You are on page 1of 22

LAPORAN

PENETAPAN KADAR ANTIBIOTIK Β-LAKTAM


SENYAWA AMOXICILIN PADA SEDIAAN FARMASI
DENGAN METODE TITRASI IODOMETRI

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah


Praktikum Kimia Farmasi Analisis 2

Disusun Oleh :

Kelompok 2

Jaenudin (31115140)

Khairunnisa Dwi Rachmawati ( 31115141)

Nurhayati (31115153)

STIKes BAKTI TUNAS HUSADA TASIKMALAYA

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

TASIKMALAYA

2018
I. Judul Praktikum :

Penetapan kadar Antibiotik β-laktam senyawa Amoxicilin pada sediaan

farmasi dengan metode titrasi Iodometri

II. Hari / Tanggal : Kamis/ 12 April 2018

III. Analit : Na-Amoksisilin

IV. Metode Analisis


Metode analisis yang digunakan yaitu titrasi iodimetri tidak langsung karena

pada struktur Amoxicilin terdapat cincin β-laktam yang bila dipecah oleh alkali

menghasilkan asam penisiloat. Asam penisiloat yang terbemtuk inilah dapat

ditetapkan kadarnya secara iodimetri tidak langsung karena asam ini dapat

mengikat iod, sedangkan Amoxicilin yang termasuk golongan antibiotik

penisilin tidak dapat mengikat iod.

V. Prinsip Analisis

Metode titrasi iodimetri tidak langsung didasari oleh prinsip reduksi

oksidasi, ketika Amoxisilin yang memiliki potensial oksidasi yang lebih besar

dari sistem iodium – iodida atau senyawa – senyawa yang bersifat oksidator

tersebut akan direduksi dengan kalium iodida berlebih dan akan menghasilkan

iodium yang selanjutnya dititrasi dengan Natrium tiosulfat sebagai titran.

VI. Dasar Teori

Amoksisilin adalah antibiotic β-laktam turunan aminopenisilin yang bersifat

bakterisid, bekerja dengan menghambat sintesis dinding sel bakteri (Petri,

2001). Tanpa adanya dinding sel, bakteritidak daoat bertahan terhadap


pengaruh luar. Selain itu, kerusakan membrane dapat mengganggu pertukaran

zat aktif yang penting untuk kehidupan bakteri (Wattimena dkk., 1997).

Antibiotik ini mempunyai spektrum kerja yang luas, dapat mengalami absorpsi

cepat dan sempurna dari saluran pencernaan, serta tahan dalam suasana asam

sehingga dapat diberikan secara oral (Petri, 2001).

Amoksisilin berupa serbuk hablur, putih, praktis tidak berbau. Amoksisilin

sukar larut dalam air dan methanol, tidak larut dalam benzene, dalam

karbontetraklorida, dan dalam kloroform (Depkes RI, 1995). Larutan yang

mengandung amoksisilin 2 mg/mL mempunyai pH antara 3,5 sampai 6,0 (USP,

2005). Baku pembanding yang digunakan adalah amoksisilin Baku

Pembanding Farmakope Indonesia (BPFI), tidak boleh dikeringkan sebelum

digunakan. Amoksisilin harus disimpan dalam wadah tertutup rapat pada suhu

kamar terkendali (Depkes RI, 1995).

Tablet amoksisilin mengandung tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih

dari 120,0% C16H19N3O5S jumlah yang tertera pada etiket. Tablet amoksisilin

harus disimpan dalam wadah tertutup rapat pada suhu kamar terkendali (USP,

2005).

Amoksisilin dapat ditetapkan kadarnya dengan berbagai cara, antara lain

(Bird, 1994):

1. Metode tritimetri yang meliputi iodometri dan potensiometri. Pada

penetapan kadar menggunakan kedua metode tersebut, amoksisilin harus

dihidrolisis terlebih dahulu menjadi asam penisiloat. Selanjutnya, pada

metode iodometri hasil hidrolisis tersebut akan bereaksi dengan iodium


atau kalium iodat, sedangkan pada metode potensiometri dengan litium-

metoksid, asam perklorat, merkuri nitrat, atau kupri sulfat.

2. Metode spektrofotometri yang meliputi spektrofotometri UV dan Visible.

Pada penetapan kadar menggunakan metode spektrofotometri UV,

amoksisilin harus diderivatisasi agar memberikan serapan yang cukup.

Sementara iru, pada metode spektrofotometri Visible amoksisilin akan

bereaksi dengan suatu senyawa membentuk warna yang kemudian diukur

serapannya pada daerah cahaya tampak. Salah satu contohnya adalah reaksi

antara gugus karbonil pada cincin β-laktam amoksisilin dengan

hidroksilamin dan ion ferri membentuk kompleks warna ungu yang

kemudian diukur serapannya pada panjang gelombang 480 nm.

VII. Reaksi
1. Persamaan reaksi hidrolisis cincin beta-laktam pada struktur amoxilin
2. Reaksi pembentukan I2 (Iodium)

3. Reaksi titrasi I2 dengan natrium tiosulfat

VIII. Monografi
a. Amoxicilin

(Clark’s)

- BM = C10H15N3O5S.H20 (419,45)

- BM Anhydrat = 365,41

- Pemerian = serbuk hablur, putih, praktis tidak berbau

- Kelarutan = sukar larut dalam air dan etanol, tidak larut

dalam benzena, karbotetraklorida dan dalam klorofom

Dalam bentuk Na Amoxicilin (FI IV;116)

- BM = 387,4

- Pemerian = serbuk putih atau hampir putih, sangat higroskopik


- Kelarutan = sangat mudah larut dalam air, agak sukar

larut dalam etanol, sangat sukar larut dalam aseton, praktis tidak

larut dalam klorofom dan dalam eter.

- pH = antara 8 – 10

- uji kualitatif = FeCl3 berwarna hitam

b. Asam klorida (FI III ; 1979)

- Nama resmi = acidum hydrochloridum

- Nama lain = asam klorida

- RM/BM = HCl/36,46

- Penyimpanan = dalam wadah tertutup rapat

c. NaOH (FI III ; 1979)

- Nama resmi = natrium Hidroxidum

- Nama lain = Natrium Hidroksida

- RM/BM = NaOH / 40,00

- Pemerian = bentuk batang, butiran kasar, hablur atau

keping, kering, keras rapuh dan menunjukan susunan hablur,

putih, mudah meleleh basah, sangat alkalis dan korosif

d. Natrium Tiosulfat (FI IV Hal 927)

- Bobot molekul = 248,19

- Pemerian = hablur besar, tidak berwarna atau serbuk

hablur kasar, mengkilap dalam udara lembab dan mekar dalam

udara kering pada suhu lebih dari 23 derajat. Larutan netral atau

basa lemah terhadap lakmus


- Kelarutan = sangat mudah larut dalam air, tidak larut

dalam etanol

e. Asam sulfat (FI V Hal 165)

- Rumus molekul = H2S04

- Berat molekul = 98,07

- Pemerian = cairan jernih seperti minyak, tidak

berwarna, bau sangat tajam dan korosif, bobit jenis lebih kurang

1,84

- Kelarutan = bercampur dengan air dan dengan etanol

dengan menimbulkan panas

f. Kalium Iodida

- Nama resmi = kalii Iodidum

- BM ` = 166,00

- Pemerian = hablur keksadial, transparan atau tidak

berwarna putih, atau serbuk butiran putih, higroskopik

- Kelarutan = sangat mudah larut dalam air, lanih mudah

larut dalam air mendidih, larut dalam etanol 96%, mudah larut

dalam gliseol P

- Kegunaan = sebagai reduktor yang menegaskan I2

- penyimpanan = dalam wadah tertutup baik


IX. Alat dan Bahan
1. Alat
- Buret - Vortex
- Statif dan klem - Tabung sentrifugasi
- Labu ukur - Gelas ukur
- Pipet volume 1 mL, 5 mL - Alat Sentrifuge
dan 10 mL - Spatula
- Erlenmeyer - Kertas alumunium foil
- Pump pipet - Kertas saring
- Corong
- Beaker glass
- Neraca analitik

2. Bahan
- Sampel No. 15 C - Larutan Dapar asetat
- Na2S203 0,1 N (Natrium asetat 27% dan
- KI Asam asetat 12%)
- Amylum 0,5 % - NaOH 1 N
- FeCl3 5% - Iodium 0,1 N
- HCl 6 N & 0,1 N - Aquadest
- K2Cr2O7
X. Prosedur
a. Isolasi Sampel

Sampel ditimbang

+ Aquadest 10ml

Larutan

Vortex + Sentrifugasi
+10 ml Aquadest,

Filtrat Residu

Vortex + Sentrifugasi (nX)

Filtrat Residu

Uji Kualitatif dengan FeCl3

Positif (+) Negatif (-)

Tampung
b. Pembakuan Na2S2O3

Timbang K2Cr2O7

masukan ke dalam erlenmayer


dan add 10 ml Aquadest

Larutan K2Cr2O7

Tambah 0,5 gram KI dan tambah 2 mL HCL 6N

Titrasi dengan Na2S2O3

Larutan berwarna kuning jerami

+ Amylum 2 mL
Larutan berwarna biru

Titrasi kembali dengan Na2S2O3


Larutan tidak berwarna

c. Titrasi Blanko

Pipet 5 mL larutan induk, masukan dalam labu sumbat kaca

+ 5 mL dapar Ph 4,5 & 10 mL


iodium
Diamkan 20 menit, terlindung dari cahaya

Titrasi dengan Baku Na2S2O3 0,1 N

TA diketahui dengan Penambahan Indikator Kanji


d. Titrasi untuk Penetapan Kadar Analit

Pipet 10 mL larutan induk, simpan dalam labu bersumbat kaca

+ 1 mL NaOH 1 N

Biarkan 20 menit

+ 5 mL dapar pH 4,5
[ komposisi : 5 mL As Asetat 12%
& 5 mL Na Asetat 27%]
+ 15 mL aquadest, 1 mL HCL
+ 10 mL Iodium 0,01 N

Biarkan 20 menit, terlindung dari cahaya

Titrasi dengan baku Na2S2O3 0,1 N

TA diketahui dengan penambahan Indikator kanji 0,5%


sebanyak 1 mL. Perubahan yang terjadi dari Hijau
menjadi tidak berwarna

Hitung kadar

XI. Hasil dan Perhitungan


1. Pembuatan stok
- Larutan Na2SO3 0,1N
𝑔𝑟𝑎𝑚 = 𝑁 × 𝐵𝐸 × 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 (𝐿)
𝑔𝑟𝑎𝑚 = 0,1 × 248,21 × 1𝐿
𝑔𝑟𝑎𝑚 = 24,82 sebagai Na2SO3 yang ditimbang
a. Timbang 24,82 gram Na2S2O3
b. Larutkan dalam air pada labu takar 1000 mL, add sampai 1
L atau 1000 mL
- K2Cr2O7
𝑔𝑟𝑎𝑚 = 𝑁 × 𝐵𝐸 × 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 (𝐿)
𝑔𝑟𝑎𝑚 = 0,1 × 49,03 × 0,01𝐿
𝑔𝑟𝑎𝑚 = 0,04903 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑚𝑔 = 49,03 sebagai K2Cr2O7 yang ditimbang

- Larutan Iodium 0,1 N

Ketentuan :

14 gram Iodium P

36 gram KI dalam 100 mL

3 tetes asam Klorida P

Encerkan da\\dengan air 10000 mL (cara pembuatan reagen)

Yang dibuat :
a. Iodium P ditimbang sebanyak 7 gram
b. KI ditimbang sebanyak 18 gram dan dilarutkan dalam
beberapa mL air
c. Tuangkan larutan KI jenuh kedalam Iodium P yang telah
ditimbang sedikit demi sedikit kemudian add sampai 50 mL
dalam labu takar 50 mL.
d. Tambahkan 3 tetes asam Klorida P kemudian add sampai
500 mL dengan air dalam labu takar 500 mL.
e. Homogenkan kemudian hindarkan dari cahaya.
- Larutan HCl 0,1 N
𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘 𝐻𝐶𝑙 = 𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘 𝐻𝐶𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑏𝑢𝑎𝑡
𝑉1 × 𝑁1 = 𝑉2 × 𝑁2
𝑉1 × 12𝑁 = 100 𝑚𝐿 × 0,1𝑁
100 𝑚𝐿 × 0,1 𝑁
𝑉1 =
12 𝑁
𝑉1 = 0,83 𝑚𝐿

- Larutan FeCl3 2%
100 𝑚𝐿
× 2% = 2 𝑔𝑟𝑎𝑚
100%

a. Timbang 2 gram FeCl3


b. Larutkan FeCl3 yang telah ditimbang dengan air, add sampai
100 mL (Clarck’s)

- Larutan Amylum 5%
100 𝑚𝐿
× 5% = 5 𝑔𝑟𝑎𝑚
100%
a. Timbang sebanyak 5 gram serbuk amylum, buat pasta
amilum dengan melarutkan serbuk amylum kedalam
beberapa mL air dingin
b. Panaskan ari 100 mL diatas penangas air. Setelah panas,
teteskan pasta amylum kedalam air yang telah dipanaskan
sambil diaduk
c. Larutan Amylum 5% kemudian disaring.
- Dapar Asetat

Ketentuan:

5 mL asam asetat 12%.

5 mL larutan natrium asetat 27%


Yang dibuat Asam Asetat 4% dan Na-Asetat 9%
Pengenceran Asam Asetat
𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘 𝐴𝑠𝑎𝑚 𝐴𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 = 𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘 𝐴𝑠𝑎𝑚 𝐴𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑏𝑢𝑎𝑡
𝑉1 × 𝑁1 = 𝑉2 × 𝑁2
𝑉1 × 98% = 100 𝑚𝐿 × 4%
100 𝑚𝐿 × 4%
𝑉1 =
98%
𝑉1 = 4,08 𝑚𝐿
Na-Asetat 9%
100 𝑚𝐿
× 9% = 9 𝑔𝑟𝑎𝑚
100%
a. Larutan Asam Asetat 4%
- Masukkan beberapa mL aquades kedalam labu ukur 100 mL
- Pipet sebanyak 4,08 mL Asam Asetat 98% kedalam labu
takar tersebut. Add dengan aquades sampai 100 mL
- Lakukan di ruang asam
b. Larutan Na-Asetat 9%
- Timbang 9 gram Na-Asetat
- Larutkan dalam labu ukur 100 mL dengan air
- Add sampai 100 mL
c. Dapar Asetat
- Pipet sebanyak 50 mL Asam Asetat 4% kedalam labu ukur
100 mL.
- Campurkan dengan 50 mL larutan Na-Asetat 9%.
- Ukur pH dengan menggunakan pH indikator sampai pH 4,6
2. Pembakuan Na2SO3 dengan K2Cr2O7
K2Cr2O7 (mg) Volume Na2SO3 (mL)
49 11
49 10,5
49 11
Rata-rata 10,83
Normalitas Na2SO3 sebenarnya
𝑚𝑔 K2Cr2O7 = 𝑁 Na2SO3 × 𝐵𝐸 × 𝑉𝑜𝑢𝑙𝑚𝑒 (𝑚𝐿)
49 𝑚𝑔 = 𝑁 Na2SO3 × 49,03 × 10,83 mL
49 𝑚𝑔
𝑁 Na2SO3 =
49,03 × 10,83 𝑚𝐿
𝑁 Na2SO3 = 0,0923 N

3. Titrasi Blanko
Volume Iodium Volume Na2S2O3
Volume Dapar (mL)
Berlebih (mL) (mL)
10 1 11,5
10 1 11
10 1 11
Volume Na2S2O3 rata-rata (mL) 11,17

4. Titrasi Analit
Volume
Volume Analit Volume Dapar Volume Na2S2O3
Iodium
(mL) (mL) (mL)
Berlebih (mL)
10 10 5 10
10 10 5 9,5
10 10 5 10
Volume Na2S2O3 rata-rata (mL) 9,83

𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐼𝑜𝑑𝑖𝑢𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑎𝑘𝑠𝑖 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐴𝑛𝑎𝑙𝑖𝑡


𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑁𝑎2𝑆2𝑂3 𝐵𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 − 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑁𝑎2𝑆2𝑂3 𝐴𝑛𝑎𝑙𝑖𝑡
11,17 𝑚𝐿 − 9,83 𝑚𝐿
1,34 𝑚𝐿
5. Kadar Analit
a. Normalitas Analit
𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘 𝑁𝑎2𝑆2𝑂3 = 𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘 𝐴𝑛𝑎𝑙𝑖𝑡
𝑉1 × 𝑁1 = 𝑉2 × 𝑁2
1,34 𝑚𝐿 × 0,0923𝑁 = 10 𝑚𝐿 × 𝑁2
1,34 𝑚𝐿 × 0,0923𝑁
= 𝑁2
10 𝑚𝐿
0,0124 𝑁 = 𝑁2 𝑠𝑒𝑏𝑎𝑔𝑎𝑖 𝑁𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐴𝑛𝑎𝑙𝑖𝑡

b. Bobot Analit
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑎𝑛𝑎𝑙𝑖𝑡 = 𝑁𝑎 × 𝐵𝐸 𝐴𝑚𝑜𝑘𝑠𝑖𝑠𝑖𝑙𝑖𝑛 (𝑔𝑎𝑟𝑎𝑚)
× 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 (𝐿)
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑎𝑛𝑎𝑙𝑖𝑡 = 0,0124 × 387,4 × 0,05 𝐿
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑎𝑛𝑎𝑙𝑖𝑡 = 0,2402 𝑔𝑟𝑎𝑚

c. Persentase Kadar Analit (b/b)


𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑎𝑛𝑎𝑙𝑖𝑡
%𝑎𝑚𝑜𝑘𝑠𝑖𝑠𝑖𝑙𝑖𝑛 = × 100%
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
0,2402 𝑔
%𝑎𝑚𝑜𝑘𝑠𝑖𝑠𝑖𝑙𝑖𝑛 = × 100%
1,0001 𝑔
%𝑎𝑚𝑜𝑘𝑠𝑖𝑠𝑖𝑙𝑖𝑛 = 24,0176%

XII. Pembahasan
Praktikum ini bertujuan agar praktikan dapat menetapkan kadar
amoxicillin dalam sediaan farmasi dengan menggunakan metode
iodometri. Sebelum dilakukan penetapan kadar dengan metode ini, sampel
dilakukan isolasi terlebih dahulu. Tujuan dilakukannya isolasi ini untuk
memisahkan antara matriks dengan analit yang akan di analisis.
Isolasi ini dilakukan dengan penambahan air, karena amoksisilin
menurut Farmakope Indonesia V jilid II memiliki kelarutan baik dalam air.
Sedangkan pada umumnya sediaan farmasi untuk dapat di absorbsi dalam
tubuh harus dalam bentuk garamnya yang mudah larut dalam air. Setelah
dilakukan isolasi, analit yang dihasilkan kemudian diuji secara kualitatif
untuk memastikan ada atau tidaknya analit yang dimaksud.
Analit (amoxicillin) direaksikan dengan larutan FeCl3. Amoxicillin
dapat bereaksi menghasilkan warna kehitaman dengan reagen FeCl 3
dikarenakan reagen ini dapat mendeteksi adanya gugus hidroksil yang
terikat pada inti aromatik, salah satunya gugus fenol yang terdapat dalam
Amoxicillin. Reaksi FeCl3 dengan gugus fenol umumnya menghasilkan
warna merah intens, biru, ungu, atau hijau karena terbentuknya kompleks
fenol degan ion Fe3+.

Setelah dilakukanya isolasi dan uji kualitatif pada analit, berikutnya


dilakukan penetapan kadar dengan menggunakan metode titrasi iodometri.
yang didasari oleh prinsip reduksi oksidasi. Menurut Gandjar dan Rohman
(2012), titrasi iodometri atau titrasi tidak langsung dilakukan ketika
senyawa sampel memiliki potensial oksidasi yang lebih besar dari sistem
iodium-iodida atau senyawa-senyawa yang bersifat oksidator. Sehingga
pada iodometri, analit yang bersifat oksidator akan direduksi dengan kalium
iodida berlebih dan akan menghasilkan iodium yang selanjutnya dititrasi
dengan natrium tiosulfat sebagai titran. Banyaknya volume natrium tiosulfat
yang digunakan sebagai titran setara dengan banyaknya iodium yang
dihasilkan dan setara dengan banyaknya analit.
Sampel dengan cincin β-laktam yang utuh tidak dapat bereaksi
dengan iodium. Adanya penambahan senyawa basa (OH-) untuk dapat
menghidrolisis cincin β-laktam sehingga terbuka dan menghasilkan asam
penisiloat.

Menurut Salois (2015), setiap satu mol cincin β-laktam yang terbuka
akan bereaksi dengan 8 ekuivalen iodium seperti gambar di bawah.
Praktikum kali ini senyawa yang digunakan untuk menghidrolisis analit
adalah NaOH sebagai basa kuat. Sehingga, cincin β-laktam terbuka dan
analisis dapat dilakukan.
Larutan analit ketika dihidrolisis didiamkan selama kurang lebih 20
menit agar reaksi hidrolisis sempurna. Penambahan HCl dilakukan
setelahnya untuk menetralkan kembali suasana basa yang terbentuk dengan
penambahan NaOH. Dan untuk menstabilkan suasana asam pada saar titrasi,
dilakukan pendambahan dapar asetat pH 4,5 kemudian ditambahkan dengan
larutan Iodium berlebih dan di titrasi dengan natrium tiosulfat. Kelebihan
iodium tersebut yang kemudian akan bereaksi dengan natrium tiosulfat.
Dalam pembuatan larutan iodium, larutan KI jenuh dibuat terlebih
dahulu karena iodium dapat larut ketika ditambahkan dengan larutan KI
jenuh. Larutan iodium yang telah jadi, disimpan pada wadah terbebas dari
cahaya untuk menghidari terjadinya oksidasi pada iodium (I-) yang terdapat
dalam KI membentuk I2.
Pada saat titrasi, ketika semua I2 sudah bereaksi dengan Amoxicillin,
maka larutan yang memiliki I2 berlebih akan bereaksi dengan natrium
tiosulfat sesuai dengan reaksi:
2S2O32- + I2 S4O62- + 2I-
(Gandjar dan Rohman, 2012).
Sehingga untuk mengetahui jumlah iodium yang bereaksi dengan
analit diperlukan titrasi blanko. Selisih volume larutan baku tiosulfat blanko
dengan volume tiosulfat awal setara dengan jumlah iodium yang bereaksi
dengan Amoxicillin.
Selanjutnya, perubahan warna biru terjadi dengan penambahan
amilum sebanyak 3 tetes. Amilum 5% merupakan indikator yang digunakan
untuk menentukan titik akhir titrasi pada titrasi iodometri. Hal ini
disebabkan iodium dapat mengubah bentuk rantai molekul amilosa pada
amilum yang pada mulanya terdiri dari untaian tunggal molekul glukosa
menjadi β-amilosa dan menyebabkan iodine terjebak di antara kumparan
amilosa kemudian menghasilkan transfer muatan antara iodine dengan
amilum.
Senyawa turunan penisilin (termasuk Amoxicillin) dapat dianalisis
secara iodometri karena turunannya D-penicillamine dapat bereaksi dengan
iodium (I2), sedangkan penisilin tidak dapat mengikat iod. Senyawa D-
penicillamine ini terbentuk dari turunan penisilin yang cincin β-laktamnya
telah terbuka dan kemudian bereaksi dengan asam.
adanya pengotor di dalam bahan baku (dapat dikorelasikan dengan
kelarutannya yang menurun saat pengujian), ataupun terdegradasinya bahan
baku tersebut akibat masa penyimpanan yang terlalu lama.
XIII. Kesimpulan
Dari hasil penetapan kadar antibiotic amoksisilin dengan metode titrasi
iodimetry tidak langsung diperoleh persen kadar amoksisilin dalam 1,0001
gram sampel sebesar 24,0176% untuk kode sampel 15C.

XIV. DAFTAR PUSTAKA

Bird, A. E., 1994. Amoxicillin in Analytical Profiles of Drug Substances and

Excipients, 23,4-44. Academic Press Inc : California.

Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia, Edisi IV, 95-96, 1136,1157.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta.

Florey, klaus. 1986. Analytical Profiles Of Drug Substances. Academic

press. Inc.

Kementrian kesehatan RI. 2014. Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta :

Kementrian Kesehatan RI.

Kementrian kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta :

Kementrian Kesehatan RI.

Novandari, I.K Megawati. M. Prasetio, P.S Chairunnisa. 2016. Analisis

Kuantitatif Amoxicilin Dalam Sediaan Solid Dengan Iodometri. IJPST.

Vol. 1 No. 3.

Petri, W. A., 2001. Antimicrobial Agents Penicillins, Cephalosporins, and

Other β-Lactam Antibiotics in Goodman and Gilman’s The

Pharmacological Basis of Therapeutics, 10th ed., Mc-Graw-Hill

Companies Inc., USA.


USP. 2005. The United States Pharmacopeia, 28th ed., 138-
139,141,143,144,146. United States Pharmacopeia Convention.
Rockville.
Wattimena, J. R., Sugiarso, W.C., Widianto, M.B., Sukandar E. Y., dan
Setiadi, A. R., 1997. Farmakodinamik dan Terapi Antibiotik, 56-61, 66.
Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
XV. Dokumentasi

Sampel Amoxicillin yang ditimbang


Uji Kualitatif Amoxicillin

Titik Akhir Titrasi pada pembakuan


Titrasi
Na2S2O3. Titik Akhir pada penetapan
Iodometri sebelum penambahan
kadar, warna larutan analit menjadi
indikaror
tidak berwarna da sedikit keruh.

Ketika ditambahkan indikator Titik Akhir Titrasi penetapan


Amylum 5% kadar analit

You might also like