You are on page 1of 69

BAB II

PROFIL PERUSAHAAN

2.1 SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PABRIK


PT. Riau Andalan Pulp and Paper merupakan sebuah perusahaan pulp dan paper
swasta yang bernaung dibawah PT. Raja Garuda Mas Internasional dan tergabung dalam Asia
Pasific Resources International Holding Ltd (APRIL Group) yang berpusat di Singapura
serta merupakan salah satu produsen pulp and paper terbesar di Asia. RGMI Group
merupakan salah satu pemegang saham utama dari APRIL Group yang mempunyai 80 buah
anak perusahaan yang tersebar di Indonesia dan mancanegara. Bidang usaha RGM ini
meliputi berbagai macam jenis usaha antara lain: kayu lapis, perbankan, perhotelan, property
serta bisnis perkebunan kelapa sawit.
Survei lapangan dan pendirian pabrik PT. Riau Andalan Pulp and Paper ini dilakukan
pada tahun 1991 dengan masa pengerjaan proyek selama 2 tahun dengan investasi awal
sebesar 1,3 milyar dan temasuk Penanaman Modal Asing (PMA). Pada akhir tahun 1993,
pabrik selesai dibangun dengan menempati area 650 ha dari lahan 1750 ha milik PT.Riau
Andalan Pulp and Paper. Awal bulan Februari dan Maret 1994 dilakukan start-up (running
test) pabrik dan pada tahun 1995 dimulai produksi komersial pertama. Pertengahan tahun
1995 dimulai masa comissing produksi selama 5 bulan dan setelah itu mulai berproduksi
secara komersil pada bulan berikutnya. Pada tahun 1996, dimulai survei untuk pabrik kertas
dan pada tahun 1997 pabrik kertas sudah dimulai beroperasi walaupun belum beroperasi
sepenuhnya.
PT. Riau Andalan Pulp and Paper terletak di Pangkalan Kerinci, Kecamatan
Langgam, Kabupaten Pelalawan yang berjarak sekitar 75 km dari Pekanbaru, ibukota
Propinsi Riau. Sedangkan kantor pusat dan urusan administrasi serta kerjasama terletak di Jl.
Teluk Betung No. 31 Jakarta Pusat 10230. PT. RAPP merupakan perusahaan yang bergerak
dalam industri pulp (bubur kertas) dan kertas.
Dalam menghasilkan produknya, PT. RAPP melakukan banyak tahap dalam proses
produksinya, dimana tahap-tahap tersebut dibagi dalam departemen-departemen yang terdiri
atas 11 departemen. Lokasi produksi yang terletak di Pangkalan Kerinci merupakan lokasi
yang strategis karena dekat dengan sumber bahan baku (kawasan HTI) dengan iklim yang
sesuai untuk pertumbuhan pohon yang menjadi bahan baku pulp dan kertas. Bahan baku
pendukung produksi berupa air juga mudah diperoleh karena kawasan ini dekat dengan aliran
Sungai Kampar.
Bahan baku diperoleh dari lahan konsesi pabrik seluas 280.500 ha, dimana rencana
tata ruang HTI (Hutan Tanaman Industri) diperkirakan seluas 189.000 ha dan areal efektif
tanam seluas 136.000 ha. Pada tahun 2000 bahan baku yang berasal dari kayu alam Mixed
Hard Wood (MHW) mulai digantikan dengan kayu hasil tanam yaitu jenis akasia.

2.2 LOKASI DAN TATA LETAK PABRIK


2.2.1 Lokasi Pabrik
PT Riau Andalan Pulp and Paper berlokasi di Pangkalan Kerinci, Kabupaten
Pelalawan Propinsi Riau.Lokasi ini berjarak sekitar 50 km dari ibukota Riau Pekanbaru.PT
Riau Andalan Pulp & Paper ini juga terletak di dekat sungai, sungai terdekat (Sungai
Kampar) berada kurang lebih 4 kilometer dari lokasi pabrik. Disamping itu PT Riau Andalan
Pulp & Paper juga memiliki pelabuhan sendiri didaerah Buaran dan Futong yang berjarak
kurang lebih 40 kilometer dari pabrik dan digunakan sebagai pelabuhan utama dalam proses
pengiriman produk ke konsumen di seluruh dunia. Lokasi PT RAPP memberikan beberapa
keuntungan, antara lain :
a. Proses transportasi produk dapat melalui Sungai Kampar, dimana sungai ini
berhubungan langsung ke perairan internasional,
b. Sumber bahan baku kayu relatif dekat, karena di daerah Pelalawan sampai
Pekanbaru masih merupakan daerah perkebunan,
c. Sumber air pendingin dapat diambil dari Sungai Kampar,
d. Air yang sudah diolah pada water treatment plant dapat dibuang langsung ke
Sungai Kampar

2.2.2 Tata Letak dan Denah Pabrik


PT Riau Andalan Pulp & Paper terletak di lahan seluas 1750 hektar yang diisi
oleh perumahan karyawan, empat perusahaan pendukung dan empat pabrik yang terintegrasi
satu sama lain. Riau Pulp (RPL) merupakan perusahan dan pabrik pendukung RAPP yang
produksi utamanya adalah pulp dimana sebagian pulp dari RPL akan dikirim ke RAK (Riau
Andalan Kertas) untuk dijadikan kertas dan sebagian lagi dijual dalam bentuk pulp. RAK
merupakan perusahaan dan pabrik pendukung RAPP yang bertugas untuk mengolah pulp
basah dari RPL menjadi kertas siap jual.RPE (Riau Prima Energi) merupakanperusahaan dan
pabrik penghasil listrik dan air untuk keperluan pabrik dan perumahan di dalam pabrik. Riau
fiber merupakan perusahaan yang bertugas dalam pengelolaan perkebunan kayu dan HPH
yang diberikan pemerintah daerah untuk menghasilkan kayu sebagai bahan baku pabrik.
Chemical Plant merupakan pabrik pendukung yang berfungsi untuk menghasilkan bahan-
bahan kimia yang digunakan sebagai bahan dasar proses dalam pabrik.

Gambar Pabrik PT. RAPP dilihat dari ketinggian (Erissa, 2012)

Gambar Lokasi PT. RAPP pada Peta (www.mongabay.co.id)


2.3 SISTEM PEMASARAN
PT. Riau Andalan Pulp and Paper ( PT. RAPP) merupakan sebuah perusahaan atau
industri yang bergerak di bidang produk pulp (bahan Pembuat kertas / bubur kertas) dan
paper (kertas) yang berada di bawah naungan PT. Raja Garuda Mas (PT. RGM) dan
merupakan suatu perusahaan pulp yang terbesar di Asia Pasifik.
PT. RAPP tergabung pada suatu company atau anak perusahaan dari APRIL (The
Asia Pasific resources International Holding’s Ltd.) group. APRIL merupakan salah satu
perusahaan yang memimpin pulp dan paper di dunia, dimana APRIL memiliki kantor pusat
yang berada di Asia yaitu Singapura dan APRIL mrmiliki wilayah produksi utama dan
terbesar yang beroperasi di Indonesia dan China.
Di Indoensia, APRIL sepenuhnya berintegrasi dan beroperasi yang dimulai dari
penanaman (plantations), kehutanan (forestry), penelitian dan pengembangan (R&D) untuk
pulp dan paper, termasuk persiapan tambahan yang di butuhkan, jalan dan fasilitas
pelabuhan sebagai tempat bongkar muat.
Setiap bisnis yang dilakukan oleh APRIL beroperasi pada lokasi yang sangat strategis.
Di Indonesia sendiri, APRIL berada di tengah pulau Sumatera dimana kondisi disini sangat
baik dan ideal untuk pertumbuhan pohon Akasia (acasia) yang merupakan sebagai
penyediaan bahan mentah untuk produksi pulp.
APRIL group memiliki :
1. 98,5% merupakan hak milik Riaupulp dari Indonesia, yang mana disini
menghasilkan 2 (dua) juta ton per tahun dari kapasitas BHK pabrik pulpi di Propinsi Riau –
Sumatera.
2. 100% keuntungan pada APRIL Fine Paper, 99,8% dari keuntungannya di
pegang oleh Riaupaper, dimana Riaupaper ini enghasilkan kapasitas produksi mencapai
350.000 ton per tahun.

Produksi PT. Riau Andalan Pulp And Paper ini berupa pulp dengan lembaran kering
yang berkualitas tinggi, sebab proses produksinya dilakukan secara kimia dan ditunjang oleh
mesin – mesin yang berteknologi tinggi dan terbaru, seperti Extended Superbatch cooking,
oxygen delignification dan ECF (Element Chlorine Free).
Semua proses produksi juga ditunjang dengan system operasi dan di monitor oleh
suatu system computer DCS (Distributed Control System) yang saat ini merupakan sistem
pengontrolan yang maju pada suatu industri.
Produksi pulp dan paper dari PT. Riau Andalan Pulp And Paper di eksport ke Negara
China, Italy, Thailand dan Australia. Selain di eksport keluar negeri produksi juga digunakan
di dalam negeri, karena hasil produksi pulp dan paper dari PT. Riau Andalan Pulp And Paper
berkualitas tinggi sehingga dalam melakuan pemasaran tidak mendapat kendala dan untuk
menyalurkan pada pasaran di dunia dapat dilakukan dengan cepat (Yudi, 2010).
Dalam menjalankan usahanya, PT. Riau Andalan Pulp And Paper (Riaupulp)
meyakini pentingnya melakukan investasi dalam praktek bisnis yang bertanggung jawab baik
secara social maupun terhadap lingkungan. Keseriusan PT. Riau Andalan Pulp And paper
untuk turut membangun masyarakat sekitarnya dilatarbalakangi oleh sebuah kesadaran bahwa
perusahaan ini merupakan salah satu perusahan manufacturing (pabrik), tepatnya pabrik yang
menghasilkan pulp dan paper dengan skala yang cukup besar. Perusahaan dengan jenis
seperti ini sangat berpotensi mempengaruhi masyarakat sekitarnya karena adanya
pemanfaatan sumber daya alam dan dampak dari adanya aktifitas pabrik.
Aktifitas PT. Riau Andalan Pulp And Paper melibatkan 311 desa yang terkait
langsung dengan kegiatan perusahaan dan berada di ring satu operasi perusahaan, terbesarr di
44 kecamatan dalam 4 kabupaten dan 1 kotamadya. Dampak yang dihasilkan antara lain
penurunan daya dukung lingkungan, pencemaran, terganggunya aktifitas perekonomian
masyarakat sekitar. Hal ini yang menjadi tantangan PT. Riau Andalan Pulp And Paper dalam
mewujudkan perfoma lingkungan yang baik (IPB, 2007).
Menyadari bahwa keberadaanya mempunyai dampak yang signifikan terhadap
berbagai stakeholders-nya, Riaupulp memiliki kebijakan untuk meununjukkan komitmen
terhadap keberlanjutan social dan lingkungan, serta melakukan pengukuran secara berkala
pemenuhan kinerja aspek-aspek tersebut berdasarkan standar-standar yang ada dan secara
teratur menyediakan informasi bagi stakeholders-nya mengenai hal-hal yang menjadi
perhatian (concern) mereka.
2.3.1 Faktor Eksternal Yang Menjadi Alasan PT. Riau Andalan Pulp And
Paper Memiliki Daya Saing Yang Tinggi di Pasar Internasional
PT. Riau Andalan Pulp And Paper memiliki 3 landasan usaha dalam menjalankan
strateginya, yaitu :
1. Profit (keuntungan)
Melakukan operasional usaha yang layak secara ekonomi dan menguntungkan
2. Planet (tumbuhan)
Melindungi keanekaragaman hayati dan mencegah kerusakan lingkungan
3. People (manusia)
Berperan akrif dalam sosial dan pengentasan kemiskinan

PT. Riau Andalan Pulp And Paper melakukan berbagai pengukuran, hal ini dilakukan
karena untuk melihat dan mengetahui tingkat keberhasilan, kesesuaian dan kemungkinan
keberlanjutan program program CSR yang dilakukan, untuk menjawab menjawab
pertanyaan: sudah berada dimana sekarang dan bagaimana Riaupulp dapat melakukan
perbaikan-perbaikan, untuk mengetahui apa pendapat stakeholders Riaupulp mengenai
kegiatan-kegiatan yang dilakukan, dan untuk mendapatkan informasi mengenai hal-hal yang
perlu Riaupulp bagi dengan stakeholders Riaupulp.
Setelah dilakukan pengukuran maka dilakukan pelaporan, dimana merupakan bagian
dari komitmen keterbukaan informasi Riaupulp bagi stakeholders-nya, merupakan upaya
Riaupulp untuk mengkomunikasikan dan mendapatkan umpan balik dalam pengelolaan usaha
yang bertanggung jawab sosial dan terhadap lingkungan, merupakan bagian dari upaya
melakukan continual improvements – memberikan motivasi untuk secara konsisten
memperbaiki kinerja (Dian, 2007).
Untuk meningkatkan daya saing yang tinggi PT. RAPP juga bekerjasama dengan
pihak lain melaui Joint Venture and Joint Operation (JV/JO) dan Hutan Tanaman Rakyat
untuk mendukung pasokan bahan baku ke industri pulp PT.RAPP.
RAPP selalu berupaya untuk melakukan pengelolaan HTI yang berkelanjutan,
termasuk upaya-upaya pengembangan green energy. Sebanyak 87 persen energi yang
dibutuhkan untuk operasional di RAPP dihasilkan dari energi terbarukan berupa black liquor
dan wood bark. Hanya 13% saja RAPP menggunakan energy dari batubara dan gas. Bahkan
grup RAPP telah berinvestasi sebesar US$ 2,3 juta untuk pembangunan pabrik biofuel
methanol untuk mengurangi efek gas rumah kaca.
Baik untuk komoditi pulp maupun kertas, Indonesia selalu mengalami surplus dalam
perdagangan. Pada periode 2004 – 2008, ekspor pulp meningkat dari 2,44 juta ton menjadi
2,77 juta ton, sedangkan kertas meningkat dari 2,58 juta ton menjadi 4,76 ton. Hampir semua
jenis kertas sudah dapat diproduksi di Indonesia, sedangkan untuk pulp yang banyak
diproduksi di Indonesia adalah pulp serat pendek. Untuk pulp serat panjang Indonesia masih
mengimpor. Peningkatan ekspor pada periode tersebut semestinya dapat lebih tinggi, apabila
tidak terjadi krisis financial global.
Di pasar global, pasar pulp dan kertas selama ini didominasi oleh negara-negara dari
Amerika Utara (Kanada dan Amerika Serikat) dan negara-negara Scandinavia (seperti:
Finlandia, Swedia dan Norwegia). Kelompok negara-negara tersebut sering disebut dengan
NORSCAN (North America & Scandinavia). Namun peran/kontribusi negara-negara
NORSCAN dalam mensuplai pulp dan kertas dunia semakin menurun. Pada periode 2001-
2005, peran negara-negara NORSCAN dalam mensuplai pulp dunia turun dari 58,51%
menjadi 52,96%, sedangkan peranannya dalam mensuplai kertas turun dari 44,84% menjadi
38,91%. Indonesia disebut-sebut sebagai salah satu negara yang berpotensi mengembangkan
industri pulp dan kertasnya, disamping negara-negara Amerika Latin dan Eropa Timur, untuk
mengambil peran lebih besar dalam mensuplai kebutuhan pulp dan kertas dunia.
Berdasarkan data diatas sebenarnya Indonesia masih memiliki peluang untuk
mengembangkan industri pulp dan kertasnya dalam rangka mengambil peran yang lebih
besar lagi dalam mensuplai kebutuhan pulp dan kertas di dalam negeri dan dunia, serta
meningkatkan kontribusinya dalam perekonomian nasional.
Teknologi yang digunakan oleh pabrik pulp dan kertas yang berorientasi ekspor
termasuk PT. RAPP pada umumnya teknologi modern yang setara dengan teknologi yang ada
di negara maju. Persaingan di pasar dalam negeri dapat dikatakan sebagai persaingan bebas
karena pemasok dan pembelinya banyak, bahkan pemasok dari luar negeri bebas memasuki
pasar Indonesia, karena bea masuknya sangat murah. Sebagian besar pabrik kertas di
Indonesia memproduksi lebih dari satu jenis kertas, dan komposisi produksinya biasanya
mengikuti dinamika pasar.

2.4 SISTEM PEMASARAN


Pulp yang dihasilkan adalah jenis Fully Bleached Kraft Pulp dan seratpendek (hard
wood).Hasil produksi berupa pulp kering dalam bentuk lembaran-lembaran dengan kualitas
tinggi.Pada tahun 2002 pulp yang dihasilkan mencapai 2 million ton/ tahun. Hasil akhir pulp
63 % digunakan untuk kertas printer, 21 % untuk kemasan kertas (coated paper), 8 % untuk
kertas tissue dan 5 % umtuk kertas buku. Produksi kertas dimulai sejak April tahun 1998 dan
peluncuran pertamanya dilakukan pada bulan Mei di Singapore. Tahun 2001 produksi kertas
mencapai 0,3million ton/ tahun. Kertas yang dihasilkan PT. Riau Andalan Pulp and Paper
bermerek Dunia Mas dan Paper One. Produk kertas yang berupa gulungan (rolls) lebarnya
480-2200 mm dengan berat 60, 70, 75, 80, 90, 100, 120 gr/ m2.
Lembaran-lembaran kertas yang berbentuk folio sesuai ukuran standar dan
costumize memiliki berat 60, 70, 80, 90, 100, dan 120 gr/ m2. Ukuran kertas yang
dipasarkan adalah dalam size A4, A3, F4, NA4 dengan berat 70/80 gr/ m2. Pemasaran
ditujukan untuk domestik dan eksport, prioritas masing-masing pemasaran adalah sebagai
berikut:
1. Domestik
Pulp yang dihasilkan didistribusikan ke RAK yang merupakan anakperusahaan RGM
(Raja Garuda Mas) Group.Selain itu juga didistribusikan ke pabrik-pabrik kertas di
Indonesia.
2. Ekspor
Prioritas ekspor ditujukan ke India, Timur Tengah, Eropa, Australia, Taiwan,
Japan, Thailand, Korea dan Malaysia. Distribusi pulp 69% ditujukan ke Asia, 22% ke
kawasan Eropa dan 9% untuk Indonesia. Sedangkan distribusi kertas 47% ditujukan ke
Asia, 23% ke kawasan Eropa, 15% untuk Timur Tengah dan sisanya 15% ke Indonesia.

2.5 MANAJEMEN PERUSAHAAN


Tenaga kerja PT. Riau Andalan Pulp and Paper berjumlah 2100 orang dan 20.000
orang kontraktor, terdiri dari 85% dari dalam negeri dan 15% dari luar negeri yaitu India,
Finland, Canada, America dan Philipine. Karyawan tersebut dari karyawan general dan
keryawan shift.
Jam kerja untuk karyawan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Karyawan general
Senin – Jumat 07.00 – 11.30 WIB
13.00 – 16.00 WIB
Sabtu 07.00 – 11.30 WIB
2. Karyawan shift 3 shift dengan waktu kerja 8 jam per hari
Shift I 07.00 – 15.00 WIB
Shift II 15.00 – 23.00 WIB
Shift III 23.00 – 07.00 WIB
2.5.1 Struktur Organisasi PT RAPP
Adapun tugas dan tanggung jawab pada masing-masing struktur organisasi PT.Riau
Andalan Pulp and Paper yang disusun berdasarkan fungsi-fungsi yang dijalankan perusahaan
yaitu:
a. Mill General Manager (Manager Umum Pabrik)
Memilik tugas dan tanggung jawab mengorganisir kelancaran operasi dan
administrasi serta berperan dalam mengambil keputusan strategic operasional di pabrik.
Untuk mengadakn kebijaksanaan operasi dibantu oleh 6 manager.
b. Finance Manager (Manager Keuangan)
Memiliki tugas dan tanggung jawab dalam mengkoordinir laporan keuangan atau
yang dinilai dengan uang untuk semua barang baik itu yang ada pada volume produksi
maupun non produksi serta melayani urusan keuangan departemen dan karyawan.
c. Procurement Manager (Manager Logistik)
Memiliki tugas dan tanggung jawab mengkoordinir kelancaran aktivitas produksi
pabrik dalam hal penyediaan spare part dan penyimpanan material (logistic).
d. Personal and Administration Manager (Manager Personalia dan Administrasi)
Memiliki tugas dan tanggung jawabnya dalam mengkoordinir bagian :
- General Service
- Personal Administration
- APRIL Learning Institute
- Security
- Transportation
- Health Care Clinic
e. Technical Manager (Manager Teknik)
Memilki tugas dan tanggung jawab dalam mengkoordinir bagian :
- Research
- Process and Product Development
- Customer Service
- Operation and Quality Control Product
f. Production Manager (Manager Produksi)
Memiliki tugas dan tanggung jawab dalam mengkoordinir bagian :
- Wood Yard
- Fiberline
- Pulp Machine
- Chemical Plant
- Recaust Lime Klin
- Technical
g. Maintenance Manager (Manager Perawatan)
Memiliki tugas dan tanggung jawab dalam mengkoordinir bagian-bagian
pemeliharaan pabrik seperti :
- Engineering Department
- Civil and Construction Maintenance
- Electrical Maintenance
- Mechanical Maintenance
- Instrumentation Maintenance
Departemen-departemen pada PT. Riau Andalan Pulp and Paper dipimpin oleh
seorang superintendent yang dibantu oleh seorang deputy assisten superintendent serta 6
orang supervisor superintendent area. Superintendent berkewajiban mengatur manajemen di
areanya seperti mengatur jadwal kerja teknisi.
Setiap area memiliki supervisor yang bertugas membantu superintendent di bidang
manajemen. Supervisor tersebut juga memiliki kewajiban dalam mengawasi dan membantu
serta merencanakan pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh teknisinya. Supervisorini tidak
betanggung jawab di luar areanya. Para supervisor ini sering mengadakan rapat untuk
mendiskusikan kelancaran proses produksi, untuk meningkatkan kapasitas produksi, serta
membicarakan suatu masalah yang harus ditangani secara bersama.

2.5.2 Struktur Departemen


1.4.3 Daerah Pemasaran
Pulp yang dihasilkan adalah jenis Fully Bleached Kraft Pulp dan seratpendek
(hard wood).Hasil produksi berupa pulp kering dalam bentuk lembaran-lembaran dengan
kualitas tinggi.Pada tahun 2002 pulp yang dihasilkan mencapai 2 million ton/ tahun. Hasil
akhir pulp 63 % digunakan untuk kertas printer, 21 % untuk kemasan kertas (coated paper),
8 % untuk kertas tissue dan 5 % umtuk kertas buku. Produksi kertas dimulai sejak April
tahun 1998 dan peluncuran pertamanya dilakukan pada bulan Mei di Singapore. Tahun 2001
produksi kertas mencapai 0,3million ton/ tahun. Kertas yang dihasilkan PT. Riau Andalan
Pulp and Paper bermerek Dunia Mas dan Paper One.Produk kertas yang berupa gulungan
(rolls) lebarnya 480-2200 mm dengan berat 60, 70, 75, 80, 90, 100, 120 gr/ m2.
Lembaran-lembaran kertas yang berbentuk folio sesuai ukuran standar dan
costumize memiliki berat 60, 70, 80, 90, 100, dan 120 gr/ m2. Ukuran kertas yang dipasarkan
adalah dalam size A4, A3, F4, NA4 dengan berat 70/80 gr/ m2. Pemasaran ditujukan untuk
domestik dan eksport, prioritas masing-masing pemasaran adalah sebagai berikut:
1. Domestik
Pulp yang dihasilkan didistribusikan ke RAK yang merupakan anakperusahaan RGM
(Raja Garuda Mas) Group.Selain itu juga didistribusikan ke pabrik-pabrik kertas di
Indonesia.
2. Ekspor
Prioritas ekspor ditujukan ke India, Timur Tengah, Eropa, Australia, Taiwan, Japan,
Thailand, Korea dan Malaysia. Distribusi pulp 69% ditujukan ke Asia, 22% ke kawasan
Eropa dan 9% untuk Indonesia. Sedangkan distribusi kertas 47% ditujukan ke Asia, 23% ke
kawasan Eropa, 15% untuk Timur Tengah dan sisanya 15% ke Indonesia.

2.6 SISTEM PENGUPAHAN DAN FASILITASNYA LAINNYA


2.6.1 Sistem Pengupahan
Perusahaan akan membayar upah berdasarkan ranking, status jabatan, prestasi dan
kepemimpinan. Upah yang dibayar kepada para pekerja termasuk gaji pokok, tunjangan, dan
lembur.

Kenaikan gaji berdasarkan penyesuaian ekonomi tahunan dan nilai. Nilai kenaikan
upah berdasarkan prestasi karyawan dan upah karyawan akan ditinjau setiap bulan April.
Untuk tenaga kerja Indonesia akan menerima THR sebagaimana peraturan ketenagakerjaan
Indonesia, setelah 12 bulan masa kerja. Karyawan yang telah bekerja 3 bulan atau lebih akan
diberi THR sebagaimana peraturan perusahaaan. Pembayaran tunjangan dilaksanakan 2
minggu sebelum hari raya/ tahun baru dan tidak berlaku untuk tenaga kerja asing. Bonus
ditentukan berdasarkan prestasi karyawan dan perusahaan.
2.6.2 Fasilitas Perusahaan
Fasilitas yang disediakan oleh perusahaan adalah sebagai berikut:
1. Fasilitas kesehatan dan keamanan
2. Tunjangan kecelakaan
3. Perumahan
4. Fasilitas training dan pendidikan
5. Kantin dan restoran
6. Sekolah
7. Hotel
8. Minimarket
9. Sarana olahraga dan entertainment
BAB III
PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP (PLTU)

3.1 TEORI DASAR


Pembangkit listrik tenaga uap merupakan salah satu dari jenis pembangkit, dimana
pembangkit ini memanfaatkan uap yang dihasilkan oleh ketel uap (boiler) sebagai sumber
energi untuk menggerakan turbin (turbine) dan sekaligus memutar generator sehingga akan
dihasilkan tenaga listrik. Sistem pembangkit tenaga uap yang sederhana terdiri dari empat
komponen utama yaitu boiler, turbin uap, kondensor (condenser) dan pompa kondensat.
Skema pembangkit listrik tenaga uap dapat ditunjukkan pada gambar berikut:

3.2 URAIAN PROSES


3.2.1 Water Process
A. Water Intake
Air yang berasal dari sungai Kampar dipompa ke area Mill melalui water intake pump
station. Ada 10 pompa yang tersedia di Water Intake, yang terdiri dari 9 pompa elektrik dan 1
pompa diesel untuk keadaan darurat. Spesifikasi pompa tersebut adalah sebagai berikut:
Kapasitas : 695 l/s
Head : 40 m
Daya motor : 375 kW
Efisiensi : 82 %

Raw Water Quality Parameter


No Parameter Unit Time of Check Sample Data
(Nov 14, 2011 – 8 am)
1 pH 8 am, 4 pm, 12 pm 5.6
2 Turbidity NTU 8 am, 4 pm, 12 pm 17
3 Conductivity µs/cm 8 am, 4 pm, 12 pm 28
4 Colour Pt. Co 8 am, 4 pm, 12 pm 218
5 TOC mg/l 8 am, 4 pm, 12 pm 11
6 Chloride mg/l 8 am 1.9
7 Methylorange Alkalinity mg/l 8 am 8.0
8 Silica mg/l 8 am 6.3
9 Iron mg/l 8 am 1.0
10 Total Hardness mg/l 8 am 6.9

B. Water Treatment Plant

Cascade RC
Aerator 1&
Raw 2 SFB
Water
RC
3&
4

Demin
Water
Plant
Basin

Boiler Feed Process Water Town Site I & II


Water To Mill Site

 Cascade Aerator
Cascade Aerator merupakan alat yang digunakan untuk mengoksidasi agar senyawa
mudah dioksidasi dan turun ke bawah.
 RC (Reactive Clarifier)
Reactive Clarifier merupakan proses fluktuasi, koagulasi dan sendimentasi agar
lumpurnya turun.
 SFB (Sand Filter Bed)
Sand Filter Bed merupakan tempat penyaringan pasir. Sehingga setelah dilakukan
penyaringan, akan dihasilkan air bersih.
 Demineralized Plant

Chlorine Ca,Mg,F CO2


e & Gas

Water
ACF SAC Degasser
Basin

Demin
Boiler MB SBA
Tank

SiO2, Cl2

a. ACF (Activited Carbon Filter)


Activited Carbon Filter merupakan proses pengulangan dari proses di sand filter back
yaitu penghilangan bau dan warna. Prinsip kerjanya adalah pertukaran semua kation dan
anion dengan ion hidrogen dan ion hidroksida.
b. SAC (Strong Acid Cation)
Strong Acid Cation merupakan proses penghilangan kation Ca, Mg, Pt, Na, dll dengan
mengikatnya bersama H+ (resin).
c. Degasser
Degasser merupakan proses penghilang gas korosif yang larut dalam air terutama O2
dan CO2.
d. SBA (Storng Base Anion)
Strong Base Anion merupakan proses penghilangan ion-ion sulfat, karbonat, nitrat,
silikat, dll dengan mengikat ion hidroksida.
e. MB (Mix Bed)
Mix Bed merupakan tempat pemisahan anion dan kation.
f. Demin Tank
Demin Tank merupakan tempat penampungan air sebelum ke boiler.
g. Boiler
Pada dasarnya boiler adalah alat yang berfungsi untuk memanaskan air dengan
menggunakan panas dari hasil pembakaran bahan bakar, panas hasil pembakaran akan
membantu untuk memasak air sehingga menghasilkan steam (uap air yang memiliki
temperatur tinggi). Sehingga, pada boiler ini air yang telah di treatment kemudian di masak
dengan temperatur tinggi hingga menghasilkan steam (uap).

3.2.2 Steam Generation


Riau Prima Energi (RPE) memiliki 3 unit Power Boiler dan 4 unit Recovery Boiler.
Dari boiler – boiler tersebut, memproduksi steam sebanyak 4192 tons/hr.

a. Power Boiler
Power boiler berfungsi untuk menghasilkan steam, dengan bahan bakar berasal
dari kulit kayu dari hasil proses Wood Handling. Apabila panas yang dibutuhkan kurang
dari yang diinginkan, maka akan dibantu dengan bahan bakar minyak sesusai dengan
kebutuhan pada power boiler uap yang diproduksi sebesar 4192 ton/jam dengan
temperatur 480oC pada tekanan 83 bar (g). Steam yang dihasilkan digabungkan dengan
steam dari recovery boiler dan dipakai untuk menggerakkan turbin
b. Recovery Boiler
Recovery Boiler berfungsi untuk menghasil uap air (steam) dan mengambil
kembali bahan kimia yang digunakan pada proses pembuatan pulp. Recovery boiler
memakai black liquor yang telah dipekatkan di evaporator sebagai bahan bakar, disebut
dengan Heavy Black Liquor (HBL) yang mengandung jumlah solid antara 70-80%.
Selama proses pembakaran di boiler senyawa karbon yang berasal dari kayu yang
dibakar, menghasilkan panas untuk memproduksi steam. Sedangkan, bahan kimia yang
sebagian besar berupa soda (senyawa natrium) melebur jatuh menumpuk dibagian bawah
recovery boiler. Bahan kimia ini diproses lebih lanjut membentuk green liquor,
seterusnya dikirim ke unit Recausticizing Plant untuk pembuatan black liquor.
3.2.3 Power Generation
Riau Prima Energi (RPE) memiliki 3 unit Turbin Generator Mitsubishi, 3 unit Turbin
Generator ABB dan 1 unit Turbin Generator Siemens. RPE menghasilkan daya sebesar 535
MW.
Turbin Generator
Steam yang bertekanan tinggi yang berasal dari Power Boiler dan Recovery Boiler
digunakan untuk menggerakkan Turbin Generator dan dapat mengubah energi gerak menjadi
energi listrik. Keluar dari turbin, tekanan steam menurun. Steam tersebut mempunyai tekanan
sedang (Medium Pressure Steam) dan dimanfaatkan digester dan steam bertekanan rendah
(Low Pressure Steam) dimanfaatkan di Evaporator dan di Pulp Machine.

Tabel 3.1 Spesifikasi Turbin di Riau Prima Energi


Item TG 1 TG 2 TG 3 TG 4 TG 5 TG 6 TG 7
Back Back
Fully Back Back Back Pressure Back Pressure
Type
Condensing Pressure Pressure Pressure And Pressure And
Condensing Condensing
Mitsubishi Mitsubishi Mitsubishi ABB ABB ABB Siemens
Manufacturer
Japan Japan Japan Germany Germany Germany Germany
Capacity 27.5 MW 53.8 MW 53.8 MW 100 MW 100 MW 100 MW 100 MW
82 Bar dan 82 Bar dan
Pressure 82 Bar 82 Bar 82 Bar 82 Bar 82 Bar
138 Bar 138 Bar
477oC dan 477oC dan
Temp 477oC 477oC 477oC 477oC 477oC
538oC 538oC

December December December November October May


Commissioned April 2008
1993 1993 1993 1998 1999 2002
BAB IV
POWER TRANSFORMER (GSU) TB06

4.1 TEORI DASAR


4.1.1 Sejarah Transformator

 1831 : Michael Faraday mendemonstrasikan sebuah koil dapat menghasilkan


tegangan dari koil lain.
 1832 : Joseph Henry menemukan bahwa perubahan flux yang cepat dapat
menghasilkan tegangan koil yang cukup tinggi.
 1836 : Nicholas Callan memodifikasi penemuan Henry dengan dua koil.
 1850 – 1884 : Era penemuan generator AC dan penggunaan listrik AC
 1885 : Georges Westinghouse & William Stanley mengembangkan
transformer berdasarkan generator AC.
 1889 : Mikhail Dolivo-Dobrovolski mengembangkan transformer

4.1.2 Definisi Transformator

Transformator adalah sebuah perangkat elektrik yang berfungsi untuk menghantarkan


atau mentransformasikan energi listrik dan juga frekuensi pada suatu level tegangan tertentu
berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik.

Gambar 4.1 Simbol Transformator 1 Fasa


Gambar 4.2 Simbol Transformator 3 Fasa

Gambar 4.3 Transformasi Energi

Power Transformator (Trafo Daya) adalah suatu peralatan tenaga listrik yang
berfungsi untuk menyalurkan tenaga atau daya listrik dari tegangan tinggi ke tegangan rendah
atau sebaliknya dengan frekuensi yang sama. Pada umumnya transformator terdiri atas
sebuah inti yang terbuat dari besi berlapis, dan dua buah kumparan, yaitu kumparan primer
dan kumparan sekunder. Rasio perubahan tegangan akan tergantung dari rasio jumlah lilitan
pada kumparan itu. Biasanya kumparan terbuat dari kawat tembaga atau aluminium yang
dililitkan pada kaki inti transformator.
Transformator digunakan secara luas baik dalam bidang tenaga listrik maupun
elektronika. Penggunaan transformator dalam sistem tenaga memungkinkan terpilihnya
tegangan yang sesuai dan ekonomis untuk tiap-tiap keperluan misalnya, kebutuhan akan
tegangan tinggi dalam pengiriman daya jarak jauh. Penggunaan transformator yang sangat
sederhana dan handal merupakan salah satu alasan penting dalam pemakaiannya pada
penyaluran tenaga listrik arus bolak-balik, karena arus bolak-balik sangat banyak digunakan
untuk pembangkitan dan penyaluran tenaga listrik. Pada penyaluran tenaga listrik arus bolak-
balik terjadi kerugian energi sebesar I2 . R (watt). Kerugian ini akan banyak berkurang
apabila tegangan dinaikkan setinggi mungkin. Dengan demikian maka saluran-saluran
transmisi tenaga listrik senantiasa mempergunakan tegangan yang tinggi. Hal ini dilakukan
terutama untuk mengurangi kerugian energi yang terjadi, dengan cara mempergunakan
transformator untuk menaikkan tegangan listrik di pusat pembangkit dari tegangan generator
yang biasanya sebesar 6 kV – 20 kV pada awal transmisi ke tegangan saluran transmisi antara
100 kV – 1000 kV, kemudian menurunkannya lagi pada ujung akhir saluran tegangan yang
lebih rendah.
Transformator yang digunakan pada jaringan tenaga listrik merupakan transformator
tenaga. Disamping itu ada jenis-jenis trasformator lain yang banyak dipergunakan dan pada
umumnya merupakan transformator yang jauh lebih kecil, salah satunya adalah transformator
yang digunakan pada lampu TL.

4.1.3 Prinsip Kerja

Prinsip kerja suatu transformator adalah induksi bersama (mutual induction) antara
dua rangkaian yang dihubungkan oleh fluks magnet. Dalam bentuk yang sederhana,
transformator terdiri dari dua buah kumparan yang secara listrik terpisah tetapi secara magnet
dihubungkan oleh suatu alur induksi. Kedua kumparan tersebut mempunyai mutual induction
yang tinggi. Jika salah satu kumparan dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik,
fluks bolak-balik timbul di dalam inti besi yang dihubungkan dengan kumparan yang lain
menyebabkan atau menimbulkan ggl (gaya gerak listrik) induksi ( sesuai dengan induksi
elektromagnet) dari hukum faraday.
Gambar 4.4 Rangkaian Transformator

Berdasarkan hukum Faraday yang menyatakan magnitude dari electromotive force


(emf) proporsional terhadap perubahan fluks terhubung dan hukum Lenz yang menyatakan
arah dari emf berlawanan dengan arah fluks sebagai reaksi perlawanan dari perubahan
fluks tersebut didapatkan persaman :
𝑑ϕ
e = −𝑁 ( )
𝑑𝑡
e = emf sesaat (instantaneous emf)
ϕ = fluks terhubung (linked flux)

Dan pada transformer ideal yang dieksitasi dengan sumber sinusoidal berlaku
persamaan:
E = 4,44 . mf (1)
E = Tegangan (rms)
N = Jumlah lilitan

Φm = Fluks puncak (peak flux)

f = Frekuensi

dan persamaan:
𝐸1 𝑁1
= (2)
𝐸2 𝑁2
Dikarenakan pada transformer ideal seluruh mutual flux yang dihasilkan salah satu
kumparan akan diterima seutuhnya oleh kumparan yang lainnya tanpa adanya leakage flux
maupun loss lain misalnya berubah menjadi panas. Atas dasar inilah didapatkan pula
persamaan:
P1 = P2
V1 I1 = V2 I2
N1 I1 = N2 I2 (3)

4.1.4 Teori Operasi Transformator

1. Transformator Dua Belitan Tak Berbeban


Transformator dua belitan terlihat seperti gambar 4.5. Belitan pertama disebut belitan
primer dan belitan kedua disebut belitan sekunder.

Gambar 4.5 Transformator Dua Belitan Tak Berbeban


Jika fluksi di rangkaian magnetiknya adalah ϕ = Փ maks sin 𝜔𝑡, maka fluksi ini akan
menginduksikan tegangan di belitan primer sebesar
𝑑ϕ
e1 = N1 = N1Փ maks 𝜔 cos 𝜔𝑡 (4)
𝑑𝑡
atau dalam bentuk fasor
𝑁1 𝜔Փmaks
E1 = E1 < 0° = < 0° ; E1 = nilai efektif (5)
√2
Karena 𝜔 = 2πf maka
2𝜋𝑓𝑁1
E1 = Փmaks = 4.44𝑓 N1 Փmaks (6)
√2

Di belitan sekunder, fluksi tersebut menginduksikan tegangan sebesar

E2 = 4.44 f N2 Փmaks (7)


Dari (6) dan (7) kita peroleh
𝐸1 𝑁1
= ≡ 𝑎 = 𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑓𝑜𝑟𝑚𝑎𝑠𝑖 (8)
𝐸2 𝑁2
Perhatikan bahwa E1 sefasa dengan E2 karena dibangkitkan oleh fluksi yang sama.
Karena E1 mendahului ϕ dengan sudut 90o maka E2 juga mendahului ϕ dengan sudut 90o.
Jika rasio transformasi 𝑎 = 1, dan resistansi belitan primer adalah R1. Arus If adalah arus
magnetisasi, yang dapat dipandang sebagai terdiri dari dua komponen yaitu Iϕ (90o
dibelakang E1) yang menimbulkan ϕ dan Ic (sefasa dengan E1) guna mengatasi rugi inti.

2. Fluksi Bocor
Fluksi di belitan primer transformator dibangkitkan oleh arus yang mengalir dibelitan
primer. Dalam kenyataannya, tidak semua fluksi magnet yang dibangkitkan tersebut akan
melingkupi baik belitan primer maupun sekunder. Selisih antara fluksi yang dibangkitkan
oleh belitan primer dengan fluksi bersama (yaitu fluksi yang melingkupi kedua belitan)
disebut fluksi bocor. Fluksi bocor ini hanya melingkupi belitan primer saja dan tidak
seluruhnya berada dalam inti transformator tetapi juga melalui udara ( lihat gambar 4.6).

Gambar 4.6 Transformator Tak Berbeban. Fluksi Bocor Belitan Primer


Oleh karena itu reluktansi yang dihadapi oleh fluksi bocor ini praktis adalah reluktansi
udara. Dengan demikian fluksi bocor tidak mengalami gejala histerisis sehingga fluksi ini
sefasa dengan arus magnetisasi.
Fluksi bocor secara tersendiri akan membangkitkan tegangan induksi di belitan primer
(seperti halnya ϕ menginduksikan E1). Tegangan induksi ini 90o mendahului ϕl1 (seperti
halnya E1 90o mendahului ϕ) dan dapat dinyatakan sebagai suatu tegangan jatuh ekivalen,
El1, di rangkaian primer dan dinyatakan sebagai
El1 = jI f X1 (9)
Dengan X1 disebut reaktansi bocor rangkaian primer. Hubungan tegangan dan arus di
rangkaian primer menjadi
V1 = E1 + I1R1 + El1 = E1 + I1R1 + jI1X1 (10)

3. Transformator Berbeban
Rangkaian transformator berbeban resistif, RB, diperlihatkan oleh gambar 4.7.
Tegangan induksi E2 (yang telah timbul dalam keadaan transformator tidak berbeban) akan
menjadi sumber di rangkaian sekunder dan memberikan arus sekunder I2. Arus I2 ini
membangkitkan fluksi yang berlawanan arah dengan fluksi bersama ϕ dan sebagian akan
bocor (kita sebut fluksi bocor sekunder).

Gambar 4.7 Transformator Berbeban

Fluksi bocor ini, ϕl2, sefasa dengan I2 dan menginduksikan tegangan El2 di belitan
sekunder yang 90o mendahului ϕl2. Seperti halnya untuk belitan primer, tegangan El2 ini
diganti dengan suatu besaran ekivalen yaitu tegangan jatuh ekivalen pada reaktansi bocor
sekunder X2 di rangkaian sekunder. Jika resistansi belitan sekunder adalah R2, maka untuk
rangkaian sekunder diperoleh hubungan
E2 = V2 + I2R2 + El2 = V2 + I2R2 + jI2X2 (11)
Dengan V2 adalah tegangan pada beban RB.
Sesuai dengan hukum Lenz, arus sekunder membangkitkan fluksi yang melawan
fluksi bersama. Oleh karena itu fluksi bersama akan cenderung mengecil. Hal ini akan
menyebabkan tegangan induksi di belitan primer cenderung mengecil. Akan tetapi karena
belitan primer terhubung ke sumber tegangannya tak berubah, maka arus primer akan naik.
Jadi arus primer yang dalam keadaan transformator tidak berbeban hanyalah arus magnetisasi
If, bertambah menjadi I1 setelah transformator berbeban. Pertambahan arus ini haruslah
sedemikian rupa sehingga fluksi bersama ϕ dipertahankan dan E1 juga tetap seperti semula.
Dengan demikian maka persamaan rangkaian primer (10) tetap terpenuhi.
Pertambahan arus primer dari If menjadi I1 adalah untuk mengimbangi fluksi lawan
yang dibangkitkan oleh I2 sehingga ϕ dipertahankan. Jadi haruslah
N1(I1-If) - N2(I2) = 0 (12)
Pertambahan arus primer (I1 – If) disebut arus penyeimbang yang akan
mempertahankan ϕ. Semakin besar arus sekunder, semakin besar pula arus penyeimbang
yang diperlukan yang berarti makin besar pula arus primer. Dengan cara inilah terjadinya
transfer daya dari primer ke sekunder. Dari persamaan (12) kita peroleh arus magnetisasi
𝑁2 𝐼2
If = I1 – (I2) = I1 - (13)
𝑁1 𝑎

4.1.5 Rangkaian Ekivalen

Transformator adalah piranti listrik. Dalam analisis, piranti-piranti listrik biasanya


dimodelkan dengan suatu rangkaian listrik ekivalen yang sesuai. Secara umum, rangkaian
ekivalen hanyalah penafsiran secara rangkaian listrik dari suatu persamaan matematik yang
menggambarkan perilaku suatu piranti. Untuk transformator, ada tiga persamaan yang
menggambarkan perilakunya, yaitu persamaan (10), (11), dan (13), yang ditulis lagi menjadi
satu persamaan (14) dibawah ini
V1 = E1 + I1R1 + jI1X1; E2 = V2 + I2R2 + jI2X2 ; I1 = If + I2’
𝑁2 𝐼
Dengan I2’ = I2 = 2 (14)
𝑁1 𝑎
Dengan hubungan E1 = aE2 dan I2’ = I2/a maka persamaan kedua dari persamaan
(14) dapat ditulis sebagai
𝐸1
= 𝑉2 + 𝑎𝐼2′ 𝑅2 + 𝑗𝑎𝐼2 ′𝑋2  E1 = aV2 + I2’ (a2R2) + jI2’(a2X2)
𝑎

= V2’ + I2’R2’ + jI2’X2’


dengan V2’ = aV2 ; R2’ = a2R2 ; X2’ = a2X2
(15)
Dengan persamaan (15) maka persamaan (14) menjadi
V1 = E1 + I1R1 + jI1X1; E1 = aV2+ I2’R2’ + jI2’X2’ ; I1 = If + I2’ (16)
I2’, R2’, dan X2’ adalah arus, resistansi , dan reaktansi sekunder yang dilihat oleh sisi
primer. Dari persamaan (16) dibangunlah rangkaian ekivalen transformator seperti gambar
4.7 dibawah ini.

Gambar 4.9 Rangkaian Ekivalen Transformator

Pada transformator yang digunakan pada tegangan bolak-balik yang konstan dengan
frekuensi yang konstan pula (seperti misalnya transformator pada sistem tenaga listrik),
besarnya arus megnetisasi hanya sekitar 2 sampai 5 persen dari arus beban penuh
transformator. Keadaan ini bisa dicapai karena inti transformator dibangun dari material
dengan permeabilitas magnetik yang tinggi. Oleh karena itu, jika If diabaikan terhadap I1
kesalahan yang terjadi dapat dianggap cukup kecil. Pengabaian ini akan membuat rangkaian
ekivalen menjadi lebih sederhana seperti terlihat pada gambar 4.10.
Gambar 4.10 Rangkaian Ekivalen Transformator yang Disederhanakan

4.1.6 Rugi-Rugi Pada Transformer


A. Rugi Arus Pusar (eddy current)

Arus pusar adalah arus yang mengalir pada material inti karena tegangan yang
diinduksi oleh fluks. Arah pergerakan arus pusar adalah 90 O terhadap arah fluks seperti
terlihat pada Gambar 4.10.

Gambar 4.10 Arus pusar yang berputar pada material inti

Dengan adanya resistansi dari material inti maka arus pusar dapat menimbulkan panas
sehingga mempengaruhi sifat fisik material inti tersebut bahkan hingga membuat transformer
terbakar. Untuk mengurangi efek arus pusar maka material inti harus dibuat tipis dan
dilaminasi sehingga dapat disusun hingga sesuai tebal yang diperlukan. Rugi arus pusar dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan :
Pe = ke . f2 . t2 . B2max (17)
pe = Rugi arus pusar [w/kg]

ke = Konstanta material inti

f = frekuensi [Hz]

t = ketebalan material [m]

Bmax = Nilai puncak medan magnet [T]

B. Rugi Hysterisis

Rugi hysterisis terjadi karena respon yang lambat dari material inti. Hal ini terjadi
karena masih adanya medan magnetik residu yang bekerja pada material, jadi saat arus
eksitasi bernilai 0, fluks tidak serta merta berubah menjadi 0 namun perlahan-lahan menuju 0.
Sebelum fluks mencapai nilai 0 arus sudah mulai mengalir kembali atau dengan kata lain arus
sudah bernilai tidak sama dengan 0 sehingga akan membangkitkan fluks kembali. Grafik
hysterisis dapat dilihat pada Gambar 4.11.

Gambar 4.11 Grafik hysterisis Iex terhadap Φ


Rugi hysterisis ini memperbesar arus eksitasi karena medan magnetik residu
mempunyai arah yang berlawanan dengan medan magnet yang dihasilkan oleh arus eksitasi.
Untuk mengurangi rugi ini, material inti dibuat dari besi lunak yang umum digunakan adalah
besi silikon. Besarnya rugi hysterisis dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan 18.
Ph = kh . f2 . Bnmax (18) 
Ph = Rugi arus pusar [w/kg]
Kh = Konstanta material inti
f = frekuensi [Hz]
Bmax = Nilai puncak medan magnet [T]
n = Nilai eksponensial, tergantung material dan Bmax

Rugi hysteris maupun rugi arus pusar bernilai tetap, tidak bergantung pada besarnya
beban.

C. Rugi Tembaga

Rugi tembaga adalah rugi yang dihasilkan oleh konduktor/tembaga yang digunakan
sebagai bahan pembuat kumparan. Rugi ini diakibatkan oleh adanya resistansi bahan. Nilai
resistansi konduktor dapat dihitung dengan Persamaan 19.

ρ. l
R =  (19)
𝐴
R = Tahanan (Ohm)
 = Tahanan jenis (Ohm.m)
l = Panjang (m)
A = Luas penampang (m2)

Sedangkan untuk menghitung kerugian tembaga itu sendiri dapat mempergunakan


Persamaan 20 untuk sisi primer dan Persamaan 21 untuk sisi sekunder.

P cp I2 p Rp (20)


P cs I2s R s (21)

Pcp = Rugi konduktor primer


Pcs = Rugi konduktor sekunder
Ip = Arus pada kumparan primer
Is = Arus pada kumparan sekunder
Rp = Tahanan kumparan primer, didapat dari Persamaan 20
Rs = Tahanan kumparan sekunder, didapat dari Persamaan 20

Dengan memperhatikan persamaan 20 dan persamaan 21 terlihat bahwa besarnya arus


yang mengalir pada kumparan berpengaruh terhadap besarnya rugi konduktor, dengan kata
lain besarnya beban mempengaruhi besarnya nilai kerugian.

4.1.7 Efisiensi Transformer


Efisiensi transformer adalah perbandingan antara daya output yang dihasilkan
dibanding dengan daya input masukannya.
𝑃𝑜𝑢𝑡
Efisiensi = x 100 %
𝑃𝑖𝑛
𝑉𝑜𝑢𝑡 𝑥 𝐼𝑜𝑢𝑡
= x 100%
𝑉𝑖𝑛 𝑥 𝐼𝑖𝑛
4.1.8 Transformer Tiga Fasa
Konstruksi suatu trafo tiga fasa terdiri dari rangaian tiga buah trafo satu fasa

Gambar 4.12 Konstruksi Transformator Tiga Fasa

Namun pada saat ini untuk transformer tiga fasa sudah menggunakan satu buah core
untuk ketiga fasanya. Pada dasarnya formulasi trafo tiga fasa dikembangkan atau merupakan
jumlah vektor dari tiga buah trafo satu fasa. Jadi :
P3 Fasa = P1 + P2 + P3
= I1.V1 + I2.V2 + I3.V3
= 3.I.V
Rumus di atas berlaku baik pada trafo terhubung bintang maupun segitiga,
dengan catatan bahwa arus (i) dan tegangan (v) adalah arus dan tegangan trafo satu
fasa (bukan arus dan tegangan line).

4.1.9 Formulasi Trafo Tiga Fasa


A. Bila Rangkaian Primer Atau Sekunder Trafo Terhubung Bintang

ILine = IFasa
VRS = VR – VS
= VR . √3
Gambar 4.13 Rangkaian Terhubung Bintang

VRS = VLL = Voltage line to line


VR = VS = VT = VLN
= Voltage line to netral

P3 Fasa = Daya Trafo Tiga Fasa

VLL = VLN. 3 Maka VLN = VLL / 3


P3 Fasa = 3.I.VLN
= 3.I.(VLL/ 3)
= I.VLL. 3
B. Bila Rangkaian Primer Atau Sekunder Trafo Terhubung Delta

Gambar 4.14 Rangkaian Terhubung Delta

VLine = VFasa
IR = Ir – It

= Ir.√3.

IR = IS = IT = ILine = Arus Line


Ir = Is = It = IFasa = Arus Fasa
VRS = VST = VTR
= Tegangan Line

P3 Fasa = Daya Trafo Tiga Fasa

ILine = IFasa. 3 Maka IFasa = ILine / 3


P3 Fasa = 3 . IFasa . V = 3.(Iline / 3).V
= ILine.V. 3

Jadi daya trafo tiga fasa adalah :


P = V x I x 3
bila bebannya impedansi maka :
P = V x I x Cos x 3

4.1.10 Vector Group Transformator


Pada transformator, vector group merupakan salah satu identitas yang dapat
ditemukan pada nameplate transformator, vector group transformator menyatakan bagaimana
jenis konfigurasi belitan transformator pada bagian tegangan tinggi dan pada bagian tegangan
rendah.
Jenis vector grup transformator sangat penting sebelum mengkoneksikan dua atau
lebih transformator secara paralel, apabila terjadi hubungan paralel antara dua atau lebih
transformator dengan vector group yang berbeda maka akan terjadi perbedaan fasa pada
bagian sekunder transformator, sehingga mengakibatkan perbedaan potensial dan akan
mengalirkan arus pada bagaian sekunder antar transformator tersebut, efek yang terjadi arus
akan sangat merusak transformator yang dioperasikan.
Mengacu pada standart IEC (Interational Electrotechnical Commision), penulisan
notasi vector group transformator terdiri dari dua huruf atau lebih yang diikuti dengan satu
atau dua digit angka, berikut adalah penjelasannya :
1. Huruf pertama menggunakan huruf kapital D, Y, Z untuk bagian tegangan tinggi
transformator. D untuk hubungan delta (∆), Y untuk hubungan wye (Y), dan Z untuk
hubunganzig zag (interconnected star),
2. Huruf kedua merupakan huruf kapital dengan ukuran lebih kecil berupa huruf N,
huruf tersebut menandakan adanya titik netral pada bagian tegangan tinggi transformator,
3. Huruf ketiga merupakan huruf non kapital d, y, z untuk bagian tegangan rendah
transformator, d memiliki arti hubung delta (∆), y untuk hubungan wye (Y), dan z untuk
hubungan zig zag (interconnected star),
4. Huruf keempat menggunakan huruf non kapital n yang menyatakan adanya titik
netral pada bagian tegangan rendah,
5. Simbol kelima berupa angka yang terdiri dari satu atau dua digit, angka ini
mengacu pada bilangan jam 1-12 yang menunjukkan besarnya perbedaan fasa antara bagian
primer dengan bagian sekunder transformator.
Contoh :
 Vector group Dyn-1. Memiliki arti bahwa bagian primer terhubung secara delta (∆),
bagain sekunder terhubung secara wye (Y), pada bagain sekunder terdapat titik netral,
dan perbedaan fasa antara primer dengan sekunder menunjuk angka jam 1, yaitu 30o.

 Ynd-5. Memiliki arti bagian primer terhubung secara wye (Y), terdapat titik netral
pada bagian primer, bagian sekunder terhubung secara delta (∆), dan perbedaan fasa
antara primer dengan sekunder menunjuk angka 5, yaitu sebesar 150o.

Untuk menentukan jenis vector group transformator mengacu pada hal-hal berikut :
1. Bagian primer ditetapkan sebagai sisi tegangan tinggi (HV), dan bagian sekunder
ditetapkan sebagai sisi tegangan rendah (LV),
2. Angka jam pada notasi transformator yaitu dari jam 1 – 12, satu putaran jam adalah
360o dan terdiri dari 12 angka, sehingga sudut antara angka jam yang berurutan
besarnya adalah 30o,
3. Bagian tegangan tinggi (primer) dianggap sebagai jarum panjang, dan ditetapkan pada
posisi jam 12. Bagian tegangan rendah (sekunder) dianggap sebagai jarum pendek dan
bebas untuk bergerak,
4. Sudut antara jarum panjang dan jarum pendek menunjukan perbedaan sudut fasa
antara bagian primer dengan sekunder.
Tabel 4.1 Kelompok Vector Group Transformator Berdasarkan Standar IEC 60076
4.1.11 Bagian – Bagian Transformator (Aktual)
1. Inti besi
Inti besi berfungsi untuk mempermudah jalan fluksi, yang ditimbulkan oleh arus
listrik yang melalui kumparan. Pada transformator, inti besi dibuat dari lempengan –
lempengan besi tipis yang berisolasi, untuk mengurangi panas (sebagai rugi - rugi besi) yang
ditimbulkan oleh “Eddy Current”.

Gambar 4.15 Inti Besi

2. Kumparan
Beberapa lilitan kawat berisolasi akan membentuk suatu kumparan. Kumparan
tersebut di-isolasi, baik terhadap inti besi maupun terhadap kumparan lain disebelahnya
dengan isolasi padat, seperti karton, pertinax.
Gambar 4.16 Kumparan

3. Minyak Transformator
Sebagian besar trafo tenaga, kumparan-kumparan dan intinya direndam dalam minyak
trafo, terutama trafo-trafo tenaga yang berkapasitas besar, karena minyak trafo mempunyai
sifat sebagai media pemindah panas (di sirkulasi), dan bersifat sebagai isolasi (daya tegangan
tembus tinggi), sehingga minyak trafo tersebut berfungsi sebagai media pendingin dan
isolasi.

Gambar 4.17 Minyak transformator


4. Tangki dan Konservator
Pada umumnya bagian-bagian dari trafo yang terendam minyak trafo berada
(ditempatkan) dalam tangki. Untuk menampung pemuaian minyak trafo, tangki dilengkapi
dengan konservator.

Gambar 4.18 Tangki

Gambar 4.19 Konservator


5. Bushing
Hubungan antara kumparan trafo ke jaringan luar melalui sebuah bushing, yaitu
sebuah konduktor yang diselubungi oleh isolator, yang sekaligus berfungsi sebagai penyekat
antara konduktor tersebut dengan tangki trafo.

Gambar 4.20 Bushing


6. Pendingin
Pada inti besi dan kumparan-kumparan akan timbul panas, akibat rugi-rugi besi dan
rugi-rugi tembaga. Bila panas tersebut mengakibatkan kenaikan suhu yang berlebihan, akan
merusak isolasi (di dalam trafo), maka untuk mengurangi kenaikan suhu yang berlebihan
tersebut trafo perlu dilengkapi dengan alat/system pendingin untuk menyalurkan panas keluar
trafo. Media yang dipakai pada system pendingin dapat berupa: udara/gas, minyak, dan air.
Sedangkan pengalirannya (sirkulasi) dapat dengan cara alamiah (natural) atau
tekanan/paksaan.
Tabel 4.2 Jenis – Jenis Sistem Pendingin Transformaor

MEDIA
N MACAM Dalam Transformator Luar Transformator
NO SISTEM PENDINGIN* Sirkulasi Sirkulasi Sirkulasi Sirkulasi
Alamiah Paksa Alamiah Paksa

1 - - Udara -
AN
1
1 - - - Udara
AF
2
3 Minyak - Udara -
ONAN
3
4 Minyak - - Udara
ONAF
4
5 - Minyak Udara -
OFAN
5
6 - Minyak - Udara
OFAF
6
7 - Minyak - Air
OFWF
7
8 Kombinasi
ONAN/ONAF
8 3 dan 4
9 Kombinasi
ONAN/OFAN
9 3 dan 5
1 Kombinasi
ONAN/OFAF
10 3 dan 6
1 Kombinasi
ONAN/OFWF
11 3 dan 7
7. Tap Changer
Merupakan alat pengubah perbandingan transformasi untuk mendapatkan tegangan
operasi sisi sekunder yang konstan/stabil (diinginkan) dari tegangan jaringan/sisi primer yang
berubah-ubah. Kualitas operasi tenaga listrik jika tegangan nominalnya sesuai ketentuan, tapi
pada saat operasi dapat saja terjadi penurunan tegangan sehingga kualitasnya menurun, untuk
itu perlu alat pengatur tegangan agar tegangan selalu pada kondisi terbaik, konstan dan
berkelanjutan. Tap changer dapat dilakukan baik dalam keadaan berbeban (on-load) atau
dalam keadaan tak berbeban (off load) tergantung pada jenisnya.

8. Alat Pernapasan (Dehydrating Breather)


Sebagai tempat penampungan pemuaian minyak isolasi akibat panas yang timbul,
maka minyak ditampung pada tangki yang sering disebut sebagai konservator. Pada
konservator ini permukaan minyak diusahakan tidak boleh bersinggungan dengan udara,
karena kelembaban udara yang mengandung uap air akan mengkontaminasi minyak
walaupun proses pengkontaminasinya berlangsung cukup lama. Untuk mengatasi hal
tersebut, udara yang masuk kedalam tangki konservator pada saat minyak menjadi dingin
memerlukan suatu media penghisap kelembaban, yang digunakan biasanya adalah silica gel.
Kebalikan jika trafo panas maka pada saat menyusut maka akan menghisap udara dari luar
masuk kedalam tangki dan untuk menghindari terkontaminasi oleh kelembaban udara maka
diperlukan suatu media penghisap kelembaban yang digunakan biasanya adalah silica gel,
yang secara khusus dirancang untuk maksud tersebut diatas.
Gambar 4.21 Alat Pernapasan (Dehydrating Breather)

9. Thermometer / Temperature Gauge


Alat ini berfungsi untuk mengukur tingkat panas dari trafo, baik panasnya kumparan
primer dan sekunder juga minyak trafonya. Thermometer ini bekerja atas dasar air raksa
(mercuri/Hg) yang tersambung dengan tabung pemuaian dan tersambung dengan jarum
indikator derajat panas. Beberapa thermometer dikombinasikan dengan panas dari resistor
(khusus yang tersambung dengan transformator arus, yang terpasang pada salah satu fasa fasa
tengah) dengan demikian penunjukan yang diperoleh adalah relatif terhadap panas
sebenarnya yang terjadi.
Gambar 4.22 Thermometer

10. Permukaan minyak / Level Gauge


Alat ini berfungsi untuk penunjukan tinggi permukaan minyak yang ada pada
konservator. Ada beberapa jenis penunjukan, seperti penunjukan lansung yaitu dengan cara
memasang gelas penduga pada salah satu sisi konservator sehingga akan mudah mengetahui
level minyak. Sedangkan jenis lain jika konservator dirancang sedemikian rupa dengan
melengkapi semacam balon dari bahan elastis dan diisi dengan udara biasa dan dilengkapi
dengan alat pelindung seperti pada sistem pernapasan sehingga pemuaian dan penyusutan
minyak-udara yang masuk kedalam balon dalam kondisi kering dan aman.

11. Relai Bucholz


Penggunaan relai deteksi gas (Bucholtz) pada Transformator terendam minyak yaitu
untuk mengamankan transformator yang didasarkan pada gangguan Transformator seperti :
arcing, partial discharge dan over heating yang umumnya menghasilkan gas. Gas-gas tersebut
dikumpulkan pada ruangan relai dan akan mengerjakan kontak-kontak alarm.
Relai deteksi gas juga terdiri dari suatu peralatan yang tanggap terhadap
ketidaknormalan aliran minyak yang tinggi yang timbul pada waktu transformator terjadi
gangguan serius. Peralatan ini akan menggerakkan kontak trip yang pada umumnya
terhubung dengan rangkaian trip Pemutus Arus dari instalasi transformator tersebut.

Gambar 4.23 Relai Bucholz

4.1.12 Jenis – Jenis Transformator

1. Trafo Daya
Trafo ini biasanya digunakan di GI, GI pembangkit maupun GI distribusi. Dimana trafo
ini memiliki kapasitas daya yang besar. Di GI pembangkit, trafo ini digunakan untuk
menaikkan tegangan ke tegangan transmisi/tinggi (150/500 kV). Sedangkan di GI distribusi,
trafo digunakan untuk menurunkan tegangan transmisi ke tegangan primer/menengah
(11,6/20 kV).
 Berdasarkan Pengubah Tegangan

1. Step-Up

Gambar 4.24 Lambang Transformator Step-Up

Transformator step-up adalah transformator yang memiliki lilitan sekunder lebih


banyak daripada lilitan primer, sehingga berfungsi sebagai penaik tegangan. Transformator
ini biasa ditemui pada pembangkit tenaga listrik sebagai penaik tegangan yang dihasilkan
generator menjadi tegangan tinggi yang digunakan dalam transmisi jarak jauh.

2. Step-Down

Gambar 4.25 Lambang Transformator Step-Down

Transformator step-down memiliki lilitan sekunder lebih sedikit daripada lilitan


primer, sehingga berfungsi sebagai penurun tegangan. Transformator jenis ini sangat mudah
ditemui, terutama dalam adaptor AC-DC.
 Trafo Instrumen
1. Current Transformer
Current transformer mengukur aliran listrik dan memberikan masukan untuk
kekuasaan transformer dan instrumen. Current transformer baik menghasilkan arus bolak-
balik atau tegangan bolak-balik yang sebanding dengan arus yang diukur.
Ada dua tipe dasar transformator saat ini: wound dan toroida. Transformer wound saat
ini terdiri dari integral belitan primer yang dimasukkan secara seri dengan konduktor yang
membawa arus yang diukur. Toroidal atau berbentuk donat transformer saat ini tidak
mengandung belitan primer. Sebaliknya, kawat yang membawa arus threaded melalui jendela
di transformator toroida. Beberapa CTS dibuat untuk engsel terbuka, memungkinkan insersi
sekitar konduktor listrik konduktor tanpa mengganggu sama sekali. Standar industri untuk
arus sekunder CT adalah kisaran 0 hingga 5 ampere AC. Seperti PTS, CTS dapat dibuat
dengan rasio berliku custom untuk memenuhi hampir semua aplikasi. Karena mereka "beban
penuh" arus sekunder adalah 5 ampere, rasio CT biasanya digambarkan dalam hal beban
penuh ampere utama sampai 5 ampere, seperti ini:

Gambar 4.26 Metering Current transformer


2. Potential Transformer
Transformer juga dapat digunakan dalam sistem instrumentasi listrik. Karena
transformer kemampuan untuk meningkatkan atau turun tegangan dan arus, dan listrik isolasi
yang mereka berikan, mereka dapat berfungsi sebagai cara untuk menghubungkan peralatan
listrik tegangan tinggi, sistem tenaga arus tinggi. Misalkan kita ingin secara akurat mengukur
tegangan 11 kV sebuah power sistem.

11 KV

Gambar 4.27 Aplikasi Instrumentasi: "Potensi transformator" skala tegangan tinggi ke nilai
aman diterapkan pada voltmeter konvensional.

Sekarang voltmeter membaca fraksi yang tepat, atau rasio, dari sistem yang
sebenarnya tegangan, mengatur skala untuk membaca seolah-olah mengukur tegangan secara
langsung. Transformator instrumen menjaga tegangan pada tingkat yang aman dan
mengisolasi listrik dari sistem , sehingga tidak ada hubungan langsung antara saluran listrik
dan instrumen atau kabel instrumen. Ketika digunakan dalam kapasitas ini, trafo disebut
Potensi Transformer, atau hanya PT.
Potensial transformer dirancang untuk memberikan seakurat tegangan rasio stepdown.
Untuk membantu dalam regulasi tegangan yang tepat, beban seminimal mungkin: voltmeter
dibuat untuk memiliki impedansi masukan yang tinggi sehingga menarik sedikit arus dari PT.
Seperti yang dapat lihat, pada gambar 4.27. Sumbu telah terhubung secara seri dengan
gulungan primer PT, untuk keselamatan dan kemudahan memutus tegangan dari PT. Standar
tegangan sekunder untuk sebuah PT adalah 120 volt AC, untuk full-rated tegangan listrik.
Rentang voltmeter standar untuk menemani PT adalah 150 volt, skala penuh. PTS dengan
rasio berliku kustom dapat dibuat sesuai dengan aplikasi apapun. Ini cocok baik untuk
standarisasi industri voltmeter yang sebenarnya instrumen sendiri, karena PT akan menjadi
ukuran untuk langkah sistem tegangan ke tingkat instrumen standar ini.

4.1.13 Jenis – Jenis Pendingin Pada Transformator

Terdapat dua jenis pendingin pada transformator, diantaranya adalah:


A. Tipe Kering
1. AN : Pendingin udara natural
Udara disekitar digunakan untuk pendinginan. Metode ini biasanya dipakai
untuk transformator dengan kapasitas daya sampai dengan 1,5 MVA.

Gambar 4.28 Transformator dengan Pendingin Jenis AN

Gambar 4.29 Nameplate Transformator dengan Pendingin Jenis AN


2. AF : Pendinginan udara terpompa
Udara ditiupkan paksa ke permukaan tangki untuk menambah laju disipasi
panas. Kipas-kipas pendingin dinyalakan saat temperatur pada belitan meningkat di atas batas
yang diperbolehkan.

B. Tipe Basah
1. ONAN : Oil Natural Air Natural
Pada tipe ini udara dan oli akan bersikulasi dengan alami. Perputaran oli akan
dipengaruhi oleh suhu dari oli tersebut.

Gambar 4.30 Pendinginan Tipe ONAN

2. ONAF : Oil Natural Air Forced


Pada tipe ini oli akan bersikulasi dengan alami namun saat oli melalui radiator oli
akan didinginkan dibantu dengan kipas/fan.
Gambar 4.31 Pendinginan Tipe ONAF

3. OFAF : Oil Forced Air Forced


Pada tipe ini oli akan didinginkan dengan bantuan pompa agar sirkulasi semakin cepat
dan juga dibantu kipas/fan pada radiatornya. Khusus jenis trafo tenaga tipe basah, kumparan-
kumparan dan intinya direndam dalam minyak-trafo, terutama trafo-trafo tenaga yang
berkapasitas besar, karena minyak trafo mempunyai sifat sebagai media pemindah panas dan
bersifat pula sebagai isolasi ( tegangan tembus tinggi ) sehingga berfungsi sebagai media
pendingin dan isolasi. Untuk itu minyak trafo harus memenuhi persyaratan sbb. :
a. Ketahanan isolasi harus tinggi ( >10kV/mm )
b. Berat jenis harus kecil, sehingga partikel-partikel inert di dalam minyak dapat
mengendap dengan cepat.
c. Viskositas yang rendah agar lebih mudah bersirkulasi dan kemampuan pendinginan
menjadi lebih baik.
d. Titik nyala yang tinggi, tidak mudah menguap yg dapat membahayakan
e. Tidak merusak bahan isolasi padat ( sifat kimia ).

4. OFWF : Oil Forced Water Forced

Merupakan transformator dengan minyak sebagai pendingin belitan yang bersirkulasi


secara paksa atau buatan dan air sebagai pendingin luar yang bersirkulasi secara paksa atau
buatan.
Transformator daya dengan rating daya yang besar dan memiliki rentang penggunaan
daya yang lebar pada umumnya menggunakan gabungan dari tiga jenis sistem pendingin,
yaitu ONAN, ONAF, dan OFAF. Biasanya transformator tersebut dilengkapi oleh sensor
temperatur analog. Sensor ini biasanya sudah diatur agar sistem pendingin dapat diubah
konfigurasinya ketika temperatur transformator mencapai batasan tertentu. Misal ketika
temperatur 0oC – 50oC digunakan sistem ONAN, antara 50oC – 60oC digunakan sistem
ONAF (kipas angin menyala), dan ≥ 60oC digunakan sistem OFAF (pompa minyak
menyala).

4.2 PENGERTIAN POWER TRANSFORMER (GSU)

Power Transformer (GSU) adalah transformator yang berfungsi sebagai penaik


tegangan. Transformator ini menaikkan tegangan yang dihasilkan oleh generator.
Tegangan awal yang dihasilkan oleh generator pada sistem pembangkit listrik di RPE
adalah 11 kV. Kemudian tegangan akan dinaikkan oleh transformator ini hingga menjadi
150 kV. Karena berfungsi sebagai penaik tegangan, maka transformator daya (GSU) ini
tergolong transformator step up.

Power transformer (GSU) yang dimiliki oleh RPE terdiri dari TB01, TB02,
TB03,TB04, TB05, TB06, dan TB07. Ketujuh transformator ini merupakan
transformator yang tergolong jenis step up, karena transformator ini menaikkan
tegangan 11 kV yang diterima dari generator menjadi 150 kV. Pada laporan ini, akan
membahas Power Transformer (GSU) TB06.
Gambar 4.32 Power Transformator (GSU) TB06

4.3 Komponen-Komponen Pada Power Transformator (GSU) TB06

Pada dasarnya komponen-komponen pada transformator TB06 ini, sama dengan


komponen-komponen trafo pada umumnya.

1. Inti besi
Inti besi berfungsi untuk mempermudah jalan fluksi, yang ditimbulkan oleh arus
listrik yang melalui kumparan. Pada transformator, inti besi dibuat dari lempengan –
lempengan besi tipis yang berisolasi, untuk mengurangi panas (sebagai rugi - rugi besi) yang
ditimbulkan oleh “Eddy Current”.
Gambar 4.33 Inti Besi

2. Kumparan
Beberapa lilitan kawat berisolasi akan membentuk suatu kumparan. Kumparan
tersebut di-isolasi, baik terhadap inti besi maupun terhadap kumparan lain disebelahnya
dengan isolasi padat, seperti karton, pertinax.

Gambar 4.34 Kumparan


3. Minyak Transformator
Sebagian besar trafo tenaga, kumparan-kumparan dan intinya direndam dalam minyak
trafo, terutama trafo-trafo tenaga yang berkapasitas besar, karena minyak trafo mempunyai
sifat sebagai media pemindah panas (di sirkulasi), dan bersifat sebagai isolasi (daya tegangan
tembus tinggi), sehingga minyak trafo tersebut berfungsi sebagai media pendingin dan
isolasi.

Gambar 4.35 Minyak transformator


4. Tangki dan Konservator
Pada umumnya bagian-bagian dari trafo yang terendam minyak trafo berada
(ditempatkan) dalam tangki. Untuk menampung pemuaian minyak trafo, tangki dilengkapi
dengan konservator.

5. Bushing
Hubungan antara kumparan trafo ke jaringan luar melalui sebuah bushing, yaitu
sebuah konduktor yang diselubungi oleh isolator, yang sekaligus berfungsi sebagai penyekat
antara konduktor tersebut dengan tangki trafo. Bushing pada transformator TB06 ini memiliki
ukuran yang lebih besar dan lebih panjang. Karena tegangan dan arus yang dihantarkan juga
lebih besar.
Gambar 4.36 Bushing Pada Transformator TB06
6. Pendingin
Pada inti besi dan kumparan-kumparan akan timbul panas, akibat rugi-rugi besi dan
rugi-rugi tembaga. Bila panas tersebut mengakibatkan kenaikan suhu yang berlebihan, akan
merusak isolasi (di dalam trafo), maka untuk mengurangi kenaikan suhu yang berlebihan
tersebut trafo perlu dilengkapi dengan alat/system pendingin untuk menyalurkan panas keluar
trafo. Tipe pendinginan yang digunakan pada trafo TB06 ini adalah ONAN/ONAF. Tetapi
pada saat ini, tipe pendinginan ONAF lebih digunakan karena lebih bagus dari pada ONAN.
Pada tipe ONAF, oli akan bersikulasi dengan alami namun saat oli melalui radiator oli akan
didinginkan dibantu dengan kipas/fan.

Gambar 4.37 Pendingin (Fan) Pada Transformator TB06


7. Tap Changer
Merupakan alat pengubah perbandingan transformasi untuk mendapatkan tegangan
operasi sisi sekunder yang konstan/stabil (diinginkan) dari tegangan jaringan/sisi primer yang
berubah-ubah. Kualitas operasi tenaga listrik jika tegangan nominalnya sesuai ketentuan, tapi
pada saat operasi dapat saja terjadi penurunan tegangan sehingga kualitasnya menurun, untuk
itu perlu alat pengatur tegangan agar tegangan selalu pada kondisi terbaik, konstan dan
berkelanjutan. Tap changer dapat dilakukan baik dalam keadaan berbeban (on-load) atau
dalam keadaan tak berbeban (off load) tergantung pada jenisnya.

8. Alat Pernapasan (Dehydrating Breather)


Sebagai tempat penampungan pemuaian minyak isolasi akibat panas yang timbul,
maka minyak ditampung pada tangki yang sering disebut sebagai konservator. Pada
konservator ini permukaan minyak diusahakan tidak boleh bersinggungan dengan udara,
karena kelembaban udara yang mengandung uap air akan mengkontaminasi minyak
walaupun proses pengkontaminasinya berlangsung cukup lama. Untuk mengatasi hal
tersebut, udara yang masuk kedalam tangki konservator pada saat minyak menjadi dingin
memerlukan suatu media penghisap kelembaban, yang digunakan biasanya adalah silica gel.
Kebalikan jika trafo panas maka pada saat menyusut maka akan menghisap udara dari luar
masuk kedalam tangki dan untuk menghindari terkontaminasi oleh kelembaban udara maka
diperlukan suatu media penghisap kelembaban yang digunakan biasanya adalah silica gel,
yang secara khusus dirancang untuk maksud tersebut diatas.

9. Thermometer / Temperature Gauge


Alat ini berfungsi untuk mengukur tingkat panas dari trafo, baik panasnya kumparan
primer dan sekunder juga minyak trafonya. Thermometer ini bekerja atas dasar air raksa
(mercuri/Hg) yang tersambung dengan tabung pemuaian dan tersambung dengan jarum
indikator derajat panas. Beberapa thermometer dikombinasikan dengan panas dari resistor
(khusus yang tersambung dengan transformator arus, yang terpasang pada salah satu fasa fasa
tengah) dengan demikian penunjukan yang diperoleh adalah relatif terhadap panas
sebenarnya yang terjadi.
10. Oil dan Winding Temperature
Oil dan Winding temperature ini merupakan alat yang berfungsi untuk mengukur
temperatur atau suhu pada minyak trafo dan belitan trafo. Temperatur minyak trafo harus
lebih rendah (lebih dingin) dibandingkan dengan temperatur belitan trafo. Hal ini dikarenakan
fungsi minyak trafo sebagai pendingin pada belitan trafo. Maka untuk mengukur dan melihat
temperatur minyak dan belitan ini, trafo dilengkapi dengan oil dan winding temperature.

11. Permukaan minyak / Oil Level Gauge


Alat ini berfungsi untuk penunjukan tinggi permukaan minyak yang ada pada
konservator. Ada beberapa jenis penunjukan, seperti penunjukan lansung yaitu dengan cara
memasang gelas penduga pada salah satu sisi konservator sehingga akan mudah mengetahui
level minyak. Sedangkan jenis lain jika konservator dirancang sedemikian rupa dengan
melengkapi semacam balon dari bahan elastis dan diisi dengan udara biasa dan dilengkapi
dengan alat pelindung seperti pada sistem pernapasan sehingga pemuaian dan penyusutan
minyak-udara yang masuk kedalam balon dalam kondisi kering dan aman.

12. Relai Bucholz


Penggunaan relai deteksi gas (Bucholtz) pada Transformator terendam minyak yaitu
untuk mengamankan transformator yang didasarkan pada gangguan Transformator seperti :
arcing, partial discharge dan over heating yang umumnya menghasilkan gas. Gas-gas tersebut
dikumpulkan pada ruangan relai dan akan mengerjakan kontak-kontak alarm.
Relai deteksi gas juga terdiri dari suatu peralatan yang tanggap terhadap
ketidaknormalan aliran minyak yang tinggi yang timbul pada waktu transformator terjadi
gangguan serius. Peralatan ini akan menggerakkan kontak trip yang pada umumnya
terhubung dengan rangkaian trip Pemutus Arus dari instalasi transformator tersebut.

13. Pressure Relief Arrester


Pressure Relief Arrester adalah suatu alat untuk melindungi isolasi atau peralatan
listrik (trafo) terhadap tegangan lebih yang diakibatkan oleh sambaran petir atau tegangan
transient yang tinggi dari suatu penyambungan atau pemutusan rangkaian (sirkuit), dengan
jalan mengalirkan arus denyut (surge current) ke tanah serta membatasi berlangsungnya arus
ikutan (follow current) serta mengembalikan keadaan jaringan ke keadaan semula tanpa
mengganggu sistem.

4.3 PRINSIP KERJA POWER TRANSFORMATOR (GSU) TB06

Prinsip kerja transformator TB06 sama hal nya dengan transformator step up. Karena
berdasarkan uraian diatas, TB06 tergolong kedalam transformator step up. Dari simplified
one line diagram pada lampiran, dapat dilihat bahwa TB06 menerima tegangan yang berasal
dari TG6. Pada TG6, tegangan yang dihasilkan adalah 11 kV kemudian tegangan tersebut
diterima oleh TB06 untuk dinaikkan menjadi 150 kV. Tegangan ini dinaikkan untuk
mengurangi rugi-rugi daya pada saluran. Sesuai dengan rumus:
P =V.I
= (I .R) I
= I2 . R
Dari rumus diatas, dapat dilihat bahwa jika tegangan dinaikkan maka rugi-rugi daya akan
berkurang.

4.4 SPESIFIKASI TRANSFORMATOR TB06 BERDASARKAN NAMEPLATE

Transformator TB06 merupakan transformator daya 3 fasa dengan tipe DOR 150 000
/ 130 E. Nomor spesifikasi nya adalah IEC 76. Frekuensi yang digunakan adalah 50 Hz.

1. Metode pendinginan
Pada trafo TB06 ini, metode pendinginan yang digunakan adalah ONAN/ONAF. Pada
tipe ONAN (Oil Natural Air Natural) udara dan oli akan bersikulasi dengan alami. Perputaran
oli akan dipengaruhi oleh suhu dari oli tersebut. Sementara pada tipe ONAF (Oil Natural Air
Forced) oli akan bersikulasi dengan alami namun saat oli melalui radiator oli akan
didinginkan dibantu dengan kipas/fan. Pada saat ini metode ONAF lebih banyak digunakan
pada trafo TB karena metode ONAF lebih bagus dari pada metode ONAN.
2. Winding / Insulation Level
Pada sisi HV (High Voltage) insulation levelnya adalah LI650 AC275. Yang artinya
pada TB06 ini di sisi HV, dapat mengisolasi hingga tegangan 650 kV jika ada lightning
impuls yang menyambar trafo dan mampu menahan tegangan AC hingga 275 kV pada
frekuensi 50 Hz selama 1 menit. Sementara itu pada sisi LV (Low Voltage) insulation
levelnya adalah LI75 AC28. Yang artinya pada TB06 ini di sisi LV, dapat mengisolasi hingga
tegangan 75 kV jika ada lightning impuls yang menyambar trafo dan mampu menahan
tegangan AC hingga 28 kV pada frekuensi 50 Hz selama 1 menit.

3. Rated Power
Daya yang dimiliki oleh transformator TB06 ini pada sisi High Voltage dan Low
Voltage nya adalah sebesar 78400/140000 kVA.

4. Rated Voltage
Pada Tap 1, sisi primer membutuhkan tegangan sebesar 173250 V untuk
menghasilkan tegangan sebesar 11000 V pad sisi sekunder. Sementara pada tap 9, 9a, 9b sisi
primer membutuhkan tegangan sebesar 157500 V untuk menghasilkan tegangan sebesar
11000 V pada sisi sekunder. Pada tap 17, sisi primer membutuhkan tegangan sebesar 141750
V untuk menghasilkan tegangan sebesar 11000 V pada sisi sekunder.

5. Rated Current
Pada sisi HV, nilai arus yang dimiliki oleh trafo TB06 adalah 287/513 A. Kemudian
pada sisi LV, nilai arus yang dimiliki oleh trafo TB06 adalah 4115/7348 A.

6. Rated Current pada Tap Changer


Nilai arus pada tap changer yang dimiliki oleh transformator TB06 ini adalah sebesar
570 A.

7. Connection Symbol
Transformator TB06 ini terhubung secara Ynd11, yang artinya bagian primer
terhubung secara wye (Y), terdapat titik netral pada bagian primer, bagian sekunder
terhubung secara delta (∆), dan perbedaan fasa antara primer dengan sekunder menunjuk
angka 11.

4.5 Proteksi Pada Power Transformer TB06


4.5.1 Proteksi Internal pada Power Transformator TB06

1. Relay Bucholz
Relay ini digunakan untuk mendeteksi dan mengamankan transformator
terhadap gangguan didalam transformator yang menimbulkan gas. Gas yang timbul
ini diakibatkan oleh hubung singkat pada kumparan, busur listrik antar laminasi
dan busur listrik akibat kontak yang kurang baik.
Relay bucholz dipasang diantara tangki transformator dan konservator.
Relay ini memberikan indikasi alarm kalau terjadi gangguan didalam transformator
yang relative kecil dan akan memberikan sinyal triping kalau gangguan yang
terjadi transformator serius (cukup membahayakan).

2. Tabung Silicagel / Alat Pernapasan


Prinsip kerja dari silicagel merupakan sebagai pengering atau menghisap
butiran – butiran uap air yang dihasilkan oleh kerja transformator. Sehingga, tangki
transformator tetap kering dan terhindar dari karat bahkan kerusakan lebih luas.
Karena pengaruh naik turunnya beban transformator maupun suhu udara
luar, maka suhu minyak pun akan berubah – ubah mengikuti keadaan tersebut. Bila
suhu minyak tinggi, minyak akan memuai dan mendesak udara diatas permukaan
minyak keluar dari dalam tangki, sebaliknya bila suhu minyak turun maka minyak
menyusut dan udara luar masuk ke dalam tangki.
Kedua proses diatas disebut pernapasan transformator. Permukaan minyak
transformator akan selalu bersinggungan dengan udara luar yang menurunkan nilai
tegangan tembus minyak transformator, maka untuk mencegah hal tersebut pada
ujung pipa penghubung udara luar dilengkapi tabung berisi silicagel blue.
3. Pressure Relief Device
Pressure relief device ini terdiri dari aluminium flange, katup piringandan
gasket (karet tahan minyak yang berfungsi untuk memberikan indikasi dan alarm
apabila relief ini berfungsi). Relay ini berfungsi untuk mengamankan transformator
dari tekanan lebih yang tidak dapat dieliminasi dalam waktu beberapa milidetik
yang dapat menimbulkan ledakan dengan panas yang lebih.

4.5.2 Proteksi Eksternal Power Transformator TB06

1. Rele Arus Lebih (Over Current Relay)


Rele arus lebih merupakan rele yang bekerja berdasarkan adanya kenaikan
arus yang melebihi suatu nilai pengaman tertentu dan jangka waktu tertentu.
Fungsi utama dari rele arus lebih ini adalah untuk mendeteksi adanya arus lebih
kemudian member perintah kepada pemutus beban (PMT) untuk membuka.
Berdasarkan model pengoperasian dan karakteristik waktu kerjanya, di PT. RAPP
rele arus lebih terbagi 3, yaitu:

a. Rele arus lebih seketika (Instantaneous Over Current Relay).


Rele arus lebih dengan karakteristik waktu kerja seketika bekerja jika waktu
rele mulai saat rele arusnya pick up sampai selesainya kerja rele sangat singkat
(<0.05 s), yaitu tanpa penundaan waktu. Rele ini digunakan pada
pengoperasian model Instantaneous Set.

b. Rele arus lebih dengan karakteristik Waktu Tertentu (Definite Time Over
Current Relay).
Rele arus lebih dengan karakteristik waktu tertentu bekerja jika jangka waktu
mulai rele arus pick up sampai selesainya kerja rele diperpanjang dengan nilai
tertentu dan tidak tergantung dari besarnya arus yang menggerakkan. Rele ini
bekerja berdasarkan waktu tunda yang telah ditentukan sebelumnya dan tidak
tergantung pada perbedaan besarnya arus. Rele ini digunakan pada model
pengoperasian High Set.
c. Relay arus lebih dengan karakteristik Waktu Terbalik (Inverse Time Over
Current Relay).
Rele dengan karakteristik waktu terbalik bekerja jika jangka waktu mulai rele
arus pick up sampai selesainya kerja diperpanjang dengan besarnya nilai yang
berbanding terbalik dengan arus yang menggerakkan. Rele ini bekerja dengan
waktu operasi berbanding terbalik terhadap besarnya arus yang terukur oleh
rele. Rele ini mempunyai karakteristik kerja yang dipengaruhi baik oleh waktu
maupun arus. Rele ini digunakan pada model pengoperasian Low Set.

2. Rele Tegangan Lebih (Over Voltage Relay)


Rele tegangan lebih berfungsi untuk memproteksi sistem tenaga listrik
terhadap gangguan tegangan yang melebihi batas yang telah ditetapkan. Tegangan
lebih ini sangat dihindari dalam sistem tenaga listrik karena jika melebihi batas
maksimum yang diizinkan dapat berakibat tembusnya (breakdown) isolasi
peralatan. Di PT. Riau Andalan Pulp and Paper model pengoperasian rele tegangan
lebih menggunakan high set dan low set dengan karakteristik definite time.

3. Thermal Over Load Relay


Thermal over load relay berfungsi untuk mendeteksi adanya peningkatan
panas yang terlalu tinggi atau terlalu lama. Dimana hal ini harus dicegah karena
dapat mengakibatkan peralatan yang diproteksi akan rusak dan usia pakainya lebih
pendek. Kenaikan temperatur ini akan dimonitor oleh thermal over load relay.

4. Rele Differensial.
Pemakaian rele differensial sebagai pengaman transformator diharapkan
mampu mendeteksi gangguan – gangguan internal transformator. Gangguan –
gangguan tersebut, antara lain hubung singkat didalam kumparan dan hubung
singkat antara fase kumparan. Prinsip kerja rele differensial pada transformator
berdasarkan sirkulasi arus masukan atau perbandingan besarnya arus sisi primer
dengan arus sisi sekunder.
5. Rele Arus Gangguan Tanah (Earth Fault Relay).
Rele arus gangguan tanah (earth fault relay) adalah rele yang berfungsi
untuk memproteksi sistem tenaga listrik terhadap gangguan fasa ke tanah.
Gangguan fasa ke tanah adalah terhubungnya konduktor fasa dengan beban atau
tempat yang terhubung dengan tanah sehingga beban atau tempat tersebut
bertegangan dan mengalirkan arus ke tanah. Sama seperti arus lebih, di PT. RAPP
rele arus gangguan tanah memiliki 3 jenis model pengoperasian, yaitu:
a. Operation mode high set, dengan karakteristik definite time.
b. Operation mode instantaneous set, dengan karakteristik instantaneous time.
c. Operation mode low set, dengan karakteristik inverse time.

6. Rele Tegangan Kurang (Under Voltage Relay).


Rele tegangan kurang merupakan rele yang bekerja dengan menggunakan
tegangan sebagai besaran ukur. Rele akan bekerja jika mendeteksi adanya
penurunan tegangan melampaui batas yang telah ditetapkan.
BAB V
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Berikut beberapa kesimpulan yang didapatkan setelah menjalani kerja praktek di PT.
Riau Andalan Pulp and Papper (PT. RAPP), PT. Riau Prima Energi (PT. RPE), Departemen
Power Supply and Distribution.

1. Terdapat tujuh buah transformator step up yang tegangannya berasal dari generator.
Yang diberi take number TB01 sampai dengan TB07. Tegangan yang di step up
adalah dari 11 kV (dari generator) menjadi 150 kV.

2. Tegangan tersebut di step up guna untuk mengurangi rugi – rugi daya pada saluran
transmisi. Semakin tinggi tegangan dinaikkan, maka semakin kecil pula rugi – rugi
daya yang dihasilkan.
DAFTAR PUSTAKA

Utomo, Heri Budi.(2002).Overhaul Trafo Tenaga Tegangan Tinggi & Extra Tinggi.

_ AREVA T&D. (2008). Power Transformers (Vol. 1 Fundamentals). Paris: Areva T&D.

_ AREVA T&D. (2008). Power Transformers (Vol. 2 Expertise). Paris: Areva T&D.

Sudirham, Sudaryatno. Transformator

Rated Voltage (kV) Current (A)


NO Name Tag Power Cooling
Primer Sekunder Primer Sekunder
(MVA)
1 292TB 04 78.4/140 11 157.5 287/513 4115/7348 ONAN/ONAF
2 291TC1 28/40 12 21 770/1100 1347/1925 ONAN/ONAF
3 291TC2 56/75 12 21 1540/2062 2694/3608 ONAN/ONAF
4 292TC10 40/63 150 21 155.2/242.5 1109/1732 ONAN/ONAF
5 231TE301 12.5 20 6.9 361 1046 ONAN
6 231TH311 3.15 20 0.693 90.9 2624 ONAN
7 231TL315 2.00 20 0.40 57.7 2887 ONAN

You might also like