You are on page 1of 10

Dinamika Lingkungan Indonesia, Januari 2017, p 29-38 Dinamika LingkunganVolume

Indonesia 87 1
4, Nomor
ISSN 2356-2226

Kondisi Fisika-Kimia Perairan Pulau Kabaena


Kabupaten Bombana Sulawesi Tenggara
Roni Wardi1, Musrifin Ghalib1, Mubarak1
1
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau
Kampus Bina Widya Panam KM 12.5 Pekanbaru, Telp. 0761-28293

Abstract: This research was conducted in December 2016 at Kabaena Island, Bombana
Southeast Sulawesi which refers to data taken in August 2016. The aim the research is to
provide an overview and information on the physical-chemical conditions of Kabaena waters.
The method used in this study is a survey and determining the point of sampling by purposive
sampling. Sampling physical-chemical parameters of waters us done at a distance of 500
meters from the beach towards the sea and the sample was measured in situ. Physical-
chemical parameters were observed i.e. depth, brightness, turbidity, dissolved oxygen,
salinity, acidity (pH), temperature, and flow. The results of show that physical-chemical
parameters measured were 3-41 meters depth, water temperature ranged from 27oC – 32oC,
salinity obtained in waters between 31‰ - 34‰, brightness values waters between 3 meters
to 13 meters, the value of the degree of acidity 8, 24, dissolved oxygen concentration from
3.81 to 4.43 mg/l or 5.44 to 6.33 mg/l, turbidity levels are high at 0.97 NTU, and the velocity
of 0.04 m/sec to 0, 62 m/sec with an average value of 0.19 m/sec. 3.2. Based on the research
results physical-chemical parameters of the waters of Kabaena by comparison with Kepmen
LH 2004, the condition of physical-chemical parameters of waters Kabaena still quite good to
support the continuity of the life of the organism.

Key words: Kabaena, Physical-Chemical Water Conditions

Perairan di kawasan Sulawesi Tenggara yang Pulau Kabaena memiliki potensi


meliputi Laut Flores, Pulau Kabaena, Pulau pertambangan seluas ± 35.606 hektar Nikel dan
Muna dan Pulau Buton merupakan kawasan ± 2400 hektar Batu kromit. Salah satu faktor
yang sangat potensial perairannya, terutama penyebab perubahan kondisi fisika-kimia di
ketersediaan sumberdaya alamnya baik di Kawasan Perairan Pulau Kabaena adalah
kawasan pesisir dan perairan lautnya. aktifitas pertambangan. Karakteristik perairan
Sumberdaya alam laut dan pesisirnya ini baik dari segi fisika maupun kimia dipengaruhi
mencakup antara lain: bahan-bahan mineral oleh banyak faktor, salah satunya adalah faktor
pertambangan, perikanan, hutan mangrove, eksternal. Pengaruh eksternal berasal dari laut
terumbu karang, lamun dan rumput laut. lepas yang mengelilinginya antara lain arus,
Pulau Kabaena atau Tokotua adalah pasang surut, gelombang, suhu, dan salinitas.
salah satu pulau di wilayah Kabupaten Penurunan kualitas air dapat terjadi
Bombana, Provinsi Sulawesi Tenggara. Pulau akibat adanya perubahan parameter kualitas air,
dengan luas daratan sekitar 873 km² terdiri dari yang mana disebabkan oleh aktivitas industri,
6 kecamatan, yaitu Kecamatan Kabaena, pertanian, dan limbah domestik pemukiman
Kabaena Barat, Kabaena Timur, Kabaena penduduk. Ketiga komponen tersebut saling
Selatan, Kabaena Utara, dan Kecamatan berinteraksi, jika terjadi perubahan pada salah
Kabaena Tengah. Pulau ini identik dengan satu komponen maka akan berpengaruh pula
panorama alam pegunungan dan perbukitan terhadap komponen yang lainnya (Basmi,
dengan puncak gunung tertinggi yaitu gunung 2000).
Sabampolulo (Badan Pusat Statistik Bombana, Dalam perkembangannya saat ini tingkat
2016). pertambangan yang terjadi di Pulau Kabaena
Dinamika Lingkungan Indonesia 30

diprediksi akan meningkat setiap tahunnya. Koordinat pengambilan sampel dicatat dengan
Masalah yang kemudian muncul terhadap bantuan Global Positioning System (GPS).
perairan adalah terjadinya perubahan kualitas Alat yang digunakan untuk mengukur
perairan yang berdampak pada kelangsungan parameter fisika-kimia pada penelitian ini
hidup organisme akuatik. Perairan Kabaena yaitu :
secara tidak langsung akan dipengaruhi oleh
aktivitas pertambangan. Aktivitas pertambangan Tabel 1. Alat-Alat yang Digunakan Selama
yang mengandung bahan pencemar akan Penelitian
mempengaruhi factor-faktor fisika-kimia No. Nama Alat
perairan Kabaena. Oleh karena itu, penulis 1 Global Positioning System
merasa tertarik untuk meneliti tentang kondisi 2 Current Drouge
fisika-kimia perairan Pulau Kabaena Kabupaten 3 Hand-refractometer
Bombana Sulawesi Tenggara.
4 Stopwatch
Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu
adanya kegiatan penelitian yang dapat 5 Secchi Disc
memberikan gambaran dan informasi tentang 6 pH Meter
kondisi fisika-kimia perairan Pulau Kabaena 7 DO Meter – 5509
sehingga dapat digunakan sebagai dasar untuk 8 Turbidity Meter TU-2016
analisis perubahan parameter perairan Pulau 9 Ember
Kabaena. 10 Camera Digital
Manfaat penelitian ini adalah sebagai
11 Aquades
bahan informasi ilmiah tentang kondisi fisika-
kimia diperairan Pulau Kabaena Sulawesi 12 Compas
Tenggara.
Pengamatan parameter fisika dilakukan
BAHAN DAN METODE secara in situ disetiap titik pengamatan, setiap
titik pengamatan dilakukan 2 pengulangan,
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
adapun parameter fisika yang diukur yaitu :
Desember 2016 bertempat di Pulau Kabaena,
Kedalaman. Pengukuran kedalaman
Kabupaten Bombana Sulawesi Tenggara yang
perairan dilakukan dengan menggunakan GPS
mengacu pada data yang diambil pada bulan
Mapsounder yang dipasang dikapal, yang dapat
Agustus 2016.
merekam data kedalaman perairan secara terus-
Metode yang digunakan dalam
menerus yang membentuk lintasan pada lokasi
penelitian ini adalah metode survei dan
pengamatan.
penentuan titik sampling dengan cara purposive
Kecerahan. Pengukuran kecerahan
sampling. Metode survei dilakukan dengan
dilakukan menggunakan secchidisk. Cara kerja
pengamatan secara langsung pada beberapa titik
adalah sebagai berikut :
sampling yang ditentukan pada lokasi
1. Secchidisk ditenggelamkan pada badan air
penelitian.
yang akan diteliti. Kedalaman air pada awal
Pengambilan sampel parameter fisika -
mula secchidisk hilang dari pandangan
kimia perairan dilakukan pada. Jarak
dicatat.
pengambilan data dari pantai kearah laut 500
2. Secchidisk ditarik ke atas, kemudian dicatat
meter dan sampel diukur secara in situ.
pada meter ke berapa secchidisk tersebut
Penelitian ini di Pulau Kabaena dengan
mulai tampak.
letak astronomisnya antara 5o15’00 ’’ -
5o25’00’’ LS dan121o55’00’’ - 122o91,7’00’’
Rumus menghitung kecerahan perairan :
BT. Penentuan titik pengambilan sampel
dilakukan secara Purposive Sampling (Nasution,
2001), yang mengacu pada fisiografi lokasi,
agar sedapat mungkin bisa mewakili atau
menggambarkan keadaan perairan tersebut.
Dinamika Lingkungan Indonesia 31

Dimana : Pengamatan parameter kimia dilakukan


K = Kecerahan (m) secara in situ disetiap titik stasiun, untuk
d1 = Kedalaman secchidisk saat tidak terlihat pengamatan dilakukan pengulangan 2 kali setiap
d2 = Kedalaman secchidisk saat mulai tampak titik pengamatan, adapun parameter kimia yang
kembali diukur yaitu :
Dissolved Oxygen (DO). Sampel air laut
Suhu. Pengukuran suhu perairan diambil menggunakan ember bervolume 10 liter
dilakukan dengan menggunakan GPS 1. Sensor DO yang sebelumnya telah dikalibrasi
Mapsounder yang dipasang diperahu yang dapat dimasukkan kedalam air
merekam secara terus-menerus nilai suhu pada 2. Nilai DO air akan muncul pada layar DO
itik lokasi pengamatan. Meter dalam satuan mg/l
Salinitas. Pengukuran salinitas
dilakukan dengan menggunakan Hand- pH
refractometer. Cara kerja pengukuran salinitas 1.Sampel air laut diambil menggunakan ember
adalah sebagai berikut : bervolume 10 liter
1. Hand-refractometer terlebih dahulu 2.Sensor pH Meter yang sebelumnya telah
dikalibrasi dengan air tawar hingga garis biru dikalibrasi dengan akuades dimasukkan
yang tampak pada lensa okuler tepat pada kedalam air
posisi 0 0/00. 3.Nilai pH air akan muncul pada layar pH
2. Prisma diteteskan air laut di lokasi penelitian. Meter.
Hand-refractometer dihadapkan ke arah
cahaya, lalu peneliti mengamati dari lensa Analisis Data. Data yang diperoleh dari
okuler. hasil pengukuran parameter lingkungan perairan
3. Nilai salinitas ditunjukkan oleh garis biru ditabulasikan dalam bentuk tabel dan peta.
horizontal yang akan menunjuk pada suatu Kemudian dianalisa secara deskriptif dengan
nilai dalam satuan permil (‰). membandingkan hasil analisa berupa tabel dan
Turbidity (Kekeruhan). Sampel air di peta dengan studi pustaka bagaimana kondisi di
ambil dengan menggunakan ember bervolume perairan Pulau Kabaena.
10 liter 1) Turbidity meter dikalibrasi dengan Analisis data dalam penelitian ini, terdiri
larutan kalibrasi dengan nilai 0% Cal dan 100% dari tahapan pembuatan dengan penurunan
Cal sampai menunjukkan 0 NTU. 2)Turbidity parameter fisika dan kimia. Data berupa
akan membaca nilai kekeruhan yang dimiliki kedalaman, kekeruhan, DO, pH, suhu, salinitas,
sampel dengan satuan NTU. dan transparansi yang telah diperoleh kemudian
Arus. Pengukuran kecepatan arus disajikan dalam bentuk sebaran melintang
dilakukan dengan menggunakan current drouge (Hartoko, 2000). Langkah selanjutnya
dengan panjang tali 5 meter. Kecepatan arus membentuk zona pada lokasi dengan proses
perairan tersebut adalah hasil bagi dari panjang overlay,karena proses ini memudahkan analisis
tali current drouge dengan waktu yang sebuah wilayah. Overlay pada peta kontur
diperlukan untuk membuat tali tersebut menurut Budiyanto (2005) adalah menampakan
menegang.Waktu dihitung dengan sebuah peta dengan sebuah data raster, atau
menggunakan Stopwatch, serta kompas untuk sebuah peta kontur dengan model tiga dimensi.
melihat arah pergerakan massa air laut. Surfer dan ArcGis adalah salah satu
Kecepatan arus dihitung dengan menggunakan piranti lunak yang dipergunakan untuk
persamaan umum sebagai berikut : pembuatan peta kontur dan pemodelan tiga
V = S/T dimensi yang didasarkan pada grid. Surfer dan
dimana : ArcGis melakukan pembuatan kontur dengan
V = Kecepatan arus (m/detik) menggunakan file grid sebagai dasar interpolasi
S = Panjang lintasan layang- dan ekstrapolasi, proses ini seakan menambah
layang arus (m) jumlah titik dari jumlah data yang telah ada.
T = Waktu tempuh (detik) Dalam pengolahan data digunakan fasilitas
Piranti lunak Surfer 11 dan ArcGis 10.2 untuk
membentuk 1 layer dari parameter fisika dan
Dinamika Lingkungan Indonesia 32

kimia. Model kriging digunakan sebagai dasar Kedalaman. Hasil pengukuran


dalam prosedur interpolasi dan ekstrapolasi kedalaman perairan pada titik sampling di
(Budiyanto, 2005). Model kriging adalah salah perairan Kabaena, Pulau Kabaena, Sulawesi
satu metode interpolasi spasial yang Tenggara memiliki kedalaman berkisar antara 3-
memanfaatkan nilai spasial pada lokasi yang 41 meter. kedalaman tertinggi terdapat pada titik
belum atau tidak tersampel. stasiun 37 dengan kedalaman 41,1 meter, dan
kedalaman terendah terdapat pada titik stasiun 2
HASIL dengan kedalaman 3,2 meter.

Pulau Kabaena berada di Kabupaten Bombana,


Pulau Kabaena memiliki luas 873 km2 dengan
memiliki enam wilayah administrasi kecamatan.
Secara astronomis, Pulau Kabaena terletak
antara 5o15’00’’ - 5o25’00’’ LS dan121o55’00’’
- 122o91,7’00’’ BT. Berdasarkan posisi
geografisnya, Pulau Kabaena memiliki batas -
batas yaitu: di sebelah Utara berbatasan dengan
Selat Kabaena, sebelah Selatan berbatasan
dengan Selat Muna dan Laut Flores, sebelah
Timur dan Barat berbatasan dengan Teluk Bone, Gambar 1. Kontur kedalaman Perairan Kabaena
serta di sebelah Barat berbatasan dengan
Kecamatan Kabaena Tengah (Badan Pusat Kecerahan. Nilai kecerahan perairan
Statistik Bombana, 2016). Kabaena pada setiap stasiun bervariasi
Struktur geologi Pulau Kabaena tersusun tergantung pada kedalaman perairan dan waktu
dari batuan berkapur yang termasuk (terrane), pengambilan data secara in-situ. Nilai kecerahan
Kabaena berada di wilayah pantai yang secara Kabaena yang didapatkan mulai dari 3,2 meter
geologi dekat dengan zona subdiksi sehingga sampai tingkat kecerahan 13 meter dengan rata
merupakan daerah yang sangat rawan dengan – rata tingkat kecerahan disetiap titik
gempa tektonik dan tidak menutup pengamatan 7,90 meter.
kemungkinan terjadi tsunami.
Kondisi morfologi pulau Kabaena
berupa pegunungan, perbukitan, daerah karst
dan daratan rendah. Daerah pegunungan terletak
pada bagian tengah pulau memanjang ke arah
selatan, dengan puncak gunung Sabampolulo
dengan ketinggian 1550 m dari permukaan laut.
Morfologi perbukitan terletak dibagian utara
pulau dan memanjang ke arahan selatan sampai
perbukitan karst yang berbatasan langsung
dengan gunung Sabampolulo di bagian tengah
pulau dengan puncak yaitu gunung Batu Sangia
yang memiliki ketinggian 1000 m dari
permukaan laut (Badan Pusat Statistik
Bombana, 2016). Gambar 2. Kecerahan Perairan Kabaena
Parameter Fisika-Kimia. Pengambilan
data parameter fisika dan kimia, dilakukan Suhu Perairan. Suhu perairan
bulan Agustus tahun 2016, di Pulau Kabaena, Kabaena mempunyai kisaran antara 27,3 oC –
Sulawesi Tenggara. Lokasi pengambilan sampel 33,8oC dengan nilai rata-rata sebesar 30,48oC .
sebanyak 41 titik dan posisi pengambilan dicatat Kisaran suhu terendah terdapat pada stasiun 7
dengan bantuan Global Positioning System dengan 27,3oC dan kisaran tertinggi terdapat
(GPS). Posisi pengambilan sampel dengan pada titik stasiun 29 dengan 33,8oC.
format latitude dan longitude.
Dinamika Lingkungan Indonesia 33

Gambar 3. Suhu Perairan Kabaena Gambar 5. pH Perairan Kabaena

Salinitas. Tingkat salinitas yang terdapat Kekeruhan. Tingkat kekeruhan dari


di Kabaena mempunyai kisaran antara 31‰ - hasil pengamatan secara in-situ diperairan
34‰ dengan nilai rata-rata 32,75‰. Salinitas Kabaena didapati bahwa titik stasiun 30
perairan Kabaena dari nilai rata-rata tidak memiliki tingkat kekeruhan yang tinggi yaitu
berbeda jika dibandingkan dengan kajian 0.97 NTU sementara titik stasiun yang lain
Hutahaen et al (1996) sebesar 34.561‰ pada memiliki tingat kekeruhan 0 NTU dengan nilai
kedalaman 25 meter dan Utojo et al (2005) yang rata-rata kekeruhan disetiap titik stasiun yaitu
berkisar 35 – 36‰ di perairan sekitar Kabaena. 0,07 NTU.

Gambar 4. Salinitas Perairan Kabaena Gambar 6. Kekeruhan Perairan Kabaena

pH (Derajat Keasaman). Pengukuran Dissolved Oxygen (DO). Hasil


pH perairan Kabaena memperlihatkan kisaran pengukuran in-situ terhadap peubah oksigen
nilai sebesar 8,16 sampai 8,39 dengan nilai rata- terlarut di perairan Kabaena memperlihatkan
rata 8.24. Perbedaan nilai pH dalam perairan kisaran Oksigen Terlarut terendah pada titik
diduga, disebabkan oleh adanya perbedaan stasiun 2 sebesar 5,05mg/l dan nilai oksigen
waktu pengukuran. Perubahan konsentrasi pH terlarut tertinggi pada titik stasiun 24 sebesar
dalam perairan mempunyai siklus harian. Siklus 7,75 mg/l dengan nilai rata-rata Oksigen
ini merupakan fungsi dari karbondioksida. Terlarut disetiap titik stasiun sebesar 6,62 mg/l.
Dinamika Lingkungan Indonesia 34

dasar laut mempengaruhi kedalaman suatu


perairan.
Nilai kedalaman diatas memperlihatkan
kisaran nilai yang masih mendukung bagi usaha
budidaya. Kangkan, (2006) Kedalaman perairan
kisaran nilai 5-25 meter mendukung bagi
kegiatan budidaya laut.
Nilai kedalaman suatu perairan akan
mempengaruhi tingkat kecerahan perairan.
Tingkat kecerahan perairan tergantung pada
kedalaman perairan dan waktu pengambilan
data serta daya serap cahaya matahari oleh
perairan itu sendiri. Hutabarat (2000)
Gambar 7. Dissolved Oxygen Perairan Kabaena mengatakan bahwa, cahaya akan semakin
berkurang intensitasnya seiring dengan makin
Kecepatan Arus. Hasil pengukuran besar kedalaman. Pendugaan lain dari peneliti
terhadap kecepatan arus di perairan Kabaena adalah adanya perbedaan waktu pengamatan
bervariasi antara 0.04 m/dt sampai 0.62 m/dt yang dilakukan. Effendi (2003) yang
dengan nilai ratarata sebesar 0.19 m/dt. mengatakan bahwa, pemantulan cahaya
Kecepatan arus terendah terjadi pada titik mempunyai intensitas yang bervariasi menurut
stasiun 27 dan 28 sebesar 0,04 m/dt sedangkan sudut datang cahaya.
nilai tertinggi terdapat pada titik stasiun 4 Kecerahan perairan adalah suatu kondisi
dengan kecepatan arus sebesar 0.62 m/dt. yang menunjukkan kemampuan cahaya untuk
menembus lapisan air pada kedalaman tertentu
(Sari dan Usman, 2012). Pada perairan alami
kecerahan sangat penting karena erat kaitannya
dengan aktifitas fotosintesa. Kecerahan
merupakan faktor penting bagi proses
fotosintesa dan produksi primer dalam suatu
perairan.
Nilai kecerahan Kabaena yang
didapatkan mulai dari 3,2 meter sampai tingkat
kecerahan 13 meter dengan rata – rata tingkat
kecerahan disetiap titik pengamatan 7,90 meter.
Gambaran kecerahan ini dapat menjadikan
Pulau Kabaena sebagai salah satu tempat untuk
pengembangan konsep ekowisata dan budidaya
Gambar 8. Kecepatan Arus Perairan Kabaena
laut. Tandiseru, (2015) Parameter kecerahan
PEMBAHASAN sangat menguntungkan baik bagi kehidupan
biota laut maupun para wisatawan, karena
Nilai kedalaman perairan pada titik sampling perairan yang jernih sangat ideal di jadikan
menunjukkan bahwa, kedalaman yang terdapat tempat wisata pantai dan banyaknya ikan yang
diperairan Kababaena bervariasi. Nilai dapat hidup dengan baik.
kedalaman terendah terdapat pada titik satasiun Nilai kecerahan pada semua stasiun
2 dengan kedalaman 3,2 meter dan kedalaman tergolong tinggi. Hal ini disebabkan karena
tertinggi terdapat pada titik stasiun 37 dengan berkurangnya pengaruh dari jenis sedimen oleh
kedalaman 41,1 meter dengan rata – rata bahan organik dan anorganik yang berasal dari
kedalaman 18,95 meter. Perbedaan nilai daratan utama secara langsung maupun yang
kedalaman ini disebabkan oleh relief dasar laut. melewati muara sungai, dan disebabkan pula
Topografi pesisir Kabaena yang umumnya saat pengukuran yang berlangsung dilokasi
landai, kemudian diikiuti tubir yang menjorok terjadinya kondisi cuaca yang cerah atau
kedasar laut. Menurut wibisono, (2005) relif mendung yang berada di perairan Kabaena.
Dinamika Lingkungan Indonesia 35

Menurut Effendi (2003), faktor-faktor yang Salinitas adalah konsentrasi dari total ion
mempengaruhi kecerahan antara lain keadaan yang terdapat di perairan (Boyd dalam Effendi,
cuaca, waktu pengukuran, kekeruhan dan 2000).
padatan tersuspensi serta ketelitian peneliti pada Jumlah salinitas diperairan dipengaruhi
saat pengukuran. adanya pengadukkan yang terjadi akibat adanya
Semakin tinggi daya serap cahaya arus pasang dan surut serta adanya pasokkan air
matahari oleh suatu perairan maka suhu tawar yang masuk kedalam perairan. Mukhtasor
diperairan juga akan terpengarui. Suhu air laut (2007), salinitas bertambah di permukaan laut
di suatu perairan dipengaruhi oleh kondisi karena evaporasi dan percampuran yang
atmosfer, dan intensitas penyinaran matahari disebabkan oleh arus maupun oleh upwelling,
yang masuk ke laut (Officer dalam sehingga air akan menjadi lebih kental.
Simanjuntak, 2009). Selain itu, suhu air laut Burzynski and Zurek (2007) menambahkan nilai
juga dipengaruhi oleh faktor geografi s dan salinitas pada perairan pesisir sangat
dinamika arus (Sijabat dalam Simanjuntak, dipengaruhi oleh masukkan air tawar dari
2009). Kenaikan suhu dapat menurunkan sungai. Semakin dekat titik pengamatan dengan
kelarutan oksigen dan meningkatkan toksisitas hulu sungai maka nilai salinitas yang didapat
polutan (Mulyanto dalam Simanjuntak, 2009). akan semakin kecil dan apabila titik pengamatan
Suhu merupakan salah satu faktor yang sangat semakin jauh dari hulu sungai dan mengarah
penting dalam mengatur proses kehidupan dan kelaut lepas maka nilai salinitas akan semakin
penyebaran organisme. besar.
Secara keseluruhan suhu perairan di Tingkat salinitas yang terdapat di
lokasi penelitian tidak mengalami perbedaan Kabaena mempunyai kisaran antara 31‰ - 34‰
yang nyata dan masih dapat mendukung untuk dengan nilai rata-rata 32,75‰. Salinitas perairan
keberlangsungan hidup organisme perairan. Ini Kabaena dari nilai rata-rata tidak berbeda jika
disebabkan karena jumlah panas yang diterima dibandingkan dengan kajian (Hutahaen et al.,
dari sinar matahari merata disepanjang perairan. dalam Kangkan 2006) sebesar 34.561‰ pada
Namun jika dilihat pada titik stasiun 29 maka kedalaman 25 meter dan Utojo et al (2005) yang
akan terlihat suhu pada titik ini lebih tinggi berkisar 35 – 36‰ di perairan sekitar Kabaena.
dibandingkan dengan suhu pada titik stasiun Nilai salinitas yang terdapat di Kabaena
yang lain. Ini menunjukan bahwa kedalaman dapat dikategorikan masih dalam skala normal
dan daya serap matahari didaerah ini lebih kerna masih dapat menunjang untuk kehidupan
tinggi jika dibandingkan dengan stasiun yang biota dan organisme periaran. Menurut kepmen
lain hal ini sebagaimana yang dijelaskan LH, (2004) nilai salinitas perairan yang dapat
(Herunadi dalam Farita, 2006) bahwa suhu air menunjang kehidupan organisme berkisar antara
laut dipengaruhi oleh cuaca, kedalaman air, 33 ‰ – 34 ‰.
gelombang, waktu pengukuran, pergerakan Derajat keasaman (pH) merupakan satu
konveksi, letak ketinggian dari muka laut dari parameter kimia perairan yang dapat
(altitude), upwelling, musim, konvergensi, dijadikan indikasi kualitas perairan.
divergensi, dan kegiatan manusia di sekitar Berdasarkan pengukuran di lapangan nilai pH
perairan tersebut serta besarnya intensitas pada masing-masing stasiun tidak jauh berbeda.
cahaya yang diterima perairan. Rata-rata nilai pH pada masing-masing stasiun
Meskipun suhu perairan dititik stasiun berkisar antara 8,24. Pada umumnya air laut
29 tinggi (33,8 oC) namun secara keseluruhan mempunyai nilai pH lebih besar dari 7 yang
nilai rata – rata suhu perairan Kabaena adalah cenderung bersifat basa, namun dalam kondisi
30,4 oC hal ini menunjukkan bahwa diperairan tertentu nilainya dapat menjadi lebih rendah dari
ini masih dapat menunjang untuk kehidupan 7 sehingga menjadi bersifat asam. Derajat
organisme perairan, sebagaimana dijelaskan keasaman suatu perairan merupakan salah satu
oleh (Romimohtarto, 2003) bahwa suhu yang parameter kimia yang cukup penting dalam
berkisar antara 270C - 320C baik untuk memantau kestabilan perairan. Perubahan nilai
kehidupan organisme perairan. pH suatu perairan terhadap organisme akuatik
mempunyai batasan tertentu dengan nilai pH
yang bervariasi, tergantung pada suhu air laut,
Dinamika Lingkungan Indonesia 36

konsentrasi oksigen terlarut dan adanya anion mengalami penurunan seiring dengan
dan kation (Pescod dalam Simanjuntak, 2009). bertambahnya kedalaman sampai mencapai
Perubahan nilai derajat keasaman (pH) oksigen terlarut minimum. Secara keseluruhan
diperiran tergantung pada proses fotosintesis oksigen terlarut di perairan ini relatif homogen
yang terjadi didalam perairan, penurunan dengan nilai koefisien variasi sebesar 3,91 %.
karbon dioksida diperairan akan menyebabkan Kondisi oksigen terlarut di perairan ini dengan
nilai keasaman periran akan meningkat. kisaran antara 3,81 – 4,43 mg/l atau 5,44 – 6,33
Sebaliknya meningkatnya karbon dioksida mg/l masih dapat digunakan untuk kepentingan
perairan akan menyebabkan derajat keasaaman budidaya perikanan karena masih memenuhi
perairan semakin rendah. nilai ambang batas oksigen > 5 mg/l atau > 3,57
Kadar oksigen yang terlarut atau disebut mg/l (Anonim, 2004).
juga dengan DO (Dissolved Oxygen) di perairan Kenaikan temperatur yang air dapat
bervariasi tergantung pada suhu, salinitas, menyebabkan penurunan kadar oksigen terlarut.
turbulensi air dan tekanan atmosfer. Semakin Kadar oksigen terlarut yang terlalu rendah akan
besar suhu dan ketinggian (altitude) serta menimbulkan bau yang tidak sedap akibat
semakin kecil tekanan atmosfer, kadar oksigen degradasi anaerobik. Zat padat akibat turunnya
terlarut semakin kecil (Jeffries dan Mills dalam kadar oksigen terlarut dapat dapat menutupi
Effendi 2003). Kadar oksigen terlarut juga badan air sehingga menghalangi penetrasi
berfluktuasi secara harian (diurnal) dan cahaya matahari kedalam air. Zat sisa akibat
musiman, tergantung pada percampuran degradasi anaerobik akan mempengaruhi
(mixing) dan pergerakan (turbulence) massa air, kecerahan perairan, semakin banyak zat sisa
aktivitas fotosintesis, respirasi, dan limbah yang terkandung dalam perairan maka tingkat
(effluent) yang masuk ke badan air. Oksigen kekeruhan perairan akan semakin tinggi.
terlarut akan menurun apabila banyak limbah, Kekeruhan (Turbidity) adalah gambaran
terutama limbah organik, yang masuk ke sistem sifat optik air berdasarkan banyaknya cahaya
perairan. Hal ini dikarenakan oksigen tersebut yang diteruskan (setelah diserap oleh partikel -
digunakan oleh bakteri-bakteri aerobik dalam pertikel yang terkandung di dalamnya).
proses pemecahan bahan-bahan organik yang Kekeruhan terutama dipengaruhi oleh bahan -
berasal dari limbah yang mencemari perairan bahan yang tersuspensi, seperti lumpur, pasir,
tersebut. Keadaan ini jelas akan sangat bahan organik (plankton, detritus) dan
mengganggu kehidupan organisme laut yang anorganik lainnya. Tingkat kekeruhan dari hasil
lebih lanjut dapat mengganggu kestabilan pengamatan secara in-situ diperairan Kabaena
ekosistem secara keseluruhan (Mukhtasor Timur didapati bahwa titik stasiun 30 memiliki
2007). tingkat kekeruhan yang tinggi yaitu 0.97 NTU
Menurunnya kadar oksigen terlarut sementara titik stasiun yang lain memiliki tingat
antara lain disebabkan pelepasan oksigen ke kekeruhan 0 NTU dengan nilai rata-rata
udara, aliran air tanah ke dalam perairan, adanya kekeruhan disetiap titik stasiun yaitu 0,07 NTU.
zat besi, reduksi yang disebabkan oleh desakan Kekeruhan perairan pulau Kabaena
gas lainnya dalam air, respirasi biota dan masih dapat ditolerin oleh organisme akuatik
dekomposisi bahan organik (Nybakken, 1988). karena tingkat kekeruhan di perairan ini
Disamping itu plankton juga memiliki per anan tergolong rendah, dan apabila di bandingkan
terhadap oksigen terlarut seperti menurunnya dengan baku mutu perairan yang ditetapkan
kadar oksigen terlarut pada malam hari karena oleh Kepmen LH (2004) maka tingkat
oksigen terlarut digunakan untuk respirasi dan kekeruhan yang perairan pulau Kabaena dapat
bertambahnya oksigen terlarut karena terjadinya menunjang kehidupan organisme akuatik.
proses fotosintesis pada siang hari. Kecepatan arus berperan penting dalam
Penurunan kadar oksigen terlarut dalam perairan, misalnya, pencampuran masa air,
jumlah yang sedang akan menurunkan kegiatan pengangkutan unsur hara, transportasi oksigen.
fisiologis mahluk hidup dalam air diantaranya Pada saat yang sama penting bagi usaha
terjadinya penurunan pada nafsu makan, budidaya dalam hal sistem penjangkaran,
pertumbuhan dan kecepatan berenang ikan. pengrusakan instalasi (penempelan biofouling,
Kadar oksigen terlarut di perairan ini
Dinamika Lingkungan Indonesia 37

pengubahan posisi kerambah), sirkulasi air dan Nilai derajat keasaman yang didapat di
pengangkutan sisa pakan. lingkungan perairan bervarisi, nilai rata derajat
Hasil pengukuran terhadap kecepatan keasaman perairan Pulau Kabaena antara 8,24.
arus di Pulau Kabaena bervariasi antara 0.04 Kadar oksigen terlarut yang terdapat
m/dt sampai 0.62 m/dt dengan nilai ratarata dilingkungan perairan berkisar antara 3,81 –
sebesar 0.19 m/dt. Kecepatan arus terendah 4,43 mg/l atau 5,44 – 6,33 mg/l. Tingkat
terjadi pada titik stasiun 27 dan 28 sebesar 0,04 kekeruhan dari hasil pengamatan secara in-situ
m/dt sedangkan nilai tertinggi terdapat pada titik diperairan Kabaena Timur didapati bahwa titik
stasiun 4 dengan kecepatan arus sebesar 0.62 stasiun 30 memiliki tingkat kekeruhan yang
m/dt. Perbedaan kecepatan arus diduga tinggi yaitu 0.97 NTU. Hasil pengukuran
disebabkan oleh letak lokasi. Adanya bangunan terhadap kecepatan arus di Pulau Kabaena
pantai merupakan salah satu penyebab arus bervariasi antara 0.04 m/dt sampai 0.62 m/dt
menjadi lemah, akibat terjadi pembelokan arus dengan nilai ratarata sebesar 0.19 m/dt.
pada lokasi tersebut. Pada saat yang lain adanya Berdasarkan hasil penelitian parameter
turbulensi dan perairan yang cukup terbuka, fisika-kimia perairan Pulau Kabaena Sulawesi
merupakan pendugaan lain terjadi perbedaan Tenggara dengan melakukan perbandingan
kuat arus. Wibisono (2005) mengatakan bahwa dengan Kepmen LH 2004, kondisi parameter
setiap proses aktivitas pasang maupun surut fisika-kimia perairan Pulau Kabaena masih
menimbulkan arus. Untuk arus permanen secara tergolong baik untuk mendukung
faktual tidak dapat diketahui. Hal ini disebabkan keberlangsungan kehidupan organisme.
penelitian yang dilakukan dalam jangka waktu Untuk penelitian ini disarankan agar data
yang pendek dan hanya sekali saja. Sehingga yang didapat di lapangan dan tahapan
disimpulkan bahwa arus yang terjadi merupakan pengolahan data dapat dijadikan sebagai bahan
arus lokal akibat pasang-surut. rujukan yang dapat membangun informasi
Kecepatan arus dapat dibedakan dalam 4 peneliti selanjutnya.
kategori yakni kecepatan arus 0-0,25 m/dtk
yang disebut arus lambat, kecepatan arus 0,25- UCAPAN TERIMA KASIH
0,50 m/dtk yang disebut arus sedang, kecepatan
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan
arus 50 - 1 m/dtk yang disebut arus cepat, dan
terima kasih kepada kedua orang tua, saudara
kecepatan arus diatas 1 m/dtk yang disebut arus
kandung penulis yang telah memberikan
sangat cepat (Harahap dalam Ihsan, 2009).
motivasi serta suntikan moral dan dana untuk
Berdasarkan kategori kecepatan arus menurut
kelancaran Penelitian ini dan semua pihak yang
Harahap di atas maka kecepatan arus selama
telah membantu dalam melaksanakan penelitian
penelitian di perairan Pulau Kabaena
ini.
digolongkan diantara arus lambat sampai arus
cepat.
DAFTAR PUSTAKA
Berdasarkan hasil penelitian parameter
fisika-kimia perairan Pulau Kabaena Sulawesi
Akbar, S dan Sudaryanto. (2001).
Tenggara dengan melakukan perbandingan
Pembenihan dan Pembesaran
dengan Kepmen LH 2004, dapat dinyatakan
Kerapu Bebek. Penerbit Penebar
bahwa kondisi parameter fisika-kimia perairan
Swadaya, Jakarta.
Pulau Kabaena masih tergolong bagus untuk
Badan Pusat Statistik Bombana, 2016. Statistik
mendukung keberlangsungan kehidupan
Daerah Kecamatan Kabaena Timur
organisme.
Dalam Angka 2016.
SIMPULAN
Barus, T. A. 2004. Pengantar Limnologi studi
tentang ekosistem Muara dan danau
Hasil pengukuran parameter fisika-kimia
program studi biologi USU FMIPA,
perairan Pualau Kabaena menunjukkan
Medan, 5 – 8 Budidaya Tambak.
kedalaman perairan sangat baik untuk usaha
Balai Penelitian Budidaya Pantai,
budidaya. Suhu didalam perairan berkisar antara
Maros.
270C - 320C, Salinitas yang didapat di perairan
tegolong normal antara 31‰ - 34‰.
Dinamika Lingkungan Indonesia 38

Budiyanto. E. 2005. Pemetaan Kontur dan Dahuri, R., J. Rais, S. P. Ginting, dan M.
Pemodelan Spatial 3 Dimensi Surfer. J. Sitepu., 2001. Pengelolaan
Penerbit Andi, Yogyakarta. Sumberdaya Wilayah Pesisir dan
Burzynski, M., Zurek, A.,2007. Effects of Lautan Secara Terpadu. Edisi Revisi.
copper and cadmium on Pradnya Paramitha. Jakarta.
photosynthesis in cucumber Departemen Kelautan dan Perikanan.
cotyledons. Photosynthetica 45, 239–244 2002. Modul Sosialisasi dan Orientasi
COREMAP–PSTK, 2002. Final Report: Penataan Ruang, Laut, Pesisir dan
Ecological Assessment of the Spermode Pulau-Pulau Kecil. Ditjen Pesisir dan
Archipelago, South Sulawesi. 131 hal. Pulau-Pulau Kecil. Direktorat Tata Ruang
dan lamp. PSTK-Unhas, Sulawesi Laut, Pesisir dan Pulau-Pulau
Selatan, Indonesia. Kecil, Jakarta.
Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman Hayati Effendi. H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi
Laut ; Aset Pembangunan Pengelolaan Sumberdaya dan
Berkelanjutan. Penerbit PT. Gramedia Lingkungan Perairan.Penerbit Kanisius,
Pustaka Utama, Jakarta. Yogyakarta.
Ghufron. M, dan H. Kordi. 2005. Budidaya Ikan
Laut di Keramba Jaring Apung.
Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

You might also like