You are on page 1of 9

PHARMACON Jurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 3 No.

3 Agustus 2014 ISSN 2302 - 2493

POTENSI EKSTRAK ETANOL TANGKAI DAUN TALAS (Colocasia


esculenta [L]) SEBAGAI ALTERNATIF OBAT LUKA PADA KULIT
KELINCI (Oryctolagus cuniculus)

Bryan Alfonsius Wijaya1), Gayatri Citraningtyas1), dan Frenly Wehantouw1)


1)
Program Studi Farmasi FMIPA UNSRAT Manado, 95115

ABSTRACT

Taro (Colocasia esculenta [L]) is a cylindrical shaped plant that has a pseudo stalk and light
brown colored bulbs. The heart shaped leaves are elongated and the leaf surfaces are
waterproof which presumably can heal wounds . The purpose of this study was to test the
ethanol extract of taro leaf stalk as an alternative drug in the skin wounds of rabbits
(Oryctolagus cuniculus) and phytochemical screening of compounds which act to cure
wounds. Nine rabbits were used as test animals and were divided into 3 groups (treatment A,
B, and C). Treatment A: wound was given ± 0.2 g betadine drug (positive control), treatment
B: wound was given ± 0.2 g Taro stem extract, treatment C: wound was given no treatment
(negative control). The wound was smeared 2 times a day using betadine liquid (positive
control) and the wound was smeared 2 times a day by using Taro stem extract. Observations
of the injuries were done every day (day 0 to day 9). From the observations, it can be
inferred that Taro stem extract has potential as an alternative drug to cuts because it
demonstrated wound healing activity on rabbit skin, so the test showed that Taro stems and
leaves contain the phytochemical extracts saponins, flavonoids, tannins, alkaloids, steroids
and terpenoids.

Key words : Taro Leaf Stem, Rabbit, Cut, Phytochemistry Test

ABSTRAK

Talas (Colocasia esculenta [L]) merupakan tumbuhan yang memiliki tangkai daun yang
semu, berbentuk silindris dan memiliki umbi berwarna coklat muda, sedangkan pada bagian
daun berbentuk seperti jantung yang memanjang dan permukaan daun yang tahan air
(waterproof) yang di duga dapat menyembuhkan luka. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk
menguji ekstrak etanol tangkai daun Talas sebagai alternatif obat luka pada kulit kelinci
(Oryctolagus cuniculus) dan skrining senyawa fitokimia yang berperan sebagai obat luka.
Hewan uji yang digunakan sebanyak 9 ekor kelinci yang dibagi menjadi 3 kelompok
(perlakuan A, B, dan C). Perlakuan A : luka diberi ± 0,2 g obat betadine (kontrol positif),
perlakuan B : luka diberi ± 0,2 g ekstrak tangkai daun Talas, perlakuan C : luka tanpa
perlakuan (kontrol negatif). Luka dioles 2 kali sehari dengan menggunakan betadine cair
(kontrol positif) dan luka dioles 2 kali sehari dengan menggunakan ekstrak tangkai daun
Talas. Pengamatan luka dilakukan setiap hari (hari ke-0 sampai hari ke-9), dari hasil
pengamatan disimpulkan ekstrak batang Talas dapat berpotensi sebagai alternatif obat luka
sayatan karena telah menunjukkan aktivitas penyembuhan luka pada kulit kelinci, sehingga
dilakukan uji fitokimia yang menunjukkan bahwa ekstrak tangkai daun Talas mengandungan
saponin, flavonoid, tanin, alkaloid, steroid dan terpenoid.

Kata kunci : Tangkai Daun Talas, Kelinci, Luka, Uji Fitokimia

211
PHARMACON Jurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 3 No. 3 Agustus 2014 ISSN 2302 - 2493

PENDAHULUAN topikal dalam bentuk getah segar, pada


Di Indonesia, dikenal lebih dari proses penyembuhan luka dengan
20.000 jenis tumbuhan obat, namun ± menggunakan hewan uji mencit. Getah
1.000 jenis tumbuhan yang baru terdata mampu mempercepat proses re-epitalisasi
dan yang dimanfaatkan hanya ± 300 jaringan epidermis dan infiltrasi sel-sel
sebagai obat tradisional (Wehantouw et radang pada daerah luka karena pada getah
al., 2011). Bahan obat tradisional baik terdapat kandungan yang diantaranya yaitu
yang berasal dari hewan maupun dari flavonoid dan saponin (Pongsipulung,
tumbuhan banyak digunakan untuk 2012).
mengatasi berbagai masalah kesehatan Berdasarkan kandungan kimia yang
sejak zaman dahulu. Pengobatan dengan terkandung dalam tumbuhan Talas yang di
obat tradisional tersebut merupakan salah duga berpotensi sebagai alternatif obat
satu alternatif untuk memenuhi kebutuhan luka, maka peneliti melakukan penelitian
dasar masyarakat dibidang kesehatan tentang potensi ekstrak etanol tangkai daun
(Dalimartha, 2005). Talas (Colocasia esculenta L.) sebagai
Salah satu tanaman berkhasiat obat alternatif obat luka pada kulit kelinci
yang digunakan oleh masyarakat untuk (Oryctolagus cuniculus).
menyembuhkan berbagai macam penyakit
seperti radang kulit bernanah, bisul, berak METODOLOGI PENELITIAN
darah, tersiram air panas, gatal-gatal, diare, Bahan dan Alat
pembalut luka baru dan sebagai alternatif Bahan yang digunakan dalam
obat luka yaitu tanaman Talas (Dalimartha, penelitian ini yaitu tangkai daun Talas,
2006). etanol, kertas saring, kloroform, ammonia
Tanaman Talas merupakan 10%, asam sulfat, asam sulfat, reagen
tanaman pangan berupa herba menahun mayer, serbuk magnesium, asam korida,
yang termasuk dalam suku talas-talasan besi (III) klorida, dan akuades.
(Araceae), dari keseluruhan bagian Peralatan yang digunakan yaitu
tanaman Talas diduga dapat berfungsi alat-alat gelas (pyrex), blender (waring
sebagai alternatif obat luka, pada bagian commercial), kandang, kapas, pencukur
tangkai daun tanaman Talas yang sering bulu, gunting, tabung reaksi, pipet,
digunakan sebagai pembalut luka baru atau penggaris, silet (tiger), rotary evaporator
sebagai alternatif obat luka (Dalimartha, (Steroglass, swiss), timbangan digital
2006). Tanaman Talas diduga memiliki (acis), sarung tangan, masker, oven (model
kandungan yang diantaranya yaitu DHG), pisau, pinset, kamera (samsung
flavonoid dan saponin (Biren et al., 2007). es91).
Flavonoid merupakan senyawa
polifenol yang memiliki fungsi sebagai Pembuatan Simplisia
senyawa antibakteri dengan cara Tangkai daun Talas disortir kemudian
membentuk senyawa kompleks terhadap dicuci hingga bersih, lalu ditiriskan dan
protein ekstraseluler yang mengganggu ditimbang berat basahnya. Setelah itu
integritas membran sel bakteri. Flavonoid tangkai daun Talas dikeringkan dengan
merupakan senyawa fenol yang dapat cara di angin-anginkan, setelah kering
bersifat koagulator protein kemudian dimasukan ke dalam oven agar
(Dwidjoseputro, 1994). Saponin sampel benar-benar kering kemudian
mempunyai tingkat toksisitas yang tinggi ditimbang berat keringnya, lalu dirajang
melawan fungi, sehingga membantu dalam kecil-kecil dan diblender sampai halus.
proses penyembuhan luka (Faure, 2002).
Pada penelitian mengenai getah pohon Pembuatan Ekstrak
pisang Ambon (Musa paradisiaca var. Pembuatan ekstrak tangkai daun Talas
sapientum (L)) yang diaplikasikan secara dilakukan dengan metode maserasi, yaitu

212
PHARMACON Jurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 3 No. 3 Agustus 2014 ISSN 2302 - 2493

tangkai daun Talas dikeringkan dengan Sebanyak 1 gr ekstrak tangkai daun


menggunakan oven lalu diserbukkan. Talas dimasukan ke dalam tabung reaksi,
Diambil serbuknya sebanyak 100 gram kemudian ditambahkan 2 mL kloroform
kemudian dimaserasi dengan etanol 70% dan 2,5 mL ammonia 10%, lalu
sebanyak 1000 mL selama 72 jam. Setelah ditambahkan 10 tetes asam sulfat 2 M
72 jam, filtrat dievaporasi dengan untuk memperjelas pemisahan
menggunakan rotary evaporator. Hasil terbentuknya 2 fase yang berbeda. Bagian
evaporasi dimasukan ke dalam oven pada atas dari fase yang terbentuk diambil,
suhu 40oC hingga diperoleh ekstrak kental. kemudian ditambahkan reagen mayer.
Keberadaan alkaloid dalam sampel
Persiapan Hewan Uji dan Pembuatan ditandai dengan terbentuknya endapan
Luka merah.
Hewan uji yang digunakan dalam Uji Flavonoid
penelitian ini ialah kelinci sebanyak 9 Sebanyak 1 gr ekstrak tangkai daun
ekor. Sehari sebelum pembuatan luka, Talas dimasukan kedalam tabung reaksi,
hewan uji dicukur bulunya di daerah yang kemudian ditambahkan serbuk magnesium
akan dilukai kemudian dibersihkan dengan secukupnya dan 10 tetes asam klorida
menggunakan alkohol 70%. Selanjutnya pekat. Keberadaan flavonoid ditandai
dibuat luka sayatan dengan ukuran panjang dengan terbentuknya warna hitam
1,5 cm. kemerahan pada larutan.
Uji Tanin
Variabel Penelitian Sebanyak 1 gr ekstrak tangkai daun
Variabel penelitian yang diamati adalah : Talas ditambahkan dengan air panas,
a. Variabel bebas : ekstrak kental tangkai kemudian di tetesi menggunakan besi (III)
daun Talas. klorida, keberadaan tanin dalam sampel di
b. Variabel terikat : panjang luka. tandai dengan timbulnya warna hijau
kehitaman.
Uji Farmakologi Uji Saponin
Untuk uji farmakologi ekstrak etanol Sebanyak 1 gr ekstrak tangkai daun
tangkai daun Talas, mula-mula disediakan Talas ditambahkan dengan akuades
kelinci yang sehat, kemudian bulu pada kemudian dikocok kuat selama kurang
kelinci dicukur, kemudian dibuat luka lebih 1 menit. Selanjutnya didiamkan
sayatan dengan panjang 1,5 cm pada setiap selama 10 menit dan diamati buih atau
hewan uji. Kemudian diberikan 3 busa yang terbentuk. Keberadaan senyawa
perlakuan yaitu : Perlakuan A : Luka tanpa saponin dalam sampel ditandai dengan
perlakuan (kontrol negatif), Perlakuan B : terbentuknya buih yang stabil selama 10
Luka diberi ± 0,2 g ekstrak tangkai daun menit dengan tinggi 3 cm.
Talas, Perlakuan C : Luka diberi ± 0,2 g Uji Steroid dan Terpenoid
obat betadine (kontrol positif). Sebanyak 1 g ekstrak tangkai daun
Setelah dilakukan perlakuan maka Talas ditambahkan kloroform sebanyak 20
dilakukan pengamatan yaitu pengukuran tetes, setelah itu dikocok. Masing-masing
panjang penyembuhan luka yang asetat anhidrat dan asam sulfat pekat
dilakukan setiap hari selama 9 hari dan sebanyak 2 tetes ditambahkan pada filtrat,
untuk dosis obat betadine dan ekstrak Steroid memberikan warna biru atau hijau,
tangkai daun Talas diberikan dua kali sedangkan terpenoid memberikan warna
sehari. merah atau ungu.
Analisis Data
Analisis Kandungan Fitokimia Untuk mengetahui ada tidaknya
(Harborne, 1987) efek penyembuhan luka, data dianalisis
Uji Alkaloid dengan ANOVA (Analysis Of Variant)

213
PHARMACON Jurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 3 No. 3 Agustus 2014 ISSN 2302 - 2493

dengan α 0,05 atau 5%. Jika ada perbedaan yang lebih cepat, selanjutnya untuk
yang signifikan, maka dilanjutkan dengan kelompok perlakuan A jika dibandingkan
uji LSD (Least Significant Different) dengan kelompok perlakuan B
melihat perlakuan mana yang memberikan menunjukkan daya penyembuhan yang
efek yang berbeda. berbeda dimana kelompok perlakuan A
memiliki daya penyembuhan yang lebih
HASIL DAN PEMBAHASAN cepat. Pada gambar 1 dapat dilihat bahwa
Pada pengujian potensi ekstrak etanol untuk setiap kelompok perlakuan memiliki
tangkai daun Talas sebagai alternatif obat rata-rata panjang luka awal yang sama yaitu
luka pada kulit kelinci, dilakukan dengan 1,5 cm yang ditunjukan pada hari ke-0.
melihat daya aktivitas penyembuhan Dapat dilihat bahwa setiap kelompok
panjang luka pada kulit kelinci. Pengujian perlakuan memiliki daya aktifitas
ini menggunakan tiga kelompok dengan penyembuhan yang berbeda, seperti pada
perlakuan yang berbeda-beda (perlakuan A, hari terakhir yaitu hari ke-9 dimana rata-
B, dan C). Perlakuan A : luka diberi ± 0,2 rata perlakuan yang menggunakan betadine
g obat betadine (kontrol positif), perlakuan cair (kontrol positif) memiliki aktifitas
B : luka diberi ± 0,2 g ekstrak tangkai daun penyembuhan yang lebih signifikan jika
Talas, perlakuan C : luka tanpa perlakuan dibandingkan dengan luka tanpa perlakuan
(kontrol negatif). Kelompok perlakuan A (kontrol negatif). Hal ini dikarenakan
jika dibandingkan dengan kelompok menurut Morison (2003), kandungan
perlakuan B menunjukkan hasil dimana Povidone Iodine pada betadine cair
kelompok perlakuan B memiliki daya merupakan agen antimikroba yang efektif
penyembuhan yang lebih cepat, untuk sebagai desinfeksi dan pembersih kulit
kelompok perlakuan B jika dibandingkan dalam penatalaksanaan luka traumatik, oleh
dengan kelompok perlakuan C karena itu luka dapat mengalami
menunjukkan hasil dimana kelompok penyembuhan.
perlakuan B memiliki daya penyembuhan

Gambar 1. Diagram garis aktivitas penyembuhan panjang luka sayatan dari hari ke-0 sampai
hari ke-9, (LTP : Luka Tanpa Perlakuan, BC : Betadine Cair, ETDT : Ekstrak
Tangkai Daun Talas).

Selanjutnya pada kelompok aktifitas penyembuhan yang lebih


perlakuan yang menggunakan ekstrak signifikan jika dibandingkan dengan luka
tangkai daun Talas dimana memiliki tanpa perlakuan (kontrol negatif) artinya di

214
PHARMACON Jurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 3 No. 3 Agustus 2014 ISSN 2302 - 2493

dalam ekstrak tangkai daun Talas Dari gambar 1 menunjukkan bahwa


mengandung zat aktif yang mampu daya penyembuhan luka yang ditunjukkan
menyembuhkan luka, sedangkan luka oleh betadine cair (kontrol positif) dan
tanpa perlakuan tidak diberikan obat atau ekstrak tangkai daun Talas tidak jauh
zat yang berkhasiat untuk menyembuhkan berbeda, namun dalam hal ini ekstrak
luka. Namun pada kelompok ini tetap tangkai daun Talas memiliki daya
terjadi penyembuhan luka, hal ini penyembuhan yang lebih cepat jika
disebabkan karena tubuh yang sehat dibandingkan dengan betadine cair selaku
mempunyai kemampuan alami untuk kontrol positif. Dari data penyembuhan
melindungi dan memulihkan dirinya panjang luka maka dibuat prosentasi
(Klokke, 1980). penyembuhan panjang luka yang dapat
dilihat pada gambar 2 sebagai berikut.

Gambar 2. Diagram garis prosentasi penyembuhan luka sayatan dari hari ke-0 sampai hari ke-
9, (LTP : Luka Tanpa Perlakuan, BC : Betadine Cair, ETDT : Ekstrak Tangkai
Daun Talas).

Dari diagram garis maka dapat dilihat dimana kelompok ekstrak tangkai daun
bahwa untuk semua kelompok perlakuan Talas memiliki nilai prosentasi 95.33%,
dari hari ke-0 sampai hari ke-9 sedangkan betadine cair (kontrol positif)
diprosentasikan mengalami perubahan memiliki nilai prosentasi 60.00% dan luka
panjang luka atau dapat dikatakan terjadi tanpa perlakuan (kontrol negatif) memiliki
aktifitas penyembuhan luka. Hal ini nilai prosentasi 58.00%. Hal tersebut
ditunjukan pada diagram garis, dimana menunjukan bahwa kelompok ekstrak
pada hari ke-0 diprosentasikan luka untuk tangkai daun Talas memiliki daya
semua kelompok perlakuan yaitu 0%. penyembuhan luka yang lebih cepat jika
Untuk melihat prosentasi dari daya dibandingkan dengan kelompok kontrol
penyembuhan luka maka dilihat pada hari positif dan kelompok kontrol negatif, oleh
ke-9 dimana terjadi perubahan yang karena itu untuk melihat ada tidaknya
signifikan diperoleh dari ekstrak tangkai perbedaan efek penyembuhan luka yang
daun Talas jika dibandingkan dengan bermakna atau perbedaan yang signifikan
betadine cair (kontrol positif) dan luka maka dilanjutkan pada pengujian ANOVA
tanpa perlakuan (kontrol negatif) yang terhadap panjang luka.

215
PHARMACON Jurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 3 No. 3 Agustus 2014 ISSN 2302 - 2493

Hasil uji statistik ANOVA analisis variansi satu arah (Anova One Way (SPSS 16.0))
dapat dilihat di bawah ini :

Tabel 1. Hasil uji statistik ANOVA.


Waktu Signifikansi Kesimpulan

Hari ke-9 0.028 Ada perbedaan


bermakna

Dari hasil pengujian anova one way rata-rata panjang luka antar perlakuan.
menunjukkan bahwa adanya perubahan Oleh karena itu dilanjutkan dengan
data yang signifikan, maka perlu pengujian LSD (Least Significant
dilanjutkan dengan uji perbandingan Different) pada tabel 2 dibawah ini.
untuk melihat adanya perbedaan nilai

Tabel 2. Uji LSD (Least Significant Different) pada hari ke 9.


Perlakuan Betadine Cair Ekstrak Luka Tanpa
Batang Talas Perlakuan

Betadine Cair 0.180 0.074

Ekstrak Tangkai 0.180 0.010*


Daun Talas

Luka Tanpa 0.074 0.010*


Perlakuan

Keterangan : Beda bermakna < 0.05.


Tidak beda bermakna > 0.05.

Hasil pengujian LSD menunjukan bahan aktif atau obat yang memiliki fungsi
pasangan luka tanpa perlakuan dan ekstrak sebagai obat luka. Betadine cair sebagai
tangkai daun Talas mengalami perbedaan kontrol positif memiliki daya
yang bermakna yaitu 0.010. Untuk hasil penyembuhan yang lebih tinggi jika
LSD hari ke-0 sampai hari ke-9 dapat dibandingkan dengan luka tanpa
dilihat pada lampiran 3 dengan taraf perlakuan, hal ini disebabkan karena
kepercayaan 95%. betadine mengandung povidone iodine
Prosentasi penyembuhan luka yang berfungsi sebagai agens anti mikroba
pada gambar 3, dapat dilihat bahwa luka dan anti septik dalam membantu
tanpa perlakuan sampai hari ke-9 berada penyembuhan luka. Ekstrak tangkai daun
jauh dibawah jika dibandingkan dengan Talas memiliki daya penyembuhan yang
kelompok perlakuan lainnya, hal ini mampu melewati kontrol positif, artinya
disebabkan karena luka tidak diberikan pada ekstrak tangkai daun Talas

216
PHARMACON Jurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 3 No. 3 Agustus 2014 ISSN 2302 - 2493

mengandung zat aktif yang berperan dalam dengan pengujian fitokimia untuk
peyembuhkan luka sayatan dengan kata mengidentifikasi kandungan zat aktif yang
lain ekstrak batang talas memiliki aktifitas terkandung dalam ekstrak tangkai daun
penyembuhan yang lebih baik Talas yang berkhasiat sebagai obat luka
dibandingkan dengan kontrol positif. sayatan.
Menurut Dalimarta (2006), pada tangkai
daun Talas mengandung zat aktif yang Uji Fitokimia.
dapat berkhasiat sebagai obat luka yaitu Analisis fitokimia dilakukan untuk
saponin, hal tersebut selaras dengan mengidentifikasi zat aktif yang terkandung
pengujian ekstrak daun binahong yang pada ekstrak kental tangkai daun Talas
memiliki daya penyembuhan luka yang yang berkhasiat untuk menyembuhkan
baik dikarenakan ekstrak daun binahong luka sayatan. Hasil analisis fitokimia
memiliki kandungan zat aktif yang menunjukan golongan senyawa aktif yang
berkhasiat sebagai pembersih dan terdapat dalam ekstrak tangkai daun Talas
antiseptik yang dapat menyembuhkan yaitu alkaloid, flavonoid, tanin, saponin,
luka, diantaranya mengandung saponin steroid, dan terpenoid. Hasil analisis
(Robinson, 1995). Karena ekstrak tangkai kualitatif ekstrak tangkai daun Talas dapat
daun Talas memiliki aktifitas dilihat pada tabel 3 berikut :
penyembuhan luka, maka di lanjutakan

Tabel 3. Pengujian Fitokimia Ekstrak Tangkai Daun Talas


Uji Fitokimia Hasil Pengujian Indikator
Flavonoid + Terjadi perubahan warna
menjadi hitam
kemerahan
Alkaloid + Terbentuk endapan
merah

Tanin + Terjadi perubahan warna


hijau kehitaman

Saponin + Terbentuk buih stabil


selama ± 10 menit.
Terjadi perubahan warna
Steroid + hijau
Terbentuk endapan
Terpenoid + merah

Keterangan : - Tidak mengandung zat aktif.


+ Mengandung zat aktif.

Dari hasil uji kandungan fitokimia antibakteri dengan cara membentuk


menunjukkan bahwa adanya kandungan senyawa kompleks terhadap protein
flavonoid, alkaloid, tanin, saponin, steroid, extraseluler yang mengganggu integritas
dan terpenoid pada ekstrak tangkai daun membran sel bakteri (Dwidjoseputro,
Talas. Kelima kandungan fitokimia yang 1994). Selain itu, menurut Anggraini
terdapat dalam ekstrak tangkai daun Talas (2008) flavonoid memiliki efek
tersebut mampu untuk menyembuhkan antiinflamasi dimana berfungsi sebagai
luka. Flavonoid berfungsi sebagai anti radang dan mampu mencegah

217
PHARMACON Jurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 3 No. 3 Agustus 2014 ISSN 2302 - 2493

kekakuan dan nyeri. Menurut Atmaja 1. Ekstrak tangkai daun Talas berpotensi
(2007), flavonoid juga berfungsi sebagai sebagai alternatif obat luka sayatan
antioksidan sehingga mampu menghambat karena telah menunjukkan aktivitas
zat yang bersifat racun. penyembuhan luka pada kulit kelinci.
Selain flavonoid yang memiliki 2. Ekstrak tangkai daun Talas
kemampuan sebagai antibakteri, alkaloid mengandung saponin, flavonoid,
juga memiliki kemampuan sebagai tanin, alkaloid, steroid dan flavonoid
antibakteri. Mekanisme yang diduga yang berperan menyembuhkan luka
adalah dengan cara mengganggu sayatan pada kulit kelinci.
komponen penyusun peptidoglikan pada
sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel Saran
tidak terbentuk secara utuh dan Saran yang dapat diberikan pada
menyebabkan kematian sel tersebut penelitian ini ialah agar dapat dilakukan
(Robinson, 1991). penelitian lebih lanjut dengan penentuan
Tanin berfungsi sebagai adstringen yang dosis dan pembuatan sediaan farmasi.
dapat menyebabkan penciutan pori-pori
kulit, menghentikan eksudat dan DAFTAR PUSTAKA
pendarahan ringan (Anief, 1997). Tanin Anggraini, W. 2008. Efek Antiinflamasi
juga mempunyai daya antibakteri dengan Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji
cara mempresipitasi protein, karena diduga (Psidium guajava Linn.) pada Tikus
tanin mempunyai efek yang sama dengan Putih Jantan Galur Wistar. Fakultas
senyawa fenolik (Masduki, 1996). Efek Farmasi, UMS : Surakarta [Skripsi].
antibakteri tanin antara lain melalui : Anief, M. 1997. Formulasi Obat Topikal
reaksi dengan membran sel, inaktivasi Dengan Dasar Penyakit Kulit. Gajah
enzim, dan destruksi atau inaktivasi fungsi Mada University Press : Yogyakarta.
materi genetik. Atmaja, N.D. 2007. Aktivitas Antioksidan
Saponin memiliki kemampuan sebagai Fraksi Eter dan Air Ekstrak
pembersih dan antiseptik yang berfungsi Metanolik Daun Jambu Biji
membunuh kuman atau mencegah (Psidium guajava Linn.) terhadap
pertumbuhan mikroorganisme yang biasa Radikal Bebas 1,1 -difenil 2-
timbul pada luka sehingga luka tidak pikrilhidrazil (DPPH). Fakultas
mengalami infeksi yang berat (Robinson, Farmasi USB : Surakarta [Skripsi].
1995). Selain saponin yang diketahui Biren, N.S., Nayak, B.S, Bhatt,S.P,
memiliki peranan penting dalam Jalalpure.,S.S., Seth., A.K. 2007.
penyembuhan luka karena kemampuannya The Anti-Inflamatory Activity of
sebagai antiseptik, terpenoid juga The Leaves of Colocasia esculenta.
diketahui memegang peranan penting SPJ,Vol. 15. 3-4.
dalam meningkatkan proses penyembuhan Dalimartha, S. 2005. Atlas Tumbuhan
luka karena terpenoid diketahui Obat Indonesia. Trubus Agriwidya :
mempunyai efek antimikroba, dan Jakarta.
antioksidan yang kuat diduga Dalimartha, S. 2006. Atlas Tumbuhan
bertanggungjawab dalam kontraksi luka Obat Indonesia Jilid 4. Puspa Swara
dan peningkatan kecepatan dari epitelisasi : Jakarta.
(Saroja et al., 2012). Dwidjoseputro, D. 1994. Dasar-Dasar
Mikrobiologi. Djambatan : Jakarta.
Faure, D. 2002. The family-3 glycoside
PENUTUP
hydrolises: from housekeeping
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang function to host-microbe interction.
diperoleh, kesimpulan : Appled and Environmental
Microbiology 64(4):1485-1490.

218
PHARMACON Jurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 3 No. 3 Agustus 2014 ISSN 2302 - 2493

Harborne, J. B. 1987. Metode Fitokimia Robinson, T. 1991, Kandungan Organik


Penuntun Cara Modern Tumbuhan Tingkat Tinggi. ITB :
Menganalisis Tumbuhan. ITB Press Bandung.
: Bandung. Robinson. T. 1995. Kandungan Organik
Klokke. 1980. Pedoman Untuk Tumbuhan Tinggi. Penerjemah:
Pengobatan Luar Penyakit Kulit. PT. Padmawinata, K. Penerbit ITB :
Gramedia : Jakarta. Bandung.
Masduki I. 1996. Efek Antibakteri Ekstrak Saroja, M., Santhi., R., Annapoorani, S.
Biji Pinang (Areca catechu) terhadap 2012. Wound Healing Activity of
S. aureus dan E. coli. Cermin Dunia Flavonoid Fraction of Cynodon
Kedokteran 109 : 21 Dactylon in Swiss Albino Mice.
Morison, J. 2003. Manajemen Luka. EGC : International Research Journal of
Jakarta. Pharmacy. 230-231.
Pongsipulung, G. 2012. Formulasi dan Wehantouw, F.,S., Manurung, S.,
Pengujian Salep Ekstrak Bonggol Manurung., E. Suryanto. 2011.
Pisang Ambon (Musa Paradisiaca Aktivitas Antihiperglikemik Ekstrak
var. sapientum (L)) Terhadap Luka Kulit Manggis (Garcinia
Terbuka Pada Kulit Tikus Putih Mangostana L.) Pada Tikus Yang
Jantan Galur Wistar (Rattus Diinduksi Sukrosa. Chem. Prog.
norvegicus). F. MIPAUniversitas 4:89-96.
Sam Ratulangi, Manado [skripsi].

219

You might also like