokrasi menjadi

elemen yang sangat signifikan, di mana masing-masing individu, etnis dan

golongan mampu menghargai kebhinekaan dan menghormati setiap

keputusan yang diambil oleh salah satu golongan atau individu.

DAFTAR PUSTAKA

Tim ICCE UIN Jakarta. 2003. Demokrasi, Hak Azazi Manusia dan Masyarakat

Madani. Jakarta: Prenada Media.

Budi Suryadi. 2007. Sosiologi Politik. Yogyakarta: IRCISoD.


97

Handout 11

PERUBAHAN POLITIK

A. Learning Outcome:

1. Mahasiswadapatmenjelaskanpengertianperubahan politik.

2. Mahasiswadapatmenganalisispenyebab perubahan politik.

3. Mahasiswa dapat mengklasifikasitipe-tipe perubahan politik.

B. UraianMateri

1. PengertianPerubahan Politik

Perubahan politik mencakup perubahan pemerintah atau perubahan

rezim, atau perubahan keduanya. Perubahan pemerintah ditandai dengan

pengambil alihan pemerintahan dari satu pihak oleh pihak lain. Sedangkan

perubahan rezim yaitu perubahan yang menghasilkan suatu transformasi

sosial yang besar, yang ditandai oleh pergantian cara-cara lama dalam

pemenuhan hak-hak dan kewajiban warga negara, serta ditandai dengan

upaya meredefinisi tanggung jawab pemerintah terhadap warga negara atau

masyarakat.

2. Penyebab Perubahan Politik

Faktor ekonomi merupakan penyebab yang sangat penting terhadap

perbahan politik. Perkembangan kegiatan ekonomi mengubah suprasturktur


98

secara cepat. Perkembangan ekonomi pada gilirannya akan menentukan sifat

perjuangan politik, menggeserkan keseimbangan kekuasaan di antara bangsa.

Perang juga memberikan peran yang sangat besar terhadap perubahan

politik. Perang faktor penting dalam proses perluasan dan pengokohan

negara. Sejarah berulang kali menunjukkan bahwa orde, tatanan politik di

dunia sebagaian besar merupakan hasil dari penaklukan dan pendirian

kerajaan, pertempuran militer demi kemerdekaan nasional. Perang seringkali

melahirkan bangsa-bangsa baru. Penaklukan dan pertumbuhan kerajaan telah

menciptakan unit-unit politik yang lebih besar. Bahkan setelah

keruntuhannya pun ia dapat meninggalkan unsur-unsur peradaban tertentu.

Faktor lain yang menyebabkan terjadinya perubahan politik adalah

sebagai berikut :

a. Diperkenalkan teknologi baru

b. Perdagangan atau peperangan dan kudeta istana

c. Perubahan dinasti

d. Tampilnya raja yang kompeten atau tidak kompeten

e. Munculnya pemimpin yang karismatik

f. Adanya gerakan-gerakan yang cultural dan intelektual.

3. Tipe-tipe Perubahan Politik

Berikut ini beberapa tipe-tipe perubahan politik secara agak rinci, yaitu:
99

a. Perubahan yang terjadi secara gradual dan perubahan secara mendadak.

b. Perubahan besar dan perubahan kecil.

c. Perubahan yang terjadi dengan kekerasan dan perubahan yang terjadi

dengan damai.

Adapun ciri-ciri perubahan yang besar yaitu sebagai berikut :

a. Perubahan yang mengakibatkan terjadinya reorganisasi penting di dalam

aparat pemerintahan dalam hubungan pemerintah dan rakyat.

b. Perubahan yang menyebabkan terjadinya restrukturalisasi hubungan-

hubungan social lainnya, termasuk modifikasi dalam peraturan hierarkis

berbagai kelompok sosial yang ada.

Di Barat, sebagian perubahan politik yang terjadi secara gradual

dilembagakan dalam persaingan di antara parta-partai politik dan dalam

berbagai gerakan sosial serta kelompok kepentingan yang menentang

pemerintah. Hal ini terekspresi dalam sistem perundang-undangan yang

secara kontinu ditinjau dan diperluas kembali.

Perubahan politik ini bisa terjadi secara perlahan-lahan dan bersifat

kecil-kecilan, tetapi tidak harus secara damai. Seringkali, pergantian dinasti

terjadi melalui pembunuhan, dan kekerasan lainnya, tetapi tidak

menghasilkan perubahan fundamental dalam sistem politik.

Pihak yang menjadi agen perubahan politik ini adalah negara, dinasti,

kelas sosial, elite dari berbagai golongan, kelompok generasional, kelompok

etnis dan budaya. Mereka ini memainkan peranan yang sangat menentukan
100

bagi perubahan politik. Peranan mereka tampak menonjol dalam kondisi

masyarakat yang dilanda konflik struktural maupun konflik sosial.

Di samping itu, perubahan-perubahan kondisi global atau

internasional pun ikut menentukan peranan kelompok-kelompok di atas.

Keberhasilan gerakan mahasiswa dalam menjatuhkan Soeharto dari kursi

kepresidenan, ikut dipengaruhi oleh perubahan-perubahan kondisi global,

seprti berakhirnya era perang dingin, dan kian meningkatnya dukungan

negara-negara maju untuk merontokkan rezim-rezim yang dipandang sebagai

penindas hak-hak azazi manusia.

DAFTAR PUSTAKA

Eko Handoyo. 2008. Sosiologi Politik. Semarang: Universitas Negeri Semarang

Press.

Rafael Raga Maran. 1999. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: Rineka Cipta.

You might also like