Professional Documents
Culture Documents
273+tud
Ggas = Gudpr. Gbb
Qgas = Ggas. pj gas.t gas
Qap = 100% - (ηth + Qgas + Qrad )
Qges.mek = Qsil – Qporos = ηth.- ηtot = Pi – Pe
Q air.B.NO = Gair.pjair.∆tair
Kapasitas pompa = Qair
γair
Ket:
Gudth = berat udara theoritis kg/kg bb
C,H,O&S= Komposisi BBM (dlm %)
Gudpr = Berat udara praktis kg/kg bb (kg/sil,kg/proses compressi.)
fu = faktor udara
360.n
Metode Pembelajaran
Dalam perhitungan dasar dasar konversi energy pada engine, mahasiswa mengambilm sample engine secara
bebas kemudian dilakukan perhitungan pada unit tersebut berdasarkan data yang telah tersedia.
Pada kesempatan kali ini penulis mengambil sample untuk tugas ini adalah Engine unit EX8000 dari
Excavator Hitachi.
Dasar Teori
Motor bakar diesel yang berbeda dengan motor bakar bensin proses penyalaannya bukan dengan loncatan bunga
api listrik. Pada langkah isap hanyalah udara segar yang masuk kedalam silinder. Pada waktu torak hampir
mencapai TMA bahan bakar disemprotkan kedalam silinder.
Terjadilah penyalaanan untuk pembakaran, pada saat udara masuk kedalam silinder sudah bertemperatur tinggi.
sistim bahan bakar
ada tiga sistem yang banyak dipakai dalam penyaluran bahan bakar dari tangki bahan bakar sampai masuk
kedalam silinder pada motor diesel
2. Panjang langkah
Piston bergerak di dalam silinder karena rotasi engkol. Posisi paling atas disebut ”titik mati atas” (TMA) dan
posisi paling bawah disebut ”titik mati bawah” (TMB). Jarak antara TMA dengan TMB disebut panjang langkah
atau langkah/stroke.
3. Volume Clerance
Volume yang ditempati oleh fluida kerja, ketika piston mencapai titik mati atas disebut volume clearance.
Biasanya ditulis dengan simbol (vc).
4. Volume Langkah
Volume sapuan oleh piston ketika bergerak antara TMA dan TMB disebut volume sapuan, volume perpindahan
atau volume langkah. Secara matematik volume sapuan:
6. Rasio Kompresi
Perbandingan volume silinder penuh terhadap volume clearance disebut rasio kompresi. Secara matematis:
Contoh Perhitungan
Diketahui data seperti di bawah ini :
Rated power
DIN 6271, net……………… 2 × 1 400 kW (2 × 1 900 PS) at 1 600 min-1 (rpm)
SAE J1349, net …………….2 × 1 400 kW (2 × 1 880 HP) at 1 600 min-1 (rpm)
SAE J1995, gross …………2 × 1 400 kW (2 × 1 880 HP) at 1 600 min-1 (rpm)
Maximum torque ……………………………… 2 × 10 050 N.m (2 × 1 025 kgf.m, 2 × 7 410 lbf. ft) at 1 300
min-1 (rpm)
D : 170 mm = 17 cm
L : 180 mm = 0,180 m
i : 16
n : 1600 rpm
Ditanyakan : Pe :…………..?
Jawab :
D :170 mm = 17 cm
L : 180 mm = 18 cm
Ditanyakan : V1 = …….. ?
Jawab :
Jadi volume silindernya adalah V1 = 4347.026 cm3
Menentukan Volume clereance
Berdasar perhitungan di nomor B, maka nilai V2 adalah 263.456 cm3
Menentukan T3 dan P3 (tekanan dan temperature maksimum)
Diketahui : V1 = 4347.026 cm3
V2 = 263.456 cm3
Cp = 0.24
Cv = 1.171
Maka :
Jadi
Iklan efisiensi mesinnya adalah 49 %
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karuniaNya saya dapat
menyelesaikan Laporan Praktikum Prestasi Mesin dengan percobaan Mesin Diesel
Di dalam laporan ini yang saya bahas antara lain adalah tujuan dari praktikum ini, pengolahan data,
pembuatan grafik, analisis hasil serta kesimpulan. Tentunya saya ingin berterimakasih pada pihak-
pihak yang telah membantu saya dalam menyelesaikan laporan ini:
Bapak Ir. Imansyah Ibnu Hakim M.Eng dan Bapak Prof. Ir Yulianto S Nugroho M.Sc.,
Ph.D selaku dosen mata kuliah Konversi dan Konservasi Energi
Dani Ariyantoa sebagai asisten praktikum Mesin Diesel,
Teman-teman kelompok praktikum,
Serta pihak-pihak lain yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu.
Saya selaku penulis laporan sadar betul bahwqa laporan ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu
saya sangat mengharapkan adanya masukan berupa kritik dan saran membangun untuk lapran ini.
Semoga laporan ini dapat menjadi manfaat bagi kita semua dan mahasiswa Teknik mesin pada
umumnya.
DAFTAR ISI
KATA PENGATAR...............................................................................................................(1)
DAFTAR ISI...........................................................................................................................(2)
BAB I......................................................................................................................................(3)
BAB II.....................................................................................................................................(4)
BAB III..................................................................................................................................(18)
BAB IV..................................................................................................................................(21)
BAB V...................................................................................................................................(28)
REFERENSI..........................................................................................................................(34)
LAMPIRAN..........................................................................................................................(34)
TUGAS TAMBAHAN..........................................................................................................(35)
BAB I
TUJUAN PENGUJIAN
Tujuan pengujian Motor Diesel adalah untuk mengetahui karakteristik dari motor diesel yang diuji,
kemudian hasilnya digambarkan dalam bentuk grafik karakteristik. Beberapa grafik karakteristik yang
dapat dipergunakan untuk menilai performance atau kemampuan suatu motor diesel antara lain:
Balance reading F N
Time t s
Revolutions n rpm
Dynamometer constant K1
Cylinder diameter d mm
Piston stroke s mm
Number of cylinders N
Constant 2 – stroke K2 1
4 – stroke K2 2
Swept volume Vs l
Clearance volume Vc
Compression ratio r
Mechanical Losses M Kw
v. Air Consumption
DESKRIPSI SIMBOL SATUAN
Orifice coefficient K3
Temperature of air Ta K
o
Exhaust temperature Te C
o
Cooling water inlet temperature T1 C
o
Cooling water outlet temperatur T2 C
diamana :
F = Balance reading atau Balance reading added weight (N)
L = Torque arm length
6.107
𝐾1 = = 𝐷𝑦𝑛𝑎𝑚𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝐶𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛𝑡
2𝜋𝐿
b) Hydraulic Dynamometers
Khusus untuk Hydrolic dynamometer ini, balance reading dan added weight
dinyatakan langsung dalam satuan torque ( Nm )
𝑇.𝑛
Maka : 𝐵𝐻𝑃 = (𝐾𝑤)
𝐾1
Dari rumus diatas dapat dianalisa karakteristik motor pada berbagai kecepatan
putaran.
Grafiknya : BHP, Brake Torque Vs Kecepatan Putaran
Cara mengukur speed dengan memasang counter untuk periode waktu tertentu guna mencatat
putaran dan waktu. Sedangkan pada hydraulic dynamometer biasanya sudah dilengkapi dengan
counter yang bekerja secara terus-menerus. Dalam hal ini harus dipergunakan stopwatch untuk
mencatat waktu antara saat mulai pengukuran dan akhir pengukuran.
Rumus :
A. Fuel Consumption
60.𝑁
𝑛 𝑡
(rpm)
Performance suatu motor disebut sebagai brake mean effective atau bmep. Ini menyatakan
tekanan rata-rata yang diperlukan untuk menggerakkan piston selama langkah kerja guna
menghasilkan power output, bilamana tidak ada mechanical losses. Power output dari motor dalam
hubungannya dengan bmep :
𝑝. 𝑛. 𝑉𝑠
𝐵𝐻𝑃 (𝐾𝑤)
6.104 . 𝐾2
N = jumlah silinder
Maka :
Electrical Dynamometers :
6.104 . 𝐾2 . 𝐹
𝑃̅ (𝑘𝑁/𝑚2 )
𝐾1 . 𝑉𝑠
Hydraulic dynamometer :
6.104 . 𝐾2 . 𝑇
𝑃̅ (𝑘𝑁/𝑚2 )
𝐾1 . 𝑉𝑠
Dari rumus-rumus diatas dapat dianalisa karakteristik motor pada putaran konstan
dengan berbagai pembebanan.
Grafiknya : BSFC, BFC, Thermal efficiency Vs BMEP / BHP.
Gesekan antara piston dengan dinding silinder, bantalan – bantalan dan bagian yang
bergesekan lainnya seperti : roda gigi, chamshaft dsb.
Keperluan daya untuk menggerakkan mekanisme katup, fuel pump, lubricating oil
pump, cooling water pump dan sebagainya.
Kerugian pemompa atau “pumping losses” kadangkala ikut terhitung dalam kerugian mekanis, hal
ini tergantung pada method pengukuran kerugian mekanis yang diperlukan. Pimping losses.
Pumping losses adalah kerugian daya yang dipergunakan untuk penghisapan udara/mixture ke
dalam silinder dan pendorong gas bekas keluar dari silinder.
Caranya :
Rumus :
Mechanical losses
𝐹.𝑛 𝑇.𝑛
M 𝐾1
= 𝐾1
(Kw)
Mechanical efficiency :
IMEP
6.104 . 𝐾2 . 𝐼
(𝑘𝑁/𝑚2 )
𝑛. 𝑉𝑠
𝐼𝑀𝐸𝑃 𝑘𝑁
𝐹𝑀𝐸𝑃 = ( ⁄ 2)
𝜂𝑚𝑒𝑘 𝑚
Dari rumus-rumus tersebut di atas dapat dianalisa karakteristik engine pada berbagai kecepatan
putaran.
Diagram yang dihasilkan dengan mempergunakan “Oscilloscpoe” kurang sesuia untuk tujuan ini
sebaiknya dipergunakan “Maihak-Indicator”.
Caranya :
Hitung luas diagram yang dihasilkan oleh indicator diagram dengan menggunakan planimeter,
kemudian dibagi dengan panjang (absis) dari diagram. Kalikan dengan skala tekanan (ordinat) dari
diagram.
Hasilnya : 𝐼𝑀𝐸𝑃 = 𝑖̅
𝐵𝑀𝐸𝑃 = 𝑝̅
Jadi :
𝑃̅
𝜂𝑚𝑒𝑘 = 𝑖̅
Metode ini khusus dipergunakan untuk mengukur kerugian mekanis pada motor diesel, dimana
pengisapan udara tanpa Throttled.
Caranya :
- Dari grafik BFC vs BMEP diketahui bahwa garis consumption atau Williams Line
merupakan garis lurus dari nol sampai rated power output = 75%
- Apabila garis tersebut diteruskan / ekstrapolasi samapi fuel consumption = 0, maka
perpotongannya dengan sumbu BMEP merupakan mechanical power (n)
- Sedangkan BMEP dihitung pada maksimum power output (p)
Mechanical Efficiency
D. Estimation of Mechanical Losses by mean of Morese Test
Prinsipnya adalah menghitung indicated power output dari setiap silinder dengan terlebih dahulu
mengadakan pengukuran terhadap power output dari engine dimana pembakaran dalam satu
silinder dimatikan secar berturut-turut.
Metode ini hanya dapat dilaksanakan pada engine yang mempunyai silinder banyak (misalnya 4
silinder) dan hasilnya merupakan suatu pendekatan belaka dan ketelitiannya agak menyangsikan,
karena dalam metode ini diterapkan dua anggapan/asumsi yang perlu dipertanyakan
kebenarannya sebagai berikut:
𝑃 − 𝑃2 = 𝐼2
𝑃 − 𝑃3 = 𝐼3
𝑃 − 𝑃4 = 𝐼4
P1, P2, ….= Measured power output with combustion suppressed in each cylinder (1, 2, 3, 4).
- Mechanical losses
𝑀 = 𝐼 − 𝑃 = 3𝑃 − (𝑃1 + 𝑃2 + 𝑃3 + 𝑃4 )
- Mechanical efficiency
𝑃 𝑃
𝜂𝑚𝑒𝑐 = =
𝐼 4𝑃 − (𝑃1 + 𝑃2 + 𝑃3 + 𝑃4 )
Rumus-rumus dasar di atas dapat juga diperhitungkan dalam bentuk persamaan dari :
𝐵𝑀𝐸𝑃 (𝑝,
̅ 𝑝̅2 , 𝑝̅3 , 𝑝̅4 ), pada putaran konstan sehingga didapat persamaan sebagai
berikut:
Rumus-rumus:
a. Hubungan antara beda tekanan dan kecepatan dari ekspansi bebas gas
𝜌𝑎 . 𝑈 2
𝑝=
2
U = velocity, m/s
𝜌𝑎 .𝑈 2
𝑝= = 98,1 ℎ0 di mana h0 = head across orifice, cm H2O
2
b. Density udara
103 𝑝𝑎
𝜌𝑎
= 𝑅𝑇𝑎 di mana pa = barometric pressure, kN/m2
Ta = air temperature, K
R = 287 J/kgK
ℎ0 .𝑇𝑎
𝑈 = 237,3√
103 𝑝𝑎
D = orifice diameter, mm
𝜋. 𝐷 2 ℎ0 . 𝑝𝑎 . 103
𝑚𝑎 = 10−6 . . 𝐾3 . 0,827. √
4 𝑇𝑎
Bila dipergunakan orifice dengan sisi tajam maka K3=0,6 dan rumus c dapat disederhanakan
sebagai berikut:
ℎ0 . 𝑇𝑎
𝑉𝑎 = 0,003536𝐷 2 √ 𝑙/𝑠𝑒𝑐
𝑝𝑎
ℎ0 . 𝑝𝑎
𝑚𝑎 = 0,00001232 𝐷2 √ 𝑘𝑔/𝑠𝑒𝑐
𝑇𝑎
e. Volumetric Efficiency
60. 𝐾2 . 𝑉𝑎
𝜂𝑣𝑜𝑙 =
𝑛. 𝑉𝑠
2 untuk 4-stroke
Dari rumus di atas dapat diketahui karakteristik engine pada berbagai kecepatan
putaran.
𝑃 = 𝐻1 − (𝐻2 − 𝐻3 ) − 𝑄1 − 𝑄2
Semua harga tersebut di atas dinyatakn dalam: watt (Joule/sec). Sedangkan masing-masing harga
pada ruas kanan persamaan di atas adalah:
𝐻𝐿. 𝜌𝑓.𝑉
a. 𝐻1 = 3600
b. 𝐻3 = 𝑚𝑎 . 𝐶𝑝 . 𝑇𝑎 (𝑊𝑎𝑡𝑡)
Dimana : ma = massa rate of flow air at engine inlet kg/sec
𝑓 𝜌 .𝑉
c. 𝐻2 = (𝑚𝑎 + 3600 ) . 𝐶𝑝 . 𝑇𝑒
Metode ini dapat dilaksanakan dengan mempergunakan exhaust indicator and thermocouple
RE2-3. Untuk perhitungan yang lebih teliti dipergunakan Exhaust Calorimeter TE 90,
di mana gas buang didinginkan sampai temperature tertentu dengan cara
mengalirkan air ke dalam calorimeter.
d. 𝑄1 = 4187 𝑞𝑤 (𝑇2 − 𝑇1 )
Dimana : qw = rate of flow engine cooling water l/sec
Engine
Engine No. :
Bore : 91.1 mm
Stroke : 55 mm
Dynamometer
Capacity : 75 kW/100 HP
Type : DPX 1
Fuel Gauge
Number :1
Capacity : 50-100-200 cc
Capacity : 5 to 50 l/min
Air Box
Additional Instruments
Literature
: T.E. 10 T.E.20/A E. E. O
BAB IV
PENGOLAHAN DATA
(rpm) (L) (sec) (K) (K) (L/sec) (cmH2O) (kPa) (K) (K) (Nm)
1 1200 0,025 77 334 336 0,583 0,95 1,00 309 310,7 0,35
2 1400 0,025 71 336 338 0,600 1,30 1,00 309 312,2 0,75
3 1600 0,025 60 338 340 0,600 1,90 1,00 309 314,2 1,00
4 1800 0,025 55 342 344 0,617 2,30 1,00 309 315,7 1,10
5 2000 0,025 49 340 342 0,625 2,90 1,00 309 316,7 1,50
IV.2 Mencari Harga BHP, BFC, BSFC, BMEP, Va, ma, ηth, dan ηvol
Contoh Perhitungan
2𝜋 × 𝑛 × 𝑇 2𝜋 × 1200 × 0,35
𝐵𝐻𝑃 = = = 0,044 𝑘𝑊
60 × 1000 60 × 1000
𝐵𝐹𝐶 1,169 𝐿. ℎ
𝐵𝑆𝐹𝐶 = = = 26,57 ( )
𝐵𝐻𝑃 0,044 𝑘𝑊
ℎ0 ×𝑃𝑎 0,95×1,00
𝑚𝑎 = 0,00001232 × 𝐷 2 × √ 𝑇𝑎
= 0,00001232 × (56,03)2 × √ 309
=
0.0021445 𝑘𝑔/𝑠
60 × 𝐾2 × 𝑉𝑎 60 × 2 × 190,193
𝜂𝑣𝑜𝑙 = = = 7,678
𝑛 × 𝑉𝑠 1200 × 2,477
(kW) (l/s)
∑ 𝑥 2 ∑ 𝑦 − ∑ 𝑥 ∑ 𝑥𝑦 1,36129 − 1,14511
𝑎= 2 = = 0,55202
𝑛 ∑ 𝑥2 − (∑ 𝑥) 6(0,18371) − (0,843)2
Tabel hasil perhitungan :
(rpm)
Contoh Perhitungan :
𝑏 1,89341
𝐹𝐻𝑃 = = = 3,43
𝑎 0,55202
𝐵𝐻𝑃 0,044
𝜂𝑚𝑒𝑘 = = = 0,01266
𝐼𝐻𝑃 3,474
𝐼𝑀𝐸𝑃 120,7503
𝐹𝑀𝐸𝑃 = = = 9537,94
𝜂𝑚𝑒𝑘 0,01266
IV.4 Mencari Harga ‘Haet Losses’ H1, H2, H3, Q1, dan Q2
No n H1 H2 H3 Q1 Q2
(rpm)
Contoh Perhitungan :
𝐽
𝐻3 = 𝑚𝑎 × 𝐶𝑝 × 𝑇𝑎 = 0,002144 × 1001,7 × 309 = 77,32 𝑊𝑎𝑡𝑡 ( )
𝑠
𝐽
𝑄1 = 4187 × 𝑄(𝑇𝑜𝑢𝑡 − 𝑇𝑖𝑛 ) = 4187 × 0,583(336 − 334) = 4882,04 𝑊𝑎𝑡𝑡 ( )
𝑠
IV.5 Grafik
BHP vs RPM
BHP vs RPM
0.35
0.3
0.25
0.2
0.15 BHP vs RPM
0.1
0.05
0
0 500 1000 1500 2000 2500
IHP vs RPM
IHP vs RPM
3.8
3.75
3.7
3.65
3.6 IHP vs RPM
3.55
3.5
3.45
0 500 1000 1500 2000 2500
BMEP vs RPM
BMEP vs RPM
8
7
6
5
4
BMEP vs RPM
3
2
1
0
0 500 1000 1500 2000 2500
BSFC vs RPM
BSFC vs RPM
30
25
20
15
BSFC vs RPM
10
0
0 500 1000 1500 2000 2500
FHP vs RPM
FHP vs RPM
4
3.5
3
2.5
2
FHP vs RPM
1.5
1
0.5
0
0 500 1000 1500 2000 2500
0.015
0
0 500 1000 1500 2000 2500
18000
16000
14000
H1
12000
H2
10000
H3
8000 Q1
Q2
6000
4000
2000
0
1000 1200 1400 1600 1800 2000 2200
BAB V
V.1 ANALISA
Analisis grafik dilakukan pada setiap grafik yang akan diamati dan kesalahan dalam
percobaan. Setelah analisa selesai, akan dibandingkan dengan litelatur yang ada.
FHP vs RPM
4
3.5
3
2.5
2
FHP vs RPM
1.5
1
0.5
0
0 500 1000 1500 2000 2500
BSFC vs RPM
30
25
20
15
BSFC vs RPM
10
0
1000 1200 1400 1600 1800 2000 2200
dengan kenaikan nilai dari RPM ( mek sebanding dengan putaran mesin). Kenaikkan kurva tersebut
disebabkan karena nilai dari mek sendiri bergantung dari nilai BHP dan IHP, sementara kenaikan nilai
kenaikan nilai dari RPM ( th sebanding dengan n) walaupun kenaikannya tidak terlalu signifikan. Hal
ini disebabkan karena nilai dari th berbanding terbalik dengan nilai dari BSFC yang mengalami
penurunan kurva, artinya bahwa ratio dari heat sebanding dengan nilai dari brake.
0.04
0.03
Effisiensi thermal vs
0.02 RPM
0.01
0
0 500 1000 1500 2000 2500
dengan naiknya putaran mesin. Hal ini disebabkan karena hubungan vol dengan RPM adalah
berbanding terbalik dan berbading lrus akar dengan delta L (ΔL) sesuai pada persamaan yang sudah
diberikan sebelumnya.
BMEP vs RPM
8
7
6
5
4
BMEP vs RPM
3
2
1
0
0 500 1000 1500 2000 2500
18000
16000
14000
H1
12000
H2
10000
H3
8000 Q1
Q2
6000
4000
2000
0
1000 1200 1400 1600 1800 2000 2200
V.2. KESIMPULAN
Dari praktikum dan pengolahan data yang dilakukan, dapat di tarik kesimpulan berikut ini.
a. Nilai BHP menunjukkan kenaikan, seiring dengan kenaikan nilai dari putaran
mesin (RPM). BHP berbanding lurus dengan kenaikan putaran, walaupun tidak
linier, tapi masih mungkin untuk di linierisasi.
b. Nilai FHP memiliki nilai yang konstan pada nilai putaran berapapun, karena nilai
FHP = b/a sama untuk tiap putaran yang berbeda, dengan demikian kurva FHP
akan membentuk garis lurus.
c. Nilai IHP akan mengalami kenaikan, seiring dengan kenaikan nilai dari putaran.
d. Nilai BFC akan meningkat, seiring dengan kenaikan nilai dari putaran dan nilai dari
BSFC akan menurun seiring dengan naiknya nilai dari putaran
e. mek akan meningkat, seiring dengan kenaikan nilai dari n begitu juga termal namun
vol akan menunjukkan grafik yang tidak stabil.
f. BMEP menunjukan kenaikan karean sebanding dengan kenaikan torsi.
g. Nilai dari H1 akan mengalami kenaikan, seiring dengan naiknya nilai dari RPM. Begitu juga
dengan H2 ,H3 ,Q1, Q2.
REFERENSI
Tim Penyusun Buku Penuntun Praktikum Prestasi Mesin, Buku Penuntun Praktikum Prestasi Mesin,
Depok: Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, 2009.
TUGAS TAMBAHAN RESUME
Pengaruh sistem timing injeksi pada common rail dan pengaruh tekanan pada high-power diesel
terhadap ke ekonomisan bahan bakar dan karakteristik emisi gas buang telah dipelajari melalui
serangkaian tes dan uji coba. Hasil percobaan menunjukkan bahwa dengan tekanan rel yang
meningkat, ekonomi bahan bakar dan asap semakin membaik, sedangkan NOx sebaliknya malah
memburuk. Namun, karena tekanan rel yang sangat tinggi, tren peningkatan asap dan ekonomi
bahan bakar, tidak terlihat jelas dan bahkan pada kondisi pembebanan yang relatif rendah, ke
ekonomisan akan justru akan menurun. Dengan pengaturan delay injeksi, NOx berkurang sementara
asap meningkat dan bahan bakar semakin boros pada saat kondisi beban yang relatif besar.
Sementara saat kodisi pembebanan relatif rendah kondisi yang terjadi sebaliknya.
Sistem kontrol elektronik pada common rail memiliki keunggulan injeksi tekanan yang tinggi dan
fleksibilitas parameter seperti tekanan, timing/waktu, jumlah bahan bakar. Dan menjadi pilihan utama
untuk sistem mesin diesel advance denagn kelebihan tidak berisik, gas buangan rendah, dan hemat
bahan bakar.
Pengujian dilakukan dengan menjaga putaran tetap konstan pada 1000 RPM kemudian berbagai
macam variasi dialkukan mulai dari pembebanan (Nm) dan rail pressure (bar) kemudian melihat
perbandingan specific fuel combustion (BSFC), FSU/Rb, NOx/ppm. Kemudian melihat pengaruh BSFC
dan Pmax, terhadap perubahan sudut injeksi dengan Rail Pressure 2 kondisi 50 MPa (500bar) dan 80
Mpa (800bar), kemudian putaran dijaga tetap 1000 RPM dan Torsi 1000 Nm.
Meningkatkan Rail Pressure dalam daerah tertentu yang bersesuaian akan membuat
bahan bakar semakin hemat dan asap baunganan menurun tetapi NOx meningkat.
Semakin besar Rail pressure semakin hemat (BSFC menurun), tetapi NOx meningkat.
Semakin besar Torsi semakin hemat (BSFC menurun), tetapi NOx meningkat.
Pada semua jenis pembebanan untuk penigkatan Rail pressure mengurangi asap partikel.
Pengurangan sudut(angle) menuju negatif mengurangi BSFC dan meningkatkanPeak
pressure pada saat pembakaran terjadi, semakin ke arah positif meningkatkan BSFC
tetapi menurunkan Peak pressure pembakaran.
Semakin positif arah sudutnya semakin bertambah asap yang keluar tetapi kandungan
NOx semakin berkurang, dan kearah nagatif asap semakin berkurang sedangkan kadar
NOx justru bertambah.