Professional Documents
Culture Documents
DOI: doi.org/10.21009/0305010403
Abstrak
Metakognisi didefinisikan sebagai pengetahuan kognisi dan regulasi kognisi yang mengacu kepada pengetahuan
siswa mengenai proses kognisinya dan kemampuan untuk mengontrol serta memonitor proses kognisi sebagai
umpan balik dari pembelajaran yang diterimanya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi
pengetahuan metakognisi calon Guru Fisika. Pengetahuan kognisi terdiri dari aspek pengetahuan deklaratif,
pengetahuan prosedural, dan pengetahuan kondisional. Pengambilan data dilakukan dengan cara memberikan
angket dan ditindaklanjuti oleh wawancara terhadap enam orang mahasiswa pada perkuliahan Fisika Zat Padat.
Pada aspek pengetahuan deklaratif diperoleh hasil bahwa mahasiswa dalam mengerjakan suatu tugas cenderung
melakukannya terbatas hanya untuk memenuhi kewajiban. Mereka menyadari bahwa berbagai sumber informasi
diperlukan untuk melaksanakan suatu tugas. Hampir seluruh sampel mengatakan bahwa tahapan awal
mengerjakan suatu tugas adalah memahami persoalan dan tidak ada hubungan antara tugas yang diberikan
dengan tugas yang telah diberikan. Pada aspek pengetahuan prosedural sebagian besar menyatakan bahwa
mereka kurang yakin akan kemampuan mereka dalam menyelesaikan tugas dan mereka menganggap kapasitas
mereka untuk mengerjakan tugas masih sangat kurang. Aspek pengetahuan kondisional, diperoleh data bahwa
siswa membutuhkan strategi hanya ketika menemukan soal yang sulit.
Abstract
The term “metacognition” is defined as the ability of individuals to reflect, understand, and control their own
thinking, learning and acting. Metacognition clasified to metacognitive knowledge and metacognitive
regulation. Metacognitive knowledge consist of declaration knowledge, procedural knowledge, and conditional
knowledge that refers to acquire knowledge about cognitive processes, knowledge that can be used to control
their cognitive processes. The purpose of this article is to identified the metacognition knowledge of Physics
Pre-Service Teacher. Six student in Solid State Physics lecture fulfill questionnaire and followed by interview.
The analysis of questionnaire and interview data showed that the metacognition knowledge is still low, they
could not describe about their purpose, only few of them could describe how they think, confuse what they
shoud do to do the task. They only think that strategy is needed when they find difficulty and not sure with their
ability to do the task.
SNF2016-OER-13
Prosiding Seminar Nasional Fisika (E-Journal) SNF2016 p-ISSN: 2339-0654
VOLUME V, OKTOBER 2016
http://snf-unj.ac.id/kumpulan-prosiding/snf2016/ e-ISSN: 2476-9398
kemampuan berfikirnya sendiri serta mampu kita tentang apa yang ada atau tidak ada dalam memori
mengaturnya. Para ahli mengatakan kemampuan ini sehingga seseorang dapat dengan cepat mengevaluasi
disebut dengan metakognisi. apa yang mereka ketahui dan mereka dapat menentukan
Flavell menyatakan bahwa metakognisi adalah jika upaya sia-sia. Tataran objek adalah item
pengetahuan (knowledge) dan regulasi (regulation) pada sesungguhnya yang ada dalam memori.
suatu aktivitas kognitif seseorang dalam proses belajar. Setiap individu pada dasarnya memiliki potensi
Pengetahuan metakognisi adalah kesadaran seseorang kemampuan metakognisi, hal ini dikarenakan setiap
tentang apa yang diketahuinya dan regulasi kognisi individu sudah terbiasa berfikir tentang apa yang
adalah bagaimana seseorang mengatur aktivitas dipikirkannya dan apa yang akan dan telah
kognisinya dengan efektif. Moore (2004) menyatakan dilakukannya. Begitu pula halnya dengan peserta didik,
bahwa metakognisi mengacu pada pemahaman saat mengikuti kegiatan belajar mengajar, begitu peserta
seseorang tentang pengetahuannya, sehingga didik mendengar penjelasan tentang materi yang akan
pemahaman yang mendalam tentang pengetahuannya dipelajari, otomatis sebagian peserta didik akan mulai
akan mencerminkan penggunaan yang efektif tentang berfikir tentang apa yang akan dipelajarinya. Tidak
pengetahuan dari permasalahan yang ditemui. Menurut sedikit juga yang akan menghubungkan dengan materi-
Brown dalam Yuruk (2007) menyatakan bahwa materi yang sudah dipelajarinya, atau bahkan mungkin
metakognisi digambarkan sebagai pengetahuan dan dalam fikiran mereka sudah tertanam akan ada hal sulit
kontrol seseorang terhadap sistem kognitif dirinya, yang akan mereka pelajari, dan muncul pemikiran-
kesadaran diri (inner awareness) tentang proses belajar pemikiran lainnya. Saat kegiatan belajar berlangsung
seseorang yaitu apa yang diketahui dan tidak ketahui, akan semakin banyak lagi timbul pertanyaan-pertanyaan
atau keadaan kognitif seseorang saat itu, serta yang ada dalam benak mereka, yang kadang mereka
pengetahuan tentang pengetahuan. Flavell bingung atau sulit mengungkapkannya. Terlebih dalam
mendefinisikan bahwa pengetahuan metakognisi mempelajari fisika yang sebagian orang berpendapat
mengacu pada apa yang siswa mengerti dan percaya adalah matapelajaran yang sulit karena terkait dengan
tentang materi pelajaran tertentu, sedangkan Brown fenomena alam yang sebagian besar bersifat abstrak.
(1987) mengartikan pengetahuan metakognisi sebagai Dari paparan di atas, maka dapat dikatakan bahwa
kegiatan yang melibatkan refleksi sadar terhadap kemampuan metakognisi berperan penting dalam
kemampuan dan aktivitas kognitif. menunjang keberhasilan belajar. Mengingat pentingnya
Dari beberapa pengertian yang diutarakan para metakognisi dalam menunjang keberhasilan belajar,
ahli, dapat dikatakan bahwa metakognitif adalah suatu maka penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi
kesadaran tentang kognisi yang kita miliki, bagaimana pengetahuan metakognisi calon guru fisika.
kognisi kita bekerja dan bagaimana kita mengatur Pengetahuan metakognisi terdiri dari tiga
kognisi tersebut. Hal ini sangatlah diperlukan dalam komponen (Patcharee, 2010) yaitu pengetahuan
menyelesaikan suatu permasalahan agar penggunaan deklarasi, prosedural, dan kondisional. Pengetahuan
kognisi menjadi efisien. Dapat pula dikatakan bahwa deklarasi merupakan pengetahuan tentang suatu hal.
metakognisi adalah ‘thinking about thinking” Pengetahuan ini meliputi pengetahuan tentang diri
(livingston, 2003). sendiri sebagai pembelajar serta faktor-faktor yang
Sejalan dengan Flavell, Alexander (dalam mempengaruhi penampilan seseorang. Pengetahuan
Taasobshirazi, 2012) mengelompokkan metakognisi prosedural merupakan kesadaran proses berfikir atau
menjadi pengetahuan dan keterampilan metakognisi. pengetahuan tentang cara-cara mencapai tujuan dan
Pengetahuan metakognisi didefinisikan sebagai pengetahuan bagaimana terampil menyelesaikan
pengetahuan dan pemahaman pada proses kognisi. masalah dan bagaimana melakukannya. Seseorang yang
Beberapa ahli menyatakan bahwa pengetahuan mempunyai pengetahuan prosedural yang baik dapat
metakognisi mengacu pada apa yang seseorang ketahui menggunakan strategi yang berbeda-beda untuk
tentang kognisinya,artinya siswa mengetahui dan memecahkan masalah. Pengetahuan kondisional,
bahkan menyadari apa yang harus dilakukannya, merupakan kesadaran kondisi yang mempengaruhi
bagaimana, kapan, dan mengapa seseorang belajar dan mengetahui alasan mengapa menggunakan
melakukannya. suatu strategi tertentu dan mengapa melakukan sesuatu.
Metakognisi (Solso, 2007) adalah mengetahui Pada penelitian ini, untuk mengidentifikasi
tentang mengetahui dan kemampuan monitor diri pengetahuan metakognisi dari calon guru fisika maka
terhadap pengetahuan pribadi (self knowledge dibuat instrumen berupa angket yang berisi pertanyaan-
monitoring). Metakognisi memiliki dampak pada pertanyaan yang dikembangkan berdasarkan aspek
monitoring dan pengendalian proses-proses pengetahuan metakognisi dan selanjutnya dilakukan
pengambilan informasi dan proses-proses inferensi yang wawancara untuk menggali lebih dalam mengenai apa
berlangsung dalam sistem memori. Model dasar untuk yang mereka jawab pada lembar angket. Dari jawaban
menggambarkan metakognisi melibatkan monitoring yang diperoleh dari lembar angket dan wawancara maka
dan pengendalian terhadap tataran meta dan tataran dapat diidentifikasi bagaimana pengetahuan
objek. Tataran meta berbicara mengenai kesiagaan sadar metakognisi calon guru fisika.
SNF2016-OER-14
Prosiding Seminar Nasional Fisika (E-Journal) SNF2016 p-ISSN: 2339-0654
VOLUME V, OKTOBER 2016
http://snf-unj.ac.id/kumpulan-prosiding/snf2016/ e-ISSN: 2476-9398
Tabel 1. Analisis hasil angket dan wawancara mahasiswa calon guru fisika.
SNF2016-OER-15
Prosiding Seminar Nasional Fisika (E-Journal) SNF2016 p-ISSN: 2339-0654
VOLUME V, OKTOBER 2016
http://snf-unj.ac.id/kumpulan-prosiding/snf2016/ e-ISSN: 2476-9398
SNF2016-OER-16
Prosiding Seminar Nasional Fisika (E-Journal) SNF2016 p-ISSN: 2339-0654
VOLUME V, OKTOBER 2016
http://snf-unj.ac.id/kumpulan-prosiding/snf2016/ e-ISSN: 2476-9398
Bahkan ada yang beranggapan bahwa hubungan itu keterampilan. Disaat kita menghadapi masalah yang
harus berupa hubungan matematis bukan secara hanya dapat dipecahkan dengan cara tertentu saja.
konseptual atau ada yang beranggapan bahwa hubungan
materi satu dan lainnya hanya terdapat pada matakuliah
dasar. 4. Simpulan
SNF2016-OER-17
Prosiding Seminar Nasional Fisika (E-Journal) SNF2016 p-ISSN: 2339-0654
VOLUME V, OKTOBER 2016
http://snf-unj.ac.id/kumpulan-prosiding/snf2016/ e-ISSN: 2476-9398
SNF2016-OER-18