Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
Dairy cows are producing milk that is used as a source of essential nutrients
to support growth. Disease is the biggest obstacle in optimizing the production of
milk. Among the diseases that often occur in dairy cows is a disease of
reproductive disorders. One of dairy cow reproductive disease is an inflammation
of the multiple layers of the uterus, usually attacking the endometrium to the
myometrium or called metritis. The purpose of Praktik Kerja Lapangan II is
studying the treatment of metritis in dairy cows in PT Ultra Peternakan Bandung
Selatan (UPBS). Praktik Kerja Lapangan II (PKL II) held from January 18th to
April 17th 2016. Observation of treatment of metritis in dairy cows in PT UPBS it
can be concluded intrauterine treatment with Amphoprim® entering into the
uterus. Antibiotics do after intrauterine treatment carried out by injecting
Marbocyl® (antibiotics) with dosage 2 mg/weight or Vetadryl® (antihistamine)
with dosage 1,25-2,50 mg/100 kg intramuscularly. If severe metritis cases handled
by flushing Oxytetracycline into the uterus. The incidence of metritis in PT UPBS
from 3 January to 9 February 2016 as many as 35. The treatment of metritis by
checking the health of dairy cows every day. Health checks performed include
measurement of temperature and rectal palpation to determine the condition of the
uterus.
RINGKASAN
NIKI SIWI UTAMI. Perawatan Metritis Pada Sapi Perah di PT Ultra Peternakan
Bandung Selatan. Dibimbing oleh ERNI SULISTIAWATI.
Sapi jenis Friesian Holstein (FH) merupakan sapi penghasil susu yang
digunakan sebagai sumber gizi penting untuk menunjang pertumbuhan makhluk
hidup, khususnya manusia. Perusahaan yang memproduksi susu sapi segar dengan
kualitas tinggi harus memperhatikan sejumlah aspek dalam pengelolaan
manajemen yang juga mencakup faktor genetik dan lingkungan. Penyakit
merupakan kendala terbesar untuk mencapai optimalisasi hasil produksi susu.
Adapun penyakit yang sering terjadi pada sapi perah adalah akibat gangguan
reproduksi seperti metritis. Metritis adalah peradangan pada beberapa lapisan
uterus endometrium hingga miometrium akibat infeksi bakteria. Tujuan laporan
akhir adalah untuk mendapatkan informasi perawatan metritis pada sapi perah di
PT. Ultrajaya Peternakan Bandung Selatan (UPBS).
Praktik Kerja Lapangan II (PKL II) dilaksanakan mulai tanggal 18 Januari
sampai dengan 17 April dengan tempat di PT Ultra Peternakan Bandung Selatan
(UPBS), Koperasi Peternakan Sapi Bandung Utara (KPSBU) Lembang dan Erif
Farm Cisarua Bogor. Pengambilan judul laporan akhir di PT Ultra Peternakan
Bandung Selatan pada tanggal 18 Januari sampai 17 Pebuari 2016. Metode
pengumpulan data meliputi data primer berupa dokumentasi baik foto-foto
kegiatan dan pencatatan dari segala data diperoleh dalam pemeriksaan kesehatan
harian sapi, perawatan kasus metritis dimulai dari persiapan obat dan aplikasi
obat dibawah supervisi dokter hewan, serta pencatatan suhu tubuh harian sapi.
Data sekunder diperlukan untuk mendukung kesempurnaan penulisan laporan
akhir mencakup wawancara atau diskusi dengan divisi kesehatan, penelusuran
studi pustaka, dan pengumpulan dokumen yang diberikan oleh pihak PT. UPBS.
Hasil pemeriksaan kesehatan harian pada sapi-sapi perah di PT UPBS dari
tanggal 03 Januari sampai 09 Febuari 2016 menunjukkan adanya kasus metritis
pada 35 ekor sapi perah. Persiapan pra penanganan metritis meliputi persiapan
alat perlidungan diri, peralatan (termometer, stetoskop, dipping, selang IB Gun
untuk flushing dan spoit) dan obat-obatan (antibiotik dan vitamin). Penanganan
metritis di PT Ultra Petrnakan Bandung Selatan adalah pengobatan intrauterine
dengan memasukan Amphoprim® ke dalam uterus dan pemberian antibiotik
dengan menyuntikan Marbocyl® (antibiotik) dengan dosis 2 mg/kgBB dan
Vetadryl® (antihistamin) dengan dosis 1,25-2,50mg/100 kg BB secara
intramuskular. Pemberian hormon oksitosin secara intramuskular dengan dosis 4
ml/kgBB juga dilakukan untuk sapi yang plasentanya tidak keluar lebih dari 5
hari setelah melahirkan. Jika kasus metritis parah penanganannya dengan flushing
Oxytetracyclin ke dalam uterus. Oxytetracyclin yang diberikan sebanyak 10 ml
dan diencerkan ke dalam aquadest 100 ml. Perawatan yang dilakukan dengan
pengecekan kesehatan sapi perah setiap hari yang meliputi pengukuran suhu dan
palpasi per rektal untuk mengetahui kondisi uterus.
Kata kunci: metritis, PT. Ultrajaya Peternakan Bandung Selatan (UPBS), sapi
perah, uterus
8
9
Laporan Akhir
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya
pada
Program Keahlian Paramedik Veteriner
Disetujui oleh
Diketahui oleh
Tanggal lulus :
12
13
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-
Nya sehingga laporan akhir ini berhasil diselesaikan. Judul laporan akhir yang
dipilih dalam kegiatan praktik kerja lapangan yang dilaksanakan sejak tanggal 18
Januari sampai 18 April 2016 ini ialah Perawatan Metritis Pada Sapi Perah di PT
Ultrajaya Peternakan Bandung Selatan.
Penyelesaian laporan akhir ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak baik
langsung maupun tidak langsung, untuk itu penulis ucapkan terima kasih kepada
Dr drh Erni Sulistiawati, SP1 selaku dosen pembimbing. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada Drh Mikael Putro Utomo dan Drh Wandi
Himawan selaku pembimbing lapangan dan staf karyawan di PT UltraJaya
Peternakan Bandung Selatan yang telah memberikan banyak bantuan selama
pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orang
tua, ayahanda Djoko Suntari dan ibunda Suwawik yang telah memberikan doa,
dukungan, dan semangat untuk penulis dalam menyelesaikan laporan akhir ini.
Penulis menyadari bahwa laporan akhir ini masih banyak kekurangan
sehingga penulis terbuka terhadap saran dan kritik yang diberikan untuk
menambah ilmu pengetahuan. Akhir kata, semoga karya ini bermanfaat untuk
pembaca dan ilmu pengetahuan. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat untuk
waktu kedepan.
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR LAMPIRAN ix
1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 2
2 METODE KAJIAN 2
2.1 Lokasi dan Waktu 2
2.2 Metode Pengumpulan Data 2
2.3 Tinjauan Pustaka 2
2.3.1 Sapi Friesian Holstein (FH) 2
2.3.2 Organ reproduksi sapi perah betina 4
2.3.3 Metritis 5
3 KEADAAN UMUM PT UPBS 6
3.1 Sejarah 6
3.2 Letak Geografis 7
3.3 Visi dan Misi Lembaga 8
3.4 Struktur Lembaga 9
3.5 Kegiatan Lembaga 9
4 PERAWATAN METRITIS PADA SAPI PERAH 11
4.1 Data Metritis pada Sapi Perah di PT Ultra Peternakan Bandung Selatan
(UPBS) 11
4.2 Identifikasi Metritis pada Sapi Perah 13
4.3 Persiapan Pra Penanganan Metritis pada Sapi Perah 13
4.3 Teknik Penanganan dan Perawatan Metritis 14
4.4 Pencegahan Metritis 18
5 SIMPULAN DAN SARAN 18
5.1 Simpulan 18
5.2 Saran 19
DAFTAR PUSTAKA 20
LAMPIRAN 23
DAFTAR GAMBAR
6 (a) Kandang jepit di PT UPBS; (b) Obat-obatan dan spoit; (c) Wearpack;
(d) Sarung tangan plastik 14
7 (a) Pengeluaran eksudat metritis; (b) Pemasukan antibiotik intrauterine;
(c) Penyuntikan antibiotik; (d) Penyemprotan antibiotik ke dalam uterus 15
8 (a) Vetadryl Inj®; (b) Marbocyl® (c); Amphoprim® ; (d) Oxytocin-10® ;
(e) Vet Oxy LA® 16
DAFTAR LAMPIRAN
1 PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan laporan akhir adalah mendapatkan informasi dengan ikut serta dalam
perawatan metritis pada sapi perah di PT. Ultrajaya Peternakan Bandung Selatan
(UPBS) dan mengimplemnetasikan semua pengetahuan yang diperoleh selama
masa perkuliahan.
2 METODE KAJIAN
2.3.2 Organ reproduksi sapi perah betina ( mohon maaf dok saya tidak
menemukan jurnal yang tahun 2000 ke atas untuk organ reproduksi
sapi betina, tahun 1995 ini yang paling baru saya temukan. Mohon
maaf dok)
Organ reproduksi betina sapi perah betina terdiri dari organ primer dan
sekunder. Organ reproduksi primer yaitu ovaria, menghasilkan ovarium dan
hormon-hormon kelamin betina. Organ reproduksi sekunder atau saluran
reproduksi terdiri dari tuba fallopi (oviduct), uterus, cervix, vagina dan vulva.
Secara anatomi alat reproduksi betina terdiri dari gonad atau ovarium, saluran-
saluran reproduksi, dan alat kelamin luar .
2.3.3 Metritis
Metritis adalah peradangan yang terjadi pada beberapa lapisan uterus yang
biasanya menyerang endometrium hingga miometrium. Metritis dapat terjadi
karena penanganan kelahiran yang tidak steril, laserasi akibat distokia, kurangnya
nutrisi sehingga terjadi gangguan hormonal yang menyebabkan system kekebalan
pada uterus terganggu. Selain itu juga disebabkan oleh kontaminasi bakteri pada
saat proses perkawinan alami maupun IB. Kasus metritis dimulai pada periode
post partum hingga waktu uterus kembali ke ukuran normal (involusi uteri).
Manajemen kebersihan dan sanitasi yang optimal selama periode involusi adalah
hal yang penting untuk meminimalisasi resiko infeksi. Sapi sangat rentan terhadap
infeksi selama periode stres ini (Galvao 2012).
Sebagian besar mikroorganisme telah terlibat sebagai penyebab metritis.
Bakteri, virus, jamur dan protozoa telah berkembang dari uterus ketika sapi
terserang metritis. Mikroorganisme terutama bakteri dan jamur menginfeksi
uterus selama calving atau periode postcalving awal. Saluran reproduksi sangat
rentan pada periode ini, terutama jika terjadi luka pada vagina atau vulva.
Pertolngan kelahiran dapat menyebabkan mikroorganisme masuk ke dalam uterus.
Metritis juga dapat diakibatkan dari infeksi menular lain dari dalam tubuh seperti
rhinotracheitis (IBR), bovine virus diare (BVD) atau leptospirosis yang kemudian
menyebar ke uterus (Billy 2009).
Kasus metritis biasanya didahului terjadinya inersia uterine dan retensi
plasenta hal ini dapat memicu perkembangan mikroorganisme infeksius seperti C.
pyogenes, Stapilococcus hemolitik dan Streptococcus grup C yang akan
berkolonisasi pada dinding uterus sehingga terjadi infiltrasi sel radang yang dapat
mengakibatkan kerusakan jaringan pada dinding uterus. Beberapa bakteri tersebut
6
dapat menghasilkan toksin yang sebagian dari itu akan terserap tubuh dan
sebagian yang lain akan keluar bersama lochia. Bila bakteri memasuki aliran
darah akan menimbulkan septicemia yang dimanisfestasikan dalam gejala berupa
demam, gejala lain yang dapat timbul diantaranya depresi, anoreksia, penurunan
produksi susu, diare yang disebabkan toksin dari bakteri tersebut, vulva vaguna
biasa tampak bengkak dan kongesti, peritonitis, pneumonia, poliartritis (radang
sendi). Pada metritis sklerotik lapisan endometrium biasanya akan berubah
menjadi jaringan ikat tebal berlapisan padat, yang disertai foci dari infeksi, dan
eksudat purulen, terjadi nekrosis pada karunkula (Colin 2003).
Pengejanan dari abdominal dan keluar leleran berwarna kemerahan sampai
cokelat berbau busuk dari vulva. Sangat umum terjadi toksemia, septicaemia,
pyrexia (40–41°C), tachypnoea, tachycardia (100/menit), anorexia, rumen stasis
and dehydration, toxaemia menginduksi diarrhoea dan shock. Infeksi juga dapat
menyebar dari dinding uterus kedalam peritoneum, yang akan menyebabkan
peritonitis. Uterus berisi toksin, eksudat busuk, kemerahan dan serous. Eksplorasi
rectum meyebabkan rasa tidak nyaman dan disertai usaha expulsive persistent.
Sering juga diikuti dengan mastitis, terutama pada saat rebah dan juga sering
dibarengi dengan hipokalsemia. Vulva dan vagina membengkak. (Arthur 2001).
Diagnosa metritis dilihat dari gejala klinis dan palpasi perektal. Hal ini
sangat penting untuk mendiagnosis di awal periode pasca melahirkan. Setiap sapi
harus menerima pemeriksaan postpartum awal laktasi sebagai bagin dari program
kesehatan rutin. Metritis sering didiagnosis dengan kehadiran eksudat purulen.
Diagnosa lebih lanjut dilakukan dengan pengambilan sampel dari eksudat,
aspirates dan jaringan samples untuk culture dan histopathology. Blood dan
MacConkey Agar diinokulasi dengan specimen dan diinkubasi 37OC untuk 5 hari
(Galvao 2012).
Kriteria yang diperhatikan pada saat palpasi per rektal dan pemeriksaan
vagina adalah ukuran uterus, ketebalan dinding uterus, dan cairan yang keluar dri
vulva dilihat dari warna, bau serta konsistensinya. Sebuah riwayat trauma pada
saat proses kelahiran, distokia, retensi plasenta, eksudat purulen selama peiode
setelah melahirkan mendukung diagnosis metritis. Tingkat keparahan metritis
tergantung dari agen infeksi yang menyerang, lamanya infeksi, status gizi dan
kesehatan keseluruhan dari sapi yang terinfeksi (Arthur 2001).
3.1 Sejarah
Populasi sapi perah Friesian Holstein di UPBS adalah 3000 ekor dan sedikit
diantaranya Jersey cross yang terbagi atas calf, heifer, induk laktasi, induk
bunting besar dan bull. Sebagian besar dari populasi tersebut diklasifikasikan
dalam kandang yang berbeda berdasarkan status produksinya, sedangkan untuk
calf (pedet) dan heifer (sapi dara) dibedakan atas umur dan bobot badan. Selain
itu, induk laktasi dipisahkan berdasarkan produksinya, yakni low production,
middle production dan high production.
Luas lahan yang dimiliki PT. Ultra Peternakan Bandung Selatan secara
keseluruhan adalah 65 ha dengan bentuk tanah yang tidak rata dan miring.
Adapun penggunaan areal lahan dari PT. Ultra Peternakan Bandung Selatan antara
lain :
a) Kebun rumput dan dua lagoon : 36 ha
b) Bangunan kandang : 10 ha
c) Gudang pakan, kantor HRD dan fasilitas karyawan: 19 ha (fasilitas: mess
karyawan, kantin, tempat parkir, lapangan olahraga dan jalan).
Visi dari PT. Ultra Peternakan Bandung Selatan adalah menjadi perusahaan
yang memproduksi susu sapi segar yang berkualitas baik sesuai dengan
9
standarisasi susu dan keamanan pangan. Misi dari PT. Ultra Peternakan Bandung
Selatan yaitu untuk mewujudkan visi yang telah ditetapkan, maka perlu
dijabarkan lebih operasional dalam misi. Adapun misi PT. UPBS adalah sebagai
berikut :
1. Menyelenggarakan pelatihan teknis dan fungsional di bidang
kesehatan hewan dan kesehatan pekerja di PT. UPBS.
2. Melaksanakan pengembangan sarana dan prasarana pelatihan di
bidang kesehatan hewan. Dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada,
maka tujuan yang ingin dicapai PT. UPBS dalam 5 tahun ke depan, antara
lain (1) Mengembangkan perusahaan; (2) Mengembangkan ketenagaan; (3)
Mengembangkan populasi sapi; (4) Mengembangkan sarana dan prasarana;
(5) Menngembangkan jejaring sumber daya manusia yang berkualitas dan
berdedikasi tinggi di bidang peternakan khususnya sapi perah
3.4 Struktur Lembaga
Jenis kegiatan yang dilakukan di PT. UPBS ini adalah memproduksi susu
segar yang akan dikirimkan ke PT Ultrajaya tbk yang sesuai dengan dan
keamanan pangan. Kegiatan yang dilakukan di PT. UPBS meliputi milking
(pemerahan) dengan sistem milking parlour, pakan yang terdiri dari pergudangan,
kantor dan laboratorium, perkandangan yang terdiri atas bidang breeding, fresh
cows, hospital, pemeliharaan pedet, dan foot treaming (pemotongan kuku).
yang digunakan untuk foot treaming adalah pisau kuku, lem, serbuk kayu dan alas
sepatu sapi.
J
U
12
M
L
A 10
H
S 8
A
P
6 Jumlah
I
M 4
E
T
R 2
I
T
I 0
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5 Minggu 6 (5 Periode
S kejadian
(1-7 Januari (8-14 (15-21 (22-28 (29 Januari- Febuari-9
2016) Januari Januari Januari 4 Febuari Febuari metritis
2016) 2016) 2016) 2016) 2016)
Metritis adalah peradangan yang terjadi pada sejumlah lapisan uterus yang
biasanya mencakup selaput lendir pada lapisan dinding uterus (endometrium)
hingga lapisan otot polos pada dinding uterus (miometrium). Perbedaan metritis
dengan endometritis adalah bahwa endometritis hanya melibatkan endometrium,
namun seringkali penamaan metritis merujuk pada kedua kondisi tersebut
(metritis dan endometritis). Metritis dapat dideteksi dengan palpasi rektal, yakni
terjadinya peningkatan ukuran dan ketebalan dinding uterus, sedangkan melalui
ultrasonografi akan ditemukan dinding uterus menebal dan badan uterus
membuncit serta sejumlah sejumlah besar cairan anechoic hadir dalam lumen
bersama dengan partikel echogenic (Hafez 2000).
Metritis adalah salah satu penyakit gangguan reproduksi pasca melahirkan
di PT Ultra Peternakan Bandung Selatan. Informasi yang didapatkan penulis dari
pihak PT Ultra Peternakan Bandung Selatan faktor penyebab metritis di lapangan
sebagian besar karena retensi plasenta dan penanganan kelahiran. Retensi plasenta
terjadi karena servik yang menutup terlalu cepat, abortus, kekurangan hormon
oksitosin, kelahiran prematur, kelahiran kembar, dan kekurangan vitamin seperti
selenium dan kalsium (Arthur 2001). Gejala klinis metritis di PT Ultra Peternakan
Bandung Selatan yaitu keluar lendir dari vulva yang encer, bewarna merah
kecoklatan, bau dan biasanya disertai dengan suhu tubuh yang tinggi apabila
peradangan sudah parah. Jika di palpasi per rektal tampak ukuran uterus dan
servik yang membesar akibat pembengkakan. Gejala klinis metritis di PT Ultra
Peternakan Bandung Selatan dapat dilihat pada Gambar 5.
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 6 (a) Kandang jepit di PT UPBS; (b) Obat-obatan dan spoit; (c)
Wearpack; (d) Sarung tangan plastik
(a) (b)
(c) (d)
(d) (e)
Gambar 8 (a) Vetadryl Inj®; (b) Marbocyl® (c) Amphoprim® ; (d) Oxytocin-10® ;
(e) Vet Oxy LA®
Vetadryl® adalah produk yang mengandung diphenhydramine HCI,
digunakan untuk menghambat pengeluaran histamin yang berlebihan (alergi).
Reaksi alergi dapat disebabkan oleh makanan, lingkungan, penyakit, reaksi
setelah pengobatan atau vaksinasi yang ditunjukkan dengan adanya gejala-gejala
17
seperti gatal-gatal pada kulit, kontraksi otot polos usus, uterus, bronchi dan lain-
lain. Setiap mili Vetadryl® mengandung diphenhydamine HCI sebanyak 20 mg.
Dosis pemakaian Vetadryl® pada ular adalah 0,1 mg/kg berat badan dan diberikan
secara injeksi intar muskular (Papich 2007). Gambar Vetadryl® dapat dilihat pada
gambar 8(a).
Marbocyl® adalah produk yang mengandung Marbofloxacin 10% yang
digunakan sebagai antibiotik. Marbofloxacin adalah asam karboksilat derivatif
generasi ketiga fluorokuinolon antibiotik. Mekanisme kerjanya dengan merusak
bakteri girase DNA yang menghasilkan bakterisida. Kegiatan yang bakterisida
marbofloxacin tergantung konsentrasi, dengan kematian sel bakteri rentan terjadi
dalam 20-30 menit dari paparan. Seperti fluoroquinolones lainnya, marbofloxacin
telah menunjukkan signifikan efek pasca antibiotik untuk bakteri gram positif dan
negatif. Marbofloxacin untuk infeksi dari kulit , sistem pernapasan dan kelenjar
susu pada anjing dan kucing, serta infeksi saluran kemih. Lamanya pengobatan
biasanya setidaknya lima hari, lebih lama jika ada jamur. Efek samping dari
Marbofloxacin biasanya stress, muntah, anoreksia, kotoran lunak, diare dan
aktivitas hewan menurun (Boothe 2001). Gambar Marbocyl® dapat dilihat pada
gambar 8(b).
Amphoprim® bolus merupakan antibiotik intrauterin, terdiri dari kombinasi
dua antibakteri (Sulphamethoxypyridazine dan trimetoprim) yang bekerja sinergis
dalam memberantas bakteri gram negatif dan gram positif pada ternak ruminansia
(sapi, domba) dan babi, serta efektif terhadap organisme yang resisten terhadap
obat lain. Amphoprim Bolus diindikasikan dalam pengobatan berbagai infeksi
bakteri termasuk infeksi urogenital, pyometra, metritis, vaginitis, nephritis dan
infeksi gastro intestinal. Kombinasi sulphamethoxypyridazine dan trimetoprim
untuk menghambat metabolisme sel bakteri, dengan menghalangi jalur enzimatik
yang mengarah ke sintesis asam folat bakteri. Efeknya adalah bakterisida dalam
organisme rentan, termasuk bakteri gram positif dan gram negatif.
Sulphamethoxypyridazine dan trimetoprim yang mudah diserap dari saluran
pencernaan. Setiap tablet Amphoprim® mengandung bahan aktif 1g
sulphamethoxypyridazine dan 200mg trimetoprim. Gambar Amphoprim® dapat
dilihat pada gambar 8(c).
Oxytocin-10® adalah produk yang mengandung hormon oksitosin 10 IU
setiap ml dan berfungsi sebagai perangsang kontraksi uterus dan kelenjar mamae.
Indikasi Oxytocin-10® adalah memperlancar dan memperbanyak produksi air
susu, mempercepat involusi uteri, mengatasi gangguan reproduksi seperti
kelemahan umum, atoni uterus saat melahirkan dan retentio secundinarum,
pengobatan pembengkakan puting susu serta kelenjar susu dan menggugurkan
kebuntingan yang tidak dikehendaki. Dosis yang diberikan untuk sapi adalah 4-5
ml dan disuntikan secara intramuskular atau subkutan. Gambar Oxytocin-10®
dapat dilihat pada gambar 8(d).
Vet Oxy LA® adalah produk yang mengandung Oxytetracyclin dan
digunakan sebagai antibiotik. Setiap ml Vet Oxy LA® mengandung
Oxytetracycline 200 mg. Indikasi Vet Oxy LA® adalah pengobatan berbagai
penyakit yang disebabkan oleh organisme sensitive terhadap oksitetrasillin pada
ternak. Dosis penggunaan untuk ternak besar adalah 1 ml Vet Oxy LA® per 10 kg
berat badan secara intramuskular. Gambar Vet Oxy LA® dapat dilihat pada
gambar 8(e).
18
5.1 Simpulan
5.2 Saran
Hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi kejadian metritis pada sapi
perah di PT Ultra Peternakan Bandung Selatan yaitu dengan melakukan
penanganan kelahiran yang lebih higiene, serta kebersihan alat-alat kandang yang
digunakan dan petugas lebih ditingkatkan lagi. Selain itu, pada saat melakukan
inseminasi buatan pemberian straw melihat calving east (tingkat kemudahan
proses kelahiran) terlebih dahulu untuk mengurangi resiko distokia selain melihat
pedigree (silsilah keturunan). Jika calving east tinggi maka fetus yang dilahirkan
ukurannya besar.
20
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
24
25
intrauterine
31. 802717 39.5 6.0 2 03/02/2016 Injeksi Marbocyl,
injeksi Vetadryl dan
Amphoprim secara
intrauterine
32. 802784 39.4 5.0 4 05/02/2016 Injeksi Marbocyl
33. 802747 38.9 5.8 14 06/02/2016 Injeksi Marbocyl
34. 802742 - 8.0 8 09/02/2016 Injeksi Marbocyl dan
Amphoprim secara
intrauterine
35. 802653 39.9 6.0 4 09/02/2016 Injeksi Marbocyl,
injeksi Vetadryl dan
Amphoprim secara
intrauterine
30
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 13 Agustus 1995 di Kediri, Jawa Timur.
Penulis adalah anak pertama dari lima bersaudara pasangan Bapak Djoko Suntari
dan Ibu Suwawik .
Penulis mengawali pendidikan sekolah taman kanak-kanak pada tahun 2000
di Tk. Dharma Wanita, sekolah dasar pada tahun 2001 di Sekolah Dasar Negeri
01 Brenggolo dan diselesaikan pada tahun 2007. Pendidikan lanjutan tingkat
pertama dimulai pada tahun 2007 dan diselesaikan pada tahun 2010 di SMPN 1
Gurah. Penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 4
Kediri pada tahun 2010 dan diselesaikan pada tahun 2013 .
Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2013 melalui jalur
Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Program Keahlian
Paramedik Veteriner, Program Diploma.
54
1