Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
Taro (Colocasia esculenta [L]) is a cylindrical shaped plant that has a pseudo stalk and light
brown colored bulbs. The heart shaped leaves are elongated and the leaf surfaces are
waterproof which presumably can heal wounds . The purpose of this study was to test the
ethanol extract of taro leaf stalk as an alternative drug in the skin wounds of rabbits
(Oryctolagus cuniculus) and phytochemical screening of compounds which act to cure
wounds. Nine rabbits were used as test animals and were divided into 3 groups (treatment A,
B, and C). Treatment A: wound was given ± 0.2 g betadine drug (positive control), treatment
B: wound was given ± 0.2 g Taro stem extract, treatment C: wound was given no treatment
(negative control). The wound was smeared 2 times a day using betadine liquid (positive
control) and the wound was smeared 2 times a day by using Taro stem extract. Observations
of the injuries were done every day (day 0 to day 9). From the observations, it can be
inferred that Taro stem extract has potential as an alternative drug to cuts because it
demonstrated wound healing activity on rabbit skin, so the test showed that Taro stems and
leaves contain the phytochemical extracts saponins, flavonoids, tannins, alkaloids, steroids
and terpenoids.
ABSTRAK
Talas (Colocasia esculenta [L]) merupakan tumbuhan yang memiliki tangkai daun yang
semu, berbentuk silindris dan memiliki umbi berwarna coklat muda, sedangkan pada bagian
daun berbentuk seperti jantung yang memanjang dan permukaan daun yang tahan air
(waterproof) yang di duga dapat menyembuhkan luka. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk
menguji ekstrak etanol tangkai daun Talas sebagai alternatif obat luka pada kulit kelinci
(Oryctolagus cuniculus) dan skrining senyawa fitokimia yang berperan sebagai obat luka.
Hewan uji yang digunakan sebanyak 9 ekor kelinci yang dibagi menjadi 3 kelompok
(perlakuan A, B, dan C). Perlakuan A : luka diberi ± 0,2 g obat betadine (kontrol positif),
perlakuan B : luka diberi ± 0,2 g ekstrak tangkai daun Talas, perlakuan C : luka tanpa
perlakuan (kontrol negatif). Luka dioles 2 kali sehari dengan menggunakan betadine cair
(kontrol positif) dan luka dioles 2 kali sehari dengan menggunakan ekstrak tangkai daun
Talas. Pengamatan luka dilakukan setiap hari (hari ke-0 sampai hari ke-9), dari hasil
pengamatan disimpulkan ekstrak batang Talas dapat berpotensi sebagai alternatif obat luka
sayatan karena telah menunjukkan aktivitas penyembuhan luka pada kulit kelinci, sehingga
dilakukan uji fitokimia yang menunjukkan bahwa ekstrak tangkai daun Talas mengandungan
saponin, flavonoid, tanin, alkaloid, steroid dan terpenoid.
211
PHARMACON Jurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 3 No. 3 Agustus 2014 ISSN 2302 - 2493
212
PHARMACON Jurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 3 No. 3 Agustus 2014 ISSN 2302 - 2493
213
PHARMACON Jurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 3 No. 3 Agustus 2014 ISSN 2302 - 2493
dengan α 0,05 atau 5%. Jika ada perbedaan yang lebih cepat, selanjutnya untuk
yang signifikan, maka dilanjutkan dengan kelompok perlakuan A jika dibandingkan
uji LSD (Least Significant Different) dengan kelompok perlakuan B
melihat perlakuan mana yang memberikan menunjukkan daya penyembuhan yang
efek yang berbeda. berbeda dimana kelompok perlakuan A
memiliki daya penyembuhan yang lebih
HASIL DAN PEMBAHASAN cepat. Pada gambar 1 dapat dilihat bahwa
Pada pengujian potensi ekstrak etanol untuk setiap kelompok perlakuan memiliki
tangkai daun Talas sebagai alternatif obat rata-rata panjang luka awal yang sama yaitu
luka pada kulit kelinci, dilakukan dengan 1,5 cm yang ditunjukan pada hari ke-0.
melihat daya aktivitas penyembuhan Dapat dilihat bahwa setiap kelompok
panjang luka pada kulit kelinci. Pengujian perlakuan memiliki daya aktifitas
ini menggunakan tiga kelompok dengan penyembuhan yang berbeda, seperti pada
perlakuan yang berbeda-beda (perlakuan A, hari terakhir yaitu hari ke-9 dimana rata-
B, dan C). Perlakuan A : luka diberi ± 0,2 rata perlakuan yang menggunakan betadine
g obat betadine (kontrol positif), perlakuan cair (kontrol positif) memiliki aktifitas
B : luka diberi ± 0,2 g ekstrak tangkai daun penyembuhan yang lebih signifikan jika
Talas, perlakuan C : luka tanpa perlakuan dibandingkan dengan luka tanpa perlakuan
(kontrol negatif). Kelompok perlakuan A (kontrol negatif). Hal ini dikarenakan
jika dibandingkan dengan kelompok menurut Morison (2003), kandungan
perlakuan B menunjukkan hasil dimana Povidone Iodine pada betadine cair
kelompok perlakuan B memiliki daya merupakan agen antimikroba yang efektif
penyembuhan yang lebih cepat, untuk sebagai desinfeksi dan pembersih kulit
kelompok perlakuan B jika dibandingkan dalam penatalaksanaan luka traumatik, oleh
dengan kelompok perlakuan C karena itu luka dapat mengalami
menunjukkan hasil dimana kelompok penyembuhan.
perlakuan B memiliki daya penyembuhan
Gambar 1. Diagram garis aktivitas penyembuhan panjang luka sayatan dari hari ke-0 sampai
hari ke-9, (LTP : Luka Tanpa Perlakuan, BC : Betadine Cair, ETDT : Ekstrak
Tangkai Daun Talas).
214
PHARMACON Jurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 3 No. 3 Agustus 2014 ISSN 2302 - 2493
Gambar 2. Diagram garis prosentasi penyembuhan luka sayatan dari hari ke-0 sampai hari ke-
9, (LTP : Luka Tanpa Perlakuan, BC : Betadine Cair, ETDT : Ekstrak Tangkai
Daun Talas).
Dari diagram garis maka dapat dilihat dimana kelompok ekstrak tangkai daun
bahwa untuk semua kelompok perlakuan Talas memiliki nilai prosentasi 95.33%,
dari hari ke-0 sampai hari ke-9 sedangkan betadine cair (kontrol positif)
diprosentasikan mengalami perubahan memiliki nilai prosentasi 60.00% dan luka
panjang luka atau dapat dikatakan terjadi tanpa perlakuan (kontrol negatif) memiliki
aktifitas penyembuhan luka. Hal ini nilai prosentasi 58.00%. Hal tersebut
ditunjukan pada diagram garis, dimana menunjukan bahwa kelompok ekstrak
pada hari ke-0 diprosentasikan luka untuk tangkai daun Talas memiliki daya
semua kelompok perlakuan yaitu 0%. penyembuhan luka yang lebih cepat jika
Untuk melihat prosentasi dari daya dibandingkan dengan kelompok kontrol
penyembuhan luka maka dilihat pada hari positif dan kelompok kontrol negatif, oleh
ke-9 dimana terjadi perubahan yang karena itu untuk melihat ada tidaknya
signifikan diperoleh dari ekstrak tangkai perbedaan efek penyembuhan luka yang
daun Talas jika dibandingkan dengan bermakna atau perbedaan yang signifikan
betadine cair (kontrol positif) dan luka maka dilanjutkan pada pengujian ANOVA
tanpa perlakuan (kontrol negatif) yang terhadap panjang luka.
215
PHARMACON Jurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 3 No. 3 Agustus 2014 ISSN 2302 - 2493
Hasil uji statistik ANOVA analisis variansi satu arah (Anova One Way (SPSS 16.0))
dapat dilihat di bawah ini :
Dari hasil pengujian anova one way rata-rata panjang luka antar perlakuan.
menunjukkan bahwa adanya perubahan Oleh karena itu dilanjutkan dengan
data yang signifikan, maka perlu pengujian LSD (Least Significant
dilanjutkan dengan uji perbandingan Different) pada tabel 2 dibawah ini.
untuk melihat adanya perbedaan nilai
Hasil pengujian LSD menunjukan bahan aktif atau obat yang memiliki fungsi
pasangan luka tanpa perlakuan dan ekstrak sebagai obat luka. Betadine cair sebagai
tangkai daun Talas mengalami perbedaan kontrol positif memiliki daya
yang bermakna yaitu 0.010. Untuk hasil penyembuhan yang lebih tinggi jika
LSD hari ke-0 sampai hari ke-9 dapat dibandingkan dengan luka tanpa
dilihat pada lampiran 3 dengan taraf perlakuan, hal ini disebabkan karena
kepercayaan 95%. betadine mengandung povidone iodine
Prosentasi penyembuhan luka yang berfungsi sebagai agens anti mikroba
pada gambar 3, dapat dilihat bahwa luka dan anti septik dalam membantu
tanpa perlakuan sampai hari ke-9 berada penyembuhan luka. Ekstrak tangkai daun
jauh dibawah jika dibandingkan dengan Talas memiliki daya penyembuhan yang
kelompok perlakuan lainnya, hal ini mampu melewati kontrol positif, artinya
disebabkan karena luka tidak diberikan pada ekstrak tangkai daun Talas
216
PHARMACON Jurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 3 No. 3 Agustus 2014 ISSN 2302 - 2493
mengandung zat aktif yang berperan dalam dengan pengujian fitokimia untuk
peyembuhkan luka sayatan dengan kata mengidentifikasi kandungan zat aktif yang
lain ekstrak batang talas memiliki aktifitas terkandung dalam ekstrak tangkai daun
penyembuhan yang lebih baik Talas yang berkhasiat sebagai obat luka
dibandingkan dengan kontrol positif. sayatan.
Menurut Dalimarta (2006), pada tangkai
daun Talas mengandung zat aktif yang Uji Fitokimia.
dapat berkhasiat sebagai obat luka yaitu Analisis fitokimia dilakukan untuk
saponin, hal tersebut selaras dengan mengidentifikasi zat aktif yang terkandung
pengujian ekstrak daun binahong yang pada ekstrak kental tangkai daun Talas
memiliki daya penyembuhan luka yang yang berkhasiat untuk menyembuhkan
baik dikarenakan ekstrak daun binahong luka sayatan. Hasil analisis fitokimia
memiliki kandungan zat aktif yang menunjukan golongan senyawa aktif yang
berkhasiat sebagai pembersih dan terdapat dalam ekstrak tangkai daun Talas
antiseptik yang dapat menyembuhkan yaitu alkaloid, flavonoid, tanin, saponin,
luka, diantaranya mengandung saponin steroid, dan terpenoid. Hasil analisis
(Robinson, 1995). Karena ekstrak tangkai kualitatif ekstrak tangkai daun Talas dapat
daun Talas memiliki aktifitas dilihat pada tabel 3 berikut :
penyembuhan luka, maka di lanjutakan
217
PHARMACON Jurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 3 No. 3 Agustus 2014 ISSN 2302 - 2493
kekakuan dan nyeri. Menurut Atmaja 1. Ekstrak tangkai daun Talas berpotensi
(2007), flavonoid juga berfungsi sebagai sebagai alternatif obat luka sayatan
antioksidan sehingga mampu menghambat karena telah menunjukkan aktivitas
zat yang bersifat racun. penyembuhan luka pada kulit kelinci.
Selain flavonoid yang memiliki 2. Ekstrak tangkai daun Talas
kemampuan sebagai antibakteri, alkaloid mengandung saponin, flavonoid,
juga memiliki kemampuan sebagai tanin, alkaloid, steroid dan flavonoid
antibakteri. Mekanisme yang diduga yang berperan menyembuhkan luka
adalah dengan cara mengganggu sayatan pada kulit kelinci.
komponen penyusun peptidoglikan pada
sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel Saran
tidak terbentuk secara utuh dan Saran yang dapat diberikan pada
menyebabkan kematian sel tersebut penelitian ini ialah agar dapat dilakukan
(Robinson, 1991). penelitian lebih lanjut dengan penentuan
Tanin berfungsi sebagai adstringen yang dosis dan pembuatan sediaan farmasi.
dapat menyebabkan penciutan pori-pori
kulit, menghentikan eksudat dan DAFTAR PUSTAKA
pendarahan ringan (Anief, 1997). Tanin Anggraini, W. 2008. Efek Antiinflamasi
juga mempunyai daya antibakteri dengan Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji
cara mempresipitasi protein, karena diduga (Psidium guajava Linn.) pada Tikus
tanin mempunyai efek yang sama dengan Putih Jantan Galur Wistar. Fakultas
senyawa fenolik (Masduki, 1996). Efek Farmasi, UMS : Surakarta [Skripsi].
antibakteri tanin antara lain melalui : Anief, M. 1997. Formulasi Obat Topikal
reaksi dengan membran sel, inaktivasi Dengan Dasar Penyakit Kulit. Gajah
enzim, dan destruksi atau inaktivasi fungsi Mada University Press : Yogyakarta.
materi genetik. Atmaja, N.D. 2007. Aktivitas Antioksidan
Saponin memiliki kemampuan sebagai Fraksi Eter dan Air Ekstrak
pembersih dan antiseptik yang berfungsi Metanolik Daun Jambu Biji
membunuh kuman atau mencegah (Psidium guajava Linn.) terhadap
pertumbuhan mikroorganisme yang biasa Radikal Bebas 1,1 -difenil 2-
timbul pada luka sehingga luka tidak pikrilhidrazil (DPPH). Fakultas
mengalami infeksi yang berat (Robinson, Farmasi USB : Surakarta [Skripsi].
1995). Selain saponin yang diketahui Biren, N.S., Nayak, B.S, Bhatt,S.P,
memiliki peranan penting dalam Jalalpure.,S.S., Seth., A.K. 2007.
penyembuhan luka karena kemampuannya The Anti-Inflamatory Activity of
sebagai antiseptik, terpenoid juga The Leaves of Colocasia esculenta.
diketahui memegang peranan penting SPJ,Vol. 15. 3-4.
dalam meningkatkan proses penyembuhan Dalimartha, S. 2005. Atlas Tumbuhan
luka karena terpenoid diketahui Obat Indonesia. Trubus Agriwidya :
mempunyai efek antimikroba, dan Jakarta.
antioksidan yang kuat diduga Dalimartha, S. 2006. Atlas Tumbuhan
bertanggungjawab dalam kontraksi luka Obat Indonesia Jilid 4. Puspa Swara
dan peningkatan kecepatan dari epitelisasi : Jakarta.
(Saroja et al., 2012). Dwidjoseputro, D. 1994. Dasar-Dasar
Mikrobiologi. Djambatan : Jakarta.
Faure, D. 2002. The family-3 glycoside
PENUTUP
hydrolises: from housekeeping
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang function to host-microbe interction.
diperoleh, kesimpulan : Appled and Environmental
Microbiology 64(4):1485-1490.
218
PHARMACON Jurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 3 No. 3 Agustus 2014 ISSN 2302 - 2493
219