Professional Documents
Culture Documents
FAKULTAS PERTANIAN
BOGOR
2018
ABSTRAK
Objek wisata Situ Cangkuang merupakan salah satu objek wisata yang
sangat terkenal di Kabupaten Garut, kawasan wisata tersebut berada di Desa
Cangkuang, Kecamatan Leles dan dikelilingi oleh empat gunung besar, Yaitu
Gunung Haruman, Gunung Kaledong, Gunung Mandalawangi, dan Gunung
Guntur. Nama Cangkuang sendiri diambil dari nama pohon cangkuang yang
tumbuh di daerah tersebut. Alasan mengapa Situ Cangkuang cukup terkenal di
Garut karena di dalam kawasan wisata tersebut terdapat sebuah candi peninggalan
kerajaan Hindu Indonesia yang dikenal dengan Candi Cangkuang. Candi
Cangkuang terdaftar sebagai Cagar Budaya menurut UU No. 11 tahun 2010
dengan SK menteri No. 139/M/1998 dengan nomor Registrasi Nasional Cagar
Budaya (RNCB) 19980616.04.000711 sehingga keberadaannya perlu dilestarikan.
Sebagai wisata sejarah publik, situ cangkuang banyak dikunjungi para wisatawan
yang dimana apabila kunjungan para wisatasan berlebih dapat mengancam
keberlangsungan bangunan Candi Cangkuang. Dari masalah tersebut, peneliti
melakukan penilaian terhadap manajemen Situ Cangkuang untuk mengetahui
apakah managemen Situ Cangkuang sudah tepat untuk melestarikan kawasan Situ
Cangkuang dengan menggunakan metode WALROS. WALROS(Water and Land
Recreation Opportunity) dikembangkan oleh USDAF (United State Departement
of Agriculture and Forestry). WALROS menentukan penilaian suatu atraksi
wisata berdasarkan prinsip“ recreation opportunity”yang dikategorikan kedalam
Urban, Sub-Urban, Rural Development, Rural Natural, Semi primitive, and
Primitive dengan berdasarkan pada recreation activity, recreation setting,
recreation experience, dan recreation benefit. Dalam metode WALROS, suatu
setting atau latar dari tempat wisata dapat ditentukan maupun dirubah sesuai
dengan keinginan pengelola berdasarkan aspek fisik, sosial, dan manajerial yang
berpengaruh terhadap latar wisata tersebut. Selain itu. Peneliti menggunakan uu
no. 14 tahun 2016 tentang Pedoman Destinasi Pariwisata Berkelanjutan yang
memuat kriteria pengelolaan yang dinilai berdasarkan aspek perencanaan,
manajemen, pemantauan, dan evaluasi untuk membandingkan kelengkapan sistem
pengelolaan wisata.
Kata Kunci : Wisata, Situ Cangkuang, WALROS
Judul Skripsi : Evaluasi Pengelolaan Lanskap Kawasan Situ Cangkuang
Kabupaten Garut
NIM : A44140010
Disetujui oleh
Diketahui oleh
Tanggal Pengesahan :
PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul :
Evaluasi Pengelolaan Lanskap Kawasan Situ Cangkuang Kabupaten Garut.
Proposal penelitian ini dibuat sebagai bentuk prasyarat untuk melaksanakan
penelitian dalam rangka menyelesaikan gelar sarjana di Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Dr. Ir. Aris Munandar,
MS, yang telah membantu memberikan banyak saran, masukan, dan pengarahan
selama proses penyusunan proposal penelitian ini. Ucapan terima kasih juga
penulis ucapkan kepada berbagai pihak lain, yang telah membantu menyelesaikan
proposal penelitian ini, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Latar Belakang
Objek wisata Situ Cangkuang merupakan salah satu objek wisata yang
sangat terkenal di Kabupaten Garut, kawasan wisata tersebut berada di Desa
Cangkuang, Kecamatan Leles dan dikelilingi oleh empat gunung besar, Yaitu
Gunung Haruman, Gunung Kaledong, Gunung Mandalawangi, dan Gunung
Guntur. Nama Cangkuang sendiri diambil dari nama pohon cangkuang yang
tumbuh di daerah tersebut. Alasan mengapa Situ Cangkuang cukup terkenal
di Garut karena di dalam kawasan wisata tersebut terdapat sebuah candi
peninggalan kerajaan Hindu Indonesia yang dikenal dengan Candi
Cangkuang. Candi Cangkuang terdaftar sebagai Cagar Budaya menurut UU
No. 9 tahun 2010 dengan SK menteri No. 139/M/1998 dengan nomor
Registrasi Nasional Cagar Budaya (RNCB) 19980616.04.000711. dari
keterangan tersebut, Candi Cangkuang merupakan bangunan cagar budaya
yang keberadaannya perlu dilestarikan
Candi Cangkuang ditemukan pada tahun 1966 dan mulai dibangun
kembali pada tahun 1974. Karena itu, pemerintah Kabupaten Garut
menjadikan wilayah sekitar kawasan Candi Cangkuang menjadi objek wisata,
salah satunya adalah Situ Cangkuang yang menjadi bagian dari wisata Candi
Cangkuang. Selain Situ Cangkuang, wilayah yang berada di kawasan Candi
Cangkuang antara lain Kampung Pulo yang merupakan sebuah kampung
budaya yang berada di di tengah situ Cangkuang dan makam Eyang Embah
Dalam Arif Mochammad, leluhur dari masyarakat Kampung Pulo, yang
berdekatan dengan Candi Cangkuang.
Secara Administrasi, wisata Situ Cangkuang dikelola oleh pemerintah dan
yang bertanggungjawab terhadap pengembangan dan pelestarian diserahkan
kepada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Garut, melalui zona
Satuan Kawasan Wilayah (SKW) yang memiliki kepala UPTD khusus untuk
mengelola dilapangan dalam pengembangan objek wisata Situ Cangkuang
dan Candi Cangkuang. Dengan demikian, objek wisata Situ Cangkuang
merupakan objek wisata publik yang diperuntukkan bagi segala lapisan
masyarakat.
Sebagai objek wisata publik, Situ Cangkuang banyak didatangi oleh
wisatawan, baik lokal maupun mancanegara. Dengan banyaknya wisatawan
yang berkunjung, hal tersebut dapat mempengaruhi pelestarian Candi
Cangkuang. Maka dari itu, perlu adanya suatu pengelolaan khusus terkait
dengan pengaturan jumlah pengunjung demi meminimalisir dampak
kerusakan situs Candi Cangkuang akibat membludaknya pengunjung. Untuk
itu, diperlukan suatu evaluasi untuk mengetahui seberapa efektifkah
pengelolaan kawasan wisata di Situ Cangkuang.
Rumusan Masalah
Rumusan Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah apakah
sistem pengelolaan kawasan wisata Situ Cangkuang sudah mampu untuk
mengatasi permasalahan yang terdapat dalam kawasan Situ Cangkuang.
Apakah pengelolaan kawasan sudah cukup baik atau perlu adanya
penambahan kebijakan baru untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Tujuan
Tujuan yang dicapai dalam tugas akhir ini antara lain
1. Mengidentifikasi jenis kegiatan pengelolaan apa saja yang dilakukan
dalam mengelola kawasan Situ Cangkuang.
2. Menganalisis sistem manajemen pengelolaan kawasan Situ Cangukang
dalam menangani permasalahan yang terdapat dalam kawasan tersebut.
3. Mengevaluasi sistem manajemen pengelolaan kawasan Situ Cangkuang
berdasarkan analisis sistem manajemen pengelolaan yang telah dilakukan.
4. Memberikan rekomendasi yang disesuaikan dengan hasil evaluasi terhadap
pengelolaan kawasan Situ Cangkuang.
Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah meningkatkan pengetahuan dan
wawasan tentang proses kegiatan pengelolaan lanskap dalam kawasan
lanskap sejarah. Adapun bagi pihak dinas pariwisata yang mengelola kawasan
lanskap sejarah tersebut adalah bisa dijadikan referensi dalam menilai kualitas
pengelolaan kawasan yang telah mereka lakukan apakah sudah memadai atau
belum.
Kerangka pikir
Candi Cangkuang
Inventarisasi dan
Pengumpulan Data
1. Perencanaan
fisik manajerial sosial 2. Pengelolaan
3. Pemantauan
4. Evaluasi
Analisis WALROS
UU no. 14 tahun 2016
Evaluasi Setting
Kawasan Wisata Evaluasi Manajemen
Wisata
Rekomendasi atau
Saran
Berdasarkan karakternya, suatu lanskap dapat dibagi atas dua jenis yaitu
lanskap alami dan lanskap buatan. Lanskap alami merupakan suatu lanskap yang
terbentuk secara alami. Lanskap alami dapat berupa gunung, danau, laut, hutan,
sungai, dan sebagainya. Lanskap buatan merupakan suatu lanskap yang sengaja
dibuat manusia untuk tujuan tertentu. Lanskap buatan dapat berupa kota, waduk,
perumahan, pasar, dan sebagainya. Setiap lanskap memiliki tipe lanskap tersendiri
yang didasarkan pada visual khusus yang dimiliki, formasi batuan, pola air dan
tumbuhan. Untuk itu, pengembangan suatu lanskap sangat memerhatikan
bagaimana peningkatan kualitas dari karakteristik lanskap itu sendiri dengan cara
melakukan pengeliminasian terhadap unsur lanskap yang tidak harmonis maupun
memperkuat suatu objek lanskap yang menjadi ciri khas dari karakter lanskap
tersebut (Simonds,1983).
Pengelolaan Lanskap
Pariwisata
Cagar budaya
Menurut UU no. 11 tahun 2010, cagar budaya adalah warisan budaya bersifat
kebendaan berupa benda cagar budaya, bangunan cagar budaya, struktur cagar
budaya, situs cagar budaya, dan kawasan cagar budaya di darat dan/atau di air
yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah,
ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses
penetapan. Penetapan cagar budaya bertujuan untuk melestarikan warisan budaya
dan warisan umat manusia, meningkatkan harkat dan martabat bangsa melalui
cagar budaya, memperkuat kepribadian bangsa, meningkatkan kesejanteraan
rakyat, dan mempromosikan warisan budaya bangsa kepada masyarakat
internasional.
Apabila suatu benda atau tempat telah ditetapkan sebagai cagar budaya, maka
benda atau tempat tersebut perlu diberi perlindungan dan pengembangan cagar
budaya agar dapat dilestarikan dengan baik. Bentuk perlindungan dapat berupa
penyelamatan, pengamanan, zonasi, pemeliharaan, dan pemugaran. Sementara
pengembangan cagar budaya dapat berupa penelitian, revitalisasi, dan adaptasi.
Situ Cangkuang
1. Candi Cangkuang
Candi Cangkuang terletak di kampung pulo yang merupakan
sebuah pulau di tengah-tengah situ cangkuang yang dinama pulau panjang
atau pulau gede. Pulau ini berbentuk memanjang dengah arah barat –timur
sebesar 16,5 Ha.
Pada tahun 1966 tersar berita adanya penemuan berupa arca batu
dan sisa-sisa reruntuhan candi di Kampung Pulo, Garut. Penemuan ini
dilaporkan pula pada LPPN di Jakarta yang kemudian menindaklanjuti
laporan itu dengan mengadakan penelusuran dokumentasi dan survei ke
lapangan dipimpin oleh Uka Tjandrasasmita. Dari hasil penelusuran
dokumentasi kepurbakalaan dan survei lapangan diketahui sebenarnya
penemuan tersebut telah dilapotkan sejak dekade terakhir abad ke -19.
Penemuan ini telah dikemukakan dalam laporan R.D.M. Verbeek(1891),
NBG(1893), A.G. Voorderman(1894), N.J. Krom(1915). Mulai tahun
1966 temuan arca dan batu-batu sisa reruntuhan candi yang sudah tersebar
di beberapa tempat di Kampung Pulo, Desa Cangkuang tersebut telah
dikumpulkan kembali dan diteliti ulang oleh LPPM. Setelah diadakan
penelitian beberapa waktu lamanya dan memperbandingkan dengan candi-
candi dari masa awal percandian di JawaTengah, baik dari sudut bentuk
dan gaya seni bangunannya maupun ragam hiasannya, maka diperolah
rekonstruksi di atas kertas mengenai perkiraan bentuk utuhnya. Mulai
tahun 1974 reruntuhan Candi Cangkuang tersebut dipugar kembali dan
selesai pada tahun 1976.
2. Kampung Pulo
Keterangan :
Danau
Hutan
Pemukiman
Sawah
Bahan
Peta dasar Penunjang data sekunder
Software pendukung
Microsoft Excel Mengolah data
Microsoft Word Mengolah data, pembuatan laporan
Google Earth Menunjang data sekunder
Tahapan Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian terdiri atas data primer dan data
sekunder yang kemudian diolah dengan menggunakan metode deskriftif kualitatif
serta analisis spasial.
1. Persiapan
Tahapan persiapan yang dilakukan terdiri atas pengambilan informasi
umum tentang lokasi penelitian melalui studi pustaka, konsultasi kepada
pembimbing, pengajuan surat izin penelitian, penyusunan proposal penelitian dan
makalah kolokium, serta pelaksanaan kolokium.
2. Inventarisasi data
Tahapan inventarisasi mencakup pengumpulan data primer maupun
sekunder dalam tapak melalui observasi langsung ke tapak, studi pustaka,
wawancara, dan penyebaran kuisioner. Adapun untuk data kuisioner, jumlah
responden yang diambil sebanyak 30 orang yang diambil secara acak.
Metode WALROS
A. Perencanaan
1. Strategi destinasi berkelanjutan
2. Pengaturan rencana
3. Standar keberlanjutan
B. Pengelolaan
1. Organisasi manajemen destinasi
2. Pengelolaan pariwisata musiman
3. Akses untuk semua
4. Akuisisi properti
5. Keselamatan dan keamanan
6. Manajemen kritis dan kedaruratan
7. Promosi
C. Pemantauan
1. Monitoring
2. Inventarisasi aset
3. Atraksi pariwisata
D. Evaluasi
1. Adaptasi perubahan iklim
2. Kepuasan pengunjung
Sintesis
Anwar, Hendi dan Hafidz Ahmad Nugraha. 2013. Rumah Etnik Sunda. Jakarta
(Id): Griya Kreasi ( Penebar Swadaya Grup).
Hass, Aukermen et, all. 2009. Water and Land Recreation Opportunity Spectrum
2nd Edition. Colorado (USA) : U.S Departement of the Interior Bureau of
Reclamation.
Sedyawati, Edi et, all. 2013. Candi Indonesia Seri Jawa. Jakarta (Id): Direktorat
Cagar Budaya dan Permuseuman, Direktur Jendral Kebudayaan, Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan.