Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
The achievement of coverage visit-4 in Wiyung Public Health Center (PHC) was still low. One factor that
may played a role in the successful achievement of the target coverage visit-4 is quality management factors.
Therefore, this study aimed to provide recommendations for the quality improvement of antenatal care services
through the Juran Trilogy. PHC which have been selected as quality standar was Manukan Kulon PHC. This
study used observational descriptive and cross sectional approach. There were 17 respondents in this study.
Based on the data obtained, the implementation of quality planning, quality control and quality improvement were
good. But, there were lack implementation of customer’s knowledge and customer’s expectation survey indicator,
so that customer’s expectation and need couldn’t be accomplish. Then, in quality control, there was lack in
implementation of customer as the evaluator of services. So that, customer satisfaction couldn’t be identified. In
quality improvement, there was no team in quality improvement. Without quality improvement team, the
improvement of service couldn’t be optimal implemented. At least, it is suggested for Wiyung PHC to implement
customer ‘s knowledge survey, customer’s expectation survey, customer’s satisfaction survey and build a quality
improvement team to improve the achievement of coverage visit-4 percentage.
.
Keywords: antenatal care, quality control, quality improvement, quality planning
pelayanan antenatal care di Puskesmas Kota Salah satu faktor yang kemungkinan
Surabaya ternyata masih memiliki disparitas yang mempengaruhi belum tercapainya cakupan K4 di
cukup tinggi. Salah satunya juga terjadi pada Puskesmas Wiyung adalah dari segi manajemen
Puskesmas Wiyung dan Puskesmas Manukan mutu pelayanan antenatal care karena kunjungan
PONED dan atau rawat inap bersalin. Cakupan K4 pelayanan antenatal care. Manajemen mutu yang
di Puskesmas Wiyung selama tahun 2010-2012 kurang dilaksanakan dengan baik dapat
adalah 64,26%, 51,79% dan 75,99% (Dinkes menyebabkan ketidak sesuaian antara harapan dan
Surabaya, 2010-1012). Sedangkan di Puskesmas kenyataan pelayanan yang diharapkan oleh ibu
Manukan Kulon, capaian cakupan selama tahun hamil. Akibatnya, kepuasan pelanggan tidak dapat
2010-2012 adalah sebesar 99,76%, 98,16% dan diciptakan dengan maksimal dan berpengaruh pada
93,88% (Dinkes Surabaya, 2010-1012). Sehingga pemanfaatan ulang pelayanan antenatal care.
jika dibandingkan dengan target rencana strategis Salah satu cara yang dapat digunakan untuk
cakupan K4 Puskesmas Wiyung masih belum adalah melalui proses benchmarking, dimana
benchmarking memiliki 3 jenis, yaitu benchmark perencanaan mutu, pengendalian mutu dan
Untuk itu, pada penelitian ini akan dilakukan Perencanaan mutu adalah kegiatan
analisis benchmarking pada manajemen mutu pengembangan produk dan proses yang diperlukan
berdasarkan Trilogi Juran yang terdiri dari untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.
perencanaan mutu, pengendalian mutu dan Kegiatannya antara lain terdiri dari perumusan
peningkatan mutu pelayanan antenatal care.Trilogi tujuan mutu, identifikasi pelanggan, penentuan
diterapkan secara universal untuk produk pada keistimewaan produk yang merespon kebutuhan
umumnya, untuk semua tingkat hierarki, semua pelanggan, pengembangan proses yang dapat
fungsi dan semua industri, baik barang maupun menghasilkan keistimewaan produk tersebut, dan
jasa (Hartono, 1995).Masalah yang dihadapi adalah penciptaaan pengendalian proses dan dapat
belum tercapainya target cakupan K4 di Puskesmas mengubah rencana hasil menjadi kekuatan operasi
Wiyung selama tahun 2010-2012. (Hartono, 1995). Masalah dalam mutu adalah
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk adanya kesenjangan antara keinginan pelanggan
memberikan rekomendasi upaya peningkatan mutu dan pemenuhan kebutuhan pelanggan. Fungsi
pelayanan antenatal care berdasarkan pendekatan perencanaan mutu adalah menyediakan proses,
Trilogi Juran. Manfaat dari hasil penelitian ini bagi metode, alat dan tehnik untuk menutup komponen
Puskesmas adalah sebagai masukan untuk gap tersebut serta memastikan hasil mutu gap
antenatal care agar cakupan kunjungan K4 di Pengendalian Mutu (Quality Control) adalah
Puskesmas Wiyung dapat meningkat. fungsi manajemen yang terdiri dari kegiatan
Salah satu tokoh yang menyumbangkan (Hartono, 1995).Pelayanan kesehatan perlu untuk
pemikirannya dalam manajemen mutu adalah J.M. mengadakan pengendalian mutu dalam rangka
Juran. Pandangan Juran tentang manajemen mutu mempertahankan dan memberikan pelayanan yang
adalah bahwa manajemen mutu memiliki tiga fungsi baik kepada pelanggan melalui monitoring dan
manajerial utama, yaitu peningkatan mutu, kendali perbaikan kualitas secara berkala.
mutu, dan perencanaan mutu (Setyaningsih, dkk, Peningkatan Mutu (Quality Improvement)
2005). Secara lebih lengkap, Hartono (1995) adalah sarana untuk meningkatkan kinerja mutu ke
menyebutkan bahwa garis besar fungsi manajemen tingkat yang dikehendaki. Fungsi ini terdiri dari
mutu berdasarkan Trilogi Juran tersebut terdiri dari langkah pengujian kebutuhan, penetapan
infrastruktur yang diperlukan untuk menjamin upaya KIA di Puskesmas Wiyung serta 8 bidan dan 1
penyediaan sumber daya, motivasi, dan pelatihan Salah satu faktor yang menyebabkan
yang diperlukan untuk anggota tim, serta rendahnya capaian cakupan K4 pada Puskesmas
penciptaan metode pengontrolan yang baru Wiyung kemungkinan adalah belum optimalnya
(Hartono, 1995). Tujuan dari peningkatan mutu pelaksanaan manajemen mutu pelayanan antenatal
adalah untuk mencapai level variasi yang rendah care. Menurut teori trilogi Juran, untuk
dalam sebuah proses untuk membuat stabil dalam mendapatkan produk baik barang maupun jasa
sistem untuk mengendalikan dampak (Al-Assaf, yang bermutu adalah dengan melalui pelaksanaan
Penelitian ini merupakan penelitian dapat digunakan untuk melihat kinerja suatu
observasional deskriptif dengan rancangan cross organisasi maupun pada kinerja organisasi lain.
sectional. Penelitian dilaksanakan melalui analisis Hasil pengukuran pada masing-masing Puskesmas
wawancara bagi penanggung jawab KIA dan indikator kinerja yang harus ditingkatkan.
pengisian kuesioner bagi tenaga kesehatan poli Berdasarkan teori tersebut, maka
Trilogi Juran yang telah diuji validasi. mutu di Puskesmas Wiyung dan Manukan Kulon.
Hasil identifikasi dari Puskesmas Wiyung Puskesmas Manukan Kulon akan dijadikan standar
kemudian dibandingkan dengan hasil identifikasi bagi Puskesmas Wiyung karena sudah berhasil
dari Puskesmas Manukan Kulon. Pelaksanaan mencapai target Renstra Kemenkes selama tiga
indikator yang baik pada Puskesmas Manukan tahun berturut-turut. Hasil benchmarking pada
Kulon akan dijadikan patok duga atau contoh pelaksanaan perencanaan mutuantara Puskesmas
pelaksanaan bagi Puskesmas Wiyung. Jumlah Wiyung dan Manukan Kulon disajikan dalam Tabel
Tabel 1 Benchmarking Pelaksanaan Perencanaan Mutu Pelayanan Antenatal Care antara Puskesmas Wiyung
dan Manukan Kulon pada Bulan Juli 2014
Puskesmas Puskesmas Dijadikan
Manukan Kulon Wiyung Patok Duga
Pelaksanaan
Sub Variabel Indikator
Manajemen
Kategori Kategori
Mutu
(Ya/Tidak)
Penetapan Penyusunan tujuan pelayanan antenatal 3,83 Baik 4 Baik Tidak
tujuan mutu care
pelayanan Sosialisasi hasil penyusunan tujuan kepada 4,25 Sangat 4 Baik Tidak
antenatal care tenaga kesehatan di Poli KIA Baik
Sosialisasi SPO pelayanan antenatal care 4,25 Sangat 3,43 Baik Tidak
kepada tenaga kesehatan di Poli KIA Baik
Pemahaman tenaga kesehatan terhadap 4,63 Sangat 3,57 Baik Tidak
tujuan pelayanan antenatal care Baik
Pemahaman tenaga kesehatan terhadap 4,38 Sangat 3,57 Baik Tidak
SPO Baik
Identifikasi Pelaksanaan surveilans ibu hamil untuk 4,13 Sangat 3,71 Baik Tidak
karakteristik Ibu mengetahui jumlah sasaran ibu hamil Baik
Hamil Pelaksanaan surveilans untuk mengetahui 4 Baik 3,57 Baik Tidak
rerata umur sasaran
Pelaksanaan survei sosio ekonomi ibu hamil 3,38 Cukup 2,57 Kurang Tidak
Baik Baik
Pelaksanaan survei latar belakang 3,88 Baik 3,43 Baik Tidak
pendidikan ibu hamil
Pelaksanaan survei pengetahuan ibu hamil 4,25 Sangat 3,29 Cukup Ya
Baik Baik
Identifikasi kondisi geografis wilayah kerja 4,13 Baik 3,71 Baik Tidak
Puskesmas
Perhitungan rerata jarak rumah ibu hamil 3,13 Cukup 3,71 Baik Tidak
dengan Puskesmas Baik
Identifikasi dan Pelaksanaan survei harapan ibu hamil 3,75 Baik 2,43 Kurang Ya
penentuan terhadap pelayanan antenatal care baik
kebutuhan Ibu Pelaksanaan survei kebutuhan ibu hamil 3,5 Baik 3,43 Baik Tidak
Hamil terhadap pelayanan antenatal care
Perumusan kebutuhan ibu hamil terhadap 3 Cukup 3,71 Baik Tidak
pelayanan antenatal care Baik
Pengemba- Penyusunan perencanaan program 4 Baik 4 Baik Tidak
ngan mengacu pada pedoman program
keistimewaan Penginformasian alur pelayanan antenatal 4 Baik 3,86 Baik Tidak
pelayanan care
antenatal care Penginformasian jam kerja pelayanan 4,25 Sangat 4,29 Sangat Tidak
pelayanan antenatal care Baik Baik
Penginformasian jenis pelayanan antenatal 4,13 Baik 4,29 Sangat Tidak
care Baik
Penginformasian biaya/ tarifpelayanan 4,13 Baik 4,29 Sangat Tidak
antenatal care Baik
Pengemba- Penerjemahan tujuan ke dalam tujuan 3,75 Baik 4 Baik Tidak
ngan proses khusus atau langkah operasional
pelayanan Tenaga kesehatan mendapat sosialisasi dan 4,38 Sangat 4 Baik Tidak
antenatal care memahami tujuan khusus Baik
Pemilihan metode untuk setiap tujuan 4,13 Baik 3,86 Baik Tidak
pelayanan khusus yang ingin dicapai
Penyusunan rencana kerja berdasarkan 4 Baik 4,29 Sangat Tidak
data program Baik
Penyusunan program khusus untuk 4,25 Sangat 4,29 Sangat Tidak
meningkatkan kunjungan ibu hamil Baik baik
Penciptaan Penyusunan SPO pelayanan antenatal care 4 Baik 3,86 Baik Tidak
pengendalian Penyusunan indikator atau standar sebagai 3,86 Baik 4 Baik Tidak
proses alat kontrol pelayanan antenatal care
Penyusunan rencana monitoring 4,25 Sangat 4 Baik Tidak
Baik
Penyusunan indikator kinerja untuk evaluasi 3,86 Baik 3,86 Baik Tidak
Rata-rata 3,99 3,93
Nilai Komposit Variabel Baik Baik
Berdasarkan Tabel terlihat bahwa secara Puskesmas memiliki nilai komposit baik. Namun jika
umum pelaksanaan perencanaan mutu di kedua dilihat lebih detail, terdapat 3 indikator yang perlu
diperbaiki pada Puskesmas Wiyung, namun hanya Pelaksanaan perencanaan mutu yang optimal
2 yang bisa diperbaiki dengan mencontoh perlu diupayakan dan dijaga agar tetap optimal. Hal
pelaksanaan indikator dari Puskesmas Manukan ini penting untuk diperhatikan karena permasalahan
Kulon. Survei pengetahuan dan harapan ibu hamil utama dalam mutu adalah kesenjangan antara
sangat penting untuk dilakukan secara terus harapan dan pemenuhan kebutuhan
kepuasan ibu hamil terhadap pelayanan yang dari perencanaan mutu adalah untuk memastikan
Hal yang dapat dicontoh dari Puskesmas mementingkan penggunaan teknologi terbaik,
Manukan Kulon sesuai dengan hasil wawancara melainkan juga tentang kebutuhan pelanggan,
program kelas ibu hamil melalui pre-test dan post- Namun demikian, keberhasilan dari
test.Hal ini sesuai dengan teori dari Notoatmodjo perencanaan mutu tidak terlepas dari pelaksanaan
(2005), bahwa pengukuran pengetahuan dapat pengendalian mutu dan peningkatan mutu yang
dilakukan dengan wawancara atau angket yang optimal pula. Sehingga, meskipun perencanaan
menanyakan tentang isi materi yang diukur dari mutu dilaksanakan dengan baik tetapi pengendalian
subjek penelitian atau responden. dan peningkatan mutu tidak dilaksanakan dengan
Sedangkan pelaksanaan survei mengenai baik, pelayanan yang bermutu kemungkinan besar
harapan ibu hamil oleh Puskesmas Manukan Kulon juga tidak akan terwujud. Selanjutnya, hasil
melainkan melalui sharing antara para ibu hamil mutu antara Puskesmas Wiyung dan Manukan
dengan tenaga kesehatan pada saat kelas ibu Kulon disajikan dalam Tabel 2.
hamil. Dari sana, harapan dari ibu hamil dapat Sebagian besar pelaksanaan indikator
tersampaikan dan Puskesmas dapat menyusun pengendalian mutu di Puskesmas Manukan Kulon
keputusan mengenai apa saja yang diharapkan sebagian besar sudah optimal dan ada beberapa
oleh ibu hamil terhadap pelayanan. Salah satu yang sangat optimal. Hal ini kemungkinan
contohnya adalah tentang pelaksanaan kelas ibu dikarenakan Puskesmas Manukan Kulon telah
hamil. Pihak Puskesmas Manukan Kulon akan berhasil meraih sertifikasi ISO, sehingga telah
menawarkan masalah tempat, frekuensi pertemuan berfokus kepada mutu pelayanan. Sedangkan di
dan waktu pertemuan. Sehingga ibu hamil akan Puskesmas Wiyung, meskipun sebagian besar
merasa berkomitmen untuk datang pada kelas ibu indikator juga sudah dilaksanakan dengan optimal,
hamil selanjutnya karena turut menyepakati perihal namun masih terdapat 3 indikator yang
Ketiga indikator tersebut merujuk kepada kegiatan dalam rangka memelihara kestabilan atau
pengadaan survei kepuasan pelanggan. Tanpa untuk mencegah perubahan yang merugikan serta
dapat mengevaluasi pelayanan yang telah diberikan pengendalian mutu adalah untuk memelihara
Menurut hasil wawancara dengan informan, tetap bagus. Produk yang dimaksud dalam
didapatkan hasil bahwa Puskesmas Manukan penelitian ini tidak lain adalah pelayanan antenatal
Kulon sudah mengadakan pelaksanaan survei yang care. Berdasarkan teori di atas, maka pengendalian
melibatkan ibu hamil sebagai evaluator, yaitu mutu perlu dilaksanakan dengan optimal, agar
survei itu, maka ibu hamil turut ambil bagian untuk Selanjutnya, hasil benchmarking pada
menjadi evaluator bagi pelaksanaan pelayanan pelaksanaan peningkatan mutu antara Puskesmas
antenatal care. Puskesmas Manukan Kulon juga Wiyung dan Manukan Kulon disajikan dalam Tabel
diperuntukkan khusus untuk program pelayanan peningkatan mutu pada Tabel dapat dilihat bahwa
antenatal care saja. Sebaliknya, Puskesmas terdapat 2 indikator yang perlu ditingkatkan oleh
Wiyung belum melaksanakan survei kepuasan Puskesmas Wiyung, namun hanya 1 indikator yang
pelanggan hanya dilakukan sesekali oleh Manukan Kulon, yaitu pembentukan tim
adalah hasil akumulasi dari kepuasan pelanggan informan didapatkan informasi bahwa tim
dalam menggunakan produk dan jasa. Sehingga peningkatan mutu di Puskesmas Wiyung sudah
setiap transaksi atau pengalaman baru akan terbentuk, namun hanya secara struktural saja.
memberikan pengaruh dalam kepuasan pelanggan. Berbeda dengan Puskesmas Manukan Kulon,
Dengan adanya pengukuran kepuasan pelanggan, meskipun secara struktural tim belum terbentuk,
maka Puskesmas dapat menjaga agar kepuasan namunpoli KIA telah berinisiatif untuk
pelanggan tetap terjaga sehingga pemanfaatan membentuknya sendiri dengan beranggotakan para
terhadap pelayanan tetap tinggi. bidan dari poli KIA. Tugas dari tim tersebut adalah
Menurut Juran & Godfrey (1999), untuk mengawasi jalannya kegiatan pelayanan
pengendalian mutu adalah suatu proses manajerial antenatal care. Menurut Jurandan Godfrey (1999),
universal yang dilakukan untuk penyelenggaraan pembentukan tim peningkatan mutu penting
adanya, yakni berfungsi sebagai tim yang peningkatan mutu akan berusaha mencari
bertanggungjawab terhadap peningkatan mutu. Tim penyebab, untuk kemudian mencarikan pula jalan
Tabel 2 Benchmarking Pelaksanaan Pengendalian Mutu Pelayanan Antenatal Care antara Puskesmas Wiyung
dan Manukan Kulon pada Bulan Juli 2014
Puskesmas Puskesmas Dijadikan
Manukan Kulon Wiyung Patok Duga
Pelaksanaan
Sub Variabel Indikator
Manajemen
Kategori Kategori
Mutu
(Ya/Tidak)
Monitoring Pelaksanaan monitoring oleh Kepala 3,57 Baik 4 Baik Tidak
kinerja mutu Puskesmas
aktual Pelaksanaan evaluasi kegiatan secara 3,63 Baik 3,86 Baik Tidak
berkala oleh Kepala Puskesmas
Pelaporan kegiatan kepada 4,5 Sangat 4 Baik Tidak
Penanggungjawab KIA secara berkala Baik
oleh tenaga kesehatan
Pencatatan kegiatan oleh 4,38 Sangat 3,71 Baik Tidak
penanggungjawab KIA Baik
Pelaporan hasil pencatatan kepada 4,5 Sangat 4 Baik Tidak
Kepala Puskesmas Baik
Pembuatan visualisasi data 4,38 Sangat 3,86 Baik Tidak
Baik
Pembandingan Pelaksanaan survei yang melibatkan 4,5 Baik 2,57 Kurang Ya
hasil pelayanan ibu hamil sebagai evaluator Baik
antenatal care Penyusunan kuesioner survei 3,88 Baik 2,29 Kurang Ya
dengan tujuan Baik
yang Pelaksanaan survei berdasarkan 3,63 Baik 2,29 Kurang Ya
dirumuskan kuesioner yang telah disusun Baik
Pengidentifikasian capaian terhadap 4,13 Baik 3,71 Baik Tidak
tujuan khusus
Penghitungan prosentase capaian 4 Baik 3,71 Baik Tidak
tujuan khusus
Pengidentifikasian penyimpangan 3,75 Baik 3,43 Baik Tidak
terhadap pencapaian tujuan khusus
Pengambilan Pelaksanaan prosedur pengelolaan 3,86 Baik 3,57 Baik Tidak
tindakan penggunaan layanan
terhadap Pelaksanaan pengelolaan pengaduan 3,88 Baik 3,43 Baik Tidak
proses kritik dan saran
pelayanan yang Pelaksanaan analisis penyebab 4 Baik 3,71 Baik Tidak
menyimpang ketidak tercapaian tujuan
dari Penyusunan saran peningkatan 3,63 Baik 3,71 Baik Tidak
perencanaan penyelenggaraan kegiatan
dan penetapan
tujuan mutu
Rata-rata 4,00 3,51
Nilai Komposit Variabel Baik Baik
sebuah proses untuk membuat stabil dalam sistem
Menurut Al Assaf (2004), peningkatan mutu serta untuk mengendalikan dampak. Sedangkan
merupakan sebuah sistem yang digunakan untuk menurut Juran & Godfrey (1999), peningkatan mutu
meningkatkan kualitas produk. Tujuannya adalah akan berhasil melalui kegiatan pengujian kebutuhan
untuk mencapai level variasi yang rendah dalam terhadap peningkatan mutu; penetapan infrstruktur
yang diperlukan dalam menjamin upaya pengendalian agar tetap padajalurnya. Berdasarkan
peningkatan mutu; pengidentifikasian kebutuhan teori tersebut, maka bila pelaksanaan peningkatan
spesifik untuk peningkatan mutu; pembentukan tim mutu tidak optimal, peningkatan mutu atau kualitas
proyek dengan tanggung jawab yang jelas; pun tidak akan pula didapat secara optimal.
Tabel 3 Benchmarking Pelaksanaan Peningkatan Mutu Pelayanan Antenatal Care antara Puskesmas Wiyung
dan Manukan Kulon pada Bulan Juli 2014