You are on page 1of 5

MASAK AIR MINUM DI PEDESAAN

kampanye difusi yang gagal

Lembaga Kesehatan Masyarakat di Peru berusaha memperkenalkan bebera pa inovasi kepada penduduk
desa untuk meningkatkan kesehatan dan harapan hi dup mereka. Lembaga pembaruan itu terkenal di
seluruh Amerika Latin karena ke berhasilannya; mereka berhasil mendorong penduduk membuat
jamban, mem bakar sampah, mengusir lalat, dan melaporkan adanya kasus?kasus penyakit me nular,
dan memasak air minum. Pembaruan ini berhasil mengubah pi kiran dan perilaku penduduk pedesaan
Peru yang tidak mengerti apa hubungan sanitasi dengan sakit. Memasak air minum merupakan tindak
kesehatan yang pen ting bagi penduduk desa dan penduduk miskin perkotaan Peru. Bila mereka tidak
memasak air minumnya, para pasien yang menderita penyakit menular di Puskes mas sering berobat
ulang dalam jangka waktu sebulan karena penyakit yang sama.

Kampanye masak air minum dilancarkan selama dua tahun di Los Molinos, sebuah desa berpenduduk
200 keluarga di perpantaian Peru, hanya mempengaruhi sebelas ibu rungga. Menurut lembaga
kesehatan masyarakat itu, Nelida, si petugas kesehatan di desa itu punya tugas sederhana: mengajak
para ibu rungga agar ter biasa memasak air minum. Walaupun dibantu seorang dokter yang berceramah
u mum tentang memasak air minum, dan sebelum kampanye telah ada lima belas ibu rungga yang telah
biasa masak air minum, program difusi Nelida dinilai gagal.

Mengapa Nelida gagal?

Untuk memahaminya kita perlu tahu lebih cermat mengenai kebudayaan, lingkungan dan orang?orang
desa Los Molinos.

Keadaan desa

Sebagian besar penduduk desa Los Molinos adalah petani yang bekerja se bagai buruh lepas di
perkebunan setempat. Mereka mengambil air dengan meng gunakan kaleng, ember, labu atau tong.
Pengambil air biasanya anak?anak; orang dewasa dianggap tidak pantas melakukan tugas ini. Ada tiga
tempat pengambilan air di Los Molinos: sebuah parit di dekat desa, sebuah mata air yang tempatnya
berjarak satu kilometer lebih dari pemukiman, dan sebuah sumur yang airnya tidak disukai penduduk.
Jika diperiksa, sebenarnya ketiga sumber itu telah tercemar. Di antara ketiga sumber itu yang sering
dipakai adalah parit. Letaknya dekat pemu kiman, mengalir (tidak menggenang), dan penduduk
menyukai rasa airya.
Membangun sistem sanitasi yang baik di desa itu tidak mungkin. Tetapi penya kit tipes dan jenis penyakit
lain yang menular lewat air sebetulnya bisa dicegah dengan memasak air sebelum diminum. Selama dua
tahun tinggal di Los Molinos Nelida mengunjungi setiap rumah penduduk di desa itu, tetapi yang paling
sering didatangi adalah 21 keluarga. Dia mengunjungi setiap keluarga pilihannya itu antara lima belas
sampai dua puluh kali; sebelas keluarga di antaranya sekarang terbiasa memasak air minum mereka.

Orang macam apakah yang mengikuti ajakan Nelida? Akan kami kemukakan tiga ibu rumah tangga–
seorang memasak air minum karena adat, seorang karena penga ruh petugas kesehatan, dan seorang
lagi dari kebanyakan ibu yang menolak ino vasi. Dengan ilustrasi ketiga ibu ini akan diperoleh gambaran
lebih banyak menge nai proses difusi.

Nyonya A: memasak air karena adat

Nyonya A berusia sekitar empat puluh tahun dan menderita sakit karena infeksi sinus (rongga hidung).
Oleh penduduk ia dikenal sebagai orang sesakitan. Setiap pagi Nyonya A memasak air seceret untuk
keperluan sehari. Dia tak paham teori kuman seperti diterangkan Nelida. Motivasinya memasak air
minum adalah meng ikuti adat kebiasaan setempat yang rumit tentang perbedaan “panas” dan “dingin”.
Pokok kepercayaan penduduk desa adalah bahwa semua makanan, minuman, obat dan benda punya
sifat panas atau dingin di luar suhu sebenamya. Perbedaan panas?dingin bertindak sebagai perangkat
larangan dan anjuran dalam perilaku ter tentu seperti misalnya kalau sedang hamil, sedang meneteki
anak, dan jika sedang dalam keadaan sakit atau sehat.

Dalam adat kebiasaan masyarakat Los Molinos, masak air berkait dengan sa kit; biasanya hanya orang
sakit yang menggunakan air masak, atau air hangat. Ji ka seseorang jatuh sakit, mustahil baginya makan
babi (“sangat dingin”) atau mi num arak (“sangat panas”). Sangat panas dan sangat dingin harus
dihindari orang sakit; karena itu air mentah, yang dianggap sangat dingin, harus dimasak untuk
menghilangkan suhu ekstrimnya.

Penduduk desa itu terbiasa tidak menyukai air masak sejak kanak?kanak. Air masak yang paling bisa
ditenggang oleh adat setempat adalah bila dicampur de ngan zat lain seperti teh, gula, jeruk atau sirup.
Ny. A suka mencampur sirup dalam air minumnya. Sistem kepercayaan di desa itu tidak mengenal
pencemaran air oleh bakteri. Menurut tradisi, mereka memasak air minum untuk mengurangi kadar “di -
ngin” air mentah, bukan untuk membunuh bakteri. Nyonya A minum air masak ka rena ia patuh pada
adat kebiasaan setempat, sebab ia sedang sakit.

Ny B yang terpengaruh kampanye


Keluarga B datang di Los Molinos segenerasi lalu, tetapi mereka masih kuat beracu pada kampung
asalnya di Pegunungan Andes. Nyonya B takut tertular penyakit dataran rendah” yang menurut
anggapannya telah berjangkit di desa itu. Kekhawatiran ini merupakan salah satu penyebab mengapa
Nelida, si agen pem baru, berhasil meyakinkan Nyonya B agar memasak air minumnya. Bagi Nyonya B,
Nelida dianggap pejabat yang bersahabat (ibu?ibu desa itu malah menyebut Nelida “penilik kotoran”
Nyonya B), yang selalu memberi penerangan dan perlin dungan. Nyonya B tidak saja memasak air
minumnya, melainkan juga telah mem bangun jamban keluarga dan membawa anaknya ke Puskesmas
untuk diperiksa kesehatannya.

Oleh masyarakat setempat Nyonya B dipandang sebagai orang luar karena tata-rambut dan logat
Spanyolnya yang kental. Masyarakat menerimanya tak lebih sebagai rangtepi (marginal) di desa itu.
Karena masyarakat Los Molinos bukan kelompok acu an yang penting baginya, Nyonya, B mencari
perlindungan pribadi dengan cara mengikuti nasehat?nasehat Nelida yang bersahabat dengannya.
Namun tindakan Nyonya B memasak air minum itu tidak mengubah statusnya di masyarakat seba gai
rangtepi. Dia berterima kasih kepada Nelida yang telah mengajari bagaimana mencegah bahaya air
tercemar dan penyakit “dataran rendah” amatannya.

Nyonya C: penolak anjuran

Ibu rungga ini mewakili kebanyakan keluarga, Los Molinos yang tak terpenga ruh anjuran agen pembaru
(Nelida) yang mengkampanyekan kesehatan selama dua tahun. Nyonya C tidak paham teori kuman,
walaupun telah berulangkali Ne lida menjelaskannya. “Bagaimana”, sanggahnya, “jasad?jasad renik itu
bertahan hidup di air dan membunuh orang? Apakah ia ikan? Bila kuman itu sangat kecil sehingga tak
tampak atau tak teraba, bagaimana ia dapat mencelakai manusia sehat? Ancaman nyata yang perlu
dicemaskan di dunia ini adalah kemiskinan dan kela paran; kita tidak perlu cemas terhadap binatang kecil
yang tak tampak, tak teraba dan tak terdengar . Nyonya yang setia pada adat kebiasaan itu menolak
anjuran memasak air minum. Sebagai pemeluk teguh tradisi kepercavaan “panas?dingin”, ia
beranggapan bahwa hanya orang sakit vang patut minum air masak.

Mengapa Difusi Masak Air Minum Gagal?

Kampanye giat dua tahun yang dilakukan petugas kesehatan di masyarakat pedesaan Peru yang
berpenduduk dua ratus keluarga itu bertujuan mengajak para ibu rungga agar memasak air minum,
secara umum gagal. Nelida hanya dapat me ngajak 5% penduduk desa (sebelas keluarga) untuk
mengadopsi inovasi. Padahal agen pembaru di desa?desa Peru lainnya dapat mengajak 15 sampai 20%
ibu rungga. Sebab?sebab kegagalan kampanye di Los Molinos sebagian dapat ditelu suri dari
kepercayaan yang membudaya di desa itu. Tradisi di sana menghubung kan makanan “panas” dengan
sakit; memasak air minum menjadikannya kurang “segar”, karena itu hanya cocok untuk orang sakit. Jika
seseorang tidak sakit, ia ter cegah oleh budaya setempat untuk minum air masak. Hanya orang?orang
yang kurang terikat dalam jaringan sosial setempat yang mau beresiko menentang norma- norma
masyarakat mengenai memasak air. Faktor penting yang mempengaruhi faktor adopsi suatu inovasi
adalah kesesuaiannya dengan norma?norma, keperca yaan, dan pengalaman masa lalu masyarakat itu.
Nelida dan atasannya di Lembaga Kesehatan Masyarakat harusnya paham tentang sistem kepercayaan
panas?dingin, ka rena ini dijumpai di seluruh Peru (dan sebetulnya kebanyakan bangsa Amerika La tin,
Afrika dan Asia). Kegagalan Nelida menunjukkan pentingnya jejaring antar pribadi dalam penggunaan
dan penolakan inovasi. Secara sosial nyonya B adalah orang luar dan bagi masyarakat Los Molinos. Dia
adalah rangtepi, walaupun telah bertahun?tahun tinggal di situ. Nelida merupakan acuan yang penting
bagi nyonya B daripada para tetangga yang umunya menghindarinya. Khawatir kehilangan penerimaan
sosial (persahabatan) dari Nelida yang status sosialnya lebih tinggi, Nyonya B me ngadopsi memasak air
minum . Itu dilakukan bukan karena ia paham alasan?alas an kesehatan yang benar, melainkan ingin
memperoleh restu Nelida. Jadi kita tahu bahwa difusi inovasi itu sering merupakan proses sosial, tidak
sekedar masalah keteknikan.

Nelida telah bekerja dengan ibu?ibu rungga yang salah jika ia ingin melancar kan proses difusi yang
swalaju. Dia memusatkan usahanya kepada orang?orang se perti Nyonya A dan Nyonya B. Celakanya,
mereka itu dianggap orang sesa kitan dan orang luar, serta tidak dihormati sebagai tokoh tauladan
tindakan memasak air minum oleh wanita?wanita lain. Para tokoh masyarakat desa itu, yang dapat
mennggerakkan jejaring setempat dalam menebar inovasi, diabaikan oleh Nelida.

Pandangan para calon pengguna terhadap agen pembaru mem pengaruhi kesediaan mereka untuk
mengadopsi ide?idenya. Di Los Molinos, Nelida dipandang berbeda (tidak sederajat) oleh ibu?ibu rungga
yang berstatus sosial ren dahan dan tengahan. Kebanyakan keluarga miskin memandang petugas
kesehatan sebagai seorang “pengintai” yang dikirim ke Los Molinos untuk mengusak-asik dan mendesak
para ibu rungga yang sudah penat itu agar tetap membersihkan rumah. Karena ibu rungga rendahan itu
kurang punya waktu senggang, tidak mungkin melayani perbincangan dengan Nelida mengenai
memasak air. Hu bungan mereka dengan masyarakat luar terbatas, sehingga mereka memahami
kecakapan teknik Nelida dengan pandangan yang terikat pada cakrawala sosial dan kepercayaan
tradisional Los Molinos. Mereka tidak percaya pada orang luar itu, yang mereka anggap sebagai orang
asing. Nelida, yang termasuk golongan te ngahan (kelas menengah) menurut ukuran Los Molinos, dapat
menjalin hubungan yang lebih positif dengan ibu?ibu rungga yang tingkat sosial ekonomi dan latar
belakang budayanya le bih mirip dengannya. Kecenderungan berlangsungnya komunikasi lebih lancar de
ngan mereka yang lebih sepadan dengan agen pembaru ini sering terjadi pada keba nyakan kampanye
difusi.

Nelida terlalu “beracu inovasi” dan kurang “beracu klien”. Ka rena tidak menempatkan dirinya dalam
peran ibu?ibu rungga desa, usaha?usaha nya mempengaruhi masyarakat tidak mengena sebab pesan?
pesan yang ia sampai kan tidak sesuai dengan kebutuhan mereka. Nelida tidak memulai usahanya dari
keadaan penduduk; malahan ia berceramah tentang teori kuman, yang tidak mere ka pahami (dan
mungkin tidak mereka perlukan).

Kami menyitir hanya beberapa faktor yang menyebabkan difusi yang menjadi tanggung jawab Nelida
gagal. Barangkali pembaca akan lebih jelas lagi memahami kasus memasak air masak itu bila sisa buku ini
selesai dibaca. Kami akan kembali membahas hal?hal yang kita petik pelajarannya dari Los Molinos ini di
bab?bab yang akan datang.

APAKAH DIFUSI ITU?

Difusi adalah proses

pengkomunikasian inovasi melalui saluran?saluran ter tentu dalam jangka waktu tertentu di kalangan
anggota suatu sistem sosial. Difusi adalah suatu corak khusus komunikasi, yang pesannya mengenai ide?
ide ba ru. Komunikasi adalah proses yang para pesertanya bersicipta dan bersitukar in formasi untuk
mencapai kesepakatan bersama. Batasan ini berarti bahwa komunikasi adalah proses memadu (atau
memisah) karena dua orang atau lebih bertukar informasi itu saling-mendekat (atau saling menjauh)
dalam memaknai peristiwa?peristiwa tertentu.

You might also like