You are on page 1of 16

Partisipasi Masyarakat Dalam…(Rina Munawaroh) 374

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN PARIWISATA


BERBASIS MASYARAKAT DI TAMAN NASIONAL GUNUNG MERBABU
SUWANTING, MAGELANG
COMMUNITY PARTICIPATION IN THE DEVELOPMENT OF COMMUNITY-BASED
TOURISM IN THE NATIONAL PARK OF MOUNT MERBABU SUWANTING VILLAGE,

Oleh: rina munawaroh, pendidikan luar sekolah, riena032@gmail.com

Abstrak

Tujuan penelitian untuk mengetahui : (1) bentuk pengembangn pariwisata , (2) partisipasi masyarakat,
(3) faktor pendorong dan penghambat partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata berbasis
masyarakat di TNGMb, Suwanting, Magelang. Metode penelitian kualitatif . Hasil penelitian yaitu (1)
Bentuk pengembangan pariwisata berbasis masyarakat yakni: (a) peningkatan pemasaran dan aksesbilitas,
(b) peningkatan mutu dan pelayanan. (2) Partisipasi masyarakat berbentuk ide, dana, tenaga, keahlian.
Tahapan partisipasi yakni perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Partisipasi masyarakat bermanfaat pada
peningkatan taraf hidup masyarakat. (3) Faktor pendorong partisipasi masyarakat adalah diberikannya
kesempatan, tuntutan lingkungan, untuk kemajuan daerah, sikap saling menghargai, manfaat yang dirasakan.
Faktor penghambat partisipasi adalah latar belakang pendidikan, pekerjaan, jenis kelamin,. Upaya untuk
mengatasinya masyarakat didorong ikut berpartisipasi, dan kerjasama instansi untuk penyuluhan dan
pelatihan.

Kata Kunci : Partisipasi masyarakat, pariwisata berbasis masyarakat,

Abstract

This study aims to describe: a) the forms of community-based tourism development, b) the
participation of the community in the development of community-based tourism, c) the factors which drive
and impede the community to participate in the development of community-based tourism. The results show
that: 1) the forms of community-based tourism development are tourism development to sharpen and
strengthen the image of tourism with increased marketing through sosial media and accessibility. The
activities to improve the quality of work and services are: equivalent studies, exhibitions, road climbing
improvements, SAR training, cleaning operations, forest fire management training, planting and
reforestation, regular meetings, mountain guides training, 2) the participations of the community in tourism
development are in form of ideas, funds, manpower, expertise. The stages of participation are planning,
implementation, and evaluation. Community participation is beneficial to improve the living standard of the
community from the knowledge, economic, sosial, environmental, and political aspects. 3) The driving
factors for community participation are the provision of opportunities, environmental demands, regional
progress, mutual respect, perceived benefits. The impeding factors of the participations are educational
background, occupation, gender, .The efforts to overcome the problems are encouraging the community to
participate and cooperating with the agencies for counseling and training.

Keywords: community participation, community-based tourism


alam. Pemanfaatan sumber daya alam oleh
PENDAHULUAN
sumber daya manusia akan mampu membawa
Tujuan pembangunan manusia adalah
perubahan yang signifikan terhadap manusia jika
meningkatkan dan memperkuat visi
bias dikelola dengan baik
pembangunan, meningkatkan kualitas hidup, dan
Pendidikan sebagai salah satu bagian
meningkatkan daya saing manusia. Salah satunya
dalam upaya pembangunan nasional memiliki
adalah pembangunan sektor ekonomi dengan
kedudukan strategis untuk pengembangan sumber
peningkatan potensi sumber daya manusia dan
daya manusia. Pendidikan nonformal semakin
1
375

berkembang seiring dengan tujuan perkembangan dapat berperan dalam meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dan ketenagakerjaan. Hal ini dan pendapatan masyarakat
dikarenakan angkatan muda banyak yang putus Dewasa ini perkembangan pariwisata juga
sekolah, lapangan kerja yang menuntut setiap sangat pesat baik dari wisata alam, religi, kuliner,
pekerja harus memiliki ketrampilan. Dari desa wisata ataupun budaya lainnya. Hal ini telah
pendidikan nonformal akan mampu mengurangi dilansir dari website www.republika.co.id yang
permasalahan klasik seputar dunia kerja. menyatakan jumlah pencarian telah naik 135 %
Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 dari bulan September 2015.
tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 13 ayat Pengembangan sektor pariwisata
1 mengatakan bahwa jalur pendidikan terdiri atas ditujukan untuk meningkatkan kualitas hidup dan
pendidikan formal, non-formal, dan informal yang kesejahteraan serta dapat memberikan manfaat
saling melengkapi dan memperkaya. Pada pasal terhadap pemenuhan kebutuhan masyarakat.
26 ayat (2) disebutkan bahwa “pendidikan Dengan mengembangkan sektor pariwisata ini
nonformal berfungsi untuk mengembangkan juga diharapkan dapat memberikan kontribusi
potensi peserta didik dengan penekanan pada terhadap penyelenggaraan pemerintah terutama
penguasaan pengetahuan dan keterampilan dari segi pembiayaan pelaksanaan tugas dan
fungsional serta pengembangan sikap dan fungsi pemerintah
kepribadian profesional” Dara Windiyarti, dkk (1994 : 92-93)
Pendidikan nonformal adalah usaha mengemukakan pembangunan pada sektor wisata
memberdayakan manusia, memampukan manusia, akan mendorong tumbuhnya aktivitas ekonomi
mengembangkan talenta-talenta yang ada pada baru dan berkembangnya aktivitas ekonomi kerja
diri manusia agar dengan kemampuan/potensi dan meningkatkan pendapatan masyarakat dan
yang dimilikinya dapat dikembangkan melalui pemerintah daerah setempat, sehingga
pendidikan/ pembelajaran. Pendidikan nonformal menciptakan perilaku masyarakat yang baru.
berfungsi mengembangkan potensi peserta didik Tidak dapat dipungkiri pengembangan pariwisata
dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan bisa menyebabkan pencemaran nilai-nilai budaya
dan keterampilan fungsional serta pengembangan karena interaksi sosial. Untuk itulah diperlukan
sikap dan kepribadian profesional kebijaksanaan dan cara penyelenggaran
Potensi obyek dan daya tarik wisata alam pengembangan wisata agar dapat mendatangkan
dan budaya yang dimiliki Indonesia merupakan manfaat yang besar bagi masyarakat. Dalam
anugerah yang tak ternilai. Indonesia memiliki bidang sosial saat ini pengemabngan budaya
keanekaragaman hayati yang tinggi, keunikan dan tradisional kini menjadi tuntutan baru dari para
keaslian budaya tradisional, keindahan alam, dan pengunjung.
peninggalan sejarah/budaya yang dapat Pengembangan obyek wisata pada
dimanfaatkan secara optimal untuk kesejahteraan dasarnya adalah proses bagaimana menjadikan
masyarakat. Kondisi ini memberikan arti positif, sebuah objek wisata dapat berkembang dan
yaitu kegiatan kepariwisataan alam dan budaya sebagai pusat wisata yang memiliki unsur hiburan
dan pendidikan Pariwisata merupakan sebuah
375
376

perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, bersifat penting, sehingga pembeli mendapat keuntungan
sementara, dilakukan perorangan maupun maksimal dengan resiko sekecil-kecilnya
kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan Pembangunan pariwisata yang berhasil
atau keserasian dan kebahagiaan dengan adalah pembangunan pariwisata yang dilakukan
lingkungan hidup dalam dimensi social, budaya, secara bersama termasuk “membangun bersama
alam, dan ilmu. Wisatawan mengadakan masyarakat” sehingga pembangunan pariwisata
perjalanan untuk memuaskan hasrat ingin tahu, dapat memberikan keuntungan secara ekonomi,
untuk mengurangi ketegangan pikiran, beristirahat sosial maupun budaya kepada masyarakat
dan mengembalikan kesegaran pikiran dan setempat atau bisa disebut sebagai pariwisata
jasmaninya pada alam lingkungan yang berbeda. berbasis masyarakat. Argyo Demartoto (2009:
(James Spillane, 1993:21) 100) yang menyatakan tujuan dari pembangunan
Upaya pengembangan pariwisata pariwisata yang melibatkan masyarakat
bertujuan untuk mengembangkan produk dan diantaranya yaitu, 1)memberdayakan masyarakat
pelayanan yang berkualitas, seimbang dan melalui pembanguan pariwisata, 2)meningkatkan
bertahap. Menurut Suwantoro (2004 :55), langkah peran dan partisipasi masyarakat agar dapat
pokok dalam pengembangan pariwisata berupa memperoleh keuntungan ekonomi, sosial, maupun
optimasi, konsolidasi dan pengembangan dan budaya dari pembangunan pariwisata,
penyebaran dalam jangka panjang adalah sebagai 3)memberikan kesempatan yang seimbang kepada
berikut : a)Mempertajam dam memantapkan citra semua anggota masyarakat, baik laki-laki maupun
kepariwisataan, b)Meningkatkan mutu kerja, perempuan. Oleh karena itu salah satu pendekatan
c)Meningkatkan kemampuan pengelolaan, yang didapat digunakan untuk pengembangan
d)Manfaatkan produk yang ada, e)Memperbesar pariwisata berbasis masyarakat adalah pendekatan
saham dari pasar wisata yang telah ada. partisipastif.
Pengembangan pariwisata terlihat dari Pariwisata berbasis masyarakat adalah
memantapkan citra pariwisata melalui pariwisata dimana masyarakat memainkan
peningkatan promosi dan aksesbilitas, dan serta peranan penting dan utama dalam pengembangan
peningkatan mutu dan pelayanan melalui pariwisata. Prinsip pengembangan pariwisata
peningkatan keahlian-keahlian sumber daya berbasis masyarakat atau yang dimaksudkan disini
manusia. Sesuai dengan pendapatnya JJ Spilance adalah pariwisata yang dapat dapat memberikan
(1993:135) menyatakan bahwa pengembangan dorongan pembangunan masyarakat yang
pariwisata ditinjau dari sudut pelaksanaanya yang memiliki prinsip antara lain: a)memanfaatkan
lebih bersifat tekhnis operasional, maka sarana dan prasarana masyarakat setempat,
prinsipnya ialah Pembinaan produk wisata b)menguntungkan masyarakat setempat,
merupakan usaha terus menerus untuk c)berskala kecil untuk memudahkan terjalinnya
meningkatkan mutu maupun pelayanaan dari hubungan timbal balik masyarakat, d)melibatkan
berbagai unsure produk wisata itu. Dan masyarakat setempat, e)menerapkan
pemasaranan merupakan kegiatan yang sangat pengembangan produk wisata. (Sastrayuda, 2010).

376
377

Sehingga keterlibatan masyarakat dalam Magelang merupakan salah satu


pengembangan pariwisata sangat diperlukan. kabupaten di daerah Jawa Tengah yang memiliki
Dalam kegiatan pembangunan, partisipasi banyak potensi pariwisata, baik pariwisata alam,
masyarakat merupakan perwujudan dari budaya, religi, kuliner, pendidikan ataupun yang
kesadaran dan kepedulian yang serta lainnya. Magelang di kelilingi oleh berbagai
tanggungjawab masyarakat terhadap pentingnya gunung yakni Gunung Merbabu, Merapi, Andong,
pembangunan yang bertujuan untuk memperbaiki Telomoyo, Sindoro, Sumbing, dan Menoreh. Hal
mutu hidup mereka. Alfitri (2011: 39) ini membuat daya tarik wisata khususnya wisata
mengemukakan bahwa pengembangan dan alam di Magelang meningkat.
pemberdayaan masyarakat melibatkan Salah satu wisata alamnya adalah Taman
perencanaan, pengorganisasian dan Nasional Gunung Merbabu(TNGMb) yang
pengembangan berbagai aktivitas program yang memiliki potensi wisata pendakian, pertanian,
bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup atau pendidikan, maupun peternakan. Dan yang paling
kesejahteraan sosial masyarakat serta membina diminati adalah wisata pendakian, yang
kemandirian masyarakat, baik itu secara ekonomi, dibuktikan oleh data statistik pengunjung TNGMb
sosial, maupun politik. Partisipasi masyarakat terus meningkat dari tahun 2010 berjumlah 384
dibutuhkan untuk revitalisasi konsep pengunjung kini mencapai 27592 di tahun 2014.
pembangunan, untuk menghasilkan sebuah Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor
perubahan positif bagi kehidupan. P.56 /Menhut-II/ 2006 tentang Pedoman Zonasi
Partisipasi masyarakat dalam Taman Nasional Menteri Kehutanan, Taman
pengembangan pariwsata berbasis masyarakat Nasional merupakan Kawasan Pelestarian Alam
melalui peningkatan pemasaran dan aksesbilitas, (KPA) baik daratan maupun perairan yang
serta peningkatan mutu dan pelayanan melalui mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan
peningkatan keahlian-keahlian sumber daya sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan
manusia merupakan upaya pemberdayaan ilmu pengetahuan, penelitian, pendidikan
masyarakat melalui sektor pariwisata. Dimana menunjang budidaya, kebudayaan dan pariwisata
pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan dan rekreasi alam
pengembangan pariwisata tersebut merupakan Dusun Suwanting menjadi salah satu
salah satu wujud dari pendidikan non formal. tempat untuk menikmati keindahan matahari terbit
Dalam pendekatan sumber daya manusia, tujuan- dan terbenam diketinggian dengan wisata
tujuan dari pembangunan adalah optimalisasi dan pendakian TNGMb . Pariwisata pendakian Taman
membentuk manusia yang seutuhnya dalam Nasional Gunung Merbabu ini seharusnya dapat
aktivitas yang lebih produktif dan pengembangan dioptimalkan mengingat banyaknya
sepenuh mungkin pengetahuan (knowledge), sikap pariwisatawan yang tertarik untuk melakukan
(uptitude), dan keterampilan(skill), dari setiap pendakian. Hal ini tidak dilihat sebagai potensi
kekuatan yang berhubungan dengan aktivitasnya pendapatan saja, namun juga sebagai salah satu
setiap individu masing-masing. upaya pelestarian lingkungan, sebagai salah satu
motivator untuk perkembangan industri
377
378

pariwisata. seharusnya masyarakat memiliki kualitiatif adalah penelitian yang bermaksud


peranan dan keterlibatan baik untuk mengelola untuk memahami fenomena tentang apa yang
maupun memasarkan produk-produk pariwisata dialami, oleh subjek penelitian misalnya perilaku,
agar dapat menjadi sumber potensial bagi daerah. persepsi, motivasi, tindakan, dll, secara holistik
Dengan adanya pariwisata tersebut berdampak dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata
pada masyarakat Dusun Suwanting khususnya dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang
meningkatkan kesejahteraan dalam bidang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai
ekonomi. Karena dari sebuah pariwisata metode alamiah. Menurut Djunaidi (2013: 61-
pendakian, para wisatawan atau pendaki akan 62) menjelaskan studi kasus merupakan
membutuhkan baik informasi mengenai Taman penelitian dimana peneliti itu menggali suatu
Nasional Gunung Merbabu, maupun keperluan
fenomena (kasus) tertentu dalam suatu waktu
lainnya.
atau kegiatan serta mengumpulkan informasi
Demi keberhasilan industri pariwisata
secara terinci dan mendalam diarahka dengan
maka dibutuhkan keterlibatan masyarakat untuk
menggunakan berbagai prosedur
mengembangkan pariwisata pendakian Taman
Nasional Gunung Merbabu di Suwanting. Namun
pengumpulan data selama periode tertentu.

pada kenyataannya partisipasi masyarakat dalam Penelitian studi kasus ini diarahkan untuk
pengembangan pariwisata masih rendah. Dari situ menghimpun data, mengambil makna, dan
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian memperoleh pemahaman dari kasus tersebut.
dengan judul Partisispasi Masyarakat dalam Adapun situasi sosial yang akan dideskripsikan
Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat di dengan pendekatan kualitatif adalah mengetahui
Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun sejauh mana partisipasi yang telah diberikan
Suwanting, Desa Banyuroto, Kecamatan masyarakat Di Dusun Suwanting dalam
Sawangan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. pengembangan Pariwisata Taman Nasional
Gunung Merbabu. Pada penelitian kali ini,
METODE peneliti akan menggunakan teknik purposive
sampling. Penentuan sumber/ subjek penelitian
Tujuan Penelitian
berdasarkan atas informasi apa saja yang
Penelitian ini bertujuan untuk dibutuhkan yakni pengelola pariwisata,
mendapatkan gambaran yang mendalam tentang masyarakat Dusun Suwanting, dan pengunjung
partisipasi masyarakat dalam pengembangan wisata.
pariwisata berbasis masyarakat di Taman
Waktu dan Tempat Penelitian
Nasional Gunung Merbabu Suwanting Magelang
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Jenis Penelitian
Februari sampai Maret 2017. Lokasi penelitan ini
Jenis penelitian yang digunakan adalah dilakukan di Dusun Suwanting, Desa Banyuroto,
penelitian kualitaif dengan metode deskriptif jenis Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang,
studi kasus. Moleong, (2005:6), penelitian Provinsi Jawa Tengah
378
379

Subjek Penelitian pariwisata berbasis masyarakat yang diperoleh


dari berbagai sumber dan metode sangat
Subjek penelitian ini adalah masyarakat
memungkinkan untuk mendapatkan data yang
Dusun Suwanting, dan informannya adalah
banyak dan belum relevan. Perlu dilakukan
pengelola pariwisata, masyarakat Dusun
reduksi data dengan cara abstraksi membuat
Suwanting, dan wisatawan pariwisata pendakian
rangkuman yang inti, proses dan pernyataan yang
Taman Nasional Gunung Mebabu Dusun
perlu dijaga sehingga tetap berada dalam data
Suwanting, Banyuroto Sawangan Magelang
penelitian
Data, Instrumen, dan Teknik Pengumpulan
Display Data
Data
Display data adalah mengolah data
Sumber data yaitu pengelola pariwisata,
setengah jadi yang sudah seragam dalam bentuk
masyarakat Dusun Suwanting, dan pengunjung
uraian singkat dan sudah memiliki alur tema yang
wisata. Teknik pengumpulan data dilakukan
jelas ke dalam suatu matriks kategorisasi sesuai
dengan observasi, wawancara semi terstruktur,
tema-tema yang sudah dikelompokkan dan
dan dokumentasi terhadap kelengkapan arsip atau
dikategorikan. Tujuan dari display data dalam
dokumen lembaga. Instrumen pengumpulan data
penelitian ini yaitu memudahkan peneliti dalam
berasal dari peneliti sendiri bertindak sebagai
memahami apa yang terjadi,merencanakan kerja
instrumen kunci yang dapat mengembangkan
selanjutnya berdasarkan apa yang telah difahami
instrumen pedoman observasi, pedoman
tersebut.
wawancara, dan pedoman dokumentasi
Penarikan Kesimpulan
Analisis Data
Pada bagian ini peneliti mengutarakan
Analisis data menggunakan teknik
kesimpulannya dari data yang diperoleh.
analisis model interaktif dari Milles & Huberman
Penarikan kesimpulan dapat dilakukan dengan
(1994) dalam Sugiyono (2014 :337) yang terdiri
cara membandingkan kesesuaian antara
dari reduksi data, display data, dan penarikan
pernyataan dari subjek penelitian dengan makna
kesimpulan
yang terkandung dalam konsep dasar penelitian
Reduksi data tersebut

Reduksi data adalah proses penggabungan Keabsahan Data


dan penyeragaman segala bentuk data yang
Teknik yang digunakan untuk melacak
diperoleh menjadi satu bentuk tulisan (script)
atau membuktikan kebenaran data tersebut
yang akan dianalisis. Hasil wawancara,hasil
peneliti menggunakan teknik ketekunan
observasi, hasil dokumentasi diubah menjadi
pengamatan lapangan dan triangulasi. Ketekunan
bentuk tulsan sesuai dengan formatnya masing-
pengamatan dengan memperpanjang pengamatan
masing (Herdiansyah, 2010 : 165). Data tentang
dan teknik triangulasi dengan triangulasi teknik
partisipasi masyarakat dalam pengembangan
berfungsi sebagai pemeriksaan keabsahan data
379
380

yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data Seluruh warga ikut berpartisipasi dalam menjaga,
itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai merawat dan mengembangkan pariwisata
pembanding terhadap data tersebut (Moleong, pendakian yang ada di Dusun Suwanting. Apabila
2005). Triangulasi sumber dengan mengecek tidak ikut merawat setidaknya mereka mendukung
keabsahan data dari sumber pengelola pariwisata, dengan adanya pariwisata tersebut.
masyarakat Dusun Suwanting, dan pengunjung Karena Dusun Suwating berada pada
wisata Dusun Suwanting sedangkan triangulasi kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu maka
metode berasal dari metode wawancara, memiliki potens pariwisata pendakian. Balai
observasi, dan dokumentasi. TNGMb memiliki visi terwujudnya kelestrian
Taman Nasional Gunung Merbabu untuk
HASIL DAN PEMBAHASAN
mendukung peningkatan kesejahteraan
Hasil masyarakat
Pengembangan pariwisata berbasis
Dusun Suwanting merupakan salah satu
masyarakat menegaskan bahwa masyarakat bukan
dusun yang terletak di Desa Banyuroto,
lagi menjadi obyek pembangunan akan tetapi
Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang,
sebagai penentu pembangunan itu sendiri.
Provinsi Jawa Tengah. Sepanjang perjalanan
Penyusunan perencanaan dalam skala lokal
menuju Dusun Suwanting disuguhkan
merupakan syarat awal dalam upaya membangun
pemandangan alam dari persawahan hingga
pariwisata berbasis masyarakat ini, yang mampu
pemandangan alam Gunung Merbabu dan gunung
mengakomodasikan semua kebutuhan dalam
Merapi. Dusun Suwanting memiliki sumber air
kerangka tujuan jangka pendek, menengah, dan
bersih yang berlimpah dari mata air Gunung
panjang, dan perencanaan disusun bersama
Merbabu, karena Suwanting merupakan sebuah
dengan komunitas yang ada (Janianton Damanik,
dusun yang terletak di paling barat Gunung
dkk, 2005)
Merbabu. Potensi pariwisata yang ada di Dusun
Dalam mengembangkan suatu daya tarik
Suwanting berupa jalur pendakian Taman Gunung
wisata, partisipasi atau keterlibatan masyarakat
Merbabu, agrowisata, tradisi dan budaya setempat
lokal tidak bisa diabaikan begitu saja.Masyarakat
(tradisi gunungan).
lokal merupakan orang pertama yang mengetahui
Masyarakat Dusun Suwanting berjumlah
tentang kondisi daerahnya daripada orang yang
925 penduduk dengan mayoritas pekerjaan petani
berasal dari luar daerah.Dengan demikian,
dan pedagang sayur keliling, dan mayoritas
partisipasi masyarakat lokal sangat diperlukan
beragama Islam. Untuk tingkat pendidikan
baik dalam perencanaan, pelaksanaan,
masyarakat Dusun Suwanting masih terbilang
pengembangan hingga akhir yaitu evaluasi kerja.
rendah, karena mayoritas hanya lulusan Sekolah
Harapan kedepannya ialah tiada lain untuk
Dasar saja. Dalam hubungannya dengan kegiatan
mewujudkan sikap rasa memiliki pada diri
pariwisata sendiri kegiatan pengelolaan pariwisata
masyarakat lokal sendiri, sehingga timbul
yang ada di Dusun Suwanting dikelola oleh
kesadaran dan tanggung jawab untuk ikut serta
seluruh masyarakat, bukan kelompok tersendiri.
dalam mengembangkan daya tarik wisata
380
381

Pariwisata berbasis masyarakat sebagai sendiri dengan pembenahan jalur pendakian


peluang untuk menggerakkan segenap potensi dan yang memudahkan wisatawan menuju
dinamika masyarakat. pariwisata yang ada di puncak Taman Nasional Gunung Merbabu.
Dusun Suwanting merupakan pariwisata berbasis Masyarakat juga memudahkan wisatawan
masyarakat, karena pengelolanya adalah seluruh dengan pemberian pos air disetiap posnya.
masyarakat Dusun Suwanting. Serta menyediakan jasa ojek dari basecamp
Bentuk Pengembangan Pariwisata Berbasis sampai pos 1.
Masyarakat
b. Peningkatan mutu dan pelayanan
Pengembangan pariwisata sebagai upaya
Dalam meningkatkan mutu produk
untuk menata kawasan serta kondisi obyek wisata
wisata, masyarakat setempat melakukan
serta menyediakan dan melengkapi sarana dan
kegiatan-kegiatan untuk meningkatkan
prasarana pariwisata. Dalam pengembangan
sumber daya alam yang dilakukan dengan
pariwisata diperlukan strategi teknis untuk
pelestarian lingkungan melalui penghijauan,
membuat daya tarik wisata dimana tujuannya
operasi bersih dan pembenahan jalur, dan
adalah meningkatkan kunjungan wisatawan. Salah
penyedian fasilitas lainnya. Untuk
satu bentuk pengembangannya adalah melalui
peningkatan sumber daya manusia diadakan
peningkatan promosi dan aksesbilitas dimana
pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan
aksesbilitas pariwisata adalah semua jenis sarana
dan wawasan masyarakat tentang
dan prasarana transportasi yang mendukung
pengelolaan konservasi hutan.
pergerakan wisatawan dari wilayah asal
Dalam peningkatan pelayanan masyarakat
wisatawan ke destinasi pariwisata maupun
selalu bersikap ramah kepada pendaki atau
pergerakan di dalam wilayah destinasi pariwisata
wisatawan yang datang, selain itu juga
dalam kaitan dengan motivasi kunjungan wisata
diadakan pelatihan jasa layanan
a. Promosi dan aksebilitas porter/pemandu yang berstandar dari
Hasil penelitian menunjukkan adanya Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia,
citra pariwisata pendakian yang ada di Dusun pelatihan ”jungle rescue” sebagai tim
Suwanting terbilang baik, karena masyarakat evakuasi saat terjadi kecelakaan di gunung,
sendiri ikut terlibat dalam pengembangan serta penyediaan konsumsi ataupun peralatan
baik promosi maupun aksesbilitas. Dalam yang dibutuhkan wisatawan.
pengembangan pariwisata melalui promosi
Partisipasi masyarakat dalam pengembangan
menggunakan media sosial yang
pariwisata berbasis masyarakat
menyediakan informasi seputar pariwisata.
Masyarakat juga meningkatkan a. Bentuk partisipasi
aksesbilitas menuju Dusun Suwanting seperti Bentuk partisipasi berupa sumbangan
pemberian papan penunjuk arah, pemberian pemikiran yang diberikan oleh masyarakat
gapura saat masuk Dusun, perbaikan jalan, untuk pengembangan pariwisata berupa
dan aksesbilitas menuju destinasi wisata keterlibatan warga dalam mengikui berbagai
381
382

rapat, masyarakat saling bertukar pendapat, Suwanting Indah ini diantaranya pembenahan
berbagi pengalaman, dan bertukar informasi jalur, operasi bersih, dan berbagai pelatihan
mengenai strategi, pengelolaan, dan lainnya.
pengembangan pariwisata pendakian. Hasil penelitian menunjukkan partisipasi
Bentuk partisipasi dalam bentuk masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan yang
pendanaan yakni konsumsi kerja bakti, dan rencanakan untuk pengembangan pariwisata
sarana prasarana kerja bakti menggunakan terlihat dari antusiasme masyarakat saat
milik masyarakat sendiri. mengikuti kegiatan, masyarakat terlibat
Sumbangan tenaga merupakan untuk mempersiapkan segala sarana dan
sumbangan yang paling banyak dilakukan prasarana yang dibutuhkan. Saat kegiatan
oleh masyarakat Dusun Suwanting dalam berlangsung masyarakat juga saling gotong
pengembangan pariwisata untuk pembenahan royong satu sama lain.
jalur pendakian, operasi bersih, evakuasi Partisipasi dalam pengelolaan masyarakat
wisatawan yang terkena musibah sewaktu di mewujudkannya dengan tetap menjaga
perjalanan baik naik maupun turun gunung kebersihan pariwisata dengan adanya operasi
Bentuk partisipasi dalam bentuk keahlian bersih. Selain itu masyarakat juga
yakni berupa keahlian pemasaran, memasak, meningkatkan keamanan serta mendukung
jasa porter, dan keahlian Search and Rescue setiap kebijakan pemerintah desa dan Taman
di jalur pariwisata. Nasional.
Setiap warga menjadi bagian penting Partisipasi masyarakat dalam evaluasi
dalam proses identifikasi, perencanaan kegiatan maupun pengelolaan pariwisata.
pelaksanaan dalam pengembangan pariwisata Evaluasi dilakukan guna mengetahui dan
dan evaluasi untuk mengambil keputusan memonitoring hal-hal apa saja yang kurang
dalam hal pengembangan pariwisata, karena dalam pengambangan pariwisata baik dari
setiap keputusan diambil berdasarkan segi pencitraan destinasi pariwisata, daya
musyawarah bersama tarik wisata, pemasaran, pelayanan maupun
b. Tahap partisipasi yang lainnya
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
tahapan partisipasi masyarakat Dusun c. Manfaat partisipasi
Suwanting dalam pengembangan pariwisata Manfaat yang dirasakan saat masyarakat
pendakian terbagi menjadi 4 yaitu ikut berpartisipasi dalam pengembangan
perencanaan, pelaksanaan, pengelolaan dan pariwisata adalah ekonomi meningkat,
evaluasi. masyarakat lebih rukun, hutan lebih terawat,
Paguyuban Suwanting Indah selalu wawasan masyarakat meningkat.
melibatkan masyarakat dalam pengambilan Pada dasarnya manfaat yang dirasakan
keputusan, dimana dalam pengambilan oleh warga Dusun Suwanting adalah dapat
keputusan terdapat sebuah perencanaan. meningkatkan taraf hidup masyarakat disana,
Perencanaan yang ada di Paguyuban
382
383

baik dari sisi pengetahuan, ekonomi, sosial, mengadakan penyuluhan dan pelatihan
lingkungan dan politik tentang bagaimana mengelola konservasi
hutan yang baik, dan menanganinya saat
Faktor pendorong
terjadi bencana seperti kebakaran hutan.
yang ada di Dusun Suwanting membuat 0020
masyarakat tanpa canggung untuk ikut Pembahasan
berpartisipasi. Serta manfaat yang dirasakan dari Pariwisata memiliki ciri-ciri :
adanya partisipasi untuk peningkatan mengadakan perjalanan dan tinggal di berbagai
kesejahteraan kehidupan tempat tujuan yang bersifat berbeda dari tempat
yang ditinggal dengan kegiatan yang berbeda
a. Faktor penghambat
pula, mendapatkan pengalaman dengan maksud
Dari hasil penelitian dapat diketahui
kembali ke tempat semula dan bersifat sementara
beberapa faktor penghambat masyarakat
dan tidak dimaksudkan untuk menetap. Seorang
untuk ikut berpartisipasi dalam
pelancong melakukan perjalanan atas kemauan
pengembangan pariwisata adalah Latar
sendiri dan bersifat sementara, dengan harapan
belakang pekerjaan masing-masing individu
mendapatkan kenikmatan baru dan perubahan
yang berbeda-beda membuat kesibukan
yang dialami selama perjalanan.
individu berbeda-beda, yang berpartisipasi
Tujuan pengembangan pariwisata adalah
aktif lebih banyak kaum laki-laki, karena
mengentaskan kemiskinan penduduk, yang telah
dalam pengelolaan pariwisata pendakian
menjadi masalah klasik yang belum benar-benar
membutuhkan banyak tenaga, Kurangya
terselesaikan, maka perlu dilakukan sebuah
pegetahuan dan wawasan tentang konservasi
pendekatan dengan pariwisata berbasis
hutan. Dan kurangnya perhatian dari
masyarakat. Upaya pengembangan pariwisata
pemerintah setempat, sehingga membuat
yang berkelanjutan adalah partisipasi dari
pengelolaan pariwisata kurang berjalan
masyarakat setempat, pengembangan mutu
secara maksimal
produk wisata dan pembinaan kelompok sadar
b. Upaya mengatasi hambatan
wisata. Pariwisata berbasis masyarakat adalah
Upaya yang dilakukan masyarakat dalam
pariwisata dimana masyarakat memainkan
menangani faktor penghambat yang ada
peranan penting dan utama dalam pengembangan
meliputi: pihak pengurus mendorong setiap
pariwisata.
masyarakat ikut berpatisipasi aktif dalam
Sunaryo (2013:218) menyatakan bahwa
mengembangkan pariwisata, tim perempuan
untuk mewujudkan pengembangan pariwisata
berpartisipasi dengan memberikan kebutuhan
berjalan dengan baik dan dikelola dengan baik
pendaki (berjualan) melalui menyediakan
maka hal yang paling mendasar dilakukan adalah
makanan ataupun konsumsi baik yang masih
bagaimana memfasilitasi keterlibatan yang luas
mentah maupun olahan bahan mentah
dari komunitas lokal dalam proses pengembangan
(makanan siap saji), dan Pihak pengurus
dan memaksimalkan nilai manfaat sosial dan
bekerjasama dengan pihak Taman Nasional
ekonomi dari kegiatan pariwisata untuk
383
384

masyarakat setempat. Masyarakat lokal memiliki sekecil-kecilnya. Selain itu juga ada aksesbilitas,
kedudukan yang sama pentingnya sebagai salah sebagai pengembangan lintas sektoral, dan
satu pemangku kepentingan (stakeholder) dalam pengembangan kawasan pariwisata dan produk
pembangunan kepariwisataan, selain pihak pariwisata. (Suwantoro, 2004 :55).
pemerintah dan industri swasta. Aksesibilitas dalam pariwisata berkenaan
dengan tingkat kemudahan seorang wisatawan
Bentuk pengembangan pariwisata berbasis
mencapai suatu objek wisata. Asksesibilitas
masyarakat
penting diperhatikan, mengingat aspek tersebut
Dalam pengembangan pariwisata bisa memberikan pengaruh yang besar bagi para
pendakian masyarakat Dusun Suwanting sesuai wisatawan. . Semakin baik aksesibilitas suatu
sengan teorinya JJ. Spilance (1993 :135) yang objek wisata, wisatawan yang berkunjung dapat
menyatakan bahwa pengembangan pariwisata semakin banyak jumlahnya. Sebaliknya, jika
ditinjau dari sudut pelaksanaannya yang bersifat aksesibilitasnya kurang baik, wisatawan akan
teknis operasional dengan prinsip pembinaan merasakan hambatan dalam kunjungan yang
produk wisata dengan peningkatan mutu dan dilakukannya dalam berwisata.
pelayanan, serta kegiatan pemasaran. Hal ini juga Dalam meningkatkan mutu produk
sama dengan yang dilansirkan oleh Suwantoro, wisata, masyarakat setempat melakukan kegiatan-
2004 dimana upaya pengembangan pariwisata kegiatan untuk meningkatkan sumber daya alam
juga bertujuan untuk peningkatan produk dan yang dilakukan dengan pelestarian lingkungan
pelayanan yang berkualitas dengan indikator melalui penghijauan, operasi bersih dan
aksesbilitas, promosi, pengedalian kawasan pembenahan jalur, dan penyedian fasilitas
pariwisata, penampilan produk wisata, keahlian lainnya.Untuk peningkatan sumber daya manusia
sumber daya manusia. diadakan pelatihan untuk meningkatkan
Jadi pengembangan pariwisata terlihat pengetahuan dan wawasan masyarakat tentang
dari bagaimana memantapkan citra pariwisata pengelolaan konservasi hutan
melalui peningkatan promosi dan aksesbilitas, dan Peningkatan pelayanan masyarakat
serta peningkatan mutu dan pelayanan melalui selalu bersikap ramah kepada pendaki atau
peningkatan keahlian-keahlian sumber daya wisatawan yang datang, selain itu juga diadakan
manusia pelatihan jasa layanan porter/pemandu yang
Promosi sebagai upaya mengembangkan berstandar dari Asosiasi Pemandu Gunung
pariwisata pendakian yang ada, masyarakat Dusun Indonesia, pelatihan ”jungle rescue” sebagai tim
Suwanting gencar melakukan pemasaran melalui evakuasi saat terjadi kecelakaan di gunung, serta
media sosial. Dan salah satu indikator dari penyediaan konsumsi ataupun peralatan yang
kebijakan pengembangan pariwisata adalah dibutuhkan wisatawan. Sehingga wisatawan akan
promosi sebagai pelaksanaan upaya pemasaran merasakan kepuasan terhadap pelayanan yang
yang selaras dan terpadu. Pemasaran merupakan diberikan oleh masyarakat lokal.
kegiatan yang sangat penting, sehingga pembeli Pengembangan dan pemberdayaan
mendapat keuntungan maksimal dengan resiko masyarakat melibatkan perencanaan,
384
385

pengorganisasian dan pengembangan berbagai Partisipasi dalam bentuk pendanaan


aktivitas program yang bertujuan untuk (harta benda), masyarakat berpartisipasi dengan
meningkatkan taraf hidup atau kesejahteraan memberikan sumbangan berupa makanan untuk
sosial masyarakat serta membina kemandirian mendukung dalam berbagai kegiatan
masyarakat, baik itu secara ekonomi, sosial, pengembangan pariwisata, masyarakat
maupun politik. Partisipasi masyarakat memberikan iuaran keanggotaan, dalam kegiatan
dibutuhkan untuk revitalisasi konsep masyarakat memberikan barang seperti sarana
pembangunan, untuk menghasilkan sebuah prasarana untuk kerja bakti.
perubahan positif bagi kehidupan. (Alfitri, 2011 Partisipasi dalam bentuk tenaga,
:39) masyarakat terlibat dalam berbagai kegiatan
perbaikan desa, gotong royong, ikut serta dalam
Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan
pembangunan sarana dan prasarana pariwisata
Pariwisata Berbasis Masyarakat
dusun, masyarakat terlibat dalam perogram
Dalam pengembangan pariwisata yang kegiatan dari pihak pengurus pariwisata.
ada partisipasi masyarakat Dusun Suwanting Partisipasi ketrampilan, masyarakat
terbilang cukup tinggi hal ini dibuktikan dengan terlibat langsung dalam kegiatan usaha di dusun
respon masyarakat terhadap pariwisata tinggi, seperti jualan makanan siap saji, souvenir,
semua masyarakat menjadi anggota paguyuban peralatan pendaki. Masyarakat juga ada yang
dan berkontribusi sesuai kemampuan individu memiliki keahlian dalam pemasaran. Partisipasi
masing-masing. Huraerah (2011: 116) sosial, dimana masyarakat ikut duduk sebagai
menyebutkan bentuk-bentuk partisipasi ada 5 pengelola pariwisata.
yakni :1) pikiran, 2) tenaga, 3) harta benda, Tahapan partisipasi masyarakat Dusun
4)keahlian, 5) sosial. Dimana hal ini juga sama Suwanting saling berinteraksi dan memberi
dengan apa yang telah masyarakat Suwanting tanggapan atas pendapat dalam perencanaan,
berikan untuk pengembangan pariwisata pelaksanaan, pemeliharaan dan pengembangan
pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu di serta menilai atau mengevaluasi pembangunan
Dusun Suwanting. Bentuk partisipasi yang pariwisata. Hal ini sesuai dengan teorinya
diberikan oleh masyarakat untuk pengembangan Priasukmana dan Mulyadin (2001:39-40)
pariwisata pendakian adalah pikiran, pendanaan, menjabarkan bentuk partisipasi masyarakat pada
tenaga, ketrampilan, dan partisipasi sosial. setiap tahapan pengembangan desa wisata yakni
Partisipasi dalam bentuk pikiran, 1) perencanaan, 2) pelaksanaan pembangunan, 3)
masyarakat ikut serta menikuti forum pengelolaan dan 4) evaluasi.
pengembangan pariwisata, masyarakat berperan Perencanaan dimana masyarakat
aktif dalam pengambilan keputusan dalam forum, mengikuti pertemuan/rapat dan berkonsultasi
masyarakat berperan aktif dalam memberikan dengan pihak pengurus pariwisata dan tokoh
saran dan pendapat pada forum pengembangan masyarakat, memberikan informasi dengan
pariwisata pendakian Taman Nasional Gunung identifikasi potensi dan
Merbabu di Dusun Suwanting permasalahan,dikemukakan oleh salah satu panitia
385
386

kemudian , yang lainnya memberikan tangapan lapangan pekerjaan di sektor pariwisata sehingga
saat perencanaan dan menyusun anggaran pendapatan masyarakat dapat berkembang. Dalam
Dalam pelaksanaannya masyarakat dimensi sosial yakni peningkatan kebanggan
melaksanakannya sesuai perencanaan dimana komunitas dan dimensi budaya yakni mendorong
masing-masing individu memiliki peran masing- masyarakat untuk menghormati nilai budaya yang
masing. Seperti terlibat dalam kegiatan ada. Dimensi lingkungan dengan indikator
pengembangan pariwisata, turut memberikan terjaganya daya dukung lingkungan, adanya
sumbangan pikiran dana, tenaga, dan keahlian. sistem pengelolaan sampah yang baik,
Pengelolaan, masyarakat turut meningkatnya kepedulian akan perlunya
berpartisipasi dalam mengelola pariwisata yang konservasi dan preservasi lingkungan
meliputi tenaga pemungut retribusi, juru parkir,
juru keamanan, guide. Selain itu masyarakat juga Faktor pendorong dan penghambat partisipasi
melakukan pembangunan dan perawatan, masyarakat
pemeliharan fasilitas penunjang wisata. Turut Tumbuh dan kembangnya partisipasi
membantu mempromosikan pariwisata pendakian masyarakat dalam proses pembangunan,
di Dusun Suwanting, dan mendukung kegiatan mensyaratkan adanya kepercayaan dan
pariwisata yang telah ada. kesempatan kepada masyarakat oleh pemerintah,
Evaluasi, masyarakat turut mengawasi karena masyarakat merupakan obyek dari adanya
jalannya kegiatan pengembangan pariwisata, pembangunan. Dilain pihak partisipasi masyarakat
mengawasi kegiatan-kegiatan negatif yang bisa juga ditentukan oleh adanya kemauan dan
merusak citra pariwisata. Selain itu masyarakat kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi.
juga mengevaluasi penyelenggaran kegiatan Begitu pula dengan pengembangan pariwisata
pariwisata. berbasis masyarakat dipengaruhi oleh tinggi
Manfaat yang dirasakan saat masyarakat rendahnya partisipasi masyarakat.
ikut berpartisipasi dalam pengembangan
Faktor Pendorong
pariwisata pendakian yang ada di Dusun
Pengakuan dan penghargaan ataupun
Suwanting mampu memenuhi kebutuhan
kesempatan untuk ikut andil dalam
masyarakat setempat seperti peningkatan
pengembangan pariwisata yang membuat
kesejahteraan masyarakat. Masyarakat menjadi
masyarakat berpartisipasi dengan suka rela tanpa
semakin rukun. Dari adanya pariwisata pendakian
adanya paksaan dari lain pihak. Setiap masyarakat
ini masyarakat menjadi lebih rukun, karena
berpatisipasi karena adanya tuntutan lingkungan
dulunya hanya fokus pada masing-masing RT
untuk saling gotong royong. Setiap masyarakat
saja. Selain itu hutan konservasi menjadi lebih
menginginkan Dusun Suwanting menjadi desa
terawat.
yang lebih baik dan maju sehingga Dusun
Teorinya Sunaryo (2012: 142) yang
Suwanting yang berada di pelosok ini bisa dikenal
mengungkapkan bahwa pengembangan pariwisata
oleh masyarakat luas. Masyarakat ikut
memberikan manfaat pada aspek utama dalam
berpartipasi dengan alasan bahwa partisipasi yang
bidang ekonomi, yakni mampu menciptakan
386
387

diberikan bisa membawa perubahan atau dalam Intensitas untuk berpartisipasi bagi mereka yang
artian kepentingannya dalam partisipasi. memiliki pekerjaan yang terhitung menyita waktu
Manfaat yang dirasakan saat masyarakat membuat warga enggan untuk berpartisipasi
ikut berpartisipasi dalam pengembangan dalam pengembangan pariwisata. Peranan kaum
pariwisata pendakian yang ada di Dusun laki-laki dalam pemeliharaan pariwisata menjadi
Suwanting mampu memenuhi meningkatkan taraf lebih dominan karena membutuhkan banyak
hidup masyarakat setempat seperti peningkatan tenaga saat ada pembenahan jalur baik itu
kesejahteraan masyarakat. Selain itu juga pembenahan pipa air maupun jalur pendakian
membawa manfaat pada dimensi lain seperti sendiri.
dimensi sosial, budaya, lingkungan, dan politik. Pengetahuan terhadap kepariwisataan
Faktor-faktor pendorong yang telah menjadi salah satu modal dasar masyarakat dalam
dipaparkan diatas sesuai dengan kajian yang mengembangkan pariwisata didaerahnya.
diungkapkan oleh Jim Ife dan Frank Teoriero Sayangnya pengetahuan dan wawasan tentang
(2008: 309 -314) yang mengemukakan bahwa konservasi hutan dan pengeloaan pariwisata masih
program pengembangan masyarakat harus terbilang rendah. Serta kesulitan masyarakt dalam
mendorong pengakuan dan peningkatan hak bekomunikasi dengan wisatawan asig. Hal ini
maupun kewajiban untuk berpartisipasi. Kondisi disebabkan oleh tingkat pendidikan yang rendah
yang mendorong partisipasi adalah sebagai membuat warga tidak bisa berpartisipasi secara
berikut: (1) kepentingan aktiftias, (2) perubahan maksimal. Faktor eksternalnya adalah kurangnya
yang terjadi, 3) pengakuan dan penghargaan, (4) perhatian dari pemerintah setempat, sehingga
dukungan. Dan berdasarkan hasil penelitian oleh membuat pengelolaan pariwisata kurang berjalan
Taliziduhu Ndraha mengemukakan bahwa secara maksimal.
masyarakat tergerak untuk berpartisipasi jika: (1) Hal tersebut sesuai dengan teorinya Dea
organisasi sudah dikenal, (2) kebermanfaatan Devianti (2013: 84) yang menyatakan bahwa
partispasi, (3) manfaat yang diperoleh, (4) peran faktor yang menghambat individu untuk
masyarakat. berpartisipasi adalah faktor internal yang terdiri
dari mata pencaharian dan tingkat pendidikan dan
Faktor Penghambat
faktor eksternal, yakni campur tangan dari
Pada dasarnya masyarakat Dusun stakeholder seperti pemerintah daertah, RT/Rw
Suwanting sangat ingin untuk ikut berpartisipasi ataupun yang lainnya.
dalam pengembangan pariwisata di desanya.
Upaya Mengatasi Hambatan
Namun hambatan-hambatan yang mereka hadapi
Untuk mengatasi hambatan tersebut
membuat partisipasi yang mereka lakukan belum
pengurus mendorong masyarakat untuk
maksimal.
berpartisipasi aktif mengembangkan pariwisata.
Latar belakang pekerjaan masing-masing
Secara inisiatif dan dibantu oleh warga
individu yang berbeda-beda membuat kesibukan
masyarakat Dusun Suwanting, tim perempuan
individu berbeda-beda dan penyempatan waktu
berpartisipasi dengan memberikan kebutuhan
untuk ikut berpartisipasi menjadi berbeda-beda.
387
388

pendaki (berjualan) melalui menyediakan berbentuk ide, dana, tenaga, keahlian. Tahapan
makanan ataupun konsumsi baik yang masih partisipasi yakni perencanaan, pelaksanaan, dan
mentah maupun olahan bahan mentah (makanan evaluasi. Partisipasi masyarakat bermanfaat pada
siap saji). Untuk mengatasi kecelakaan yang ada peningkatan taraf hidup masyarakat dari aspek
di gunung ataupun perawatan konservasi hutan pengetahuan, ekonomi, sosial, lingkungan, dan
sebagai kawasan pariwisata maka pihak pengurus politik 3) Faktor pendorong partisipasi masyarakat
bekerjasama dengan pihak Taman Nasional adalah diberikannya kesempatan, tuntutan
Gunung Merbabu mengadakan penyuluhan dan lingkungan, untuk kemajuan daerah, sikap saling
pelatihan tentang bagaimana mengelola menghargai, manfaat yang dirasakan. Faktor
konservasi hutan yang baik, dan menanganinya penghambat partisipasi adalah latar belakang
saat terjadi bencana. pendidikan, pekerjaan, jenis kelamin,.Upaya
Partisipasi masyarakat akan berkembang untuk mengatasinya masyarakat didorong ikut
apabila terdapat kesempatan masyarakat untuk berpartisipasi, dan kerjasama instansi untuk
berpartisipasi, dan kesempatan partisipasi akan penyuluhan dan pelatihan.
mampu menumbuhkan, menggerakkan, dan
mengembangkan serta memlihara partisipasi Saran
masyarakat. (Aprillia Theresia, 2014: 208). Adapun sarannya adalah: (1) menjalin
kerjasama dengan berbagai pihak agar bisa lebih
SIMPULAN DAN SARAN mengembangkan kualitas dan manfaat dari adanya
Simpulan pariwisata, (2) sering mengikuti pelatihan-
pelatihan berkaitan dengan pengembangan
Partisipasi masyarakat menjadi kunci
pariwisata guna meningkatkan kapasitas sumber
keberhasilan pengembangan pariwisata berbasis
daya manusia dan alam juga meningkatkan
masyarakat di Taman Nasional Gunung Merbabu
kreatifitas agar bisa menampilkan produk-produk
Dusun Suwanting, hasil penelitian menunjukkan
wisata lainnya, (3) Pihak penyelenggara ataupun
bahwa : 1) Bentuk pengembangan pariwisata
pemerintah lainnya hendaknya memfasilitasi dan
berbasis masyarakat berupa masyarakat terlibat
memberikan kemudahan-kemudahan yang
dalam pengembangan pariwisata untuk dalam
diperlukan untuk merealisasikan gagasan-gagasan
mempertajam dan memantapkan citra pariwisata
masyarakat dalam hal pengembangan pariwisata.
dengan peningkatan pemasaran melalui media
(4) Pendekatan multipihak dengan melibatkan
sosial dan aksesbilitas. Kegiatan untuk
semua pihak, dapat menyelaraskan persepsi
meningkatkan mutu kerja dan pelayanan yakni :
tentang tujuan pengembangan pariwisata berbasis
studi bunding, mengikuti pameran, pembenahan
masyarakat dimana salah satu tujuannya adalah
pariwisata jalur pendakian, pelatihan SAR,
meningkatkan taraf hidup masyarakat dalam
operasi bersih, pelatihan penanganan kebakaran
pembangunan.
hutan, penanaman dan penghijauan, rapat rutin,
pelatihan pemandu gunung, 2) Partisipasi DAFTAR PUSTAKA
masyarakat dalam pengembangan pariwisata

388
389

Alfitri. (2011). Community Development : Priaksukmana, Soetarso & R. Mohammad


Teori dan Aplikasi. Yogyakarta : Pustaka Mulyadin. (2001). Pembangunan Desa
Pelajar. Wisata L Pelaksanaan Undang-Undang
Otonomi Daerah. Info Sosial Ekonomi
Data Statistik Pengunjung Taman Nasional Vol 2. No 1
Gunung Merbabu berdasarkan
Perlindungan Hutan dan Konservasi Spillance, JJ. (1993). Ekonomi Pariwisata,
Alam. Sejarah dan Prospeknya. Diterjemahkan
oleh Andiyanto.Yogyakarta: Kanisius.
Damanik, Janianton, et al. 2005. Proverty
Alleviation Through Tourism= Sugiyono. (2014). Metode Penelitian
Penanggulangan Kemiskinan Melalui Pendidikan pendekatan Kuantitatif,
Pariwisata. Yogyakarta : Center for Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Tourism Studies Gadjah Mada
University. Sunaryo, Bambang. (2013). Kebijakan
Pembangunan Destinasi Pariwisata
Demartoto, Argyo. (2009). Pembangunan Konsep dan Aplikasinya di Indonesia.
Pariwisata Berbasis Masyarakat Yogyakarta: Gava Media.
Surakarta: Sebelas Maret University
Press. Suwantoro, Gamal. (2004). “Dasar-Dasar
Pariwisata”, Yogyakarta: Andi.
Handout Mata Kuliah Concept Resort and
Leisure, Strategi Pengembangan dan Theresia, Aprillia, et al. (2014). Pembangunan
Pengelolaan Resort and Leisure. Gumelar Berbasis Masyarakat. Bandung:
S.Satrayuda 2010. Pdf (diakses pada 23 Alfabeta.
November 2016 pukul 00.43). Undang-Undang nomor 10 tahun 2009 tentang
Herdiansyah, Haris. 2010. Metodologi kepariwisataan, dalam pasal 19 ayat 2.
Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu
Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.
Hazliansyah. Jumlah Pengunjung Web Resmi
Pariwisata Indonesia Meningkat Tajam.
(22 September 2015).
www.republika.co.id
Huraerah, Abu. (2011). Pengorganisasian
&Pengembangan Masyarakat. Bandung:
Humaniora.
IFE, Jim & Tesoriero, Frank. (2008).
Community Development: Alternatif
Pengembangan Masyarakat di Era
Globalisasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Moleong, Lexy. (2005). Metodologi Peneletian
Kualitatif. Bandung: PT. Rosdakarya.
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.56
/Menhut-II/ 2006 tentang Pedoman
Zonasi Taman Nasional Menteri
Kehutanan, Taman Nasional merupakan
Kawasan Pelestarian Alam (KPA).

389

You might also like