You are on page 1of 71

1

PERAWATAN METRITIS PADA SAPI PERAH DI


PT ULTRAJAYA PETERNAKAN
BANDUNG SELATAN (UPBS)

NIKI SIWI UTAMI

PROGRAM KEAHLIAN PARAMEDIK VETERINER


PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
2
3

PERNYATAAN MENGENAI LAPORAN AKHIR DAN


SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa laporan akhir berjudul “Perawatan


Metritis Pada Sapi Perah di PT Ultrajaya Peternakan Bandung Selatan (UPBS) ”
benar karya saya sendiri dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain
telah disajikan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir
laporan akhir ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, April 2016

Niki Siwi Utami


NIM J3P113047
4
5

ABSTRACT

NIKI SIWI UTAMI. Metritis tretament in Dairy Cows in PT UltraJaya


Peternakan Bandung Selatan. Supervised by ERNI SULISTIAWATI.

Dairy cows are producing milk that is used as a source of essential nutrients
to support growth. Disease is the biggest obstacle in optimizing the production of
milk. Among the diseases that often occur in dairy cows is a disease of
reproductive disorders. One of dairy cow reproductive disease is an inflammation
of the multiple layers of the uterus, usually attacking the endometrium to the
myometrium or called metritis. The purpose of Praktik Kerja Lapangan II is
studying the treatment of metritis in dairy cows in PT Ultra Peternakan Bandung
Selatan (UPBS). Praktik Kerja Lapangan II (PKL II) held from January 18th to
April 17th 2016. Observation of treatment of metritis in dairy cows in PT UPBS it
can be concluded intrauterine treatment with Amphoprim® entering into the
uterus. Antibiotics do after intrauterine treatment carried out by injecting
Marbocyl® (antibiotics) with dosage 2 mg/weight or Vetadryl® (antihistamine)
with dosage 1,25-2,50 mg/100 kg intramuscularly. If severe metritis cases handled
by flushing Oxytetracycline into the uterus. The incidence of metritis in PT UPBS
from 3 January to 9 February 2016 as many as 35. The treatment of metritis by
checking the health of dairy cows every day. Health checks performed include
measurement of temperature and rectal palpation to determine the condition of the
uterus.

Keywords : dairy cows, metritis care, PT UltraJaya Peternakan Bandung


Selatan (UPBS), uterus.
6
7

RINGKASAN

NIKI SIWI UTAMI. Perawatan Metritis Pada Sapi Perah di PT Ultra Peternakan
Bandung Selatan. Dibimbing oleh ERNI SULISTIAWATI.

Sapi jenis Friesian Holstein (FH) merupakan sapi penghasil susu yang
digunakan sebagai sumber gizi penting untuk menunjang pertumbuhan makhluk
hidup, khususnya manusia. Perusahaan yang memproduksi susu sapi segar dengan
kualitas tinggi harus memperhatikan sejumlah aspek dalam pengelolaan
manajemen yang juga mencakup faktor genetik dan lingkungan. Penyakit
merupakan kendala terbesar untuk mencapai optimalisasi hasil produksi susu.
Adapun penyakit yang sering terjadi pada sapi perah adalah akibat gangguan
reproduksi seperti metritis. Metritis adalah peradangan pada beberapa lapisan
uterus endometrium hingga miometrium akibat infeksi bakteria. Tujuan laporan
akhir adalah untuk mendapatkan informasi perawatan metritis pada sapi perah di
PT. Ultrajaya Peternakan Bandung Selatan (UPBS).
Praktik Kerja Lapangan II (PKL II) dilaksanakan mulai tanggal 18 Januari
sampai dengan 17 April dengan tempat di PT Ultra Peternakan Bandung Selatan
(UPBS), Koperasi Peternakan Sapi Bandung Utara (KPSBU) Lembang dan Erif
Farm Cisarua Bogor. Pengambilan judul laporan akhir di PT Ultra Peternakan
Bandung Selatan pada tanggal 18 Januari sampai 17 Pebuari 2016. Metode
pengumpulan data meliputi data primer berupa dokumentasi baik foto-foto
kegiatan dan pencatatan dari segala data diperoleh dalam pemeriksaan kesehatan
harian sapi, perawatan kasus metritis dimulai dari persiapan obat dan aplikasi
obat dibawah supervisi dokter hewan, serta pencatatan suhu tubuh harian sapi.
Data sekunder diperlukan untuk mendukung kesempurnaan penulisan laporan
akhir mencakup wawancara atau diskusi dengan divisi kesehatan, penelusuran
studi pustaka, dan pengumpulan dokumen yang diberikan oleh pihak PT. UPBS.
Hasil pemeriksaan kesehatan harian pada sapi-sapi perah di PT UPBS dari
tanggal 03 Januari sampai 09 Febuari 2016 menunjukkan adanya kasus metritis
pada 35 ekor sapi perah. Persiapan pra penanganan metritis meliputi persiapan
alat perlidungan diri, peralatan (termometer, stetoskop, dipping, selang IB Gun
untuk flushing dan spoit) dan obat-obatan (antibiotik dan vitamin). Penanganan
metritis di PT Ultra Petrnakan Bandung Selatan adalah pengobatan intrauterine
dengan memasukan Amphoprim® ke dalam uterus dan pemberian antibiotik
dengan menyuntikan Marbocyl® (antibiotik) dengan dosis 2 mg/kgBB dan
Vetadryl® (antihistamin) dengan dosis 1,25-2,50mg/100 kg BB secara
intramuskular. Pemberian hormon oksitosin secara intramuskular dengan dosis 4
ml/kgBB juga dilakukan untuk sapi yang plasentanya tidak keluar lebih dari 5
hari setelah melahirkan. Jika kasus metritis parah penanganannya dengan flushing
Oxytetracyclin ke dalam uterus. Oxytetracyclin yang diberikan sebanyak 10 ml
dan diencerkan ke dalam aquadest 100 ml. Perawatan yang dilakukan dengan
pengecekan kesehatan sapi perah setiap hari yang meliputi pengukuran suhu dan
palpasi per rektal untuk mengetahui kondisi uterus.

Kata kunci: metritis, PT. Ultrajaya Peternakan Bandung Selatan (UPBS), sapi
perah, uterus
8
9

PERAWATAN METRITIS PADA SAPI PERAH


DI PT ULTRAJAYA PETERNAKAN
BANDUNG SELATAN (UPBS)

NIKI SIWI UTAMI

Laporan Akhir
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya
pada
Program Keahlian Paramedik Veteriner

PROGRAM KEAHLIAN PARAMEDIK VETERINER


PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
10
11

Judul Laporan Akhir : Perawatan Metritis Pada Sapi Perah di PT Ultrajaya


Peternakan Bandung Selatan (PT UPBS)
Nama : Niki Siwi Utami
NIM : J3P113047

Disetujui oleh

Dr drh Erni Sulistiawati, SP1


Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Bagus P. Purwanto, MAgr Dr drh Gunanti, MS


Direktur Koordinator Program Keahlian

Tanggal lulus :
12
13

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-
Nya sehingga laporan akhir ini berhasil diselesaikan. Judul laporan akhir yang
dipilih dalam kegiatan praktik kerja lapangan yang dilaksanakan sejak tanggal 18
Januari sampai 18 April 2016 ini ialah Perawatan Metritis Pada Sapi Perah di PT
Ultrajaya Peternakan Bandung Selatan.
Penyelesaian laporan akhir ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak baik
langsung maupun tidak langsung, untuk itu penulis ucapkan terima kasih kepada
Dr drh Erni Sulistiawati, SP1 selaku dosen pembimbing. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada Drh Mikael Putro Utomo dan Drh Wandi
Himawan selaku pembimbing lapangan dan staf karyawan di PT UltraJaya
Peternakan Bandung Selatan yang telah memberikan banyak bantuan selama
pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orang
tua, ayahanda Djoko Suntari dan ibunda Suwawik yang telah memberikan doa,
dukungan, dan semangat untuk penulis dalam menyelesaikan laporan akhir ini.
Penulis menyadari bahwa laporan akhir ini masih banyak kekurangan
sehingga penulis terbuka terhadap saran dan kritik yang diberikan untuk
menambah ilmu pengetahuan. Akhir kata, semoga karya ini bermanfaat untuk
pembaca dan ilmu pengetahuan. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat untuk
waktu kedepan.

Bogor, April 2016

Niki Siwi Utami


14
15

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR LAMPIRAN ix
1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 2
2 METODE KAJIAN 2
2.1 Lokasi dan Waktu 2
2.2 Metode Pengumpulan Data 2
2.3 Tinjauan Pustaka 2
2.3.1 Sapi Friesian Holstein (FH) 2
2.3.2 Organ reproduksi sapi perah betina 4
2.3.3 Metritis 5
3 KEADAAN UMUM PT UPBS 6
3.1 Sejarah 6
3.2 Letak Geografis 7
3.3 Visi dan Misi Lembaga 8
3.4 Struktur Lembaga 9
3.5 Kegiatan Lembaga 9
4 PERAWATAN METRITIS PADA SAPI PERAH 11
4.1 Data Metritis pada Sapi Perah di PT Ultra Peternakan Bandung Selatan
(UPBS) 11
4.2 Identifikasi Metritis pada Sapi Perah 13
4.3 Persiapan Pra Penanganan Metritis pada Sapi Perah 13
4.3 Teknik Penanganan dan Perawatan Metritis 14
4.4 Pencegahan Metritis 18
5 SIMPULAN DAN SARAN 18
5.1 Simpulan 18
5.2 Saran 19
DAFTAR PUSTAKA 20
LAMPIRAN 23

DAFTAR GAMBAR

1 Organ Reproduksi Sapi Betina 4


2 PT UPBS Pangalengan 8
3 Lahan PT Ultra Peternakan Bandung Selatan 8
4 Histogram kejadian Metritis dari Minggu ke Minggu 12
5 Eksudat Metritis dari Vulva 13
16

6 (a) Kandang jepit di PT UPBS; (b) Obat-obatan dan spoit; (c) Wearpack;
(d) Sarung tangan plastik 14
7 (a) Pengeluaran eksudat metritis; (b) Pemasukan antibiotik intrauterine;
(c) Penyuntikan antibiotik; (d) Penyemprotan antibiotik ke dalam uterus 15
8 (a) Vetadryl Inj®; (b) Marbocyl® (c); Amphoprim® ; (d) Oxytocin-10® ;
(e) Vet Oxy LA® 16

DAFTAR LAMPIRAN

1 Struktur Organisasi PT Ultra Peternakan Bandung Selatan 25


2 Data Populasi Sapi di PT UPBS 26
3 Kejadian Metritis di PT UPBS 03 Januari 2016 – 09 Febuari 2016 27
4 Kegiatan Praktik Kerja Lapangan II 30
5 Jurnal Harian Praktik Kerja Lapangan II 31
6 Jurnal Kasus/Aktivitas Praktik Kerja Lapangan II 46
7 Jurnal Periodik Praktik Kerja Lapangan II 50
1

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ultrajaya Peternakan Bandung Selatan (UPBS) merupakan salah satu


peternakan sapi perah dengan produktivitas penghasil susu tertinggi yang
diperuntukan untuk kebutuhan produksi susu Ultra High Temperature (UHT) oleh
PT. Ultrajaya Milk Industry &Trading Company, tbk. Tujuan utama dari PT.
Ultra Peternakan Bandung Selatan (UPBS) sebagai perusahaan yang
memproduksi susu sapi segar yang berkualitas baik sesuai dengan standarisasi
susu dan keamanan pangan. Pengelolaan manajemen dari semua aspek diperlukan
untuk mendapatkan produksi susu yang tinggi dan berkualitas. Salah satu faktor
yang sangat penting untuk hal tersebut yakni melalui peningkatan managemen
reproduksi indukan sapi perah dengan produktivitas susu yang tinggi.
Keberhasilan managemen reproduksi ini akan menentukan keberhasilan suatu
usaha peternakan yakni ditandai dengan mendapatkan turunan sapi yang akan
memproduksi susu yang tinggi serupa induknya.
Penyakit merupakan kendala terbesar dalam optimalisasi produksi susu.
Pencegahan dan pengobatan penyakit perlu mendapat perhatian, karena penyakit
dapat merubah proses produksi dan menimbulkan kerugian ekonomi sangat besar
bagi usaha peternakan yang berdampak terhadap penurunan pendapatan
perusahaan. Di antara penyakit yang sering terjadi pada sapi perah adalah
penyakit gangguan reproduksi. Berbagai masalah reproduksi yang terjadi
khususnya sapi betina pada kesehatan organ reproduksinya. Faktor yang
menyebabkan terjadinya gangguan reproduksi umumnya adalah penyakit
reproduksi, buruknya sistem pemeliharaan, tingkat kegagalan kebuntingan, dan
masih adanya pengulangan inseminasi.
Salah satu penyakit reproduksi sapi perah adalah peradangan pada beberapa
lapisan uterus, biasanya menyerang endometrium hingga miometrium yang
disebut metritis. Metritis dapat disebabkan oleh infeksi bakteria post partus yang
biasanya disertai septikemia sehingga disebut juga sebagai metritis septika
puerpuralis. Tujuan penanganan dan perawatan metritis adalah untuk mengurangi
waktu infeksi dan mengembalikan fungsi organ reproduksi sapi perah. Upaya
pemulihan metritis dapat dilakukan dengan tindakan perawatan, pemeriksaan dan
pengobatan rutin. Pencegahan metritis dapat dilakukan dengan memperhatikan
higiene saat pertolongan kelahiran dan sanitasi lingkungan kandang.
2

1.2 Tujuan

Tujuan laporan akhir adalah mendapatkan informasi dengan ikut serta dalam
perawatan metritis pada sapi perah di PT. Ultrajaya Peternakan Bandung Selatan
(UPBS) dan mengimplemnetasikan semua pengetahuan yang diperoleh selama
masa perkuliahan.

2 METODE KAJIAN

2.1 Lokasi dan Waktu

Praktik Kerja Lapangan II (PKL II) dilaksanakan mulai tanggal 18 Januari


sampai dengan 17 April dengan tempat di PT Ultra Peternakan Bandung Selatan
(UPBS), Koperasi Peternakan Sapi Bandung Utara (KPSBU) dan PT Erif Farm
Cisarua Bogor. Pengambilan judul laporan akhir di PT Ultrjaya Peternakan
Bandung Selatan pada tanggal 18 Januari sampai 17 Pebuari 2016.

2.2 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dikumpulkan terkait judul laporan Praktik


Kerja Lapangan II adalah data primer dan sekunder. Data primer mencakup
identifikasi metritis melalui tanda klinis, data jumlah sapi perah dengan kasus
metritis, tindakan persiapan dan perawatan metritis, serta pencegahan kasus
metritis. Data primer berupa dokumentasi baik foto-foto kegiatan dan pencatatan
dari segala data diperoleh dalam pemeriksaan kesehatan harian sapi, perawatan
kasus metritis dimulai dari persiapan obat dan aplikasi obat dibawah supervisi
dokter hewan, serta pencatatan suhu tubuh harian sapi. Pengamatan klinis
langsung pada sapi perah di PT. Ultrajaya Peternakan Bandung Selatan dimulai
sekitar pukul 07.00 WIB dilanjutkan dengan aktivitas harian hingga selesai pada
pukul 16.00 WIB. Data sekunder diperlukan untuk mendukung kesempurnaan
penulisan laporan akhir mencakup wawancara atau diskusi dengan divisi
kesehatan, penelusuran studi pustaka, dan pengumpulan dokumen yang diberikan
oleh pihak PT. UPBS.

2.3 Tinjauan Pustaka

2.3.1 Sapi Friesian Holstein (FH)


Salah satu hewan ternak penghasil protein yang sangat penting adalah sapi
perah. Sapi perah merupakan penghasil susu yang digunakan sebagai sumber gizi
penting untuk menunjang pertumbuhan. Sapi perah di Indonesia sebagian besar
adalah dari jenis Friesian Holstein (FH). Sapi FH merupakan salah satu jenis
ternak yang memiliki prospek pengembangan yang cukup baik dengan
keunggulannya.
3

Menurut Dematawewa et al (2007), sapi Friesian Holstein mempunyai


masa laktasi panjang dan produksi susu tinggi, serta produksi susu yang baik. Sapi
FH mempunyai beberapa keunggulan, salah satunya yaitu jinak, tidak tahan panas
tetapi sapi ini mudah menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan. Ciri-ciri sapi
FH yang baik adalah memiliki tubuh luas ke belakang, sistem dan bentuk
perambingan baik, puting simetris, dan efisiensi pakan tinggi yang dialihkan
menjadi produksi susu (Rustamadji 2004).
Asal sapi perah jenis Friesian Holstein adalah Friesland, Belanda. Sapi
ini dikenal dengan nama Fries Holland atau Friesian Holstein (FH) di
Indonesia. Sapi FH ini ditemukan di propinsi North Holland dan West Friesland.
Sapi Fries Holland dan di Amerika Serikat disebut Holstein Friesian atau
disingkat Holstein. Sedangkan di Europa disebut Friesian. Sapi FH adalah sapi
perah yang produksi susunya tertinggi, dibandingkan bangsa-bangsa sapi perah
lainya, dengan kadar lemak susu yang rendah rata-rata 3,7%. Sapi FH memiliki
corak yang khas yaitu hitam dan putih, serta produksi susu yang tinggi dan
berkadar lemak rendah. Hal ini sangat cocok dengan kondisi pemasaran saat ini
(Rustamadji 2004).
Secara taksonomi sapi perah masuk kedalam kingdom Animalia, filum
Chordata, kelas Mammalian, ordo Artiodactylia, sub ordo Ruminansia, family
Boviadae, genus Bos, dan spesies Bos taurus. Sapi perah FH berasal dari nenek
moyang sapi liar Bos Taurus yang merupakan jenis sapi yang tidak berpunuk.
Friesian Holstein merupakan bangsa sapi perah yang paling banyak dipelihara
dan dikembangkan di Amerika Serikat. Jumlahnya berkisar antara 80% sampai
90% dari seluruh sapi perah yang ada. Ciri-ciri fisik sapi FH adalah warna
rambutnya belang hitam putih dengan perbatasan tegas sehingga tidak terdapat
warna bayangan. Bagian dahi terdapat warna putih berbentuk segitiga. Bagian
dada, perut bawah, kaki dari tracak sampai lutut, serta rambut ekor kipas berwarna
putih, dan memiliki tanduk berukuran kecil yang menjurus ke depan. Sapi FH
bersifat tenang sehingga mudah dikuasai, namun sapi ini tidak tahan terhadap
panas (Atabany et al. 2008).
Sapi FH juga bisa dimanfaatkan sebagai sapi pedaging, karena sapi FH
mempunyai karkas yang berkualitas baik dan tubuh yang cukup besar. Sapi FH
betina secara umum memiliki bobot 1250 pound (567 kg) dan untuk pejantan
bobotnya sebesar 1800 pound (816 kg). Diantara jenis sapi perah, FH memiliki
ukuran tubuh lebih besar dibandingkan dengan sebagian besar jenis sapi perah
yang lainnya. Bobot lahir anak mencapai 43 kg dan bisa mencapai bobot lahir 48
kg. Bobot untuk sapi betina dewasa mencapai 682 kg dan jantan 1000 kg. Sapi FH
mampu menghasilkan susu rata-rata 7.245 liter/laktasi dengan kadar lemak 3.65%,
sedangkan di Indonesia hanya 10 liter/ekor/hari yaitu sekitar 2500-3000
liter/laktasi. Sapi perah menghasilkan susu paling optimal pada suhu berkisar
antara 10-15.5˚C dengan kelembaban udara berkisar antara 50 -79% dan produksi
susu masih cukup tinggi pada suhu 21. 1˚C (Sudono et al. 2003).
4

2.3.2 Organ reproduksi sapi perah betina ( mohon maaf dok saya tidak
menemukan jurnal yang tahun 2000 ke atas untuk organ reproduksi
sapi betina, tahun 1995 ini yang paling baru saya temukan. Mohon
maaf dok)
Organ reproduksi betina sapi perah betina terdiri dari organ primer dan
sekunder. Organ reproduksi primer yaitu ovaria, menghasilkan ovarium dan
hormon-hormon kelamin betina. Organ reproduksi sekunder atau saluran
reproduksi terdiri dari tuba fallopi (oviduct), uterus, cervix, vagina dan vulva.
Secara anatomi alat reproduksi betina terdiri dari gonad atau ovarium, saluran-
saluran reproduksi, dan alat kelamin luar .

Gambar 1 Organ Reproduksi Sapi Betina


Ovarium pada sapi berbentuk bulat telur. Ukurannya relatif kecil dibanding
dengan besar tubuhnya. Ukurannya adalah panjang 2 sampai 3 cm, lebar 1 sampai
2 cm, tebal 1 sampai 2 cm, dan beratnya berkisar antara 15 sampai 19 gram.
Ovarium digantung oleh alat penggantung mesovarium dan ligamentum utero
ovarika. Ovarium tertinggal di dalam cavum abdominalis. Ovarium mempunyai
dua fungsi, sebagai organ eksokrin yang menghasilkan sel telur atau ovum dan
sebagai organ endokrin yang mensekresikan hormon kelamin betina estrogen dan
progesterone (Hunter 1995).
Oviduk merupakan bagian yang berperan penting dalam peristiwa kopulasi
saat proses reproduksi. Oviduk sendiri terdiri dari tiga bagian yaitu infundibulum,
ampula, dan isthmus. Bagian isthmus berperan dalam pembuahan. Infudibulum
berperan aktif dalam ovulasi, paling tidak dalam melingkupi sebagian atau
keseluruhan ovari. Panjang tuba uterin (oviduk) berkisar 25 cm (Hardjopranjoto
1995).
Uterus merupakan bagian saluran alat kelamin betina yang menerima
ovarium yang telah dibuahi atau embrio dari tuba falopii dan tempat implantasi
konseptus (zigot yang telah berkembang menjadi embrio). Fungsi uterus adalah
sebagai jalannya sperma pada saat kopulasi dan motilitas (pergerakan) sperma ke
tuba falopii. Uterus juga berperan besar dalam mendorong fetus serta
membrannya pada saat kelahiran (Hunter 1995). Panjang corpus uteri berkisar
antara 2 sampai 4 cm, sedangkan panjang cornua uteriberkisar 35 sampai 40 cm.
Dinding uterus terdiri dari tiga lapis yaitu endometrium, tunica
muscularis atau miometrium, tunica serosa atau perimetrium. Pada ruminansia
5

terdapat endometrim dengan penebalan terbatas yang disebut karankula.


Karankula adalah tonjolan-tonjolan yang menyerupai bentuk cendawan dari
permukaan dalam uterus ruminansia yang merupakan tempat perlekatan membran
fetus (Hardjopranjoto 1995).
Servik merupakan suatu struktur yang mempunyai sphincter yang
memisahkan rongga uterin dengan rongga vagina. Fungsi pokok servik adalah
untuk menutup uterus dan melindungi masuknya bakteri maupun bahan-bahan
asing. Sphincter itu tetap dalam keadaan tertutup kecuali pada saat kelahiran
Selama birahi dan kopulasi, serviks berperan sebagai jalan masuknya sperma. Jika
kemudian terjadi kebuntingan, saluran uterin itu tetutup dengan sempurna guna
melindungi fetus. Beberapa saat sebelum kelahiran, pintu itu mulai
terbuka, servik mengembang, hingga fetus dan membran dapat melaluinya pada
saat kelahiran. Servik pada sapi panjangnya antara 5 sampai 10 cm mempunyai
diameter antara 2 sampai 6,5 cm. (Hardjopranjoto 1995).
Vagina adalah bagian saluran yang terletak di dalam pelvis di antara uterus
dan vulva . Vagina juga berperan sebagai selaput yang menerima penis dari hewan
jantan pada saat kopulasi. Vagina merupakan buluh berotot yang menjulur
dari serviks sampai vestibulum. Organ reproduksi bagian luar hewan betina terdiri
atas vulva dan klistoris. Vulva terdiri dari atas labia mayora dan labia
minora. Labia mayora berwarna hitam dan tertutupi oleh rambut. Labia
mayora merupakan bagian terluar dari vulva. Sedangkan bagian dalam vulva yang
tidak terdapat rambut yaitu labia minora (Bearden and Fuquay 1997).

2.3.3 Metritis
Metritis adalah peradangan yang terjadi pada beberapa lapisan uterus yang
biasanya menyerang endometrium hingga miometrium. Metritis dapat terjadi
karena penanganan kelahiran yang tidak steril, laserasi akibat distokia, kurangnya
nutrisi sehingga terjadi gangguan hormonal yang menyebabkan system kekebalan
pada uterus terganggu. Selain itu juga disebabkan oleh kontaminasi bakteri pada
saat proses perkawinan alami maupun IB. Kasus metritis dimulai pada periode
post partum hingga waktu uterus kembali ke ukuran normal (involusi uteri).
Manajemen kebersihan dan sanitasi yang optimal selama periode involusi adalah
hal yang penting untuk meminimalisasi resiko infeksi. Sapi sangat rentan terhadap
infeksi selama periode stres ini (Galvao 2012).
Sebagian besar mikroorganisme telah terlibat sebagai penyebab metritis.
Bakteri, virus, jamur dan protozoa telah berkembang dari uterus ketika sapi
terserang metritis. Mikroorganisme terutama bakteri dan jamur menginfeksi
uterus selama calving atau periode postcalving awal. Saluran reproduksi sangat
rentan pada periode ini, terutama jika terjadi luka pada vagina atau vulva.
Pertolngan kelahiran dapat menyebabkan mikroorganisme masuk ke dalam uterus.
Metritis juga dapat diakibatkan dari infeksi menular lain dari dalam tubuh seperti
rhinotracheitis (IBR), bovine virus diare (BVD) atau leptospirosis yang kemudian
menyebar ke uterus (Billy 2009).
Kasus metritis biasanya didahului terjadinya inersia uterine dan retensi
plasenta hal ini dapat memicu perkembangan mikroorganisme infeksius seperti C.
pyogenes, Stapilococcus hemolitik dan Streptococcus grup C yang akan
berkolonisasi pada dinding uterus sehingga terjadi infiltrasi sel radang yang dapat
mengakibatkan kerusakan jaringan pada dinding uterus. Beberapa bakteri tersebut
6

dapat menghasilkan toksin yang sebagian dari itu akan terserap tubuh dan
sebagian yang lain akan keluar bersama lochia. Bila bakteri memasuki aliran
darah akan menimbulkan septicemia yang dimanisfestasikan dalam gejala berupa
demam, gejala lain yang dapat timbul diantaranya depresi, anoreksia, penurunan
produksi susu, diare yang disebabkan toksin dari bakteri tersebut, vulva vaguna
biasa tampak bengkak dan kongesti, peritonitis, pneumonia, poliartritis (radang
sendi). Pada metritis sklerotik lapisan endometrium biasanya akan berubah
menjadi jaringan ikat tebal berlapisan padat, yang disertai foci dari infeksi, dan
eksudat purulen, terjadi nekrosis pada karunkula (Colin 2003).
Pengejanan dari abdominal dan keluar leleran berwarna kemerahan sampai
cokelat berbau busuk dari vulva. Sangat umum terjadi toksemia, septicaemia,
pyrexia (40–41°C), tachypnoea, tachycardia (100/menit), anorexia, rumen stasis
and dehydration, toxaemia menginduksi diarrhoea dan shock. Infeksi juga dapat
menyebar dari dinding uterus kedalam peritoneum, yang akan menyebabkan
peritonitis. Uterus berisi toksin, eksudat busuk, kemerahan dan serous. Eksplorasi
rectum meyebabkan rasa tidak nyaman dan disertai usaha expulsive persistent.
Sering juga diikuti dengan mastitis, terutama pada saat rebah dan juga sering
dibarengi dengan hipokalsemia. Vulva dan vagina membengkak. (Arthur 2001).
Diagnosa metritis dilihat dari gejala klinis dan palpasi perektal. Hal ini
sangat penting untuk mendiagnosis di awal periode pasca melahirkan. Setiap sapi
harus menerima pemeriksaan postpartum awal laktasi sebagai bagin dari program
kesehatan rutin. Metritis sering didiagnosis dengan kehadiran eksudat purulen.
Diagnosa lebih lanjut dilakukan dengan pengambilan sampel dari eksudat,
aspirates dan jaringan samples untuk culture dan histopathology. Blood dan
MacConkey Agar diinokulasi dengan specimen dan diinkubasi 37OC untuk 5 hari
(Galvao 2012).
Kriteria yang diperhatikan pada saat palpasi per rektal dan pemeriksaan
vagina adalah ukuran uterus, ketebalan dinding uterus, dan cairan yang keluar dri
vulva dilihat dari warna, bau serta konsistensinya. Sebuah riwayat trauma pada
saat proses kelahiran, distokia, retensi plasenta, eksudat purulen selama peiode
setelah melahirkan mendukung diagnosis metritis. Tingkat keparahan metritis
tergantung dari agen infeksi yang menyerang, lamanya infeksi, status gizi dan
kesehatan keseluruhan dari sapi yang terinfeksi (Arthur 2001).

3 KEADAAN UMUM PT UPBS

3.1 Sejarah

PT. Ultra Peternakan Bandung Selatan (UPBS) merupakan peternakan yang


bergerak dalam bidang peternakan sapi perah. Pendirian peternakan ini didasari
dengan kebutuhan Industri Pengolahan Susu oleh PT. Ultra Jaya Milk Industry
and Trading Company, Tbk yang saat itu belum memiliki peternakan sendiri.
7

PT.Ultra Jaya dengan Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS) melakukaan


kerjasama dalam penyediaan susu.
Lokasi peternakan ini berawal dari perkebunan teh, karet, dan sayuran milik
PT.Ultra Jaya yang bernama ALBA (Almanak Baru) selanjutnya dirubah menjadi
peternakan skala besar.Pada tanggal 12 Februari 2008 dilakukan pembongkaran
kebun teh di lokasi yang dijadikan sebagai peternakan PT.Ultra Peternakan
Bandung Selatan.Selain pembongkaran kebun teh, dilakukan pula pembentukan
lagoon yakni kolam penampungan limbah dan pengeboran sumur. Tanggal 07
Desember 2008 dilakukan pembukaan PT. Ultra Peternakan Bandung Selatan
(UPBS) dengan acara wayang golek, pada bulan Januari 2009 telah mencapai
pembanguan tahap akhir.
Pada bulan Maret 2009 fasilitas peternakan siap diisi oleh sapi. Pengadaan
ternak perah di peroleh dari Australia dari peternak yang bernama John Gibney,
dan jenis ternak yang di pilih yaitu sapi perah Friesian Holstein (FH). Manajer
Farm saat itu yaitu Jeremy Hockin menemui peternak John Gibney dari
Australia untuk memilih langsung sapi perah unggul yang akan dipelihara di
PT. UPBS. Jenis yang dipilih adalah sapi Frisien Holsten sebagai sapi pertama
pada awal perusahaan berdiri. Pengiriman sapi tahap pertama dilakukan pada
tanggal 11 April 2009 melalui jalur udara, kemudian dilanjutkan pengiriman sapi
tahap kedua pada tanggal 20 Juni 2009, hingga total populasi mencapai 580 ekor
dan populasi sapi sampai saat ini telah mencapai kurang lebih 3000 ekor.

3.2 Letak Geografis

PT Ultra Peternakan Bandung Selatan (UPBS) atau masyarakat sekitar


sering menyebutnya Almanak merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di
bidang peternakan sapi perah yang berlokasi di Dusun Cieurih, Desa Marga
Mekar, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat.
Perusahaan ini berada pada ketinggian kurang lebih 1.400 m di atas permukaan
laut dengan total luas 64 hektar yang terdiri atas 8 hektar area perkandangan dan
56 area perkebunan. Kondisi cuaca berkisar antara 180C sampai dengan
200C yang membuat daerah ini sangat cocok sebagai lokasi peternakan sapi
perah. Adapun batas-batas wilayah PT. UPBS adalah sebagai berikut:
Sebelah utara : Kebun Teh Rius Gunung dan Desa Pulosari
Sebelah barat : Rancabolang dan Perkebunan Teh Dewata
Sebelah timur : Gunung Merapi Wayang Windu dan Desa Marga
Mekar
Sebelah selatan : Kebun Teh Malabar Pengalengan dan Desa Marga
Layu
Kondisi PT UPBS dapat dilihat pada Gambar 2.
8

Gambar 2 PT UPBS Pangalengan

Populasi sapi perah Friesian Holstein di UPBS adalah 3000 ekor dan sedikit
diantaranya Jersey cross yang terbagi atas calf, heifer, induk laktasi, induk
bunting besar dan bull. Sebagian besar dari populasi tersebut diklasifikasikan
dalam kandang yang berbeda berdasarkan status produksinya, sedangkan untuk
calf (pedet) dan heifer (sapi dara) dibedakan atas umur dan bobot badan. Selain
itu, induk laktasi dipisahkan berdasarkan produksinya, yakni low production,
middle production dan high production.
Luas lahan yang dimiliki PT. Ultra Peternakan Bandung Selatan secara
keseluruhan adalah 65 ha dengan bentuk tanah yang tidak rata dan miring.
Adapun penggunaan areal lahan dari PT. Ultra Peternakan Bandung Selatan antara
lain :
a) Kebun rumput dan dua lagoon : 36 ha
b) Bangunan kandang : 10 ha
c) Gudang pakan, kantor HRD dan fasilitas karyawan: 19 ha (fasilitas: mess
karyawan, kantin, tempat parkir, lapangan olahraga dan jalan).

Gambar 3 Lahan PT Ultra Peternakan Bandung Selatan

3.3 Visi dan Misi Lembaga

Visi dari PT. Ultra Peternakan Bandung Selatan adalah menjadi perusahaan
yang memproduksi susu sapi segar yang berkualitas baik sesuai dengan
9

standarisasi susu dan keamanan pangan. Misi dari PT. Ultra Peternakan Bandung
Selatan yaitu untuk mewujudkan visi yang telah ditetapkan, maka perlu
dijabarkan lebih operasional dalam misi. Adapun misi PT. UPBS adalah sebagai
berikut :
1. Menyelenggarakan pelatihan teknis dan fungsional di bidang
kesehatan hewan dan kesehatan pekerja di PT. UPBS.
2. Melaksanakan pengembangan sarana dan prasarana pelatihan di
bidang kesehatan hewan. Dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada,
maka tujuan yang ingin dicapai PT. UPBS dalam 5 tahun ke depan, antara
lain (1) Mengembangkan perusahaan; (2) Mengembangkan ketenagaan; (3)
Mengembangkan populasi sapi; (4) Mengembangkan sarana dan prasarana;
(5) Menngembangkan jejaring sumber daya manusia yang berkualitas dan
berdedikasi tinggi di bidang peternakan khususnya sapi perah
3.4 Struktur Lembaga

PT. Ultra Peternakan Bandung Selatan (UPBS) mempunyai struktur


organisasi yang tersusun secara sistematis untuk mencapai tujuan perusahaan
yang dalam kegiatannya saling melengkapi antara setiap bidang. Perusahaan
dipegang oleh seorang presiden direktur yang nantinya memerintahkan manajer
sebagai orang yang mengatur sistem manajemen di perusahaannya yang dibantu
dengan tenaga ahli dan supervisor. Manajer bertugas untuk mengatur dan
mengawasi sistem manajemen usaha semua bidang khususnya bagian program
usaha. Selain itu manajer bertugas dalam hubungan ke luar perusahaan
seperti hubungan dengan perusahaan lain atau perizinan kunjungan. Manajer
dibantu oleh tenaga ahli dalam hal mengatur kegiatan di lapangan. Perusahaan
peternakan ini memiliki tiga divisi yang setiap divisinya dipimpin oleh
seorang supervisor. Supervisor ini memiliki kewajiban untuk bertanggung
jawab langsung terhadap manajer dengan mengatur dan mengawasi setiap
kegiatan yang yang ada dibidangnya sesuai dengan perintah manajer.
Masing-masing supervisor di setiap bagian membawahi operator yang
berfungsi membantu supervisor dalam hal teknis. Selain manajer, di bawah
direktur ada bagian finance yang bertugas dalam hal finansia atau keuangan dan
menganalisis usaha di PT. UPBS. Finance membawahi Human Resource
Development (HRD) dan Manager Information System (MIS). Struktur organisasi
di PT. UPBS dapat dilihat pada Lampiran 1.

3.5 Kegiatan Lembaga

PT.Ultra Peternakan Bandung Selatan (UPBS) bertujuan untuk menyuplai


bahan baku susu Industri Pengolahan Susu (IPS) PT. Ultra Jaya Bandung dengan
konsep peternakan modern. Bangsa sapi perah yang dipelihara yaitu Fries
Holland (FH), Peranakan Fries Holland (PFH), dan Jersey. Alasan
pemeliharanaan dengan menggunakan ternak tersebut karena di Indonesia jenis
ternak tersebut mampu beradaptasi dengan cepat dan mampu menghasilkan
produksi susu cukup banyak. Kegiatan usaha yang dilakukan di PT.Ultra
Peternakan Bandung Selatan yaitu diantaranya:
10

1) Kegiatan pemeliharaan sapi perah melalui pemberian pakan, pembersihan


kandang dan pemerahan susu secara bangsal atau milking parlour.
2) Manajemen breeding untuk memaksimalkan reproduksi sapi betina dara
maupun dewasa dalam menghasilkan anakan, sebagai susu pengganti/ milk
replacer.
3) Penyediaan bahan pakan konsentrat sebagai penyuplai protein dalam pakan.
4) Penyediaan hijaun segar maupun jerami sebagai sumber serat kasar pada
ternak ruminansia.

Jenis kegiatan yang dilakukan di PT. UPBS ini adalah memproduksi susu
segar yang akan dikirimkan ke PT Ultrajaya tbk yang sesuai dengan dan
keamanan pangan. Kegiatan yang dilakukan di PT. UPBS meliputi milking
(pemerahan) dengan sistem milking parlour, pakan yang terdiri dari pergudangan,
kantor dan laboratorium, perkandangan yang terdiri atas bidang breeding, fresh
cows, hospital, pemeliharaan pedet, dan foot treaming (pemotongan kuku).

3.6 Sarana Prasarana Lembaga

Sarana prasarana yang terdapat di PT Ultra Peternakan Bandung Selatan


meliputi kandang pelaksanaan dan peralatan penunjang kegiatan peternakan.
Kandang pelaksanaan kegiatan dikandang dibagi menjadi empat bagian yaitu
kandang pedet (calf), hospital, fresh cows, dan breeding. Peralatan-peralatan yang
digunakan pada PT. UPBS bervariatif tergantung dari masing-masing bidang,
yaitu bidang pakan, pemerahan dan kandang. Peralatan yang digunakan di bagian
pakan khususnya di gudang antara lain traktor sebagai pengangkut pakan, mixer
sebagai alat pencampur pakan, copper sebagai pencacah hijauan, dan timbangan
untuk pengukuran berat dari pakan yang keluar-masuk area perusahaan. Pada
bagian pakan khususnya di laboratorium peralatan yang digunakan antara lain
microwave untuk mengukur dry metter, dan timbangan analitik untuk menimbang
sumber vitamin yang memiliki persentase paling sedikit. Peralatan yang
digunakan pada area pemerahan adalah mesin perah otomatis (milking parlour)
sebagai alat untuk memerah sapi secara otomatis, cooling unit sebagai
penyimpanan sementara sebelum susu di distribusikan ke PT. Ultrajaya tbk. milk
can sebagai penampung susu sapi-sapi mastitis. Selang sebagai penghubung mesin
perah (milking parlour) dengan cooling unit.
Bidang kandang sendiri memiliki bagian - bagiannya yaitu pemeliharaan
pedet, hospital, freshcow, breeding dan foot treaming. Peralatan yang digunakan
dibagian pemeliharaan pedet diantaranya teat bar sebagai tempat pedet minum
susu, tempat minum jenis nipel dan pencampur milk replecer otomatis calf feeder.
Peralatan yang digunakan dibagian hospital adalah alat - alat operasi yang
berfungsi untuk mengoprasi dan membantu kelahiran sapi bunting dan kandang
head lock yang berfungsi untuk menjepit sapi agar tidak berontak saat dilakukan
pengobatan. Peralatan yang digunakan di fresh cow adalah head lock dan
peralatan pengecekan kesehatan. Peralatan yang digunakan di breeding adalah
peralatan IB, termos straw, celemek, crayon yang berfungsi untuk penanda sapi
bunting atau tidak, dan peralatan pemeriksaan kebuntingan. Kemudian peralatan
11

yang digunakan untuk foot treaming adalah pisau kuku, lem, serbuk kayu dan alas
sepatu sapi.

4 PERAWATAN METRITIS PADA SAPI PERAH

4.1 Data Metritis pada Sapi Perah di PT Ultra Peternakan Bandung


Selatan (UPBS)

Bangsa sapi yang dibudidayakan di PT.Ultra Peternakan Bandung Selatan


adalah sapi bangsa Fries Holstein dan Jersey Cross (hasil persilangan antara
Jersey dengan Fries Holland). Jumlah sapi yang terdapat di PT Ultra Peternakan
Bandung Selatan adalah 3382 ekor. Kandang yang paling banyak jumlah sapinya
adalah kandang 4A (low cage) yaitu sebanyak 328 ekor, sedangkan kandang yang
paling sedikit jumlah sapinya adalah kandang hospital yaitu sebanyak 11 ekor.
Populasi sapi yang terdapat di PT.Ultra Peternakan Bandung dapat dilihat pada
Lampiran 2.
Kejadian metritis di PT Ultra Peternakan Bandung Selatan dari tanggal 03
Januari sampai 09 Febuari 2016 sebanyak 35 ekor dan paling banyak terjadi 6 hari
setelah kelahiran. Suhu sapi yang terkena metritis rata-rata yaitu lebih dari 39.3ᵒC.
Produksi susu rata-rata sapi yang metritis adalah 5.6 liter per hari. Untuk lebih
jelasnya mengenai kejadian metritis di PT UPBS dapat dilihat di Lampiran 3.
Sapi yang metritis di PT Ultra Peternakan Bandung Selatan berpengaruh
terhadap penurunan produksi susu yaitu rata-rata 6.5 liter per hari. Produksi susu
rata-rata di PT Ultra Peternakan Bandung Selatan adalah 20 liter per hari. Suhu
sapi yang mengalami metritis rata-rata di atas normal yaitu lebih dari 39.30C.
Batasan suhu normal sapi di PT Ultra Peternakan Bandung Selatan yaitu 38.3-
39.30C (Marawali 2001). Menurut Colin 2003,hal ini disebabkan karena beberapa
bakteri yang mengifeksi dinding uterus dapat menghasilkan toksin yang sebagian
dari itu akan terserap tubuh dan sebagian yang lain akan keluar bersama lochia.
Bila bakteri tersebut memasuki aliran darah akan menimbulkan septicemia yang
dimanisfestasikan dalam gejala berupa demam, gejala lain yang dapat timbul
diantaranya depresi, anoreksia, penurunan produksi susu, diare yang disebabkan
toksin dari bakteri tersebut, vulva vagina biasa tampak bengkak dan kongesti,
peritonitis, pneumonia, poliartritis (radang sendi).
12

J
U
12
M
L
A 10
H

S 8
A
P
6 Jumlah
I

M 4
E
T
R 2
I
T
I 0
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5 Minggu 6 (5 Periode
S kejadian
(1-7 Januari (8-14 (15-21 (22-28 (29 Januari- Febuari-9
2016) Januari Januari Januari 4 Febuari Febuari metritis
2016) 2016) 2016) 2016) 2016)

Gambar 4 Histogram kejadian Metritis dari Minggu ke Minggu

Jumlah kasus metritis di PT UPBS mengalami penurunan pada minggu


pertama sampai minggu keempat yaitu dari enam sapi yang mengalami metritis
menjadi empat sapi yang mengalami metritis. Namun pada minggu kelima terjadi
peningkatan jumlah sapi yang mengalami metritis menjadi 10 ekor, hal ini
disebabkan karena banyaknya angka kelahiran pada minggu kelima. Penuruan
kembali jumlah metritis terjadi pada minggu keenam menjadi 4 ekor.
Perkembangan tersebut menunjukan penanganan metritis yang dilakukan di UPBS
cukup berhasil dengan menurunnya kejadian metritis. Penyebab metritis adalah
penanganan kelahiran yang tidak steril, laserasi akibat distokia, kurangnya nutrisi
sehingga terjadi gangguan hormonal yang menyebabkan sistem kekebalan pada
uterus terganggu. Dapat juga disebabkan oleh kontaminasi bakteri pada saat
proses perkawinan alami maupun IB. Metritis dapat disebabkan oleh infeksi
bakteri non spesifik yang terbawa masuk ke dalam uterus pada saat dilakukannya
IB yang kurang higienis atau masuk pada saat melahirkan dimana servix masih
dalam keadaan terbuka sesaat setelah melahirkan. Metritis biasanya didahului
terjadinya inersia uterine dan retensi plasenta hal ini dapat memicu perkembangan
mikroorganisme infeksius seperti C. pyogenes, Stapilococcus hemolitik dan
Streptococcus grup C yang akan berkolonisasi pada dinding uterus sehingga
terjadi infiltrasi sel radang yang dapat mengakibatkan kerusakan jaringan pada
dinding uterus. Bakteri tersebut dapat berasal dari lingkungan, seperti feses,
udara, serta alat kandang dan berkolonisasi pada dinding uterus sehingga terjadi
infiltrasi sel radang yang dapat mengakibatkan kerusakan jaringan pada dinding
uterus. Beberapa bakteri tersebut akan keluar bersama lochia (Colin 2003).
13

4.2 Identifikasi Metritis pada Sapi Perah

Metritis adalah peradangan yang terjadi pada sejumlah lapisan uterus yang
biasanya mencakup selaput lendir pada lapisan dinding uterus (endometrium)
hingga lapisan otot polos pada dinding uterus (miometrium). Perbedaan metritis
dengan endometritis adalah bahwa endometritis hanya melibatkan endometrium,
namun seringkali penamaan metritis merujuk pada kedua kondisi tersebut
(metritis dan endometritis). Metritis dapat dideteksi dengan palpasi rektal, yakni
terjadinya peningkatan ukuran dan ketebalan dinding uterus, sedangkan melalui
ultrasonografi akan ditemukan dinding uterus menebal dan badan uterus
membuncit serta sejumlah sejumlah besar cairan anechoic hadir dalam lumen
bersama dengan partikel echogenic (Hafez 2000).
Metritis adalah salah satu penyakit gangguan reproduksi pasca melahirkan
di PT Ultra Peternakan Bandung Selatan. Informasi yang didapatkan penulis dari
pihak PT Ultra Peternakan Bandung Selatan faktor penyebab metritis di lapangan
sebagian besar karena retensi plasenta dan penanganan kelahiran. Retensi plasenta
terjadi karena servik yang menutup terlalu cepat, abortus, kekurangan hormon
oksitosin, kelahiran prematur, kelahiran kembar, dan kekurangan vitamin seperti
selenium dan kalsium (Arthur 2001). Gejala klinis metritis di PT Ultra Peternakan
Bandung Selatan yaitu keluar lendir dari vulva yang encer, bewarna merah
kecoklatan, bau dan biasanya disertai dengan suhu tubuh yang tinggi apabila
peradangan sudah parah. Jika di palpasi per rektal tampak ukuran uterus dan
servik yang membesar akibat pembengkakan. Gejala klinis metritis di PT Ultra
Peternakan Bandung Selatan dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5 Eksudat Metritis dari Vulva

4.3 Persiapan Pra Penanganan Metritis pada Sapi Perah

Sebelum penanganan metritis yang perlu dipersiapkan adalah alat


perlidungan diri, peralatan dan obat-obatan. Alat perlindungan diri meliputi
wearpack, sepatu boot dan sarung tangan. Peralatan yang disiapkan adalah
termometer, stetoskop, dipping, selang IB Gun untuk flushing dan spoit. Obat-
obatan yang disiapkan yaitu antibiotik (Oxyteracyclin), Amphoprim®, aquades,
vitamin B12 dan Thiamin. Sapi yang mengalami metritis sebelumnya dimasukan
14

ke kandang jepit untuk dihandle. Alat-alat dan obat-obatan yang dipersiapkan


untuk penanganan metritis dapat dilihat pada Gambar 6.

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 6 (a) Kandang jepit di PT UPBS; (b) Obat-obatan dan spoit; (c)
Wearpack; (d) Sarung tangan plastik

Kandang jepit digunakan untuk memudahkan penanganan metritis, karena


jika sapi akan tenang jika dihandle dengan kandang jepit. Wearpack, sepatu boot
dan sarung tangan berfungsi untuk melindungi tubuh kita dari cairan metritis yang
bewarna dan bau. Sarung tangan yang digunakan untuk penanganan metritis
sebaiknya yang steril dan satu sarung tangan untuk satu ekor sapi. Hal ini
dikarenakan untuk menjaga higienitas dan menekan prevalensi kejadian metritis.

4.3 Teknik Penanganan dan Perawatan Metritis

Metritis didefinisikan sebagai peradangan dari lapisan otot uterus, kejadian


metritis dalam jangka pendek dapat menyebabkan terjadinya perpanjangan antara
interval partus dan kebuntingan (Hafez 2000).
Pada kasus metritis sebelum dilakukan terapi, terlebih dahulu dilakukan
pengeluaran plasenta yang masih retensi. Penanganan metritis dilakukan dengan
pemberian 50 i.u. Hormon oksitosin akan menyebabkan kontraksi uterus dan
expulsive dari cairan dan debris sisa partus. Selain itu juga dilakukan pemberian
antibiotik dan terapi supportive. Pemberian infus dari iodine cair akan berbahaya
pada metrium karena dapat merusak jaringan. Infuse intrauterine dari tetracyclines
mungkin efektif untuk kasus ringan dari metritis, tapi tidak dapat penetrasi jauh ke
dalam dinding uterus, harus diberikan pda dosis 10 - 15mg/kg (Arthur 2001).
15

Sapi yang telah dimasukan ke kandang jepit dilakukan pengukuran suhu,


perhitungan gerakan rumen, pegecekan left diplacement abomasum (LDA), dan
pengecekan mastitis. Hal yang dilakukan dalam pengobatan metritis di PT Ultra
Petrnakan Bandung Selatan adalah dengan palpasi per rektal untuk melihat
kondisi uterus dan mengeluarkan cairan metritis dan plasenta dari uterus. Setelah
itu dilakukan pengobatan intrauterine dengan memasukan Amphoprim® ke dalam
uterus. Pengobatan intrauterine dilakukan 24 jam pertama setelah kelahiran.
Pemberian antibiotik dilakukan setelah pengobatan intrauterine dilakukan dengan
menyuntikan Marbocyl® (antibiotik) dengan dosis 2 mg/kgBB dan Vetadryl®
(antihistamin) dengan dosis 1,25 -2,50mg/100 kg BB. Pemberian hormon
oksitosin juga dilakukan untuk sapi yang plasentanya tidak keluar lebih dari 5 hari
setelah melahirkan. Pemberian oksitosin dengan dosis 4 mg/kgBB dan disuntikan
secara intramuskular. Hormon oksitosin berfungsi untuk merangsang kontraksi
uterus dan serviks pada proses partus (Subronto dan Tjahajati 2001). Gambar
penanganan metritis di PT UPBS dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 7 (a) Pengeluaran eksudat metritis; (b) Pemasukan antibiotik


intrauterine; (c) Penyuntikan antibiotik; (d) Penyemprotan antibiotik
ke dalam uterus
16

Kasus metritis yang parah penanganannya dengan flushing oxytetracyclin ke


dalam uterus. Caranya dengan memasukan selang Ib Gun ke dalam uterus dan
memasukan oxytetracyclin melalui spoit yang telah dihubungkan dengan Ib Gun.
Oxytetracyclin yang diberikan sebanyak 10 ml dan diencerkan ke dalam aquadest
100 ml. Perawatan yang dilakukan dengan pengecekan kesehatan sapi perah setiap
hari. Pengecekan kesehatan yang dilakukan meliputi pengukuran suhu, palpasi per
rektal untuk mengetahui kondisi uterus, perhitungan pergerakan rumen,
pengecekan mastitis, dan pegecekan left diplacement abomasum (LDA).
Pengobatan metritis di PT UPBS sudah sesuai dengan literatur, karena
menurut (Arthur 2001) penanganan metritis dilakukan dengan pemberian hormon
oksitosin 10 ml dan untuk merangsang uterus terlebih dahulu diberi hormon
esterogen dalam bentuk stilbestrol sebanyak 10-15 mg, pemberian kedua hormon
ini bertujuan untuk memicu involusi uterus. Pengatasan bakteri yang tersisa
dilakukan pemberian infuse 1 juta penicillin dan 1 gram streptomycin dalam 40
ml larutan fisiologis secara intra uterine terapi ini dilakukan 7-14 hari post partus
hingga leleran lochia kembali normal. Gambar obat-obatan yang digunakan dalam
penanganan metritis dapat dilihat pada Gambar 8.

(a) (b) (c)

(d) (e)

Gambar 8 (a) Vetadryl Inj®; (b) Marbocyl® (c) Amphoprim® ; (d) Oxytocin-10® ;
(e) Vet Oxy LA®
Vetadryl® adalah produk yang mengandung diphenhydramine HCI,
digunakan untuk menghambat pengeluaran histamin yang berlebihan (alergi).
Reaksi alergi dapat disebabkan oleh makanan, lingkungan, penyakit, reaksi
setelah pengobatan atau vaksinasi yang ditunjukkan dengan adanya gejala-gejala
17

seperti gatal-gatal pada kulit, kontraksi otot polos usus, uterus, bronchi dan lain-
lain. Setiap mili Vetadryl® mengandung diphenhydamine HCI sebanyak 20 mg.
Dosis pemakaian Vetadryl® pada ular adalah 0,1 mg/kg berat badan dan diberikan
secara injeksi intar muskular (Papich 2007). Gambar Vetadryl® dapat dilihat pada
gambar 8(a).
Marbocyl® adalah produk yang mengandung Marbofloxacin 10% yang
digunakan sebagai antibiotik. Marbofloxacin adalah asam karboksilat derivatif
generasi ketiga fluorokuinolon antibiotik. Mekanisme kerjanya dengan merusak
bakteri girase DNA yang menghasilkan bakterisida. Kegiatan yang bakterisida
marbofloxacin tergantung konsentrasi, dengan kematian sel bakteri rentan terjadi
dalam 20-30 menit dari paparan. Seperti fluoroquinolones lainnya, marbofloxacin
telah menunjukkan signifikan efek pasca antibiotik untuk bakteri gram positif dan
negatif. Marbofloxacin untuk infeksi dari kulit , sistem pernapasan dan kelenjar
susu pada anjing dan kucing, serta infeksi saluran kemih. Lamanya pengobatan
biasanya setidaknya lima hari, lebih lama jika ada jamur. Efek samping dari
Marbofloxacin biasanya stress, muntah, anoreksia, kotoran lunak, diare dan
aktivitas hewan menurun (Boothe 2001). Gambar Marbocyl® dapat dilihat pada
gambar 8(b).
Amphoprim® bolus merupakan antibiotik intrauterin, terdiri dari kombinasi
dua antibakteri (Sulphamethoxypyridazine dan trimetoprim) yang bekerja sinergis
dalam memberantas bakteri gram negatif dan gram positif pada ternak ruminansia
(sapi, domba) dan babi, serta efektif terhadap organisme yang resisten terhadap
obat lain. Amphoprim Bolus diindikasikan dalam pengobatan berbagai infeksi
bakteri termasuk infeksi urogenital, pyometra, metritis, vaginitis, nephritis dan
infeksi gastro intestinal. Kombinasi sulphamethoxypyridazine dan trimetoprim
untuk menghambat metabolisme sel bakteri, dengan menghalangi jalur enzimatik
yang mengarah ke sintesis asam folat bakteri. Efeknya adalah bakterisida dalam
organisme rentan, termasuk bakteri gram positif dan gram negatif.
Sulphamethoxypyridazine dan trimetoprim yang mudah diserap dari saluran
pencernaan. Setiap tablet Amphoprim® mengandung bahan aktif 1g
sulphamethoxypyridazine dan 200mg trimetoprim. Gambar Amphoprim® dapat
dilihat pada gambar 8(c).
Oxytocin-10® adalah produk yang mengandung hormon oksitosin 10 IU
setiap ml dan berfungsi sebagai perangsang kontraksi uterus dan kelenjar mamae.
Indikasi Oxytocin-10® adalah memperlancar dan memperbanyak produksi air
susu, mempercepat involusi uteri, mengatasi gangguan reproduksi seperti
kelemahan umum, atoni uterus saat melahirkan dan retentio secundinarum,
pengobatan pembengkakan puting susu serta kelenjar susu dan menggugurkan
kebuntingan yang tidak dikehendaki. Dosis yang diberikan untuk sapi adalah 4-5
ml dan disuntikan secara intramuskular atau subkutan. Gambar Oxytocin-10®
dapat dilihat pada gambar 8(d).
Vet Oxy LA® adalah produk yang mengandung Oxytetracyclin dan
digunakan sebagai antibiotik. Setiap ml Vet Oxy LA® mengandung
Oxytetracycline 200 mg. Indikasi Vet Oxy LA® adalah pengobatan berbagai
penyakit yang disebabkan oleh organisme sensitive terhadap oksitetrasillin pada
ternak. Dosis penggunaan untuk ternak besar adalah 1 ml Vet Oxy LA® per 10 kg
berat badan secara intramuskular. Gambar Vet Oxy LA® dapat dilihat pada
gambar 8(e).
18

4.4 Pencegahan Metritis

Metritis jika tidak dicegah dapat menimbulkan kerugian ekonomi sangat


besar bagi usaha peternakan yang berdampak terhadap penurunan pendapatan
perusahaan. Kejadian metritis di PT Ultra Peternakan Bandung Selatan dicegah
dengan memperhatikan higiene saat pertolongan kelahiran dan sanitasi lingkungan
serta alat-alat kandang yang digunakan. Kebersihan alat-alat yang digunakan saat
melakukan IB dan kebersihan tangan petugas saat membantu proses kelahiran
dapat menekan prevalensi kejadian metritis. Selain itu juga meminimalisasi
kejadian retensi plasenta dengan penyuntikan hormon oksitosin jika plasenta
belum keluar lebih dari 5 hari. Pemberian hormon oksitosin bertujuan untuk
meningkatkan kontraksi uterus sehingga plasenta setelah melahirkan dapat keluar
(Subronto dan Tjahajati 2001).
Sebuah program pemeriksaan kesehatan sapi perah teratur bermanfaat
dalam pencegahan berbagai masalah gangguan reproduksi termasuk metritis.
Selain itu didukung dengan program vaksinasi dalam pencegahan penyakit yang
dapat menyebabkan metritis. Penanganan kelahiran yang higiene juga dilakukan
untuk mencegah terjadinya metritis. Jika terjadi metritis lebih besar dari 20%
dalam suatu populasi sapi harus diperiksa secara menyeluruh. Metritis yang
didiagnosis dan diobati lebih awal dapat meminimalkan kejadian infeksi. Fasilitas
kandang, manajemen sanitasi yang optimal, gizi yang seimbang, dan
penghindaran sapi dari stres yang tidak semestinya seperti kepadatan populasi dan
penyakit merupakan syarat mutlak untuk sapi yang sehat (Galvao 2012).

5 SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Persiapan pra penanganan metritis meliputi persiapan alat perlidungan diri,


peralatan (termometer, stetoskop, dipping, selang IB Gun untuk flushing dan
spoit) dan obat-obatan (antibiotik dan vitamin). Penanganan metritis di PT Ultra
Petrnakan Bandung Selatan adalah pengobatan intrauterine dengan memasukan
Amphoprim® ke dalam uterus dan pemberian antibiotik dilakukan setelah
pengobatan intrauterine dilakukan dengan menyuntikan Marbocyl® (antibiotik)
dengan dosis 2 mg/kgBB dan Vetadryl® (antihistamin) dengan dosis 1,25-
2,50/100 kg BB. secara intramuskular. Pemberian hormon oksitosin dengan dosis
4mg/kgBB secara intramuskular. Hal ini juga dilakukan untuk sapi yang
plasentanya tidak keluar lebih dari 5 hari setelah melahirkan. Jika kasus metritis
parah penanganannya dengan flushing Oxytetracyclin ke dalam uterus.
Oxytetracyclin yang diberikan sebanyak 10 ml dan diencerkan ke dalam aquadest
100 ml. Perawatan yang dilakukan dengan pengecekan kesehatan sapi perah setiap
hari. Pengecekan kesehatan yang dilakukan meliputi pengukuran suhu dan
palpasi per rektal untuk mengetahui kondisi uterus.
19

5.2 Saran

Hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi kejadian metritis pada sapi
perah di PT Ultra Peternakan Bandung Selatan yaitu dengan melakukan
penanganan kelahiran yang lebih higiene, serta kebersihan alat-alat kandang yang
digunakan dan petugas lebih ditingkatkan lagi. Selain itu, pada saat melakukan
inseminasi buatan pemberian straw melihat calving east (tingkat kemudahan
proses kelahiran) terlebih dahulu untuk mengurangi resiko distokia selain melihat
pedigree (silsilah keturunan). Jika calving east tinggi maka fetus yang dilahirkan
ukurannya besar.
20

DAFTAR PUSTAKA

Arthur, G.H. 2001. Arthur's Veterinary Reproduction And Obstretic. Edited by E.


Noakes, T. J. Parkin-on and G. C. W. England. China: Eighth edition. W.B.
Saunders.
Atabany A., Y. Fitriyani, Anggraeni, A., dan I. Komala. 2008. Penampilan
Produksi Susu dan Reproduksi Sapi Friesian-Holstein di Balai
Pengembangan Perbibitan Ternak Sapi Perah Cikole, Lembang. Seminar
Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 11-12 Nopember
2008. Hal. 137-145.
Bearden, J and Fuquay, J. W. 1997. Applied Animal Reproductoin Fourth Edition.
Prentice Hall, Inc. USA.
Billy I. Smith,DVM. 2009. Therapeutic and Management options for Postpartum
Metritis in Dairy Cattle. University of Pennsylvania. Hal. 07 -23.
Colin, Pamer. 2003. Postpartum metritis in cattle: A review of the condition and
the treatment. Large Animal Veterinary Rounds Volume 3 Issue 8
Saskatchewan.
Dematawewa, C. M. B., R. E. Pearson, & P. M. VanRaden. 2007.
Modeling extended lactations of Holstein. J. Dairy Sci. 90: 3924-3936.
Frandson, R. D., 1996. Anatomi dan Fisiologi Ternak, Edisi ke-7, diterjemahkan
oleh Srigandono, B dan Praseno, K, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Galvao K.N. 2012. Postpartum uterine diseases in dairy cows. Anim Reprod, Vol
9:290-296.
Guyton, A.C. 1990. Fisiologi Kedokteran II. Edisi Ke-5. E.G.C. Jakarta (ID):
Penerbit Buku Kedokteran.
Hafez ES.E. 2000. Reproduction in Farm Animals. 7 th Ed. Lea and Febeger,
Philadelphia.
Hardjopranjoto, 1995. Ilmu Kemajiran pada Ternak. Airlangga Universitas Press,
hal 103-114, 139-146.
Hunter, F.H.R. 1995. Fisiologi dan Teknologi Reproduksi Hewan Betina
Domestik. Bandung (ID): Institut Teknologi Bandung Press.
Manspeaker, J.E. 1996. Metritis and Endometritis. Dairy Integrated Reproductive
Management IRM-22.
Marawali, A., M.T. Hine, Burhanuddin, H.L.L. Belli. 2001. Dasar-dasar Ilmu
Reproduksi Ternak. Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Pendidikan
Tinggi Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negeri Indonesia Timur.
Jakarta.
Partodihardjo S. 1992. Ilmu Reproduksi Hewan. Jakarta: Mutiara Sumber Widya.
21

Riady, M. 2006. Implementasi Program Menuju Swasembada Daging 2010.


Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner.
Puslitbangnak, 5-6 September, 2006.
Rustamadji B. 2004. Dairy Science I. [internet]. [diunduh pada 2016 Januari 31].
Tersedia pada: http://sukarno.web.ugm.ac.id/index.php/.
Subronto dan Tjahajati I. 2004. Ilmu Penyakit Ternak II. Yogyakarta (ID):
Gadjah Mada University Press.
Sudono, A., R. F. Rosdiana, dan B. S. Setiawan. 2003. Beternak Sapi
Perah Secara Intensif. Jakarta (ID): Agromedia Pustaka.
22
23

LAMPIRAN
24
25

Lampiran 1 Struktur Organisasi PT Ultra Peternakan Bandung Selatan


26

Lampiran 2 Data Populasi Sapi di PT UPBS

Grup Kandang Populasi


Transisi 1 (G.1) Maternity 1 120
Kolostrum (G.3) Maternity 2 38
Dry Cow (G. 17) Kandang 2B. 1 58
Mastitis (G. 5) Kandang 1A. 4 19
Transisi 2 (G.2) Kandang 1A. 1
Sapi suspect sakit (G.10) Kandang 1B.1 112
Fresh 2 (G.4) Kandang 1A. 3 83
Hospital (G.40) Kandang Hospital 1 11
Sapi Pincang (G.22) Kandang Hospital 2 27
Medium Prod (G.8) Kandang 3A 228
High Prod (G.9) Kandang 3B 230
Medium Prod (G.6) Kandang 2A 195
Medium Prod (G.16) Kandang 4B 327
Heifer Pregnant (G.13) Kandang 2B 143
Low Prod (G.15) Kandang 4A 328
Dry Cow (G.11) Kandang 2B. 2
Heifer 1A Kecil Kandang Heifer 1A. 1 113
Heifer 1A Besar Kandang Heifer 1A. 2 154
Heifer Kandang Heifer 1B. 1 76
Heifer Kandang Heifer 1B. 2 103
Breeding Rail Kandang Heifer 1B. 3 119
Tali Kuning 1 Heifer 2A. 1 124
Heifer Pregnant Heifer 2A. 2 225
Dry Cow (Grup 18) Heifer 2B. 2 64
Dry Cow (Grup 19) Heifer 2B. 3 64
Heifer Pregnant Heifer 2B. 4 85
Heifer Kecil Depan Maternity 117
Pedet Kecil Calf Feeder 1 109
Pedet Kecil Calf Feeder 2 110
Jumlah total populasi 3382
Sumber : Data Primer PT. Ultra Peternakan Bandung Selatan
27

Lampiran 3 Kejadian Metritis di PT UPBS 03 Januari 2016 – 09 Febuari 2016

No Nomor Suhu Produksi Hari Tanggal Penanganan


Sapi (0C) Susu Setelah Kejadian
(liter) Kelahiran Metritis

1. 800567 - 7.0 5 03/01/2016 Injeksi Marbocyl


2. 802086 39.8 4.0 7 05/01/2016 Injeksi Marbocyl
3. 801842 39.1 7.6 11 05/01/2016 Injeksi Marbocyl
4. 801865 39.5 4.6 11 05/01/2016 Injeksi Marbocyl dan
Amphoprim secara
intrauterine
5. 801439 - 4.3 5 06/01/2016 Injeksi Marbocyl dan
Amphoprim secara
intrauterine
6. 802628 - 6.0 7 07/01/2016 Injeksi Marbocyl dan
Amphoprim secara
intrauterine
7. 3345 39.1 4.5 6 08/01/2016 Injeksi Marbocyl dan
Amphoprim secara
intrauterine
8. 10628 - 9.0 7 08/01/2016 Injeksi Marbocyl ,
injeksi Vetadryl dan
Amphoprim secara
intrauterine
9. 800378 - 8.0 4 09/01/2016 Injeksi Marbocyl dan
Amphoprim secara
intrauterine
10. 801792 - 6.0 4 09/01/2016 Injeksi Marbocyl, dan
Amphoprim secara
intrauterine
11. 10653 38.3 6.0 4 11/01/2016 Injeksi Marbocyl dan
Amphoprim secara
intrauterine
12. 800479 39.7 0.5 4 13/01/2016 Injeksi Marbocyl dan
Amphoprim secara
intrauterine
13. 800429 39.0 4.0 4 15/01/2016 Amphoprim secara
intrauterine
28

14. 801690 40.0 7.0 6 16/01/2016 Amphoprim secara


intrauterine
15. 802380 38.2 1.0 6 16/01/2016 Injeksi Marbocyl dan
Amphoprim secara
intrauterine
16. 801509 39.0 2.0 8 20/01/2016 Injeksi Marbocyl dan
Amphoprim secara
intrauterine
17. 801992 39.1 7.0 9 20/01/2016 Injeksi Marbocyl dan
Amphoprim secara
intrauterine
18. 800909 - 9.0 5 22/01/2016 Injeksi Marbocyl dan
Amphoprim secara
intrauterine
19. 802444 39.3 7.0 7 22/01/2016 Injeksi Marbocyl,
injeksi Vetadryl dan
Amphoprim secara
intrauterine
20. 800409 39.9 12.0 7 24/01/2016 Injeksi Marbocyl
21. 802694 39.2 3.3 5 26/01/2016 Injeksi Marbocyl
22. 802433 38.9 - 11 29/01/2016 Flushing
Oxytetracyclin
23. 801665 39.7 6.0 4 30/01/2016 Injeksi Marbocyl dan
Amphoprim secara
intrauterine
24. 1216 - 11.0 4 31/01/2016 Amphoprim secara
intrauterine
25. 802308 - 5.0 7 31/01/2016 Injeksi Marbocyl
26. 802661 - 7.0 10 31/01/2016 Injeksi Marbocyl
27. 802723 - 7.0 6 31/01/2016 Injeksi Marbocyl
28. 801687 40.0 3.5 4 01/02/2016 Injeksi Marbocyl
29. 801799 39.6 4.0 6 02/02/2016 Injeksi Marbocyl dan
Amphoprim secara
intrauterine
30. 802661 39.7 2.0 4 02/02/2016 Injeksi Marbocyl dan
Amphoprim secara
29

intrauterine
31. 802717 39.5 6.0 2 03/02/2016 Injeksi Marbocyl,
injeksi Vetadryl dan
Amphoprim secara
intrauterine
32. 802784 39.4 5.0 4 05/02/2016 Injeksi Marbocyl
33. 802747 38.9 5.8 14 06/02/2016 Injeksi Marbocyl
34. 802742 - 8.0 8 09/02/2016 Injeksi Marbocyl dan
Amphoprim secara
intrauterine
35. 802653 39.9 6.0 4 09/02/2016 Injeksi Marbocyl,
injeksi Vetadryl dan
Amphoprim secara
intrauterine
30

Lampiran 4 Kegiatan Praktik Kerja Lapangan II

Pemotongan kuku sapi perah Pengecekan suhu sapi perah

Pengecekan LDA (Left Diplacement Penyuntikan antibiotik


Abomasum)

Pengecekan mastitis Pengecekan birahi


31

Lampiran 5 Jurnal Harian Praktik Kerja Lapangan II


FRM/DPD/PKL/009

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PROGRAM DIPLOMA
Kampus IPB Cilibende, Jl. Kumbang No. 14 Bogor 16151
Telp. ( 0251 ) 8329101, 8329051, Fax ( 0251) 3829101

JURNAL HARIAN PKL *)


PROGRAM KEAHLIAN PARAMEDIK VETERINER

Nama Mahasiswa : NIKI SIWI UTAMI


NIM : J3P113047
Nama Perusahaan/instansi : PT ULTRA PETERNAKAN BANDUNG
SELATAN
Alamat : DESA MARGA MELAR, PANGALENGAN,
BANDUNG SELATAN – JAWA BARAT

Hari Tanggal Waktu Kegiatan


Senin 18 Januari 2016 07.00-09.00 -Perkenalan dan pengarahan dari
Dokter Hewan
-Pembagian Divisi dan jadwal
kerja
-Pembuatan absensi dengan finger
print
08.00-12.00 -Penggiringan sapi yang akan
diperiksa di bagian fresh dan
mengembalikan sapi yang telah
diperiksa ke grupnya
-Pemeriksaan sapi pasca
melahirkan yang meliputi
pengukuran suhu, pemeriksaan
mastitis, pemeriksaan metritis, dan
pemeriksaan left diplacement
abomasum (LDA)
-Penyuntikan antibiotik pada sapi
yang mengalami metritis ataupun
mastitis
-Pencukuran rambut pada ekor dan
sekitar anus pada sapi yang baru
melahirkan
-Pembacaan RFID (Radio Frequen
Identity) pada sapi yang belum
terdata di kantor
32

-Pemberesan alat-alat pemeriksaan


dan obat-obatan, pengembalian
posisi semula kandang jepit dan
penyemprotan lantai kandang
12.00-13.00 Istirahat, shalat dan makan
13.00-14.00 Perhitungan kading (memamah
biak) pada sapi perah untuk
mengetahui nafsu makannya
14.00-15.30 Vaksinasi Brucella pada sapi perah
setelah 15 hari pasca melahirkan
15.30-16.00 -Diskusi dengan penanggung
jawab bagian fresh
-Pemberesan alat-alat pemeriksaan
dan obat-obatan, pengembalian
posisi semula kandang jepit dan
penyemprotan lantai kandang
-Pengembalian alat-alat pemerik-
saan dan obat-obatan ke kantor
Selasa 19 Januari 2016 07.00-08.00 -Persiapan alat-alat pemeriksaan
dan obat-obatan di kantor
-Peralatan dan obat-obatan dibawa
ke kandang fresh
09.00-12.00 -Penggiringan sapi yang akan
diperiksa di bagian fresh dan
mengembalikan sapi yang telah
diperiksa ke grupnya
-Pemeriksaan sapi pasca
melahirkan yang meliputi
pengukuran suhu, pemeriksaan
mastitis, pemeriksaan metritis, dan
pemeriksaan left diplacement
abomasum (LDA)
-Penyuntikan antibiotik pada sapi
yang mengalami metritis ataupun
mastitis
-Pencukuran rambut pada ekor dan
sekitar anus pada sapi yang baru
melahirkan
-Pembacaan RFID (Radio Frequen
Identity) pada sapi yang belum
terdata di kantor
-Pemberesan alat-alat pemeriksaan
dan obat-obatan, pengembalian
posisi semula kandang jepit dan
penyemprotan lantai kandang
12.00-13.00 Istirahat, shalat dan makan
13.00-14.00 Perhitungan kading (memamah
biak) pada sapi perah untuk
33

mengetahui nafsu makannya


14.00-15.00 Vaksinasi Brucella pada sapi perah
setelah 15 hari pasca melahirkan
15.00-16.00 -Diskusi dengan penanggung
jawab bagian fresh
-Pemberesan alat-alat pemeriksaan
dan obat-obatan, pengembalian
posisi semula kandang jepit dan
penyemprotan lantai kandang
-Pengembalian alat-alat pemerik-
saan dan obat-obatan ke kantor
Rabu 20 Januari 2016 07.00-08.00 -Persiapan alat-alat pemeriksaan
dan obat-obatan di kantor
-Peralatan dan obat-obatan dibawa
ke kandang fresh
-Pencatatan produksi susu di
bagian milking pada sapi perah
yang akan diperiksa di kandang
fresh
08.00-12.00 -Penggiringan sapi yang akan
diperiksa di bagian fresh dan
mengembalikan sapi yang telah
diperiksa ke grupnya
-Pemeriksaan sapi pasca
melahirkan yang meliputi
pengukuran suhu, pemeriksaan
mastitis, pemeriksaan metritis, dan
pemeriksaan left diplacement
abomasum (LDA)
-Penyuntikan antibiotik pada sapi
yang mengalami metritis ataupun
mastitis
-Pencukuran rambut pada ekor dan
sekitar anus pada sapi yang baru
melahirkan
-Pembacaan RFID (Radio Frequen
Identity) pada sapi yang belum
terdata di kantor
-Pemberesan alat-alat pemeriksaan
dan obat-obatan, pengembalian
posisi semula kandang jepit dan
penyemprotan lantai kandang
12.00-13.00 Istirahat, shalat dan makan
13.00-14.00 Perhitungan kading (memamah
biak) pada sapi perah untuk
mengetahui nafsu makannya
14.00-15.30 Pencocokan sapi yang telah didata
pada grupnya dan pemindahan sapi
34

yang tidak sesuai penempatannya


dengan di data
15.30-16.00 -Pemberesan alat-alat pemeriksaan
dan obat-obatan, pengembalian
posisi semula kandang jepit dan
penyemprotan lantai kandang
-Pengembalian alat-alat pemerik-
saan dan obat-obatan ke kantor
Kamis 21 Januari 2016 07.00-08.00 -Persiapan alat-alat pemeriksaan
dan obat-obatan di kantor
-Peralatan dan obat-obatan dibawa
ke kandang fresh
08.00-12.00 -Penggiringan sapi yang akan
diperiksa di bagian fresh dan
mengembalikan sapi yang telah
diperiksa ke grupnya
-Pemeriksaan sapi pasca
melahirkan yang meliputi
pengukuran suhu, pemeriksaan
mastitis, pemeriksaan metritis, dan
pemeriksaan left diplacement
abomasum (LDA)
-Penyuntikan antibiotik pada sapi
yang mengalami metritis ataupun
mastitis
-Pencukuran rambut pada ekor dan
sekitar anus pada sapi yang baru
melahirkan
-Pembacaan RFID (Radio Frequen
Identity) pada sapi yang belum
terdata di kantor
-Pemberesan alat-alat pemeriksaan
dan obat-obatan, pengembalian
posisi semula kandang jepit dan
penyemprotan lantai kandang
12.00-13.00 Istirahat, shalat dan makan
13.00-14.00 Perhitungan kading (memamah
biak) pada sapi perah untuk
mengetahui nafsu makannya
14.00-15.00 Vaksinasi Brucella pada sapi perah
setelah 15 hari pasca melahirkan
15.00-16.00 -Diskusi dengan penanggung
jawab bagian fresh dan melihat
cara memasukan data pemeriksaan
sapi perah
-Pemberesan alat-alat pemeriksaan
dan obat-obatan, pengembalian
posisi semula kandang jepit dan
35

penyemprotan lantai kandang


-Pengembalian alat-alat pemerik-
saan dan obat-obatan ke kantor
Jum’at 22 Januari 2016 07.00-08.00 -Persiapan alat-alat pemeriksaan
dan obat-obatan di kantor
-Peralatan dan obat-obatan dibawa
ke kandang breeding
08.00-12.00 -Penggiringan sapi yang akan
diperiksa dan dilakukan IB di
bagian breeding dan mengembali-
kan sapi yang telah diperiksa ke
grupnya
-Penandaan (chalk) pada pangkal
ekor sapi perah untuk menandai
birahi
-Pencairan (thawing) straw pada air
hangat selama 40 detik dan
pemasukan straw dalam gun.
-Palpasi per rektal untuk
pengecekan birahi
-Pemberesan alat-alat pemeriksaan
dan obat-obatan
12.00-13.00 Istirahat, shalat dan makan
13.00-14.30 -Penggiringan sapi yang akan
diperiksa dan dilakukan IB di
bagian breeding dan mengembali-
kan sapi yang telah diperiksa ke
grupnya
-Penandaan (chalk) pada pangkal
ekor sapi perah untuk menandai
birahi
14.30-15.30 Pengeluaran abses pada kaki sapi
dengan cara flushing
15.30-16.00 -Pemberesan alat-alat pemeriksaan
dan obat-obatan
-Pencucian apron
-Pengembalian alat-alat pemerik-
saan dan obat-obatan ke kantor
Minggu 24 Januari 2016 07.00-08.00 -Persiapan alat-alat pemeriksaan
dan obat-obatan di kantor
-Peralatan dan obat-obatan dibawa
ke kandang breeding
08.00-10.00 -Penggiringan sapi yang akan
diperiksa dan dilakukan IB di
bagian kandang heifer dan
mengembalikan sapi yang telah
diperiksa ke grupnya
-Penandaan (chalk) pada pangkal
36

ekor sapi perah untuk menandai


birahi
-Pendataan sapi heifer yang
dilakukan IB
10.00-12.00 -Penggiringan sapi yang akan
diperiksa dan dilakukan IB di
bagian breeding dan mengembali-
kan sapi yang telah diperiksa ke
grupnya
-Penandaan (chalk) pada pangkal
ekor sapi perah untuk menandai
birahi
-Pemberesan alat-alat pemeriksaan
dan obat-obatan
12.00-13.00 Istirahat, shalat dan makan
13.00-14.30 -Penggiringan sapi yang akan
diperiksa dan dilakukan IB di
bagian breeding dan mengembali-
kan sapi yang telah diperiksa ke
grupnya
-Penandaan (chalk) pada pangkal
ekor sapi perah untuk menandai
birahi
14.30-15.30 Penggiringan dan pendataan sapi
perah yang akan dilakukan cek
kesehatan di kandang breeding
15.30-16.00 -Pemberesan alat-alat pemeriksaan
dan obat-obatan
-Pencucian apron
-Pengembalian alat-alat pemerik-
saan dan obat-obatan ke kantor
Senin 25 Januari 2016 06.00-07.00 -Persiapan alat-alat pemeriksaan
dan obat-obatan di kantor
-Peralatan dan obat-obatan dibawa
ke kandang breeding
07.00-12.00 -Penggiringan sapi yang akan
dilakukan sinkronisasi birahi di
bagian breeding
-Sikronisasi birahi dengan
menyuntikan hormon PGF 2α dan
GnRH
12.00-13.00 Istirahat, shalat dan makan
13.00-15.00 -Penggiringan sapi yang akan
dilakukan sinkronisasi birahi di
bagian breeding
-Sikronisasi birahi dengan
menyuntikan hormon PGF 2α dan
GnRH
37

15.00-16.00 -Pengecekan kesehatan sapi perah


dengan dokter hewan
-Pemberesan alat-alat pemeriksaan
dan obat-obatan
-Pencucian apron
-Pengembalian alat-alat pemerik-
saan dan obat-obatan ke kantor
Selasa 26 Januari 2016 07.00-08.00 -Persiapan alat-alat pemeriksaan
dan obat-obatan di kantor
-Peralatan dan obat-obatan dibawa
ke kandang breeding
08.00-12.00 -Penggiringan sapi yang akan
dilakukan pemeriksaan kebunting-
an di bagian breeding
-Penandaan (chalk) pada pangkal
ekor sapi perah untuk menandai
birahi
-Pemberesan alat-alat pemeriksaan
dan obat-obatan
12.00-13.00 Istirahat, shalat dan makan
13.00-15.00 -Penggiringan sapi yang akan
dilakukan pemeriksaan kebunting-
an di bagian breeding
-Penandaan (chalk) pada pangkal
ekor sapi perah untuk menandai
birahi

15.00-16.00 -Pengecekan kesehatan sapi perah


dengan dokter hewan
-Pemberesan alat-alat pemeriksaan
dan obat-obatan
-Pencucian apron
-Pengembalian alat-alat pemerik-
saan dan obat-obatan ke kantor
Rabu 27 Januari 2016 07.00-12.00 -Penggiringan dan pengecekan sapi
perah yang akan dipotong kukunya
di bagian hooftrim
-Pemotongan kuku sapi perah dan
pemasangan wood block untuk sapi
yang pincang
12.00-13.00 Istirahat, shalat dan makan
13.00-16.00 -Penggiringan dan pengecekan sapi
perah yang akan dipotong kukunya
di bagian hooftrim
-Pemotongan kuku sapi perah dan
pemasangan wood block untuk sapi
yang pincang
Kamis 28 Januari 2016 07.00-12.00 -Penggiringan dan pengecekan sapi
38

perah yang akan dipotong kukunya


di bagian hooftrim
-Pemotongan kuku sapi perah dan
pemasangan wood block untuk sapi
yang pincang
12.00-13.00 Istirahat, shalat dan makan
13.00-16.00 -Penggiringan dan pengecekan sapi
perah yang akan dipotong kukunya
di bagian hooftrim
-Pemotongan kuku sapi perah dan
pemasangan wood block untuk sapi
yang pincang
Jum’at 29 Januari 2016 07.00-09.00 -Penggiringan sapi perah colostrum
yang akan diperah di bagian
hospital
-Pemerahan sapi colostrum
09.00-12.00 -Penggiringan sapi perah mastitis
yang akan diperah di bagian
hospital
-Pemerahan sapi mastitis
-Pengobatan dan pengecekan
mastitis
-Pembersihan dan pencucian alat
pemerahan
-Pengecekan kesehatan sapi
pincang
12.00-13.00 Istirahat, shalat dan makan
13.00-15.00 Pengecekan kesehatan sapi perah
dengan dokter hewan
15.00-16.00 Pemerahan sapi mastitis
16.00-19.00 Penggiringan sapi pincang yang
akan diperah di bagian miking
Sabtu 30 Januari 2016 07.00-09.00 -Penggiringan sapi perah colostrum
yang akan diperah di bagian
hospital
-Pemerahan sapi colostrum
09.00-12.00 -Penggiringan sapi perah mastitis
yang akan diperah di bagian
hospital
-Pemerahan sapi mastitis
-Pengobatan dan pengecekan
mastitis
-Pembersihan dan pencucian alat
pemerahan
-Pengecekan kesehatan sapi
pincang
12.00-13.00 Istirahat, shalat dan makan
13.00-15.00 Pengecekan kesehatan sapi perah
39

dengan dokter hewan


15.00-16.00 Pemerahan sapi mastitis
16.00-19.00 Penggiringan sapi pincang yang
akan diperah di bagian miking
Minggu 31 Januari 2016 19.00-21.00 -Penggiringan sapi perah colostrum
yang akan diperah di bagian
hospital
-Pemerahan sapi colostrum
21.00-23.00 -Keliling dan kontrol kandang
dengan dokter hewan dan operator
kandang
23.00-01.00 -Penggiringan sapi perah mastitis
yang akan diperah di bagian
hospital
-Pemerahan sapi mastitis
01.00-02.00 Kontrol kandang dengan operator
kandang
02.00-04.30 Istirahat, makan dan shalat
04.30-07.00 -Penggiringan sapi pincang yang
akan diperah di bagian miking
-Pemerahan sapi di hospital
-Pertolongan kelahiran
Senin 1 Febuari 2016 19.00-21.00 -Penggiringan sapi perah colostrum
yang akan diperah di bagian
hospital
-Pemerahan sapi colostrum
21.00-23.00 -Keliling kandang dan vaksinasi
Brucella dengan dokter hewan
23.00-01.00 -Penggiringan sapi perah mastitis
yang akan diperah di bagian
hospital
-Pemerahan sapi mastitis
01.00-02.00 Kontrol kandang dengan operator
kandang
02.00-04.30 Istirahat, makan dan shalat
04.30-07.00 -Penggiringan sapi pincang yang
akan diperah di bagian miking
-Pemerahan sapi di hospital
Kamis 4 Febuari 2016 07.00-09.00 -Pembersihan calfider dan area
sekitar kandang pedet
09.00-10.00 Pemberian TMR dan konsentrat ke
pedet
10.00-12.00 Penimbangan pedet yang baru lahir
12.00-13.00 Istirahat, shalat dan makan
13.00-14.00 Pembersihan dan pencucian
calfider
14.00-15.00 Pemberian TMR dan konsentrat ke
pedet
40

15.00-16.00 -Nekropsi pedet yang sakit


-Pembersihancalfider
Jum’at 5 Febuari 2016 07.00-09.00 -Pembersihan calfider dan area
sekitar kandang pedet
09.00-10.00 Pemberian TMR dan konsentrat ke
pedet
10.00-12.00 Penimbangan pedet yang baru lahir
Pengukuran suhu pedet
12.00-13.00 Istirahat, shalat dan makan
13.00-14.00 Pembersihan dan pencucian
calfider
14.00-15.00 Pemberian TMR dan konsentrat ke
pedet
15.00-16.00 -Pemberian obat ke pedet yang
sakit
-Pembersihan calfider
Sabtu 6 Febuari 2016 07.00-09.00 -Pembersihan calfider dan area
sekitar kandang pedet
09.00-10.00 Pemberian TMR dan konsentrat ke
pedet
10.00-12.00 Penimbangan pedet yang baru lahir
Pengukuran suhu pedet
12.00-13.00 Istirahat, shalat dan makan
13.00-14.00 Pembersihan dan pencucian
calfider
14.00-15.00 Pemberian TMR dan konsentrat ke
pedet
15.00-16.00 -Pemasangan RFID pada pedet
yang baru lahir
-Pembersihan calfider
Minggu 7 Febuari 2016 07.00-09.00 -Penggiringan sapi perah colostrum
yang akan diperah di bagian
hospital
-Pemerahan sapi colostrum
09.00-12.00 -Penggiringan sapi perah mastitis
yang akan diperah di bagian
hospital
-Pemerahan sapi mastitis
-Pengobatan dan pengecekan
mastitis
-Pembersihan dan pencucian alat
pemerahan
-Pengecekan kesehatan sapi
pincang
12.00-13.00 Istirahat, shalat dan makan
13.00-15.00 Pengecekan kesehatan sapi perah
dengan dokter hewan
15.00-16.00 Pemerahan sapi mastitis
41

Selasa 9 Febuari 2016 07.00-08.00 -Persiapan alat-alat pemeriksaan


dan obat-obatan di kantor
-Peralatan dan obat-obatan dibawa
ke kandang fresh
-Pencatatan produksi susu di
bagian milking pada sapi perah
yang akan diperiksa di kandang
fresh
08.00-12.00 -Penggiringan sapi yang akan
diperiksa di bagian fresh dan
mengembalikan sapi yang telah
diperiksa ke grupnya
-Pemeriksaan sapi pasca
melahirkan yang meliputi
pengukuran suhu, pemeriksaan
mastitis, pemeriksaan metritis, dan
pemeriksaan left diplacement
abomasum (LDA)
-Penyuntikan antibiotik pada sapi
yang mengalami metritis ataupun
mastitis
-Pencukuran rambut pada ekor dan
sekitar anus pada sapi yang baru
melahirkan
-Pembacaan RFID (Radio Frequen
Identity) pada sapi yang belum
terdata di kantor
-Pemberesan alat-alat pemeriksaan
dan obat-obatan, pengembalian
posisi semula kandang jepit dan
penyemprotan lantai kandang
12.00-13.00 Istirahat, shalat dan makan
13.00-14.00 Vaksinasi Brucella pada sapi perah
14.00-15.30 Perhitungan kading (memamah
biak) pada sapi perah untuk
mengetahui nafsu makannya
15.30-16.00 -Pemberesan alat-alat pemeriksaan
dan obat-obatan, pengembalian
posisi semula kandang jepit dan
penyemprotan lantai kandang
-Pengembalian alat-alat pemerik-
saan dan obat-obatan ke kantor
Rabu 10 Febuari 2016 07.00-08.00 -Persiapan alat-alat pemeriksaan
dan obat-obatan di kantor
-Peralatan dan obat-obatan dibawa
ke kandang fresh
08.00-12.00 -Penggiringan sapi yang akan
diperiksa di bagian fresh dan
42

mengembalikan sapi yang telah


diperiksa ke grupnya
-Pemeriksaan sapi pasca
melahirkan yang meliputi
pengukuran suhu, pemeriksaan
mastitis, pemeriksaan metritis, dan
pemeriksaan left diplacement
abomasum (LDA)
-Penyuntikan antibiotik pada sapi
yang mengalami metritis ataupun
mastitis
-Pencukuran rambut pada ekor dan
sekitar anus pada sapi yang baru
melahirkan
-Pembacaan RFID (Radio Frequen
Identity) pada sapi yang belum
terdata di kantor
-Pemberesan alat-alat pemeriksaan
dan obat-obatan, pengembalian
posisi semula kandang jepit dan
penyemprotan lantai kandang
12.00-13.00 Istirahat, shalat dan makan
13.00-14.00 Vaksinasi Brucella pada sapi perah
14.00-15.30 Pemindahan sapi ke grup 5
15.30-16.00 -Pemberesan alat-alat pemeriksaan
dan obat-obatan, pengembalian
posisi semula kandang jepit dan
penyemprotan lantai kandang
-Pengembalian alat-alat pemerik-
saan dan obat-obatan ke kantor
Kamis 11 Febuari 2016 07.00-08.00 -Persiapan alat-alat pemeriksaan
dan obat-obatan di kantor
-Peralatan dan obat-obatan dibawa
ke kandang fresh
08.00-12.00 -Penggiringan sapi yang akan
diperiksa di bagian fresh dan
mengembalikan sapi yang telah
diperiksa ke grupnya
-Pemeriksaan sapi pasca
melahirkan yang meliputi
pengukuran suhu, pemeriksaan
mastitis, pemeriksaan metritis, dan
pemeriksaan left diplacement
abomasum (LDA)
-Penyuntikan antibiotik pada sapi
yang mengalami metritis ataupun
mastitis
-Pencukuran rambut pada ekor dan
43

sekitar anus pada sapi yang baru


melahirkan
-Pembacaan RFID (Radio Frequen
Identity) pada sapi yang belum
terdata di kantor
-Pemberesan alat-alat pemeriksaan
dan obat-obatan, pengembalian
posisi semula kandang jepit dan
penyemprotan lantai kandang
12.00-13.00 Istirahat, shalat dan makan
13.00-14.00 Vaksinasi Brucella pada sapi perah
14.00-15.30 Pemindahan sapi ke grup 5
15.30-16.00 -Pemberesan alat-alat pemeriksaan
dan obat-obatan, pengembalian
posisi semula kandang jepit dan
penyemprotan lantai kandang
-Pengembalian alat-alat pemerik-
saan dan obat-obatan ke kantor
Jum’at 12 Febuari 2016 07.00-09.00 -Penggiringan sapi perah colostrum
yang akan diperah di bagian
hospital
-Pemerahan sapi colostrum
09.00-12.00 -Penggiringan sapi perah mastitis
yang akan diperah di bagian
hospital
-Pemerahan sapi mastitis
-Pengobatan dan pengecekan
mastitis
-Pembersihan dan pencucian alat
pemerahan
-Pengecekan kesehatan sapi
pincang
12.00-13.00 Istirahat, shalat dan makan
13.00-15.00 Pengecekan kesehatan sapi perah
dengan dokter hewan
15.00-16.00 Pemerahan sapi mastitis
Minggu 14 Febuari 2016 07.00-08.00 -Persiapan alat-alat pemeriksaan
dan obat-obatan di kantor
-Peralatan dan obat-obatan dibawa
ke kandang breeding
08.00-12.00 -Penggiringan sapi yang akan
diperiksa dan dilakukan IB di
bagian breeding dan mengembali-
kan sapi yang telah diperiksa ke
grupnya
-Penandaan (chalk) pada pangkal
ekor sapi perah untuk menandai
birahi
44

-Pemberesan alat-alat pemeriksaan


dan obat-obatan
12.00-13.00 Istirahat, shalat dan makan
13.00-14.30 -Penggiringan sapi yang akan
diperiksa dan dilakukan IB di
bagian breeding dan mengembali-
kan sapi yang telah diperiksa ke
grupnya
-Penandaan (chalk) pada pangkal
ekor sapi perah untuk menandai
birahi
14.30-15.30 Penggiringan dan pendataan sapi
perah yang akan dilakukan cek
kesehatan di kandang breeding
15.30-16.00 -Pengecekan kesehatan sapi perah
dengan dokter hewan
-Pemberesan alat-alat pemeriksaan
dan obat-obatan
-Pengembalian alat-alat pemerik-
saan dan obat-obatan ke kantor
Senin 15 Febuari 2016 07.00-08.00 -Persiapan alat-alat pemeriksaan
dan obat-obatan di kantor
-Peralatan dan obat-obatan dibawa
ke kandang fresh
08.00-12.00 -Penggiringan sapi yang akan
diperiksa di bagian fresh dan
mengembalikan sapi yang telah
diperiksa ke grupnya
-Pemeriksaan sapi pasca
melahirkan yang meliputi
pengukuran suhu, pemeriksaan
mastitis, pemeriksaan metritis, dan
pemeriksaan left diplacement
abomasum (LDA)
-Penyuntikan antibiotik pada sapi
yang mengalami metritis ataupun
mastitis
-Pencukuran rambut pada ekor dan
sekitar anus pada sapi yang baru
melahirkan
-Pembacaan RFID (Radio Frequen
Identity) pada sapi yang belum
terdata di kantor
-Pemberesan alat-alat pemeriksaan
dan obat-obatan, pengembalian
posisi semula kandang jepit dan
penyemprotan lantai kandang
12.00-13.00 Istirahat, shalat dan makan
45

13.00-14.00 Vaksinasi Brucella pada sapi perah


14.00-15.30 Pemindahan sapi ke grup 5
15.30-16.00 -Pemberesan alat-alat pemeriksaan
dan obat-obatan, pengembalian
posisi semula kandang jepit dan
penyemprotan lantai kandang
-Pengembalian alat-alat pemerik-
saan dan obat-obatan ke kantor
Selasa 16 Febuari 2016 07.00-08.00 -Persiapan alat-alat pemeriksaan
dan obat-obatan di kantor
-Peralatan dan obat-obatan dibawa
ke kandang breeding
08.00-12.00 -Penggiringan sapi yang akan
diperiksa dan dilakukan IB di
bagian breeding dan mengembali-
kan sapi yang telah diperiksa ke
grupnya
-Penandaan (chalk) pada pangkal
ekor sapi perah untuk menandai
birahi
-Pemberesan alat-alat pemeriksaan
dan obat-obatan
12.00-13.00 Istirahat, shalat dan makan
13.00-16.00 Evaluasi hasil praktik kerja
lapangan
Diskusi dan presentasi hasil praktik
kerja lapangan
Rabu 17 Febuari 2016 07.00-12.00 -Perpisahan dan pamitan dengan
dokter hewan dan pegawai UPBS
-Foto bersama dokter hewan dan
para pegawai di PT UPBS
46

Lampiran 6 Jurnal Kasus/Aktivitas Praktik Kerja Lapangan II


FRM/DPD/PKL/009

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PROGRAM DIPLOMA
Kampus IPB Cilibende, Jl. Kumbang No. 14 Bogor 16151
Telp. ( 0251 ) 8329101, 8329051, Fax ( 0251) 3829101

JURNAL HARIAN AKTIVITAS/KASUS PKL*)


PROGRAM KEAHLIAN PARAMEDIK VETERINER

Nama Mahasiswa : NIKI SIWI UTAMI


NIM : J3P113047
Nama Perusahaan/instansi : PT ULTRA PETERNAKAN
BANDUNG SELATAN
Alamat : DESA MARGA MELAR,
PANGALENGAN, BANDUNG
SELATAN-JAWA BARAT

Hari Tanggal Kasus/Aktivitas Prosedur Kerja


-Susu sapi diperiksa dengan cara
distripping pada bagian ambingnya jika
terjadi mastitis akan ada gumpalan
-Sapi yang terkena mastitis susunya di
18 Januari Terjadi mastitis stripping sampai habis dan kemudian
Senin
2016 pada sapi perah disuntikan Lactaclox pada bagian
ambingnya
-Kemudian disuntikan antibiotik
Grandlife sebanyak 10 ml secara
intramuskular
Sapi perah yang baru melahirkan
dihandle di kandang jepit dan kemudian
Pencegahan dilakukan penginfusan Calciject secara
18 Januari
Senin Milk Fever pada subcutan dan pemberian mono propilen
2016
sapi perah glikol (MPG) secara oral untu
menambah energi pada sapi yang baru
melahirkan
-Sapi di palpasi per rektal jika terjadi
metritis akan keluar lendir dari vulva
yang encer dan bau
19 Januari Terjadi metritis -Kemudian dilakukan pengobatan
Selasa
2016 pada sapi perah secara intrauterine dengan memasukan
Amphoprim ke dalam uterus dan
penyuntikan antibiotik Marbocyl
sebanyak 15 ml secara intramuskular
Selasa 19 Januari Terjadi Foot -Kaki belakang sapi perah yang akan
47

2016 Rot pada sapi dipotong diangkat dengan katrol yang


perah terdapat di kandang jepit
-Kuku sapi dibersihkan menggunakan
renet dan kikir, serta dibersihkan pada
bagian yang terdapat foot rot
-Dilakukan penyuntikan Phenylject
sebanyak 20 ml dan Grandlife sebanyak
10 ml secara intramuskular
-Kaki belakang sapi perah yang akan
dipotong diangkat dengan katrol yang
terdapat di kandang jepit
Terjadi -Kuku sapi dibersihkan menggunakan
19 Januari
Selasa kepincangan renet dan kikir
2016
pada sapi perah -Pada bagian kaki yang tidak sakit
dipasang Wood Block dengan
menempelkannya menggunakan lem
Bovi Bond
Sapi di palpasi per rektal untuk
mengecek apakah palsentanya sudah
Terjadi retensi
20 Januari keluar atau belum, jika plasentanya
Rabu plasenta pada
2016 belum keluar dilakukan penyuntikan
sapi perah
Oxytocin sebanyak 2-4 ml secara
subcutan
Sapi perah dimasukan ke dalam
Terjadi Pink kandang jepit dan pada sapi yang
20 Januari
Rabu Eye pada sapi mengalami pink eye disemprotkan
2016
perah Alamycin LA sebanyak 2 ml pada
bagian matanya
-Sapi perah yang mengalami abses
dimasukan ke dalam kandang jepit
-Abses dibuka menggunakan forcep
dan dikeluarkan nanah yang ada di
dalamnya
Terjadi abses
22 Januari -Kemudian dilakukan flushing NaCl
Jum’at pada kaki sapi
2016 yang dicampur dengan Oxytetracyclin
perah
pada luka abses yang telah dibuka
sampai benar-benar bersih
-Dilakukan penyuntikan Phenylject
sebanyak 20 ml dan Marbocyl sebanyak
15 ml secara intramuskular
-Dilakukan penyuntikan Phenylject dan
Marbocyl secara intramuskular
Pedet lemas dan
24 Januari -Dilakukan pemberian elektrolit yang
Minggu tidak mau
2016 telah dicampurkan dengan air hangat
berdiri
sebanyak 2 liter menggunakan alat
penyedot
25 Januari Dehidrasi pada Pemasangan infus melalui vena
Senin
2016 pedet jugularis dengan menggunakan glukosa
48

500 ml setelah habis diganti dengan


ringer laktat 500 ml
-Sapi yang akan disinkronisasi
dimasukan ke dalam breeding rail
-Kemudian dilakukan penyuntikan PGF
25 Januari Sinkronisasi 2α untuk sapi-sapi yang tidak bunting
Senin
2016 Birahi sebanyak 2 ml secara intramuskular
-Penggunaan hormon GnRH untuk
sapi-sapi yang jadwal Ibnya sudah
terjadwal
-Sapi yang akan diperiksa
kebuntingannya dimasukan ke dalam
breeding rail
26 Januari Pemeriksaan
Selasa -Kemudian dilakukan palpasi per rektal
2016 kebuntingan
dan dicek ada tidaknya perubahan pada
servik dan uterusnya (dicek bunting
atau tidaknya)
Dilakukan penyuntikan Vetadryl®
29 Januari sebanyak 15 ml dan Marbocyl®
Jum’at Pneumonia
2016 sebanyak 15 ml secara intramuskular.
Penyuntikan dilakukan 2 kali sehari
-Sapi yang ambruk diberdirikan
menggunakan katrol yang dipasang
pada pinggulnya
5 Febuari Penanganan
Jum’at -Kemudian dilakukan penginfusan
2016 sapi ambruk
glukosa sebanyak 500 ml secara
intravena. Selain itu, dilakukan
pengecekan suhu dan mastitis
-Peralatan bedah dan obat-obatan yang
dibutuhkan dipersiapkan
-Sapi dimasukan ke dalam kandang
jepit
-Bagian yang akan disayat, dicukur dan
dibersihkan menggunakan iodine
-Injek bagian yang disayat
menggunakan lidocaine sebanyak
Operasi LDA 100ml
7 Febuari (Left -Penyayatan dilakukan, udara dalam
Minggu
2016 Diplacement abomasum dikeluarkan menggunakan
Abomasum) selang dan spoit
-Bagian omentum dikaitkan dengan
pertonium bagian kanan
-Tutup daerah sayatan menggunakan
jahitan matras continue
-Spray daerah jahitan dengan
Alamycin®
-Injeksi Penstrep® sebanyak 20ml
secara intramuskular
49

-Sapi yang terkena metritis yang tidak


sembuh diobati secara intrauterine
-Dilakukan flushing Oxytetracyclin
sebanyak 10ml yang telah dicampur
8 Febuari dengan aquades 100ml
Selasa Metritis kronis
2016 -Cara flushingnya adalah selang/IB
Gun dimasukan ke dalam uterus
kemudian obat dimasukan
menggunakan spoit melalui ujung
selang
Dilakukan pemberian monopropilen-
11 Febuari
Kamis Ketosis glikol secara oral dan penyuntikan
2016
antibiotik Penicillin sebanyak 20 ml
-Sapi yang akan divaksin Brucella
dimasukan ke dalam freestall
-Kemudian vaksin Brucella diambil di
12 Febuari Vaksinasi coolbox sebanyak 2 ml dan disuntikan
Jum’at
2016 Brucella pada sapi secara subkutan.
-Vaksinasi Brucella dilakukan 15 hari
pasca melahirkan dan diulang 35 hari
kemudian
Sapi dimasukan ke kandang jepit,
14 Febuari kemudian dilakukan injeksi dengan
Minggu Diare
2016 Intertrim® sebanyak 40 ml secara
intramuskular
-Sebelum dilakukan CMT (California
Mastitis Test) puting sapi didpping
iodine terlebih dahulu, setelah itu baru
Pengobatan dilakukan CMT
16 Febuari
Selasa mastitis -Sapi yang mastitis susunya diperah
2016
subklinis sampai habis menggunakan mesin
-Kemudian disuntikan antibiotik
Penstrep sebanyak 20 ml secara
intramuskular
50

Lampiran 7 Jurnal Periodik Praktik Kerja Lapangan II


FRM/DPD/PKL/009

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PROGRAM DIPLOMA
Kampus IPB Cilibende, Jl. Kumbang No. 14 Bogor 16151
Telp. ( 0251 ) 8329101, 8329051, Fax ( 0251) 3829101

JURNAL PERIODIK PKL *)

Nama Mahasiswa : NIKI SIWI UTAMI


NIM : J3P113047
Nama : PT ULTRA PETERNAKAN BANDUNG
Perusahaan/instansi SELATAN
Alamat : DESA MARGA MELAR,
PANGALENGAN, BANDUNG SELATAN-
JAWA BARAT

Tanggal Informasi yang diperoleh Masalah/Kendali


Pengenalan tentang PT
18 Januari - 24 Januari
ULTRA PETERNAKAN Tidak ada kendala
2016
BANDUNG SELATAN
Mengetahui lokasi yang ada di
PT ULTRA PETERNAKAN Tidak ada kendala
BANDUNG SELATAN
Mengetahui cara pemeriksaan
Tidak ada kendala
dan pemotongan kuku
Mempelajari cara pemeriksaan
kesehatan sapi yang meliputi
pengukuran suhu, pengecekan
Tidak ada kendala
mastitis pemeriksaan metritis,
dan pemeriksaan left
diplacement abomasum (LDA)
Mempeajari cara penyuntikan
Tidak ada kendala
antibiotik pada sapi perah
Mempelajari cara penggiringan
sapi perah yang akan dilakukan Tidak ada kendala
pemeriksaan
Mempelajari cara pembacaan
Tidak ada kendala
RFID (Radio Frequen Identity)
Mengetahui cara memasukan
data pemeriksaan kesehatan Tidak ada kendala
sapi perah
Mengetahui cara vaksinasi
Tidak ada kendala
Brucella pada sapi perah
51

Mempelajari cara penandaan


(chalk) pada pangkal ekor sapi
Tidak ada kendala
perah untuk menandai birahi

Mempelajari cara pencairan


(thawing) straw pada air hangat
Tidak ada kendala
selama 40 detik dan
pemasukan straw dalam gun.
Mempelajari cara palpasi per
Tidak ada kendala
rektal untuk pengecekan birahi
Mempelajari cara pengeluaran
Tidak ada kendala
abses
-Vaksinasi Brucella pada sapi Pada saat vaksin sapi
perah dilakukan setelah 15 hari harus dicari satu-satu
25 Januari-31Januari
kelahiran dan pengulangan 35 dan sapi sulit dihandle
2016
hari kemudian. Pemberian jika tidak diletakan di
vaksin secara subkutan freestall
-Cara thawing (pencairan)
straw pada suhu 37ᵒC selama
Tidak ada kendala
40 detik dan dimasukan ke
dalam IB Gun
-Cara pengecekan birahi
dengan palpasi per rektal
Tidak ada kendala
kemudian dipegang serviknya
lalu dikeluarkan lendirnya
-Pink eye adalah infeksi pada Kepala sapi gerak-gerak
mata yang disebabkan oleh saat disemprotkan
lalat. Pengobatannya dengan Alamycin sehingga
penyemprotan Alamycin pada susah menyemprotkan
mata. pas ke mata
-Operasi LDA (Left
Diplacement Abomasum)
dengan mengeluarkan udara
-Pembiusan pada
dari abomasum menggunakan
operasi LDA secara
jarum dan spoit setelah
lokal menggunakan
dilakukan penyayatan. Setelah
udocaine sebanyak 100
1 Febuari 2016- itu bagian omentum dikaitkan
ml. Jika obat bius yang
7Febuari 2016 ke dinding abomasum kanan.
diberikan kurang sapi
Setelah itu tutup bagian
yang di operasi masih
penjahitan dengan jahitan
menendang-nendang.
matras continue dan suntikan
penstrep sebanyak 20 ml secara
intramuskular.

-IB pada sapi perah dengan -Jika belum terampil,


memasukan straw yang di sulit untuk memasukan
thawing ke dalam IB gun IB Gun ke dalam seruik
kemudian dimajukan ke uterus dan uterus.
52

dengan palpasi per rektal.


Sulit memasukan
Penanganan metritis dengan
Amphoprim ke dalam
cara pemberian Amphoprim
uterus jika belum
secara intrauterine, jika
8 Febuari-14 Febuari terampil dan saat
metritisnya parah dilakukan
2016 memasukan
flushing menggunakan
Amphoprim pastikan
Oxytetracyclin yang dicampur
obat benar-benar masuk
aquades
uterus
Penanganan sapi yang diare
dengan diinjeksi Intertrim
Tidak ada kendala
sebanyak 40 ml secara
intramuskular
Penanganan abses pada sapi
dengan mengeluarkan nanah
Saat mengeluarkan
dan cairan menggunakan
abses pastikan semua
gunting kemudian di flushing
cairan keluar dan bersih
menggunakan Oxytetracyclin
yang dicampur NaCl.
Pengecekan mastitis dengan
menggunakan CMT, jika
positif terdapat gumpalan dan
pengobatannya diberikan
15 Febuari-17 Febuari
Lactaclox untuk mastitis yang Tidak ada kendala
2016
ringan, Cefa milk untuk
mastitis yang parah dan
Terexin untuk yang terkena
E.Coli
Pertolongan sapi ambruk Dibutuhkan beberapa
dengan bantuan katrol dan orang untuk
diinfus menggunakan Glukosa pertolongan sapi
500 ml ambruk
53

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 13 Agustus 1995 di Kediri, Jawa Timur.
Penulis adalah anak pertama dari lima bersaudara pasangan Bapak Djoko Suntari
dan Ibu Suwawik .
Penulis mengawali pendidikan sekolah taman kanak-kanak pada tahun 2000
di Tk. Dharma Wanita, sekolah dasar pada tahun 2001 di Sekolah Dasar Negeri
01 Brenggolo dan diselesaikan pada tahun 2007. Pendidikan lanjutan tingkat
pertama dimulai pada tahun 2007 dan diselesaikan pada tahun 2010 di SMPN 1
Gurah. Penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 4
Kediri pada tahun 2010 dan diselesaikan pada tahun 2013 .
Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2013 melalui jalur
Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Program Keahlian
Paramedik Veteriner, Program Diploma.
54
1

You might also like