You are on page 1of 79

A.

Nomor Praktikum : 08
B. Judul Praktikum : Variabel Area Tranduser
C. Tujuan Praktikum :
1) Memahami hubungan antara luas resistansi dari suatu bahan.
2) Mengamati bagaimana hubungan yang mungkin terjadi dalam perubahan
area pada transduser.
D. Alat Dan Bahan
 Instrumentation Module TK2941A 1 buah
 Konduktansi Probe 1 buah
 Power Supply DC 1 buah
 Multimeter 1 buah
 AC Voltmeter 5mV-5V 1 buah
 Function Generator 1 buah
 Decade Resistor 1 buah
 GelasKimia 1 buah
 Air secukupnya
 Kabelpenghubung secukupnya
E. Landasan Teori
Kita telah mengetahui bahwa persamaan dari resistansi adalah


R
a
dimana telihat bahwa resistansi suatu benda adalah berbanding terbalik dengan
luas daerahnya.Untuk menunjukkan perubahan dalam resistansi dengan suatu
luas, sebuah alat dibutuhkan dimana luas area dapat berubah - ubah, sementara
harga  dan l tetap. Probe berupa dua buah batang logam yang dicelupkan
dalam cairan dapat digunakan dalam percobaan ini, dimana jarak antara kedua
probe tersebut berfungsi sebagai panjang ( l ) dan resistivitas (  ) adalah
hambat jenis air dimana probe tersebut dicelupkan. Dengan mengubah
kedalaman air, maka area ( a ) yang diharapkan bisa dihasilkan.
F. Gambar Modul Dan Rangkaian

1
a. Gambar Modul

Gambar 8. Modul Variabel Area Transduser


b. Gambar Rangkaian
Bridge
R1 Rs Amplifier

Sinewave R2
generator
AC
Meter

Beaker

Probes

Gambar 4.8.1 Gambar Rangkaian Variabel Area Transduser


G. Langkah Kerja
1. Membuat rangkaian seperti yang terlihat pada gambar 4.8.1 di atas dan
memastikan bahwa output dari generator adalah nol.
2. Mengatur operasi perbandingan dari jembatan 10KΩ dan gain dari penguat
operasional adalah 1.
3. Mengatur frekuensi dari function generator sekitar 5 KHz dan menaikkan
output sampai mendapatkan defleksi yang cukup pada alat ukur.
4. Menuangkan air secukupnya pada gelas kimia sampai menutupi dasar dari
probe sekitar 3 atau 4 milimeter yang akan menjadi referensi.
5. Mengukur resistansi probe dan mencatat hasilnya dalam tabel 8.1.

2
6. Menambahkan sedikit air yang telah diukur pada gelas kimia, secukupnya
untuk menaikan ketinggian air sekitar 4 atau 5 mm. Langkah ini akan
digunakan selama percobaan.
7. Mengukur kembali resistansi di antara probe serta mencatat hasilnya ke
dalam tabel
8. Mengulangi langkah – langkah ini untuk jumlah lain air yang ditambahkan,
dan untuk pengukuran lebih lanjut sampai gelas ukur terisi penuh
H. Data Hasil Percobaan

Unit air yang Resisansi


Konduktansi
ditambahkan R(Ω)
(ms)
Ref (50ml) 764k 0.00131
1 (100ml) 700k 0.00143
2 (150ml) 645k 0.00155
3 (200ml) 591k 0.00169
4 (250ml) 540k 0.00185
5 (300ml) 503k 0.00198
6 (350ml) 432k 0.00231
7 (400ml) 385k 0.00259
8 (450ml) 320k 0.00313
9 (500ml) 296k 0.00337
Tabel 8.1.1 Mengukur Resistansi dan Konduktasi

Data Hasil Percobaan


900000
800000
700000
600000
500000
400000
300000
200000
100000
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Unit air yang ditambahkan Resisansi R(Ω)

Grafik 8.1.2 Data Hasil Percobaan Resistansi

3
Data Hasil Percobaan Konduktansi
600

500

400

300

200

100

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Unit air yang ditambahkan Konduktansi (ms)

Grafik 8.1.3 Data Hasil Percobaan Konduktansi

4
A. Nomor Praktikum : 09
B. Judul Praktikum : Variabel Panjang Tranduser
C. Tujuan Praktikum :
1) Mengetahui bagaimana hubungan antara panjang dan resistansi dari suatu
bahan
2) Mengamati bagaimana hubungan yang mungkin terjadi dalam perubahan
panjang pada transduser
3) Meneliti metoda untuk memperoleh pembacaan langsung dari nilai
resistansi
D. Alat Dan Bahan
 Instrumentation Module TK2941A 1 buah
 Power Amplifier TK2941B 1 buah
 Power Supply DC 1 buah
 Multimeter 1 buah
 Linier Transduser Test Right 1 buah
 Dekade Resistor 1 buah
 Kabel penghubung secukupnya
E. Landasan Teori
Transduser variabel panjang sering digunakan dalam berbagai alat
mekanis yang memiliki bagian bergerak, dimana bagian bergerak tersebut
selalu diamati setiap saat untuk diketahui posisinya. Untuk keperluan ini,
transduser yang sering digunakan adalah potensiometer.Pemilihan transduser
ini didasarkan pada beberapa alasan, yaitu murah, handal dan memiliki
kepresisian yang cukup baik. Transduser ini dapat digunakan dalam berbagai
rangkaian untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada transduser tersebut.
Misalnya saja dengan metodejembatan Wheatstone dan metode penguat. Pada
metode jembatan Wheatstone, perubahan yang dideteksi adalah keadaan
setimbang atau tidak dari jembatan tesebut.
Untuk menambah ketelitian, output detektor dari jembatan tersebut
biasanya dihubungkan dengan penguat. Sedangkan pada metoda penguat,
transduser ini dijadikan feedback. Jadi perubahan resistansi pada transduser
dijadikan faktor pengali dari penguat tadi, dimana tegangan masukan dan
resistansi pada inputnya adalah tetap. Dengan demikian, ketika terjadi

5
perubahan resistansi transduser, tegangan outputnyapun ikut berubah,
proporsional dengan perubahan resistansi.
F. Gambar Modul Dan Skema Rangkaian
a. Gambar Modul Variabel Panjang Tranduser

Gambar 9.6.A Modul Variabel Panjang Tranduser


b.Gambar Skema Rangkaian

resistive
15 k transducer
module
-
+
operational amplifier 0-10 V meter
-15V 0V
(open loop position) or DVM

Gambar 9.1. Gambar Rangkaian Variabel Panjang Transduser

6
resistive
15 k transducer
module
-
+
operational amplifier 0-10 V meter
-15V 0V
(open loop position) or DVM

Gambar 9.2. Gambar Rangkaian Variabel Panjang Transduser


G. Langkah Percobaan
1. Menghubungkan rangkaian seperti yang terlihat pada gambar 9– 1 dan
gambar 9 - 2 di atas (untuk masing – masing percobaan).
2. Memposisikan slider pada ujung kiri dari Linear Motion Assembly lalu kita
dapat membaca posisinya dari skala, sebelumnya setel posisi dari skala
micrometer pada 10 mm. Menyetel variable d.c.pada 10 Volt.
3. Menyeimbangkan jembatan pada posisi normal menggunakan resistor
standar yang dapat dicocokkan dan mencatat hasilnya dalam tabel. Posisi
lengan perbandingan pada1: 10.
4. Menyeimbangkan kembali jembatan serta mencatat hasilnya dalam tabel
9.1.
5. Mengulangi langkah – langkah tersebut untuk berbagai penyetelan slider
yang bergeser setiap 5 mm untuk jangkah gerakan penuh dari transduser.
6. Menghubungkan rangkaian untuk metoda penguat (gambar 9 - 1).
7. Mengembalikan control d.c.variabel pada posisi minimum.
8. Mengembalikan posisi slider pada linear position assembly pada posisi
ujung kiri, baca posisinya dari skala dan juga lihat pembacaan alat ukur.
9. Menggerakkan slider 5 mm kekanan dan mengulangi pembacaan.
10. Mengulangi langkah – langkah ini untuk interval posisi 5 mm untuk
pergerakan penuh transduser, serta mencatat semua hasil pengukuran dalam
tabel 9.2. Juga melihat pembacaan dari grafik resistansi untuk setiap posisi
slider

7
H. Data Hasil Percobaan
Posisi Slinder Output Resistansi (KΩ)
(mm) (V) Calculated From Graph
0 -0,28 0,28kΩ 0,3kΩ
10 -1,49 1,49kΩ 1,5kΩ
20 -3,14 3,14kΩ 3,15kΩ
30 -4,9 4,9kΩ 5kΩ
40 -6,9 6,9kΩ 6,8kΩ
50 -9,1 9,1kΩ 9kΩ
Tabel 9.3 Data Hasil Pemgukuran

Data Hasil Pngukuran


12000

10000

8000

6000

4000

2000

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Posisi Slinder (mm) Resistansi (Ω)

Grafik 9.4 Grafik Pengukuran Resistansi

8
A. Nomor Praktikum : 10
B. Judul Praktikum : Strain Gauge
C. Tujuan Praktikum :
1) Mengetahui bagaimana perubabahan resistansi material,karena perubahan
fisik dimensi dapat digunakan sebagai perhitungan perubahan
perenggangan.
2) Dapat mengetahui metode menggunakan satu dan dua strain gauge dan
mengamati keuntungan pada starin gauge system ganda.
D. Daftar Alat dan Bahan
 Modul Instrumentasi TK2941A 1 buah
 Power Amplifier TK2941B 1 buah
 Power supply variabel 0-15 V 1 buah
 Decade Resistor Box 1 buah
 Multimeter Analog 2 buah
 Resistor 90 ,1KΩ,20KΩ 1 buah
 Kabel – kabel penghubung Secukupnya
E. Dasar Teori
Strain Gage adalah komponen elektronika yang dipakai untuk mengukur
tekanan (deformasi atau strain). Alat ini berbentuk foil logam atau kawat logam
yang bersifat insulatif (isolasi) yang ditempel pada benda yang akan diukur
tekanannya, dan tekanan berasal dari pembebanan. Prinsipnya adalah jika
tekananan.

9
Pada benda berubah, maka foil atau kawat akan terdeformasi, dan tahanan listrik
alat ini akan berubah. Perubahan tahanan listrik ini akan dimasukkan kedalam
rangkaian jembatan Whetstone yang kemudian akan diketahui berapa besar tahanan
pada Strain Gage. Tegangan keluaran dari jembatan Wheatstone merupakan sebuah
ukuran regangan yang terjadi akibat tekanan dari setiap elemen pengindera Strain
Gage. Tekanan itu kemudian dihubungkan dengan regangan sesuai dengan hukum
Hook yang berbunyi : Modulus elastis adalah rasio tekanan dan regangan. Dengan
demikian jika modulus elastis adalah sebuah permukaan benda dan regangan telah
diketahui, maka tekanan bisa ditentukan..Hukum Hook dituliskan sebagai
s
σ = E ………………………….(1)

Dimana, σ = regangan, ∆l/l (tanpa satuan)

s = tegangan geser, kg/cm 2

E = modulus Young, kg/cm 2

Bila dua gage atau lebih digunakan, maka tekanan pada pelacakan arah
setiap gage bisa ditentukan dengan menggunakan perhitungan. Namun
demikian persamaannya memiliki tingkat kompleksitas yang berbeda
tergantung pada kombinasi dan orientasi gage tersebut.
Kepekaan sebuah Strain Gage disebut dengan faktor gage dan perbandingan
antara unit resistansi dengan perubahan unit panjang adalah :

10
R/R
Faktor gage K =

……………………….(2)
l/l

dimana : K = Faktor gage

∆R = Perubahan tahanan gage

∆l = Perubahan panjang bahan

R = Tahanan gage nominal


l = Panjang normal bahan

Jadi regangan diartikan sebagai perbandingan tanpa dimensi, perkalian


unit yang sama, misalnya mikroinci / inci atau secara umum dalam persen
(untuk deformasi yang besar) atau yang paling umum lagi dalam mikrostrain.
Perubahan tahanan ∆R pada sebuah konduktor yang panjangnya l dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan bagi tahanan dari sebuah konduktor
yang penampangnya serba sama, yaitu :

Panjang xl
2
R = ρ Luas = / 4 d ………………………..(3)

dimana : ρ = tahanan spesifik dari bahan konduktor


l = panjang konduktor
d = diameter konduktor

F. Gambar Modul dan Rangkaian


a. Gambar Rangkaian

11
b. Gambar Modul

G. Langkah Kerja

H. Data Hasil Percobaan

12
A. Nomor Praktikum : 12
B. Judul Praktikum : FREQUENCY DISCRIMINATION
C. Tujuan Praktikum :
1. Mengenal kurva karakteristik keluaran untuk sebuah rangkaian frekuensi
diskriminator.
2. Tahu bagaimana frekuensi diskriminator bersama dengan penyetelan
capacitively oscillator dapat digunakan untuk membentuk frequency
modulated (FM) system.
D. Daftar Alat dan Bahan
 Modul instrument TK2941A 1 buah
 Linear transduser Test Rig TK294 1 buah
 Variable Capasitor (distance) Sub-Unit TK294J 1 buah
 Power supply ±15Vdc (eg Feedback PS446) 1 buah
 Function Generator 1 buah
 Digital frequency metter 1MHz 1 buah
 Dc volt meter 10V 1 buah
 Banana cable 1 Set
E. Dasar Teori
Pada percobaan 12, kita telah melihat bagaimana perubahan kecil pada
kapasitansi yang kecil dapat dihubungkan untuk mengubah frekuensi dari
sebuah osilator, ketika transduser kapasitansi digunakan untuk membentuk
rangkaian resonansi dari osilator tersebut. Cara tersebut menggunakan alat
ukur frekuensi digital untuk mengukur frekuensi osilasi. Ini merupakan alat
ukur yang sangat rumit dan mahal. Juga, pembacaan tidak dapat diterjemahkan
langsung sebagai posisi transduser tanpa sebuah kurva kalibrasi yang
menghubungkan frekuensi pada posisi, seperti yang telah dicatat pada
percobaan 12.

sinewave
generator
frequency discriminator A

meter
frequency
meter

13
Akan menjadi lebih ekonomis dan lebih sederhana jika sebuah rangkaian
bisa didapat dengan mengubah perubahan frekuensi menjadi tegangan. Ini
kemudian dapat diukur dengan alat ukur biasa, yang dapat dikalibrasi
langsung, antara tegangan dengan frekuensi.

F. Gambar Modul dan Rangkaian


a. Gambar Rangkaian

Gambar 4.1.1 Modul Rangkaian

14
b. Gambar Modul

Gambar 1.1.1 Modul Rangkaian


G. Langkah Kerja
1. Merangkai rangkaian seperti yang terlihat pada gambar 13.1 (a) di atas
dengan output osilator Module 294C dihubungkan lewat soket transfer ke
digital frequency meter.
2. Menghubungkan rangkaian modul seperti pada gambar 13.1 (a) di atas.
Penguat dibutuhkan karena output dari rangkaian pembeda (discriminator)
sangatlah kecil.
3. Mengatur output dari generator gelombang sinus sampai 7 VPP pada
frekuensi 400 kHz. Input yang lebih tinggi dari ini dapat menyebabkan
rangkaian ini terbatasi. Menyetel kontrol sensitivitas pada digital frequency

15
meter sampai frekuensi pembacaan yang tetap didapatkan. Mengatur
penguatan dari amplifier pada 10 dan menghidupkan power supply.
4. Mengatur frekuensi osilator sampai tepat 400 kHz, yang terbaca pada digital
frequency meter, dan membaca tegangan output dari penguat, yang
ditunjukkan oleh alat ukur. Mengulangi langkah ini untuk frekuensi -
frekuensi pada interval 10 kHz sampai sekitar 540 kHz. Juga membaca
dengan teliti frekuensi - frekuensi dimana output adalah (a) nol, (b) positif
maksimum, dan (c) negatif maksimum.
5. Mematikan generator gelombang sinus dan melepaskannya dari
discriminator. Padankan modul 294C pada console dan menghubungkan
ini ( sebagai generator ) ke discriminator dan modul amplifier seperti yang
ditunjukkan pada gambar di atas (b). Alat ukur pada output amplifier tidak
diubah - ubah. Pastikan sakelar osilator pada posisi C, dan menghubungkan
linear rig dengan variable distance capacitor pada input osilator.
6. Mengatur output osilator sampai maksimum dan mengontrol frekuensi pada
posisi tengah antara minimum dan maksimum. Sekarang menyetel slider
dengan hati - hati sampai alat ukur membaca nol, kemudian mengunci pada
tempatnya. Mencatat frekuensi saat hal ini terjadi.
7. Sekarang mengubah - ubah frekuensi osilator dari minimumn sampai
maksimum, mencatat tegangan output pada interval sekitar 0,5 V pada
frekuensi yang berkaitan. Juga mencatat frekuensi - frekuensi pada tegangan
maksimum yang terjadi.

H. Data Hasil Percobaan


Percobaan 1.1
Frekuensi Output
(KHz) (V)
400 0,002
410 0,011
420 0,415

16
430 1,05
440 1,15
450 1,2
460 1,217
470 1,21
480 1,17
490 1,14
500 1,13
510 1,08
520 1,06
530 1,04
540 1
Percobaan 1.2

Output (V) Frekuensi (KHz)

48,5 1,5

47,1 2,1

42,4 2,6

40,7 3,5

39,5 3,7

36,2 3,8

36,9 4

35,1 4,5

34,5 5,1

32,8 5,3

17
Gambar Grafik

Output (V)
1.4

1.2

0.8
Output (V)
0.6

0.4

0.2

0
400 410 420 430 440 450 460 470 480 490 500 510 520 530 540

18
12

10

Series 3
6
Series 2
Frekuensi (KHz)
4

0
48,5 47,1 42,4 40,7

A. Nomor Praktikum : 13
B. Judul Praktikum : Frequency Discrimination
C. Tujuan Praktikum :
1. Mengenal kurva karakteristik keluaran untuk sebuah rangkaian frekuensi
diskriminator.
2. Tahu bagaimana frekuensi diskriminator bersama dengan penyetelan
capacitively oscillator dapat digunakan untuk membentuk frequency
modulated (FM) system.

19
D. Daftar Alat dan Bahan
 Modul instrument TK2941A 1 buah
 Linear transduser Test Rig TK294 1 buah
 Variable Capasitor (distance) Sub-Unit TK294J 1 buah
 Power supply ±15Vdc (eg Feedback PS446) 1 buah
 Function Generator 1 buah
 Digital frequency metter 1MHz 1 buah
 Dc volt meter 10V 1 buah
 Banana cable 1 Set
E. Dasar Teori
Pada percobaan 12, kita telah melihat bagaimana perubahan kecil pada
kapasitansi yang kecil dapat dihubungkan untuk mengubah frekuensi dari
sebuah osilator, ketika transduser kapasitansi digunakan untuk membentuk
rangkaian resonansi dari osilator tersebut. Cara tersebut menggunakan alat ukur
frekuensi digital untuk mengukur frekuensi osilasi. Ini merupakan alat ukur
yang sangat rumit dan mahal. Juga, pembacaan tidak dapat diterjemahkan
langsung sebagai posisi transduser tanpa sebuah kurva kalibrasi yang
menghubungkan frekuensi pada posisi, seperti yang telah dicatat pada
percobaan 12.

sinewave
generator
frequency discriminator A

meter
frequency
meter

Akan menjadi lebih ekonomis dan lebih sederhana jika sebuah rangkaian
bisa didapat dengan mengubah perubahan frekuensi menjadi tegangan. Ini
kemudian dapat diukur dengan alat ukur biasa, yang dapat dikalibrasi langsung,
antara tegangan dengan frekuensi.

F. Gambar Modul dan Rangkaian


a. Gambar rangkaian

20
b. Gambar rangkaian

21
G. Langkah Kerja
1. Merangkai rangkaian seperti yang terlihat pada gambar 13.1 (a) di atas
dengan output osilator Module 294C dihubungkan lewat soket transfer ke
digital frequency meter.
2. Menghubungkan rangkaian modul seperti pada gambar 13.1 (a) di atas.
Penguat dibutuhkan karena output dari rangkaian pembeda (discriminator)
sangatlah kecil.
3. Mengatur output dari generator gelombang sinus sampai 7 VPP pada
frekuensi 400 kHz. Input yang lebih tinggi dari ini dapat menyebabkan
rangkaian ini terbatasi. Menyetel kontrol sensitivitas pada digital frequency
meter sampai frekuensi pembacaan yang tetap didapatkan. Mengatur
penguatan dari amplifier pada 10 dan menghidupkan power supply.
4. Mengatur frekuensi osilator sampai tepat 400 kHz, yang terbaca pada digital
frequency meter, dan membaca tegangan output dari penguat, yang
ditunjukkan oleh alat ukur. Mengulangi langkah ini untuk frekuensi -
frekuensi pada interval 10 kHz sampai sekitar 540 kHz. Juga membaca
dengan teliti frekuensi - frekuensi dimana output adalah (a) nol, (b) positif
maksimum, dan (c) negatif maksimum.
5. Mematikan generator gelombang sinus dan melepaskannya dari
discriminator. Padankan modul 294C pada console dan menghubungkan
ini ( sebagai generator ) ke discriminator dan modul amplifier seperti yang
ditunjukkan pada gambar di atas (b). Alat ukur pada output amplifier tidak
diubah - ubah. Pastikan sakelar osilator pada posisi C, dan menghubungkan
linear rig dengan variable distance capacitor pada input osilator.
6. Mengatur output osilator sampai maksimum dan mengontrol frekuensi pada
posisi tengah antara minimum dan maksimum. Sekarang menyetel slider

22
dengan hati - hati sampai alat ukur membaca nol, kemudian mengunci pada
tempatnya. Mencatat frekuensi saat hal ini terjadi.
7. Sekarang mengubah - ubah frekuensi osilator dari minimumn sampai
maksimum, mencatat tegangan output pada interval sekitar 0,5 V pada
frekuensi yang berkaitan. Juga mencatat frekuensi - frekuensi pada tegangan
maksimum yang terjadi.

H. Data Hasil Percobaan


Percobaan 1
Frekuensi Output
(KHz) (V)
400 0,002
410 0,011
420 0,415
430 1,05
440 1,15
450 1,2
460 1,217
470 1,21
480 1,17
490 1,14
500 1,13
510 1,08
520 1,06
530 1,04
540 1

Percobaan 2

23
Frekuensi
Output (V)
(KHz)
48,5 1,5
47,1 2,1
42,4 2,6
40,7 3,5
39,5 3,7
36,2 3,8
36,9 4
35,1 4,5
34,5 5,1
32,8 5,3

Gambar Grafik

Output (V)
1.4
1.2
1
0.8
0.6 Output (V)

0.4
0.2
0
400 410 420 430 440 450 460 470 480 490 500 510 520 530 540

24
Freq (khz)
6

3
Freq (khz)

0
48,5 47,1 42,4 40,7 39,5 36,2 36,9 35,1 34,5 32,8

A. Nomor Praktikum : 14
B. Judul Praktikum : Capacitive Tranducers in FM System
C. Tujuan Praktikum :
1. Tahu bagaimana sebuah tranducer capacitive dapat digunakan dengan
sirkuit frekuensi diskriminasi untuk membentuk sistem yang lengkap.
2. Menyadari kompleksitas yang terlibat dalam merancang dan menerapkan
sebuah sistem praktis.

25
D. Daftar Alat dan Bahan
 Instumentation Module TK2941A 1 buah
 Linear Transducer Test Rig TK294 1 buah
 Variable Capasitor (Area) Sub-Unit TK294H 1 buah
 Variable Capasitor (Distance) Sub-Unit TK294J 1 buah
 Digital frequensi meter 1MHz 1 buah
 Power Supply  15 V 1 buah
 Kabel penghubung 1 Set
E. Dasar Teori
Di sini transduser kapasitif mengatur rangkaian oscilator. Dengan
memvariasikan nilai induktansi, yaitu dengan mengatur posisi inti besi dari
bahan kapasitif, akan mengatur nilai frekuensi oscilasi. Pada percobaan yang
lalu telah diperlihatkan bagaimana jenis tranduser kapasitif digunakan bersama
modul osilator, modul diskriminator dan penguat untuk membentuk suatu
sistem FM. Gerakan tranduser tersebut akan mengubah frekuensi osilator,
dimana perubahan frekuensi ini oleh diskriminator frekuensi diubah bentuk
menjadi bentuk tegangan listrik yang dengan mudah dapat diukur. Besar
tegangan ini berhubungan dengan posisi tranduser.
Seperti diketahui bahwa jenis tranduser kapasitif digunakan bersama modul
osilator, modul diskriminator dan penguat untuk membentuk suatu sistem FM.
Gerakan tranduser tersebut akan mengubah frekuensi osilator, dimana
perubahan frekuensi ini oleh diskriminator frekuensi diubah bentuk menjadi
bentuk tegangan listrik yang dengan mudah dapat diukur. Besar tegangan ini
berhubungan dengan posisi tranduser.
Percobaan yang dilakukan adalah mengganti tranduser induktif dengan
tranduser kapasitif. Dari persamaan frekuensi resonansi ;
1
fr 
2 LC
dengan mengubah-ubah besar C,maka fr pun akan berubah-ubah.

F. Gambar Modul dan Rangkaian


Gambar Rangkaian

26
G. Langkah Kerja
1. Mempersiapkan semua alat dan bahan yang dibutuhkan pada percobaan
transduser kapasitansi pada frekuensi modulasi (F.M.).
2. Menghubungkan kabel – kabel yang tersedia sesuai pada gambar rangkaian
yang telah diberikan pada percobaan.
3. Menyusun linear motion rig dan tubular transduser kapasitansi sehingga
terhubung.
4. Mengeset posisi dari linear motion rig pada 4.25 cm pada tengah – tengah
skala sampai menghasilkan gelombang setengah pada tubular transduser
kapasitansi.
5. Mengeset tegangan output dari module osilator pada tengah – tengah skala.
6. Mengeset gain pada amplifier sebesar 10 lalu menyalakan power supply.
7. Meng-adjust frekuensi osilator pada module 294C sampai menunjukkan
transisi dari positip dan negatif dari tegangan output sehingga menghasilkan
kurva ‘S’.
8. Dari sisi meng-adjust secara perlahan frekuensi osilator sampai voltmeter
menunjukan tepat pembacaan 0 (nol).
9. Melakukan pengukuran tegangan output dari setting micrometer 15 mm
sampai dengan 5 mm dengan interval 0.25 mm.

27
10. Mencatat semua hasil keluarannya pada tabel.

H. Data Hasil Percobaan


a. Tabel Percobaan 1

Slider Position Output Voltage


(mm) (mV)
20 53, 9
25 5,6
30 62,1
35 63,3
40 69
45 71,8
50 73,8
55 74,1
60 76,2
65 77

b.Tabel Percobaan 3.2


Output voltage (mV) Micrometer setting (mm)
16,3 10.00
25,5 10.50
25,9 11.00
26,2 11.50
28,1 12.00
28,5 12.50
28,9 13.00
29,2 13.50
29,6 14.00
29,8 14.50

28
30 15.00

A. Nomor Praktikum : 15
B. Judul Praktikum : Inductive Tranduser in an FM System
C. Tujuan Praktikum :
Dapat mengetahui posisi atau perpindahan sistem pengukuran dapat dibangun
menggunakan tranduser induktif di sistem frekuensi modulasi.
D. Daftar Alat dan Bahan
 Modul Power Amplifier 2941 B 1 buah
 Linear Transducer Test Rig 294 1 buah
 Variabel Inductor TK294F 1 buah
 Power Supply +-15V 1 buah
 Digital Frekuensi Meter 1MHz 1 buah
 Kabel – kabel penghubung 1 Set

E. Dasar Teori
Pada percobaan sebelumnya telah diperlihatkan bagaimana jenis tranduser
kapasitif digunakan bersama modul osilator, modul diskriminator dan penguat
untuk membentuk suatu sistem FM. Gerakan tranduser tersebut akan mengubah
frekuensi osilator, dimana perubahan frekuensi ini oleh diskriminator frekuensi
diubah bentuk menjadi bentuk tegangan listrik yang dengan mudah dapat
diukur. Besar tegangan ini berhubungan dengan posisi tranduser.

Percobaan yang dilakukan adalah mengganti tranduser kapasitif dengan


tranduser induktif. Dari persamaan frekuensi resonansi,

1
fr 
2 LC
dengan mengubah-ubah besar L,maka fr pun akan berubah-ubah.

29
F. Gambar Modul dan Rangkaian
a. Gambar Rangkaian

b. Gambar Modul

30
G. Langkah Kerja
1. Rangkaian percobaan telah dirangkai seperti gambar 15.1.
2. Saklar pada modul osilator telah diset pada posisi L dan pengontrol
amplitudo telah diset pada posisi tengah.
3. Penguatan Amplifier telah diatur pada posisi penguatan 10.
4. Posisi mikrometer telah disetel pada skala 5,5 dan sekrup pada 0 mm.
5. Sumber telah dihidupkan
6. Frekuensi osilator telah diatur dan meter menunjukkan 0,00 V (mendekati
nol).
7. Posisi mikrometer telah dipindahkan pada skala 5.
8. Output osilator telah diatur dan meter menunjukkan harga 0,00V.
9. Pengukuran dilakukan setiap pergeseran 1mm dan hasilnya telah dicatat
pada tabel.
10. Sumber telah dimatikan.
H. Data Hasil Percobaan
a. Tabel Percobaan1
Position (mm) Amplified Output
Voltage (V)
0 0.740
5 0.823
10 0.833
15 0.845
20 0.865
b. Tabel Percobaan2

31
Position (mm) Amplified Output
Voltage (V)
25 0.877
30 1.022
35 1.005
40 1.013
45 1.003

Grafik:

Amplified Out
0.9
0.85
0.8
0.75 Amplified Out
0.7
0.65
0 5 10 15 20

Amp Out 2
1.1
1
0.9 Amp Out 2

0.8
25 30 35 40 45

A. Nomor Praktikum : 16
B. Judul Praktikum : Variable Reluctance Transducer
C. Tujuan Praktikum :
Dapat memahami prinsip dasar dari operasi Variable Reluctance Tranducer
D. Daftar Alat dan Bahan

32
 Modul InstrumentasiTK2941A 1 buah
 Linier Tranducer Test Rig TK294 1 buah
 TK294G LVDTSub-unit 1 buah
 Power Supply ± 15 Vdc 1 buah
 Osiloskop (dual beam) 1 buah.
 Tranduser induktansi bersama dan perlengkapannya 1 buah.
 Voltmeter digital/Analog 1 buah.
 Kabel Penghubung 1 set
E. Landasan Teori
Dari percobaan yang lalu dapat dilihat bahwa induktansi dari sebuah
kumparan dapat dirubah-ubah dengan mengubah reluktansi medan magnetnya.
Besarnya emfinduksi pada bagian sekunder adalah:
N 1 N 2 di
e
Sdt
Untuk mengubah-ubah reluktansi dapat dilakukan dengan mengubah-ubah
parameter r dan l, dimana l merupakan panjang lintasan medan magnet.
Semakin dalam pemasukan inti kedalam kumparan, kita membuktikan
pengubahan harga dari reluktansi yang mengubah induksi emf. Dengan
menggunakan dua kumparan yang berdekatan satu sama lain, kita
mendapatkan sistem yang mirip seperti yang telah dideskripsikan di atas.
Jika kita menghubungkan satu dari kumparan dengan sumber AC, emf akan
diinduksikan kekeumparan yang lainnya.

33
F. Gambar Modul dan Rangkaian

Gambar 16.1. Rangkaianpercobaan

G. Langkah Kerja
1. Rangkaian percobaan telah dirangkai seperti gambar 16.1.
2. Saklar pada modul osilator telah diset pada posisi C dan pengontrol
frekuensi telah diset pada posisi maksimum.
3. Knob keluaran osilator telah diatur pada posisi tengah dan sumber telah
dinyalakan.
4. Sensitivitas dan timebase osiloskop telah diatur.
5. Trigger osiloskop telah diberi masukan dari osilator.
6. Inti tranduser telah digerakkan dan terjadi perubahan pada Y1 dan Y2.
7. Posisi inti telah diatur dan didapat tegangan puncak kepuncak.
8. Posisi inti telah dikembalikan seperti semula. Inti digerakkan dan didapat
tegangan kumparan mulai naik.
9. Pengukuran dilakukan setiap pergeseran 1mm dan hasilnya berupa tegangan
peak-to-peak dan beda fasa telah dicatat pada tabel.
10. Sumber telah dimatikan.

34
H. Data Hasil Percobaan :

Tabel 16.1.
Algebraic sum
Slider position (mm) sec 1(mV) sec 2(mV)
(divs)
0 75 360 3.4
1 155 120 2.5
2 93,3 104 4.1
3 86 88 4.3
4 103 107 4
5 161 100 4.2
6 98 81 4.4
7 133 84 3.6
8 74 102 4.4
9 100 89 3.6
10 74.6 50 4.2
11 120 134 4
12 85 122 4.2
13 115 93 4.3
14 176 95 3.5
15 120 135 4.0
16 180 127 4.5

35
I. Gambar Grafik

SEC 1
200
180
160
140
120
100
SEC 1
80
60
40
20
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

36
SEC 2
400

350

300

250

200
SEC 2
150

100

50

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

A. Nomor Praktikum : 17
B. Judul Praktikum : Linear Variable Differential Transformer
C. Tujuan Praktikum :
1. Mengetahui bagaimana tegangan output dc dapat diperoleh dari jenis
transduser induktansi bersama dioperasikan dengan sistem FM.
2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Linearitas dan Rentang dari sebuah
transformator jenis reksa induktif
D. Alat dan Bahan:
 Modul InstrumentasiTK2941A 1 buah
 Linier Tranducer Test Rig TK294 1 buah

37
 TK294G LVDTSub-unit 1 buah
 Power Supply ± 15 Vdc 1 buah
 Osiloskop (dual beam) 1 buah.
 Tranduser induktansi bersama dan perlengkapannya 1 buah.
 Voltmeter digital/Analog 1 buah.
 Kabel Penghubung 1 set
E. Landasan Teori
Pasangan dua buah kumparan dapat digunakan pada tranduser jenis
induktansi bersama atau transformer dengan mengamati emf yang timbul pada
kumparan sekunder, bila kumparan bagiannya diberikan sumber AC. Karena
bentuk kurva output sebuah kumparan pada bagian sekunder tidak linier, maka
jarang tranduser jenis ini digunakan. Untuk memperbaiki keadaan ini
digunakan dua buah kumparan pada bagian sekunder.
Namun, dalam Praktek, Hal mungkin tidak terlalu buruk. Anda harus
menemukan linearities lebih baik dari 4% dari jarak sekitar +-3mm tentang
posisi sentral. Di sinilah inti adalah pusat pengungsi tentang kumparan primer,
dan tegangan individu dari masing-masing sekunder membatalkan keluaran.
Dua gambar yang digunakan sebagai bagian dari spesifikasi tranducer
tersebut. Kita juga perlu mengetahui persyaratan eksitasi primer (tegangan dan
frekuensi), dimensi fisik dari transducer dan metode kopling, kondisi
lingkungan di mana ini mempertahankan output, resolusi (yang infite dalam
kasus ini), respon frekuensi dan faktor redaman (terbatas oleh sistem bergerak),
dan akhirnya harga dan pengiriman.

F. Gambar Modul dan Rangkaian

38
Gambar 17.1. Rangkaianpercobaan

G. Langkah Kerja
1. Rangkaian percobaan telah dirangkai seperti gambar 17.1.
2. Saklar pada modul osilator telah diset pada posisi C dan pengontrol
frekuensi telah diset pada posisi maksimum.
3. Knob keluaran osilator telah diatur pada posisi tengah dan sumber telah
dinyalakan.
4. Sensitivitas dan timebase osiloskop telah diatur.
5. Trigger osiloskop telah diberi masukan dari osilator.
6. Inti tranduser telah digerakkan dan terjadi perubahan pada Y1 dan Y2.
7. Posisi inti telah diatur dan didapat tegangan puncak kepuncak.
8. Posisi inti telah dikembalikan seperti semula. Inti digerakkan dan didapat
tegangan kumparan mulai naik.
9. Pengukuran dilakukan setiap pergeseran 1mm dan hasilnya berupa
tegangan peak-to-peak dan beda fasa telah dicatat pada tabel.
10. Sumber telah dimatikan.

39
H. Data Hasil Percobaan
Tabel 16.1.
Output AC Output
Slider position (mm)
(Volts Pk-Pk) (DC Volts)
0 2,6 0,089
1 1,28 0,116
2 0,816 0,160
3 0,72 0,214
4 0,66 0,287
5 0,768 0,379
6 0,816 0,488
7 1,064 0,606
8 2 0,712
9 4,032 0,783
10 11,328 0,808
11 6,624 0,789
12 2,784 0,738
13 1,408 0,671
14 1,216 0,599
15 1,064 0,525
16 1,344 0,452
17 2,16 0,381
18 6,366 0,317
19 8,48 0,258
20 2,976 0,202
21 1,408 0,162
22 1,008 0,149
23 0,72 0,132

40
24 0,6 0,108
25 0,416 0,083

I. Gambar Grafik

Output AC Pk-Pk (Volt)


12

10

6
Output AC Pk-Pk (Volt)

0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24

41
A. Nomor Praktikum : 18
B. Judul Praktikum : The HEATBAR - Familiaristion
C. Tujuan Praktikum :
1. Mengetahui cara menggunakan Heat Bar
2. Memproduksi kurva kalibrasi yang menunjukkan pendistribusian suhu
disepanjang bar.
3. Mengetahui istilah suhu termal yang konstan dan gangguan kondisi termal
D. Alat Dan Bahan
 Heat bar TK294-EC 1 buah.
 Termometer raksa 1 buah.
 Calibration tank 1 buah.
 Steel mounting 1 buah.
 Air Secukupnya.
 Kabel penghubung 1 Set

E. Landasan Teori
Pada dasarnya suhu merupakan sebuah ukuran panas suatu zat. Suhu,
bersama-sama dengan massa termal dari suatu zat, menyatakan energi
termodinamik total dari sebuah benda. Skala yang umum dipergunakan untuk
menyatakan suhu adalah skala Celcius, Fahrenheit, dan Kelvin, seperti
ditunjukkan tabel di bawah ini.

Skala Titik leleh es Titik didih air


Celcius (centigrade) 0 ºC 100 ºC
Fahrenheit 32 ºF 212 ºF
Kelvin 273 ºK 373 ºK

Skala Celcius ditemukan oleh Anders Celcius sekitar tahun 1742; dan ia
menentukan 0º dengan titik didih air dan 100º dengan titik leleh es. Dalam
perkembangannya, penentuan skala ini dibalik (0º sebagai titik leleh es dan 100º
sebagai titik didih air) dan kemudian disebut dengan skala centigrade. Skala
Fahrenheit ditemukan oleh Gabriel Fahrenheit sekitar tahun 1700; dan ia
menentukan batas suhu bawah dengan campuran es dan garam dan batas suhu
atas dengan suhu darah manusia.
Pada awal tahun 1800, William Thomson (Lord Kelvin)
mengembangkan skala termodinamik universal yang didasarkan pada koefisien
pemuaian dari gas ideal; dan kemudian disebut dengan skala Kelvin.

42
Dalam penerapannya, suhu dapat diukur dengan cara melihat pengaruh
fisik yang terjadi pada berbagai bahan akibat dari perubahan suhu tersebut.
Adapun pengaruh-pengaruh yang terjadi pada suatu bahan yang sering
dipergunakan untuk mengukur suhu adalah sebagai berikut.

Pengaruh Contoh
Pemuaian zat padat atau zat cair Termometer raksa dan termostat bimetal
Efek termoelektrik (Seebeck) Termokopel
Perubahan resistansi Termistor
Efek termomagnetic (Curie) Termostat dan perangkat pengamanan
Radiasi energi electromagnet Pyrometer optic

F. Gambar Modul Dan Rangkaian

Gambar 18.1
G. Langkah Kerja
Percobaan 1:
1. Mengukur suhu ruangan dengan termometer.
2. Mengisi calibration tank dengan air setinggi 16 mm.
3. Menempatkan calibration tank pada heat bar, pada notch nomor 14.
4. Setelah beberapa menit, mencatat suhu yang tertera pada termometer dan
menyalakan supply het bar.
5. Mencatat temperatur setiap 2 menit untuk 20 menit pertama; kemudian
mencatat temperatur untuk setiap 5 menit sampai suhunya tidak berubah.
6. Mencatat datanya pada tabel 1.

43
Percobaan 2:
1. Menempatkan calibration tank pada heat bar, pada notch nomor 20.
2. Menunggu sampai suhunya stabil, dan mencatat suhu dan waktu yang
diperlukan agar suhunya stabil.
3. Mengulangi langkah (a) dan (b) untuk notch nomor 18, 16, 12, 10 ,8; dan
mencatat datanya pada tabel 2.

H. Data Hasil Percobaan


Suhu awal ruangan = 29 C
 Tabel 1 Notch 1
Waktu (menit) Temperatur ( C)
0 29
2 33
4 41
6 50
8 58
10 64
12 65
14 60
16 54
18 49
20 45

 Tabel 2 Notch 5
Waktu (menit) Temperatur ( C)

44
0 29
2 33
4 38
6 43
8 48
10 53
12 54
14 51
16 48
18 44
20 40

 Tabel 3 Notch 15
Waktu (menit) Temperatur ( C)
0 29
2 30
4 31
6 34
8 37
10 39
12 40
14 41
16 40
18 38
20 36

45
 Tabel 4 Notch 20
Waktu (menit) Temperatur ( C)
0 29
2 30
4 30
6 31
8 32
10 34
12 35
14 34
16 34
18 33
20 33

Grafik:

46
NOTCH
70

60
TEMPERATUR ( CELCIUS)

50

Notch 1
40
Notch 2
30 Notch 3
Notch 4
20

10

0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

47
I. Nomor Praktikum : 19
J. Judul Praktikum : Thermocouple
K. Tujuan Praktikum :
1. Mengetahui dampak dari teori Thompson dan Peltier
2. Mengerti tentang prinsip dasar pengoprasian thermocouple
3. Mengerti kebutuhan utama dalam penggunaan thermocouple
L. Alat Dan Bahan
 Heat bar TK294-EC 1 buah.
 Termometer raksa 1 buah.
 Calibration tank 1 buah.
 Steel mounting 1 buah.
 Air Secukupnya.
 Kabel penghubung 1 Set

M. Landasan Teori
Jika dua kawat dari logam yang berbeda dihubungkan dalam sebuah loop
seperti gambar 1, lalu kedua hubungan A dan B mempunyai suhu A dan B maka
arus akan mengelilingi loop tersebut.

Gambar.1

Arus yang berlaku pada emf dengan dinilai kecil dibangkitkan oleh dua efek
yang terpisah yang dijumlahkan secara aljabar. Efek-efek tersebut adalah :
a. Efek peltier
Sebuah emf dibangkitkan pada setiap dua titik-titik hubung (junction),
seperti eA dan eB pada gambar 1. Emf ini tergantung pada suhu absolut

48
dari titik-titik hubung tersebut. Jika A lebih panas dari B maka akan
menghasilkan resultan sebagai berikut :

eA – eB = P (A - B) ; dimana P adalah koefisien peltier

b. Efek Thomson
Setiap kawat dari loop menghasilkan emf yang kecil, e1 dan e2 pada
gambar 1, lebih sederhananya sebagai perbedaan suhu antara kedua titik
hubungnya. Emf adalah perbedaan dari dua logam yang berbeda. Jika
T1 adalah koefisien Thomson untuk logam 1 dan T2 adalah koefisien
Thomson untuk logam 2 maka e1 = T1 (A-B) dan e2 = T2 (A-B)
sehingga resultan emf nya adalah : e2-e1 = (T2-T1 )( A-B).
Jika kedua efek tersebut disatukan maka kita akan mendapatkan nilai
emf loop, yaitu : (eA – eB)+( e2-e1 ) = E = (P+ T2-T1 )( A-B ).

N. Gambar Modul Dan Rangkaian


c. Gambar Modul

d. Gambar Rangkaian

49
O. Langkah Kerja
Percobaan 1.
1. Rangkaian percobaan telah dirangkai seperti gambar 1.a.
2. Power supply telah dinyalakan dan probe telah diletakkan pada input
amplifier.
3. Suhu ruangan dekat input amplifier telah di catat berdasarkan
pembacaan thermometer.
4. Penguatan amplifier telah diset ke gain = 1000 dan meter menunjukkan
harga nol telah dicheck.
5. Thermometer telah ditaruh pada tangki air (dilekatkan pada heat bar )
tapi tidak menyentuh dinding tanki. Thermocouple juga telah ditaruh
ditangki tersebut. Notch mula-mula = 20.
6. Heat bar telah dinyalakan dan hasil pembacaan meter dan suhu
thermometer telah dicatat setiap 15 menit kemudian posisi notch telah
di pindahkan ke 18, 16, dan sebagainya ( sela waktu setiap notch 15
menit ) sampai suhu mencapai 100 C.

Percobaan 2.
1. Rangkaian percobaan telah dirangkai seperti gambar 1.b.
2. Langkah – langkah dalam percobaan 1 telah diulangi untuk
mendapatkan data hasil percobaan.

P. Data Hasil Percobaan

50
No. Notch Tank Room Difference Meter Couple
Temperatur Temperatur (C) Reading emf
(C) (C) (V) (mV)
20 39 29 10 4.0 4.0
18 40 29 11 4.4 4.4
16 42 29 13 4.9 4.9
14 43 29 14 5.3 5.3
12 45 29 16 6.4 6.4
10 48 29 19 8.1 8.1
8 50 29 21 9.1 9.1
6 54 29 25 11.0 11.0
4 58 29 29 13.3 13.3
2 69 29 40 18.6 18.6

I. Nomor Praktikum : 20
J. Judul Praktikum : Thermistor
K. Tujuan Praktikum :
Untuk mempelajari parameter-parameter dari Resistor NTC dan aplikasi
kegunaannya dalam menyusun/ mendesain praktek system pengukuran.
L. Alat Dan Bahan
 Teknikit Consule TK286 1 buah
 Modul Jembatan Wheatstone 294A 1 buah
 Modul Amplifier 294B 1 buah
 Tangki Kalibrasi 1 buah
 Thermistor Probe 1 buah

51
 Transduser Mount 1 buah
 Voltmeter Center Zero 1 buah
 Kabel-Kabel Penghubung 1 buah
M. Landasan Teori
Seperti kita ketahui bahwa setiap konduktor memiliki resistansi dan nilai
resistansinya tergantung pada temperatur. Seringkali nilai resistansi bertambah
saat temperatur naik, namun kenaikan temperatur ini tidak terlalu besar
pengaruhnya terhadap nilai resistansi.
Pada percobaan kali ini kita akan mempelajari karakteristik thermistor
(thermal resistor) yang mempunyai koefisien temperatur yang besar (biasanya
negatif). Aplikasi thermistor tersebut yaitu dapat digunakan untuk pengukuran
temperatur, selain itu dapat juga diaplikasikan pada kebutuhan lainnya.
Thermistor dibuat dari berbagai macam bahan metal oksida yang dipanaskan
pada temperatur tinggi dan biasanya dibuat dalam berbagai bentuk.
Salah satu yang akan kita gunakan adalah yang terbuat dari bahan gelas yang
berbentuk seperti silinder dan di dalamnya terdapat kabel penghubung, seperti
tampak pada gambar.

Gambar 1
Pengaruh temperatur terhadap resistansi dari thermistor sesuai dengan rumus
di bawah ini :
R = Aeb / T
Keterangan R = resistansi ()
T = temperatur absolut
e = konstanta logaritma
A dan b konstan
Untuk thermistor dalam Teknikit harga R pada temperatur 20C adalah
sekitar 2000 dan kemudian bervariasi sesuai grafik dibawah ini.

52
Gambar 2. Karakteristik R/T

Self Heating
Pengukuran resistansi tidak dapat dilakukan tanpa adanya arus yang
melalui thermistor. Pada kenyataannya resistansi thermistor hanya bergantung
pada temperaturnya saja, jadi kita harus mengukur resistansi jika ingin
mengetahui temperatur thermistor. Rangkaian pengukur tidak akan
mempengaruhi besarnya temperatur thermistor.

N. Gambar Modul Dan Skema Rangkaian

Gambar3. Rangkaian percobaan 1

53
Gambar3. Rangkaian percobaan 2
O. Langkah Percobaan
Percobaan 1:
1. Menghubungkan rangkaian seperti pada gambar.
2. Mengeset variabel dc ke nol.
3. Mencatat tegangan dan arusnya. (Menunggu 1 menit setiap perubahan).
4. Mengisi tabel sesuai dengan hasil pengukuran.

Percobaan 2:
1. Menghubungkan rangkaian seperti pada gambar.
2. Mengeset variabel dc ke nol.
3. Mengatur harga R4 dengan menggunakan dekade resistor agar didapatkan
tegangan pada jembatan Wheatstone berharga nol.
4. Masukkan probe dan termometer merkuri bersama-sama ke dalam tangki
kalibrasi yang berisi air seperti pada gambar.
5. Mengklip tangki dengan batang pemanas pada notch 20, tunggu 5 sampai
10 menit agar temperatur stabil, dan menyeimbangkan kembali jembatan
untuk membaca resistansi termistor. Lalu mencatat hasilnya dalam tabel.

54
P. Data Hasil Percobaan
 Tabel 1, pada udara bebas
I(mA) V (Volt) I’ (mA) R=V/I’ () P=V.I’(mW)
0,002 0,012 0,0048 0,4 0,002
0,002 0,009 0,0045 0,5 0,0023
0,002 0,008 0,0048 0,6 0,003
0,002 0,007 0,005 0,7 0,003
0,002 0,006 0,0048 0,8 0,0038

Temperatur ruang :
Suhu awal : 31 C
Suhu akhir : 31 C

 Tabel 2, pada media air


I (mA) V(Volt) I’(mA) R=V/I’() P=V.I’(mW)
0,002 0,01 0,003 0,3 0,00003
0,002 0,006 0,003 0,5 0,0015
0,002 0,005 0,0037 0,74 0,0027
0,002 0,005 0,0038 0,77 0,0029
0,002 0,005 0,004 0,8 0,0032

Temperatur awal : 29 C
Temperatur akhir : 29 C

 Tabel 3 (Zero Power Measurement)


Notch C R (K)
20 36 453
18 41 361
16 45 343
14 47 325
12 51 284
10 53 263

 Keterangan :
a. Untuk mendapatkan nilai I’ = I – (V/Vfs) x Ifs
b. Untuk mendapatkan nilai R = V/ I’
c. Untuk mendapatkan nilai P = V x I’

55
D. Nomor Praktikum : 21
E. Judul Praktikum : Resistance Thermometry
F. Tujuan Praktikum :
1. Dapat mrngukur disipasi konstan untuk resistansitransduser platinum

2. Dapat melakukan pembacaan langsungberdasarkan suhu untuk resistansi


transducer platinum

I. Daftar Alat dan Bahan


 Teknikit console TK290 1 buah.
 Teknikit Baseplate TK289 1 buah
 Modul tipe TK294A 1 buah.
 Modul tipe TK294B 1 buah.
 Heat Bar 1 buah.
 Thermometer 1 buah.
 Calibration Tank 1 buah.
 Platinum Resistance Probe 1 buah.
 Dekade Resistansi 1 buah
 Galvanometer 1 buah
 Transduser Mount 1 buah
 Kabel Penghubung Secukupnya
J. Dasar Teori
Banyak bahan konduktor yang memiliki resistansi koefisien temperatur
positif, seperti kebalikan percobaan-20 disini resistansi akan naik jika suhunya
naik. Persentasi perubahan dari resistansi untuk 1 derajat celcius selalu lebih
kecil dibandingkan dengan koefisien negatif bahan tersebut. Rata-rata tembaga
murni memiliki koefisien positif sekitar 0,4 persen per derajat celciusnya.
Metal platinum khususnya sangat berguna karena memiliki temperatur
koefisien positif. Disini kita akan mencoba perubahan suhu yang akan
menikkan resistansi suatu bahan dengan mempergunakan bahan platinum yaitu
platinum resistansi probe.
Banyak bahan konduktor yang memiliki resistansi koefisien temperatur
positif, seperti kebalikan percobaan-20 disini resistansi akan naik jika suhunya
naik.

56
Persentasi perubahan dari resistansi untuk 1 derajat celcius selalu lebih
kecil dibandingkan dengan koefisien negatif bahan tersebut. Rata-rata tembaga
murni memiliki koefisien positif sekitar 0,4 persen per derajat celciusnya.
Metal platinum khususnya sangat berguna karena memiliki temperatur
koefisien positif. Disini kita akan mencoba perubahan suhu yang akan
menikkan resistansi suatu bahan dengan mempergunakan bahan platinum yaitu
platinum resistansi probe.
1 LUX dihasilkan pada area 1m2 dijarak 1m dari titik sumber 1 cd dengan
rumus E = I/d2, ini disebut INVERSE SQUARE LAW dari illumination.

K. Gambar Modul dan Rangkaian


c. Gambar Rangkaian
External Decade
Resistor
+ var DC 0V
220 Box

100 Rs
out

100 Platinum
Rx

Resistance Probe
in
in still air

MODULE 294 A
to 294B amplifier
module driving
centre-zero meter
as balance detector

Gambar21.1. Rangkaian percobaan 1

+ 15 V 0V - 15 V 0V Var 0V
+

1000 10V

15k -

+ 15 V

100k - 15 V
0 10
MODULE 294 B

57
Gambar 21.2. Rangkaian percobaan 2
L. Langkah Kerja
1. Rangkailah modul seperti gambar di atas.
2. Hubungkan platinum resistansi probe.
3. Hubungkan ke heat bar.
4. Perhatikan perubahan suhu dan resistansinya..
5. Catat hasil percobaan.
M. Data Hasil Percobaan
Tabel 21.1

Suhu ( C ) Resistansi ( K )

33 1656
35 1471
37 1260
40 1170
45 972
50 915
55 680
60 591
65 504
70 432
75 372
80 323
85 290

A. Nomor Praktikum : 24
B. Judul Praktikum : Measurement Of Capacitance
C. Tujuan Praktikum :
1. Mengenali lambang Candela ( Cd ), Lumen ( lm)dan Lux( Lux ).
2. Mengetahui bagaimana aplikasi hukum Inverse gelombang kotak.
3. Lebih mengenali tentang penggunaan optical
4. Detector Assembly dan bisa menghasilkan tabel iluminasi yang relatif untuk
praktikum ini.

58
D. Daftar Alat dan Bahan
1. Power Supply 15 V ( PSU ).
2. Linear Transducer Test Rig
3. Lampholder
4. Kotak Light Transducer
5. 1 pak berisi sembilan Optical Filters

E. Dasar Teori
Saat cahaya jatuh diatas material tertentu maka akan memberikan energi,
dimana enrgi ini akan terlihat dalam bentuk arus listrik. Ini adalah prinsip dari
Photo-Electric transducer.
Output dari dari ketelitian tranduser tergantung pada intensitas dalam
pencahyaan dan juga warnanya. Faktor ini akan menjelaskan hubungan antara
pergerakan fisik dari tranduser itu sendiri.
PENCAHAYAAN
Cahaya adalah bentuk dari radiasi elektromagnetik yang memiliki
kecepatan sebesar 3×108 m/s atau sekitar 186.000 miles/second, atau sekitar 670
juta miles/jam. Secara nyata,dapat dilihat pada mata kita yang bekerja seperti
transducer, mengkonversi energi cahaya menjadi sinyal-sinyal yang dikirim ke
otak. Ini adalah fenomena yang kita sebut penglihatan.

Singkatnya, cahaya dianggap sebagai bagian kecil dari suatu bentuk energi
yang disebut Photon, dan energi pada tiap photon bernilai ideal untuk
pencahayaan. Warna dalam pencahayaan berpengaruh pada frekuensinya,
dimana nilainya akan berbanding terbalik secara linear dengan panjang
gelombangnya. Cahaya biru memiliki panjang gelombang sebesar 450 nm,
selain itu spektrum cahaya merah memiliki panjang g lombang 700 nm (
-9
1nm = 10 meter ). Photon pada cahaya biru membawa lebih banyak energi
dibandingkan cahaya merah, hal ini merupakan penjelasan dari quantum
pencahayaan dan dualitas dari teori gelombang dalam scope manual.
Kita akan mempelajari sistem konversi tranduser yang mengkonversikan
cahaya yang jatuh dari atas menjadi sinyal elektrik. Dalam melaksanakan
praktek ini, kita dapat mengetahui bahwa terdapat dua faktor yang
mempengaruhi outputnya yaitu intensitas pencahayaan ( banyaknya photon
ditembakan pada tranduser ) dan warna dari panjang gelombang cahaya (
Energi Photon ) .
Dalam praktikum ini kita akan menggunakan lampu berfilamen tungsten
biasa, disupply dari stabilizer dengan tegangan 15 V DC supply. Ini tidak akan
memberikan cahaya putih sempurna, tetapi power supply akan menstabilkan
warna itu dan output cahaya akan konstan.
Radius 1m
Solid angle =
1 steradian
Area 1m2
59
Point source 1 cd
Gambar 6. 24. 1
Pada awalnya jenis lampu standard yang biasa kita pakai dalam photometry
ialah lilin tapi ini tidaklah bisa diandalkan dalam penggunaannya seiring
perkembangan lampu lah yang digunakan. Pada saat itu lampu cukup sulit dan
mahal untuk dimanufakturkan sehingga intensitas cahaya menentukan definisi
dari intensitas cahaya bentuk radiasi yang berkilauan dalam terminal dari
radiasi dari bodi hitam pada temperatur lelehnya platinum. Unit ini dari
intensitas cahaya, itu disebut Candela (Cd). Satu Candela sama dengan 1/60 dari
intensitas cahaya, ukuran normal untuk satu permukaan dari 1 cm2 dari bodi
hitam terjadi pada temperatur leleh platinum (2046o K). Unit dari cahaya yang
berubah-ubah itu biasa disebut LUMEN (lm). Ini adalah adalah cahaya yang
berubah dari sumber titik dari 1 Candela dengan angle yang tetap dari 1
STERADIAN (Sr). Di bola komplit terdiri dari 4π, steradian, itu adalah 12,57.
Jika cahaya yang berubah-ubah adalah Φ lumens, penerangan E Lux di jarak d
meter dari sumber :
Φ
d2 E =
Kondisi ini berada pada 100%,=yaitu ketika E = 100, dan Φ = 1000d2. Jika kita
pindahkan sumber cahaya pada jarak x, maka kini menjadi d + x dari
trandusernya seperti pada gambar 6.24.3. Jika kita menggunakan persamaan
relatif pada posisi Y % dengan persamaan invers Square :
Φ
𝑌=
( 𝑑 + 𝑥)2
100 𝑑2 100 𝑑2
Disubstitusikan untuk Φ Y = (𝑑+𝑥 )2 atau ( d + x )2 = 𝑌
100
Dan pengambilan akar menjadi d + x = d √ 𝑌
Dari persamaan diatas, kita dapat menghitung berapa perpindahan bola
lampu dari belakang untuk membedakan intensitas cahayanya. Dengan
mengetahui posisi awalnya pada rig skala, kita dapat menytting skala yang
linear pada tranduser test rig.

Jika kita menambahkan jarak maka kondisi setting pada lubang yang yersedia
akan menambah jarak sumber tranduser sebesar 50 mm pada tiap setnya.
Cobalah memindahkan box pada setting hole lain untuk melihat efek yang
dihasilkan.Pada tabel Kolom hasil akan dijadikan setting hole dalam percobaan
selanjutnya.

F. Gambar Modul dan Rangkaian

60
G. Langkah Kerja
1. Menyusun rangkaian seperti pada gambar di atas.
2. Menghubungkan power supply dengan mengatur variabel dc keminimum
3. Memindahkan bola lampu dekat ke kotak transduser cahaya sampai
pembacaan skala 90mm ( 50 ). Catat nilai ini pada tabel.
4. Mengubah – ubah posisi lampu hingga didapatkan penurunan iluminasi
10% dan catat posisi tersebut pada tabel

H. Data Hasil Percobaan

100 Scale
Relative 100 100 Hole
 Setting
Illumination Y Y Y position
required
100 1,0 1 50,0 90 0

90 1,11 1.05 52,5 87.5 0

80 1,25 1.11 55,5 84 0

70 1,42 1.19 59,5 80 0

61
60 1,67 1.29 64.5 75 0

50 2,0 1.41 70,5 69.5 0

40 2,5 1.58 79 61 0

30 3,3 1.81 93 47,5 0

25 4,0 2 100 40,5 0

20 5,0 2.23 111,5 28 0

10 10,0 3.16 158 0

62
A. Nomor Praktikum : 25
B. Judul Praktikum : The Photoconductive cell
C. Tujuan Praktikum :
1. Mengerti efek foto konduktif
2. Mengerti syarat foto resistor, foto konduktor dan LDR
3. Mengukur iluminasi dan respon kutub dari sel foto konduktif

D. Daftar Alat dan Bahan


 Modul instrument TK2941A 1 buah
 Linear transduser Test Rig TK294 1 buah
 Power supply ±15Vdc (eg Feedback PS446) 1 buah
 Digital frequency metter 1MHz 1 buah
 Volt meter 2 buah
 Sensor tranducer 1 buah
 Banana cable secukupnya
E. Dasar Teori
Semikonduktor adalah material dengan konduktifitas antara isolator dan
konduktor. Germanium dan Silikon adalah bebetapa unsur yang bersifat seperti
semikonduktor. Dioda dan transistor adalah alat yang memakai prinsip
semikonduktor. Konduksi terjadi ketika pembawa energi bebas seperti elektron
tersedia dan bergerak ketika dikenai medan listrik. Beberapa bahan bila dikenai
cahaya maka akan berubah sifatnya dari isolator menjadi semikonduktor bahan
ini memakai prinsip efek foto konduktif.

Arus yang mengalir dalam bahan tersebut berhubungan dengan intensitas


cahaya, warna cahaya karena perbedaan gelombang dan suhu. Proses
pemindahan energi dari daerah pita valensi ke pita konduksi memerlukan energi
karena terdapat gap energi. Proses sebenarnya dalam pemindahan energi sangat
kompleks dan tergantung beberapa faktor, termasuk densiti dari keadaan pita
energi, probabilitas foton yang menggerakan elektron dan faktor lain termasuk
umur pembawa dan mobilitas dimana tergantung juga dengan rekombinasi dan
penangkapan. Suhu juga memainkan peran. Rekombinasi bisa terjadi secara

63
langsung di permukaan atau jauh dalam bahan semikonduktor. Rekombinasi
hole dan electron sangat jarang terjadi. Rekombinasi terjadi di energi gap.
Beberapa level akan memerangkap elektron untuk beberapa waktu sebelum
kembali lagi ke pita konduksi.

Material dengan konsentrasi impuriti yang rendah akan menghasilkan alat


dnegan sensitivitas rendah. Dalam suhu ruang banyak elektron sudah bebas dan
hanya dengan sedikit energi saja, maka akan kembali ke pita konduksi. Ada
hubungan antara sensitivitas dan waktu respon. Makin sensitif suatu alat maka
akan semakin lambat waktu respon untuk turun lagi. Suhu juga berperan dalam
pergerakan elektron ke pita konduksi. Sebenarnya tanpa dikenai cahaya,
semikonduktor pun sudah bisa mengalirkan arus, tetapi nilainya sangat kecil.
Arus ini disebut arus gelap dan di fotokonduktor bisa terjadi resistansi gelap
melebihi 100 ohm, dan efek ini akan bertambah bila impuriti ditambah.

F. Gambar Modul dan Rangkaian

64
Gambar 25.2

G. Langkah Kerja
Percobaan 1
1. Menghubungkan rangkaian seperti pada gambar di atas ini.
2. Mengeset gain amplifier pada 10.
3. Menghubungkan voltmeter dengan output rangkaian.
4. Menyalakan power supply. Untuk sementara menghubungkan singkat
socket input.
5. Mengatur voltmeter agar didapatkan harga nol.
6. Mematikan power supply dan lepas penghubung socket input.
7. Mengatur linier rig pada posisi 100 %.
8. Menyalakan power supply kembali.
9. Mengatur kontrol dc ke nol.
10. Mencatat tegangan dan arus output pada tabel 1.
11. Mengulangi untuk iluminasi relatif 80, 50, 25, 10.

Percobaan 2
1. Menghubungkan rangkaian seperti pada gambar dibawah ini.
2. Naikkan perlahan - lahan variabel DC control sampai pembacaan sekitar
8 mA.
3. Putar tranduser sampai pembacaannya maksimum.
4. Setel varibel DC control sampai pembacaannya tepat 10 mA.
5. Catat nilai tegangan yang di set.
6. Set sudut ke – 300 dan catat arus yang mengikutinya
7. Ulangi pembacaan untuk sudut -250, -200 dan juga 5 hingga +300.
8. Catat hasilnya dalam tabel 2.

65
H. Data Hasil Percobaan
Praktek 1 :

relative device
skala
ilumination current(mA) voltage (v) resistance (k
setting
(%) ohm)
100 13 cm 0.0084 15.02 1.8 k
90 12 cm 0.0088 15.02 1.7 k
80 11 cm 0.01 15.02 1.5 k
70 10 cm 0.0107 15.02 1.5 k
60 9 cm 0.0115 15.01 1.3 k
50 8 cm 0.0125 15.01 1.2 k
40 7 cm 0.015 15.01 1k
30 6 cm 0.0167 15 0.9 k
25 5 cm 0.0214 15 0.7 k
20 4 cm 0.0249 14.99 0.6 k
10 3 cm 0.0317 14.98 473
0 2 cm 0.0404 14.94 369

Praktek 2 :

angle device resistance


current(mA) voltage (v)
(degress) (k ohm)
30 ACW 0.0004 15.2 41 K
25 0.0103 15.1 1.452 K
20 0.0167 15.05 0.9 K
15 0.0385 15 389
10 0.0391 14.98 383
5 0.0399 14.95 375
0 0.0404 14.94 365
5 CW 0.0398 14.95 375
10 0.0391 14.98 383
15 0.0385 15 389
20 0.0167 15.05 0.9 K
25 0.0103 15.1 1.452 K
30 0.0004 15.2 41 K

66
A. Nomor Praktikum : 26
B. Judul Praktikum : The Photoconductive cell
C. Tujuan Praktikum :
1. Dapat meneliti efek kejadian cahaya pada sifat photodiode semikonduktor
2. Memahami konsep ‘reverse leakage current’
3. Dapat mengukur pemendaran cahaya dan respon polar pada photodiode
semikonduktor

D. Daftar Alat dan Bahan


 Modul instrument TK2941A 1 buah
 Linear transduser Test Rig TK294 1 buah
 Power supply ±15Vdc (eg Feedback PS446) 1 buah
 Digital frequency metter 1MHz 1 buah
 Volt meter 2 buah
 Sensor tranducer 1 buah
 Banana cable secukupnya
E. Dasar Teori
Pada bagian yang mengandung bahan semi-konduktor terkena cahaya,
cahaya foton membebaskan pembawa muatan dalam bahan yang kemudian
bebas untuk membentuk arus. Mari kita sekarang melihat apa yang akan terjadi
jika sambungan PN iterangi.
Pertama, kita harus mengingat prinsip dari sebuah dioda semikonduktor
biasa. Jika P-type dan N-type semikonduktor bergabung bersama secara
kimiawi untuk membentuk persimpangan, beberapa lubang dan elektron
bergabung kembali ke dekat persimpangan dan membentuk lapisan deplesi
tanpa instruksi pembawa. Bahan P-jenis kehilangan elektron dan dengan
demikian menjadi bermuatan negatif; bahan tipe N kehilangan elektron dan
dengan demikian menjadi bermuatan positif di dekat persimpangan. Sebuah
medan listrik akan terdapat di terminal. Jika baterai dihubungkan melewati
terminal, terminal positif ke P-tipe, keadaan ini melemahkan medan listrik dan
jika tegangan meningkat melebihi nilai tertentu, arus akan mengalir. Ini adalah
kondisi bias maju.
Jika baterai terhubung sebaliknya, terminal positif ke N-type, keadaan ini
memperkuat medan listrik dan tidak ada arus mengalir. Ini adalah kondisi
reverse bias.

67
Sebenarnya dengan reverse bias, arus yang kecil mengalir. Hal ini
dikarenakan adanya efek termal yang menghasilkan pasangan lubang / elektron
dalam bahan. Jika pembawa minoritas dihasilkan, atau berdifusi ke dalam
penipisan lapisan, lubang berpindah ke tipe P dan elektron berpindah ke tipe N
pada medan listrik. Mereka kembali ke daerah di mana mereka adalah pembawa
mayoritas dan dengan demikian membentuk suatu arus kecil. Ini dikenal
sebagai kebocoran arus balik. Hal ini bergantung pada temperatur, dan
meningkat sedikit dengan reverse bias, sampai reverse bias terlalu besar dan
persimpangan rusak. Karakteristik ini ditunjukkan pada gambar 6.26.1 (a).
Jika cahaya diperbolehkan untuk jatuh pada semi-konduktor, foton
membebaskan lubang ekstra / pasangan elektron. Efeknya jauh lebih besar pada
pembawa kecil, karena ada sedikit dari mereka di tempat pertama, dari
pembawa muatan mayoritas. Pembawa minoritas ini disuntikkan berdifusi ke
persimpangan, silang, dan berkontribusi pada arus.
Dengan demikian Anda dapat melihat bahwa arus tambahan dari bentuk
yang sama seperti kebocoran arus. Oleh karena itu karakteristik semakin
bergeser ke bawah dari asal dengan jumlah yang sama dengan arus foton, seperti
yang ditunjukkan pada gambar 6.26.1 (b).

Gambar 6.26.1 Karakteristik Persimpangan Dioda PN


Pertama kita akan plot karakteristik ini, kemudian menyelidiki bagaimana
memanfaatkan fenomena ini. Kita dapat membalikkan prasangka dioda dan
mengukur arus yang mengalir. Altenatively, jika dioda dibiarkan terbuka-
sirkuit, pembawa muatan tambahan akan menghasilkan tegangan di atasnya,
sebagaimana disebutkan pada sisi sebelah kanan dari grafik gambar 6.26.1 (b).
Ini efek fotovoltaik dapat lebih sepenuhnya diperiksa di Asiigment 27.
Sementara itu penjelasan yang lebih teoritis dari efek berikut, dalam rangka
untuk menyelesaikan studi. Jika Anda seperti Anda dapat menghilangkan ini
tanpa merugikan dan lanjutkan langsung ke bagian praktis.

68
Perlakuan di sini hanya dapat singkat, dan Anda disebut salah satu buku teks
standar untuk penjelasan lebih lengkap.
Ketika p dan n bahan kimia dibawa bersama-sama, elektron dan lubang
bergabung kembali dekat persimpangan untuk membentuk lapisan deplesi
seperti yang ditunjukkan dalam paragraf sebelumnya. Hal ini berlanjut sampai
kemungkinan bahwa tingkat energi yang diberikan ditempati, adalah sama pada
setiap sisi persimpangan. Ini berarti bahwa tingkat Fermi harus sama, dan
diagram pita energi seperti yang ditunjukkan 6.26.2, jika tidak ada bias yang
diterapkan.
Tingkat donor dan akseptor yang sekarang ditampilkan untuk kejelasan.

Gambar 6.26.2
Dengan demikian medan listrik ada di persimpangan yang agnitude
tergantung pada kesenjangan energi material. Hal ini diwakili pada diagram
dengan garis miring di lapisan deplesi. Dalam diagram, elektron cenderung
untuk menjalankan menurun, dan lubang untuk menanjak. Pembawa minoritas
tersebut dihasilkan termal dan menyebar melintasi persimpangan. Dalam
kondisi nol bias, arus hanyut sama dan berlawanan harus mengalir. Ini terdiri
dari beberapa pembawa mayoritas memiliki energi yang cukup untuk mengatasi
penghalang kecil dan di persimpangan.
Jika persimpangan sekarang bias maju, ketinggian penghalang potensial di
lapisan deplesi secara efektif menurun dan ini membuat lebih mudah bagi
mayoritas untuk operator di seluruh persimpangan. Arus yang cukup besar
dapat mengalir.
Jika persimpangan sekarang bias balik, ketinggian penghalang secara efektif
meningkat. Hanya pembawa energi yang sangat tinggi mayoritas sekarang
dapat menyeberangi persimpangan, tapi masih akan menjadi arus balik yang
kecil mengalir.
Ini adalah kebocoran arus sebaliknya, Io, pembawa minoritas menyebabkan
bythermally dihasilkan sedang menyapu persimpangan oleh medan lapisan
deplesi. Ini saat difusi demikian hampir independen dari reverse bias.

69
Jika persimpangan sekarang terkena cahaya, foton menghasilkan lubang
ekstra / pasangan elektron dan ini berkontribusi pada arus balik yang karenanya
menjadi PLO di mana p adalah konstanta tergantung pada tingkat iluminasi
(jumlah foton).
Efek menjebak disebutkan dalam assigment 25 untuk photoconductors
massal tidak relevan di sini jika cahaya allowes jatuh pada persimpangan,
sebagai lapisan deplesi sangat tipis.
Hal ini dapat ditunjukkan bahwa besarnya maju saat ini tergantung pada
jumlah pembawa mayoritas dengan energi yang lebih besar daripada energi
yang dibutuhkan untuk mengatasi hambatan, hal ini diberikan oleh persamaan:
𝐼𝑓 = 𝐼𝑜 exp(−𝑒𝑉/𝑘𝑇)
Dimana:
𝐼𝑜 adalah kebocoran arus sebaliknya
k adalah konstan Boltzmann (1,3806 x 10-23 joule / OK)
T adalah suhu mutlak (OK)
-e adalah muatan elektron (1.6021 x 10-19coulomb)
V adalah perbedaan potensial di persimpangan, positif untuk bias
rorward dan negatif untuk sebaliknya.
Tapi akan selalu ada kebocoran arus 𝐼𝑜 ini.
Jadi arus total yang mengalir 𝐼𝑓 = 𝐼𝑜 atau 𝐼𝑜 = 𝐼𝑑 (exp (-Ev/kT) -1)
Ini adalah persamaan dioda standar. Perhatikan bahwa memberikan hasil
sebagai berikut:
Dengan bias nol (V negatif), kuantitas eksponensial sangat kecil dan
𝐼 ≈ 𝐼𝑜
Jadi kebocoran arus reverse hampir independen dari tegangan reverse
diterapkan tetapi lebih tergantung pada suhu.
Persamaan ini berlaku untuk tegangan rendah sampai rincian sebaliknya
terbalik, dan untuk arus maju rendah sampai perlawanan dari dioda atau kontak
mulai berpengaruh.
Kita sekarang dapat mempertimbangkan rangkaian setara dioda. Jika kita
mengabaikan resistansi seri kita dapat mewakili arus foton oleh generator arus
konstan dari IP besarnya (= PIO) secara paralel dengan dioda ideal. Juga di
persimpangan adalah kapasitor. Lapisan deplesi secara efektif kapasitor seperti
itu.
Layar Proses efektivnya sebuah kapasitor dimana terdiri dari dua pengisian
perbedaan yang dipisahkan sebuah layer dari material/benda. Kapasitansi
bergantung pada tegangan yang diterima, tetapi di berbagai aplikasi ini bisa
diabaikan. Percobaan ini ditunjukkan di Gambar 6.26.3. 𝑅𝐿 adalah sebuah
resistor beban yang dapat dihubungkan.

70
Gambar 6.26.3
Arus beban 𝐼𝐿 = 𝐼𝑝 − 𝐼𝑑
Subtitusi 𝐼𝐿 = 𝑝𝐼𝑜 − 𝐼𝑜 [exp (-eV/kT)-1]
𝐼𝐿 = 𝐼𝑜 [p+1 – exp (-eV/kT)]
Dengan rangkaian arus beban, bentuk photodiode ini kita akan menyelidiki,
V=O dan arus beban 𝐼𝐿 adalah rangkaian arus pendek 𝐼𝑆𝐶
Jadi, meletakkan V = O pada rumus:
𝐼𝑆𝐶 = 𝐼𝑜 [p+1 – exp (0)]
𝐼𝑆𝐶 = 𝑝𝐼𝑜
Jadi ISC berbanding lurus secara langsung dengan p, sebagai contoh arus
pendek rangkaian dengan langsung berbanding lurus dengan level pencahayaan.
Keadaan ini mengasumsikan bahwa IO konstan . Jadi, photodioda sensitive
terhadap suhu.
Dengan rangkaian bebean terbuka. Materi tentang photovoltaic bisa
diselidiki secara lengkap pada Percobaan 27. Disini tidak ada arus yang
mengalir dan IL = 0 dan kita dapat mendapatkan hasil dari rangkaian tegangan
terbuka VOC dengan membuat persamaan dengan 0
Contoh: 0=IO [P+1-exp(eVoc/Kt] Atau exp(-EvOC/kT) = P+1
Hubungkan rangkaian dari Gambar 6.26.5 seperti pada Gambar 6.26.6.
Letakkan tempat lampu pada posisi sama dengan 100%. Pencahayaan dengan
referensi pada tabel diberikan di Percobaan 24.
Dengan logaritma natural dari kedua sisi:
𝑘𝑇
-e Voc/kT = loge ( p + 1 ) Or Voc = −𝑒 . loge ( p + 1 )
Jadi tegangan sirkuit terbuka adalah fungsi logaritmik dari tingkat
pencahayaan. Seperti yang di ungkapan tidak termasuk Io dan T timbul di
pembilangnya, sel surya kemungkinan tidak menjadi seperti suhu sensitif
seperti sensor photodiode.
Untuk resistor beban di antara kedua situasinya itu lebih kompleks. Di sini
kita bertujuan untuk menghasilkan output daya maksimum. Resistor beban
pilihan tergantung pada bias reverse (jika dioperasikan sebagai photodiode) dan
kebalikan pada tingkat iluminasi cahaya yaitu lebih dibutuhan resistensi yang
lebih rendah untuk output maksimum. Matematika yang kompleks diperlukan
untuk menunjukkan hal ini yang berada di luar cakupan panduan ini. Rumus

71
empiris dapat diturunkan untuk memberikan hasil yang memuaskan, dan salah
satunya adalah :
𝑉𝑜𝑐
Roptimum = 0.86 𝐼𝑠𝑐
Dimana Voc adalah tegangan rangkaian terbuka.
Isc adalah arus short-circuit untuk tingkat maksimum pencahayaan di mana
perangkat ini untuk dioperasikan.
F.

G. Gambar Modul dan Rangkaian

Gambar 26.1

Gambar 26.2

72
H. Langkah Kerja
Percobaan 1
1. Menyusun rangkaian seperti pada gambar rangkaian.
2. Mengatur variabel dc untuk step 0, -1, -2, -5, -10, -15, -20 dan baca tegangan
output amplifier pada setiap step.
3. Mencatat hasil pengukuran pada tabel. Karena resistor feedback adalah 1
M, nilai arus input ( A ) sama dengan tegangan outputnya.
4. Menggeser lampu ke belakang untuk memvariasikan iluminasi transduser.
Percobaan 2
1. Menyusun rangkaian seperti pada gambar seperti diatas.
2. Set variabel dc ke -15 V
3. Memvariasikan nilai iluminasi relatif dengan menambah jarak transduser
lampu seperti pada tabel berikut.
4. Cabut lampu dan lihat jika masih ada arus yang mengalir

I. Data Hasil Percobaan


J. Reverse Reverse current(mA) for values of relative illumination (%)
Bias (v) 100 80 60 40 25 10
0 0.417 -0.003 -0.193 -0.308 -0.359 -0.407
-1 0.511 -0.045 -183 -0.3 -0.351 -0.401
-2 0.515 0.051 -0.164 -0.281 -0.336 -0.377
-5 0.519 0.052 -0.159 -0.279 -0.333 -0.373
-10 0.54 0.069 -0.154 -0.27 -0.33 -0.76
-15 0.561 -0.613 -0.0208 -0.279 -0.341 -0.354

73
Relative scale current
Ilumination (%) setting (uA)
100 90 0.89
90 87.5 0.81
80 84 0.7
70 80.5 0.6
60 75.5 0.5
50 69.5 0.44
40 61 0.35
30 48.5 0.28
25 40 0.201
20 28 0.16
10 32 0.18

angle
current(mA)
(degress)
30 ACW 0.047
25 0.042
20 0.032
15 0.025
10 0.72
5 0.811
0 0.84
5 CW 0.817
10 0.78
15 0.71
20 0.04
25 0.041
30 0.05

74
A. Nomor Praktikum : 28
B. Judul Praktikum : The Phototransistor
C. Tujuan Praktikum :
1. Mengerti efek dari panjang gelombang cahaya dariwarna yang berbeda yang
direspon oleh Phototransistor.
2. Mengukur respon spectral dari Photo konduktif cell.

D. Daftar Alat dan Bahan


 Modul instrument TK2941A 1 buah
 Linear transduser Test Rig TK294 1 buah
 Power supply ±15Vdc (eg Feedback PS446) 1 buah
 Digital frequency metter 1MHz 1 buah
 Volt meter 2 buah
 Sensor tranducer 1 buah
 Banana cable secukupnya
E. Dasar Teori
Phototransistor adalah rangkaian yang dapat mendeteksi cahaya dan
sekaligus memberikan penguatan terhadap arus yang dihasilkan dalam satu
komponen sekaligus. Konstruksinya sama persis dengan transistor biasa, hanya
saja pada bagian basisnya berupa bagian yang tembus pandang, dan disinilah
cahaya diterima.
Apabila bagian sensor dari phototransistor menerima cahaya, maka akan
terjadi peningkatan arus bias, dan akan mengalami penguatan hfe pada arus
keluarannya. Hal ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
Ic = Ib x hfe

75
F. Gambar Modul dan Rangkaian

G. Langkah Kerja
Percobaan 1
1. Menghubungkan rangkaian seperti pada gambar 27.1. di atas.
2. Mengeset gain amplifier pada 10.
3. Menghubungkan voltmeter dengan output rangkaian.
4. Menyalakan power supply. Untuk sementara menghubungkan singkat
socket input.
5. Mengatur voltmeter agar didapatkan harga nol.
6. Mematikan power supply dan lepas penghubung socket input.
7. Mengatur linier rig pada posisi 100 %.
8. Menyalakan power supply kembali.
9. Mengatur kontrol dc ke nol.
10. Mencatat tegangan dan arus output pada tabel 1.
11. Mengulangi untuk iluminasi relatif 80, 60, 40, 25, 10.

76
Percobaan 2
1. Menghubungkan rangkaian seperti pada gambar 27.2. di atas.
2. Melakukan percobaan seperti pada percobaan 1.

H. Data Hasil Percobaan


Tabel 1. Output Voltage (V) = Reverse cell current (A)

Relative
100 80 60 40 25 10 Illumination
Bias %
Voltage Box & scale
75.5/
90 / 0 84 / 0 61 / 0 40 / 0 32/0 setting (mm)
0
0 0.3 0.25 0.7 0.9 0.14 0.09 80
0.1 2.66 2.5 2.54 2.4 2.6 2.5 75
0.2 3.9 3.8 3.88 3.4 3.75 3.7 70
0.3 5.7 5.6 4.6 4.5 5.5 4.56 65
0.4 4.7 4.75 5.6 5.6 4.66 5.7 60
0.5 8.4 8.3 6.44 6.3 8.4 6.5 55
1 8.5 8.8 6.6 8.4 8.5 8.4 50
2 9.5 9.3 8.4 9.1 9.3 9.1 45
5 11.7 11.7 9.2 11.7 11.9 11.2 35
10 13.2 13.5 11.6 13.6 13.4 13.2 20
12 14.2 14.5 13.2 14.3 14.3 14.3 10
14 15.2 15.2 15.1 15.3 15.4 15.1 0
Bias for
zero 0 /
p

Tabel 2.

Relative Scale setting Current (mA) for values of load resistance


illumination with 14 V appiled
(%) (mm)
Zero 1,5 kΩ 10k Ω
100 90 46 46 45
80 84 48 46.5 49
60 76 51 44.5 50
40 62 53 51 52
30 48.6 64 63 53
25 42 62 66 72
20 29 71 71 75
10 33 69 72 69
0 0 91 91 92

77
78
DAFTAR PUSTAKA

Aplikasi Jembatan Wheatstone, http://www.rajaloadcell.com/article/paper-


aplikasi-jembatan-wheatstone-33, 28 Desember 2015

Aplikasi Rangkaian Pembagi Arus, http://dokumen.tips/documents/artikel-


tentang-aplikasi-rangkaian-pembagi-arus-di-ini-website-lain.html, 28
Desember 2015\
OpAmp(OperationalAmplifier),http://elektrokita.blogspot.co.id/2008/10/p-
amp-operational-amplifier, 28 Desember 2015
Pembagi Tegangan, http://elektronika-dasar.web.id/pembagi-tegangan-
voltage-divider/, 28 Desember 2015

Sulistiyo Nurhidayat, 2014, Dasar Teori Jembatan Wheatstone,


http://sulistiyonurhidayat.blogspot.co.id/2014/03/dasar-teori-jembatan
wheatstone, 28 Desember 2015

Yadi Sitohang, 2012, Operational Amplifier http://yadielektronika.


blogspot.co.id/2012/10/operational-amplifier.html, 28 Desember 2015

Yudi Tirta, 2014, Pengertian dan Pengaplikasian Jembatan Wheatstone,


http://belajarmudahelektronikadasar.blogspot.co.id/2014/05/pengertian_dan
_pengaplikasian_jembatan_wheatstone, 28 Desember 2015

79

You might also like