You are on page 1of 128

EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN METODE

CERAMAH TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN IBU


DALAM PENANGANAN DIARE BALITA DI SEKITAR UPT TPA
CIPAYUNG, DEPOK

Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Mengikuti Ujian
Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

OLEH :
LULU YUNITA
1112104000012

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/2016 M
ii
iii
iv
v
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
SCHOOL OF NURSING
STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Undergraduate Thesis, Juny 2016
Lulu Yunita, NIM: 1112104000012
Effectiveness of Health Education With Lectures Against The Mother's Level of
Knowledge In Handling Toddler Diarrhea Around UPT Cipayung, Depok
xviii+ 107 pages + 8 tables + 5 charts + 6 appendixes

ABSTRACT

Figures for the incidence of diarrhea in toddlers is still quite high (40 per
1000 KH), this condition can be caused by lack of knowledge of the mother in
handling diarrhea. To increase the knowledge of mothers, one effort that can be done
is to give health education. The purpose of this research is to know the influence of
the health education method using lectures to increas knowledge of the mother role in
the handling diarrhea. This research uses quasi experiment design methods with pre
and post test without control. The research sample is 15 mothers who have babies at
RT 01/07 Cipayung Village, Depok. The results of the analysis using the paired t test
bivariat-test, obtained a value of p = 0.000, this means smaller than α value 0.05 (p <
0.05), then it can be inferred the existence of a difference in knowledge about the
handling of the diarrhea before and after given the handling of diarrhea. Based on the
results of the analysis of the test of Eta Squared in the get the value 0.6867, this value
indicates that the level of effectiveness of methods lectures have a profound effect in
increasing the knowledge of the mother in the handling diarrhea. Researchers
suggested that the health officer to further enhance health promotion about the
handling of the diarrhea.

Keyword: diarrhea, lecture method, the mother of „toodler‟


References: 55 (2003-2016)

vi
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN
Skripsi, Juni 2016
Lulu Yunita, NIM 1112104000012
Efektifitas Pendidikan Kesehatan Dengan Metode Ceramah Terhadap Tingkat
Pengetahuan Ibu Dalam Penanganan Diare Balita di Sekitar UPT TPA
Cipayung, Depok
xviii + 107 halaman + 8 tabel + 5 bagan + 5 lampiran

ABSTRAK

Angka kejadian diare pada balita masih cukup tinggi (40 per 1000 KH),
kondisi ini bisa diakibatkan oleh kurangnya pengetahuan ibu dalam penanganan diare
yang tepat.Untuk meningkatkan pengetahuan ibu, salah satu upaya yang bisa
dilakukan adalah memberikan pendidikan kesehatan.Tujuan dari penelitian ini
adalah mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan menggunakan metode ceramah
terhadap peningkatan pengetahuan ibu dalan penanganan diare. Penelitian ini
menggunakan metode quasi experimen design dengan rancangan pre and post test
without control. Sampel penelitian adalah 15 ibu yang memiliki balita di RT 01/07
Kelurahan Cipayung, Depok. Hasil analisis bivariat menggunakan uji paired t-test,
didapatkan nilai p=0,000, ini berarti lebih kecil dari nilai α 0,05 (p<0.05), maka dapat
disimpulkan adanya perbedaan pengetahuan tentang penanganan diare sebelum dan
sesudah diberikan penanganan diare. Berdasarkan hasil analisis uji Eta Squared di
dapatkan nilai 0.6867, nilai ini menunjukkan bahwa tingkat efektifitas metode
ceramah memiliki efekyang besar dalam meningkatkan pengetahuan ibu dalam
penangana diare. Peneliti menyarankan agar petugas puskesmas untuk lebih
meningkatkan promosi kesehatan tentang penanganan diare.

Kata kunci :Pendidikan Kesehatan, Pengetahuan Ibu, Diare pada Balita


Referensi : 55 (tahun 2003-2016)

vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Lulu Yunita

Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 28 Juni 1994

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jalan Raya Sawangan RT 03 RW 09 No. Rangkapan

Jaya Baru, Pancoran mas – Depok 16434

Telepon/Hp : +6287784609808

Email : luluyunita86@ymail.com

Riwayat Pendidikan:

1. TK Al-Hamidiyah Depok 1999 – 2000

2. SDN Depok Baru 6 2000 – 2006

3. MTS Al-Hamidiyah Depok 2006 – 2009

4. MA Al-Hamidiyah Depok 2009 – 2012

5. S-1 Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2012 – sekarang

Pengalaman Organisasi:

1. Anggota PRAMUKA Al-Hamidiyah Depok 2007 – 2011

2. Bendahara II Ikatan Satri Pondok Pesantren Alhamidiyah 2010 – 2011

(ISPAH)

viii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan

rahmat, taufik dan hidayat. Shalawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada

Nabi Muhammad SAW, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Efektifitas Pendidikan Kesehatan dengan Metode Ceramah Terhadap Tingkat

Pengetahuan Ibu Dalam Penanganan Diare Balita di sekitarUPT TPA Cipayung,

Depok.

Dalam penelitian skripsi ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang peneliti

jumpai namun syukur Alhamdulillah berkat rahmat dan hidayah-Nya, segala

kesulitan dapat diatasi dengan sebaik-baiknya. Oleh sebab itu, peneliti ingin

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Arif Sumantri, M.Kes , selaku Dekan Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Maulina Handayani, S.Kp., MSc dan ibu Ernawati, S.Kp., M.Kep., Sp. KMB,

selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan dan Sekretaris Program Studi

Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

ix
3. Ibu Ita Yuanita , S.Kp., M.Kep dan Ibu Yenita Agus S.Kp., M.Kep.,Sp.Mat.,PhD
selaku dosen pembimbing yang telah sabar dan ikhlas untuk meluangkan waktu,
tenaga serta fikiran selama membimbing peneliti.
4. Segenap Bapak dan Ibu Dosen atau Staf Pengajar, pada lingkungan Program

Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang dengan ikhlas dan tulus

memberikan ilmu pengetahuaan kepada peneliti selama menjalankan

perkuliahan.

5. Segenap Jajaran Staf dan Karyawan Akademik dan Perpustakaan Fakultas yang

telah banyak membantu dalam pengadaan referensi buku ataupun skripsi sebagai

bahan rujukan skripsi.

6. Walikota Depok dan Kelurahan Cipayung, Depok yang telah memberikan

kesempatan dan perizinan dalam melakukan penelitian

7. Kedua Orangtua saya dan saudara-saudara saya yang selalu memberikan saya

kasih sayang, do‟a, motivasi, dan dukungan baik moril maupun materi yang tidak

pernah habis dari mulai saya dilahirkan hingga sekarang.

8. Teman-teman seperjuangan Program Studi Ilmu Keperawatan angkatan 2012

yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu. Terimakasih atas dukungan,

semangat, kebersamaan, kenangan, inspirasi yang telah diberikan serta

kekompakan yang selama ini tidak akan terlupakan.

x
Akhir kata, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga

peneliti dapat menyempurnakan proposal skripsi ini.Peneliti berharap dapat

bermanfaat khususnya bagi peneliti dan umumnya bagi pembaca yang

menggunakannya, terutama dalam hal kemajuan pendidikan selanjutnya.

Jakarta, Januari 2016

Lulu Yunita

xi
DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ........... Error! Bookmark not defined.


LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................................... iii
ABSTRACT ................................................................................................................. vi
ABSTRAK .................................................................................................................. vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xvi
DAFTAR SINGKATAN .......................................................................................... xvii
BAB I :PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
A. Latar belakang ................................................................................................. 1
B. Rumusan masalah ............................................................................................ 7
C. Pertanyaan Peneliti .......................................................................................... 8
D. Tujuan .............................................................................................................. 9
1. Tujuan Umum................................................................................................. 9
2. Tujuan Khusus ................................................................................................ 9
E. Manfaat ............................................................................................................ 9
F. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................. 10
BAB II:TINJAUAN PUSTAKA................................................................................. 11
A. Diare .............................................................................................................. 11
B. Penanganan diare ........................................................................................... 18
C. Sampah .......................................................................................................... 22
D. Pendidikan Kesehatan.................................................................................... 23
E. Metode-Metode Pendidikan Kesehatan ......................................................... 25
F. Media atau peraga .......................................................................................... 34
G. Pengetahuan (knownlwdge)-kognitif ............................................................ 37
H. Penelitian terkait ............................................................................................ 42
I. KerangkaTeori ............................................................................................... 48
BAB III:KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI OPERASIONAL 49
A. Kerangka konsep ........................................................................................... 49

xii
B. Hipotesis ........................................................................................................ 50
C. Definisi operasional ....................................................................................... 50
BAB IV:METODOLOGI PENELITIAN ................................................................... 52
A. Desain Penelitian ........................................................................................... 52
B. Populasi dan Sampel ...................................................................................... 53
C. Kriteria Responden ........................................................................................ 54
D. Lokasi dan Waktu penelitian ......................................................................... 54
E. Metode Pengumpulan Data ........................................................................... 55
F. Pengelolaan Data ........................................................................................... 56
G. Etika penelitian .............................................................................................. 58
BAB V:HASIL PENELITIAN ................................................................................... 61
A. Gambaran Lokasi ........................................................................................... 61
B. Data Demografi ............................................................................................. 62
C. Uji Normalitas ............................................................................................... 65
D. Pengaruh pengetahuan tentang penanganan diare sebelum dan sesudah
intervensi ....................................................................................................... 66
BAB VI:PEMBAHASAN........................................................................................... 69
A. Karakteristik Responden................................................................................ 69
B. Pengaruh pengetahuan sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan ............. 71
C. Keterbatasan Peneliti ..................................................................................... 79
BAB VII:KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 80
A. Kesimpulan .................................................................................................... 80
B. Saran .............................................................................................................. 80
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 82

xiii
DAFTAR TABEL

No Tabel Halaman

Tabel 3.1 Definisi Operasional 51

Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia 62

Tabel 5.2 Karakteristik Resonden Berdasarkan Jenjang Pendidikan 63

Tabel 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan 63

Tabel 5.4 Gambaran Rata-Rata Skor Pengetahuan Responden 64

Pre Test-Post Test

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Pengetahuan pretest-post test 64

Tabel 5.6 Hasil Uji Normalitas Pengetahuan Responden Sebelum 65

Dan Sesudah Pendidikan Kesehatan Tentang Penanganan Diare

Tabel 5.7 Perbedaan RerataSebelum Dan Setelah Diberikan Pendidikan 66

Kesehatan

Table 5.8 Rerata Pengetahuan Sebelum Dan Setelah Pendidikan 67

Kesehatan Tentang Penanganan Diare

xiv
DAFTAR GAMBAR

No Gambar Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Teori 49

Gambar 3.1 Kerangka Konsep 50

Gambar 3.2 Skema Konsep 50

Gambar 4.1 Desain Penelitian 53

Gambar 4.2 Denah Pengumpulan Data 57

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Persetujuan Responden

Lampiran 2 Lembar Kuesioner

Lampiran 3 Satuan Acara Pembelajaran (SAP)

Lampiran 4 Surat Perizinan Penelitian

Lampiran 5 Hasil Olah SPSS

xvi
DAFTAR SINGKATAN

ASEAN : Asociation of Southeast Asian Nations

ASI : Air Susu Ibu

BAB : Buang Air Besar

CFR : Case Fatality Rate

HIV : Human Immunodeficiency Virus

IR :Insidensi Ratio

KH : Kelahiran Hidup

KLB : Kejadian Luar Biasa

LGG : Larutan Gula Garam

MDG‟s :Millenium Development Goals

MP ASI : Makanan Pendamping Air Susu Ibu

SKRT : Survei Kesehatan Rumah Tangga

TPA : Tempat Pembuangan Akhir

TPS : Tempat Pembuangan Sampah

UIN : Universitas Islam Negeri

UNNES :Universitas Negeri Semarang

UPT : Unit Pelaksana Teknis

WHO : World Health Organization

xvii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Pendidikan kesehatan merupakan hak dari setiap manusia, ini sesuai dengan

Undang-undang kesehatan No.36 Pasal 6 dan 7 “Setiap orang berhak

mendapatkan lingkungan yang sehat bagi pencapaian derajat kesehatan dan setiap

orang berhak untuk mendapatkan informasi dan edukasi tentang kesehatan yang

seimbang dan bertanggung jawab”.Kondisi Sehat menurut WHO adalah keadaan

seimbang yang sempurna baik dari segi fisik, mental dan sosial yang tidak hanya

terbebas dari penyakit dan kelemahan (Asmadi,2008). Sedangkan pengertian

sehat menurut Undang-undang kesehatan RI No.36 tahun 2009 BAB 1 pasal 1

“kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun

sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

ekonomis” (Depkes,2009).

Kondisi pembangunan kesehatan suatu negara secara umum dapat dilihat

dari status kesehatan dan gizi masyarakat, yaitu salah satunya adalah angka

kematian anak.Tingkat kematian bayi tahun periode 2008-2012 mengalami

penurunan yaitu sebesar 32 per 1.000 kelahiran hidup jika dibandingkan tahun-

tahun sebelumnya, walaupun angka ini merupakan angka yang masih jauh jika

dibandingkan dengan target Renstra Kemenkes yang ingin dicapai yaitu 24 dan

target MDGs yaitu 23 perkelahiran hidup di tahun 2015. Sementara angka

1
2

kematian balita tahun 2012 sebesar 40 per 1000 angka kelahiran hidup yang

masih dikategorikan dalam MDGs sedang dan Indonesia masih menempati

peringkat ke-4 tertinggi kematian balitanya se-ASEAN (Depkes,2012). Diwilayah

Jawa Barat jumlah kematian bayi sebesar 4,803 dengan angka kematian bayi

sebanyak 5.2 per 1.000 KH balita di Jawa Barat sebanyak 5.167 dengan angka

kematian balita sebanyak 5,5 per 1000 KH (Depkes, 2012). Pada SDGs angka

kematian balita (AKBa) 40/100 KH, dan target pada tahun 2030, mengakhiri

kematian balita yang dapat dicegah, dengan menurunkan angka kematian balita

sebesar 25 Per 1.000 KH (Depkes, 2015)

Penyakit diare merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di negara

berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitas-nya yang

masih tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen

Kesehatan dari tahun 2000 s/d 2010 terlihat kecenderungan insidens naik. Pada

tahun 2000 IR penyakit Diare 301/ 1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi

374/1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423 /1000 penduduk dan tahun

2010 menjadi 411/1000 penduduk. Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga masih

sering terjadi, dengan CFR yang masih tinggi. Pada tahun 2008 terjadi KLB di 69

Kecamatan dengan jumlah kasus 8133 orang, kematian 239 orang (CFR 2,94%).

Tahun 2009 terjadi KLB di 24 Kecamatan dengan jumlah kasus 5.756 orang,

dengan kematian 100 orang (CFR 1,74%), sedangkan tahun 2010 terjadi KLB

diare di 33 kecamatan dengan jumlah penderita 4204 dengan kematian 73 orang

(CFR 1,74 %). Salah satu langkah dalam pencapaian target MDG‟s (Goal ke-4)

adalah menurunkan kematian anak menjadi 2/3 bagian dari tahun 1990 sampai
3

pada 2015. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), Studi

Mortalitas dan Riset Kesehatan Dasar dari tahun ke tahun diketahui bahwa diare

masih menjadi penyebab utama kematian balita di Indonesia.

Kejadian diare dapat terjadi pada beberapa karakteristik yaitu berdasarkan

kelompok umur, pendidikan, pekerjaan, tempat tinggal, dan

pendapatan.Berdasarkan kelompok umur kejadian diare penderita lama dan baru

pada umur <1 tahun sebesar 11,2 periode prevalence diare pada umur 1-4 tahun

merupakan tertinggi diantara umur yang lain yaitu 12,2 dan periode prevalence

diare 5-14 tahun sebesar 6,2. Berdasarkan pendidikan, pendidikan yang rendah

memiliki kejadian diare yang jumlah kejadian lama dan baru yang lebih besar

dibandingkan dengan tingkat-tingkat pendidikan diatasnya yaitu sebesar 8,0.

Karakteristik berdasarkan pekerjaan, seseorang yang pekerjaan petani/buruh dan

pelayan dengan pekerjaan lainnya jumlah insiden diare yang lama dan baru sama

tingginya yaitu 7,1. Berdasarkan tempat tinggal kejadian diare baru perkotaan dan

perdesaan sama yaitu 3,5 walaupun kejadian jumlah lama dan baru diperdesaan

lebih besar daripada perkotaan. Karakteristik selanjutnya berdasarkan kuitil

indeks kepemilikan (pendapatan) adalah nilai kepemilikian terendah memiliki

kejadian diare dengan jumlah yang lama dan baru yang lebih besar dari pada

tingkat nilai kepemilikan yang lain yaitu sebesar 9,3(Rikesdas,2013)

Kasus diare di Kota Depok sebanyak 80.815 kasus pada laki-laki dan

perempuan, dan diare yang di tangani hanya sebesar 19.860. Angka kesakitan

diare di Depok tahun 2008-2012 sebesar 22,44%. Beberapa wilayah di Depok

memiliki angka dengan kejadian diare yang tinggi salah satunya di Kecamatan
4

Pancoran Mas puskesmas jembatan serong kelurahan Cipayung, yang memiliki

angka kejadian diare sebanyak 2,174 kasus pada balita (Data Profil Kesehatan

Depok,2008). Pada tahun 2015 angka kejadian diare di puskesmas Cipayung

sebanyak 1.880 kasus balita yang mengalami diare.

Diare dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu adalah infeksi (bakteri,

virus, dan parasit), penurunan daya tahan tubuh dan faktor lingkungan

(Depkes,2011). Dampak diare yang sangat berpengaruh pada balita yaitu,

dehidrasi, gangguan pertumbuhan dan perkembangan bahkan kematian. Kematian

pada balita dapat disebabkan penanganan yang tidak tepat baik di rumah maupun

di sarana kesehatan. Jadi, upaya dalam menurunkan kematian karena diare perlu

tata laksana yang cepat dan tepat (Kemenkes RI, 2011). Diare pada anak

merupakan penyakit yang dipengaruhi oleh perilaku ibu dan lingkungan tempat

tinggalnya (Renstra,2015-2020). Namun, jika orang tua dapat melakukan

penanganan diare secara tepat, diare bukan merupakan penyebab kematian utama

pada anak (Depkes, 2011).

Berdasarkan penelitian Dini, dkk (2015) dipuskesmas Lengayang Padang

diare pada balita dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pembuangan tinja yang

tidak bersih, sumber air yang tidaksehat, pembuangan air limbah yang buruk dan

pengelolaan sampah yang yang buruk. Faktor-faktor tersebut berhubungan

terhadap peningkatan kejadian diare balita. Berdasarkan penelitian Palancoi

(2014) terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu terhadap

kejadian diare akut di kelurahan Pabundukang dan terdapat hubungan yang

signifikan antara lingkungan yang tidak sehat terhadap kejadian diare akut pada
5

balita dikelurahan Pabundukang Makasar. Penelitian lain, yaitu penelitian

Widjaya (2012) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan

ibu, riwayat pemberian ASI, kebiasaan ibu mencuci tangan, jenis jamban keluarga

dan kepadatan lalat terhadap tingkat kejadian diare di sekitar TPS banaran

kampus UNNES.

Upaya pemerintah dalam meningkatkan kesehatan sesuai dengan pasal yang

diatas yaitu pasal 6 dan 7 yang menyatakan bahwa setiap orang berhak

pendapatkan informasi dan pendidikan tentang kesehatan.Menurut WHO (2012)

pendidikan kesehatan merupakan suatu upaya untuk pembelajaran dalam

rancangan komunikasi dan informasi untuk meningkatkan kesehatan, termasuk

meningkatkan pengetahuan.Ada beberapa metode pendidikan kesehatan salah

satunya yaitu metode ceramah.Metode ceramah merupakan bagian dari metode

pendidikan dalam kelompok besar dengan jumlah sasaran sebanyak lebih dari 15

orang. Metode ceramah merupakan penyampaian informasi dan pengetahuan

secara lisan kepada sejumlah siswa atau pendidik. Metode ceramah dapat

dikatakan sebagai satu-satunya metode paling ekonomis untuk menyampaikan

informasi dan paling efektif dalam mengatasi kelangkaan literatur atau rujukan

yang sesuai dengan jangkauan daya beli serta daya paham peserta didik

(Nursalam dan Effendi, 2008).

Berdasarkan dari beberapa penelitian metode ceramah sangat efektif dalam

peningkatan pengetahuan kesehatan yaitu pada penelitian Habsari (2015) tentang

efektifitas pemberian informasi dengan ceramah dan leaflet terhadap pengetahuan

penanganan penyakit diare kepada ibu-ibu di Kabupaten Rembang Surakarta


6

tahun 2015, menyatakan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan yang signifikan

dalam pemberian informasi dalam metode ceramah dan leaflet terhadap

penanganan diare kepada ibu-ibu di Kabupaten Rembang tahun 2015. Dan dari

penelitian Munawaroh, dkk (2010) tentang efektifitas metode ceramah dan leaflet

dalam peningkatan pengethuan remaja tentang seks bebas di SMA Negeri

Ngrayun Ponorogo didapatkan hasil bahwa efektif pemberian metode ceramah

dan leaflet dalam peningkatan pengetahuan remaja tentang seks bebas. Dikuatkan

lagi dengan penelitian Pramiputra (2014) tentang efektifitas pendidikan kesehatan

menggunakan metode ceramah dengan leaflet terhadap peningkatan pengetahuan

pencegahan demam berdarah dengue di desa Wonorejo Polokarto bahwa hasil uji

menunjukkan adanya perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah kegiatan

ceramah, rata-rata skor pengetahuan sebelum diberi ceramah 10,82 meningkat

menjadi 12,18.

Berdasarkan dengan studi pendahuluan yang telah dilakukan di UPT TPA

Cipayung kota Depok, hasil observasi peneliti, lingkungan UPT TPA Cipayung

memiliki ketinggian tumpukan sampah yang tinggi, bau yang sangat menyengat

dan lalat berterbaran terutama saat hujan ke rumah-rumah sekitar TPA. Dan

berdasarkan hasil wawancara peneliti di UPT TPA Cipayung, Depok diketahui

bahwa 10 ibuyang memiliki anak balita pernah mengalami diare, 3 ibu yang

mengetahui dan memberikan oralit jika balita diare. Dari semua ibu yang

diwawancara didapatkan bahwa ibukurang memiliki mengetahui tentang

penanganan yang tepat pada diare dengan kurangnya pemberian cairan, makanan,

dan tanda dehidrasi akibat diare. Ibu balita hanya memberikan minuman atau
7

makanan jika anaknya meminta, dan membawa anaknya ke puskesmas jika

anaknya sudah demamdan menurut ibu balita di Sekitar UPT TPA Cipayung diare

merupakan hal yang biasa yang terjadi pada anak.

Maka dari itu, peneliti tertarik untuk meneliti efektifitas pendidikan kesehatan

dengan menggunakan metode ceramah terhadap tingkat pengetahuan ibu dalam

penanganan diare balita di sekitarUPT TPA Cipayung, Kota Depok.

B. Rumusan masalah

Penanganan diare pada anak sangat penting untuk diketahui oleh keluarga,

yaitu dengan caramencegah terjadinya dehidrasi, pemberian makanan yang

sesuai, dan membawa anak kepetugas kesehatan jika tidak membaik.

Keterlambatan penangan diare sangat berdampak pada pertumbuhan dan

perkembangan anak bahkan jika anak diare dengan dehidrasi dapat menimbulkan

kematian.Salah satu upaya pemerintah dalam peningkatan kesehatan adalah

memberikan pendidikan kesehatan pada masyarakat yaitu dengan metode

ceramah. Dari penelitian Habsari (2015) tentang efektifitas informasi dengan

ceramah dan leaflet terhadap pengetahuan penanganan penyakt diare kepada ibu-

ibu di Kabupaten Rembang Surakarta, didapatkan hasil bahwa pada kelompok

kontrol (kelompok yang tidak diberikan intervensi) mendapatkan hasil yang

rendah jika dibandingkan dengan keompok ceramah dan leaflet. Kelompok

ceramah terjadi kenaikan nilai yang tinggi dibandingkan dengankelompok leaflet.

Kelompok ceramah terjadi peningkatan nilai sebesar 20,02%, dikarenakan pada

kelompok ceramah mendapatkan informasi secara lisan dari penceramah,dapat


8

membaca slide show presentasi penceramah, mendapatkan hangout slide materi,

danjika tidak mengerti dapat ditanyakan langsung kepada penceramah. Hal ini

responden pada kelompok ceramah menggunakan penginderaan (mata, mulut, dan

telinga), sedangkan pada kelompok leaflet hanya bisa membaca isi dari leaflet

yang diberikan dua hari sebelumdiadakan post test. Menurut Notoatmodjo (2005)

pengetahuan seseorang didapat dari indera pendengaran (telinga) dan indera

penglihatan (mata).

Berdasarkan dari penjelasan tersebut, peneliti berkeinginan untuk meneliti

efektifitas pendidikan kesehatan dengan menggunakan metode ceramah terhadap

tingkat pengetahuan ibu dalam penanganan diare balita di sekitar UPT TPA

Cipayung, Kota Depok.

C. Pertanyaan Peneliti

Berdasarkan rumusan masalah peneliti diatas, maka dapat diambil beberapa

pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana karakteristik responden penelitian berdasarkan usia, pendidikan,

dan pekerjaan

2. Bagaimana tingkat pengetahuan ibu terhadap penanganan diare pada balita

sebelum diberikan pendidikan kesehatan

3. Apakah terjadi peningkatan pengetahuan ibu terhadap penanganan diare pada

balita setelah diberikan pendidikan kesehatan

4. Apakah berpengaruh dan efektif pendidikan kesehatan dengan metode

ceramah dalam peningkatan kesehatan.


9

D. Tujuan

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas metode ceramah

dalam tingkat pengetahuan ibu dalam penanganan diare pada balita

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui karakteristik responden peneliti berdasarkan usia, pendidikan,

dan pekerjaan

b. Diketahui tingkat pengetahuan ibu tentang penanganan diare sebelum

diberikan pendidikan kesehatan

c. Diketahui tingkat pengetahuan ibu tentang penanganan diare setelah

diberikan pendidikan kesehatan

d. Diketahuinya pengaruh dan efektifitas pendidikan kesehatan dengan

metode ceramah dalam peningkatan pengetahuan ibu dalam penanganan

diare balita

E. Manfaat

1. Bagi responden, ibu dapat mengetahui tentang penyakit diare, dan

penanganan diare yang tepat pada balita.

2. Bagi institusi pendidikan, dapat dijadikan informasi dan sumber yang dapat

menambah pengetahuan tentang efektifitas metode ceramah dalam

pengetahuan ibu terhadap penanganan diare pada balita.


10

3. Bagi peneliti, dapat menambah pengetahuan, pengalaman, dan wawasan

tentang efektifitas metode ceramah terhadap peningkatan pengetahuan ibu

dalam penanganan diare dan sebagai penerapan ilmu yang yang sudah

didapat selama studi.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui efektvitas metode ceramah

terhadap peningkatan pengetahuan ibu dalam penangana diare balita. Jenis

penelitian ini adalah Quasi Eksperimen atau eksperimen semu dengan design pre

and post test without control. Metode mengambilan data dengan mengisi

kuisioner pengetahuan penanganan diare pada balita. Penelitian dilaksanakan di

sekitar UPT TPA Cipayung, Kelurahan Cipayung, kota Depok.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Diare

1. Definisi

Diare adalah peningkatan keenceran dan frekuensi feses. Diare mungkin

dalam volume besar atau sedikit dan dapat disertai atau tanpa darah

(Corwin,2008). Sedangkan WHO, mendefinisikan bahwa diare adalah suatu

kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek dan cair,

bahkan dapat berupa air saja dengan frekunsinya lebih sering dari biasanya

(tiga kali atau lebih) dalam satu hari (Depkes, 2011).

Berdasarkan lamanya, diare dibagi menjadi 2 yaitu: diare akut dan

diare kronis. Diare akut adalah diare yang berlangsung kurang dari 14 hari,

sedangkan diare kronis adalah diare yang berlangsung lebih dari 14 hari

(Depkes,2011).

2. Epidemiologi

Pada diare terdapat gangguan dari resopsi, sedangkan sekresi getah

lambung-usus dan motilitas usus meningkat. Menurut teori klasik diare

disebabkan oleh meningkatnya peristaltik usus tersebut, sehingga pelintasan

chymus dipercepat dan masih mengandung banyak air pada saat meninggalkan

tubuh sebagai tinja.Penelitian dalam tahun-tahun terakhir menunjukkan bahwa

penyebab utamanya adalah bertumpuknya cairan diusus akibat terganggunya

11
12

resorpsi air dan atau terjadi hipersekresi. Pada keadaan normal proses resorpsi

dan sekresi dari air dan elektrolit-elektrolit berlangsung pada waktu yang

sama di sel-sel epitel mukosa. Pada proses ini diatur oleh beberapa hormon,

yaitu resopsi oleh enkefalin (morfin endogen, analagetika narkoba) sedangkan

sekresi diatur oleh prostaglandin dan neuro hormon V.I.P (Vasoactive

Intestinal Peptide). Biasanya resopsi melebihi sekresi, tetapi karena sesuatu

sebab sekresi menjadi lebih besar dari reabsopsi dan terjadilah diare. Keadaan

ini sering kali terjadi radang lambung-usus (gastroenteritis) yang disebabkan

oleh virus, kuman dan toksinnya (Tan dan Kirana,2008).

Berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan beberap jenis gastroenteritis

dan diare sebagai berikut:

a. Diare akibat virus

„influenza perut‟ dan „travelers diarehoa‟ yang disebabkan antara lain

oleh rotavirus dan adenovirus. Virus melekat pada sel-sel mukosa usus

yang menjadi rusak sehingga kapasitas resopsi menurun dan sekresi air

dan elektrolit memegang peranan.Diare yang terjadi bertahan terus sampai

beberapa hari sesudah virus lenyap dengan sendirinya, biasanya dalam 3-6

hari. Menurut taksiran 90% dari semua diare disebabkan oleh virus atau

kuman E.coli spec (tidak ganas) (Tan dan Kirana,2008).

b. Diare bacterial invasive (bersifat menyerbu)

Agak sering terjadi, tetapi mulai berkurang berhubungan semakin

meningkatnya derajat hygiene masyarakat.Kuman pada keadaan tertentu

menjadi invasive dan menyerbu kedalam mukosa, dimana terjadi


13

perbanyakan diri sambil membentuk toksin.Enterotoksi ini dapat diresopsi

ke dalam darah dan menimbulkan gejala hebat, seperti demam tinggi,

nyeri kepala dan kejang-kejang.Selain itu mukosa usus yang telah dirusak

mengakibatkan mencret berdarah dan berlendir.Penyebab terkenal dari

pembentukan enterotoksin ialah bakteri E. coli spec, Shigella, Salmonella

dan Campylobacter. Bakteri ini bersifat self-limiting, artinya akan sembuh

dengan sendirinya dalam kurun lama 5 hari tanpa pengobatan, setelah sel-

sel yang rusak diganti dengan sel-sel mukosa baru (Tan dan Kirana,2008).

c. Diare parasit

Akibat protozoa seperti entamoeba histolytica dan giardia lamblia,

yang terutama terjadi di daerah sub tropis. Diare akibat parasit ini

biasanya bercirikan mencret cairan yang intermitten dan bertahan lebih

lama dari sat minggu. Gejala lainya berupa nyeri perut, demam, anoeksia,

nausea, muntah-muntah, dan rasa letih (Tan dan Kirana,2008).

d. Akibat penyakit

Penyakit colitis ulceros, p. crohn, Irritable Bowel Syndrome (IBS),

kanker colon dan infeksi HIV. Juga akibat gangguan-gangguan seperti

alergi terhadap makanan/minuman, proteinsusu sapi dan gluten serta

intoleransi untuk laktosa karena defisiesi enzim laktase yang dapat

menyebabkan diare (T.H, Tjay dan Rahardja,2008).

e. Akibat obat

Yaitu digoksin, kinidin, garam-Mg dan litium, sorbitol, beta-blockers,

dan antibiotikaberspektrum luar (ampisislin, amoksilin, dan yang lainnya),


14

semua obat ini dapat menimbulkan diare baik tanpa kejang perut dan

perdarahan (Tan dan Kirana,2008).

f. Akibat keracunan makanan

Biasanya terjadi pada anak-anak sekolah atau karyawan perusahaan

dan biasanya disertai pula dengan muntah-muntah.Keracunan makanan

didefinisikan sebagai penyakit bersifat infeksi atau toksis dan diperkirakan

atau disebabkan mengkonsumsi makanan atau minuman yang tercemar.

Penyebab utamanya adalah tidak memadainya kebersihan pada waktu

pengelolahan, penyimpanan dan distribusi dari makanan/minuman yang

akibat pencemaran meluas (Tan dan Kirana,2008).

3. Patofisiologi

Diare dapat terjadi akibat adanya zat terlarut yang tidak dapat diserap

didalam feses, yang disebut diare osmotik, atau karena iritasi saluran

cerna.Penyebab tersering diare dalam volume besar akibat iritasi adalah

infeksi virus atau bakteri di usus halus atau usus besar (Corwin, 2009).

Iritasi usus oleh patogen mempengaruhi lapisan mukosa usus, sehingga

terjadi peningkatan produk sekretorik, termasuk mucus.Iritasi mikroba juga

mempengaruhi lapisan otot sehingga terjadi peningkatan

motilitas.Peningkatan motilitas menyebabkan banyak air dan elektrolit

terbuang karena waktu yang tersedia untuk penyerapan zat-zat tersebut

dikolon berkurang.Individu yang mengalami diare berat dapat meninggal

akibat syok hipovolemik dan ketidakteraturan elektrolit.Toksin kolera yang

dikeluarkan bakteri kolera adalah contoh dari zat yang sangat menstimulasi
15

motilitas dan secara langsung menyebabkan sekresi air dan elektrolit ke dalam

usus besar, sehingga unsur-usur plasma yang penting ini terbuang dalam

jumlah besar. Agens infeksius lain juga dapat menyebabkan diare berat atau

ringan. Infeksi Escherichia Coli ditemukan didalam daging giling yang tidak

matang, dapat menyebabkan diare berdarah berat (Corwin, 2009).

4. Dampak diare

1. Dehidrasi

Dehidrasi dapat menyebabkan gangguan keseimbangan metabolisme

tubuh.Gangguan ini dapat mengakibatkan kematian pada bayi.Kematian

ini lebih disebabkan bayi kehabisan cairan tubuh dikarenakan, asupan

cairan itu tidak seimbang dengan pengeluaran melalui muntah dan berak,

meskipun berlangsung sedikit demi sedikit.Banyak orang mengganggap

bahwa pengeluaran cairan seperti ini adalah hal yang biasa pada

diare.Namun, akibatnya sungguh berbahaya.Presentase kehilangan cairan

tidak harus banyak baru dapat menyebabkan kematian.Kehilangan cairan

tubuh sebanyak 10 % saja sudah membahayakan jiwa.Pada bayi, keadaan

ini dapat menyebabkan kematian setelah sakit selama 2-3 hari. Sebelum

kematian terjadi, dehidrasi berat akan muncul yang gejalanya adalah kulit

berkerut, mata cekung, ubun-ubun cekung, serta mulut dan bibir kering

bahkan pecah-pecah.

Dehidrasi dibagi menjadi 3 macam, yakni, dehidrasi ringan, dehidrasi

sedang, dan dehidrasi berat.Dehidrasi ringan jika cairan tubuh hilang 5

%.Jika cairan yang hilang sudah lebih dari 10 % disebut dehidrasi berat.
16

Pada dehidrasi berat, volume darah berkurang, denyut nadi dan jantung

bertambah cepat tetapi melemah, tekanan darah rendah, penderita lemah,

kesadaran menurun,dan penderita sangat pucat.

Derajat dehidrasi diare

1. Diare tanpa dehidrasi

Kehilangan cairan < 5% Berat Badan penderita diare.Tanda-tanda

diare tanpa dehidrasi balita tetap aktif, memiliki keinginan untuk

minum seperti biasa, mata tidak cekung, dan turgor kulit kembali

segera.

2. Diare dehidrasi ringan/sedang

Kehilangan cairan 5-10% Berat Badan penderita diare.Tanda-

tandanya adalah, balita gelisah atau rewel, mata cekung, ingin minum

terus atau rasa haus meningkat dan turgor kulit kembali lambat.

3. Diare dehidrasi berat

Kehilangan carian > 10% Berat Badan penderita diare. Tanda-

tandanya adalah balita terlihat lesu, lunglai dan tidak sadar, mata

cekung, malas minum, dan turgor kembali sangat lambat ≥ 2 detik

(Depkes,2011)

2. Gangguan pertumbuhan

Gangguan ini terjadi karena asupan makanan terhenti sementara

pengeluaran zat gizi terus berjalan. Jika tidak ditangani dengan benar,

diare akanmenjadi kronis. Pada kondisi ini obat-obatan yang diberikan

tidak serta merta dapat menyembuhkan diare. Ketidaktahuan orang tua,


17

cara penanganan dokter yang tidak tepat, kurang gizi pada anak dan

perubahan makan mendadak dapat menjadi faktor pencetus diare.

Disamping itu, pemberian makanan tambahan yang dilakukan sebelum

waktunya juga dapat menyebabkan diare. Pemberian makanan tambahan

terlalu dini akan menyebabkan gangguan selaput lender usus. ASI

merupakan makanan terbaik bagi bayi dan balita karena mengandung

unsur kekebalan alami yang membantu pertahanan tubuh anak

(Widjaja,2008).

Pada orang dewasa, diare jarang menimbulkan kematian. Pada bayi

atau anak-anak, dalam waktu singkat akan menyebabkan kematian. Jika

diare dapat disembuhkan tetapi sering terjadi lagi, akan menyebabkan

berat badan anak yang terus menurun. Akibatnya, anak kekurangan gizi

yang menghambat pertumbuhan fisik dan jaringan otaknya

(Widjaja,2008).

Seperti diketahui, 60% pertumbuhan otak anak terjadi sejak anak

masih berada didalam kandungan sampai berusia 2 tahun. Diare yang

terjadi pada anak usia dibawah 2 tahun dan balita akan menganggu

perkembangan otaknya. Volume otak akan menjadi kecil dan jaringan

otaknya menjadi lebih sedikit dibandingkan dengan mereka yang

pertumbuhannya normal. Kondisi kurang gizi ini juga akan diikuti oleh

rentetan lain yang memperburuk kondisi fisik bayi, diantaranya daya tahan

tubuh yang menurun pada bayi kurang gizi akan membuat pertahanan
18

tubuhnya rapuh dan mudah diserang berbagai kuman penyakit

(Widjaja,2008).

Dibandingkan dengan diare akut, diare kronis (menahun) paling sering

menyebabkan kematian.Kematian ini juga dapat disebabkan oleh infeksi

sekunder yang terjadi akibat diare. Seandainya tidak meninggal, bayi akan

terus-menerus mengalami penurunan berat badan sehingga pertumbuhan

fiskinya terhambat (Widjaja,2008).

5. Pencegahan diare (Depkes, 2007)

Pencegahan diare dengan cara pemberian ASI pada bayi karena ASI

terjamin kebersihannya dan cocok untuk bayi. Kemudian siapkan dan berikan

makanan pendamping ASI yang baik dan benar. Lalu gunakan air bersih yang

cukup dan cuci tangan sebelum makan dan sesudah BAB dengan sabun.

Semua anggota keluarga BAB di jamban yang sehat, buanglah tinja bayi dan

anak kecil di jamban dan berikan imunisasi campak

B. Penanganan diare

Tiga cara untuk pengobatan dirumah seorang anak penderita diare

(Depkes,2007):

1. Mencegah terjadinya dehidrasi dengan memberikan cairan lebih banyak

daripada biasa

a. Memberikan ASI lebih sering dan lebih lama dari biasanya bagi bayi yang

masih menyusui (0-2 tahun atau lebih).


19

b. Segera berikan cairan/minuman yang biasa tersedia dirumah, seperti: kuah

sop, kuah sayur, air tajin, air teh, air matang dan teruskan pemberian ASI

pada bayi lebih banyak dan sering.

c. Pemberian ORALIT sampai diare berhenti (Depkes, 2011) dan larutan

gula garam (LGG) (Warner, dkk, 2010)

1) ORALIT adalah campuran garam elektrolit seperti natrium klorida

(NaCl), kalium klorida (KCl), dan trisodium sitrat hidrat, serta glukosa

anhidrat.

a. Manfaat ORALIT

ORALIT diberikan untuk mengganti cairan dan elektrolit

dalam tubuh yang terbuang saat diare.Walaupun air sangat penting

untuk mencegah dehidrasi, air minum tidak mengandung garam

elektrolit yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan

elektrolit dalam tubuh sehingga lebih diutamakan

ORALIT.Campuran glukosa dan garam yang terkandung dalam

ORALIT dapat diserap dengan baik oleh usus penderita diare.

b. Cara membuat cairan ORALIT

Cuci tangan dengan air dan sabun, lalu Sediakan 1 gelas air

minum yang telah dimasak/air teh (200 cc), masukkan satu

bungkus ORALIT 200 cc dan aduk sampai larut benar lalu berikan

larutan ORALIT kepada anak.

c. Cara memberikan larutan ORALIT


20

Berikan dengan sendok atau gelas, Berikan sedikit-sedikit

sampai habis, atau hingga anak tidak kelihatan haus. Bila muntah,

dihentikan sekitar 10 menit, kemudian lanjutkan dengan sabar

sesendok setiap 2 atau 3 menit. Walau diare berlanjut, ORALIT

tetap diteruskan. Bila larutan ORALIT pertama habis, buatkan satu

gelas larutan ORALIT berikutnya. Larutkan oralit jangan disimpan

lebih dari 24 jam.

d. Takaran pemberian oralit (Depkes, 2007)

1. Umur < 1 tahun = ½ gelas

2. Umur 1-4 tahun = 1 gelas

3. > 5 tahun = 1 ½ gelas

4. Dewasa = 2 gelas

2) Larutan gula garam (LGG) (Tan dan Kirana,2010)

Sediakan air masak 1 gelas. Tambahkan gula pasir 1 sendok

makan, garam ½ sendok the. Aduklah sampai larut dan larutan

gula garam (LGG) siap untuk diberikan

Jika tidak tersedia cairan rumah tangga dan ORALIT dirumah, bisa

diberikan air minum.

2. Teruskan pemberian makanan pada anak

Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada

penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah

berkurangnya berat badan. Cara pemberian makanan anak dengan cara:


21

Berikan makanan seperti biasa atau makanan yang dilunakkan, mudah

dicerna dan tidak merangsang (pedas, asam). Makanan diberikan sedikit-

sedikit, tetapi sering. Pemberian ASI bagi bayi ditingkatkan. Susu kaleng

(formula) dapat diteruskan dan setelah diare, berikan makanan ekstra sampai 2

minggu untuk membantu pemulihan berat badan anak

3. Bawa anak kepetugas kesehatan, jika tidak membaik

Bawa anak ke Puskesmas atau Rumah Sakit atau Tempat Praktek bila :

Diare tidak membaik sampai 3 hari, atau ada satu/lebih tanda-tanda: Diare

terus menerus, muntah berulang, demam, tidak mau makan/minum, mata/ubun-

ubun cekung, kelihatan sangat haus, ada darah dalam tinja dan mengobati

masalah lain.

Apabila ditemukan penderita diare disertai dengan penyakit lain, maka

diberikan pengobatan sesuai indikasi.

Obat-obatan untuk diare untuk mengobati masalah lain :

Sebagian besar kasus mencret tidak memerlukan obat.Namun, pada kasus-

kasus tertentu, penggunaan obat secara tepat merupakan tindakan penting.

Banyak obat yang sering dipakai untuk mengatasi mencret tidak begitu

manjur atau tidak manjur sama sekali. Sebagian obat bahkan berbahaya.

Antibiotik seperti ampicillin dan tetracycline sangat baik untuk beberapa

kasus mencret seperti pada anak dengan diare yang berdarah.Tetapi obat-

obatan itu sendiri kadang-kadang menyebabkan mencret, khususnya pada

anak-anak kecil.Jika setelah minum antibiotic selama 2-3 hari, dan mencretya
22

bahkan bertambah, hentikanlah penggunaan obat tersebut, mungkin

antibiotika menjadi penyebab mencret.

Obat-obatan “anti diare” tidak boleh diberikan pada anak yang menderita

diare karena terbukti tidak bermanfaat.Obat anti muntah tidak dianjurkan

kecuali muntah berat.Obat-obatan ini tidak mencegah dehidrasi ataupun

meningkatkan status gizi anak, bahkan sebagian menimbulkan efek samping

yang bahaya, dan bisa berakibat fatal.Obat antiprotozoa digunakan bila

terbukti diare disebabkan oleh parasit (amuba, giardia).

C. Sampah

Kamus lingkungan (1994), sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai

atau tidak berharga untuk digunakan secara biasa atau khusus dalam produksi atau

pemakaian; barak rusak atau cacat selama manufaktur; atau materi berkelebihan

atau buangan. Menurut Tanjung, sampah adalah sesuatu yang tidak berguna lagi,

dibuang oleh pemiliknya atau pemakai semula. Dan menurut Basriyanta, sampah

merupakan barang yang dianggap sudah tidak terpakai dan dibuang oleh

pemilik/pemakai sebelumnya, tetapi masih bisa dipakai kalau dikelola dengan

prosedur yang benar (Basriyanta,2011).

Keberadaan sampah hingga saat ini masih cenderung dianggap sebagai suatu

yang tidak bermanfaat dan bahkan merugikan.Tempat dan pengelolaan sampah

yang kurang memadai atau pembuangan sampah yang tidak terkontrol merupakan

tempat yang cocok bagi beberapa mikroorganisme (bakteri, virus, kuman

penyakit, jamur, dan sebagainya) untuk hidup dan berkembang.Kondisi demikian,


23

juga menarik bagi lalat, nyamuk, anjing. Nah, semua binatang tersebut akan dapat

menjadi perantara penyebaran penyakit. Sampah akan berdampak pada kesehatan

manusia dan lingkungannya (Basriyanta,2011).

1. Dampak bagi kesehatan manusia

Sampah dapat menyebabkan berbagai macam penyakit seperti diare, tifus,

muntaber, demam berdarah, dan sebagainya yang dapat menyebar dengan

sangat cepat karena virus yang berasal dari sampah dengan pengelolaan yang

tidak tepat (Basriyanta,2011).

2. Dampak bagi lingkungan

Sampah cair atau cairan rembesan sampah yang masuk ke aliran sungai

atau aliran tanah, dapat mencemari air. Berbagai organism termasuk ikan

dapat mati sehingga beberapa spesies akan lenyap, mengakibatkan

berubahnya ekosistem perairan biologis (Basriyanta,2011).

3. Dampak bagi sosial ekonomi

Pengelolaan sampah yang kurang baik akan membentuk lingkungan yang

kurang menyenangkan bagi masyarakat, bau yang tidak sedap, dan

pemandangan yang buruk. Pembuangan sampah ke badan air dapat

menyumbat aliran air sehingga mengakibatkan banjir (Basriyanta,2011).

D. Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan adalah suatu usaha sadar yang menyiapkan peserta

didik agar dapat tumbuh kembang sesuai, selaras, seimbang dan sehat serta baik

fisik, mental, sosial, maupun lingkungan melalui kegiatan bimbingan, pengajaran


24

dan latihan yang diperlukan bagi perannya saat ini maupun di masa yang

mendatang (Efendy dkk, 2009).

WHO (2012) Juga mendefinisikan bahwa pedidikan kesehatan adalah peluang

sadar yang di bangun untuk belajar dalam rancangan komunikasi dan informasi

untuk meningkatkan kesehatan, termasuk meningkatkan pengetahuan (Efendy

dkk, 2009).

Dan menurut Tim pengembangan ilmu pendidikan FIP-UPI (2007),

pendidikan kesehatan didefinisikan sebagai suatu proses dimana individu atau

sekelompok individu belajar untuk berperilaku dalam suatu kebiasaan yang

konduktif terhadap peningkatan, pemeliharaan, dan pemulihan kesehatan. Tujuan

utama dari pendidikan kesehatan adalah memodifikasi perilaku yang positif.

Pendidikan kesehatan dimulai dari setiap orang, apapun minatnya, yang bertujuan

untuk meningkatkan kondisi dan taraf kehidupannya. Tujuannya adalah

mebangun sikap dan tanggungjawabnya terhadap kondisi kesehatan, sebagi

individu ataupun sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Efendy dkk, 2009).

Tujuan pendidikan kesehatan juga adalah sebagai berikut:

1. Peserta didik dapat memiliki pengetahuan tentang ilmu kesehatan, termasuk

cara hidup sehat dan teratur

2. Peserta didik dapat memiliki nilai dan sikap positif terhadap prinsip hidup

sehat

3. Peserta didik dapat memiliki keterampilan dalam melaksanakan hal yang

berkaitan dengan pemeliharaan, pertolongan, dan perawatan kesehatan


25

4. Peserta didik dapat memiliki kebiasaan dalam hidup sehari-hai yang sesuai

dengan syarat kesehatan

5. Peserta dididk dapat memiliki kemampuan untuk menalarkan perilaku hidup

sehat dalam kehidupan sehari-hari.

(Efendy dkk, 2009).

E. Metode-Metode Pendidikan Kesehatan

a. Jenis metode pendidikan kesehatan

Secara garis besar, metode dibagi menjadi dua, yaitu metode didaktif dan

metode sokratik

1. Metode didaktif

Metode ini didasarkan atau dilakukan secara satu arah atau one way

method. Tingkat keberhasilan metode ini sulit dievaluasi karena peserta

didik bersifat pasif dan hanya pendidik yang aktif misanya ceramah, folm,

leaflet, buklet, poster, dan siaran radio (kecuali siaran radio yang bersifat

interaktif, dan tulisan di media cetak) (Maulana,2009).

2. Metode sokratif

Metode ini dilakukan secara dua arah atau two ways method. Dengan

metode ini, kemungkinan antara pendidik dan peserta didik bersifat aktif

dan kreatif (misalnya diskusi kelompok, debat, panel, forum, buzzgroup,

seminar, bermain peran, sisiodrama, curah pendapat (brain storming),

demonstrasi, studi kasus, lokakarya dan penugasan perorangan

(Maulana,2009).
26

b. Aspek pemilihan metode

Pemilihan metode belajar yang efektif dan efisien harus

mempertimbangkan hal-hal berikut: Hendaknya disesuaikan dengan tujuan

pendidikan, bergantung pada kemampuan pendidiknya, kemampuan pendidik,

bergantung pada besarnya kelompok sasaran, harus disesuaikan dengan waktu

pemberian atau penyampaian pesan tersebut dan hendaknya

mempertimbangkan fasilitas-fasilitas yang ada

(Maulana,2009).

c. Klasifikasi metode-metode pendidikan kesehatan

Menurut Notoatmodjo (1993) dan WHO (1992), metode pendidikan

kesehatan diklasifikasi menadi 3 bagian, yaitu metode pendidikan individu,

kelompok, dan masa.

1. Metode pendidikan individu

a. Bimbingan dan konseling (guidance dan counseling)

Bimbingan berisi penyampaian informasi yang berkenaan dengan

masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi, dan masalah sosial yang

disajikan dalam bentuk pelajaran. Informasi dalam bimbingan

dimaksudkan memperbaiki dan mengembangkan pemahaman diri dan

orang lain, sedangkan perubahan sikap merupakan tujuan tidak

langsung.

Konseling adalah proses belajar yang bertujuan memungkinkan

peserta didik mengenal dan menerima diri sendiri serta realistis dalam

proses penyelesaian dengan lingkungannya (Nurihsan,2005). Koseling


27

menjadi strategi utama dalam proses bimbingan dan merupakan teknik

standar dan tugas pokok seorang konselor dipusat pendidikan.

Konseling membantu konseli (peserta didik) memecahkan masalah-

masalah pribadi (sosial atau emosional), mengerti diri,

mengeksploitasi diri dan dapat memimpin diri sendiri dalam suatu

masyarakat.

b. Wawancara (interview)

Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan atau

konseling. Wawancara petugas dengan klien dilakukan untuk

menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan,

apakah tertarik atau tidak terhadap perubahan dan atau mengetahui

apakah perilaku yang sudah atau belum diadopsi memiliki dasar

pengertian dan kesadaran yang kuat.

2. Metode pendidikan kelompok

a. Untuk kelompok besar (sasaran berjumlah lebih dari 15 orang ), dapat

digunakan metode ceramah dan seminar

1. Ceramah

Ceramah/kuliah adalah metode memberikan informasi,

motivasi, dan pengaruh terhadap cara berpikir sasaran mengenai

satu topik. Disini pemberi kuliah menjadi lebih tahu daripada

sasaran kuliah. Semua sasaran mendengar informasi yang sama

dengan cara yang sama dalam waktu yang terbatas

(Nursalam,2008).
28

Metode ceramah (preaching method) adalah sebuah metode

pengajaran dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan

secara lisan kepada sejumlah siswa/pendidik, yang pada umumnya

mengikuti secara pasif. Metode ceramah dapat dikatakan sebagai

satu-satunya metode paling ekonomis untuk menyampaikan

informasi dan paling efektif dalam mengatasi kelangkaan literatur

atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya beli serta daya

paham peserta didik (Nursalam,2008).

Ceramah adalah pidato yang disampaikan seorang

pembicara didepan sekelompok pengunjung atau pendengar.

Metode ini dipergunakan jika berada dalam kondisi berikut: waktu

untuk penyampaian informasi terbatas, orang yang mendengarkan

sudah termotasi, pembicara menggunakan gambar dalam kata-kata,

kelompok terlalu besar untuk memakai metode lain, ingin

menambah atau menekankan apa yang sudah dipelajari dan

mengulangi, memperkenalkan atau mengantarkan suatu pelajaran

atau aktivitas dan sasaran dapat memahami kata-kata yang

digunakan (Simamora,2009)

Kelebihan metode ini adalah sebagai berikut.

Dapat dipakai pada orang dewasa, menghabiskan waktu

dengan baik, dapat dipakai pada kelompok yang besar, tidak

terlalu melibatkan banyak alat bantu (Nursalam,2008), pendidik

mudah menguasai kelas, pendidik mudah menerangkan banyak


29

bahan ajar berjumlah besar dan mudah dilaksanakan

(Simamora,2009)

Beberapa kelemahan metode ceramah adalah

Membuat peserta didik pasif, mengandung unsur paksaan kepada

peserta didik, mengandung sedikit daya kritis peserta didik, bagi

peserta didik dengan tipe belajar visual akan lebih sulit menerima

pelajaran dibandingkan dengan peserta didik yang memiliki tipe

belajar audio, sukar mengendalikan sejauh mana pemahaman

belajar peserta didik, kegiatan pengajaran menjadi verbalisme dan

jika terlalu lama dapat membuat jenuh (Simamora,2009)

b. Untuk kelompok kecil

Apabila peserta penyuluhan kurang dari 15 orang dapat

menggunakan metode:

1. Metode diskusi

Muhibin syah (2000) dalam Simamora (2009), mendefinisikan

metode diskusi sebagai metode mengajar yang sangat berkaitan

dengan pemecahan masalah (problem solving). Metode ini sering

disebut diskusi kelompok dan resitasi/pelafalan bersama

(socialized recitation). Tujuan metode diskusi dalam proses belajar

mengajar adalah :

Mendorong pesera didik berpikir kritis, mendorong peserta

didik mengekspresikan pendapatnya secara bebas, mendorong

pesera didik menyumbangkan buah pikirnya untuk memecahkan


30

masalah bersama dan mengambil satu atau beberapa alternatif

jawaban untuk memecakan masalah berdasarkan pertimbangan

yang cermat (Simamora,2009).

Penggunaan metode diskusi kelompok harus memenuhi

ketentuan berikut

Peserta diberi kesempatan saling mengemukakan pendapat,

problema dibuat menarik, peserta dibantu mengemukakan

pendapatnya, problema perlu dikenal dan diolah, ciptakan suasana

informasi, dan orang yang tidak suka bicara harus diberi kesempatan

Kelebihan metode diskusi :

Menyadarkan pesera didik bahwa masalah dapat dipecahkan

dengan berbagai jalan, menyadarkan peserta didik bahwa dengan

berdiskusi mereka saling mengemukakan pendapat secara konstrukif

sehingga dapat diperoleh keputusan yang lebih baik, membiasakan

peserta didik untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun

berbeda dengan pendapatnya dan membiasakan peserta didik

bersikap toleransi , memungkinkan saling mengemukakan pendapat,

merupakan pendekatan yang demokratis, mendorong rasa kesatuan,

memperluas pandangan, menghayati kepemimpinan bersama,

membantu mengembangkan kepemimpinan dam memperoleh

pandangan dari orang yang tidak suka bicaraa

Kelemahan metode diskusi dalah


31

Tidak dapat digunakan dalam kelompok yang besar, peserta

diskusi dapat informasi yang terbatas, cenderung dikuasai oleh

orang-orang yang suka bicara, biasanya orang menghendaki

pendekatan yang lebih formal, diskusi mudah berlarut-larut,

membutuhkan pemimpin yang terampil, mungkin didominasi

orang-orang yang suka belajar dan biasanya orang menghendaki

pendekatan yang lebih formal (Simamora,2009)

2. Metode demontrasi

Metode demonstrasi adalah metode pengajaran dengan cara

memperagakan benda, kejadian, aturan, dan urutan melakukan

suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan

media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi

yang disajikan (Syah,2000 dalam Simamora,2009). Metode

demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan

sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan

bahan ajar (Djamarah,2000 dalam Simamora,2009).

Manfaat psikologis pengajaran dari metode demonstrasi adalah

Perhatian peserta didik dapat lebih dipusatkan, proses belajar

peserta didik lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari, dan

pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat

dalam diri peserta didik (Daradjat,1985 dalam Simamora,2009)

Kelebihan metode demonstrasi


32

Membantu peserta didik memahami dengan jelas jalannya

suatu proses atau kerja suatu benda, memudahkan berbagai jenis

penjelasan, kesalahan yang dapat terjadi dari hasil ceramah dapat

diperbaiki melalui pengamatan dan contoh konkret, dengan

menghadirkan objek sebenarnya (Djamarah,2000 dalam

Simamora,2009).

Kelemahan metode demonstrasi sebagai berikut:

Peserta didik kadang kala sukar melihat dengan jelas benda

yang akan diperagakan, tidak semua benda dapat

didemonstrasikan, dan sukar dimengerti jika didemostrasikan oleh

pengajar yang kurang menguasai apa yang didemostrasikan

(Simamora,2009).

3. Metode eksperimental

Metode ekperimental atau percobaan adalah metode pemberian

kesempatan kepada peserta didik perorangan atau kelompok, untuk

dilatih melakukan suatu proses atau percobaan (Djamarah,2000

dalam Simamora,2009). Metode ekperimental merupakan suatu

metode mengajar yang menggunakan alat tertentu dan dilakukan

lebih dari satu kali, misalnya percobaan kimia di laboratorium.

Kelebihan metode eksperimental adalah :

a. Metode ini dapat membuat peserta didik lebih percaya atas

kebenaran atau kesimpulan beradasarkan percobaannya sendiri

daripada hanya menerima kata pendidik pengajar atau buku.


33

b. Peserta didik dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan

studi eksplorasi tentang ilmu dan teknologi

c. Dengan ini, diharapkan peserta didik yang akan menciptakan

terobosan atau penemuan sesuatu yang dapat bermanfaat bagi

kesejahteraan hidup manusia.

Kelemahan metode ekperimental adalah :

a. Tidak cukupnya ketersediaan alat menyebabkan tidak setiap

peserta didik berkesempatan mengadakan eksperimen.

b. Jika eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, peserta

didik harus menunggu untuk melanjutkan pelajaran. Metode ini

lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang ilmu dan

teknologi.

(Simamora,2009)

3. Metode pendidikan masa

Metode pendidikan masa dilakukan untuk mengonsumsikan pesan-

pesan kesehatan yang ditujukan untuk masyarakat.Karena sasaran

pendidikan bersifat umum, dalam arti tidak membedakan golongan, umur,

jenis kelamin, pekerjaan, status sosial ekonomi, dan tingkat

pendidikan.Oleh karena itu, pesan yang disampaikan harus dirancang agar

dapat ditangkap oleh masa tersebut.Pendekatan ini digunakan untuk

menggugah kesadaran masyarakat terhadap suatu inovasi meskipun belum

sampai pada perubahan perilaku.


34

Umumnya bentuk pendekatan masa diberikan secara tidak langsung,

biasanya menggunakan atau media masa salah satu contoh metode ini

adalah ceramah umum (public speaking)

Ceramah umum (public speaking)

Metode ini dilakukan dengan memberikan pidato dihadapan massa

dengan sasaran yang sangat besar, misalnya pejabat berpidato dihadapan

rakyat. Hal ini membutuhkan partisipasi masyarakat, kelompok,

koordinasi antar sektor dan media cetak serta elektronik.

(Simamora,2009)

F. Media atau peraga

1. Definisi

Media adalah alat yang digunakan oleh pendidik dalam

menyampaikan bahan pendidikan atau pengajaran. Media pendidikan

kesehatan juga disebut sebagai alat peraga karena berfungsi membantu dan

memperagakan sesuatu dalam proses pendidikan atau pengajaran. Prinsip

pembuatan alat peraga atau media bahwa pengetahuan yang ada pada setiap

orang diterima atau ditangkap melalui panciandra (Maulana, 2009).

2. Manfaat alat peraga atau media

Manfaat alat peraga sebagai berikut.

Menimbulkan minat sasaran, mencapai sasaran yang lebih banyak,

membantu mengatasi hambatan dalam pemahaman, merangsang sasaran

untuk meneruskan pesan pada orang lain, memudahkan penyampaikan


35

informasi, memudahkan penerimaaan informasi oleh sasaran, menurut

penelitian, organ yang paling banyak menyalurkan pengetahuan adalah mata.

Oleh sebab itu, dalam aplikasi pembuatan media, disarankan lebih banyak

menggunakan alat-alat visual karena akan mempermudah cara penyampain

dan penerimaan informasi oleh masyarakat (Maulana, 2009).

3. Pembagian alat bantu peraga secara umum

1. Alat bantu lihat (visual aids)

Alat bantu ini untuk membantu menstimulasi indra penglihatan pada

saat proses pendidikan. Terdapat dua bentuk alat bantu lihat

a. Alat yang diproyekskan (misalnya, slide, overhead projector OHP,

dan film strip)

Alat yang diproyeksikan seperti Microsoft Powerpoint, berkaiatan

dengan computer privasi, menawarkan penyiapan materi yang cepat

dan mudah untuk diproyeksikan melalui televisi atau proyektor

(Van,2012)

b. Alat yang tidak diproyeksikan (misalnya, gambar, peta, bagam

leaflet, poster, lembar balik, buklet, boneka, dan bola dunia)

2. Alat bantu dengar (audio)

Alat ini digunakan untuk menstimulasi indra pendengaran misalnya,

DVD, tape, radio, CD, dan alat bantu dengar dan lihat misalnya TV, film,

dan video

(Maulana, 2009)

4. Pembagian alat peraga berdasarkan fungsinya


36

a. Media cetak

1. Buklet. Media untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan dalam

bentuk buku, baik berupa tulisan maupun gambar

2. Leaflet. Bentuk penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan

melalui lembaran yang dilipat. Isi informasi dapat berupa kalimat,

gambar atau kombinasi.

3. Flyer (selembara), bentuk seperti leafleat, tetapi tidak dilipat

4. Flip chart biasanya dalam bentuk buku, setiap lembar berisi gambar

yang diinformasikan dan lembar baliknya berisi kalimat sebagai pesan

atau informasi yang berkaitan dengan gambar berikut.

5. Rubric atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah yang

membahas suatu masalah kesehatan, atau hal-hal yang berkaitan

dengan kesehatan.

6. Poster, Poster merupakan bentuk media yang berisi pesan-pesan atau

informasi kesehatan yang biasanya ditempel pada dinding. Biasanya

berisi pemberitahuan dan propaganda foto yang mengungkapkan

informasi kesehatan.

(Maulana, 2009).

b. Media elektronik

Jenis-jenis media elektronik yang dapat digunakan sebagaimedia

pendidikan kesehatan, antara lain sebagai berikut.

1. Televisi
37

Penyampaian pesan kesehatan melalui media televisi dapat

berbentuk sandiwara, sinetron, forum diskusi, pidato (ceramah), TV

spot, dan kuis atau cerdas cermat

2. Radio

Bentuk penyampaian informasi diradio dapat berupa obrolan

(tanya jawab), konsultasi kesehatan, sandiwara radio, radio spot

3. Video

Penyampaian informasi kesehatan melalui video

4. Slide

Slide dapat juga digunakan untuk menyampaikan informasi kesehatan

5. Film strip

(Maulana, 2009).

G. Pengetahuan (knownlwdge)-kognitif

1. Definisi

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang

melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Pengindraan melalui

pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penghidu, perasa

dan peraba. Tetapi sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui

mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting dalam bentuk tindakan seseorang (overtbehavior) (Efendy dkk, 2009).

2. Proses adopsi perilaku


38

Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari

pengetahuan akan lebih bertahan lama daripada perilaku yang tidak didasari

oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum

seseorang mengadopsi perilaku yang baru (berperilaku baru), didalam diri

orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni sebagai berikut.

a. Timbul kesadaran (awareness), yakni orang tersebut menyakini

(mengetahui) stimulus terlebih dahulu

b. Ketertarikan (interest), yakni orang tersebut mula tertarik kepada

stimulus

c. Mempertimbangkan baik tidaknya stimulus (evaluation), yakni sikap

orang tersebut sudah lebih baik lagi

d. Mulai mencoba (trial), yakni orang tersebut memutuskan untuk mencoba

perilaku baru

e. Mengadaptasi (adoption), yakni orag tersebut berperilaku baru sesuai

dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Namun dari penelitian selanjutnya, Rogersmenyimpulkan bahwa

perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap diatas. Apabila

penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti didasari

oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut

akan bertahan lama (long lasting). Sebaliknya, apabila perilaku itu tidak

dasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung

lama(Efendy dkk, 2009).


39

3. Tingkat pengetahuan didalam domain kognitif

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunai enam tingkatan

sebagai berikut.

a. Tahu (know).

Tahu diartikan sebagai pengingat akan suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu, tahu

merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah(Efendy,2009).

b. Memahami (comprehension).

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi

materi tersebut secara benar. Orang yang paham terhadap objek atau

materi tersebut harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,

menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang

dipelajari(Efendy dkk,2009).

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat

diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus,

metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain

(Efendy dkk,2009).

d. Analisis (analysis)
40

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur

organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis

ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan

(membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan

sebagainya(Efendy dkk,2009).

e. Sintesis (synthentic)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakan atau

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk

menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.

Contohnya, dapat menyusun, merencanakan, meringkaskan,

menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-

rumusan yang telah ada.(Efendy dkk,2009).

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian

tersebut didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau

menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada (Efendy dkk,2009).

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan (Wawan dan Dewi,

2010)

a. Faktor Internal

1) Pendidikan
41

Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-

hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas

hidup. Menurut YB Mantra yang dikutip Notoatmodjo (2003),

pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku

seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap

berperan serta dalam pembangunan (Nursalam, 2003) pada umumnya

makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima

informasi.

2) Pekerjaan

Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003), pekerjaan

adalah kebutuhan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang

kehidupannya dan kehidupan keluarga.

3) Umur

Menurut Elisabeth BH yang dikutip Nursalam (2003), usia

adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai

berulang tahun. Sedangkan menurut Hurlock (1998) semakin cukup

umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih

matang dalam dalam berfikir dan bekerja.

b. Faktor Eksternal

1) Faktor lingkungan

Menurut Ann Mariner yang dikutip dari Nursalam (2003) lingkungan

merupakan suatu kondisi yang ada disekitar manusia dan


42

pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku

orang atau kelompok.

2) Sosial Budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi

dari sikap dalam menerima informasi.

5. Kriteria Tingkat Pengetahuan

Nursalam (2008) mengkatagorikan pengetahuan dengan tingkatan:

a. Baik : Hasil presentase 76%-100%.

b. Cukup : Hasil presentase 56% - 75%.

c. Kurang : Hasil presentase < 56%

H. Penelitian terkait

1. Berdasarkan Jurnal Rauf dkk (2013) tentang hubungan pengetahuan, sikap

dan perilaku ibu terhadap kejadian diare pada balita di Puskesmas

Pattalassang Kabupaten Takalar di dapatkan hasil terdapat hubungan

pengetahuan, sikap dan perilaku ibu terhadap derajat diare pada kejadian diare

pada balita. Hasil penelitian Rauf dkk (2013) terdapat 31 responden

diantaranya 21 responden dengan pengetahuan cukup terhadap kejadian diare

dan dari data tersebut terdapat 18 orang (58,1%) responden mengalami diare

tanpa dehidrasi dan 3 orang (9,7%) mengalamu dehidrasi. Sedangkan

responden yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 10 orang (32,3%)

responden yang diantaranya 2 orang (6,5%) responden yang mengalami diare


43

tanpa dehidrasi dan 8 orang (25,8%) responden lannya mengalami dehidrasi.

Sikap ibu dengan angka kejdian diare berdasarkan dari penelitian ini,

didapatkan hasil bahwa dari 31 orang (58,1%) responden memiliki sikap yang

positif terhadap kejadian diare dan dari data tersebut terdapat 17 orang

(54,8%) responden yang mengalami diare tanpa dehidrasi dan 1 orang (3,2%)

responden lainnya yang mengalami dehidrasi. Sedangkan responden yang

memiliki sikap yang negatif terhadap kejadian diare tercatat sebanyak 13

orang (41,9%) responden yang diantaranya 3 orang (9,7%) responden

mengalami diare tanpa dehidrasi dan 10 orang (32,3%) responden lainnya

mengalami dehidrasi. Berdasarkan penelitian ini juga terdapat hubungan

perilaku ibu dengan derajat kejadian diare dengan hasil penelitian yaitu dari

31 responden, terdapat 19 orang (61,3%) responden memiliki perilaku yang

baik terhadap kejadian diare dan dari data tersebut terdapat 18 orang (58,1%)

responden yang mengalami diare tanpa dehidrasi dan 1 orang (3,2%)

responden lainnya yang mengalami dehidrasi. Sedangkan responden yang

memiliki perilaku kurang baik terhadap kejadian diare terhadap kejadian diare

tercatat sebanyak 12 orang (38,7%) responden yang diantaranya 2 orang

(6,5%) responden yang mengalami diare tanpa dehidrasi dan 10 orang

(32,3%) responden lainnya ang mengalami dehidrasi.

2. Jurnal Rahmah dkk (2013) tentang hubungan pengetahuan dan sikap ibu balita

tentang diare terhadap tindakan pemberian cairan rehidrasi pada anak balita

diare, studi kasus diwilayah Puskesmas Patrang Kabupaten Jember didapatkan

hasil terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan responden


44

tentang diare dengan tindakan responden dalam pemberian cairan rehidrasi

pada balita diare. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan 83

responden didapatkan hasil 15 orang (18,1%) responden memiliki

pengetahuan tinggi dengan diantaranya 11 orang (13,25%) memberikan

cairan rehidrasi pada balita diare dan 4 orang (4,81%) responden tidan

memberikan cairan rehidrasi pada balita. Sedangkan responden yang memiliki

pengetahuan sedang didapatkan hasil sebanyak 64 orang (77,1%) dengan

diantaranya 21 orang (25,31%) responden memberikan cairan rehidrasi pada

balita dan 43 orang (51,8%) responden tidak memberikan cairan rehidrasi

pada balita. Responden yang memiliki pengetahuan rendah didapatkan hasil

sebanyak 4 orang (4,8%) dengan diantaranya 1 orang (1,21%) responden

memberikan cairan rehidrasi pada balita sedangkan 3 orang (3,62%)

responden tidak memberikan cairan rehidrasi pada balita. Dari hasil penelitian

ini juga terdapat hubungan yang bermakna antara sikap dengan tindakan

responden dalam memberikan cairan rehidrasi pada balita dengan sikap

responden yang positif didapatkan hasil sebanyak 39 orang (47%) dengan

diantaranya 20 orang (24,1%) responden memberikan cairan rehidrasi pada

balita dan 19 orang (22,89%) tidak memberikan cairan rehidrasi pada balita.

Responden yang memiliki sikap negatif sebanyak 44 responden (53%) dengan

diantaranya 13 orang (15,66%) memberikan cairan rehidrasi sedangkan 31

orang (37,35%) responden tidak memberikan cairan rehidrasi pada balita.

3. Jurnal Mus dkk (2013) tentang gambaran perilaku ibu rumah tangga tentang

penanggulangan diare pada balita di Desa Mangon Kecamatan Sanana


45

Kabupaten Sula Provinsi Maluku Utara, berdasarkan hasil penelitian yang

dilakukan pada 91 responden yang merupakan ibu dari balita menunjukkan

bahwa pada umumnya responden berada pada kelompok usia 20-25 tahun.

Berdasarkan pekerjaan paling banyak sebagai IRT (51,6%). Hasil penelitian

menunjukkan bahwa responden yang memiliki pengetahuan yang baik tentang

penanggulangan diare pada balita yaitu sebanyak 75 orang (82,4%);terbanyak

responden memiliki sikap yang baik tentang penanggulangan diare pada balita

yaitu sebanyak 48 orang (52,7%); dan terbanyak responden yang memiliki

tindakan yang cukup baik tentang penanggulangan diare pada balita yaitu

sebanyak 63 orang atau 69,2%.

4. Jurnal S Fiesta dkk (2012), tentang hubungan kondisi lingkungan perumahan

dengan kejadian diare di Desa Sialang Buah kecamatan Teluk Mengkudu

Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2012, didapatkan hasil bahwa terdapat

hubungan bermakna antar kondisi lingkungan perumahan dengan kejadian

diare salah satunya adalah sarana membuangan sampah, berdasarkan

penelitian yang berjumlah 88 responden, didapatkan hasil sarana pembuangan

sampah memenuhi syarat sebanyak 3 orang (3,4%) dengan diantaranya 2

orang (66,7%) responden yang mengalami diare dan 1 orang (33,33%)

responden yang tidak mengalami diare. Sedangkan 85 orang (96,6%)

responden tidak memenuhi syarat sarana pembuangan sampah dengan

diantaranya 43 orang (50,6%) responden yang mengalami diare dan 42 orang

(49,4%) tidak mengalami diare. Dari penelitian ini terdapat hubungan antara

kepadatan lalat dengan kejadian diare yaitu didapatkan hasil bahwa


46

lingkungan perumahan dengan kepadatan lalat yang rendah sebanyak 12

(13,6%) dengan diantaranya 5 (41,7%) balita yang mengalami kejadian diare

dan 7 (58,3%) balita yang tidak mengalami diare. Lingkungan perumahan

kepadatan lalat yang rendah sebanyak 36 (40,9%) dengan diantaranya 16

(44,4%) balita yang mengalami diare dan 20 (55,6%) balita tidak mengalami

diare. Lingkungan perumahan dengan kepadatan lalat yang tinggi 40 (45,5%)

dengan diantaranya 24 (60%) balita mengalami diare dan 16 (40%) balita

tidak mengalami diare.

5. Penelitian Munawaroh, dkk (2010), tentang efektifitas metode ceramah dan

leaflet dalam peningkatan pengetahuan remaja tentang seks bebas di SMA

Negeri Ngarayun hasil penelitian terlihat perbedaan nilai mean antara sebelum

dilakukan ceramah dan sesudah dilakukan ceramah yaitu 2,063 dengan

standart deviasi 1,501, dan p value 0,000 yang artinya metode ceramah efektif

untuk meningkatkan pengetahuan remaja tentang seks bebas.

6. Penelitian Alfianur (2015), tentang metode ceramah dengan media leaflet

terhadap perubahan perilaku siswa kelas 5 dalam pencegahan penyakit demam

berdarah (DBD) di SDN 029 Karang Harapan Kota Tarakan menunjukkan

bahwa pendidikan kesehatan metode ceramah dengan media leaflet dan

metode ceramah tanpa media berpengaruh dalam perubahan perilaku

responden dalam pencegahan DBD.

7. Penelitian Hirawati (2014) pengaruh pendidikan kesehatan dengan metode

ceramah dan diskusi kelompok terhadap peningkatan pengetahuan remaja

putri tentang kebersihan alat genitalia di SMA Negeri 1 Ungaran, berdasarkan


47

hasil analisis bivariat menggunakan uji Wilcoxon dan Mann Whitney,

didapatkan nilai p-value 0,002 < (0,05) menunjukkan bahwa ada perbedaan

yang signifikan pengetahuan remaja putri tentang kebersihan alat genetalia

sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan metode ceramah, p-

value 0,000 < (0,05) menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan

pengetahuan remaja putri tentang kebersihan alat genetalia sebelum dan

sesudah diberikan pendidikan kesehatan metode diskusi kelompok dan p-

value 0,277 < (0,05) menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan pengaruh

pendidikan kesehatan menggunakan metode ceramah dan diskusi kelompok

terhadap peningkatan pengetahuan remaja putri tentang kebersihan alat

genetalia.

8. Penelitian Citra (2010), tentang efektifitas metode ceramah dan film dalam

meningkatkan pengetahuan dan sikap tentang bahaya merokok pada siswa

kelas 1 di sekolah menengah pertama „B‟ kotamadya Jakarta Selatan

didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan rerata nilai pengetahuan dan sikap

siswa sebelum dan sesudah penyuluhan baik dengan metode ceramah maupun

dengan film tetang bahaya merokok pada siswa kelas 1 SMP „B‟(p<0,05).
48

I. KerangkaTeori

Faktor internal
- pendidikan
Pengetahuan Mengurangi dampak dari
- umur dalam diare
- pekerjaan penanganan - Dehidrasi
\\ diare - Tumbuh kembang
(definisi, anak
penanganan, - Kematian
Faktor eksternal tanda dan gejala
- Lingkungan bahaya diare )
- Sosial budaya

Metode ceramah Penanganan diare pada


balita

Gambar 2.1 Kerangka Teori


Dimodifikasi dari (Wawan dan Dewi, 2010, Simamora, 2009 dan widjaja, 2008)
BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI


OPERASIONAL

A. Kerangka konsep

Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan

antara konsep satu dengan konsep lainnya atau antara variable yang satu dengan

variable yang lain dari masalah yang ingin diteliti (Notoadmodjo, 2010).

Pendidikan Tingkat pengetahuan ibu terhadap


kesehatan dengan penanganan diare balita
metode ceramah

Gambar 3.1 Kerangka Konsep


Skema konsep penelitian ini sebagai berikut:

Pre intervensi intervensi post intervensi

Tingkat Pendidikan Tingkat


pengetahuan ibu kesehatan (metode pengetahuan ibu
terhadap ceramah) terhadap
penangana diare penanganan diare
Gambar 3.2 Skema Konsep

Berdasarkan kerangka konsep diatas variable independen yaitu pendidikan

kesehatan menggunakan metode ceramah tentang penanganan diare, sedangkan

variable dependennya adalah tingkat pengetahuan ibu terhadap penanganan

49
50

diare.Dari kerangka konsep tersebut peneliti ingin mengetahui efektifitas

pendidikan kesehatan dengan metode ceramah terhadap tingkat pengetahuan ibu

dalam penanganan diare balita di sekitar UPT TPA Cipayung, Depok.

B. Hipotesis

1. H1 = Ada pengaruh metode ceramah terhadap tingkat pengetahuan ibu dalam

menangani diare di rumah

2. H0 = Tidak ada pengaruh metode ceramah terhadap tingkat pengetahuan ibu

dalam menangani diare di rumah

C. Definisi operasional

Tabel 3.1
Definisi Operasional
Variabel Definisi Cara ukur Alat ukur Hasil ukur skala
operasional
Usia umur Ceklist Kuesioner a. Masa akhir Nominal
individu remaja (17-25
yang tahun),
terhitung b. Masa dewasa
mulai saat awal (26-35
dilahirkan tahun),
c. Masa dewasa
akhir (36-45
tahun).
(Depkes RI, 2009)
Jenjang Tahap Ceklist Kuesioner a. Pendidikan Ordinal
Pendidikan dalam dasar
pendidikan b. Pendidikan
yg menengah
dicantumka c. Pendidikan
n di dalam tinggi
kurikulum (UU No.20 tahun
2003)
(KBBI)
Pekerjaan kebutuhan Ceklist Kuesioner a. Bekerja Nominal
yang harus b. Tidak bekerja
51

dilakukan (UU RI no.13 )


untuk
menunjang
keehidupan
(dewi dan
wawan,
2010)
Pengetahuan Pemahaman Menghitun Kuesioner a. Baik: Hasil Ordinal
informasi g skor presentase
yang pada 76%-100%.
didapat ibu pertanyaan b. Cukup: Hasil
tentang yang presentase
pengertian, sudah 56% - 75%.
gejala, dan dijawab c. Kurang: Hasil
penanganan responden presentase
diare <56%
(Nursalam,200
8)
Dilakukan 2 uji
pretest dan
post test
BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian ini digunakan untuk menguji efektifitas pendidikan

kesehatan dengan metode ceramah terhadap tingkat pengetahuan ibu dalam

penanganan diare balita di sekitar UPT TPA Cipayung Depok. Penelitian ini

merupakan penelitian kuantitatif, dengan menggunakan metode quasi experimen

design dengan rancangan pre and post test without control. Pada metode ini

peneliti hanya melakukan intervensi pada satu kelompok tanpa kelompok

pembanding. Efektifitas perlakuan dinilai dengan cara membandingkan nilai pre

test dengan post test (Dharma, 2011). Bentuk rancangan metode ini adalah

sebagai berikut:

Pretest Perlakuan

01
Posttest X 02

Gambar 4.1 desain penelitian

52
53

Keterangan:

01 = Tingkat pengetahuan ibu sebelum dilakukan intervensi di sekitarUPT TPA

Cipayung, Depok

X = Intervensi metode ceramah tentang penanganan diare

02 = Tingkat pengetahuan ibu setelah dilakukan intervensi di sekitarUPT TPA

Cipayung, Depok

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah sekelompok individu atau objek yang memiliki

karakteristik yang sama yang mungkin diselidiki/diamati (Imron, 2010).

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki balita di sekitarUPT

TPA Cipayung, Depok.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi objek penelitian. Sama

juga sampel diartikan secara harfiah berarti contoh, sehingga jumlahnya tidak

akan banyak. Dengan jumlah yang terbatas itulah diharapkan mewakili

populasi (Imron,2010).
54

Metode penarikan sampel yang digunaka pada pnelitian ini adalah dengan

purposive sampling dan metode menentukan ukuran sampel yang digunakan

dalam penelitian ini adalahdengan menggunakan eksperimental design, yaitu

jumlah sampel minimal 15 orang (Gay dalam Husein, 2005).Pengambilan

sampling ini adalah didasarkan suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh

penelitian sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah

diketahui sebelumnya.Jumlah sampel dalam penelitian adalah 15 responden

yang memenuhi kriteria inklusi.

C. Kriteria Responden

1. Kriterian inklusi

a. Ibu yang tinggal di sekitarUPT TPA Cipayung Depok

b. Ibu yang memiliki anak balita umur 1-5 tahun

c. Responden yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini

D. Lokasi dan Waktu penelitian

Penelitian dilaksanakan di rumah ibu RT 01/07 di sekitarUPT TPA Cipayung

Depok pada bulan November sampai April 2016.


55

E. Metode Pengumpulan Data

1. Instrumen Penelitian

Instrument penelitian ini menggunakan kuesioner yang mengacu pada

buku hasil evaluasi program pemberantas penyakit diare Depkes, 1994.

2. Uji validitas dan reabilitas

Uji validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan setiap pertanyaan

dalam mendefinisikan variabel.Validitas juga didefinisikan sebagai sejauh

mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi

ukurnya. Salah satu instrument pada penelitian ini adalah kuesioner

(Haryati,2007). Penelitian ini menggunakan intrumen baku atau terstandar

dari buku hasil evaluasi program pemberantas penyakit diare Depkes, 1994.

Intrumen terstandar atau baku sesungguhnya tidak perlu dilakukan uji

intrumen, karena telah diuji validitas dan reliabilitas.

3. Prosedur pengumpulan data

Jenis pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data

pimer.Data primer diperoleh dari responden penelitian dengan melalui

kuesioner sebelum dan sesudah diberi pendidikan kesehatan dengan metode

ceramah dimana kuesioner berisi beberapa rangkaian pertanyaan untuk

menilai pengetahuan ibu dalam penanganan diare. Peneliti akan menjelaskan

kepada responden mengenai tujuan, manfaat dan inform consent penelitian

untuk menghindari adanya responden yang mengundurkan diri (drop out) saat

penelitian berlangsung.

Tahap pengumpulan data sebagai berikut:


56

Hari saat dilakukan intervensi ,

1. Responden diberikan kuesioner untuk dilakukan pengukuran

pengetahuan/ pretes

2. Jika responden memiliki keterbatasan baca dan tulis akan didampingi

oleh asisten peneliti

3. Responden diberikan intervensi pendidikan kesehatan dengan metode

ceramah tentang penanganan diare oleh peneliti

4. Responden diberikan kembali kuesioner pengukuran

pengetahuan/posttest

Denah penelitian dan pengumpulan data

Pemateri

fa Fa
sil Audience sil
ita ita
to to
r r

Gambar 4.2 Denah Penggumpulan Data

F. Pengelolaan Data

1. Teknik pengelolahan data

Proses pengelolaan data ini melalui tahap-tahap sebagai berikut


57

a. Editing

Pada tahap ini peneliti mengecek kembali isian kuesioner terutama

mengenai kelengkapan jawaban yang dikumpulkan melalui kuesioner.

b. Coding

Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan

peng”kodean” atau “coding” yakni mengubah data berbentuk kalimat atau

huruf menjadi data angka atau bilangan.

c. Memasukkan data (data entry) atau processing

Data entry, yaitu jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang

dalam bentuk “kode” (angka dah huruf) dimasukkan ke dalam program

atau “software” computer.

d. Pembersihan data (cleaning data)

Pada tahap ini adalah proses apabila semua data dari setiap sumber data

atau responden selesai dimasukan, perlu dicek kembali untuk melihat

kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode,

ketidaklengkapan, dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau

koreksi.

2. Analisa data

Dalam penelitian ini, untuk menganalisa data yang telah kumpulkan

adalah data yang dikumpulkan akan dianalisis dengan analisis univariat dan

bivariat yang kemudian akan diinterpretasi lebih lanjut untuk menguji

hipotesa. Dalam penelitian ini, untuk menganalisa data yang telah

dikumpulkan adalah
58

a. Analisa univariat ( analisa deskriptif)

Analisa univariat betujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variable penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini

hanya menghasilkan distribusi frekusensi dan presetase dari tiap variabel

(Notoatmojo,2010). Analisa pada penelitian ini adalah karatersitik

responden berdasarkan usia, pendidikan, dan pekerjaan. Dan tingkat

pengetahuan sebelum dilakukan pendidikan kesehatan tentang penanganan

diare, dan tingkat pengetahuan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan

tentang penanganan diare.

b. Analisa bivariat

Analisa bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkorelasi (Notoatmojo,2010).Uji yang digunakan

dalam analisa data hasil penelitian ini adalah Uji Beda Dua Mean Paired

t-test. Uji ini digunakan untuk menguji beda mean dari 2 hasil pengukuran

yang sama (misalnya beda mean pre test and post test). Data terdistribusi

normal maka uji bivariat menggunakan Uji Paired T-Test (Dharma,2011).

G. Etika penelitian

Kode etik penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk setiap

kegiatan penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak yang diteliti

(subjek penelitian) dan masyarakat yang akan memperoleh dampak hasil

penelitian tersebut.
59

Dalam penelitian ini peneliti menyakinkan bahwa respon perlu mendapatkan

perlindungan dari hal-hal yang merugikan selama penilitian dengan

memperhatikan prinsip-prinsip (Milton, 1999 dalam Notoatmodjo,2012) sebagai

berikut:

1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity)

Peneliti memberi kebebasan kepada responden dalam memberikan

informasi dan juga ikut berpartisipasi mengikuti kegiatan penelitian dengan

sukarela. Peneliti mempersiapkan formulir subjek (inform concet) yang telah

disediakan untuk menghormati harkat dan martabat responden penelitian.

2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for privacy

and confidentiality)

Peneliti menjaga kerahasiaan informasi yang diberikan responden untuk

kepentingan penelitian. Nama responden akan dirahasiakan sebagai ganti

digunakan inisial.

3. Keadilan dan inklusivitas/keterbukaan (respect for justice an inclusiveness)

Peneliti akan menjelaskan prosedur penelitian secara terbuka, jujur dan

hati-hati. Peneliti akan memperlakukan responden dengan perlakuan dan

keuntungan yang sama, tanpa melihat gender, agama, etnis, dan sebagainya.

4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing harm

and benefits)

Pada penelitian ini, peneliti memperhitungkan manfaat yang akan

diperoleh responden. Dan peneliti akan berupaya untuk mewujudkan ilmu


60

pengetahuan dan berusaha agar terhindar dari sesuatu yang merugikan dan

membahayakan responden

(SK Wali Amanah Universitas Indonesia No. 007/Tap/MWA-UI/2005 dalam

Notoatmodjo,2010).
BAB V

HASIL PENELITIAN

Pada bab ini memaparkan hasil dari pengaruh pendidikan kesehatan dengan

metode ceramah terhadap pengetahuan ibu tentang penanganan diare yang tepat.

Penelitian dilakukan pada tanggal 24 April 2016 di rumah RT 1/7 Kelurahan

Cipayung, depok dalam satu waktu dari jam 09.20 WIB sampai jam 10.35 WIB.

Penelitian ini mengambil responden sebanyak 17 orang, dengan menggunakansatu

kelompok intervensi. Setelah dilakukan analisa dari 17 responden, dua responden

mengundurkan diri, satu responden ibu yang tidak bisa hadir karena bekerja dan satu

responden yang lain memiliki anak yang berumur 7 tahun yang tidak termasuk dalam

kriteria peneliti. Sehingga total data yang diolah adalah 15 responden yang di berikan

intervensi tentang penanganan diare.

A. Gambaran Lokasi

Cipayung adalah sebuah kecamatan di Kota Depok, Provinsi Jawa Barat,

Indonesia. Kecamatan Cipayung terdiri dari 5 (lima) kelurahan, yaitu salah

satunya adalah Kelurahan Cipayung. Di daerah Kelurahan Cipayung terdapat

Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang merupakan tempat pembuangan akhir

sampah yang berasal dari Kota Depok.RT 01/RW 07 merupakan “lokasi yang

paling dekat dengan TPA cipayung” Menurut dari keterangan bapak Kelurahan

Cipayung, Kota Depok. Lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipayung saat

ini memiliki ketinggian 25 meter (Virdhani,2016).

61
62

B. Data Demografi

1. Karakteristik Responden

Usiaresponden menurut Depkes RI (2009), dibagi menjadi masa akhir

remaja (17-25 tahun), masa dewasa awal (26-35 tahun), dan masa dewasa

akhir (36-45 tahun). Jenjang pendidikan responden menurut UU No.20 tahun

2003 pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar yang terdiri dari SD dan

SMP, pendidikan menengah sederajat dengan SMA dan SMK, pendidikan

tinggi terdiri dari perguruan tinggi, diploma dan lain-lain. Dan pekerjaan

dibagi menjadi dua kategori yaitu bekerja atau tidak bekerja berdasarkan UU

RI no.13 tentang tenagakerjaan.

Hasil pengelolaan data univariat atau deskriptifakan dilihat dari tabel-tabel

dibawah ini. Adapun tabel karakteristik responden sebagai berikut.

Tabel 5.1
Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Usia Frekuensi Presentase (%)

18-25 8 53.3
26-35 7 46.7
Total 15 100.0

Berdasarkan tabel 5.1 tingkat usia berdasarkan Depkes RI (2009),

tingkat usia responden usia 18-25 tahun sebanyak 8 responden (55.3%). Dan

tingkat usia responden usia 16-35 tahun sebanyak 7 responden (46.7%)


63

Tabel 5.2
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenjang Pendidikan

Tingkat pendidikan Frekuensi Presentase


Pendidikan Dasar 8 53.33
Pendidikan Menengah 7 46.67
Total 15 100.0

Berdasarkan tabel 5.2 Jenjang pendidikan responden lebih banyak adalah

jenjang pendidikan dasar yaitu sebanyak 8 responden (53.33%) dan jenjang

pendidikan responden pendidikan menengah sebanyak 7 responden (46.67%).

Tabel 5.3
Distribusi Karakteristik Responden BerdasarkanPekerjaan

Tingkat Pekerjaan Frekuensi Presentase (%)


Bekerja 1 6.7
Tidak Bekerja 14 93.3
Total 15 100

Berdasarkan tabel 5.3.Mengambarkan bahwa mayoritas responden

tidak bekerja.Jumlah responden yang tidak bekerja sebanyak 14 responden

(93.3%) dan jumlah responden yang bekerja sebanyak 1 responden (6.7%).

2. Pengetahuan responden

Perbedaan pengetahuan ibu sebelum diberikan pendidikan kesehatan

dan setelah diberikan kesehatan dapat dilihat dari tabel dibawah ini:
64

Tabel 5.4
Gambaran Rata-Rata Skor Pengetahuan Responden Pre-Test Dan Post-
Test

Responden Rata-rata Nilai Standar Deviasi Min-Max Nilai total


tengah (SD) kuesioner
Pre-tes 17.13 18.00 5.489 7-24
32
Post-tes 24.33 25.00 5.150 10-30

Hasil analisis rata-rata pengetahuan ibu tentang penanganan diare

sebelum diberikan pendidikan kesehatan adalah 17.13, Dengan nilai minimum

7 dan nilai maksimum 24. Nilai tengah pretes adalah 18.00 dengan standar

deviasi 5.489.Saat post tes rata-rata nilai pengetahuan responden meningkat

sebesar 24.33, Dengan nilai minimum 10 dan nilai maksimum 30.Nilai tengah

meningkat menjadi 25.00 dan standar deviasi 5.150.

Gambaran pengetahuan responden terhadap penanganan diare dapat

dilihat dari tabel dibawah ini:

Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Pre-test dan Post-test

Karakteristik Pre-test Post-test


Pengetahuan
Frekuensi Presentase (%) Frekuensi Presentase (%)
Baik 2 13.3 9 60
Cukup 6 40 5 33.3
Kurang 7 46.7 1 6.7
Total 15 100 15 100

Berdasarkan tabel 5.5 Jumlah responden dengan pengetahuan baik

menunjukkan adanya peningkatan sebelum diberikan intervensi dan sesudah


65

diberikan intervensi.Pada saat pre-test jumlah responden yang berpengetahuan

baik sebanyak 2 responden (13.3%) mengalami peningkatan setelah post-test

yaitu jumlah responden yang berpengetahuan baik sebanyak 9 responden

(60%).Sedangkan jumlah responden sebelum diberikan pendidikan kesehatan

(pretes) yang berpengetahuan kurang sebanyak 7 responden (46.7%) dan

mengalami penurunan jumlah pengetahuan kurang sebanyak 1 responden

(6.7%).

C. Uji Normalitas

Hasil Uji Normalitas responden sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan

dengan metode ceramah tentang penanganan diare dapat dilihat pada tabel

berikut.

Tabel 5.6
Hasil Uji Normalitas Pengetahuan Responden Sebelum dan Sesudah
Pendidikan Kesehatan Tentang Penanganan Diare

One- sample Kolmogorov-Smirnova


Variable
Sebelum Setelah
Df Sig. Df Sig.
15 .200 15 .200

Berdasarkan tabel 5.6 Uji Normalitas diatas menggunakan uji One Sample

Kolmogrov-Smirno. Hasil uji normalitas diatas diperoleh nilai pengetahuan

sebelum diberikan pendidikan kesehatan sebesar 0.200, dan setelah diberikan

pendidikan kesehatan hasilnya sama yaitu 0.200. Berdasarkan keterangan diatas

dapat disimpulkan bahwa data sebelum dan sesudah intervensi pendidikan


66

kesehatan berdistribusi normal (p>0.05). Kesimpulan dari hasil uji normalitas ini

menunjukkan bahwa peneliti menggunakan uji analisis paired t-test.

D. Pengaruh pengetahuan tentang penanganan diare sebelum dan sesudah

intervensi

Hasil analisa data perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah pendidikan

kesehatan tentang penanganan diare dengan menggunakan uji paired t-test. Dapat

dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.7
Perbedaan Rerata Sebelum danSesudah Diberikan Pendidikan
Kesehatan

Mean N SD
Pre-tes 54.61 15 17.836
Post-tes 77.87 15 16.480

Berdasarkan tabel 5.7 terdapat perbedaan tingkat mean yaitu sebelum

dilakukan pendidikan kesehatan nilai mean sebesar 54.61 dan setelah

dilakukan pendidikan kesehatan nilai mean sebesar 77.87. Nilai Standar

Deviasi sebelum dilakukan pendidikan kesehatan sebesar 17.836 dan setelah

dilakukan pendidikan kesehatan nilai mean sebesar 16.480. Nilai Standar

Deviasi sebelum dilakukan pendidikan kesehatan sebesar 17.836 dan setelah

dilakukan pendidikan kesehatan sebesar 16.480.


67

Tabel 5.8
Rerata Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Pendidikan Kesehatan
Tentang Penanganan Diare

Mean SD 95% Confidence T df Sig. Eta-


Interval of the (2- Squared
Difference taile
Lower upper d
Sebelum-
sesudah -23.253 17.421 -32.901 -13.606 -5.170 14 .000 0.6562

Uji analisis pada penelitian ini adalah paired t-test dengan tingkat

kesalahan alpha 0,05. Pada tabel diatas menunjukan nilai mean sebelum dan

sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang penanganan diare adalah-

23.253, dengan standart deviasi 17.421. Nilai mean negatifdidapatkan karena

nilai sebelum intervensi lebih kecil dari pada nilai setelah intervensi.

Nilai t digunakan untuk melihat tingkat kemaknaan, jika t hitung> t

tabel maka hasil penelitian bermakna. Nilai t hitung dibandingkan dengan

pada t tabel pada df (14) maka didapatkan t hitung> t tabel, hal ini

membuktikan bahwa penelitian bermakna. Nilai p dari data yang diatas di

dapatkan 0,000, ini berarti lebih kecil dari nilai α 0,05 (p<0.05), maka dapat

disimpulkan adanya perbedaan pengetahuan tentang penanganan diare

sebelum dan sesudah diberiakn penanganan diare. Berdasarkan rumus

perhitungan nilai Eta Square yang bertujuan untuk mengetahui seberapa

besar efektifitas pendidikan kesehatan yang telah diberikan. Nilai Eta Square

pada penelitian ini menunjukan 0,6562. Dengan nilai standar dari perhitungan

Eta Square paired t-test yaitu jika Eta Square 0,01= efek kecil, 0.06 = efek

cukup, 0,14 = efek besar (Boduszek). Maka dapat disimpulkan bahwa


68

efektifitas pendidikan kesehatan dengan metode ceramah memiliki efek besar

dalam meningkatkan pengetahuan ibu dalam penanganan diare.


BAB VI

PEMBAHASAN

Pada bab ini menjelaskan tentang mengenai hasil penelitian tentang efektifitas

pendidikan metode ceramah tentang penanganan diare pada balita. Hasil penelitian

akandibandingkan dengan teori, penelitan sebelumnyadan kekurangan atau

keterbatasan dalam penelitian.

A. Karakteristik Responden

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan usiamayoritas responden pada masa

usia akhir remaja (17-25 tahun) yaitu sebanyak 8 respoden (53.33%). Menurut

Hurlock (1998) dalam Wawan dan Dewi (2010) semakin cukup umur, tingkat

kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan

bekerja. Usia juga mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang.

Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola

pikirnya sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin baik. Hasil penelitian

Hanifah (2010) tentang hubungan usia, dan tingkat pendidikan dengan

pengetahuan wanita usia 20-50 tahun tentang periksa payudara sendiri (SADARI)

menyatakan bahwa ada hubungan antara usia dengan tingkat pengetahuan, akan

tetapi belum tentu usia yang lebih matang memiliki pengetahuan yang lebih baik

dibandingkan usia dibawahnya, karena terdapat pula faktor yang lain yang

mempengaruhi tingkat pengetahuan yaitu seperti pengalaman, pekerjaan,

pendidikan, lingkungan dan media masa.

69
70

Faktor lain yang mempengaruhi pengetahuan adalah tingkat

pendidikan.Pendidikan dapat mempengaruhi proses belajar, semakin tinggi

pendidikan seseorang maka semakin mudah orang tersebut untuk menerima

informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk

mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin

banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat

tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana

diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan

semakin luas pula pengetahuannya (Erfandi, 2009). Berdasarkan pada penelitian

Lubis (2011) didapatkan hasil bahwa ada hubungan antara tingkat pendidikan

dengan tingkat pengetahuan responden tentang SADARI. Hasil penelitian ini

didapatkan hasil bahwa jenjang pendidikan responden pendidikan dasar yang

terdiri dari SD dan SMP sebanyak 8 responden (53.33) dan pendidikan menengah

yang sederajat dengan SMA dan SMK sebanyak (46.67%).Namun perlu

ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak

berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di

pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal

(Erfandi, 2009).

Karakteritik responden yang terakhir adalah pekerjaan.Menurut Thomas yang

dikutip oleh Nursalam (2003), pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan

terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Berdasarkan

penelitian Dardiana (2011) terdapat hubungan yang signifikan antara pekerjaan

dengan teknik menyususi yang benar. Berdasarkan hasil penelitian di dapatkan


71

bahwa responden yang tidak bekerja lebih banyak dibandingkan responden yang

bekerja yaitu sebesar 14 responden (93.3%) dan responden yang bekerja 1

responden (6.7%).Berdasarkan penelitian Kusumawati (2014) tidak ada hubungan

antara pekerjaan dengan tingkat pengetahuan ibu tentang status gizi balita.Oleh

karena itu perlu diteliti apakah ada hubungan antara pekerjaan terhadap

pendidikan ibu tentang penanganan diare pada balita.

B. Pengaruh pengetahuan sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan

1. Pengetahuan sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang penanganan

diare

Pengetahuan ibu sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang

penanganan diare memiliki nilai rata-rata 17.13.Berdasarkan tabel 5.5

menunjukkan tingkat pengetahun dibagi menjadi tiga kategori yaitu baik,

cukup, dan kurang. Hasil analisa menunjukkan bahwa jumlah responden

sebelum diberikan penelitian yaitu tingkat pengetahuan baik sebanyak 2

responden (13.3), tingkat pengetahuan cukup sebanyak 6 responden (40.0%)

dan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 7 responden (46.7%).

Nursalam dkk (2008) mengatakan pengetahuan adalah hasil tahu, dan

terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.

Efendy (2009) mengatakan sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh

melalui mata dan telinga seperti poster, buklet,leaflet, slide atau informasi

yang berupa tulisan dan informasi yang berbentuk suara seperti ceramah,
72

penyuluhan atau video yang membantu menstimulasi penginderaan dalam

proses pembelajaran.

Berdasarkan penelitian Malikhah (2012) tentang gambaran pengetahuan

dan sikap ibu dalam pencegahan dan penanggulangan secara dini kejadian

diare pada balita di desa Hegarmanah Jatinangor menunjukan bahwa

pengetahuan ibu cukup tentang penanganan diare. Hal ini dikarenakan ibu

kurang mendapatkan informasi penanganan diare yang tepat pada saat

dirumah sehingga banyak balita yang dirawat di rumah sakit karena dehidrasi

sedang dan berat. Dengan memberikan informasi tentang cara penagangan

diare yang tepat, ibu akan mengetahui cara penanggulangan kejadian diare

secara dini dengan baik, maka balita yang tidak terkena diare tidak akan

mengalami dehidrasi karena sudah dapat ditanggulangi sendiri dirumah.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Sarwani dkk (2014) mengenai

pengaruh ceramah terhadap pengetahuan kader kesehatan tentang penyakit

talasemia di kecamatan Pukencen dan kecamatan Sumbang kabupaten

Banyumas yang menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan pengetahuan kader

sebelum dan sesudah diberi ceramah tentang talasemia

2. Pengetahuan setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang penanganan

diare

Pengetahuan ibu setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang

penanganan diare memiliki rata-rata 24.33. Berdasarkan tabel 5.5

menunjukkan tingkat pengetahuan dibagi menjadi tiga kategori, yaitu baik,

cukup, dan kurang. Tingkat pengetahuan ibu tentang penanganan diare dalam
73

kategori baik sebanyak 9 responden (60%), tingkat pengetahuan ibu cukup

sebanyak 5 responden (33.3%) dan tingkat pengetahuan ibu kurang sebanyak

1 responden (6.7%).

Berdasarkan penelitian ini menunjukkan bahwa setelah pendidikan

kesehatan lebih besar daripada sebelum diberikan pendidikan kesehatan.

Maka dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan sebelum

dilakukan pemberian pendidikan kesehatan dan setelah diberikan pendidikan

kesehatan.

Penelitian ini sejalan dengan penelitia saput mengenai pengaruh

pendidikan kesehatan dengan metode ceramah dan audio visual terhadap

pengetahuan kader tentang sadari di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

yang menyimpulkan bahwa hasil analisa sebelum di berikan pendidikan

kesehatan dengan kategorik baik 11.1%, kemudian setelah diberikan

pendidikan kesehatan meningkat menjadi 66.7%. Maka dapat disimpulkan

bahwa terjadi peningkatan pengetahuan sebelum dan sesudah diberi

pendidikan kesehatan. Hal ini juga sesuai dengan pengertian pendidikan

kesehatan atau promosi kesehatan berdasarkan kutipan dari Piagam Ottawa

(Ottawa charter,1986) sebagai hasil rumusan konferensi internasional promosi

kesehatan di Ottawa, Canada, menyatakan bahwa promosi kesehatan yang

merupakan pendidikan kesehatan adalah suatu proses untuk memampukan

masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat

(Notoadmodjo,2010).
74

Pada penelitian ini terjadi peningkatan pengetahuan yang cukup besar,

dikarenakan materi yang disampaikan berfokus pada definisi diare, dan

penanganan diare yang tepat sehingga tidak memakan waktu yang lama.

Setelah itu dilakukan sesi tanya jawab untuk menggulang pembahasan materi

yang telah dibahas. Hal ini sesuai dengan teori Djamarah, S. B, 2000 metode

ceramah memiliki beberapa kelemahan salah satunya yaitu jika terlalu lama

dapat membuat jenuh (Simamora, 2009). Menurut beberapa ahli mengatakan

saat melakukan penyuluhan hadirin jarang mengingat semua yang

didengarnya, dan sasaran utama adalah mendorong hadirin untuk memikirkan

topik yang diceramahkannya. Maka sebaiknya menggunakan ringkasan yang

menggambarkan hal-hal yang penting saja untuk membantu proses ingatan.

Teknik lain adalah mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan isi

ceramah. Cara ini dapat mendorong hadirin menyerap pengetahuan yang baru

saja didapatnya (Van, 2012).

Maulana (2009) mengatakan bahwa tujuan pendidikan kesehatan adalah

untuk meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap dan mengarahkan perilaku

yang diinginkan oleh kegiatan. Menurut WHO, 1954 pendidikan kesehatan

memilik tujuan menjadikan kesehatan menjadi sesuatu yang bernilai

dimasyarakat dan menolong individu agar mampu secara mandiri atau

kelompok mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat.

3. Efektifitas dan pengaruh pendidikan kesehatan dalam peningkatan

pengetahuan tentang penanganan diare


75

Hasil penelitian menggunakan Paired Samples T-test dengan tingkat

kesalahan (alpha) 0.05. Diperoleh hasil yang signifikan (p=0.000) yang

berarti p value< 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan H1

diterima yang berarti bahwa ada perbedaa tingkat pengetahuan sebelum dan

sesudah diberikan pendidikan kesehatan dengan metode ceramah tentang

penanganan diare anak.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Munawaroh dkk (2010)

mengenai efektifitas metode ceramah dan leaflet dalam peningkatan

pengetahuan remaja tentang seks bebas di SMA Negeri Ngrayun Ponorogo,

menyimpulkan bahwa ada tingkat perbedaan pengetahuan sebelum dan

sesudah pemberian pendidikan kesehatan tentang seks bebas dan metode

ceramah lebih efektif daripada metode leaflet terhadap peningkatan

pengetahuan remaja tentang seks bebas di SMA Negeri Ngrayun.

Efendy dkk (2009) mengemukakaan promosi kesehatan adalah upaya

memberdayakan perorangan, kelompok, dan masyarakat agar memelihara,

meningkatkan, dan melindungi kesehatannya melalui peningkatan

pengetahuan, kemauan, dan kemampuan untuk berperilaku hidup bersih dan

sehat (Depkes RI, 2006). Maulana (2009) mengemukakan bahwa sasaran

dalam promosi kesehatan bagi individu atau keluarga yaitu diharapkan

individu memperoleh informasi kesehatan melalui media masa atau secara

langsung dengan cara penyuluhan. Individu atau keluarga juga diharapakan

mempunyai pengetahuan dan kemauan untuk memelihara, meningkatkan, dan

melindungi kesehatannya. Salah satu faktor perubahan perilaku perilaku


76

adalah pengetahuan. Maka diharapkan meningkatnya pengetahuan responden

dapat meningkatkan kesadaran, ketertarikan responden untuk merubah

perilaku penanganan diare yang tepat pada anak dirumah.

Berdasarkan penelitian analisa sebelum diberikan pendidikan kesehatan

kategorik baik 13.3% mengalami peningkatan setelah diberikan pendidikan

kesehatan menjadi 60%.Sedangkan pada analisa kategorik cukup sebelum

diberikan pendidikan kesehatan 40% kemudian mengalami penurunan setelah

diberikan pendidikan kesehatan menjadi 33.3%.Dan untuk kategorik kurang

hasil analisa sebelum diberikan pendidikan kesehatan 46.7% mengalami

penurunan menjadi 6.7% setelah diberikan pendidikan kesehatan.

Nursalam (2008) pendidikan kesehatan adalah proses yang direncanakan

dengan sadar untuk menciptakan peluang bagi individu-individu untuk

senantiasa belajar memperbaiki kesadaran (literacy) serta meningkatkan

pengetahuan dan keterampilannya (life skills) demi kepentingan kesehatannya.

Teknik dan media sebagaiamna dikemukakakan oleh Edgar Dale (1946) yang

menggambarkannya dalam Edgar Dale’s Cone of Experience, yaitu teks

(leaflet, flyer, flipbook); gambar (poster, flannelgraph) atau media audio saja

(radio tape); media audio visual (televisi, film, video tape, film dalam

compact disk, bioskop); seterusnya. Dalam dasar kerucut (derajat abstraksi

paling rendah), teknik dan media (pengalaman langsung) yang dipergunakan

dalam pendidikan kesehatan menstimulasi paling banyak indra partisipasi.

Disini, keterampilan motorik dan sikap partisipasi diasah, sehingga metode ini

sesuai untuk mengubah sikap dan perilaku. Sebaliknya, teks atau bacaan
77

(derajat keabstrakan paling tinggi) pada puncak kerucut akan menstimulasi

organ visual saja. Jika tujuan suatu pendidikan kesehatan hanya untuk

mengubah pengetahuan (knowledge), maka teknik dan media baca adalah

yang paling tepat.

Teori ini sejalan dengan penelitian yang menunjukkan terjadi peningkatan

pengetahuan sebelum dan setelah diberikan pendidikan kesehatan, hal ini

membuktikan bahwa metode ceramah efektif digunakan untuk meningkatkan

pengetahuan ibu tentang penanganan diare. Penelitian ini sejalan dengan

penelitian Musaini, dkk (2011) yang menyatakan bahwa terjadi perbedaan

pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan

menggunakan metode ceramah terhadap tingkat pengetahuan dan sikap siswa

laki-laki kelas IX SMK Murni 1 Surakarta.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pendikan kesehatan dengan

metode ceramah cukup efektif meningkatkan pengetahuan ibu dalam

penanganan diare, dapat dilihat dengan kenaikan pengetahuan rata-rata ibu

sebelum diberikan pendidikan kesehatan 54.61 menjadi 77.87. Berdasarkan

perhitungan rumus Eta squared untuk melihat ukuran efektifitas kesehatan

yang telah diberikan, didapatkan hasil 0.6562 yang menunjukkan bawa

pendidikan kesehatan dengan metode ceramah memiki efektifitas yang besar.

Berdasarkan analisis diatas maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan

kesehatan dengan metode ceramah dapat meningkatkan pengetahuan ibu

dalam penanganan diare pada anak dirumah.Pemilihan metode pendidikan

kesehatan bergantung dari beberapa faktor yaitu: karakteristik


78

sasaran/partisipan (jumlah, status sosial ekonomi, umur, jenis kelamin); waktu

dan tempat yang tersedia; serta tujuan spesifik yang ingin dicapai dengan

pendidikan kesehatan tersebut (nursalam, 2008). Beberapa ahli pendidikan,

antara lain J. Guilbert, mengelompokkan faktor-faktor yang memengaruhi

proses belajar ini kedalam empat kelompok besar, yaitu faktor materi, faktor

lingkungan yang dipengaruhi oleh lingkungan fisik (suhu, kelembapan udara,

dan kondisis tempat belajar) dan lingkungan sosial (keramaian, kegaduhan

dan lain-lain) , faktor instrument dan faktor kondisi individual subjek belajar.

Faktor instrument dirancang sedemikian rupa sehingga sesuai dengan materi

dan subjek belajar.Misalnya metode untuk belajar pengetahuan lebih baik

digunakan metode ceramah.Sedangkan untuk belajar sikap, tindakan, atau

keterampilan lebih baik digunakan metode diskusi kelopok, demonstrasi,

bermain peran (role play), atau metode permainan (Nursalam, 2008).

Metode ceramah bukan salah satu metode yang paling efektif. Saputri

(2014) memaparkan dalam penelitiannya bahwa pendidikan kesehatan dengan

metode audio visual dengan rerata (6,71) lebih besar daripada kelompok

ceramah (2,80) dalam meningkatkan pengetahuan kader tentang SADARI di

Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo. Hal ini membuktikan bahwa metode

audio visual lebih efektif dibandingkan dengan metode ceramah, namun,

walaupun begitu keduanya memiliki perbedaan skor pengetahun kader

sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan dengan metode ceramah

dan audio visiual tetang SADARI.


79

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa pendidikan kesehatan dengan

metode ceramah dapat menjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan

pengetahuan ibu tetang penanganan diare pada anak.

C. Keterbatasan Peneliti

1. Penataan Ruang Ujian

Tempat dilakukan pendidikan kesehatan ini berada di rumah ibu RT. Saat

melakukan mengisian kuesioner, responden duduk sebelahan dengan

responden yang lain sehingga saat pengisian kuesioner tidak menutup

kemungkinan responden dapat melihat jawaban kuesioner yang lain atau

sesama responden yang duduk sebelahan berdiskusi tentang jawaban

kuesioner

2. Kondisi lingkungan saat pemberian pendidikan kesehatan

Kondisi lingkungan saat pemberian pendidikan kesehatan kurang

maksimal, dikarenakan banyak ibu yang membawa serta anak-anaknya

sehingga hal ini membuat ruangan menjadi sedikit ramai, hal ini menganggu

penyampaian informasi dari materi penyuluhan tersebut.

3. Metode penelitian hanya menggunakan satu grup

Penelitian ini hanya menggunakan kelompok intervensi saja tanpa ada

kelompok kontrol sehingga kurang menguji perbandingan keefektifan

pendidikan kesehatan dengan metode ceramah yang mendapatkan perlakuan

dengan yang tidak diberikan pendidikan kesehatan.


BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan

1. Tingkat pengetahuan ibu sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang

penanganan diare menunjukkan bahwa 46.7% responden memiliki tingkat

pengetahuan kurang, 13.3 % responden memiliki tingkat pengetahuan

baik, dan 40% responden memiliki tingkat pengetahuan cukup

2. Tingkat pengetahuan ibu setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang

penangananan diare menunjukan bahwa 60% responden memiliki tingkat

pengetahuan baik, 33.3 % responden memiliki tingkat pengetahuan cukup,

dan 6.7% responden memiliki tingkat pengetahuan yang kurang

3. Pendidikan kesehatan dengan metode ceramah efektif dengan efek yang

besar dengan nilai eta squared 0.6562 dalam meningkatkan pengetahuan

ibu tentang penanganan diare yang tepat pada balita.

B. Saran

1. Bagi pelayanan kesehatan

Bagi pelayanan kesehatan khususnya Puskesmas diharapkan lebih

meningkatkan promosi kesehatan dengan cara penyuluhan atau cara

pendidikan kesehatan lain tentang kesehatan diare pada balita. Puskesmas

80
81

dapat bekerja sama dengan masyarakat dalam melaksanakan promosi

kesehatan.

2. Bagi masyarakat

Hendaknya selalu mengikuti segala bentuk penyuluhan yang

diselenggarakan oleh petugas kesehatan. Agar dapat meningkatkan

pengetahuan masyarakat tentang kesehatan sehingga dapat

mengaplikasikan ilmu yang didapat dalam kehidupan sehari-hari.

3. Bagi peneliti selanjutnya

a. Pada peneliti selanjutnya diharapkan lebih memperhatikan aspek-

aspek kemungkinan yang dapat mengganggu dan menghambat

pelaksanaan pendidikan kesehatan seperti waktu kedatangan

responden, kebisingan, tata ruang dan lainnya.

b. Disarankan pada penelitian selanjutnya melakukan evaluasi dan

observasi setelah beberapa hari diberikan pendidikan kesehatan untuk

melihat sejauh mana pendiddikan kesehatan berpengaruh terhadap

pengetahuan dan perilaku responden

c. Perlu adanya penelitian yang menghubungkan antara pengaruh

pendidikan kesehatan terhadap perubahan perilaku responden.


DAFTAR PUSTAKA

Alfianur. Efektifitas metode ceramah dengan media leaflet terhadap perubahan


perilaku siswa kelas 5 dalam pencegahan penyakit demam berdarah (DBD).
Kalimantan Utara: FIK Universitas Borneo tarakan,2015

Asmadi.Konsep dasar keperawatan. Jakarta: Buku kedokteran EGC, 2008.

Basriyanta.Memanen sampah. Yogyakarta: Kanisius, 2011.

Boduszek Daniel, diakses pada http://www.sociology.ox.ac.uk/materials/qm/T-


tests_D.Boduszek.pdf

Citra. Efektivitas metode ceramah dan film dalam meningkatkan pengetahuan dan
sikap tentang bahaya merokok pada siswa kelas 1 disekolah menengah pertama
“B” Kotamadya Jakarta Selatan diakses pada :
http://library.upnvj.ac.id/pdf/4s1kedokteran/207311058/Abstrak.pdf

Corwin, Elizabeth. Buku saku patofiiologis. Jakarta: Buku kedokteran EGC, 2009

Dardiana, AzzadeEllyn, dkk. Hubungan antara pendidikan, pekerjaan, dan


pengetahuan ibu dengan teknik menyusui yang benar di Desa Leteh Kecamatan
Rembang Kabupaten Rembang. Semarang: FIK Universitas Muhammadiyah
dan FKM Universitas Muhammadiyah, 2011.

Data profil kesehatan depok 2008, diakses pada http://dinkes.depok.go.id/berkas-


unggah/tabel%20profil%202008.pdf

Depkes RI 1994. Hasil Evaluasi Program Pemberantasan Penyakit Diare. Jakarta:


Depkes

Depkes RI 2011.Buku saku lintas diare.diakses pada


https://agus34drajat.files.wordpress.com/2010/10/buku-saku-lintas-diare-edisi-
2011.pdf

Depkes RI 2011.Panduan sosialisasi tatalaksana diare balitadiakses pada


http://www.scribd.com/doc/192298660/Buku-Panduan-Sosialisasi-Tata-
Laksana-Diare-Balita-2011#scribd

Depkes RI 2012, Profil kesehatan Indonesia tahun 2012 diakses pada


http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/profil-kesehatan-indonesia-2012.pdf
Depkes RI, 2009 diakses pada
https://www.ilo.org/dyn/natlex/docs/ELECTRONIC/91185/105616/F-
1979234557/IDN91185%20IDN.pdf.

Depkes RI, 2015 diakses pada http://www.pusat2.litbang.depkes.go.id/pusat2_v1/wp-


content/uploads/2015/12/SDGs-Ditjen-BGKIA.pdf

Depkes RI. Pedoman kader untuk memberantas diare. 2007

Dharma, Kelana Kusuma.Metodologi penelitian keperawatan. Jakarta: CV. Trans


info media,2011.

Dini, Fitra, Rizanda Machmud, dan Roslaili Rasyid. Hubungan factor lingkungan
dengan kejadian diare balita di wilayah kerja Puskesmas Kambang Kecamatan
Lengayan Kabupaten Pesisir Selatan. Padang: Univesitas Andalas, 2015.

Efendy, Ferry, dan Makhfudli. Keperawatan kesehatan komunitas teori dan praktik
dalam keperawatan. Jakarta: Salemba medika, 2009

Erfandi. 2009 Pengetahuan dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi, diakses pada


http:wwww.forbetterhealth.wordpress.com

Habsri, NinaNurmita. Efektifitas pemberian informasi dengan ceramah dan leaflet


terhadap penanganan penyakit diare kepada ibu-ibu di Kabupaten Rembang.
Surakarta: Fakultas Farmasi Surakarta, 2015

Harnilawati.Konsep dan proses keperawatan keluarga. Sulawesi Selatan: Pustaka As-


salam, 2013.

Hayati, N.R. & Sambas, I.G.Modul Praktikum: Metode Riset Untuk Bisnis dan
Manajemen. Bandung: Universitas Widyatama,2007

Hirawati, heni, dkk. Pengaruh pendidikan kesehatan menggunakan metode ceramah


dan diskusi kelompok terhadap pengetahuan remaja putri tentang kebersihan
alat genitalia di SMA Negeri 1 Ungaran diakses pada http://ppnijateng.org/wp-
content/uploads/2014/09/PENGARUH-PENDIDIKAN-KESEHATAN-
MENGGUNAKAN-METODE-CERAMAH-DAN-DISKUSI-KELOMPOK-TERHADAP-
PENINGKATAN-PENGETAHUAN-REMAJA-PUTRI-TENTANG-KEBERSIHAN-ALAT-
GENETALIA.pdf

Husein, Umar. Riset sumber daya manusia.Jakarta : PT. Gramedia Pustaka, 2005

Imron dan amrul munif.Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Sagung seto,2010.

Kemenkes RI 2011, buletin jendela data dan informasi kesehatan situasi diare di
Indonesia.diakses pada
http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/buletin/buletin
-diare.pdf.

Khikmah, Furi Ainun. Hubungan pengetahuan ibu tentang diare dengan kejadian
diare pada balita usi 2-5 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan
Karanganyar Kabupaten Karanganyar. Surakarta: FK Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 2012

Kusumawati, Dian. Hubungan pekerjaan, pendidikan dan pengetahuan ibu tentang


makanan pendamping ASI dengan staus balita usia 7-24 bulan di desa Waru
Karanganyar Kecamatan Purwodadi Grobogan. Surakarta: FIK Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 2014.

Lubis, WizniNadra. Hubungan tingkat pendidikan dengan tingkat pengetahuan wanita


usia 20-50 tahun mengenai pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) sebagai
salah satu cara mendeteksi dini kanker payudara di kelurahan Babura Tahun
2011. Medan: FK Universitas Sumatera Utara, 2011

Malikhah, Lina, dkk. Gambaran pengetahuan dan sikap ibu dalam pencegahan dan
penanggulangan secara dini kejadian diare pada balita di Desa Hegarmanah
Jatinangor. Bandung: FIK Universitas Padjajaran, 2012

Maulana, HeryD.j. Promosi kesehatan. Jakarta: Buku kedokteran EGC,2009.

Munawaroh, siti dkk.Efektifitas metode ceramah dan leaflet dalam peningkatan


pengetahuan remaja tentang seks bebas di SMA Negeri Ngrayun. Ponorogo:
FIK UNMUH Ponorogo, 2011.

Mus, AgriatiYulin dkk.Gambaran perilaku ibu rumah tangga tentang penanggulanga


diare pada balita di Desa Mangon Kecamatan Sanana Kabupaten Kepulauan
Sula Provinsi Maluku Utara. Manado: FK Universitas Sam Ratulangi Manado,
2013

Musaini, yeni nur ikwal, dkk. Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan
dan sikap merokok pada siswa laki-laki kelas XI SMK Murni Surakarta.
Surakarta: FK Universitas Muhammadyah Surakarta, 2011

Ningsih, Haryati, dkk. Perilaku ibu terhadap pencegahan dan pengobatan anak balita
penderita diare di wilayah kerja puskesmas belawa kecamatan belawa
kabupaten wajo. Makasar: FKM,Universitas Hasanudin, 2013.

Notoadmojo,S. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010.

Notoadmojo,S. Promosi kesehatan dan perilaku kesehatan. Jakarta: PT Rineka


Cipta,2012.
Notoadmodjo,S. Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010.

Nurihsan, Juntika dan Yusuf Syamsu.Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung:


PT. Remaja Rosda Karya, 2005

Nursalam dan Efendi.Pendidikan dalam keperawatan. Jakarta: Salemba medika,


2008.

Nursalam.Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman


Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan.Jakarta: Salemba
Medika,2003

Nursalam.Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan,


Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta:
Salemba medika,2008.

Palancoi, Najamudin Andi. Hubungan antara pengetahuan dan lingkungan dengan


kejadian diare akut di Kelurahan Pabbundukang Kecamatan Pangkajene
Kabupaten Pangkep. Makasar: UIN Alauddin Makasar, 2014.

Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat tahun 2012, diakses pada


http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KES_PROVINSI
_2012/12_Profil_Kes.Prov.JawaBarat_2012.pdf

Rahmah,Nur Laily Mazidatur,dkk.Hubungan pengetahuan dan sikap ibu balita


tentang diare terhadap tindakan pemberian cairan rehidrasi pada anak balita
diare, studi kasus di Wilayah Kerja Puskesmas Patrang Kabupaten
Jember.Jember :FKM Universitas Jember, 2013

Rauf, Hartati, dkk. Hubungan pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu terhadap derajat
kejadian diare pad balita di Puskesmas Pattalassang Kabupaten Talakar.
Makassar: STIKES Nani Hasanuddin Makassar, 2013

Rencana strategis kementerian kesehatan tahun 2015-2019, diakses pada


http://www.depkes.go.id/resources/download/info-publik/Renstra-2015.pdf

Riskesdas RI 2013, riset kesehatan dasar available at :


http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%202
013.pdf

RKW, Nimas Prita. Naskah Publikasi Hubungan antara perilaku ibu dan kejadian
diare pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Siantan Hilir. Pontianak: FK
Universitas Tanjungpura, 2014
S, Fiesta Octarina, dkk.Hubungan kondisi lingkungan perumahan dengan kejadian
diare di Desa Sialang Buah Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang
Bedagai. Medan: FKM Universitas Sumatera, 2012

Saputri, Yesi Feranicha Emi. Pengaruh pendidikan kesehatan dengan metode ceramah
dan audiovisual terhadap pengetahuan kader tentang SADARI di kecamatan
Baki Kabupaten Sukoharjo. Surakarta:FIK Universitas Muhammadiyah
Surakarta, 2014

Sarwani, Dwi, dkk. Efektifitas ceramah terhadap pengetahuan kader kesehatan


tentang penyakit talasemia di Kecamatan Pekuncen dan Kecamatan Sumbang
Kabupaten Banyumas. Jakarta: FKIK Universitas Jenderal Soedirman, 2014

Simamora, H, Raymond. Buku ajar pendidikan dalam keperawatan. Jakarta: Buku


kedokteran EGC, 2009.

T.H, Tjay dan Rahardja.Obat-obat penting, khasiat, penggunaan dan efek-efek


sampingnya ed.6. Jakarta: Salemba medika,2007.

Tan, H.T, dan Kirana Raharja. Obat-obatan sederhana untuk gangguan sehari-
hari.Jakarta : PT Elex Media Komputindo, 2010

UU RI No.13 tahun 2003 ketenagakerjaan, diakses pada


http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/@asia/@ro-bangkok/@ilo-
jakarta/documents/publication/wcms_120125.pdf

UU RI No.20 tahun 2003, sistem pendidikan nasional diakses pada


http://kemenag.go.id/file/dokumen/UU2003.pdf

Van den ban, A.W dan H.S Hawkins.Penyuluhan pertanian.Diterjemahkan oleh.


Agnes Dwina Herdiasti.Yogyakarta: KANISIUS (Anggota IKAPI),2012.

Virdhani, MarieskaHarya. Kolam Penampungan Sampah TPA Cipayung Depok


Kritis. Okezone News, 25 april 2016 diakses pada
http://news.okezone.com/read/2016/04/25/338/1371496/kolam-penampungan-
sampah-tpa-cipayung-depok-kritis

Warner, David, dkk. Apa yang anda kerjakan jika tidak ada dokter. Yogyakarta: CV
Andi offset, 2010

Wawan, A dan Dewi, M. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap danPerilaku


Manusia.Yogyakarta: Nuha Medika, 2010.

Widjaja, Dr. M.C. Mengatasi Diare Dan Keracunan Pada Balita Vol.1. Jakarta:
Kawan Pustaka, 2008.
Wijaya, yulianto.Faktor resiko kejadian diare balita di sekitar TPS Banaran Kampung
UNNES. Semarang: FIKM Universitas Negeri Semarang, 2012
LAMPIRAN 1

LEMBAR PERSETUJUAN KUESIONER PENELITIAN


EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN METODE
CERAMAH TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN IBU DALAM
PENANGANAN DIARE BALITA DI SEKITAR UPT TPA CIPAYUNG KOTA
DEPOK 2016

Assalamu‟alaikum Wr.Wb
Salam sejahtera

Nama : Lulu Yunita


NIM : 1112104000012

Saya mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas


Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Ilmu Keperawatan sedang melaksanakan
pelitian untuk penulisan skripsi sebagai tugas akhir untuk menyelesaikan pendidikan Sarjana
Keperawatan (S.Kep)
Dalam lampiran ini terdapat beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan
penelitian.Untuk itu saya harap dengan segala kerendahan hati agar kiranya Ibu bersedia
meluangkan waktunya untuk menjawab pertanyaan yang nanti saya tanyakan. Kerahasiaan
jawaban Ibu akan dijaga dan hanya diketahui oleh peneliti.
Wawancara ini saya harap dijawab dengan sejujur-jujurnya sesuai dengan apa yang
dipertanyakan, sehingga hasilnya dapat memberikan gambaran yang baik untuk penelitian ini.
Saya ucapkan terima kasih atas bantuan dan partisipasi ibu dalam pengisian kuesioner
ini

Apakah Ibu bersedia menjadi responden?


YA/TIDAK

Tertanda

Responden
LAMPIRAN 2

KUESIONER PENGETAHUAN IBU TERHADAP PENANGANAN DIARE


PADA BALITA DI SEKITARUPT TPA CIPAYUNG KOTA DEPOK

Petunjuk :
1. Jawablah pertanyaaan dengan jelas
2. Jika ada pertanyaan yang kurang jelas dapa ditanyakan ulang

A. Data Responden
1. Nama :
2. Jenis kelamin :
3. Usia :
4. Alamat :
5. Pekerjaan :
6. Pendidikan terakhir :
( ) Tidak tamat SD
( ) SD
( ) SLTP
( ) SLTA
( ) Perguruan Tinggi (PT)
B. Data Identitas Anak
1. Nama balita :
2. Umur :
C. Pengetahuan ibu tentang penanganan diare pada anak

1. Ketika anak ibu diare, apakah masih A. Ya


diberikan ASI B. Tidak
2. Apakah sebelum diare anak di beri A. Ya
makanan lunak (bubur, nasi tim dll) B. Tidak
3. Apakah sebelum diare anak diberi A. Ya
makanan padat (nasi, daging dll) B. Tidak
4. Waktu diare bagaimana pemberian
makannya
a. Jumlah a. Ditambah
b. Seperti biasa
c. Dikurangi

b. Berapa kali makan saat diare a. Ditambah


b. Seperti biasa
c. Dikurangi
5. Minuman apakah yang diberikan 1. Air putih
ketika anak ibu diare pada periode 24 a. Ya b. tidak
jam terakhir 2. Kuah sayur
a. Ya b. tidak
3. Air tajin
a. Ya b. tidak
4. Susu formula
a. Ya b. tidak
5. Air buah
a. Ya b. tidak
6. Air teh
a. Ya b. tidak

Lain-lain (minuma botol /kaleng)


……………
6. Bagaimana pemberian a. Ditambah
minuman/cairan diatas b. Seperti biasa
c. Dikurangi
7. Selain diberi minuan tadi, minuman 1. Oralit
apa lagi yang diberikan a. Ya b. tidak
2. Laruta gula garam (LGC)
a. Ya b. tidak
3. Tidak diberi apa-apa

8. Bila ibu memberikan oralit berapa …………………………………..


jumlah larutan yang diberikan (cc)
Bila ibu tidak memberikan LGG lanjutkan Pertanyaan No.9
9.
a. Berapa banyak garam yang
diberikan? …………………………..
b. Berapa banyak gula pasir yang
diberikan? …………………………..
c. Isilah jumlah larut garam gula
(LGG)…. Cc …………………………..
10. Selain yang telah disebutkan tadi, a. Obat-obatan/jamu
apakah masih ada yang diberikan Sebutkan……………..............
anak b. Lain-lain
Sebutkan.…………..................
11. Apa tindakan ibu setelah mengetahui Kader
anak ibu diare, kemana anak ibu a. Ya b. tidak
dicarikan pertolongan Puskesmas
a. Ya b. tidak

Rumah sakit
a. Ya b. tidak

Dokter/paramedic/klinik
a. Ya b. tidak

Dukun
a. Ya b. tidak
Warung
a. Ya b. tidak

Toko obat
a. Ya b. tidak

12. Tanda gejala apa yang dianggap Mencret terus


berbahaya pada anak yang sakit diare a. Ya b. tidak

Sangat haus
a. Ya b. tidak
Mata/ubun-ubun cekung
a.Ya b. tidak
demam
a. Ya b. tidak

Tidak bisa makan/minum dengan baik


a. Ya b. tidak

keadaan anak tidak bertambah baik


a. Ya b. tidak

Lain-lain (sebutkan)
….....................................................
LAMPIRAN 3

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP)

EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN METODE


CERAMAH TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN IBU DALAM
PENANGANAN DIARE BALITA DI SEKITAR UPT TPA CIPAYUNG,
DEPOK

LULU YUNITA

1112104000012

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

JAKARTA

2016
Satuan Acara Pembelajaran

Pokok pembahasan : Penanganan Diare pada Balita

Sasaran : Ibu Balita

Hari/tangal : 24 April 2016

Waktu : 60 menit

Tempat : Rumah Ibu RT 1/7

Penyuluh : Lulu yunita

1. Tujuan Intruksional Umum :

Setelah mendapatkan penjelasan tentang penanganan diare pada anak selama

20 menit, diharapkan warga dapat mengetahui bagaimana penangan diare pada

anak yang tepat.

2. Tujuan Intruksional Khusus :

a. Masyarakat mengetahui pengertian, penyebab, gejala, dampak dan tanda dan

bahaya diare

b. Masyarakat mengetahui penanganan diare yang tepat

3. Materi (terlampir) :

a. Pengertian, penyebab dan gejala dampak dan tanda dan bahaya diare

b. Penanganan diare:

1. Pemberian cairan

2. Pemberian makanan

3. Mencari pertolongan petugas kesehatan pada saat diare


4. Media /alat yang digunakan :

 LCD

 Laptop

5. Metode :

– Ceramah

– Tanya jawab

6. Proses Kegiatan Penyuluhan

No Kegiatan Respon Waktu

1. Pendahuluan Membalas salam 5 menit

 Menyampaikan salam Memberi respon

 Menjelaskan tujuan

 Kontrak waktu

2. Pemberian kuesioner sebelum Memberi respon 15 menit

intervensi (pretest) Mengisi kuesioner pretes

3. Inti Mendengarkan dengan

a. Pengertian, dampak dan tanda penuh perhatian

dan bahaya diare

b. Penanganan diare: 20 menit

1. Pemberian cairan

2. Larutan ORALIT
3. Larutan gula garam (LGG)

4. Pemberian makanan

5. Pemberian obat pada anak

diare

6. Mencari pertolongan

petugas kesehatan pada saat

diare

3. Penutup  Menanyakan yang 5 menit

 Tanya jawab belum jelas

4.  Mengisi kuesioner kembali (post  Mengisi kuesioner 15 menit

test)  Membalas salam

 Memberi salam penutup

7. Materi

a. Pengertian

Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan

konsistensi lembek dan cair, bakan dapat berupa air saja dengan frekunsinya

lebih sering dari biasanya (tiga kali atau lebih) dalam satu hari.

b. Penyebab diare

1. Virus

2. Bakteri
3. Parasit

4. Penyakit

5. Obat yang dapat menimbulkan kejang perut

6. Keracunan makanan

c. Akibat diare

1. Dehidrasi

Dehidrasi adalah kehilangan cairan tubuh karena pengeluaran cairan

melalui muntah dan berak.Meskipun diare berlangsung sedikit demi

sedikit, namun akibatnya sungguh berbahaya yang dapat menyebabkan

kematian pada anak.

Derajat dehidrasi diare

a. Diare tanpa dehidrasi

Kehilangan cairan < 5% Berat Badan penderita diare.Tanda-

tandanya: Balita tetap aktif,Memiliki keinginan untuk minum seperti

biasa, mata tidak cekung, turgor kembali segera, diare dehidrasi

ringan/sedang, kehilangan cairan 5 -10%. Berat Badan penderita

diare.Tanda-tandanya: Gelisah atau rewel, mata cekung, ingin minum

terus/rasa haus meningkatdan turgor kembali lambat

b. Diare dehidrasi berat

Kehilangan carian > 10% Berat Badan penderita diare.Tanda-

tandanya:lesu/lunglai, tidak sadar, mata cekung, malas minum, dan

turgor kembali sangat lambat ≥ 2 detik


2. Gangguan pertumbuhan

Gangguan ini terjadi karena asupan makanan terhenti sementara

pengeluaran zat gizi terus berjalan. Diare yang sering terjadi pada anak

akan mengakibatkan berat badan anak akan terus menurun.

Akibatnya,anak kekurangan gizi yang menghambat pertumbuhan fisik

dan jaringan otaknya

c. Pencegahan diare

1. Pemberian ASI

Pemberian ASI pada bayi dapat mencegah diare, karena ASI terjamin

kebersihannya dan cocok untuk bayi

2. Siapkan dan berikan makanan pendamping ASI yang baik dan benar

3. Gunakan air bersih yang cukup

4. Cuci tangan sebelum makan dan sesudah BAB dengan sabun

5. Semua anggota keluarga BAB di jamban yang sehat

6. Buanglah tinja bayi dan anak kecil di jamban

7. Berikan imunisasi campak

d. Prinsip tatalaksana diare

Tiga cara untuk pengobatan dirumah seorang anak penderita diare

(Depkes,2007):

1. Mencegah terjadinya dehidrasi dengan memberikan cairan lebih banyak

daripada biasa
 Memberikan ASI lebih sering dan lebih lama dari biasanya bagi bayi

yang masih menyusui (0-2 tahun atau lebih).

 Segera berikan cairan/minuman yang biasa tersedia dirumah, seperti:

kuah sop, kuah sayur, air tajin, air teh, air matang dan teruskan

pemberian ASI pada bayi lebih banyak dan sering.

 Pemberian ORALIT sampai diare berhenti (Depkes, 2011) dan

larutan gula garam (LGG) (David Warner, dkk, 2010)

ORALIT adalah campuran garam elektrolit seperti natrium klorida

(NaCl), kalium klorida (KCl), dan trisodium sitrat hidrat, serta glukosa

anhidrat.

ORALIT diberikan untuk mengganti cairan dan elektrolit dalam tubuh

yang terbuang saat diare.Walaupun air sangat penting untuk mencegah

dehidrasi, air minum tidak mengandung garam elektrolit yang

diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit dalam tubuh

sehingga lebih diutamakan ORALIT.Campuran glukosa dan garam yang

terkandung dalam ORALIT dapat diserap dengan baik oleh usus

penderita diare.

Cara membuat cairan ORALIT

a. Cuci tangan dengan air dan sabun

b. Sediakan 1 gelas air minum yang telah dimasak/air teh (200 cc)

c. Masukkan satu bungkus ORALIT 200 cc

d. Aduk sampai larut benar


e. Berikan larutan ORALIT kepada anak.

Cara memberikan larutan ORALIT

a. Berikan dengan sendok atau gelas

b. Berikan sedikit-sedikit sampai habis, atau hingga anak tidak

kelihatan haus

c. Bila muntah, dihentikan sekitar 10 menit, kemudian lanjutkan

dengan sabar sesendok setiap 2 atau 3 menit

d. Walau diare berlanjut, ORALIT tetap diteruskan

e. Bila larutan ORALIT pertama habis, buatkan satu gelaslarutan

ORALIT berikutnya

f. Larutkan oralit jangan disimpan lebih dari 24 jam.

Takaran pemberian oralit (Depkes, 2007)

a) Umur < 1 tahun = ½ gelas

b) Umur 1-4 tahun = 1 gelas

c) > 5 tahun = 1 ½ gelas

d) Dewasa = 2 gelas

Larutan gula garam (LGG) (Tan, dkk. 2010)

a. Sediakan air masak 1 gelas

b. Tambahkan gula pasir 1 sendok makan, garam ½ sendok teh

c. Aduklah sampai larut

d. Larutan gula garam (LGG) siap untuk diberikan

Jika tidak tersedia cairan rumah tangga dan ORALIT dirumah, bisa

diberikan air minum.


2. Teruskan pemberian makanan pada anak

Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi

pada penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta

mencegah berkurangnya berat badan. Cara pemberian makanan anak

dengan cara:

a. Berikan makanan seperti biasa atau makanan yang dilunakkan, mudah

dicerna dan tidak merangsang (pedas, asam)

b. Makanan diberikan sedikit-sedikit, tetapi sering

c. Pemberian ASI bagi bayi ditingkatkan

d. Susu kaleng (formula) dapat diteruskan

e. Setelah diare, berikan makanan ekstra sampai 2 minggu untuk

membantu pemulihan berat badan anak

3. Bawa anak kepetugas kesehatan, jika tidak membaik

Bawa anak ke Puskesmas atau Rumah Sakit atau Tempat Praktek bila :

Diare tidak membaik sampai 3 hari, atau ada satu/lebih tanda-tanda:

a. Diare terus menerus


b. Muntah berulang
c. Demam
d. Tidak mau makan/minum
e. Mata/ubun-ubun cekung
f. Kelihatan sangat haus
g. Ada darah dalam tinja
8. HASIL EVALUASI

a. Evaluasi Struktur

 Peserta hadir ditempat penyuluhan sesuai dengan waktu yang

ditentukan

 Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di rumah ibu RT 01/07

b. Evaluasi Proses

 Peserta antusias terhadap materi penyuluhan tentang penananganan

diare pada balita

 Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan

 Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar

c. Evaluasi Hasil

 90% peserta dapat meningkatkan pengetahuannya dibandingkan

sebelum di berikan penyuluhan Ibu mengetahui tentang pengertian

diare dan penanganan diare yang tepat

 100% peserta hadir dalam penyuluhan, bersedia menjadi responden dan

mengikuti kegiatan sampai akhir.


LAMPIRAN 5
Hasil Olahan SPSS

Case Processing Summary


N % Reliability Statistics
Valid 33 100.0 Cronbach's N of Items
a Alpha
Cases Excluded 0 .0
.808 32
Total 33 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.

Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
17.70 27.968 5.288 32

Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Cronbach's
Item Deleted if Item Deleted Total Correlation Alpha if Item
Deleted
Asi 16.76 27.689 .086 .809
makanan lunak 16.76 28.127 -.085 .812
makanan padat 17.06 25.934 .361 .800
Jumlah 17.45 26.193 .356 .801
Frekuensi 17.42 25.814 .424 .798
air putih 16.70 27.968 .000 .809
kuah sayur 16.88 26.172 .410 .799
air tajin 17.36 25.926 .372 .800
susu formula 17.33 25.667 .417 .798
air buah 17.00 25.563 .464 .796
air the 17.15 24.883 .561 .791
jumlah pemberian cairan 17.09 25.960 .348 .801
Oralit 16.85 25.883 .527 .796
LGG 17.18 25.903 .350 .801
jumlah oralit (cc) 17.39 24.996 .590 .791
Jumlah garam LGG 17.39 25.996 .369 .800
jumlah gula LGG 17.48 26.320 .346 .801
larutan LGG 17.42 25.752 .438 .797
Cairan yang lain 17.15 27.508 .039 .814
Kader 17.39 27.559 .039 .813
Puskesmas 16.91 26.398 .328 .802
rumah sakit 17.21 25.797 .371 .800
dokter/paramedic 17.00 28.063 -.063 .817
Dukun 16.88 26.922 .219 .806
Warung 17.67 27.854 .045 .809
toko obat 17.39 26.621 .234 .806
mencret terus 16.88 28.360 -.131 .817
sangat haus 17.27 25.330 .472 .795
mata/ubunu-buncekung 17.24 26.064 .319 .802
Demam 17.03 26.030 .350 .801
tidak bisa maka/minum 16.97 26.155 .348 .801
keadaan anak tidak bertambah baik 16.91 25.710 .495 .796
Statistics
usia Pendidikan Pekerjaan
Valid 15 15 15
N
Missing 0 0 0
Mean 1.47 1.47 1.07
Std. Error of Mean .133 .133 .067
Median 1.00 1.00 1.00
Std. Deviation .516 .516 .258
Variance .267 .267 .067
Minimum 1 1 1
Maximum 2 2 2

Usia
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
18-25 8 53.3 53.3 53.3
Valid 26-35 7 46.7 46.7 100.0
Total 15 100.0 100.0

Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
pendidikan dasar 8 53.3 53.3 53.3
Valid pendidikan menengah 7 46.7 46.7 100.0
Total 15 100.0 100.0

Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
tidak bekerja 14 93.3 93.3 93.3
Valid Bekerja 1 6.7 6.7 100.0
Total 15 100.0 100.0

Statistics
skorpre skorpos
Valid 15 15
N
Missing 0 0
Mean 17.13 24.33
Std. Error of Mean 1.417 1.330
Median 18.00 25.00
Std. Deviation 5.489 5.150
Variance 30.124 26.524
Range 17 20
Minimum 7 10
Maximum 24 30
Statistics
kategoripretes kategoripostest
Valid 15 15
N
Missing 0 0
Mean 2.33 1.47
Std. Error of Mean .187 .165
Median 2.00 1.00
Std. Deviation .724 .640
Variance .524 .410
Range 2 2
Minimum 1 1
Maximum 3 3

Kategoripretes
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Baik 2 13.3 13.3 13.3
Cukup 6 40.0 40.0 53.3
Valid Kurang 7 46.7 46.7 100.0
Total 15 100.0 100.0

Kategoripostest
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Baik 9 60.0 60.0 60.0
Cukup 5 33.3 33.3 93.3
Valid Kurang 1 6.7 6.7 100.0
Total 15 100.0 100.0
Descriptives
Statistic Std. Error

Mean 54.61 4.605

Lower Bound 44.74


95% Confidence Interval for Mean
Upper Bound 64.49
5% Trimmed Mean 55.17
Median 57.60
Variance 318.123
totalskorpretest Std. Deviation 17.836
Minimum 22
Maximum 77
Range 54
Interquartile Range 35
Skewness -.307 .580
Kurtosis -1.200 1.121
Mean 77.87 4.255

Lower Bound 68.74


95% Confidence Interval for Mean
Upper Bound 86.99
5% Trimmed Mean 79.41
Median 80.00
Variance 271.604
totalskorpostest Std. Deviation 16.480
Minimum 32
Maximum 96
Range 64
Interquartile Range 22
Skewness -1.564 .580
Kurtosis 3.304 1.121

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
*
totalskorpretest .123 15 .200 .933 15 .300
*
totalskorpostest .164 15 .200 .857 15 .022
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction

T-Test
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
totalskorpretest 54.61 15 17.836 4.605
Pair 1
totalskorpostest 77.87 15 16.480 4.255

Paired Samples Correlations


N Correlation Sig.
Pair 1 totalskorpretest & totalskorpostest 15 .487 .066

Paired Samples Test


Paired Differences t df Sig. (2-
Mean Std. Std. 95% Confidence tailed)
Deviation Error Interval of the
Mean Difference
Lower Upper
totalskorpretest - -23.253 17.421 4.498 -32.901 -13.606 -5.170 14 .000
Pair 1
totalskorpostest

You might also like