You are on page 1of 29

MATERI TEKNIK

FIRST CAVE RESCUE

Disusun Oleh: DP LATGAB CAVING JABODETABEKA


LATGAB CAVING JABODETABEKA
CITEUREUP, 5 – 7 DESEMBER 2014
Materi First Cave Rescue
Latgab Caving Jabodetabeka

A. Introduction Cave Rescue (Management & Organization)


Kegiatan penelusuran goa atau yang biasa dikenal dengan Caving (Eropa) atau Spelunking (Amerika),
merupakan gabungan dari kegiatan mendaki gunung, memanjat tebing, berenang, bahkan menyelam yang
semuanya itu dilakukan dalam kondisi gelap gulita. Atas dasar itulah kegiatan penelusuran goa merupakan
kegiatan yang memiliki resiko paling besar (High Risk Activity). Musibah dalam kegiatan penelusuran goa dapat
terjadi setiap saat. Untuk itu semua penelusur goa wajib mengantisipasi terjadinya musibah tersebut, serta
terlatih dan terampil dalam menanggulangi musibah kecelakaan goa bila terjadi.
Berdasarkan data rekaman kejadian musibah kecelakaan kegiatan penelusuran goa yang terjadi di Indonesia,
musibah dalam goa terjadi akibat kelalaian penelusur atau human error. Ditinjau dari penyebab musibah,
hampir seluruhnya disebabkan oleh banjir dalam goa, sebagian akibat salah teknik, dan sebagian oleh
kegagalan alat Single Rope Technique (SRT). Untuk itu perlu kiranya para penelusur yang tergabung dalam
Latgab Caving Jabodetabeka membekali dirinya masing-masing dengan pengetahuan Cave Rescue mencakup
teknis, non teknis, dan medis baik secara teori maupun praktek. Jika suatu saat terjadi musibah di goa-goa
yang letaknya berada di sekitar daerah Jabodetabeka, para penelusur goa yang tergabung dalam Latgab
Caving Jabodetabeka dapat menyamakan visi dan prosedur standar kegiatan Cave Rescue atau dengan kata
lain paham dan mampu mengaplikasikan tahapan-tahapan Cave Rescue sesuai dengan standar.

Organisasi Cave Rescue berbeda dengan organisasi SAR pada umumnya. Karena pada kecelakaan gua, medan
yang dijumpai sangat bervariasi dan sangat menyulitkan upaya pertolongan. Untuk itu dalam organisasi Cave
Rescue membutuhkan tim khusus. Di Indonesia sampai saat ini belum ada tim SAR gua yang professional.

Berikut Kebutuhan tim dalam operasi Cave Rescue:


Incident commander
Bertanggungjawab terhadap seluruh aktivitas operasi Cave Rescue, termasuk mengembangkan dan
mengimplementasikan keputusan strategis sepanjang pelaksanaan operasi Cave Rescue. Tugas dari seorang IC
juga memonitor segala aspek operasi Cave Rescue meliputi perencanaan, logistic, komunikasi dan informasi.
Underground manager
Bertanggungjawab terhadap implementasi dari rencana yang telah dibentuk oleh IC. Selain itu UM juga
menetapkan dan memonitor tugas penting seperti rigging, medis, evakuasi korban, dan komunikasi bersama
IC di permukaan. UM juga bertanggungjawab terhadap keselamatan seluruh tim rescuer bawah tanah
Initial response team
Terdiri dari tim kecil yang bertugas memberikan respon pertama kali. Tugas dari IRT ialah melakukan
pengecekan informasi, korban di dalam gua serta memberikan penilaian dan evaluasi situasi dan kondisi yang
terjadi dengan tujuan memberikan laporan kepada IC. IRT biasanya juga terdiri dari orang medis guna
melakukan pertolongan pertama kepada korban. Medical team
Biasanya terdiri dari tingkatan level dan kemampuan petugas medis.
Communications team
Bertanggung jawab untuk menciptakan dan mengatur komunikasi antara tim yang berada di dalam gua
dengan IC.
Rigging team
Bertanggungjawab terhadap pembuatan lintasan rescue dan lintasan medis
Litter team
Terdiri dari personal rescue yang belum ditugaskan sebagai Rigging team, communications team, medical
team, atau posisi management. Bertanggungjawab terhadap keamanan korban (packaging dan transfer)
korban selama operasi Cave Rescue
Entrance control
Bertanggungjawab atas control semua personil rescue yang akan masuk dan telah meninggalkan gua. Dalam
hal ini berupa kebutuhan tim, mencakup peralatan dan perlengkapan, serta logistik.
B. Knot
a. Introduction Knot
Simpul adalah hal yang mutlak yang harus dikuasai oleh rescuer. Pembuatan simpul yang asal dan tidak
sesuai fungsi dapat menghambat operasi cave rescue. Untuk itu dibutuhkan pengetahuan tentang simpul
tidak hanya terbatas pada pembuatan bentuk fisik simpul semata saja. Tetapi juga harus paham mengenai
kelemahan, kelebihan, breaking strength, arah beban, dll. Simpul yang digunakan secara abnormal dapat
memperlemah kekuatan tali.

Adapun kriteria simpul yang baik dan benar ialah:


1. Mudah untuk dilihat kebeneran lilitannya (tidak saling tumpang tindih/cutting)
2. Mengurangi kekuatan tali seminimal mungkin
3. Mudah dilepas atau diurai setelah terbeban (pengecualian untuk simpul triple fisherman’s bend,
simpul yang tidak rapih lilitannya/ cutting sangat sulit dilepas)
4. Aman, dengan ikatan lilitan yang tidak bergerak atau bergeser ketika dibebani

b. Essential Knot
Berdasarkan tujuan pembuatan simpul dan fungsinya, simpul dibagi ke dalam 4 kelompok. Yakni:
1. Kelompok simpul untuk membuat loop (form one or more loops)
2. Kelompok simpul untuk menyambung dua tali (joining two ends of rope/end joining)
3. Kelompok simpul untuk friksi atau gesekan (Friction knot)
4. Kelompok simpul untuk menahan beban (autobloc knots)

Berikut beberapa simpul yang sering digunakan dalam operasi cave rescue:

Figure of eight

Di Indonesia biasa disebut simpul delapan. Terdiri dari delapan double, dan
delapan tunggal, biasa digunakan sebagai tambatan anchor serta menyambung
dua tali.

Breaking strength : 65 – 75 %
Kelompok Simpul : Membentuk Loop
Length lost : ± 40 cm
Material yang cocok : Tali
Performance : Tidak terpengaruh oleh air dan lumpur
Paska terbebani : Mudah dilepas

Figure of nine

Di Indonesia biasa disebut simpul Sembilan. Terdiri dari Sembilan double, dan
sembilan tunggal, di kalangan caver Indonesia jarang digunakan, biasanya
digunakan sebagai penghubung line rescue dari tali utama (lifting) ke stretcher
(full rescue loading)

Breaking strength : 70 – 85 %
Kelompok Simpul : Membentuk Loop
Length lost : ± 50 cm
Material yang cocok : Tali
Performance : Tidak terpengaruh oleh air dan lumpur
Paska terbebani : Mudah dilepas
The Double Figure 8 on the bight

Di Indonesia biasa disebut simpul kelinci atau playboy karena bentukny mirip
dengan telinga kelinci. Biasa digunakan untuk Y anchor. Kelemahan dari simpul
playboy ini ialah cukup memakan panjang tali (boros tali).

Breaking strength : 65 – 75 %
Kelompok Simpul : Membentuk Loop
Length lost : Untuk membentuk loop sepanjang 50 cm
menghabiskan 3,5 meter panjang tali
Material yang cocok : Tali
Performance : Tidak terpengaruh oleh air dan lumpur
Paska terbebani : Mudah dilepas

Simpul Yosemite Mountaineering Bowline

Biasa disingkat YMB, di kalangan caver Indonesia deisebut bowline


tunggal/simpul kambing. Biasa digunakan sebagai tambatan langsung ke
natural anchor (pohon), atau untuk membuat footloop pada set SRT.

Breaking strength : 65 – 75 %
Kelompok Simpul : Membentuk Loop
Length lost : ± 40 cm
Material yang cocok : Tali
Performance : Tidak terpengaruh oleh air dan lumpur
Paska terbebani : Mudah dilepas

Bowline on the Bight

Biasa disingkat BOB, di kalangan caver Indonesia deisebut double bowline.


Biasa digunakan sebagai tambatan langsung ke natural anchor (pohon), atau
untuk membuat footloop pada set SRT.

Breaking strength : 60 %
Kelompok Simpul : Membentuk Loop
Length lost : ± 40 cm
Material yang cocok : Tali
Performance : Tidak terpengaruh oleh air dan lumpur
Paska terbebani : Mudah dilepas

Alpine Butterfly Knot

Atau biasa disebut simpul kupu-kupu. Biasa digunakan sebagai Y Anchor


(karena lebih mudah diatur panjang pendek loop nya dengan cepat. Untuk
membuat lintasan traverse, untuk menghidari friksi pada tali, serta sebagai
simpul peredam fall factor.

Breaking strength : 60 – 70 %
Kelompok Simpul : Membentuk Loop
Length lost : ± 30 cm
Material yang cocok : Tali
Performance : Tidak terpengaruh oleh air dan lumpur
Paska terbebani : Mudah dilepa
Italian Hitch

Atau biasa disebut Halbmastwurf (HMS) di Jerman dan Munter Hitch.


Digunakan sebagai friksi, digunakan juga untuk menahan tali tegang
(Tyrollean). Dalam Cave Rescue, Italian Hitch sering digunakan, terutama saat
instalasi stretcher, deviasi, dll. Italian Hitch juga digunakan untuk menurunkan
peralatan dan satu orang saja, jangan digunakan untuk menurunkan Rescue
Loads.

Holding strength : ~8 KN
Group Simpul : Friksi Knot
Length lost : ± 8 cm
Material yang cocok : Tali
Performance : Tidak terpengaruh oleh air dan lumpur
Paska terbebani : Mudah dilepas

Classic 3-wrap Prusik Knot

Simpul Prusik biasa digunakan untuk menahan beban pengganti alat-alat


ascender. Dalam Cave Rescue biasa digunakan sebagai pengganti basic/hand
ascender pada hauling set. Jika hand ascender kita rusak, simpul prusik bisa
digunakan untuk ascending.

Kelompok Simpul : Autobloc Knot


Material yang cocok : Tali
Performance : Terpengaruh oleh air dan lumpur
Paska terbebani : Mudah dilepas
Works best : Ukuran 2mm lebih kecil dari tali utama

Hedden Knot

Hedden Knot dibuat oleh Chef Hedden. Di Jerman biasa disebut Kreutzkleim,
sedangkan di Perancis dikenal sebagai Klemheist Knot. Biasa digunakan juga
sebagai anchor jika menggunakan material webbing. Fungsi utama sebagai
penahan beban

Kelompok Simpul : Autobloc Knot


Material yang cocok : Tali & Webbing
Performance : Terpengaruh oleh air dan lumpur
Paska terbebani : Mudah dilepas
Works best : Ukuran 2mm lebih kecil dari tali utama

Garda Self-Locking Hit

The Garda Hitch ditemukan oleh Alpine Rescue Team, digunakan untuk belay

Sliping Strength :~ 2 KN
Kelompok Simpul : Friction Knot
Length Lost : 75 mm
Material yang cocok : Tali
Performance : Terpengaruh oleh air dan lumpur
Paska terbebani : Mudah dilepas
Tape Knot

Di Amerika biasa disebut water knot, sedangkan di Indonesia biasa disebut


simpul pita. Simpul ini biasa digunakan untuk menyambung kedua ujung
webbing

Breaking Strength : 55 – 65 %
Kelompok Simpul : End-Joining
Material yang cocok : Webbing
Paska terbebani : Sulit dilepas setelah terbeban

Double Fisherman Knots

Biasa disingkat DF. Simpul ini adalah simpul yang paling baik untuk
menyambung dua tali dan lebih kuat dibandingkan sambungan tali dengan
menggunakan simpul delapan. Selain itu Double Fisherman Knots lebih mudah
untuk dilewati pulley dari pada simpul sambungan tali delapan double. Hanya
saja kelemahannya sulit dilepas ketika sudah terbeban dan hanya untuk
menyambung tali dengan diameter tali yang sama atau tidak lebih dari 2 mm
perbedaannya.

Breaking Strength : 70 – 80 %
Kelompok Simpul : End – Joining
Length Loss : 250 mm
Material yang cocok : Tali
Performance : Tidak terpengaruh oleh air dan lumpur
Paska Terbebani : Sulit dilepas setelah terbeban

Triple Fisherman’s Bends

Biasa disingkat TF, di Amerika disebut Barrel Knot. TF merupakan simpul yang
kuat (bahkan ada beberapa referensi yang menyebutkan breaking strength
simpul ini mencapai 100%).TF dapat digunakan untuk menyambung dua tali
dengan diameter yang berbeda hingga melebihi 2 mm. Namun kelemahan
simpul ini ialah sangat sulit dilepas saat terbeban, bahkan terkadang tidak bisa
dilepas sama sekali ketika mendapat beban yang sangat berat (seperti rescue
loads) dan harus dipotong jika ingin memisahkan kedua tali. Secara
keseluruhan fungsi dan kelebihan simpul ini sama dengan double fisherman
knot

Breaking Strength : 80 – 90 %
Kelompok Simpul : End – Joining
Length Loss : 350 mm
Material yang cocok : Tali
Performance : Tidak terpengaruh oleh air dan lumpur
Paska Terbebani : Sulit dilepas setelah terbeban
Barrel Knot

Barrel Knot disini berbeda dengan penyebutan Barrel Knot versi Amerika (yang
merupakan simpul Triple Fisherman’s Bends). Simpul ini biasanya digunakan
untuk membuat cowstail panjang maupun cowstail pendek pada instalasi set
SRT. Selain itu biasa digunakan juga untuk instalasi stretcher pada cave rescue.

Breaking Strength : 65 – 75 %
Kelompok Simpul : Membentuk loop
Length Loss : 75 mm
Material yang cocok : Tali
Performance :Tidak terpengaruh oleh air dan lumpur
Paska Terbebani : Sulit dilepas setelah terbeban

C. One Perception of Installation SRT Set


Untuk mempermudah proses evakuasi dalam cave rescue, instalasi alat SRT antara seluruh tim teknik
sebaiknya sama (baik system SRT yang digunakan maupun tata letak instalasi komponen-komponen alat set
SRT. Caver-caver di Indonesia lebih condong menganut system Frog Rig untuk melakukan single rope
technique. Kesepakatan bersama ini digunakan saat proses cave rescue. Pemasangan instalasi set SRT yang
salah dalam tata letak dapat menghambat proses evakuasi. Untuk system Frog Rig tata letak yang sudah
terbukti cukup efektif ialah dengan menempatkan cowstail panjang dan pendek di bagian paling kiri MR kita,
Chest Ascender (Croll) ditempatkan paling kanan, serta descender di tempatkan di antara cowstail dan Croll.
Jumlah karabiner dalam set SRT berjumlah 5. Antara Hand Ascender dan footloop dikaitkan dengan carabiner,
baru carabiner cowstail panjang dikaitkan pada carabiner yang menghubungkan Hand Ascender dan Footloop
tersebut. Semua gate carabiner pada instalasi SRT menghadap kearah kita, hal ini dimaksudkan agar gate
carabiner di instalasi SRT kita tidak bersentuhan langsung dengan batu atau dinding gua. Mengingat gate
carabiner merupakan bagian terlemah.

D. Load & Forces in a Rescue System


Dalam Cave Rescue, kalkulasi beban sekitar 200 kilogram (2 KN) yang diterima anchor saat melakukan hauling.
Untuk itu dalam cave rescue perlu adanya pembagian beban anchor. Sharing load anchor/pembagian beban
anchor dalam cave rescue minimal menggunakan 3 anchor. Hal ini dimaksudkan agar setiap anchor tidak
menerima beban sebesar 100 persen. Saat melakukan hauling pada saat operasi cave rescue, kalkulasi beban
200 kg terdiri dari victim (korban) seberat 80 kg, borrowboy (Rescuer pendamping korban) seberat 80 kg, serta
instalasi stretcher dan alat set SRT seberat 40 kg. Untuk melakukan Cave Rescue dibutuhkan tips dan trik agar
operasi cave rescue berjalan cepat dan aman. Termasuk dalam membuat anchor. Tips dan trik pembuatan
anchor dalam cave rescue salah satunya dengan membuat “Weave a Self-Equalising Anchor”. Pembagian
beban anchor dengan teknik ini dapat membuat proses cave rescue berjalan efisien. Teknik pembagian beban
anchor ini bersifat dinamis anchor yang artinya anchor dapat dengan mudah langsung diubah mengenai sudut
arahnya. Berikut contoh gambaran pembagian anchor dengan teknik Weave a Self-Equalishing Anchor:
Anchor for Deviation

Fungsi deviasi ialah untuk merubah arah tali. Besar sudut deviasi dalam
operasi cave rescue perlu diperhatikan dengan seksama terutama pada
besar sudut yang terbentuk. Hal ini mengingat dalam cave rescue, kalkulasi
beban rescue sebesar 200 kilogram. Jika sudut yang terbentuk terlalu besar,
beban yang diterima anchor deviasi juga akan semakin besar. Untuk itu
besaran sudut dan pemilihan anchor untuk deviasi perlu diperhatikan dalam
operasi Cave Rescue. Sudut yang terbentuk dari deviasi prinsipnya sama
dengan sudut yang terbentuk dari Y-anchor. Semakin besar sudut, semakin
besar pula beban yang diterima anchor.

Berikut gambaran beban yang diterima anchor deviasi berdasar besar sudut deviasi yang terbentuk:

Besar Besar beban yang


Sudut diterima anchor Keterangan
Deviasi deviasi
10° 17% Dengan berat Load Rescue sebesar 200 kg, besar sudut 10°, maka
beban yang diterima anchor deviasi sebesar 17 persen dari berat Load
Rescue (± 34 kg)
20° 33% Dengan berat Load Rescue sebesar 200 kg, besar sudut 20°, maka
beban yang diterima anchor deviasi sebesar 33 persen dari berat Load
Rescue (± 66 kg)
30° 50% Dengan berat Load Rescue sebesar 200 kg, besar sudut 20°, maka
beban yang diterima anchor deviasi sebesar 50 persen dari berat Load
Rescue (± 100 kg)
45° 75% Dengan berat Load Rescue sebesar 200 kg, besar sudut 20°, maka
beban yang diterima anchor deviasi sebesar 75 persen dari berat Load
Rescue (± 150 kg)
60° 100% Dengan berat Load Rescue sebesar 200 kg, besar sudut 20°, maka
beban yang diterima anchor deviasi sebesar 100 persen dari berat Load
Rescue (± 200 kg)
90° 142% Dengan berat Load Rescue sebesar 200 kg, besar sudut 20°, maka
beban yang diterima anchor deviasi sebesar 142 persen dari berat Load
Rescue (±284 kg)
120° 175% Dengan berat Load Rescue sebesar 200 kg, besar sudut 20°, maka
beban yang diterima anchor deviasi sebesar 175 persen dari berat Load
Rescue (± 350 kg)
180° 200% Dengan berat Load Rescue sebesar 200 kg, besar sudut 20°, maka
beban yang diterima anchor deviasi sebesar 200 persen dari berat Load
Rescue (± 400 kg)
E. Fundamental of Rescue Caving Techniques
- Lowering System (Menurunkan Beban)
Menurunkan load rescue menggunakan bantuan alat descender (seperti Autostop, simple descender,
dll). Untuk Italian Hitch Knot sebaiknya jangan digunakan untuk lowering load rescue, Italian Hitch
digunakan untuk lowering peralatan atau beban satu orang saja.

- The V-Rig 2:1 Advantage

V-Rig 2:1 merupakan salah satu teknik hauling system yang paling
simple. Untuk mengangkut beban seberat 100 kilogram, dengan
system ini membutuhkan gaya sebesar 50 kilogram (T3).

- The Block & Tackle 3:1, The Block & Tackle 4:1

- Building a Ratchet Pulley/Hauling Set (A-Block)


- The Z-Rig 3:1 Advantage (B-Block)

- More Than 3:1

- Jigger
- Mechanical Advantage
F. Self Rescue
a. Lost, Forgotten, or Broken Personal Equipment (Situasi Darurat!!!)
- Jika Hand Ascender mu tidak berfungsi

- Jika Chest Ascender mu tidak berfungsi

- Jika Descendermu tidak berfungsi

b. Removing a Victim From the Rope


Teknik Cave Rescue sangat sulit dan kompleks, sehingga memerlukan banyak latihan, banyak belajar
dan mencoba banyak Teknik Rescue. Mahir melakukan teknik rescue pada saat latihan bukan
menjadi jaminan anda akan mampu melakukan rascue pada kondisi yang sebenarnya. Factor mental
sangat berpengaruh. Persiapkanlah diri anda mengahadapi kondisi ini.
Perbanyaklah teknik rescue yang anda miliki dan rajinlah berlatih dengan mengulang ulang teknik
yang anda telah kuasai.
Pada dasarnya seseorang yang mulai memasuki gua gua vertical tanpa mengetahui teknik rescue bisa
dikatakan orang itu adalah caver yang tidak bertanggung jawab.
Bekali juga diri anda dengan pengetahuan medical practice karena juga akan sangat berguna.
Terutama bagaimana mengenali kondisi korban dan cara pemberian pertolongan pertama.
Sebelum melakukan tindakan, buatlahlah keputusan tentang teknik apa yang akan anda
gunakan.dibawah ini ada beberapa kemungkinan tindakan atau teknik bisa anda lakukan antara lain :

- Victim on Ascender (Lowering From Below)


 Counterweight (Long Cowstail & Footloop) Methode
Metode Counterweight dengan menggunakan Footloop, caranya yaitu :
1. Bergeraklah ke posisi korban
2. Pasang Cowstail Pendek ke bagian bawah Maillon Rapide (MR) korban sebagai pengaman
dengan gate menghadap ke rescuer
3. Lepaskan Ascender rescuer dari tali .
4. Lepaskan Footloop dan Carabinernya dari Hand ascender lalu masukkan bagian tengah
Footloop ke Carabiner Hand ascender korban, lalu Carabiner Footloop dikaitkan pada lubang
atas Croll atau MR korban (2 metode) dan bagian sisi Footloop dekat Loop dimasukkan
kedalam Croll penolong. Sisakan jarak antara Carabiner Footloop dengan Carabiner Hand
ascender korban sepanjang 10 cm.
5. Injak Footloop korban, berdiri sambil menarik Footloop untuk menaikkan posisi Croll lebih
keatas hingga pada posisi yang diinginkan.
6. Dorong pantat korban keatas. Dorongan tangan akan membantu Footloop menarik korban
keatas hingga Croll korban mulai tidak terbebani. Pasang Descender, kencangkan talinya, lalu
kunci.
7. Lepaskan Croll korban dan buka kunci descender. Kemudian kencangkan descender lalu
kunci kembali. Injak footloop korban, berdiri sambil melepaskan Croll penolong, Footloop
dari Carabiner Hand ascender korban dan Croll korban.
8. Setelah itu pasang dua carabiner dikaitkan ke maillon rapide penolong dan maillon rapide
korban yang fungsinya sebagai tempat menggantung penolong dari korban.
9. Lepaskan Hand ascender, lepaskan kunci Descender lalu bawa korban turun.

10
c
m

Lang
Lang
kah
kah
6
Langk 5
Langk
ah 3
ah 4

Lang Lang
Lang
kah kah
kah
7 9
8
Metode Counterweight dengan Cowstail Panjang, Caranya yaitu :
1. Mendekatlah keposisi korban.
2. Cantolkan Carabiner ke bagian bawah Maillon Rapide korban
3. Lepaskan Hand ascender penolong dari tali, lalu lepaskan Cowstail Panjang dari Hand
ascender.
4. Pasang Carabiner Cowstail Panjang pada lubang bagian atas Croll. Berdiri dengan
menggunakan Footloop korban lalu kaitkan bagian tengah Cowstail panjang ke Carabiner
Hand ascender korban. Sisakan jarak 10 cm antara carabiner cowstail dengan carabiner hand
ascender.
5. Lepaskan Croll penolong. Selanjutnya beban penolong bepindah ke cowstail panjang.
6. Dorong pantat korban keatas, dorongan tangan akan membantu tarikan Cowstail Panjang
menarik korban keatas, hingga Croll korban kendur atau tidak terbebani.
7. Pasang Descender lalu kunci. Lepaskan Croll korban. Buka kunci Descender kencangkan
talinya lalu kunci kembali.
8. Berdiri dengan menginjak Foot Loop korban, lepaskan Carabiner Cowstail panjang dari
lubang bagian atas Croll korban, lepaskan bagian tangah Cowstail panjang dari Carabiner
Hand ascender Korban.
9. Pasang dua buah Carabiner lalu kaitkan ke Maillon Rapide penolong kemudian kaitkan lagi ke
Maillon Rapide korban (berfungsi tempat menggantung penolong dari korban).
10. Lepaskan Hand ascender, lalu bawa turun korban.
 Croll to Croll Methode
Metode Croll to Croll, caranya yaitu:
1. Rescuer naik mendekati korban, lalu lepas kaki korban dari footloop
2. Pasang cowstail pendek rescuer ke MR bagian bawah korban dengan gate carabiner
menghadap ke
3. Lepaskan hand ascender rescuer dari tali
4. Gunakan footloop korban sebagai pijakan rescuer untuk mendekatkan croll rescuer ke croll
korban
5. Install descender dan Carabiner friksi pada MR korban dengan posisi descender menghadap
ke rescuer, lalu kunci descender.
6. Lepas cowstail panjang korban dari hand ascendernya.
7. Longgarkan chest harness rescuer, lalu tempatkan paha dan lutut rescuer di bawah pantat
korban, hal ini untuk memudahkan rescuer mengangkat korban dengan bantuan lutut dan
paha rescuer sambil menginjak footloop korban.
8. Sebelum melakukan hentakan dan mendorong pantat korban ke atas, pegang belakang croll
korban dengan menggunakan tangan kanan rescuer, serta tangan kiri rescuer bersiap-siap
untuk melepaskan Croll dari tali.
9. Gunakan otot perut rescuer lalu dorong pantat korban ke atas dengan menggunakan lutut
rescuer sambil menginjak footloop. Pada saat yang sama tangan kanan rescuer mendorong
croll korban ke atas, dan tangan kiri rescuer melepaskan croll korban dari tali.
10. Jika croll korban sudah terlepas, turunkan korban sambil tangan kanan rescuer tetap
memegang belakang croll korban lalu turunkan korban pelan-pelan hingga beban korban
pindah ke descendernya.
11. Pijak footloop untuk melepas croll rescuer dari tali
12. Setelah melepaskan croll, rescuer turun pelan-pelan sambil memasang carabiner konektor
(satu carabiner konektor pasang di bagian bawah MR korban, satunya lagi dipasang di bagian
atas MR rescuer, lalu hubungkan kedua Carabiner). Sehingga beban rescuer pindah ke MR
korban (descender korban).
13. Buka kuncian descender lalu turun perlahan-lahan bersama korban.

 Power Methode/Man to Man


Teknik ini sama seperti saat kita SRT melewati simpul atau sambungan tali. Rescuer
mengaitkan cowstail pendeknya ke MR bagian atas korban. Lalu rescuer melewati korban
sama seperti saat melewati sambungan tali atau simpul. Setelah melewati korban, rescuer
terus naik ke atas dengan membawa korban, hingga beban korban berpindah dari croll
korban ke cowstail pendek rescuer. Jika beban sudah terpindah, croll korban bisa dilepas.
Setelah itu rescuer memasang descender dan dikunci. Setelah itu lepas croll rescuer dan
pindahkan beban ke descender. Lalu lepas hand ascender dari tali, buka kuncian descender
dan turun perlahan-lahan bersama korban.

 Cutting The Rope


Teknik Self Rescue dengan Memotong Tali, caranya yaitu:
1. Mendekatlah keposisi korban lalu pasang Cowstail pendek penolong ke Maillon Rapide
korban.
2. Lepaskan Cowstail panjang korban dari hand ascender. Biarkan Footloop korban tetap pada
tempatnya.
3. Jika penolong bergerak dari bawah sebaiknya membawa ujung tali keatas pada saat naik dan
ujung tali tersebut yang di cantolkan ke hand ascender setelah dibuat simpul delapan. Tetapi
jika penolong bergerak dari atas kebawah pada saat mendekati korban buatlah loop sekitar
dua meter lalu buat simpul delapan dan cantolkan ke carabiner hand ascender.
4. Perhatikan jarak antara Hand ascender dan Croll korban, yaitu minimal 30 cm.
5. Pasanglah Descender pada tali yang baru terpasang tadi lalu dikunci.
6. Doronglah Descender korban keatas apabila akan mengencangkan tali antara Hand ascender
dan Descender.
7. Pasang kembali Hand ascender penolong untuk mendapatkan posisi yang sejajar dengan
korban. hal ini dilakukan untuk memudahkan kita memotong tali.
8. Ambil pisau dan potonglah tali tepat diatas Croll korban.
9. Injak Foot Loop korban untuk melepaskan Hand ascender penolong.
10. Pasang dua Carabiner lalu kaitkan ke Maillon Rapide penolong dan Maillon Rapide korban
yang fungsinya sebagai tempat menggantung penolong dari korban.
11. Beban akan berpindah ke descender korban. Selanjutnya penolong melepaskan kunci
descender lalu membawa korban kebawah.
 Passing a Rebelay/Intermediate, a Knot, a Deviation
Membawa Turun Korban Melewati Rebelay/Intermediate, Caranya :
1. Turunlah dengan membawa korban dan berhenti ketika Descender sejajar dengan Anchor,
lalu kuncilah Descender.
2. Pasang satu lagi Descender ke maillon rapide korban bersebelahan dengan descender yang
pertama. Ambil tali yang dibawah anchor pasang ke descender yang kedua lalu kunci.
3. Lepaskan kunci descender yang pertama, ulurkan talinya hingga beban berpindah ke
descender yang kedua. Lepaskan tali dari descender yang pertama dan turunlah dengan
descender kedua.

Langkah 1 Langkah 2 Langkah 3

Melewati Sambungan Tali, Caranya :


1. Berhenti dua meter diatas simpul dan kunci Descender. Buat Simpul Delapan dekat simpul
sambungan tali lalu loopnya masukkan ke Carabiner Hand ascender.
2. Pasang Hand ascender yang telah disambungkan dengan Loop simpul tadi ke tali diatas
Descender.
3. Ambil Descender yang kedua lalu pasang ke Maillon Rapide korban bersebelahan dengan
Descender yang pertama. Pasang Descender kedua ketali dibawah simpul yang tercantol
pada Hand ascender dan kunci.
4. Dorong Hand ascender keatas untuk mengencangkan tali antara Descender dengan Hand
ascender.
5. Lepaskan kunci Descender yang pertama, kendurkan talinya sampai beban berpindah ke
descender yang kedua.
6. buka kunci descender pertama dan lepaskan dari tali. Buka kunci descender kedua dan
rappelling dengan membawa korban kebawah.
Melewati deviasi
1. Berhentilah tepat selevel dengan posisi deviasi lalu kunci descender
2. Kaitkan cowstail pendek ke carabiner deviasi atau pasang hand ascender di atas descender
lalu kaitkan cowstail pendek di lubang atas hand ascender.
3. Dorong tubuh ke arah mendekati anchor deviasi sambil melepaskan carabiner deviasi dari
tali dan pasang kembali di atas descender.
4. Lepas cowstail pendek, buka kuncian descender lalu turun perlahan-lahan bersama korban.

- Victim on Ascender (Raising From Above)


 The Spanish Pendulum
1. Pasang cowstail panjang rescuer ke carabiner anchor, dengan posisi korban tetap berada di
posisi rebelay.
2. Pasang 3 carabiner kaitkan dengan carabiner anchor. Carabiner yang paling bawah kaitkan
ke tali tegang. Carabiner yang paling bawah inilah yang disebut carabiner pendulum.
3. Pasang cowstail pendek di antara tali tegang dan carabiner pendulum
4. Duduk dan bebankan cowstail pendek rescuer sehingga membentuk pendulum.
5. Tarik tali tegang ke atas, sehingga korban bergerak ke atas dan rescuer bergerak ke bawah.
Jika korban tidak bisa bergerak ke atas (karena beban korban lebih berat dari rescuer)
gunakan bantuan footloop dan dan hand ascender rescuer. pasang hand ascender rescuer
secara terbalik di tali tegang, lewatkan footloop rescuer pada MR rescuer. injak footloop
sambil gunakan kedua tangan rescuer menarik tali tegang ke arah atas.
6. Setelah pendulum terbentuk sekitar 50 cm sampai 1 meter, lepas instalasi hand ascender
dan footloop rescuer lalu pasang pada tali pendulum tepat di bawah carabiner pendulum.
Pijak footloop lalu pasang croll rescuer di tali pendulum tepat di bawah hand ascender.
7. Naikkan korban, hingga croll rescuer mencapai bagian bawah pendulum.
8. Naikkan lagi hand ascender dan croll hinnga mendekati carabiner pendulum, lakukan
langkah no. 7 kembali begitu seterusnya hingga korban mencapai atas.
 Haul System on a Taut Rope
1. Instal Hauling Set pada tali tegang sekitar kurang lebih 20 cm di bawah anchor dengan posisi
basic ascender terbalik
2. Pemasangan hauling dengan bantuan hand ascender dan footloop yang dibalik.
3. Injak footloop agar tali tegang dan keangkat sementara ke atas, lalu pasang carabiner
hauling set ke carabiner anchor.
4. Jika hauling set sudah terpasang, langkah berikutnya hampir sama dengan teknik spanish
pendulum. Bebankan pendulum yang terbentuk di antara hauling set dan anchor dengan
memindahkan beban rescuer dengan bantuan cowstail pendek.
5. Jika tali pendulum sudah dirasa cukup, rescuer bisa memasang hand ascender dan croll pada
tali pendulum tersebut atau memasang instalasi Z-Rig. Tarik hingga korban sampai pada
posisi atas.

 Obendorf Hoist
Obendorf Hoist adalah teknik raising korban yang lebih
cepat dan tidak memerlukan tenaga besar untuk instalasi
alatnya. Akan tetapi teknik ini membutuhkan banyak orang
untuk mengoperasikannya. Teknik ini setidaknya
membutuhkan 2 pulley dan 2 ascender. Untuk lebih
jelasnya bisa melihat gambar di bawah ini:
 Passing a Knot, a Rebelay, a Deviation
Melewati sambungan tali saat melakukan Teknik Spanish Pendulum
Ketika sambungan tali mendekati carabiner pendulum, Gunakan ascender untuk menahan tali,
letakkan terbalik sekitar 20 cm di bawah sambungan dan kaitkan ke anchor. Pindah berat badan
rescuer dari tali agar beban korban tertahan pada alat ascender yang dipasang oleh rescuer tadi.
Tambahkan rantai carabiner sehingga sambungan tali dapat melewati carabiner pendulum. Jika
sudah, rescuer bebankan kembali tali pendulum agar beban pindah dari ascender ke beban
rescuer kembali. Jika sudah ascender yang tadi digunakan untuk menahan beban korban
sementara bisa dilepas.

Melewati sambungan tali saat melakukan teknik haul system on a taut rope

Melewati rebelay (intermediate)


Melewati intermediate dengan menggunakan ketiga teknik di atas adalah sesuatu yang mustahil
jika kita melakukan rescue seorang diri, kecuali ketika kita memiliki tali tambahan pada saat
melakukan rescue.

Melewati deviasi
Tidak mungkin melewati deviasi dengan kondisi korban tidak sadarkan diri jika menggunakan
ketiga teknik di atas. Namun, jika korban masih bisa sadar, untuk melewati deviasi
direkomendasikan menggunakan Spanish Pendulum. Dalam hal ini korban masih bisa dan
mampu melepaskan deviasi sendiri.
- Victim on Ascender (Raising From Below)
 Italian Footloop (Mao System)

 Counterweight
- Victim on a Tyrolean

G. Rescue Group
- Building Main Runway & Back up Line (Tyrolean)
- Transmission from Raising to Lowering (Autostop & Italyan hitch)
- Transmission from Lowering to Raising

- Passing Knot Hauling & Lowering Load


- Passing Traverse (The Knotty Traverse & The Tarzan Traverse)
- Counterweight & Balance System

- Italyan Deviator
- Human Deviator

- Triple Pulley Mobile


a. Instalation Stretcher
- Victim Packaging

- Installation Dragbar to Rope (Basic Instalation & Manuver Installation)


BERLATIHLAH KEMAMPUAN
CAVE RESCUE SESERING MUNGKIN…
TETAPI…JANGAN SAMPAI MELAKUKAN CAVE RESCUE DALAM KEGIATAN KITA…
LEBIH BAIK MENUNDA DAN MEMBATALKAN KEGIATAN PENELUSURAN GUA DARIPADA DIPAKSAKAN DAN
MENDAPAT CELAKA . . .
WITH
SAFETY PROCEDURE..!
. . .DAN SEMOGA MASYARAKAT MENDAPATKAN MANFAAT DARI APA YANG AKAN KITA LAKUKAN . . . . .

-CunyataJana-

You might also like