You are on page 1of 6

THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE, Vol. 7, No.

1, Desember 2016

VALIDITAS TRIASE DILIHAT DARI HUBUNGAN LEVEL TRIASE


TERHADAP LENGTH OF STAY PASIEN Di IGD

Eva Marti*
*Akademi Keperawatan Panti Rapih Yogyakarta

ABSTRACT
High level of activities in the Emergency Room requires certain patient
sorting system. Role of the triage system in emergency service is to determine
which patients who need urgent care the most. Patients’ lenght of stay in the
Emergency Room can be used as one of the indicators to evaluate clinical urgency
of the patients treated by triage. The study used quantitative method with cross-
sectional observational analytic design. The purpose of the study was to describe
the correlation between the patients’ triage level and their length of stay in the
Emergency Room. The researcher analyzed the medical records of the 374 patients
admitted to Emergency Room in the first and second week of August 2015 in order
to find out their triage level and length of stay in the Emergency Room. Bivariate
analysis, particularly the Sperman’s-Rho analysis, was used to describe the
correlation between each triage category and the length of stay in the Emergency
Room. Based on the bivariate analysis, it was found that p < 0.00 (< 0.05) and
the correlation coefficient was 0.327. The conclusion was based on the statistical
analysis, there was significant correlation between triage level and length of stay in
the Emergency Room and the level of significance was 0.327.
Keywords: Emergency Room, Triage Level, Length of Stay

PENDAHULUAN orang setiap shiftnya (Rekam Medis


RSPR, 2014). Banyaknya jumlah
Instalasi gawat darurat pasien yang masuk ke IGD dengan
merupakan tempat pelayanan pasien jumlah tenaga perawat yang
dengan kondisi khusus sehingga terbatas menyebabkan tidak semua
memerlukan penanganan yang pasien mendapat penanganan yang
tepat dan efisien. Jumlah pasien cepat. Joint Comission on
yang membutuhkan pelayanan gawat Acreditation of Health Organization
darurat di Instalasi gawat darurat (JCAHO) melaporkan pada tahun
cenderung bertambah dari tahun ke 2002 bahwa lebih dari 50% pasien
tahun (Gilboy, 2005). Jumlah pasien yang mendapat perawatan di
di sebuah rumah sakit tipe B di Instalasi Gawat Darurat mengalami
Yogyakarta pada 1 hari rata-rata 100 kematian dan cacat permanen
pasien dengan jumlah perawat 10-12 akibat keterlambatan penanganan

99
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE, Vol. 7, No. 1, Desember 2016

(Gilboy, 2007). Tingginya kesibukan pasien setelah keluar IGD dan


pelayanan di Instalasi Gawat Darurat besarnya sumber daya yang
tersebut membutuhkan suatu sistem dikeluarkan untuk perawatan pasien
pemilahan pasien. Dalam hal inilah (Gravel et. al, 2009; Warren et. Al,).
fungsi triase menjadi salah satu Length of stay pasien di IGD
komponen penting pada pelayanan merupakan luaran yang bisa diukur
gawat darurat (Gilboy, 2002). untuk menggambarkan kegawatan
Banyaknya kunjungan di Instalasi dan urgensi kondisi pasien. Semakin
gawat darurat memerlukan sistem tinnggi tingkat kegawatan pasien
triase yang tepat, efisisen dan maka akan semakin banyak dan
bertanggung jawab sangat kompleks tindakan dan monitoring
berpengaruh pada keberhasilan yang harus dilakukan, termasuk
penyelamatan jiwa dan pencegahan pemeriksaan penunjang untuk
kecacatan (Dreyer et. al; Warren et. menegakkan diagnosa. Hal-hal
al, 2009). Peran dari sistem triase tersebut akan berdampak pada
dalam pelayanan gawat darurat lamanya perawatan pasien di IGD,
adalah menentukan prioritas pasien sebelum pasien dinyatakan stabil dan
berdasarkan kebutuhannya akan layak untuk dipindahkan ke ruang
urgent care (Graven et. al, 2009). perawatan. Berdasarkan latar
Triase membedakan pasien yang belakang tersebut, maka peneliti
harus mendapat perawatan segera tertarik untuk mengetahui hubungan
dengan pasien yang dapat level triase dengan length of stay
menunggu di IGD ( Gilboy,2007). pasien di IGD.
Perbedaan sistem triase akan METODE PENELITIAN
menyebabkan perbedaan dalam
penilaian kegawatan pasien dan Penelitian ini menggunakan
penetapan prioritas pasien yang akan metode kuantitatif dengan rancangan
berdampak pada kecepatan pasien observasional analitik cross
mendapat penanganan kegawatan sectional. Model dalam penelitian ini
yang dibutuhkan (Gilboy, 2005). adalah semua pasien yang masuk
Oleh karena itu diperlukan gambaran melalui Instalasi Gawat Darurat
validitas triase yang dilakukan pada Rumah Sakit Panti Rapih
pasien di Instalasi gawat darurat. Yogyakarta pada minggu pertama
Validitas yang dimaksud adalah dan minggu kedua Agustus 2015
melihat bagaimana sistem triase dengan menggunakan teknik total
dapat mengukur dengan benar sampling
kondisi kegawatan dan prioritas
HASIL PENELITIAN
pada pasien.
Responden penelitian adalah
Dari penelitian sebelumnya,
374 responden yang berkunjung di
ada beberapa standar yang
Instalasi Gawat Darurat RS Panti
digunakan yang digunakan untuk
Rapih pada minggu pertama dan
melihat validitas sebuah sistem
minggu kedua Agustus 2015.
triase, antara lain dirawat tidaknya
pasien pasien, length of stay pasien, Berdasarkan karakteristik
perawatan intensif yang diterima responden menurut usia, mayoritas

100
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE, Vol. 7, No. 1, Desember 2016

responden yaitu sebanyak 129


responden (34.49%) lebih dari 65

Sebanyak 97 (25,9%) dengan lenght


tahun dan sebagian kecil responden of stay 2-3 jam, 49 (13,1%) dengan
yaitu sebanyak 5 responden (1.34%) lenght of stay 3-4 jam dan sebanyak
berusia kurang dari 5 tahun. 38 (10,2%) responden dengan lenght
of stay 4 jam.
Dari 374 responden tersebut,
sebanyak 263 responden (70.3%) Dari analisa bivariat antara
berada pada level triase hijau, level triase terhadap Length of
sebanyak 93 (24,9%) berada pada Stay di Instalasi Gawat Darurat,
level triase kuning dan 18 (4,8%) didapatkan nilai p < 0.00 (< 0.05)
berada pada level triase merah. dengan koefisien korelasi sebesar
Berdasarkan karakteristik responden 0.327. Secara statistik disimpulkan
menurut Length of Stay di IGD, bahwa terdapat hubungan yang
mayoritas responden yaitu sebanyak signifikan antara level triase dan
159 responden (42.5%) mendapatkan Length of Stay di Instalasi Gawat
penanganan di IGD dalam waktu Darurat dengan tingkat kemaknaan
kurang dari 1 jam. 0.327

Tabel 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Level Triase

No Karakteristik Frekuensi
N (%)
1 Merah 18 4,8
2 Kuning 93 29,4
3 Hijau 263 70,3
Jumlah 374 100,0

Tabel 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Length of Stay

No Karakteristik Frekuensi
N (%)
1 >4jam 38 10,2
2 3-4 jam 31 8,3
3 2-3 jam 49 13,1
4 1-2 jam 97 25,9
5 <1 jam 159 42,5
Jumlah 374 100,0

Tabel 3. Hubungan antara level triase terhadap Length of Stay di IGD

Hasil uji Level triase terhadap Length of Stay di IGD

Koefisien Korelasi 0.327


Signifikansi 0.000
101
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE, Vol. 7, No. 1, Desember 2016

PEMBAHASAN (2009) telah melakukan studi


validitas PaedCTAS (Paediatric
Triase dalam perawatan Canadian Triase System) melalui
darurat adalah suatu proses hospitalisasi, LOS di IGD dan
pengumpulan informasi pasien dan perawatan di ruang rawat intensif
memulai proses pengambilan setelah pasien keluar dari IGD.
keputusan untuk mengkategorikan Penelitian serupa juga dilakukan
dan memprioritaskan kebutuhan oleh Goldman (2007) yang
pasien akan perawatan (ENA, 2012). melakukan studi evaluasi terhadap
Triase dilakukan untuk memastikan CTAS melalui penggunaan sumber
bahwa pasien dirawat berdasarkan daya dan lama perawatan (LOS)
urgensi klinis, memastikan pasien di IGD.
pengobatan yang tepat dan tepat
waktu, menempatkan pasien dengan Berdasarkan hasil penelitian
penilaian yang paling tepat, ini menunjukkan bahwa level triase
menentukan daerah perawatan yang yang ditetapkan kepada pasien di
tepat serta mengumpulkan informasi IGD mempunyai hubungan dengan
yang dapat berguna bagi lama perawatan di IGD. Semakin
pengembangan triase di IGD tinggi level triase, semakin tinggi
(Wacebbnm, 2011). Triase yang prosentasi pasien dengan LOS > 240
diberlakukan IGD menggunakan menit. Dari hasil penelitian
sistem triase ESI (Emergency menunjukkan 24% pasien dari level
severity Index) yang diberlakukan triase merah, mempunyai LOS > 240
untuk semua pasien yang masuk di menit. Presentasi ini menurun seiring
IGD. Sistem triase ESI dipilih dengan menurunnya level triase.
karena dianggap merupakan sistem Sebanyak 17% pasien dari level
triase yang paling tepat dan triase kuning dan 6% pasien dari
representatif untuk memilah pasien level hijau yang mempunyai 66
dalam layanan intrahospital. Dalam menit, level 2 dengan LOS 96 menit,
pelaksanaannya sistem triase tetap level 3 dengan LOS 191 menit dan
menggunakan kategori triase level 1 dengan LOS 191 menit.
merah kuning hijau yang
dikombinasikan dengan sistem triase Hasil penelitian ini sama
ESI. Sesuai dengan pedoman triase denganhasil beberapa studu
Rumah Sakit Panti Rapih, ESI 1 sebelumnya. Baumanand Strout
dan ESI 2 digolongkan dalam (2005) melaporkan adanya korelasi
kategori merah, ESI 3 digolongkan kuat antara level triase Emergency
dalam kategori kuning dan ESI 4 Severity Index dengan Lenght of Stay
dan ESI 5 digolongkan dalam pasien di I LOS lebih dari 240 menit.
kategori hijau. Panjangnya LOS pasien dengan level
triase hijau tersebut salah satunya
Penelitian ini hampir sama disebabkan karena ruang perawatan
dengan beberapa studi sebelumnya yang belum siap sehingga pasien
yang menggunakan lama perawatan harus menunggu di unit gawat
di IGD sebagai indikator validitas darurat.
triase sebagai sebuah instrumen
pemilahan pasien. Gravel et al.

102
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE, Vol. 7, No. 1, Desember 2016

Dalam penelitian ini menampilkan gangguan pada airway,


menunjukkan korelasi level triase breathing atau ciorculation sehinga
ESI dengan Lenght of Stay pasien dibutuhkan proses resusitasi yang
di IGD. membutuhkan tindakan kompleks
seperti airway management, serta
Hubungan kuat antara level monitoring yang ketat dan lebih lama
Triase dengan LOS pasien juga sebelum diputuskan untuk dilakukan
dilaporkan dalam studi yang proses dispose ke unit lain. Di rumah
dilakukan Gravel et al. (2009) pada Sakit Panti Rapih, pasien dengan
PaedCTAS. Dalam studi yang level triase merah juga
dilakukan Gravel et al. tersebut membutuhkan koordinasi antar
terlihat bahwa LOS pasien semakin tenaga kesehatan, antara perawat,
lama seiring dengan tingginya dokter jaga di IGD maupun dokter
level triase. Pasien dengan level spesialis yang dirujuk sesuai dengan
triase 5 mempunyai LOS rata- rata. kondisi pasien. hal tersebut
menyebabkan lama waktu perawatan
Lenght of stay pasien di
pasien lebih panjang.
IGD dapat digunakan sebagai
salah satu prediktor untukmenilai KESIMPULAN
urgency klinis dari pasien
yangdilakukan triase. Moll (2010) Terdapat hubungan antara
menyebutkan bahwa belum ada bukti level triase dengan Lenght of Stay
empiris yang dapat digunakan pasien di IGD (p value 0,00). Dari
sebagai bukti kevalidan sebuah hasil penelitian menunjukkan 24 %
sistem triase. Akan tetapi, urgensi pasien dari level triase merah,
klinis yang dinilai dan dipilah dari mempunyai LOS > 240 menit.
sistem triase seharusnya Prosentasi ini menurun seiring
menggambarkan proses serta dengan menurunnya level triase.
outcome klinis. Vatriabel proses
dapat dilihat dari lamanya pasien DAFTAR PUSTAKA
menerima perawatan di unit gawat
darurat. Bullard, M. J., Unger, B., Spence, J.,
Grafstein, E., & Group, t. C.
Pasien dengan level triase N. W. (2009). Revisions to the
merah dengan urgensi klinis yang Canadian Emergency
paling tinggi menunjukkan lama Department Triase and Acuity
perawatan yang lebih lama dari level Scale (CTAS) adult
triase dibawahnya. Gilboy ( 2010) guidelines. CJEM, 10(2).
menyebutkan bahwa triase merah
menunjukkan kondisi gawat dan Chi, C.-H., & Huang, C.-M. (2006).
darurat yang mengandung makna Comparison of the Emergency
bahwa pasien dalam kondisi yang Severity Index (ESI) and the
mengancam jiwa dan harus segera Taiwan Triase System in
ditangani. Kondisi mengancam jiwa Predicting Resource
tersebut membutuhkan penanganan Utilization. J Formos Med
yang lebih komplek. Pasien dengan Assoc 105, 617-625.
level triase merah secara nyata

103
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE, Vol. 7, No. 1, Desember 2016

Departemen Kesehatan Republik Formosan Medical


Indonesia . (2012). Pedoman Association, 109(11), 828–
Pelayanan IGD 837.
Dreyer, J. F., McLeod, S. L., Seiger, N., Veen, M. v., Almeida, H.,
Anderson, C. K., Carter, M. Steyerberg, E. W., Meurs, A.
W., & Zaric, G. S. (2009). H. J. v., Carneiro, R., et al.
Physician workload and the (2014). Improving the
Canadian Emergency Manchester Triase System for
Department Triase and Acuity Pediatric Emergency Care: An
Scale: the Predictors International Multicenter
ofWorkload in the Emergency Study. PLOS ONE 9(1).
Room (POWER) Study.
CJEM, 11(2). Vlahaki, D., & Milne, W. K. (2009).
Meeting Canadian
Emergency Nurse Association EmergencyDepartment Triase
(2012)Triase Qualification and Acuity Scale benchmarks
in a rural emergency
Graff, I., Goldschmidt, B., Glien, P., department. Can J Rural Med
Bogdanow, M., Fimmers, R., 14 (3).
Hoeft, A., et al. (2014). The
German Version of the Warren, Gafni, A., & Goldman, R. D.
Manchester Triase System and (2008). Correlation of the
Its Quality Criteria – First Canadian Pediatric Emergency
Assessment of Validity and Triase and Acuity Scale to ED
Reliability. PLOS ONE, 9(2). resource utilization. American
Journal of Emergency
Gravel, J., Manzano, S., & Arsenault, Medicine 26, 893–897.
M. (2009). Validity of the
Canadian Paediatric Triase Wacebnm. (2011). TRIASE IN THE
and Acuity Scale in a tertiary EMERGENCY
care hospital. CJEM, 11 (1). DEPARTMENT [Electronic
Version], from
Gilboy, N. (2007). Triase. In L. www.wacebnm.curtin.edu.
Newberry & L. M. Criddle au/workshops/Triase.pdf
(Eds.), Sheehys Manual of
Emergency Care (Vol. 6, pp.
61-81). Illnois: Elsevier
Mosby.
Ng, C.-J., Hsu, K.-H., Kuan, J.-T.,
Chiu, T.-F., Wei-Kong Chen,
Lin, H.-J., et al. (2010).
Comparison Between
Canadian Triase and Acuity
Scale and Taiwan Triase
System in Emergency
Departments. Journal of the

104

You might also like