You are on page 1of 17

APRESIASI DAN KRITIK SENI RUPA

“PATUNG PAHLAWAN TRIP”

DISUSUN OLEH

Hafiz Maulana R

17 IBB / 12

SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 MALANG

JL. TUGU UTARA NO 1 MALANG

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT. atas rahmat dan hidayah-Nya saya
dapat menyelesaikan makalah apresiasi seni rupa ini. Makalah ini disusun sebagai
pemenuhan tugas mata pelajaran Seni Budaya yang dibina oleh Bapak Fajar Ahdani S, Pd.

Makalah apresiasi seni rupa ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kreatifitas
seni yang dimiliki oleh masyarakat yang memiliki nilai tersendiri. Untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. H. Musoddaqul Umam, S.Pd, M.Si selaku kepala SMA Negeri 1 Malang.


2. Fajar Ahdani, S.Pd yang telah membimbing dengan sabar dan tulus sehingga
makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
3. Orang tua yang telah memberikan dorongan serta dukungan dalam penulisan
makalah ini.

Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari kata sempurna, baik
dari segi penyusunan, bahasan, maupun tulisannya. Oleh karena itu, saya mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun dari para pembaca, khususnya guru mata
pelajaran guna menjadi acuan bagi kami untuk dapat menjadi lebih baik kedepannya.

Malang, 18 Maret 2018

2
DAFTAR ISI

Kata pengantar…………………………………………………………………………..

BAB I Pendahuluan…………………………………………………………………….4

Latar nelakang…………………………………………………………………………4

Rumusan Masalah..……………………………………………………………………4

Tujuan………………………………………………………………………………….4

Manfaat…………...……………………………………………………………………4

BAB II Kajian Pustaka………………………………………………………………5

Sejarah…………………………………………………………………………………5

Teknik pembuatan dan pewarnaan…………………………………………………….7

Bahan dasar……………………………………………………………………………8

BAB III Pembahasan………………………………………………………………21

Sejarah………………………………………………………………………………21

Teknik pembuatan dan pewarnaan…….……………………………………………23

Bahan dasar…………………………………………………………………………24

BAB IV Penutup……………………………………………………………………25

Simpulan……………………………………………………………………………25

Saran…………………………………..……………………………………………25

Daftar pustaka………………………………………………………………………25

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Apresiasi berasal dari Bahasa Latin, “appretiatius” yang artinya penghargaan atau
penilaian terhadap sesuatu. Kita juga mengenal “appreciate” dalam Bahasa Inggris yang
berarti melihat, menentukan nilai, menikmati, menyadari keindahan, serta menghayati
sesuatu. Sedangkan, seni adalah sesuatu yang memiliki nilai keindahan atau estetika dan
diciptakan oleh manusia biasanya disebut dengan karya seni. Seseorang yang sedang
melakukan apresiasi biasanya disebut apresiator.

Patung adalah benda tiga dimensi karya manusia yang diakui secara khusus sebagai
suatu karya seni. Orang yang menciptakan patung disebut pematung. Tujuan penciptaan
patung adalah untuk menghasilkan karya seni yang dapat bertahan selama mungkin.
Karenanya, patung biasanya dibuat dengan menggunakan bahan yang tahan lama dan sering
kali mahal, terutama dari perunggu dan batu seperti marmer, kapur, dan granit. Kadang
digunakan pula bahan berharga seperti emas, perak, dan gading. Bahan yang lebih umum
dan tidak terlalu mahal untuk kebutuhan luar.

Pada era digital ini, karya seni patung banyak diminati oleh msyarakat karena
penggunaan patung itu sendiri yang memiiki banyak fungsi, mulai dari hiasan dan dekorasi
rumah, upacara adat, dan untuk mengisi lahan kosong bangunan.

Patung TRIP adalah salah satu contoh patung kepahlawanan di Indonesia yang
memiliki fungsi untuk mengenang jasa-jasa para pahlawan. Patung TRIP memiliki nilai
histori yang menggambarkan perjuangan TKR dan para pelajar Malang yang sangat keras
dilalui untuk mengalahkan penjaah demi mengamankan Kota Malang tercinta. Tidak heran
Patung TRIP didirikan tepat di tengah kota dan dibangun besar sekaligus dengan makam
yang berada di belakang patung untuk tetap mempertahankan nilai histori yang ada serta
memberi kesan juang kepada Kota Malang.

Pengetahuan dan apresiasi kita terhadap berbagai karya seni di daerah, senjata
tradisional, alat musik, dan lain-lain dapat mendorong munculnya ide untuk memberikan
kritik dan saran.. Ide bisa muncul secara tidak berurutan ,dan tidak lengkap tetapi dapat juga
muncul secara utuh. Kunci sukses dari tahap ini adalah jangan ada perasaan takut salah,
setiap orang berhak berpendapat saling menghargai pendapat teman.

4
1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana sejarah dari Patung TRIP?

1.2.2 Bagaimana teknik yang digunakan dan pewarnaan dalam pembuatan Patung TRIP?

1.2.3 Bagaimana jenis bahan yang digunakan pada Patung TRIP?

1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk menjelaskan sejarah dari Patung TRIP

1.3.2 Untuk menjelaskan teknik yang digunakan dan pewarnaan dalam pembuatan Patung TRIP

1.3.3 Untuk menjelaskan bahan yang digunakan pada Patung TRIP

1.4 Manfaat

1.4.1 Dapat mengetahui sejarah Patung TRIP

1.4.2 Dapat mengetahui teknik pembuatan dan pewarnaan Patung TRIP

1.4.3 Dapat mengetahui bahan yang digunakan pada Patung TRIP

5
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Sejarah

Jalan Pahlawan TRIP Kota Malang bisa dibilang istimewa. Meski berada di antara
kepungan ruas jalan yang memakai nama gunung di Indonesia, jalan yang merupakan
percabangan dari Jalan Besar Ijen ini memiliki nama yang berbeda. Sebab, Jalan Pahlawan
TRIP ini menyimpan cerita bersejarah pertempuran di zaman mempertahankan
kemerdekaan NKRI dari usikan penjajah Belanda. Selain terkenal dengan nama Jalan
Pahlawan TRIP, jalan bersejarah ini memiliki sebutan lain, yakni Jalan “Mas” TRIP.
Disebut demikian, lantaran istilah “Mas” pada penyebutan itu dinilai cocok untuk sapaan
bagi para pemuda laki-laki asal Jawa Timur. Mereka terlalu muda untuk dipanggil “Pak”,
namun terlalu dewasa untuk dipanggil “Dik”.

Kawasan ini pada zaman pendudukan kolonial Belanda bernama Jalan Salak, sesuai
dengan nama gunung yang ada di Jawa Barat. Penamaan tersebut tak mengherankan,
lantaran di sekitarnya juga terdapat nama-nama jalan dengan nama gunung lainnya seperti
Jalan Semeru, Jalan Kawi, Jalan Bromo, Jalan Panderman, Jalan Gede, Jalan Retawu dan
sebagainya. Kawasan ini dulunya memang menjadi daerah pemukiman elit bagi para
pengusaha Belanda. Di Jalan ini dibangun Taman Makam Pahlawan TRIP yang diresmikan
oleh Presiden Soekarno pada tahun 1959. Monumennya pun dibangun di ujung jalan sebelah
timur, tepatnya di depan Gereja Ijen, utara Museum Brawijaya. Monumen ini untuk
mengenang dan menghargai jasa 35 nyawa pahlawan TRIP yang gugur dalam perang
mempertahankan kemerdekaan Indonesia pada Agresi Militer Belanda I di tahun 1947.

Awal mula TRIP (Tentara Republik Indonesia Pelajar) berasal dari lahirnya Barisan
Keamanan Rakyat (BKR) ketika tentara Jepang menyerah pada sekutu. Selain pembentukan
tentara formal itu, dibentuklah pula Barisan Keamanan Rakyat (BKR) Pelajar pada 22
September 1945 di Surabaya untuk mewadahi para pemuda usia 13-18 tahun yang ingin
ikut berjuang dengan menjadi tentara. Pada 5 Oktober 1945 BKR berubah menjadi TKR
(Tentara Keamanan Rakyat), yang saat ini diperingati sebagai hari lahirnya TNI (Tentara
Nasional Indonesia). Maka, nama BKR Pelajar otomatis berubah menjadi TKR Pelajar,
yang diresmikan oleh komandan TKR Kota Surabaya, Soengkono, pada 19 Oktober 1945.

6
Tahun 1946, TKR berubah menjadi TRI (Tentara Republik Indonesia) maka TKR Pelajar
pun berubah nama menjadi TRI Pelajar pada 26 Januari 1946. Kota Malang menjadi tuan
rumah Kongres Pelajar yang dihadiri oleh semua unsur pimpinan IPI Jawa Timur, termasuk
bagian laskarnya, pada 14-16 Juli 1946. Sebagai realisasi hasil kongres tersebut, pada 21
Juli 1946 diputuskan Markas Pusat TRIP Jawa Timur berkedudukan di Kota Malang dengan
pimpinan Komandan Isman dan Wakil Komandan Moeljosoedjono, yang berkedudukan di
Mojokerto.

Kemudian dibentuklah pasukan-pasukan kecil setingkat batalyon. Malang sendiri


menjadi basis Batalyon 5000, yang dipimpin Susanto. Sementara itu, Batalyon 1000 yang
meliputi Karesidenan Surabaya berpusat di Mojokerto, Batalyon 2000 meliputi Karesidenan
Madiun dan Bojonegoro berpusat di Madiun, Batalyon 3000 meliputi Karesidenan Kediri
berpusat di Kediri, dan Batalyon 4000 meliputi Karesidenan Besuki berpusat di Jember.
Pada Mei 1946 para pelajar asal Malang yang tergabung dalam TRIP Staf I meninggalkan
markas Jetis (Mojokerto) kembali ke Malang untuk kembali ke sekolah masing-masing.
Mereka hendak mengejar pelajaran yang tertinggal demi menghadapi musim kenaikan kelas
yang jatuh pada Juli 1946. Namun pada 17 Juli 1947 usai kenaikan kelas diumumkan,
Komandan Batalyon 5000, Susanto melarang mereka meninggalkan kota Malang. Susanto
memprediksi bakal terjadi agresi oleh Belanda, berdasarkan pengamatan gejolak politik di
ibukota.

Benar saja, pada 21 Juli 1947 Agresi Belanda I pun terjadi. Bermula dari menggempur
daerah Besuki mengarah ke selatan Porong-Trawas-Lawang-Malang. Pada 22 Juli 1947 ada
rencana untuk mempertahankan Kota Malang, sesuai dengan arahan staff Divisi Untung
Suropati kepada para pemimpin TRIP. Sebelum Belanda menyerang, Kota Malang akan
dikosongkan dan bangunan-bangunan vital akan dibumihanguskan. Saat itu, pasukan TRIP
Batalyon 5000 Malang disebar di beberapa tempat. Ada yang dikirim ke perbatasan Lawang
dan Singosari untuk menghadang serangan Belanda yang datang dari Porong, Pandaan dan
Tretes-Trawas. Sebagian pasukan juga dikirim ke Malang Selatan untuk mengajak rakyat
untuk ikut berjuang. Sementara itu, pasukan lainnya berada di berbagai wilayah di Kota
Malang dengan komando sang Komandan Batalyon, Susanto.

7
Pada 23 Juli 1947 Pasukan Brigade KNIL sudah memasuki daerah Lawang. Di saat
yang bersamaan, kondisi Kota Malang sudah kosong, objek-objek vital pun telah
dibumihanguskan. Taktik ini bertujuan, kalau pun tentara Belanda mampu menguasai
Malang, mereka tidak akan mendapatkan apa-apa. Pada 31 Juli 1947, pasukan Belanda pun
mulai merangsek ke wilayah kota. Pasukan TRIP di perbatasan tak kuasa menahan serangan
Belanda. Tembak-menembak pun terjadi di Lapangan Pacuan Kuda Betek hingga Jalan
Salak. Dalam pertempuran sekitar 5 jam ini, TRIP dengan senjata sederhana melakukan
perlawanan gigih kepada tentara Belanda yang terlatih dan dilengkapi persenjataan lebih
canggih, termasuk beberapa tank. Total 35 pelajar gugur dan beberapa lainnya luka-luka
tertawan, termasuk komandan kompi. Komandan Batalyon Trip 5000, Susanto pun gugur
di depan Gereja Ijen, di ujung Jalan Salak. Pada 31 Juli 1947, Kota Malang pun berhasil
diduduki Belanda.

35 anggota TRIP yang menjadi korban peperangan tersebut dikubur dalam satu lubang yang
letaknya tidak jauh dari markas TRIP di Jalan Salak. Monumen berbentuk patung dua orang
pelajar yang memanggul senjata pun didirikan di ujung jalan tersebut untuk mengenang jasa
mereka. Nama-nama ke-35 anggota TRIP itu pun terpahat di sebuah plakat di sebelah
patung untuk mengingatkan kita pada gigihnya perjuangan mereka dalam mempertahankan
kemerdekaan Indonesia di Kota Malang.

Tak banyak warga Malang yang mengetahui keberadaan kuburan massal anggota TRIP
ini, karena kompleks pemakaman tersebut dipagari dan jarang dibuka untuk umum. Taman
Makam Pahlawan TRIP ini hanya dibuka ketika menjelang Hari Pahlawan, 10 November
atau Hari Kemerdekaan, 17 Agustus. Di hari itu, para peziarah diperkenankan masuk ke
kompleks pemakaman tersebut.

2.2 Teknik dan Pewarnaan

Teknik yang digunakan dalam pembuatan Patung TRIP adalah tenik cetak. Teknik cetak
adalah bagian dari seni rupa ,teknik cetak dibagi menjadi dua yaitu cetak tuang dan cetak
tekan, cetak tekan yaitu cara membentuk dengan cara memasukkan bahan ke dalam alat
kemudian dalam membentuknya dengan mengeluarkan bahannya,seperti menghias pada
roti. Aspek terpenting adalah peleburan logam. Peleburan logam merupakan aspek

8
terpenting dalam operasi-operasi pengecoran karena berpengaruh langsung pada kualitas
produk cor. Pada proses peleburan, mula-mula muatan yang terdiri dari logam, unsur-
unsur paduan dan material lainnya seperti fluks dan unsur pembentuk terak dimasukkan
kedalam tungku. Fluks adalah senyawa inorganic yang dapat “membersihkan” logam cair
dengan menghilangkan gas-gas yang ikut terlarut dan juga unsur-unsur pengotor
(impurities). Fluks memiliki beberpa kegunaan yang tergantung pada logam yang dicairkan,
seperti pada paduan alumunium terdapat cover fluxes (yang menghalangi oksidasi
dipermukaan alumunium cair),. Cleaning fluxes, drossing fluxes, refining fluxes, dan wall
cleaning fluxes. Pewarnaan dari Patung TRIP adalah cat genteng dengan finishing cat besi.
Cat genteng adalah jenis cat yang berfungsi untuk melindungi genteng dari cuaca panas dan
hujan dan bisa berfungsi juga untuk menghias genteng sehingga atap rumah terlihat lebih
mengkilap dan cantik.

Cat genteng diproduksi khusus untuk memberikan lapisan pelindung pada genteng sehingga
genteng menjadi tahan air hujan,sinar matahari,lumut dan jamur serta membuat genteng
rumah tampak mengkilap dan indah. Cat besi adalah sebuah cat dengan campuran formulasi
material khusus cat yang di aplikasikan untuk mengecat bahan material yang terbuat dari
besi, baja atau seng, cat besi dan cat kayu mempunyai fungsi utama yang sama yaitu untuk
melindungi cat primer atau meni besi agar material tidak berhubungan langsung dengan
cuaca hujan dan panas terik matahari yang dapat menyebabkan rusaknya cat primer atau
meni besi tersebut.

Cat besi dan cat kayu terbuat dari bahan-bahan kimia cat yang bermutu yaitu bahan resin
atau binder yang bernama alkyd resin yang mempunya fungsi yakni sebagai bahan
perekatnya dan dipadukan dengan pigments atau pewarna yang mempunyai fungsi sebagai
warnanya selanjutnya dilengkapi dengan additivfe sebagai penyempurnanya

2.3 Bahan

Patung TRIP menggunakan bahan dasar fiberglass (kaca serat). Kaca serat (fiberglass) atau
sering diterjemahkan menjadi serat gelas adalah kaca cair yang ditarik menjadi serat tipis
dengan garis tengah sekitar 0,005 mm - 0,01 mm. Serat ini dapat dipintal
menjadi benang atau ditenun menjadi kain, yang kemudian diresapi dengan resin sehingga
menjadi bahan yang kuat dan tahan korosi untuk digunakan sebagai badan mobil dan
bangunan kapal. Kaca serat juga digunakan sebagai agen penguat untuk banyak
produk plastik; material komposit yang dihasilkan dikenal sebagai plastik diperkuat-
gelas (glass-reinforced plastic, GRP) atau epoxy diperkuat glass-fiber (GRE), disebut
"fiberglass" dalam penggunaan umumnya.

9
Pembuat gelas dalam sejarahnya telah mencoba banyak eksperimen dengan gelas giber,
tetapi produksi masal dari fiberglass hanya dimungkinkan setelah majunya mesin.
Pada 1893, Edward Drummond Libbey memajang sebuah pakaian di World Columbian
Exposition menggunakan glass fiber dengan diameter dan tekstur fiber sutra. Yang sekarang
ini dikenal sebagai "fiberglass", diciptakan pada 1938 oleh Russell Games
Slayter dari Owens-Corning sebagai sebuah material yang digunakan sebagai insulasi.
Kaca serat dipasarkan dibawah merk dagang Fiberglas

10
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Mengapresiasi Seni

Gambaran Umum

Patung TRIP terdiri dari 2 orang laki-laki yang berdiri tegap menghadap ke depan dengan
membawa senjata api. Laki- laki sebelah kanan menggunakan seragam tentara lengkap.
Laki- laki sebelah kiri menggunakan pakaian biasa.

Laki-laki sebelah kanan menunjukkan bahwa kekuatan TKR Indonesia yang gagah berani
dalam berjuang untuk mengamankan Kota Malang dan mengusir penjajah. Laki-laki
sebelah kiri menunjukkan semangat warga biasa dalam membantu dalam menyelamatkan
kota agar tidak diambil alih oleh penjajah. Terlihat tatapan mata ke depan yang begitu
menakutkan dan merupakan gambaran dari bagaimana kerasnya peperangan pada saat itu.

Sejarah Patung TRIP

Pahlawan TRIP, ruas jalan yang berseberangan dengan Jalan Ijen,Malang memang unik.
Terletak di kawasan yang setiap jalannya diberi nama sesuai gunung-gunung di nusantara,
jalan yang satu ini justru memiliki nama yang berbeda. Pasalnya Jalan Pahlawan TRIP
memang menyimpan sejarah tersendiri bagi perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Sebuah monumen sederhana menjulang di pangkal jalan. Tugu peringatan tersebut


menggambarkan sosok dua pemuda dengan seragam tentara tengah berdiri sambil
menenteng senjata. Inilah sosok para pahlawan TRIP yang gugur karena berjuang
mempertahankan kota Malang dari pada masa Agresi Militer Belanda di tahun 1947.

Kelompok tentara pelajar dan pemuda meregang nyawa di daerah tersebut, sehingga jalan
yang tadinya bernama Salak kemudian diganti menjadi Jalan Pahlawan TRIP.

Kuburan massal Pahlawan TRIP

Beberapa meter dari patung Pahlawan TRIP terdapat situs makam yang menyimpan jasad
tentara TRIP. Kuburan sederhana ini berupa petak berukuran besar yang ditandai dengan
satu nisan putih.

11
Di sebelahnya terdapat plakat bertuliskan nama 35 tentara pelajar yang gugur dan
dimakamkan di dalamnya.

Tak banyak warga Malang yang menyadari keberadaan kuburan massal ini. Pasalnya
pemakaman ini tertutup pagar dan jarang dibuka untuk umum.

12
Namun menjelang Hari Pahlawan atau Hari Kemerdekaan dibuka bagi para peziarah yang
bermaksud mendoakan jiwa para pahlawan tersebut.

Pertempuran sengit demi pertahankan kota

Peristiwa gugurnya pahlawan TRIP terjadi pada masa Agresi Militer I. Menurut buku 40
Tahun Kota Malang, kala itu Belanda menjalankan aksi militer pertama pada tanggal 22 Juli
1947. Aksi ini yang disebut clash pertama. Sebelum memasuki Malang, tentara Belanda
sengaja menghambat jalur logistik dan lalu lintas.

Upaya pelumpuhan kota ini ditanggapi dengan perlawanan sengit, namun hasilnya jauh dari
maksimal karena persenjataan yang minim. Sebagai langkah terakhir, para pejuang
membumihanguskan gedung-gedung strategis agar tak bisa diduduki Belanda.

Puncak pertempuran antara para pejuang Malang dan Belanda terjadi pada 31 Juli 1947.
Tentara musuh akhirnya berhasil menguasai kota Malang. Namun hanya pusat kota dan
jalan-jalan protokol saja yang berada dalam pantauan musuh. Pasukan gerilya masih
menguasai kantong-kantong pertahanan yang tersebar di berbagai penjuru, sehingga
memungkinkan penyerangan tiba-tiba di malam hari.

Setelah menguasai kota Malang selama beberapa hari, terjadi konflik bersenjata antara
tentara Belanda dengan tentara pemuda dan anggota laskar-laskar yang tergabung dalam
Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP).

Pertempuran yang berpusat di Jalan Salak itu menewaskan 35 anggota TRIP. Jasad mereka
kemudian dimakamkan dalam satu kuburan massal.

TEKNIK DAN PEWARNAAN

13
Teknik yang digunakan dalam pembuatan Patung TRIP adalah tenik cetak. Teknik cetak
adalah bagian dari seni rupa ,teknik cetak dibagi menjadi dua yaitu cetak tuang dan cetak
tekan, cetak tekan yaitu cara membentuk dengan cara memasukkan bahan ke dalam alat
kemudian dalam membentuknya dengan mengeluarkan bahannya,seperti menghias pada
roti. Aspek terpenting adalah peleburan logam. Peleburan logam merupakan aspek
terpenting dalam operasi-operasi pengecoran karena berpengaruh langsung pada kualitas
produk cor. Pada proses peleburan, mula-mula muatan yang terdiri dari logam, unsur-
unsur paduan dan material lainnya seperti fluks dan unsur pembentuk terak dimasukkan
kedalam tungku. Fluks adalah senyawa inorganic yang dapat “membersihkan” logam cair
dengan menghilangkan gas-gas yang ikut terlarut dan juga unsur-unsur pengotor
(impurities). Fluks memiliki beberpa kegunaan yang tergantung pada logam yang dicairkan,
seperti pada paduan alumunium terdapat cover fluxes (yang menghalangi oksidasi
dipermukaan alumunium cair),. Cleaning fluxes, drossing fluxes, refining fluxes, dan wall
cleaning fluxes. Pewarnaan dari Patung TRIP adalah cat genteng dengan finishing cat besi.
Cat genteng adalah jenis cat yang berfungsi untuk melindungi genteng dari cuaca panas dan
hujan dan bisa berfungsi juga untuk menghias genteng sehingga atap rumah terlihat lebih
mengkilap dan cantik.

Cat genteng diproduksi khusus untuk memberikan lapisan pelindung pada genteng sehingga
genteng menjadi tahan air hujan,sinar matahari,lumut dan jamur serta membuat genteng
rumah tampak mengkilap dan indah. Cat besi adalah sebuah cat dengan campuran formulasi
material khusus cat yang di aplikasikan untuk mengecat bahan material yang terbuat dari
besi, baja atau seng, cat besi dan cat kayu mempunyai fungsi utama yang sama yaitu untuk
melindungi cat primer atau meni besi agar material tidak berhubungan langsung dengan
cuaca hujan dan panas terik matahari yang dapat menyebabkan rusaknya cat primer atau
meni besi tersebut.

BAHAN

Patung TRIP menggunakan bahan dasar fiberglass (kaca serat). Kaca serat (fiberglass) atau
sering diterjemahkan menjadi serat gelas adalah kaca cair yang ditarik menjadi serat tipis
dengan garis tengah sekitar 0,005 mm - 0,01 mm. Serat ini dapat dipintal
menjadi benang atau ditenun menjadi kain, yang kemudian diresapi dengan resin sehingga
menjadi bahan yang kuat dan tahan korosi untuk digunakan sebagai badan mobil dan
bangunan kapal. Kaca serat juga digunakan sebagai agen penguat untuk banyak
produk plastik; material komposit yang dihasilkan dikenal sebagai plastik diperkuat-

14
gelas (glass-reinforced plastic, GRP) atau epoxy diperkuat glass-fiber (GRE), disebut
"fiberglass" dalam penggunaan umumnya.

15
BAB IV

PENUTUP

3.2 KESIMPULAN

Dengan mengamati dan menilai patung tersebut kita telah mengapresiasi


suatu karya seni rupa .Dengan demikian kita dapat
merasakan ,menikmati ,menghayati dan menghargai nilai-nilai keindahan dalam
karya seni serta menghormati keberagaman konsep dan variasi konvensi artistik
yang telah dituangkan dalam lukisan tersebut .Itulah yang dimaksud mengapresiasi
karya seni rupa dengan baik.

3.3 SARAN-SARAN

Setelah membaca makalah ini diharapkan pembaca dapat mengetahui makna


apresiasi seni rupa dan mampu mengapresiasi karya seni rupa dengan baik. Peneliti
menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini disebabkan
karena keterbatasan pemikiran dan sumber yang diperoleh peneliti. Oleh karena itu,
saran dan kritikan dari pembaca sangat membantu dalam penyempurnaan karya tulis
ini.

16
DAFTAR PUSTAKA

https://www.merdeka.com/gaya/sejarah-yang-terlupakan-di-balik-monume n-
pahlawan-trip-malang.html

http://indonesia-mekanikal.blogspot.co.id/2008/03/teknik-pengecoran-loga
m.html

catbesiberkualitasbaikno1diindonesia.blogspot.com/
https://ngalam.co › Malang City › Tempo Doeloe
https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-3600747/monumen-trip-di-mala
ng-simbol-kegigihan-p elajar-usir-penjajah
.
.

17

You might also like