You are on page 1of 22

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA


SMA KELAS X

MATERI PEMBELAJARAN PUISI RAKYAT

Disusun Oleh:

INDAH KURNIATI, S. Pd.

SEKOLAH INDONESIA (SINGAPURA) LTD.


20A SIGLAP ROAD, SINGAPORE
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

a. Nama Sekolah : Sekolah Indonesia Singapura


b. Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
c. Kelas / Semester : X (sepuluh)
d. Materi Pokok : Puisi Rakyat
e. Alokasi Waktu : Dua kali pertemuan
4 jam pelajaran (4 x 40 menit)

A. Kompetensi Inti (KI)


3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan
kejadian tampak mata.
4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai,
merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca,
menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah
dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.

B. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa mengetahui struktur fisik dan kebahasaan dalam puisi rakyat (pantun, syair,
gurindam).
2. Siswa memahami pesan dan maksud dari puisi rakyat yang dibaca/didengar.
3. Siswa mengetahui perbedaan antara jenis-jenis puisi rakyat (pantun, syair, gurindam).
4. Siswa menyusun salah satu puisi rakyat dengan memerhatikan kaidah yang sesuai.
5. Siswa mampu menyusun rangkuman secara geris besar mengenai pesan yang
terdapat dalam puisi rakyat
6. Siswa termotivasi untuk menggunakan puisi rakyat dalam komunikasi atau hobi
sehari-hari.
C. Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator Pencapaian Kompetensi
Kompetensi Dasar (KD) Indikator Pencapaian Kompetensi
3.13 Mengidentifikasi informasi (pesan, rima, dan 3.13.1 Mengetahui maksud, arti, maupun pesan
pilihan kata) dari puisi rakyat (pantun, syair, dari puisi rakyat (pantun, syair, gurindam)
dan bentuk puisi rakyat setempat) yang yang dibaca/didengar
dibaca) dan didengar. 3.13.2 Menyimpulkan isi/informasi yang ada pada
puisi rakyat (pantun, syair, gurindam)yang
dibaca/didengar
3.14 Menelaah struktur dan kebahasaan puisi 13.14.1 Mengenal ciri masing-masing struktur
rakyat (pantun, syair, dan bentuk puisi rakyat fisik puisi rakyat (pantun, syair, gurindam)
setempat) yang dibaca dan didengar. yang dibaca/didengar
13.14.2 Memahami unsur kebahasaan yang
digunakan dalam puisi rakyat (pantun, syair,
gurindam) yang dibaca/didengar
13.14.3 Menyusun puisi rakyat secara individu
dengan memerhatikan struktur dan kaidah
serta kebahasaan yang sesuai.

D. Materi Pembelajaran Reguler, Remidial, dan Pengayaan


1. Pengetahuan
a. Struktur fisik puisi rakyat: bait, baris, kata, suku kata, sajak, amanat/pesan.
b. Unsur kebahasaan puisi rakyat: diksi, gaya bahasa, kata kiasan, imaji/citraan.
2. Keterampilan
a. Praktik menyusun salah satu puisi rakyat secara individu dengan memerhatikan
kaidah yang sesuai.
b. Praktik membedakan bentuk puisi rakyat yang dibaca/didengar sesuai jenisnya.
Sikap utama yang ditumbuhkan: peduli, jujur berkarya, tanggung jawab, toleran, dan
kerjasama, proaktif, dan kreatif.

E. Metode, Media, dan Sumber Pembelajaran


1. Metode: Presentasi, tanya-jawab, diskusi kelompok, penugasan, dan latihan
2. Media: LCD Proyektor, speaker, video pembacaan puisi rakyat, buku teks Bahasa
Indonesia
3. Sumber:
a. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Edisi Revisi 2016. Bahasa Indonesia
SMP/MTs. Kelas VII
b. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Edisi Revisi 2016. Buku Guru Bahasa
Indonesia SMP/MTs Kelas VII.
c. Buku kumpulan pantun, syair, dan gurindam di perpustakaan sekolah
d. Internet

F. Langkah Kegiatan Pembelajaran


Pertemuan Pertama
Rincian Kegiatan Waktu
1. Kegiatan Pendahulauan
Guru mengucapkan salam dan doa. Setelah itu guru melanjutkan
dengan presensi dan siswa merespon dengan bahasa yang santun.
Sesuai Salinan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016, dalam kegiatan pendahuluan
guru wajib:
a. Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk
mengikuti proses pembelajaran;
b. Memberi motivasi belajar peserta didik secara kontekstual
sesuai manfaat dan aplikasi materi ajar dalam kehidupan 2 menit
sehari-hari, dengan memberikan contoh dan perbandingan
lokal, nasional, dan internasional, serta disesuaikan dengan
karakteristik dan jenjang peserta didik;
c. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan
pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari;
d. Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang
akan dicapai; dan
e. Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian
kegiatan sesuai silabus.
2. Kegiatan Inti
a. Mengenali perbedaan dari struktur fisik puisi rakyat (pantun,
syair, gurindam).
35 menit
b. Mengidentifikasi struktur dan kaidah kebahasaan puisi rakyat
(pantun, syair, gurindam).
c. Membaca contoh puisi rakyat.
d. Menemukan struktur fisik dan kaidah kebahasaan puisi rakyat
yang dibaca/didengar.
e. Mencoba menyusun salah satu puisi rakyat dengan bahasa
sendiri dengan memerhatikan kaidah yang sesuai
f. Mempresentasikan hasil karya puisi rakyat secara individu
maupun kelompok.
3. Kegiatan Penutup
a. Dengan sikap tanggung jawab, peduli, responsif, dan santun
siswa bersama guru menyimpulkan pembelajaran
b. Bersama guru, siswa mengidentifikasi hambatan-hambatan
yang dialami saat memahami pengertian, fungsi, jenis dan
struktur prosedur
3 menit
c. Dengan sikap peduli, responsif, dan santun siswa
mendengarkan umpan balik dan penguatan dari guru atas
pernyataan mereka tentang hambatan dalam memahami
pengertian, fungsi, jenis dan struktur prosedur
d. Siswa menyimak informasi mengenai rencana tindak lanjut
pembelajaran

Pertemuan Kedua
Rincian Kegiatan Waktu
1. Kegiatan Pendahulauan
Guru mengucapkan salam dan doa. Setelah itu guru melanjutkan
dengan presensi dan siswa merespon dengan bahasa yang santun.
Sesuai Salinan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016, dalam kegiatan pendahuluan
guru wajib:
2 menit
a. Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk
mengikuti proses pembelajaran;
b. Memberi motivasi belajar peserta didik secara kontekstual
sesuai manfaat dan aplikasi materi ajar dalam kehidupan
sehari-hari, dengan memberikan contoh dan perbandingan
lokal, nasional, dan internasional, serta disesuaikan dengan
karakteristik dan jenjang peserta didik;
c. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan
pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari;
d. Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang
akan dicapai; dan
e. Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian
kegiatan sesuai silabus.
2. Kegiatan Inti
a. Membaca jenis-jenis puisi rakyat dan menemukan perbedaan
struktur fisik dan kaidah kebahasaan yang digunakan
b. Mendiskusikan pesan/maksud dalam puisi rakyat (pantun,
syair, gurindam) yang dibaca/didengar
c. Menemukan ciri umum dan tujuan komunikasi puisi rakyat
(pantun, syair, gurindam)
35 menit
d. Mendaftar kalimat perintah, saran, ajakan, larangan,
pernyataan, dalam kalimat tunggal dan majemuk.
e. Menyimpulkan ciri umum, tujuan ragam/jenis puisi rakyat,
kata/kalimat yang digunakan pada puisi rakyat.
f. Merangkum informasi yang didapat ke dalam sebuah paragraf
yang yang padu.
g. Mempresentasikan hasil diskusi secara tulis maupun lisan
3. Kegiatan Penutup
a. Dengan sikap tanggung jawab, peduli, responsif, dan santun
siswa bersama guru menyimpulkan pembelajaran
b. Bersama guru, siswa mengidentifikasi hambatan-hambatan
yang dialami saat memahami pengertian, fungsi, jenis dan
struktur prosedur
3 menit
c. Dengan sikap peduli, responsif, dan santun siswa
mendengarkan umpan balik dan penguatan dari guru atas
pernyataan mereka tentang hambatan dalam memahami
pengertian, fungsi, jenis dan struktur prosedur
d. Siswa menyimak informasi mengenai rencana tindak lanjut
pembelajaran
G. Penilaian
1. Penilaian Sikap
a. Teknik Penilaian : Obesvasi
b. Bentuk Instrumen : Lembar Observasi
2. Penilaian Pengetahuan
a. Teknik Penilaian : Tes Objektif
b. Bentuk Instrumen : Tes Uraian
3. Penilaian Keterampilan
a. Teknik Penilaian : Tes Praktik
b. Bentuk Instrumen : Produk

Mengetahui Singapura, 31 Maret 2017

Plt. Kepala Sekolah, Guru Mata Pelajaran,

Prof. Dr. Ir. Aisyah Endah Palupi, M. Pd. Indah Kurniati, S. Pd.
NIP. 19691006 199802 2001
LAMPIRAN

B. Penilaian
1. Penilaian Sikap
e. Teknik Penilaian : Pengamatan
f. Bentuk Instrumen : Lembar Observasi

No. Indikator Keterangan Skor


1 Keaktifan Aktif dan hadir dalam kegiatan pembelajaran
2 Jujur Mengekspresikan gagasan dengan jujur
3 Tanggung Mengikuti kegiatan pembelajaran dengan
jawab disiplin dan bertanggung jawab dalam tugas
4 Kesantunan Menyampaikan pendapat dengan bahasa
Indonesia yang santun
5 Kerja sama Kerja sama dalam berdiskusi

Pedoman Penilaian :

Pilihan “Ya” diberi skor 2, sedangkan pilihan “Tidak” diberi skor 0 karena ada 5
butir penilaian , maka jumlah skor maksimal yaitu 10.

Instrumen Penilaian Sikap :

LEMBAR PENGAMATAN SIKAP


TAHUN PELAJARAN 2017/2018

KELAS : VII

Kerja
NO NAMA Menghargai Kejujuran Kedisiplinan Kesantunan Ket.
sama

1. AFIFAH AZZAHRA

2. AARON NABIEL ROGABE SIHITE

3. AYEISHA SADIQA

4. FARIZKY ISMADIANSYAH

5. FARIZSYCH RAZIF JANUAR

6. FATIH AHMAD RAKA


7. JIMMY SALIM

8. KHAIDAR RAMA SAMUDERA

9. MAKAYLA MAHIB GIANTI

10. MAURELIA NIAN DARA CARADIK

11. MUHAMMAD FAWWAZ RAFI

12. RAVEL ATHALLAH WIDODO

13. SITI NUR SIQA

14. TITANIA AUREL

2. Penilaian Pengetahuan
a. Teknik Penilaian : Tes Objektif
b. Bentuk Instrumen : Tes Uraian
No Indikator Penilaian Skor

1 Dapat menjelaskan dan menyebutkan jenis puisi rakyat serta unsur (1-5)
pembangun maupun kaidah kebahasaan yang disediakan oleh guru

2 Dapat menjelaskan makna dari puisi rakyat yang disediakan oleh (1-5)
guru

Keterangan penilaian
Keterangan Skor

Dapat menjelaskan dan menyebutkan secara benar dan runtut dengan 5


bahasa yang baik dan benar
Dapat menjelaskan dan menyebutkan secara benar dan runtut 4
Dapat menjelaskan dan menyebutkan secara benar namun tidak runtut 3
Tidak dapat menjelaskan dan menyebutkan secara benar namun runtut 2
Tidak dapat menjelaskan dan menyebutkan secara benar dan tidak 1
runtut

Pedoman Penilaian :
Pilihan “Ya” diberi skor 1-5, sedangkan pilihan “Tidak” diberi skor 0 karena ada 2
butir penilaian, maka jumlah skor dikali 2 dan hasil maksimal yaitu 10.
Instrumen Penilaian Pengetahuan
Nama : ....................
Kelas/No : ....................
Hari/Tanggal : ....................

Soal
1) Berdasarkan teks pantun yang disediakan, identifikasikan struktur teks pantun!
Pantun 1
Makan nasi lauknya ikan
Tambah sedikit sambal terasi
Belajar selalu jangan lupakan
Agar menjadi pelajar berprestasi

Pantun 2
Ke mana kancil akan dikejar
Cobalah cari ke hutan jati
Ketika kecil rajin belajar
Sudah besar senanglah hati
2) Berdasarkan teks pantun yang disediakan, identifikasikan ciri kebahasaan dan
makna/ artinya!

Pantun 1
Dinding habis rumah tlah usang
Tonggaklah tepuk semuanya
Tukang pedati tidak menenggang
Rumput mati diberikannya
Pantun 2
Rumah buruk atap ilalang
Dinding teduh lantai pelepuh
Menangis adik karena berang
Melihat Ibu berjalan jauh
Kunci Jawaban

1) Soal 1
Pantun 1
Terdiri atas 1 bait dengan 4 baris/larik
- Baris pertama terdiri atas 4 kata dengan 9 suku kata, bersajak a (...an),
mengandung sampiran
- Baris kedua terdiri atas 4 kata dengan suku 10 suku kata, bersajak b,
(..si) mengandung sampiran
- Baris ketiga terdiri atas 4 kata dengan 11 suku kata, bersajak a (..an)
mengandung isi
- Baris keempat terdiri dari 4 kata dengan 2 suku kata, bersajak b (..si)
mengandung isi
Pantun 2
Terdiri atas 1 bait dengan 4 baris/larik
- Baris pertama terdiri atas 5 kata dengan 10 suku kata, bersajak a (..jar)
mengandung sampiran
- Baris kedua terdiri atas 5 kata dengan 10 suku kata, bersajak b (..i)
mengandung sampiran
- Baris ketiga terdiri atas 4 kata dengan 10 suku kata, bersajak a (..jar)
mengandung isi
- Baris keempat terdiri atas 4 kata dengan 9 suku kata, bersajak b (..i)
mengandung isi

2) Soal 2
Pantun 1
a. Tema dan Amanat
Tema pantun ialah “orang yang kikir” , amanat ialah Janganlah pelit kepada
orang lain. Kalau mau memberikan suatu bantuan atau apapun kepada
orang lain, usahakan yang diberikan itu layak untuk diberikan.
b. Citra/Pengimajian
Citra/Pengimajian dalam pantun di atas adalah citra penglihatan dilihat dari
baris “rumput mati diberikannya”. Citra penglihatan mampu memberi
rangsangan kepada indra penglihatan sehingga hal-hal yang tidak terlihat
menjadi seolah-olah terlihat dari kata ‘rumput mati’.
c. Rima
Rima pantun ialah a b, a b
Dinding habis rumah tlah usang
tonggaklah tepuk semuanya.
Tukang pedati tidak menenggang,
rumput mati diberikannya.
d. Diksi
Pantun di atas terdiri dari 4 baris. Baris pertama dan kedua merupakan
sampiran, sedangkan baris ketiga dan keempat merupakan isi pantun.
Pemilihan kata yang digunakan dalam pantun di atas bermakna konotatif
atau tidak sebenarnya.
e. Irama
Irama pantun sedang. Cara membacanya dipenggal menjadi dua bagian
yang sama. Misalnya, pada baris yang berbunyi Dinding habis rumah tlah
usang dibacanya dipenggal menjadi Dinding habis /rumah tlah usang. Di
antara penggalan itu, pembaca perlu jeda (berhenti) agak lama, dengan
intonasi tertentu, kemudian melanjutkan penggalan berikutnya.
f. Sudut Pandang
Pantun berisi nasehat. Nasehat umumnya diberikan dari orang yang sudah
dewasa atau orang tua kepada orang yang muda atau anak-anak. Jadi, sudut
pandang pantun di atas ialah orang kedua.
Pantun 2
a. Tema dan Amanat
Tema pantun ialah “anak yang manja” , amanat ialah sebagai seorang anak,
janganlah selalu tergantung pada orang tua, haruslah mandiri dan berani.
Karena, jika suatu saat ada hal yang terjadi pada diri kita, kita dapat
mengatasinya sendiri tanpa bantuan orang tua.
b. Citra/Pengimajian
Citra/Pengimajian dalam pantun di atas adalah citra penglihatan, hal ini
dapat dilihat dari baris “melihat ibu berjalan jauh”. Hal ini disimpulkan dari
kata ‘melihat’.
c. Rima
Rima pantun ialah a b, a b
Rumah buruk atap ilalang,
dinding teduh lantai pelupuh.
Menangis adik karena berang
melihat ibu berjalan jauh
d. Diksi
Pantun di atas terdiri dari 4 baris. Baris pertama dan kedua merupakan
sampiran, sedangkan baris ketiga dan keempat merupakan isi pantun.
Pemilihan kata yang digunakan dalam pantun di atas bermakna denotatif
atau lugas, bisa dilihat dari kata-kata yang dipakai pada pantun diatas.
e. Irama
Irama pantun sedang. Cara membacanya dipenggal menjadi dua bagian
yang sama. Misalnya, baris pantun yang berbunyi Rumah buruk atap
ilalang, dipenggal menjadi Rumah buruk/ atap ilalang. Di antara penggalan
itu, pembaca perlu jeda (berhenti) agak lama, dengan intonasi tertentu,
kemudian melanjutkan penggalan berikutnya.
f. Sudut Pandang
Pantun di atas berisi nasihat. Nasihat umumnya diberikan dari orang yang
sudah dewasa atau orang tua kepada orang yang muda atau anak-anak. Jadi,
sudut pandang pantun di atas ialah orang kedua.

3. Penilaian Keterampilan
a. Teknik Penilaian : Tes Praktik
b. Bentuk Instrumen : Produk
No Indikator Penilaian Skor

1 Dapat menyusun salah satu bentuk dari puisi rakyat sesuai dengan (1-5)
struktur teks yang benar sesuai dengan temanya

2 Dapat menyusun salah satu bentuk dari puisi rakyat sesuai dengan (1-5)
ciri kebahasaan yang tepat.

Keterangan penilaian
Keterangan Skor

Dapat merangkai dan menyusun teks secara benar dan tepat dengan 5
bahasa yang baik dan benar
Dapat merangkai dan menyusun secara benar dan tepat 4
Dapat merangkai dan menyusun secara benar namun tidak tepat 3
Tidak dapat merangkai dan menyusun secara benar namun tepat 2
Tidak dapat merangkai dan menyusun secara benar dan tidak tepat 1

Pedoman Penilaian :
Pilihan “Ya” diberi skor 1-5, sedangkan pilihan “Tidak” diberi skor 0 karena
ada 2 butir penilaian, maka jumlah skor dikali 2 dan hasil maksimal yaitu 10.

Instrumen Penilaian Keterampilan


Nama : ..........................
Kelas/No : ..........................
Hari/Tanggal : ..........................

Soal
1) Berdasarkan pilihan topik dan tujuan yang menarik, susunlah sebuah
pantun dengan struktur isi dan kaidah yang baik sehingga menjadi puisi
rakyat yang menarik!

C. Materi Pembelajaran
1. Pengertian Pantun
Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang sangat luas dikenal dalam
bahasa-bahasa Nusantara. Dalam bahasa Jawa, misalnya, dikenal sebagai parikan
dan dalam bahasa Sunda dikenal sebagai paparikan.
Sebagai alat pemelihara bahasa, pantun berperan sebagai penjaga fungsi kata
dan kemampuan menjaga alur berfikir. Pantun melatih seseorang untuk berfikir
tentang makna kata sebelum berujar. Ia juga melatih orang berfikir asosiatif, bahwa
suatu kata bisa memiliki kaitan dengan kata yang lain. Secara sosial pantun memiliki
fungsi pergaulan yang kuat, bahkan hingga sekarang. Di kalangan pemuda sekarang,
kemampuan berpantun biasanya dihargai. Pantun menunjukkan kecepatan seseorang
dalam berfikir dan bermain-main dengan kata. Seringkali bercampur dengan bahasa-
bahasa lain. Namun demikian, secara umum peran sosial pantun adalah sebagai alat
penguat penyampaian pesan.
2. Bentuk dan Jenis Pantun
a. Bentuk Pantun
1) Pantun Biasa
Pantun yang 1 baitnya terdiri dari 4 baris, bersajak a/b/a/b, terdapat 8-12 suku
kata, baris 1-2 sampiran, 3-4 merupakan isi.
2) Pantun Kilat/Karmina
Pantun pendek yang terdiri dari dua larik, Baris pertama merupakan sampiran
dan larik kedua merupakan isi. Setiap larik terdiri dari 8 sampai 12 suku kata,
bersajak a-a.
3) Pantun Berkait/Seloka
Pantun yang terdiri dari beberapa bait yang saling sambung-menyambung
dengan struktur pantun berkait sangat kompleks dan unik. Ciri-ciri seloka
a) Baris kedua dan keempat pada bait pertama dipakai sebagai baris
pertama dan ketiga bait kedua.
b) Baris kedua dan keempat pada bait kedua dipakai sebagai baris pertama
dan ketiga bait ketiga dan seterusnya.
4) Talibun
Pantun kelipatan atau yang jumlah barisnya lebih dari empat baris, tetapi
harus genap, misalnya 6,8,10 dan seterusnya. Jika satu bait terdiri dari enam
baris, maka baris pertama, kedua dan ketiga merupakan sampira, sementara
baris keempat, kelima dan keenam adalah isi (bersajak a-b-c-a-b-c). Begitu
pula jika satu bait terdiri dari delapan baris, maka empat baris pertama
merupakan sampiran dan empat baris kedua adalah isi (bersajak a-b-c-d-a-b-
c-d).
b. Jenis Pantun
Pantun suka cita, pantun duka cita, pantun peribahasa, pantun perkenalan, pantun
berkasih-kasihan, pantun perpisahan, pantun jenaka, pantun teka-teki, pantun
nasihat, pantun adat, serta pantun agama.

3. Struktur Pantun
Pantun termasuk dalam prosa terikat karena terikat oleh aturan-aturan seperti:
(1) terdiri dari empat baris, (2) bersajak bersilih dua-dua (pola a-b-a-b), (3) tiap baris
terdiri dari 8-12 suku kata, (4) dua baris pertama disebut sampiran, dan (5) dua baris
berikutnya disebut isi pantun.
4. Ciri Kebahasaan Pantun
Kaidah kebahasaan atau unsur kebahasaan teks pantun diantaranya yaitu
adanya diksi, bahasa kiasan, imaji, dan juga bunyi. Untuk lebih jelasnya mengenai
kaidah kebahasaan tersebut silahkan simak penjelasannya dibawah ini.
1) Diksi, adalah pilihan kata yang tepat dan selaras dalam penggunaannya untuk
mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu seperti yang
diharapkan.
2) Bahasa kiasan, adalah bahasa yang digunakan pelantun untuk menyampaikan
makna secara tidak langsung . Bahasa kiasan ini biasanya berupa peribahasa
atau ungkapan tertentu untuk menyampaikan makna berita.
3) Imaji, penggambaran yang dicipatakan oleh pelantun secara tidak langsung.
Hal yang dapat dilihat atau seolah-olah digambarkan dalam teks pantun
adalah dapat dilihat (imaji visual), didengar (imaji auditif), atau dirasa (imaji
taktil).
4) Bunyi, biasanya muncul dari kiasan, imaji, serta diksi yang diciptakan ketika
menuturkan pantun. Dalam bunyi, akan terlihat unsur rima (rhyme) dan ritme
(rhytm). Rima merupakan unsur pengulangan bunyi pada pantun, sedangkan
irama adalah turun naiknya suara secara teratur. Bunyi selain untuk
memperindah bunyi pantun, diciptakan juga agar pelantun dan pendengar lebih
mudah mengingat serta mengaplikasikan pesan moral dan spiritual yang
terdapat dalam teks pantun.

5. Jenis-jenis Majas/ Gaya Bahasa


Majas atau gaya bahasa adalah pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam
tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu, keseluruhan ciri bahasa sekelompok
penulis sastra dan cara khas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan, baik secara
lisan maupun tertulis
a. Majas perbandingan
1) Alegori menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan atau
penggambaran. Contoh :
- Suami sebagai nahkoda, Istri sebagai juru mudi, Suami sebagai
pemimpin rumah tangga dan istri sebagai pengatur di dalam
rumah tangga. Berdua mengarungi samudra kehidupan.
- Dalam hubungan percintaan, hati kita menjadi kemudi dalam
mengarungi lautan kehidupan bersama.
3) Alusio pemakaian ungkapan yang tidak diselesaikan karena sudah
dikenal. Contoh :
- Upacara ini mengingatkan aku pada proklamasi kemerdekaan
tahun 1945
4) Simile pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan
dengan kata depan dan pengubung, seperti layaknya, bagaikan,
dll.Contoh :
- Sinar matamu bagaikan lentera hidupku.
- Ibu, engkau bagaikan lentera dalam hidupku, dan ayah, engkau
layaknya matahariku.
5) Metafora pengungkapan berupa perbandingan analogis dengan
menghilangkan kata seperti layaknya, bagaikan, Raja siang,
kambing hitam dll. Contoh :
- Auman raja hutan menggelegar dalam kesunyian
- Ibu, engkau adalah lentera dalam hidupku, dan ayah, engkau
adalah matahariku.
6) Antropomorfisme metafora yang menggunakan kata atau bentuk lain
yang berhubungan dengan manusia untuk hal yang bukan manusia.
7) Sinestesia majas yang berupa suatu ungkapan rasa dari suatu indra
yang dicurahkan lewat ungkapan rasa indra lainnya.
8) Antonomasia penggunaan sifat sebagai nama diri atau nama diri lain
sebagai nama jenis.
9) Aptronim pemberian nama yang cocok dengan sifat atau pekerjaan
orang.
10) Metonimia pengungkapan berupa penggunaan nama untuk benda lain
yang menjadi merek, ciri khas, atau atribut. Contoh :
- Kami ke rumah nenek naik kijang.
11) Hipokorisme penggunaan nama timangan atau kata yang dipakai untuk
menunjukkan hubungan karib.
12) Litotes ungkapan berupa penurunan kualitas suatu fakta dengan tujuan
merendahkan diri. Contoh :
- Mampirlah ke gubuk saya ( Padahal rumahnya besar dan mewah )
- Daripada naik taksi, kalau Anda berkenaan ikut naik gerobak saya
saja. (gerobak digunakan untuk menyambut mobil mewah)
13) Hiperbola pengungkapan yang melebih-lebihkan kenyataan sehingga
kenyataan tersebut menjadi tidak masuk akal. Contoh :
- Ibu terkejut setengah mati, ketika mendengar anaknya kecelakaan
14) Personifikasi: Pengungkapan dengan menggunakan perilaku manusia
yang diberikan kepada sesuatu yang bukan manusia. Contoh :
- Awan menari-nari di angkasa, baru saja berjalan 8 km mobilnya
sudah batuk-batuk
- Mobil itu merengek-rengek minta dimasukkan ke bengkel.
15) Depersonifikasi: Pengungkapan dengan tidak menjadikan benda-benda
mati atau tidak bernyawa.
16) Pars pro toto: Pengungkapan sebagian dari objek untuk menunjukkan
keseluruhan objek. Contoh :
- Si hidung mancung sudah datang
17) Totum pro parte: Pengungkapan keseluruhan objek padahal yang
dimaksud hanya sebagian. Contoh :
- Indonesia menang dalam pertandingan sepak bola melawan
Malaysia
18) Eufimisme: Pengungkapan kata-kata yang dipandang tabu atau dirasa
kasar dengan kata-kata lain yang lebih pantas atau dianggap halus.
Contoh :
- Para tunakarya itu perlu diperhatikan
- Sebenarnya anak itu tidak bodoh, hanya sedikit lambat memahami
penjelasan kami, para guru.
19) Disfemisme pengungkapan pernyataan tabu atau yang dirasa kurang
pantas sebagaimana adanya.
20) Fabel menyatakan perilaku binatang sebagai manusia yang dapat
berpikir dan bertutur kata.
21) Parabel ungkapan pelajaran atau nilai tetapi dikiaskan atau disamarkan
dalam cerita.
22) Perifrase ungkapan yang panjang sebagai pengganti ungkapan yang
lebih pendek.
23) Eponim menjadikan nama orang sebagai tempat atau pranata.
24) Simbolik melukiskan sesuatu dengan menggunakan simbol atau
lambang untuk menyatakan maksud.
25) Asosiasi perbandingan terhadap dua hal yang berbeda, namun
dinyatakan sama.
b. Majas sindiran
1) Ironi: Sindiran dengan menyembunyikan fakta yang sebenarnya dan
mengatakan kebalikan dari fakta tersebut. Contoh:
- Tulisanmu bagus sekali sampai-sampai tidak dapat aku baca.
2) Satire: Ungkapan yang menggunakan sarkasme, ironi, atau parodi,
untuk mengecam atau menertawakan gagasan, kebiasaan, dll.
3) Innuendo: Sindiran yang bersifat mengecilkan fakta sesungguhnya.
c. Majas penegasan
1) Apofasis: Penegasan dengan cara seolah-olah menyangkal yang
ditegaskan.
2) Pleonasme: Menambahkan keterangan pada pernyataan yang sudah
jelas atau menambahkan keterangan yang sebenarnya tidak diperlukan.
Contoh:

- Mari naik ke atas agar dapat meliahat pemandangan.


- Presiden yang merupakan pemimpin tertinggi negeri itu, telah
mengecewakan rakyatnya.

3) Repetisi: Perulangan kata, frase, dan klausa yang sama dalam suatu
kalimat. Contoh :
- Selamat tinggal sahabatku, selamat tinggal kawan karibku
4) Pararima: Pengulangan konsonan awal dan akhir dalam kata atau
bagian kata yang berlainan.
5) Aliterasi: Repetisi konsonan/Asonansi repetisi vokal pada awal kata
secara berurutan. Contoh :
- Inikah indahnya impian?/ Bukan beta bijak berperi
6) Paralelisme: Pengungkapan dengan menggunakan kata, frase, atau
klausa yang sejajar. Contoh : Hati ini biru Hati ini lagu Hati ini debu
7) Tautologi: Pengulangan kata dengan menggunakan sinonimnya.
Contoh :
- Saya tidak mengharap atau menginginkan kedatanganmu ke sini.
8) Sigmatisme: Pengulangan bunyi "s" untuk efek tertentu.
9) Antanaklasis: Menggunakan perulangan kata yang sama, tetapi dengan
makna yang berlainan.
10) Klimaks: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang
sederhana/kurang penting meningkat kepada hal yang kompleks/lebih
penting. Contoh :
- Semua usia dari anak-anak, remaja, dewasa, dan orang tua
memenuhi arena pasar malam itu
- Segalanya melalui proses , tidak langsung jadi. Ibarat bayi, dari
merangkak, berjalan, dan akhirnya mampu berlari.
11) Antiklimaks: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari
yang kompleks/lebih penting menurun kepada hal yang
sederhana/kurang penting. Contoh :
- Para bupati, para camat, dan para kepala desa menghadiri
peresmian gedung serbaguna termegah di propinsi itu.
- Menghilangkan kebiasaan merokok perlu niat yang kuat.
Kurangilah secara perlahan jumlah konsumsi rokok setiap hari.
Jika biasanya sehari menghabiskan 2 bungkus atau 24 batang,
maka kurangilah menjadi 1 bungkus sehari. Selanjutnya
merokoklah sehari cukup 11 batang, hari berikutnya 10,9,8, dst.
Sehingga benar-benar tidak merokok sama sekali dalam sehari.
12) Inversi: Menyebutkan terlebih dahulu predikat dalam suatu kalimat
sebelum subjeknya. Contoh :
- Aku dan dia telah bertemu > Telah bertemu, aku dan dia
13) Retoris: Ungkapan pertanyaan yang jawabannya telah terkandung di
dalam pertanyaan tersebut. Contoh :
- Siapakah yang tidak ingin hidup senang?
14) Elipsis: Penghilangan satu atau beberapa unsur kalimat, yang dalam
susunan normal unsur tersebut seharusnya ada. Contoh:
- Kami ke rumah nenek ( penghilangan predikat pergi )
15) Koreksio: Ungkapan dengan menyebutkan hal-hal yang dianggap
keliru atau kurang tepat, kemudian disebutkan maksud yang
sesungguhnya.
16) Polisindenton: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana, dihubungkan
dengan kata penghubung.
17) Asindeton: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana tanpa kata
penghubung.
18) Interupsi: Ungkapan berupa penyisipan keterangan tambahan di antara
unsur-unsur kalimat.
19) Ekskalamasio: Ungkapan dengan menggunakan kata-kata seru.
20) Enumerasio: Ungkapan penegasan berupa penguraian bagian demi
bagian suatu keseluruhan.
21) Preterito: Ungkapan penegasan dengan cara menyembunyikan maksud
yang sebenarnya.
22) Alonim: Penggunaan varian dari nama untuk menegaskan.
23) Kolokasi: Asosiasi tetap antara suatu kata dengan kata lain yang
berdampingan dalam kalimat.
24) Silepsis: Penggunaan satu kata yang mempunyai lebih dari satu makna
dan yang berfungsi dalam lebih dari satu konstruksi sintaksis.
25) Zeugma: Silepsi dengan menggunakan kata yang tidak logis dan tidak
gramatis untuk konstruksi sintaksis yang kedua, sehingga menjadi
kalimat yang rancu.
d. Majas pertentangan
1) Paradoks: Pengungkapan dengan menyatakan dua hal yang seolah-olah
bertentangan, namun sebenarnya keduanya benar. Contoh:
- Musuh sering merupakan kawan yang akrab. Teman akrab ada
kalanya merupakan musuh.
- Ditengah kota yang ramai itu, ia adalah seorang makhluk yang
kesepian dalam kesendirian.
- Aneh bukan, dinegeri yang kaya itu banyak penduduk yang busung
lapar?
2) Oksimoron: Paradoks dalam satu frase. Contoh :
- Cinta membuatnya bahagia, tetapi juga membuatnya menangis
3) Antitesis: Pengungkapan dengan menggunakan kata-kata yang
berlawanan arti satu dengan yang lainnya. Contoh:
- Air susu dibalas air tuba
- Cantik atau jelek, gemuk atau kurus, menarik atau membosankan
terimalah ia apa adanya. Toh kamu sudah menjatuhkan pilihan!

You might also like