You are on page 1of 27

MAKALAH

ISO 14000 di PT. Unilever Indonesia Tbk,

Disusun Oleh :
1. Aristiawan ( 15380003 )
2. Arifa Nur Rohmah ( 15380008 )
3. Aliffia Rica Ambima ( 15380036 )

Dosen Pembimbing :
Dra. Indah Nurhayati, ST, MT

Mata Kuliah :
Manajemen Lingkungan

UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA


SURABAYA
2017
1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME atas berkat rahmat dan hidayah-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai pada waktu yang ditentukan. Terima kasih kepada
Ibu Dra. Indah Nurhayati ST,MT selaku dosen pengampu mata kuliah Manajemen Lingkungan.
Makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Lingkungan semester 4.
Makalah ini semoga dapat bermanfaat bagi pembaca dan juga kami selaku penyusun.
Namun kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah ini, untuk itu kami
mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan maupun perbaikan
makalah ini agar lebih bermanfaat.

Surabaya, April 2017

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................................ i
KATA PENGANTAR......................................................................................................... ii

DAFTAR ISI........................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................. 1

1.2 Tujuan Makalah............................................................................................................ 1

1.3 Manfaat ISO 14000....................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................... 3

2.1 Pengertian ISO 14000................................................................................................... 3

2.2 Langkah – langkah Memperoleh Sertifikat ISO 14000............................................ 6

2.3 Studi Kasus.................................................................................................................... 13

BAB III PENUTUP............................................................................................................21

3.1 Kesimpulan................................................................................................................... 21

3.2 Saran.............................................................................................................................. 21

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... iv

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

ISO (International Standarisation Organisation) adalah organisasi non-pemerintah dan


buka nmerupakan bagian dari PBB atau WTO (World Trade Organization) walaupun
Standar-standar yang dihasilkan merupakan rujukan bagi kedua organisasi tersebut.Anggota
ISO, terdiri dari 110 negara, tidak terdiri dari delegasi pemerintah tetapi tersusun dari
institusi standarisasi nasional sebanyak satu wakil organisasi untuksetiap negara.

Konvergensi beberapa faktor yang berhubungan dengan pasar global berkembang


menyebabkan perkembangan ISO 14000 Seri Manajemen Lingkungan Standar
Internasional.Sebagai industrialisasi telah menyebar kenegara-negara di seluruh dunia, warga
Negara dan pemerintah mereka telah menyuarakan keprihatinan mereka tentang efek dari
industrialisasi terhadap lingkungan. Sebagai akibat dari kekhawatiran tersebut, konsep
pembangunan berkelanjutan dikembangkan. Sebagai tujuan oleh pemerintah dan kelompok-
kelompok bisnis di seluruhdunia.

1.2. Tujuan Masalah

Mengetahui lebih jauh tentang ISO 14000 sebagai salah satu bagian dari system
manajemen lingkungan, Mengetahui Keuntungan perusahaan yang menerapkan ISO,
Menjelaskan penerapan sistem managemen lingkungan di Indonesia khususnya
penerapannya di PT. Unilever Indonesia, Tbk.

1.3. Manfaat Penggunaan ISO 14000


 Meningkatkan citra organisasi
 Meningkatkan kinerja lingkungan organisasi
 Meningkatkan penaatan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan
pengelolaan lingkungan
 Mengurangi resiko usaha

1
 Meningkatkan efisiensi kegiatan
 Meningkatkan daya saing
 Meningkatkan komunikasi internal dan hubungan baik dengan berbagai pihak
berkepentingan
 Memperbaiki manajemen organisasi dengan menerapkan perencanaan, pelaksanaan,
pengukuran dan tindakan perbaikan (plan, do, check, act)

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian ISO 14000

2
ISO 14000 adalah standar internasional tentang system manajemen lingkungan sangat
penting untuk diketahui dan dilaksanakan oleh seluruh sector industri. ISO 14000 juga
memberikan jaminan (bukti) kepada produsen dan konsumen, bahwa dengan menerapkan
sistem tersebut produk yang dihasilkan/dikonsumsi, limbah, produk bekas pakai ataupun
layanannya sudah melalui suatu proses yang memperhatikan kaidah-kaidah atau upaya-upaya
pengelolaan lingkungan.

Ada beberapa seri dari ISO-14000, yaitu :


ISO 14001 : Sistem Manajemen Lingkungan
ISO 14010 - 14015 : Audit Lingkungan
ISO 14020 - 14024 : Label Lingkungan
ISO 14031 : Evaluasi Kinerja Lingkungan
ISO 14040 - 14044 : Assessment/Analisa Berkelanjutan
ISO 14060 : Aspek Lingkungan dari Produk

Keberadaan Standar ISO digerakkan oleh pasar sebagai pemakai utama standar. Suatu
Standar (misalnya, ISO 14001) dibuat berdasarkan konsensus internasional oleh ahli-ahli dari
industri, teknik atau bisnis. Walaupun Standar ISO bersifat sukarela, pada kenyataanny
astandar dibuat berdasarkan permintaan pasar, dan didasarkan konsensus di antara pihak-
pihak terkait ini membuktikan pemakaian yang luas di seluruhdunia.

Ada beberapa keuntungan perusahaan dalam pemakaian ISO 14000:

1. Perlindungan Lingkungan
a. Mengurangi/meminimalisasi limbah
b. Mengoptimalisasi sumber daya alam
c. Mengatasi isu-isu lingkungan
2. Dasar Persaingan yang Setara
ISO 14000 akan mengurangi sekecil mungkin perbedaan –perbedaan pembiayaan
lingkungan yang disebabkan perbedaan sistem/geografis
3. Kesesuain Terhadap Peraturan yang Ada

Dengan menggunakan sertifikat pengelolaan lingkungan terbuka kesempatan dalam


kemampuan penulusuran dan penyesuaian dokumen-dokumen dalam mendukung
peraturan yang ada.

4. Terbentuknya Sistem Manajemen yang Efektif

3
Sistem manajemen lingkungan akan membuat pengelolaan lebih efektif dan mampu
berkiprah dalam dunia percaturan Internasional

5. Memiliki Kekuatan Pasar

a. Mampu memasuki pasar dengan produk ramah lingkungan

b. Meningkatkan peran pasar (Market Share)

c. Memenuhi persyaratan pelanggan

d. Membuka peluang investasi

6. Pengurangan Biaya

Dasar utama dalam penekanan biaya adalah mengurangi penanganan bahan kimia dan
sisa-sisa/limbah lainnya. Lebih sedikit bahan kimia/limbah, akan semakin sedikit
biaya dan semakin tinggi tingkat mutu air/tanah. Dengan ISO-14000
yangkesemuanya didasarkan penggunaan standart, maka diharapkan semakin kecil
peluang menyimpangnya operasi. Biaya-biaya yang dapat dikurangi meliputi :

a) Biaya-biaya kesalahan

b) Biaya operasional yang terakumulasi

c) Biaya taksiran

7. Pengurangan Kerugian

“Sistem” akan melindungi atau meminimumkan akibat ke lingkungan, dan juga


meminimumkan akibat buruk bagi karyawan, pengurangan luka dan penyakit jika
perusahaan mengadopsi sistem manajemen lingkungan ISO-14000

8. Meningkatkan Hubungan Masyarakat

4
Jika perusahaan mengembangkan program pengelolaan lingkungan, ini berarti
mengembangkan hubungan kemasyarakatan

9. Mengembangakan Kepercayaan dan Kepuasan Pelanggan

Dengan dimilikinya sertifikat ISO-14001, pelanggan akan merasa lebih aman dan
lingkungannya terlindungi. Hal ini akan meyakinkan pelanggan bahwa pemasok
peduli lingkungan dan mempunyai dokumen yang sesuai untuk mendukung
pernyataan tersebut.

10. Mengembangakan Perhatian Manajemen yang Lebih Tinggi

Dengan ISO-14000 departemen lingkungan dipandang positif dan merupakan


konponen penting dalam perusahaan. keseluruhan proses dalam mencapai sertifikasi
ISO-14000 akan merangsang manajemen lebih berkembang dan lebih menghargai
pengelolaan lingkungan

Standar ISO 14000 diterbitkan padabulan September 1996 oleh Organisasi Internasional
untuk Standarisasi (ISO), pribadi, organisasi utama yang terlibat dalam standarisasi praktek
manajemen industri. Meskipun standar ISO 14000 adalah produk dari sebuah organisasi non
pemerintah dan sesuai dengan standar adalah sukarela, salah satu tujuan utama dari standar
adalah untuk memastikan bahwa bisnis mematuhi hukum lingkungan yang berlaku.
Pengusahaan melihat penerapan ISO 14000 sebagai sarana untuk diri sendiri mengatur,
sehingga mengurangi eksposur mereka terhadap pengawasan dan sanksi oleh US
Environmental Protection Agency (EPA) serta tingkat Negara mitra. Bagian III
menggambarkan ketentuan ISO 14000, dan Bagian IV menggambarkan perspektif dari
berbagai pihak tentang utilitas ISO 14000. Akhirnya, Bagian V survey keseluruhan kekuatan
dan keterbatasan ISO 14000.

Semua organisasi dari beragam jenis kegiatan, beragam ukuran, berbeda lokasi, pada
prinsipnya dapat menerapkan standar ISO 14000, sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
Beberapa pihak organisasi perlu dan berkepentingan untuk menunjukkan kepada pihak lain
(mitrausaha, konsumen, masyarakat, investor,dll) bahwa kegiatan pengelolaan lingkungan

5
organisasi yang bersangkutan.Mengikuti standar yang diakui secara internasional, seperti ISO
14000. Faktor pendorong utama dalam penerapan standar ISO 14000 di seluruh dunia adalah
semakin meningkatnya kepedulian berbagai pihak terhadap pentingnya upaya pelestarian
fungsi lingkungan hidup. Di satusisi, pihak organisasi yang bersangkutan dapat secara
proaktif menerapkan standar ISO 14000 untuk meningkatkan citra organisasi dan
meningkatkan daya saingnya, sementara di sisi lain banyak organisasi lain merasa perlu
menerapkan standar ISO 14000 untuk mengantisipasi permintaan konsumen dan mitra usaha.

Alasan pengembangan ISO 14000 adalah sebagai Konvergensi Beberapa faktor yang
berhubungan dengan pasar global berkembang menyebabkan perkembangan ISO 14000 Seri
Manajemen Lingkungan Standar Internasional. Sebagai industrialisasi telah menyebar ke
Negara-negara di seluruh dunia, warga Negara dan pemerintah mereka telah menyuarakan
keprihatinan mereka tentang efek dari industrialisasi terhadap lingkungan. Sebagai akibat
dari kekhawatiran tersebut, konsep pembangunan berkelanjutan dikembangkan. Sebagai
tujuan oleh pemerintah dan kelompok-kelompok bisnis di seluruh dunia.

2.2 Langkah-Langkah Untuk Memperoleh Sertifikasi ISO 14001:2004 (SNI 19-14001-2005)


Bila suatu organisasi telah memperoleh sertifikasi ISO 9001 atau sekurang-kurangnya
dalam proses untuk memperolehnya, banyak waktu yang dapat dihemat. Sebagai contoh, hal-
hal yang telah dipersiapkan untuk sertifikasi ISO 9001 dapat digunakan untuk ISO 14000
dengan hanya sedikit perubahan. Prosedur personel dan organisasi, perekaman/pencatatan
dan pengawasan dokumen, audit dan tinjauan manajemen. Banyak bagian lain dari ISO 9000
dapat digunakan sebagai titik awal; namun demikian beberapa modifikasi akan perlu
dilakukan, contohnya pada proses pengadaan, perlu disesuaikan dengan standar ISO 14000.
Banyak organisasi telah memulai proses pengelolaan lingkungan karena itu titik awal dari
proses sertifikasi akan berbeda untuk tiap organisasi tergantung pada berapa lama mereka
telah melakukan kegiatan operasional dan seberapa rinci sistem lingkungan mereka saat ini.

1. Penilaian Awal dan Definisi Kegunaan


Sebelum suatu organisme memulai usaha desain dan implementasi secara besar-
besaran, suatu penilaian awal terlebih dahulu harus dilakukan. Hal ini akan membantu
menentukan hal mana yang sebenarnya membutuhkan sistem pengelolaan lingkungan

6
yang baru. Sebagai contoh, apakah manajemen eksekutif telah membuat suatu kebijakan
yang efektif ? bila sebagian besar sistem utama telah ada pada tempatnya, maka penilaian
awal akan menunjukan bagian mana yang memerlukan perbaikan. Dokumen penilaian
awal yang sifatnya formal tidak disyaratkan dalam sertifikasi. penilaian harus
mengidentifikasi dokumen-dokumen, tindakan-tindakan dan prosedur yang diperlukan
untuk memperoleh sertifikasi seperti pernyataan kebijakan, sistem pengelolaan,
perencanaan, kegiatan operasional, personel, pelatihan dan tujuan yang ingin dicapai.
Suatu definisi harus dibuat sehubungan dengan penilaian awal tersebut. Kegunaan
dapat berupa, menjaga lingkungan dengan lebih baik, untuk memperoleh sertifikasi ISO
14001, untuk lebih efektif dalam segi biaya, untuk memperbaiki hubungan baik dengan
masyarakat, untuk meningktakan ketertarikan pasar, dan kegunaan lainnya. Agar berhasil,
keseluruhan usaha memperoleh sertifikasi harus diringkas dan disajikan dalam penilaian
awal dan disetujuan oleh manajemen puncak dari organisasi. Penilaian awal harus
disajikan pada manajemen puncak dengan gaya yang menarik perhatian mereka.
Presentasi ini dapat diberikan oleh manajer lingkungan organisasi itu atau seorang
konsultan dari luar. penilaian awal dapat berupa pernyataan-pernyataan lisan atau tertulis,
tergantung pada situasi, contohnya, hal tersebut dapat dikemukan pada pertemuan rutin
manajemen perusahaan. Metode pengenalan yang lebih disukai dari sekedar penyampaian
lisan dalam rapat adalah dengan menggunakan surat internal pada satu atau dua manajer
eksekutif. Telepon atau surat dari konsultan yang menjelaskan kebutuhan akan sertifikasi
dan menawarkan untuk menguraikan lebih lanjut perincian dan manfaat yang akan
diperoleh adalah cara lain yang mungkin.
Siapapun yang mendekati pihak manejemen pertama-tama harus benar-benar
menguasai ISO 14000 dan tahu bagaimana standar ini diterapkan pada organisasi
tertentu. Mereka harus siap menjelaskan secara garis besar pada pertemuan pertama latar
belakang dari standar tersebut dan dampaknya bagi organisasi, konsumen dan
masyarakat. Pengetahuan individu dan presentasi pada pertemuan tersebut akan
menentukan tingkat penerimaan dari proses sertifikasi oleh pihak manajemen. hal-hal
pendukung harus dipersiapkan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang muncul
pada segala hal yang berkaitan dengan sertifikasi. garis besar tentang cara memperoleh
sertifikasi juga harus dipresentasikan pada saat ini.

7
Penilaian awal dapat dilakukan oleh konsultan atau personel dalam organisasi.
Siapapun yang bertanggung jawab untuk penilaian harus melihat pekerjaan dan efek
lingkungan yang dihasilkan oleh perusahaan dari sudut pandang yang netral atau
independen. Bila tidak, kebijakan yang benar-benar efektif yang didasarkan atas penilaian
ini tidak akan terbentuk. Program yang dijalankan tidak akan memperoleh hasil yang
diharapkan dan sertifikasi akan tertunda atau tidak akan pernah diperoleh. karena itu
dapat dikatakan, bahwa masa depan organisasi mungkin bergantung pada kelengkapan,
kecepatan dan integritas dari penilaian awal. Semua pekerjaan penilaian awal dengan
hasil dan kesimpulannya harus didokumentasikan sebagai referensi selama prosedur
sertifikasi.
Penilaian awal harus mencakup hal-hal :

1. Salinan Standar ISO 14000 – Sekurang-kurangnya standar-standar yang


dihasilkan oleh Sistem Pengelolaan Lingkungan (EMS).

2. Daftar-daftar peraturan utama yang dapat diterapkan – Suatu daftar peraturan-


peraturan yang dapat diterapkan dan bagian-bagian dari peraturan-peraturan yang paling
penting harus disusun. Bila hal ini memerlukan terlalu banyak kertas, maka akan lebih
baik jika ringkasan peraturan, dokumen-dokumen pengarahan, atau bagian ringkasan
peraturanlah yang disertakan.

3. Daftar dampak utama dari kegiatan operasional – Perhatian yang cukup rinci
untuk hal-hal penting pada langkah ini perlu dilakukan. Seluruh dampak, tak terkecuali,
harus diidentifikasi. Kuantifikasi dan eliminasi dari dampak yang tidak pentingakan
dilakukan kemudian. dampak yang diidentifikasi adalah yang menyangkut situs/operasi,
bahan baku, vendor produk dan/atau jasa.

4. Pengawasan lingkungan berlangsung saat ini – Daftar tindakan yang dilakukan


saat ini harus mencakup efektivitas, kelengkapan, penempatan staf, pembiayaan dan
dukungan manajemen puncak. hal ini juga mencakup penempatan prosedur, penggunaan
konsultan, dan sistem pengawasan lingkungan utama yang ada saat ini.

5. Aktivitas tambahan yang diperlukan dan area yang harus dicakup – Pada langkah
ini harus diperkirakan tentang sistem apa yang harus ditambahkan untuk melindungi
lingkungan. hal ini akan menjadi rekomendasi bagi pihak manajemen untuk

8
meningkatkan pengawasan lingkungan dan/atau mendapatkan sertifikasi. Sejalan dengan
berlanjutnya penilaian dan perencanaan, lebih banyak sistem akan terlihat.

6. Perkiraan biaya dan manfaat ketika seluruh rekomendasi ini dibuat untuk
manajemen, pertanyaan pertama yang mungkin timbul adalah yang berkaitan dengan
biaya dan manfaat yang diperoleh. Bila hal tersebut sudah diperkirakan dari semula,
kegiatan pembiayaan dapat dimulai lebih awal.

2. Persiapan Kebijakan

Suatu pernyataan kebijakan tentang lingkungan yang menyeluruh, yang mencakup


seluruh pekerja dalam organisasi harus disiapkan. Kebijakan tersebut harus menyatakan dampak
dan peraturan dalam pengertian yang luas. hal itu juga harus didukung oleh manajemen senior dan
dikomunikasikan kepada seluruh karyawan dan masyarakat yang menaruh perhatian akan hal ini.
Persiapan kebijakan harus dimulai sejak awal dalam suatu proses dan ditingkatkan secara
berkala.Persiapan kebijakan perlu dilakukan sejak awal dalam suatu proses karena persetujuan
manajemen puncak adalah kunci menuju sukses, walaupun kebijakan yang disiapkan tersebut
masih sangat kasar, hal ini sekurangnya akan memberi arahan yang menyeluruh bagi suatu proses
pada saat sangat dibutuhkan. Konsep kasar dari kebijakan tersebut harus disebarluaskan untuk
perbaikan dan masukan dari sebanyak mungkin pekerja. hal ini akan meningkatkan penerimaan
akan kebijakan tersebut seluas mungkin.

3. Mendapatkan Sumber Daya Sejak Awal

Sumber daya tertentu perlu didapatkan sejak awal proses agar keseluruhan usaha dapat
dilakukan dengan tuntas. Sumber daya keuangan adalah sumber daya yang harus ada. pertama-
tama, sumber daya organisasi seperti personel, juga harus disusun apabila belum ada. segera
setelah ini terbentuk sumberdaya pelatihan dapat diidentifikasi dan diberikan. pembelian pasokan
dan dukungan lainnya juga harus diusahakan.

9
4. Sumber Untuk Identifikasi Dampak Dan Persyaratan-persyaratan lainnya

Prosedur dan kebijakan untuk mengidentifikasi, menyusun dan menganalisis dampak ke


dalam suatu sistem organisasi sangat diperlukan. Sekalipun tidak disyaratkan dalam memperoleh
sertifikasi, tidak ada ruginya untuk memperoleh peraturan-peraturan dan dampak-dampak serta
menyusunnya dalam satu atau dua bundel dokumen. Langkah ini sangat penting dan
memudahkan pembuatan suatu desain dari prosedur dan pengawasan pengelolaan lingkungan
yang sangat berarti.

5. Tujuan dan Sasaran

Tujuan dan sasaran adalah hal berikutnya yang harus dipersiapkan dalam rangka
menghasilkan suatu kebijakan. Dampak-dampak dan kebijakan baru teridentifikasi sebelumnya
harus dipertimbangkan pada saat persiapan tujuan dan sasaran. Tujuan-tujuan yang ditetapkan
akan mencakup pernyataan-pernyataan seperti penetapan program minimisasi limbah. Sasaran
akan ditentukan secara khusus untuk setiap tujuan dan disajikan secara kuantitatif seperti 10 ton
limbah aseton didaur ulang pada tahun 2006. Seperti pada kebijakan dan persiapan tujuan dan
sasaran harus dimulai sejak awal dan secara terus menerus diperbaharui.

6. Pemanfaatan Dokumen dan Sumber daya yang Tersedia

Bila sudah ada dokumen yang berkaitan dengan program ISO 14001, maka hal tersebut
harus dimanfaatkan. Hal ini dapat mencakup sebagian besar prosedur pengelolaan lingkungan

10
yang baik dan sistem kualitas yang sudah digunakan. Sebagai contoh banyak dokumen ISO 9000
seperti pelatihan dapat digunakan. seperti apa adanya atau hanya dengan sedikit perubahan
karena ada banyak hubungan atau elemen yang sama.

7. Persiapan dari Prosedur Operasi dan Rencana Tindakan yang baru

Setelah langkah-langkah di atas diselesaikan tiba saatnya untuk mempersiapkan prosedur-


prosedur baru yang belum lengkap. Seringkali banyak sistem pengelolaan lingkungan terdiri dari
prosedur dan standar yang tidak tertulis. Biasanya hal seperti ini akan menyebabkan
kebingungan, kurangnya petunjuk dari dampak lingkungan yang negatif. Bahkan bila individu
berencana untuk melakukan tindakan pengawasan lingkungan hanya satu kali, akan tetap
bermanfaat untuk menuliskannya, sehingga pertanyaan-pertanyaan yang muncul tentang apa
yang telah dilakukan dapat terjawab.

Petunjuk pengelolaan lingkungan harus disusun bila belum ada, untuk mencakup keseluruhan
prosedur dan standar yang berbeda. Petunjuk tersebut juga harus mencakup salinan dari
kebijakan perusahaan. Suatu prosedur atau bundel dokumen yang berkaitan dengan paraturan
dan yang menyajikan prosedur untuk mengidentifikasi dan berkaitan dengan dampak adalah
contoh tambahan. Bila suatu konsep kasar atau kumpulan awal dari bahan-bahan yang ada dibuat
sesegera mungkin, tugas tersebut tidak akan terlihat berat.

8. Implementasi Program

Setelah kertas kerja dibuat, sistem pengelolaan lingkungan perlu dimplementasikan untuk
dapat secara nyata membantu lingkungan. Namun demikian dalam kehidupan sehari-hari
penundaan administrasi, kekurangan personel, dan pelatihan dapat menghambat perbaikan dan
perlindungan lingkungan. Suatu kebijakan manajemen puncak yang baik, yang dibuat secara
sungguh-sungguh akan terjamin keberhasilannya. Dengan mengetahui bahwa kelangsungan
operasi tergantung pada perlindungan lingkungan yang inovatif, manajemen yang baik akan

11
membuat program yang efektif. Intinya adalah bahwa sertifikasi memerlukan implementasi di
samping persiapan prosedur dan dokumen.

9. Pelaksanaan Audit yang Berkelanjutan, Tinjauan Manajemen, Perbaikan, dan Tindak


Lanjut

Dengan melaksanakan audit atau meninjau kemajuan organisasi dalam pengelolaan


lingkungan terus menerus, dimungkinkan untuk mengusulkan suatu tindakan perbaikan dan
tindak lanjutnya. Bidang ini berubah dengan cepat sehingga penyesuaian harus dibuat hampir
setiap hari. Segera setelah proses audit selesai, tindakan perbaikan harus dilakukan secepat
mungkin. Masalah kewajiban berkembang jika berkas yang ada menunjukan adanya suatu
perbaikan yang diperlukan tetapi tidak dilakukan. Proses audit, peninjauan, perbaikan dan tindak
lanjut akan menghasilkan suatu perbaikan, yang berkesinambungan pada sistem pengelolaan
lingkungan. Upaya untuk memperbaiki kualitas dan pengawasan lingkungan dengan dampak
yang positif bagi organisasi dan makhluk hidup di dalam dan di sekitarnya, selalu mungkin
dilakukan.

10. Audit Internal Untuk Standar ISO

Bila suatu organisasi merasa sudah hampir menyelesaikan hal-hal yang disebut di atas
perlu sekiranya mengadakan suatu audit internal. Jenis audit seperti ini membantu
mengidentifikasi perbaikan-perbaikan akhir yang perlu dilakukan. Proses audit hanya berguna
bila auditor internal yang ada dilatih untuk kritis terhadap organisasi mereka, yang terkadang
sulit untuk dilakukan. Suatu audit yang dilakukan secara benar oleh auditor yang terlatih, yang
diberi cukup kebebasan untuk melaksanakan tugasnya akan menghemat waktu dan uang
organisasi pada jangka panjang. Akan lebih murah bagi tim internal untuk mengidentifikasi dan
melakukan perbaikan pada masalah-masalah yang ada daripada menyewa auditor dari luar.

11. Audit yang dilakukan Auditor Luar

12
Audit yang dilakukan untuk memperoleh sertifikasi biasanya dilakukan oleh auditor
independen. Auditor dari pihak ketiga biasanya mendapat kredibilitas lebih karena dianggap
lebih obyektif. namun di sisi lain pihak auditor mungkin tidak mengenal industri yang
diauditnya dengan baik. Bila benar demikian, maka untuk memulai suatu hubungan yang
positif dengan pihak auditor adalah dengan memberikan beberapa penjelasan tentang teknologi
utama yang digunakan. secara keseluruhan, auditor harus cakap melakukan audit atas
pengelolaan lingkungan dan disetujui oleh ISO sebelum mereka dapat memberi sertifikasi.
Individu-individu dalam ISO sangat terlatih dalam melaksanakan audit dan bangga karenanya.
Bila ISO 9000 digunakan sebagai patokan maka tidak mengherankan bahwa 50% gagal
memperoleh sertifikasi pada saat audit pertama.

12. Sertifikasi

Seperti pada ISO 9000 atau OHSAS 18001, bila organisasi dapat lulus pada sebagian
besar komponen yang diaudit maka sertifikasi akan diberikan. hal ini akan dapat terjadi bila
komponen-komponen yang gagal lulus ini bukan merupakan kekurangan yang utama.
Kegagalan memerlukan tindakan perbaikan dan penilaian ulang dalam jangka waktu tertentu.

Sertifikasi dapat diperoleh dengan tiga cara. Bila hal ini dilakukan oleh konsultan audit
independen yang telah disetujui oleh ISO, maka sertifikasi yang diperoleh akan paling
berbobot, sertifikasi dengan bobot kedua didapat ketika organisasi melibatkan pemasok di
bawah kontrak. dalam hal ini audit dapat dilakukan oleh organisasi yang menggunakan
pemasok. Sertifikasi yang dilakukan sendiri, memiliki bobot yang paling rendah. Namun
demikian hal ini masih lebih baik dari tidak memiliki sertifikasi sama sekali. Apapun metode
sertifikasi yang dipilih, setidaknya hal ini merupakan langkah proaktif ke arah yang tepat.

13. Perbaikan Berkelanjutan

13
Dengan melakukan audit internal dan pemantauan rutin, akan jelas terlihat bahwa kebijakan,
tujuan, target dan perencanaan harus dapat dimodifikasi. Perbaikan keseluruhan sistem secara
berkelanjutan akan membuatnya efektif dari segi biaya dan akan menurunkan dampak sebesdar
mungkin. Perbaikan yang berkelanjutan bukanlah langkah terakhir. hal ini adalah langkah yang
terpadu dari setiap langkah pengelolaan lingkungan.

2.3 Studi Kasus


Profil Perusahaan

Nama Perusahaan : PT. Unilever Indonesia, Tbk.

Alamat : Graha Unilever Jl. Jenderal Gatot Subroto Kav. 15 Jakarta 12930

Bidang Usaha : Kosmetik dan Kebutuhan Rumah Tangga

Website : www.unilever.co.id

Tentang Perusahaan :

PT Unilever Indonesia Tbk (perusahaan) didirikan pada 5 Desember 1933 sebagai


Zeepfabrieken N.V. Lever dengan akta No. 33 yang dibuat oleh Tn.A.H. van Ophuijsen,
notaris di Batavia. Akta ini disetujui oleh Gubernur Jenderal van Negerlandsch-Indie dengan
surat No. 14 pada tanggal 16 Desember 1933, terdaftar di Raad van Justitie di Batavia dengan
No. 302 pada tanggal 22 Desember 1933 dan diumumkan dalam Javasche Courant pada
tanggal 9 Januari 1934 Tambahan No. 3.

Dengan akta No. 171 yang dibuat oleh notaris Ny. Kartini Mulyadi tertanggal 22 Juli
1980, nama perusahaan diubah menjadi PT Unilever Indonesia. Dengan akta no. 92 yang
dibuat oleh notaris Tn. Mudofir Hadi, S.H. tertanggal 30 Juni 1997, nama perusahaan diubah
menjadi PT Unilever Indonesia Tbk. Akta ini disetujui oleh Menteri Kehakiman dengan
keputusan No. C2-1.049HT.01.04TH.98 tertanggal 23 Februari 1998 dan diumumkan di
Berita Negara No. 2620 tanggal 15 Mei 1998 Tambahan No. 39.

14
Perusahaan mendaftarkan 15% dari sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek
Surabaya setelah memperoleh persetujuan dari Ketua Badan Pelaksana Pasar Modal
(Bapepam) No. SI-009/PM/E/1981 pada tanggal 16 November 1981.

Pada Rapat Umum Tahunan perusahaan pada tanggal 24 Juni 2003, para pemegang
saham menyepakati pemecahan saham, dengan mengurangi nilai nominal saham dari Rp 100
per saham menjadi Rp 10 per saham. Perubahan ini dibuat di hadapan notaris dengan akta No.
46 yang dibuat oleh notaris Singgih Susilo, S.H. tertanggal 10 Juli 2003 dan disetujui oleh
Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan keputusan No. C-
17533 HT.01.04-TH.2003.

Perusahaan bergerak dalam bidang produksi sabun, deterjen, margarin, minyak sayur dan
makanan yang terbuat dari susu, es krim, makanan dan minuman dari teh dan produk-produk
kosmetik.

Sebagaimana disetujui dalam Rapat Umum Tahunan Perusahaan pada tanggal 13 Juni,
2000, yang dituangkan dalam akta notaris No. 82 yang dibuat oleh notaris Singgih Susilo,
S.H. tertanggal 14 Juni 2000, perusahaan juga bertindak sebagai distributor utama dan
memberi jasa-jasa penelitian pemasaran. Akta ini disetujui oleh Menteri Hukum dan
Perundang-undangan (dahulu Menteri Kehakiman) Republik Indonesia dengan keputusan No.
C-18482HT.01.04-TH.2000.

Perusahaan memulai operasi komersialnya pada tahun 1933.

Visi PT. Unilever

“To become the first choice of consumer, costumer and community”

Visi ini terbentuk disadari bahwa PT. Unilever terfokus pada consumer, costumer dan
community. Hal ini terwujud pada komitmen PT. Unilever terhadap konsumennya yaitu
menyediakan produk bermerek dan pelayanan yang secara konsisten menawarkan nilai dari
segi harga dan kualitas, dan yang aman bagi tujuan pemakaianny agar costumer, consumer
dan community dapat merasa puas.

15
Misi PT.Unilever

b. Menjadi yang pertama dan terbaik di kelasnya dalam memenuhi kebutuhan dan
aspirasi konsumen.

c. Menjadi rekan yang utama bagi pelanggan, konsumen dan komunitas.

d. Menghilangkan kegiatan yang tak bernilai tambah dari segala proses.

e. Menjadi perusahaan terpilih bagi orang-orang dengan kinerja yang tinggi.

f. Bertujuan meningkatkan target pertumbuhan yang menguntungkan dan


memberikan imbalan di atas rata-rata karyawan dan pemegang saham.

g. Mendapatkan kehormatan karena integritas tinggi, peduli kepada masyarakat dan


lingkungan hidup.

Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan pada PT. Unilever Indonesia, Tbk.

Perkembangan industri dewasa ini telah menyebabkan krisis lingkungan dan energi.
Bermula dari dampak industri inilah maka organisasi dan industri dituntut untuk
meningkatkan pertanggungjawaban terhadap konservasi lingkungan. Berdasarkan kondisi ini,
maka tuntutan peraturan dunia terhadap pertanggungjawaban organisasi dan industri dalam
pengelolaan lingkungan menjadi meningkat. Sistem Manajemen Lingkungantelah menjadi
tuntutan dari pelanggan negara maju yang secara sadar melihat pentingnya perlindungan
terhadap lingkungan dilaksanakan sejak dini untuk meminimalkan kerusakan lingkungan di
masa depan.

Berbagai macam organisasi semakin meningkatkan kepedulian terhadap pencapaian


danpenunjukan kinerja lingkungan yang baik melalui pengendalian dampak lingkungan
yangterkait dengan kegiatan, produk dan jasa organisasi yang bersangkutan, konsisten
dengankebijakan dan tujuan lingkungan mereka. Hal tersebut dilaksanakan dalam
kontekssemakin ketatnya peraturan perundang-undangan, pengembangan kebijakan ekonomi
danperangkat lain yang mendorong perlindungan lingkungan; dan meningkatnya

16
kepedulianpihak-pihak yang berkepentingan terhadap lingkungan dan pembangunan
berkelanjutan. Banyak organisasi telah melaksanakan kajian atau audit lingkungan untuk
mengkajikinerja lingkungan mereka. Bila dilaksanakan tersendiri, kajian dan audit
tersebutmungkin tidak cukup untuk memberikan jaminan bahwa kinerja
lingkungannyamemenuhi dan akan berlanjut memenuhi persyaratan peraturan perundang-
undangan dankebijakan organisasi. Agar efektif, kajian dan audit tersebut perlu dilaksanakan
dalamsuatu sistem manajemen yang terstruktur yang terintegrasi dalam organisasi tersebut.

Unilever melaporkan bahwa mereka berupaya menerapkan prinsip-prinsip tata kelola


perusahaan yang baik atau goodcorporate governance (GCG) dalam setiap kegiatan. Prinsip
ini pun telah diintegrasikan ke dalam ‘Tujuan Perusahaan’ dan ‘Kode Etik Prinsip Bisnis’
Unilever. Dokumen-dokumen tersebut menjadi pedoman bagi manajemen, karyawan, mitra
dan juga para pihak yang berkepentingan dalam aktivitas mereka.

Berkelanjutan juga diterapkan secara langsung di dalam beberapa elemen tata kelola
perusahaan Uniever, antara lain:

 Unilever bekerja sama dengan Safety and Environment Assurance Committee


(SEAC) atau KomisiJaminan Keselamatan dan Lingkunganyang berkedudukan di Inggris
gunamemastikan bahwa seluruh prosespengambilan keputusan yang berkaitandengan
keselamatan dan lingkungandari produk dilakukan secara terpisahdari keputusan komersial.

 Central Safety, Health and Environment Committee (CSHEC) atau Komisi Pusat
Keselamatan, Kesehatan dan Lingkungan mengembangkan kebijakan, peraturan, prosedur dan
standar tentang kesehatan, keselamatan dan lingkungan, serta menyebarluaskan perilaku yang
aman dan penanganan investigasi kecelakaan.

Kode etik perusahaan yang diungkapkan dalam Kode Etik Prinsip Bisnis Unilever yang
berkaitan dengan lingkungan adalah:

Kode Etik Terhadap Lingkungan:

17
“Unilever berkomitmen terhadap pengembangan manajemen dampak lingkungan secara
berkesinambungan dan terhadap tujuan jangka panjang berupa mengembangkan bisnis yang
berkesinambungan.”

Kebijakan Lingkungan PT. Unilever Indonesia, Tbk.

Efisiensi dalam produksi dampak lingkungan tempat produksi Unilever terbagi atas
dampak yang berasal dari luar (seperti penggunaan sumber daya dan energi) dan dampak yang
berasal dari dalam (seperti limbah cair dan sampah). Untuk mengelola dampak ini sambil
terus-menerus menyempurnakan proses produksi, Unilever menerapkan Sistem Pengelolaan
Lingkungan atau Environmental Management Sytem (EMS) berdasarkan ISO 14001.

Elemen penting dari EMS Unilever adalah menetapkan dan meninjau sasaran
berdasarkan indikator kinerja utama atau key performance indicator (KPI). Setiap tahun,
Unilever mengumpulkan data dari pabrik Unilever di Cikarang dan Rungkut berupa hasil
pengukuran kinerja lingkungan yang penting. Data ini dibandingkan dengan standar yang
berlaku di Indonesia dan target global Unilever, kemudian dihimpun dan dianalisis sebagai
bagian dari system pelaporan kinerja lingkungan atau Environmental Performance Report
(EPR) global Unilever.

Dalam hal penggunaan energi dan air, Unilever menyatakan bahwa sejak 2003, pabrik
Unilever telah menerapkan berbagai program untuk mengurangi konsumsi energi. Program ini
telah mengurangi jumlah penggunaan energy pabrik sebanyak 37% dibandingkan 2005. Sejak
2005, pabrik Rungkut telah berhasil mengurangi kebutuhan air dan mengurangi pembuangan
air limbah dari proses produksinya melalui pemasangan unit pengolah air limbah reverse
osmosis. Teknologi ini menyediakan pengolahan air limbah canggih yang memungkinkan
pemanfaatan air buangan hasil daur ulang untuk boiler dan menara pendingin. Sementara itu,
limbah domestik dari toilet dan aktivitas pencucian masih dikirimkan langsung ke saluran
limbah milik kawasan industri.

Unilever melaporkan penanganan Limbah Bahan Berbahaya Beracun (B3) yang telah
dilakukannya, yaitu bahwa limbah B3 ini disimpan dalam ruang penyimpan khusus, sebelum
dibuang ke PPLI, sebuah perusahaan pembuangan limbah B3 yang memenuhi standar

18
lingkungan Indonesia dan internasional. Limbah padat dari kegiatan pencucian reaktor
dipandang sebagai limbah B3 dan karena itu dikirim ke PPLI untuk pengolahan yang baik dan
benar. Sedangkan untuk limbah yang tidak berbahaya Unilever bekerja sama dengan Asosiasi
Industri Daur Ulang Plastik Indonesia (AIDUPI), kami memanfaatkan kemasan yang tidak
terpakai atau bahan plastik lainnya untuk membuat produk plastik seperti ember atau keset.
Limbah lain seperti drum kosong dan palet juga dikirimkan ke mitra untuk dipakai lagi atau
didaur ulang.

Pada 2003, Unilever telah mengganti bahan bakar boiler dari solar ke gas alam yang
mengandung relative lebih sedikit sulfur. Penggantian ini mengurangi emisi SOx kami secara
signifikan. Namun, pada dua tahun terakhir, pasokan gas ke Rungkut tidaklah stabil, dan
mereka terpaksa kembali memakai solar sambil mencari alternative bahan bakar rendah sulfur.
Sementara itu, pabrik Cikarang tetap memanfaatkan gas alam, sehingga mampu menjaga
tingkat emisi SOx yang rendah.

Selain itu, Unilever berupaya mengurangi jumlah limbah tidak berbahaya yang dihasilkan
pabriknya yang mencakup limbah domestik, serta produk dan kemasan yang tidak layak
jual/pakai. Unilever berupaya memanfaatkan kembali atau mendaur ulang limbah tersebut.
Limbah yang tidak dapat dipakai atau didaur ulang lagi akan dibuang ke tempat pembuangan
akhir. Kini, lebih dari 4.800 ton/tahun limbah pabriknya dipakai lagi atau didaur ulang oleh
pihak ketiga. Bekerja sama dengan Asosiasi Industri Daur Ulang Plastik Indonesia (AIDUPI),
mereka memanfaatkan kemasan yang tidak terpakai atau bahan plastik lainnya untuk
membuat produk plastik seperti ember atau keset. Limbah lain seperti drum kosong dan palet
juga dikirimkan ke mitra untuk dipakai lagi atau didaur ulang. Dengan demikian, jumlah
limbah yang didaur ulang terus meningkat sejak 2004.

Unilever juga berhasil mengurangi jumlah limbah yang dikirim ke tempat pembuangan
akhir melalui cara inovatif untuk membuang lumpur dari instalasi pengolahan air limbah.
Jumlah lumpur ini mencapai 5 ton per hari. Pada 2006, pihak Unilever telah menandatangani
nota kesepahaman dengan produsen semen (PT Holcim) untuk mengolah lumpur air
limbahnya sebagai bahan baku di pabrik mereka. Sejak pendatanganan itu, Unilever tidak lagi
mengirim lumpur apa pun ke tempat pembuangan akhir.

19
Salah satu instrumen untuk mencapai sasaran efisiensi lingkungan Unilever adalah Total
Productive Maintenance (TPM). Sejak tahun 1992,Unilever telah memakai pendekatan TPM
untuk menciptakan kondisi pabrik yangideal. Kerangka kerja TPM didasari olehlima prinsip
yaitu :

o Seiri – Keteraturan. Pisahkan alat yang diperlukan dari alat yang tidak diperlukan.
Sediakan hanya alat yang diperlukan pada lantai produksi.
o Seiton – Organisasi Tempat Kerja. Atur tempat kerja sehingga alat yang
diperlukan dapat diraih secara mudah dan cepat. Tempatkan sesuatu sesuai dengan
tempatnya.
o Seiso - Pembersihan. Segera sapu, cuci, dan bersihkan semua yang berada di
tempat kerja setelah dipakai.
o Seikhatsu - Kebersihan. Jaga kebersihan semua alat sehingga selalu siap dipakai.
o Shitsuke - Kedisiplinan. Setiap orang memahami, mematuhi, dan menerapkan
aturan di pabrik.

Kelima prinsip ini dipercayamampu membantu mereka dalam menjagaperalatan sedekat


mungkin dengankondisi peralatan yang ideal, bekerja lebihefisien, mengurangi waktu mesin
tidakberoperasi, serta meningkatkan catatankeselamatan kerja, kecelakaan fatal,kecelakaan
berakibat hilang waktu ataulost time accidents (LTA), kasus yangmenghambat pekerjaan atau
restrictedwork cases (RWC), serta kasus yangmenuntut perawatan kesehatan ataumedical
treatment cases (MTC).

Pada dekade terakhir ini, unilever telah terus-menerus meningkatkan cara pengumpulan
dan pelaporan data. Pada tahun 2006, mereka mengundang URS Verification Limited
(URSVL) untuk mengaudit cara mereka mengelola catatan data pemantauan lingkungannya.
Berdasarkan hasil audit ini, pihak unilever telah memperbaiki sistem pengelolaan datanya
untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan transkripsi, dan untuk mengembangkan
sistem penelusuran data lingkungan yang lebih baik. Semua ini dilakukan sebagai bukti
komitmen dalam penyediaan informasi yang lengkap dan akurat mengenai dampak
lingkungannya.

20
Komitmen Unilever terhadap lingkungan ini telah mengundang perhatian berbagai pihak.
Selama tiga tahun terakhir, kami meraih peringkat “Hijau” untuk kedua pabrik Unilever dari
Kementerian Lingkungan Hidup, melalui penghargaan PROPER. Peringkat hijau diberikan
kepada perusahaan yang telah mencapai “emisi nol”. Penghargaan tersebut membuktikan
bahwa Unilever mampu kecelakaan fatal, kecelakaan berakibat hilang waktu atau lost time
accidents (LTA), kasus yang menghambat pekerjaan atau restricted work cases (RWC), serta
kasus yang menuntut perawatan kesehatan atau medicaltreatment cases (MTC).
Eco Efisiensi dalam Produksi

Dampak lingkungan tempat produksi Unilever terbagi atas dampak yang berasal dari luar
(seperti penggunaan sumber daya dan energi) dan dampak yang berasal dari dalam (seperti
limbah cair dan sampah). Untuk mengelola dampak ini sambil terus-menerus
menyempurnakan proses produksi, kami menerapkan Sistem Pengelolaan Lingkungan atau
Environmental Management Sytem (EMS) berdasarkan ISO 14001. Strategi ini mencakup:

o mengoptimalkan penggunaan sumber daya alam, bahan baku dan kemasan


dan/atau energy,
o meminimalkan buangan air limbah/sampah padat dan/atau emisi ke udara, dan
o memaksimalkan produk jadi dengan meminimalkan produk gagal/rusak.

Salah satu contoh nyata produk dari Unilever yang ramah lingkungan adalah produk
deterjen yang dihasilkan. Sebagai produsen deterjen serbuk, PT. Unilever mengklaim bahwa
teknologi yang dilakukan dalam pengelolaan LAS adalah melakukan sulfonasi, yaitu
mengubah alkil benzen sulfonat. Selain itu upaya yang dilakukan Unilever adalah mengubah
rantai ABS yang bercabang menjadi Linier Alkyl Benzen Sulfonat (LABS) sehingga lebih
mudah terurai ke lingkungan.

21
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Kenyamanan, keamanan dan kebersihan lingkungan hidup harus dijaga oleh seluruh
manusia, organisasi maupun perusahaan. Penerapan ISO 14000 sangat penting untuk
kemajuan perusahaan. Pencapaian Unilever membuktikan bahwa Sistem Manajemen
Lingkungan tidak hanya membawa perubahan terhadap lingkungan alam sekitar, tetapi juga
terhadap perusahaan dan menjadi motivasi bagi perusahaan lainnya untuk melakukan hal
yang serupa atau bahkan lebih baik lagi.

3.2 Saran
o Sebaiknya Sistem Manajemen Lingkungan semakin didorong oleh pemerintah dan
didukung oleh masyarakat supaya lebih banyak lagi kontribusi yang dilakukan dalam
melestarikan lingkungan hidup
o ISO 14000 sebaiknya diterapkan oleh perusahaan – perusahaan atau orgnisasi yang
produksinya bersentuhan langsung dengan alam dan lingkungan hidup.

22
23
DAFTAR PUSTAKA

Elipson.www.elipson.com/ebook, di akses pada tanggal 28 April 2017

Indarto,solution.2010.Sistem manajemen lingkungan


14001,http://indartosolution.blogspot.com/2010/11/sistem-manajemen-lingkungan-14001,
diakses pada tanggal 28 April 2017

Paradigma,consultant.2009.Sejarah dan perkembangan ISO


14001,www.paradigm.consultant.com/2009/05/05/sejarah-dan-perkembangan-iso-14001/,di
akses pada tanggal 28 April 2017

You might also like