You are on page 1of 9

263

BENCHMARKING MUTU PELAYANAN ANTENATAL CARE DI PUSKESMAS


BERDASARKAN TRILOGI JURAN

ANTENATAL CARE SERVICE QUALITY BENCHMARKING IN PUBLIC HEALTH CENTER


BASED ON JURAN TRILOGY

Ummu Nafisah, Ratna Dwi Wulandari


Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Surabaya
E-mail : ummunafifi@gmail.com

ABSTRACT

The achievement of coverage visit-4 in Wiyung Public Health Center (PHC) was still low. One factor that
may played a role in the successful achievement of the target coverage visit-4 is quality management factors.
Therefore, this study aimed to provide recommendations for the quality improvement of antenatal care services
through the Juran Trilogy. PHC which have been selected as quality standar was Manukan Kulon PHC. This
study used observational descriptive and cross sectional approach. There were 17 respondents in this study.
Based on the data obtained, the implementation of quality planning, quality control and quality improvement were
good. But, there were lack implementation of customer’s knowledge and customer’s expectation survey indicator,
so that customer’s expectation and need couldn’t be accomplish. Then, in quality control, there was lack in
implementation of customer as the evaluator of services. So that, customer satisfaction couldn’t be identified. In
quality improvement, there was no team in quality improvement. Without quality improvement team, the
improvement of service couldn’t be optimal implemented. At least, it is suggested for Wiyung PHC to implement
customer ‘s knowledge survey, customer’s expectation survey, customer’s satisfaction survey and build a quality
improvement team to improve the achievement of coverage visit-4 percentage.
.
Keywords: antenatal care, quality control, quality improvement, quality planning

PENDAHULUAN mencapai target, sedangkan Puskesmas Manukan

Cakupan K4 sebagai indikator keberhasilan Kulon sebaliknya.

pelayanan antenatal care di Puskesmas Kota Salah satu faktor yang kemungkinan

Surabaya ternyata masih memiliki disparitas yang mempengaruhi belum tercapainya cakupan K4 di

cukup tinggi. Salah satunya juga terjadi pada Puskesmas Wiyung adalah dari segi manajemen

Puskesmas Wiyung dan Puskesmas Manukan mutu pelayanan antenatal care karena kunjungan

Kulon yang sama-sama memiliki pelayanan K4 merupakan bentuk pemanfaatan ulang

PONED dan atau rawat inap bersalin. Cakupan K4 pelayanan antenatal care. Manajemen mutu yang

di Puskesmas Wiyung selama tahun 2010-2012 kurang dilaksanakan dengan baik dapat

adalah 64,26%, 51,79% dan 75,99% (Dinkes menyebabkan ketidak sesuaian antara harapan dan

Surabaya, 2010-1012). Sedangkan di Puskesmas kenyataan pelayanan yang diharapkan oleh ibu

Manukan Kulon, capaian cakupan selama tahun hamil. Akibatnya, kepuasan pelanggan tidak dapat

2010-2012 adalah sebesar 99,76%, 98,16% dan diciptakan dengan maksimal dan berpengaruh pada

93,88% (Dinkes Surabaya, 2010-1012). Sehingga pemanfaatan ulang pelayanan antenatal care.

jika dibandingkan dengan target rencana strategis Salah satu cara yang dapat digunakan untuk

kementerian kesehatan sebesar 90%, capaian mengembangkan mutu pelayanan kesehatan

cakupan K4 Puskesmas Wiyung masih belum adalah melalui proses benchmarking, dimana

Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 2 Nomor 4 Oktober-Desember 2014


264

benchmarking memiliki 3 jenis, yaitu benchmark perencanaan mutu, pengendalian mutu dan

internal, historical dan external (Muninjaya, 2010). peningkatan mutu.

Untuk itu, pada penelitian ini akan dilakukan Perencanaan mutu adalah kegiatan

analisis benchmarking pada manajemen mutu pengembangan produk dan proses yang diperlukan

berdasarkan Trilogi Juran yang terdiri dari untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.

perencanaan mutu, pengendalian mutu dan Kegiatannya antara lain terdiri dari perumusan

peningkatan mutu pelayanan antenatal care.Trilogi tujuan mutu, identifikasi pelanggan, penentuan

Juran dipilih karena bersifat generik, dapat kebutuhan pelanggan, pengembangan

diterapkan secara universal untuk produk pada keistimewaan produk yang merespon kebutuhan

umumnya, untuk semua tingkat hierarki, semua pelanggan, pengembangan proses yang dapat

fungsi dan semua industri, baik barang maupun menghasilkan keistimewaan produk tersebut, dan

jasa (Hartono, 1995).Masalah yang dihadapi adalah penciptaaan pengendalian proses dan dapat

belum tercapainya target cakupan K4 di Puskesmas mengubah rencana hasil menjadi kekuatan operasi

Wiyung selama tahun 2010-2012. (Hartono, 1995). Masalah dalam mutu adalah

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk adanya kesenjangan antara keinginan pelanggan

memberikan rekomendasi upaya peningkatan mutu dan pemenuhan kebutuhan pelanggan. Fungsi

pelayanan antenatal care berdasarkan pendekatan perencanaan mutu adalah menyediakan proses,

Trilogi Juran. Manfaat dari hasil penelitian ini bagi metode, alat dan tehnik untuk menutup komponen

Puskesmas adalah sebagai masukan untuk gap tersebut serta memastikan hasil mutu gap

meningkatkan manajemen mutu pelayanan menjadi minimum (Early, et al, 2001).

antenatal care agar cakupan kunjungan K4 di Pengendalian Mutu (Quality Control) adalah

Puskesmas Wiyung dapat meningkat. fungsi manajemen yang terdiri dari kegiatan

evaluasi kinerja mutu aktual, pembandingan kinerja

PUSTAKA aktual tersebut dengan tujuan mutu dan

Trilogi Juran pengambilan tindakan terhadap penyimpangan

Salah satu tokoh yang menyumbangkan (Hartono, 1995).Pelayanan kesehatan perlu untuk

pemikirannya dalam manajemen mutu adalah J.M. mengadakan pengendalian mutu dalam rangka

Juran. Pandangan Juran tentang manajemen mutu mempertahankan dan memberikan pelayanan yang

adalah bahwa manajemen mutu memiliki tiga fungsi baik kepada pelanggan melalui monitoring dan

manajerial utama, yaitu peningkatan mutu, kendali perbaikan kualitas secara berkala.

mutu, dan perencanaan mutu (Setyaningsih, dkk, Peningkatan Mutu (Quality Improvement)

2005). Secara lebih lengkap, Hartono (1995) adalah sarana untuk meningkatkan kinerja mutu ke

menyebutkan bahwa garis besar fungsi manajemen tingkat yang dikehendaki. Fungsi ini terdiri dari

mutu berdasarkan Trilogi Juran tersebut terdiri dari langkah pengujian kebutuhan, penetapan

Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 2 Nomor 4 Oktober-Desember 2014


265

infrastruktur yang diperlukan untuk menjamin upaya KIA di Puskesmas Wiyung serta 8 bidan dan 1

peningkatan mutu, pengidentifikasian kebutuhan penanggung jawab KIA di Puskesmas Manukan

spesifik untuk peningkatan mutu, pembentuk tim Kulon.

proyek dengan tanggung jawab yang jelas, HASIL DAN PEMBAHASAN

penyediaan sumber daya, motivasi, dan pelatihan Salah satu faktor yang menyebabkan

yang diperlukan untuk anggota tim, serta rendahnya capaian cakupan K4 pada Puskesmas

penciptaan metode pengontrolan yang baru Wiyung kemungkinan adalah belum optimalnya

(Hartono, 1995). Tujuan dari peningkatan mutu pelaksanaan manajemen mutu pelayanan antenatal

adalah untuk mencapai level variasi yang rendah care. Menurut teori trilogi Juran, untuk

dalam sebuah proses untuk membuat stabil dalam mendapatkan produk baik barang maupun jasa

sistem untuk mengendalikan dampak (Al-Assaf, yang bermutu adalah dengan melalui pelaksanaan

2004). perencanaan, pengendalian dan peningkatan mutu

(Juran & Godfrey, 1999). Selanjutnya menurut

METODE Curran dan Totten (2011), pengukuran kinerja

Penelitian ini merupakan penelitian dapat digunakan untuk melihat kinerja suatu

observasional deskriptif dengan rancangan cross organisasi maupun pada kinerja organisasi lain.

sectional. Penelitian dilaksanakan melalui analisis Hasil pengukuran pada masing-masing Puskesmas

benchmarking dengan mengidentifikasi tersebut kemudian dibandingkan atau disebut juga

pelaksanaan manajemen mutu pada Puskesmas dengan benchmarking. Tujuannya adalah

Wiyung dan Manukan Kulon. Data diperoleh melalui untukmenentukan

wawancara bagi penanggung jawab KIA dan indikator kinerja yang harus ditingkatkan.

pengisian kuesioner bagi tenaga kesehatan poli Berdasarkan teori tersebut, maka

KIA. Indikator kuesioner disusun berdasarkan dilaksanakanlah analisis pelaksanaan manajemen

Trilogi Juran yang telah diuji validasi. mutu di Puskesmas Wiyung dan Manukan Kulon.

Hasil identifikasi dari Puskesmas Wiyung Puskesmas Manukan Kulon akan dijadikan standar

kemudian dibandingkan dengan hasil identifikasi bagi Puskesmas Wiyung karena sudah berhasil

dari Puskesmas Manukan Kulon. Pelaksanaan mencapai target Renstra Kemenkes selama tiga

indikator yang baik pada Puskesmas Manukan tahun berturut-turut. Hasil benchmarking pada

Kulon akan dijadikan patok duga atau contoh pelaksanaan perencanaan mutuantara Puskesmas

pelaksanaan bagi Puskesmas Wiyung. Jumlah Wiyung dan Manukan Kulon disajikan dalam Tabel

responden adalah 7 bidan dan 1 penanggung jawab 1.

Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 2 Nomor 4 Oktober-Desember 2014


266

Tabel 1 Benchmarking Pelaksanaan Perencanaan Mutu Pelayanan Antenatal Care antara Puskesmas Wiyung
dan Manukan Kulon pada Bulan Juli 2014
Puskesmas Puskesmas Dijadikan
Manukan Kulon Wiyung Patok Duga
Pelaksanaan
Sub Variabel Indikator
Manajemen
Kategori Kategori
Mutu
(Ya/Tidak)
Penetapan Penyusunan tujuan pelayanan antenatal 3,83 Baik 4 Baik Tidak
tujuan mutu care
pelayanan Sosialisasi hasil penyusunan tujuan kepada 4,25 Sangat 4 Baik Tidak
antenatal care tenaga kesehatan di Poli KIA Baik
Sosialisasi SPO pelayanan antenatal care 4,25 Sangat 3,43 Baik Tidak
kepada tenaga kesehatan di Poli KIA Baik
Pemahaman tenaga kesehatan terhadap 4,63 Sangat 3,57 Baik Tidak
tujuan pelayanan antenatal care Baik
Pemahaman tenaga kesehatan terhadap 4,38 Sangat 3,57 Baik Tidak
SPO Baik
Identifikasi Pelaksanaan surveilans ibu hamil untuk 4,13 Sangat 3,71 Baik Tidak
karakteristik Ibu mengetahui jumlah sasaran ibu hamil Baik
Hamil Pelaksanaan surveilans untuk mengetahui 4 Baik 3,57 Baik Tidak
rerata umur sasaran
Pelaksanaan survei sosio ekonomi ibu hamil 3,38 Cukup 2,57 Kurang Tidak
Baik Baik
Pelaksanaan survei latar belakang 3,88 Baik 3,43 Baik Tidak
pendidikan ibu hamil
Pelaksanaan survei pengetahuan ibu hamil 4,25 Sangat 3,29 Cukup Ya
Baik Baik
Identifikasi kondisi geografis wilayah kerja 4,13 Baik 3,71 Baik Tidak
Puskesmas
Perhitungan rerata jarak rumah ibu hamil 3,13 Cukup 3,71 Baik Tidak
dengan Puskesmas Baik
Identifikasi dan Pelaksanaan survei harapan ibu hamil 3,75 Baik 2,43 Kurang Ya
penentuan terhadap pelayanan antenatal care baik
kebutuhan Ibu Pelaksanaan survei kebutuhan ibu hamil 3,5 Baik 3,43 Baik Tidak
Hamil terhadap pelayanan antenatal care
Perumusan kebutuhan ibu hamil terhadap 3 Cukup 3,71 Baik Tidak
pelayanan antenatal care Baik
Pengemba- Penyusunan perencanaan program 4 Baik 4 Baik Tidak
ngan mengacu pada pedoman program
keistimewaan Penginformasian alur pelayanan antenatal 4 Baik 3,86 Baik Tidak
pelayanan care
antenatal care Penginformasian jam kerja pelayanan 4,25 Sangat 4,29 Sangat Tidak
pelayanan antenatal care Baik Baik
Penginformasian jenis pelayanan antenatal 4,13 Baik 4,29 Sangat Tidak
care Baik
Penginformasian biaya/ tarifpelayanan 4,13 Baik 4,29 Sangat Tidak
antenatal care Baik
Pengemba- Penerjemahan tujuan ke dalam tujuan 3,75 Baik 4 Baik Tidak
ngan proses khusus atau langkah operasional
pelayanan Tenaga kesehatan mendapat sosialisasi dan 4,38 Sangat 4 Baik Tidak
antenatal care memahami tujuan khusus Baik
Pemilihan metode untuk setiap tujuan 4,13 Baik 3,86 Baik Tidak
pelayanan khusus yang ingin dicapai
Penyusunan rencana kerja berdasarkan 4 Baik 4,29 Sangat Tidak
data program Baik
Penyusunan program khusus untuk 4,25 Sangat 4,29 Sangat Tidak
meningkatkan kunjungan ibu hamil Baik baik
Penciptaan Penyusunan SPO pelayanan antenatal care 4 Baik 3,86 Baik Tidak
pengendalian Penyusunan indikator atau standar sebagai 3,86 Baik 4 Baik Tidak
proses alat kontrol pelayanan antenatal care
Penyusunan rencana monitoring 4,25 Sangat 4 Baik Tidak
Baik
Penyusunan indikator kinerja untuk evaluasi 3,86 Baik 3,86 Baik Tidak
Rata-rata 3,99 3,93
Nilai Komposit Variabel Baik Baik

Berdasarkan Tabel terlihat bahwa secara Puskesmas memiliki nilai komposit baik. Namun jika

umum pelaksanaan perencanaan mutu di kedua dilihat lebih detail, terdapat 3 indikator yang perlu

Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 2 Nomor 4 Oktober-Desember 2014


267

diperbaiki pada Puskesmas Wiyung, namun hanya Pelaksanaan perencanaan mutu yang optimal

2 yang bisa diperbaiki dengan mencontoh perlu diupayakan dan dijaga agar tetap optimal. Hal

pelaksanaan indikator dari Puskesmas Manukan ini penting untuk diperhatikan karena permasalahan

Kulon. Survei pengetahuan dan harapan ibu hamil utama dalam mutu adalah kesenjangan antara

sangat penting untuk dilakukan secara terus harapan dan pemenuhan kebutuhan

menerus karena dapat berpengaruh terhadap pelanggan.Menurut Juran&Godfrey (1999), tujuan

kepuasan ibu hamil terhadap pelayanan yang dari perencanaan mutu adalah untuk memastikan

didapat. bahwa desain akhir dari produk tidak hanya

Hal yang dapat dicontoh dari Puskesmas mementingkan penggunaan teknologi terbaik,

Manukan Kulon sesuai dengan hasil wawancara melainkan juga tentang kebutuhan pelanggan,

terhadap informan adalahselalu melaksanakan sehingga harapan dan pemenuhan kebutuhan

survei pengetahuan kepada ibu hamil pada saat dapat selaras.

program kelas ibu hamil melalui pre-test dan post- Namun demikian, keberhasilan dari

test.Hal ini sesuai dengan teori dari Notoatmodjo perencanaan mutu tidak terlepas dari pelaksanaan

(2005), bahwa pengukuran pengetahuan dapat pengendalian mutu dan peningkatan mutu yang

dilakukan dengan wawancara atau angket yang optimal pula. Sehingga, meskipun perencanaan

menanyakan tentang isi materi yang diukur dari mutu dilaksanakan dengan baik tetapi pengendalian

subjek penelitian atau responden. dan peningkatan mutu tidak dilaksanakan dengan

Sedangkan pelaksanaan survei mengenai baik, pelayanan yang bermutu kemungkinan besar

harapan ibu hamil oleh Puskesmas Manukan Kulon juga tidak akan terwujud. Selanjutnya, hasil

memang tidak dilakukan melalui kuesioner, benchmarking pada pelaksanaan pengendalian

melainkan melalui sharing antara para ibu hamil mutu antara Puskesmas Wiyung dan Manukan

dengan tenaga kesehatan pada saat kelas ibu Kulon disajikan dalam Tabel 2.

hamil. Dari sana, harapan dari ibu hamil dapat Sebagian besar pelaksanaan indikator

tersampaikan dan Puskesmas dapat menyusun pengendalian mutu di Puskesmas Manukan Kulon

keputusan mengenai apa saja yang diharapkan sebagian besar sudah optimal dan ada beberapa

oleh ibu hamil terhadap pelayanan. Salah satu yang sangat optimal. Hal ini kemungkinan

contohnya adalah tentang pelaksanaan kelas ibu dikarenakan Puskesmas Manukan Kulon telah

hamil. Pihak Puskesmas Manukan Kulon akan berhasil meraih sertifikasi ISO, sehingga telah

menawarkan masalah tempat, frekuensi pertemuan berfokus kepada mutu pelayanan. Sedangkan di

dan waktu pertemuan. Sehingga ibu hamil akan Puskesmas Wiyung, meskipun sebagian besar

merasa berkomitmen untuk datang pada kelas ibu indikator juga sudah dilaksanakan dengan optimal,

hamil selanjutnya karena turut menyepakati perihal namun masih terdapat 3 indikator yang

pelaksanaan kegiatan. pelaksanaannya masuk kategori kurang baik.

Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 2 Nomor 4 Oktober-Desember 2014


268

Ketiga indikator tersebut merujuk kepada kegiatan dalam rangka memelihara kestabilan atau

pengadaan survei kepuasan pelanggan. Tanpa untuk mencegah perubahan yang merugikan serta

survei kepuasan pelanggan, Puskesmas tidak untuk mempertahankan posisi. Tujuandari

dapat mengevaluasi pelayanan yang telah diberikan pengendalian mutu adalah untuk memelihara

berdasarkan perspektif pelanggan. kestabilan proses, sehingga produk yang dihasilkan

Menurut hasil wawancara dengan informan, tetap bagus. Produk yang dimaksud dalam

didapatkan hasil bahwa Puskesmas Manukan penelitian ini tidak lain adalah pelayanan antenatal

Kulon sudah mengadakan pelaksanaan survei yang care. Berdasarkan teori di atas, maka pengendalian

melibatkan ibu hamil sebagai evaluator, yaitu mutu perlu dilaksanakan dengan optimal, agar

melalui survei kepuasan pelanggan, meskipun perencanaan dan pelaksanaannyadapat sesuai

kuesioner mencakup keseluruhan poli. Melalui dengan harapan para pelanggan.

survei itu, maka ibu hamil turut ambil bagian untuk Selanjutnya, hasil benchmarking pada

menjadi evaluator bagi pelaksanaan pelayanan pelaksanaan peningkatan mutu antara Puskesmas

antenatal care. Puskesmas Manukan Kulon juga Wiyung dan Manukan Kulon disajikan dalam Tabel

memiliki tim khusus untuk pelaksanaan survei 3.

kepuasan pelanggan tersebut, meskipun tidak Berdasarkan hasil identifikasi pelaksanaan

diperuntukkan khusus untuk program pelayanan peningkatan mutu pada Tabel dapat dilihat bahwa

antenatal care saja. Sebaliknya, Puskesmas terdapat 2 indikator yang perlu ditingkatkan oleh

Wiyung belum melaksanakan survei kepuasan Puskesmas Wiyung, namun hanya 1 indikator yang

pelanggan. Pengukuran terhadap kepuasan dapat dicontoh pelaksanaannya dari Puskesmas

pelanggan hanya dilakukan sesekali oleh Manukan Kulon, yaitu pembentukan tim

penanggungjawab KIA secara lisan. peningkatan mutu pelayanan antenatal care.

Menurut Naomi (2005), kepuasan pelanggan Berdasarkan hasil wawancara terhadap

adalah hasil akumulasi dari kepuasan pelanggan informan didapatkan informasi bahwa tim

dalam menggunakan produk dan jasa. Sehingga peningkatan mutu di Puskesmas Wiyung sudah

setiap transaksi atau pengalaman baru akan terbentuk, namun hanya secara struktural saja.

memberikan pengaruh dalam kepuasan pelanggan. Berbeda dengan Puskesmas Manukan Kulon,

Dengan adanya pengukuran kepuasan pelanggan, meskipun secara struktural tim belum terbentuk,

maka Puskesmas dapat menjaga agar kepuasan namunpoli KIA telah berinisiatif untuk

pelanggan tetap terjaga sehingga pemanfaatan membentuknya sendiri dengan beranggotakan para

terhadap pelayanan tetap tinggi. bidan dari poli KIA. Tugas dari tim tersebut adalah

Menurut Juran & Godfrey (1999), untuk mengawasi jalannya kegiatan pelayanan

pengendalian mutu adalah suatu proses manajerial antenatal care. Menurut Jurandan Godfrey (1999),

universal yang dilakukan untuk penyelenggaraan pembentukan tim peningkatan mutu penting

Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 2 Nomor 4 Oktober-Desember 2014


269

adanya, yakni berfungsi sebagai tim yang peningkatan mutu akan berusaha mencari

bertanggungjawab terhadap peningkatan mutu. Tim penyebab, untuk kemudian mencarikan pula jalan

tersebut juga sekaligus bertugas sebagai penjaga untuk memperbaiki pelaksanaannya.

keseimbangan dalam perencanaan mutu dan

pengendalian mutu. Sehingga jika salah satu tujuan

yang sudah direncanakan belum dapat dicapai, tim

Tabel 2 Benchmarking Pelaksanaan Pengendalian Mutu Pelayanan Antenatal Care antara Puskesmas Wiyung
dan Manukan Kulon pada Bulan Juli 2014
Puskesmas Puskesmas Dijadikan
Manukan Kulon Wiyung Patok Duga
Pelaksanaan
Sub Variabel Indikator
Manajemen
Kategori Kategori
Mutu
(Ya/Tidak)
Monitoring Pelaksanaan monitoring oleh Kepala 3,57 Baik 4 Baik Tidak
kinerja mutu Puskesmas
aktual Pelaksanaan evaluasi kegiatan secara 3,63 Baik 3,86 Baik Tidak
berkala oleh Kepala Puskesmas
Pelaporan kegiatan kepada 4,5 Sangat 4 Baik Tidak
Penanggungjawab KIA secara berkala Baik
oleh tenaga kesehatan
Pencatatan kegiatan oleh 4,38 Sangat 3,71 Baik Tidak
penanggungjawab KIA Baik
Pelaporan hasil pencatatan kepada 4,5 Sangat 4 Baik Tidak
Kepala Puskesmas Baik
Pembuatan visualisasi data 4,38 Sangat 3,86 Baik Tidak
Baik
Pembandingan Pelaksanaan survei yang melibatkan 4,5 Baik 2,57 Kurang Ya
hasil pelayanan ibu hamil sebagai evaluator Baik
antenatal care Penyusunan kuesioner survei 3,88 Baik 2,29 Kurang Ya
dengan tujuan Baik
yang Pelaksanaan survei berdasarkan 3,63 Baik 2,29 Kurang Ya
dirumuskan kuesioner yang telah disusun Baik
Pengidentifikasian capaian terhadap 4,13 Baik 3,71 Baik Tidak
tujuan khusus
Penghitungan prosentase capaian 4 Baik 3,71 Baik Tidak
tujuan khusus
Pengidentifikasian penyimpangan 3,75 Baik 3,43 Baik Tidak
terhadap pencapaian tujuan khusus
Pengambilan Pelaksanaan prosedur pengelolaan 3,86 Baik 3,57 Baik Tidak
tindakan penggunaan layanan
terhadap Pelaksanaan pengelolaan pengaduan 3,88 Baik 3,43 Baik Tidak
proses kritik dan saran
pelayanan yang Pelaksanaan analisis penyebab 4 Baik 3,71 Baik Tidak
menyimpang ketidak tercapaian tujuan
dari Penyusunan saran peningkatan 3,63 Baik 3,71 Baik Tidak
perencanaan penyelenggaraan kegiatan
dan penetapan
tujuan mutu
Rata-rata 4,00 3,51
Nilai Komposit Variabel Baik Baik
sebuah proses untuk membuat stabil dalam sistem

Menurut Al Assaf (2004), peningkatan mutu serta untuk mengendalikan dampak. Sedangkan

merupakan sebuah sistem yang digunakan untuk menurut Juran & Godfrey (1999), peningkatan mutu

meningkatkan kualitas produk. Tujuannya adalah akan berhasil melalui kegiatan pengujian kebutuhan

untuk mencapai level variasi yang rendah dalam terhadap peningkatan mutu; penetapan infrstruktur

Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 2 Nomor 4 Oktober-Desember 2014


270

yang diperlukan dalam menjamin upaya pengendalian agar tetap padajalurnya. Berdasarkan

peningkatan mutu; pengidentifikasian kebutuhan teori tersebut, maka bila pelaksanaan peningkatan

spesifik untuk peningkatan mutu; pembentukan tim mutu tidak optimal, peningkatan mutu atau kualitas

proyek dengan tanggung jawab yang jelas; pun tidak akan pula didapat secara optimal.

penyediaan tim dengan sumber daya, pelatihan dan

motivasi untuk mendiagnosis penyebab dan

berupaya untuk mengatasinya; serta penetapan

Tabel 3 Benchmarking Pelaksanaan Peningkatan Mutu Pelayanan Antenatal Care antara Puskesmas Wiyung
dan Manukan Kulon pada Bulan Juli 2014

Puskesmas Puskesmas Dijadikan


Manukan Kulon Wiyung Patok Duga
Pelaksanaan
Sub Variabel Indikator
Manajemen
Kategori Kategori
Mutu
(Ya/Tidak)
Pengujian Penyusunan rencana pengembangan 3,63 Baik 3,57 Baik Tidak
kebutuhan pelayanan
peningkatan Pengupayaan terlaksananya rencana 3,75 Baik 3,43 Baik Tidak
mutu pengembangan pelayanan
Penetapan Pengidentifikasian sumber pelayanan 4,13 Baik 3,71 Baik Tidak
infrastruktur (sarana pelayanan)
yang Pengusulan pengadaan sumber 3,75 Baik 3,86 Baik Tidak
dibutuhkan pelayanan yang tepat dan diperlukan
untuk Pemanfaatan sumber pelayanan yang 4,13 Baik 3,43 Baik Tidak
peningkatan ada
mutu
Identifikasi Identifikasi proses perencanaan dan 3,63 Baik 3,86 Baik Tidak
kebutuhan pengendalian mutu yang perlu
peningkatan ditingkatkan
mutu Penentuan prioritas proses 3,88 Baik 3,86 Baik Tidak
perencanaan mutu dan pengendalian
mutu yang perlu ditingkatkan
Pembentukan Pembentukan tim peningkatan mutu 3,88 Baik 2,71 Cukup Ya
tim peningkatan pelayanan Baik
mutu dengan Pembuatan kesepakatan tugas dan 3,25 Cukup 3,43 Baik Tidak
tanggung jawab wewenang untuk setiap anggota tim Baik
yang jelas Identifikasi kebutuhan pengembangan 3 Cukup 4 Baik Tidak
keterampilan pada tim pelaksana Baik
peningkatan mutu
Pemrakarsaan diskusi antar aggota 3,25 Cukup 3,86 Baik Tidak
tim untuk peningkatan kunjungan Baik
Pemberian fasilitas pelatihan kepada 3,75 Baik 4 Baik Tidak
anggota tim
Pemberian motivasi oleh Kepala 2,88 Cukup 3 Cukup Tidak
Puskesmas atau Ketua Tim Baik Baik
Penciptaan Penyusunan standar untuk monitoring 3,75 Baik 3,41 Baik Tidak
metode hasil peningkatan mutu
pengontrolan Penyusunan standar untuk evaluasi 3,75 Baik 3,57 Baik Tidak
yang baru hasil peningkatan mutu
terhadap
peningkatan
mutu
Rata-rata 3,67 3,55
Nilai Komposit Baik Baik
Variabel

Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 2 Nomor 4 Oktober-Desember 2014


271

SIMPULAN Curran, C.R., & Totten, M.K., 2011. Governing For


Improved Quality and Patient Safety.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka Nursing
Economics, 38-41.
dapat disimpulkan bahwa secara umum Dinkes Surabaya, 2010. Profil Kesehatan Kota
Surabaya. Surabaya: Dinas Kesehatan Kota
pelaksanaan manajemen mutu di Puskesmas Surabaya.
Dinkes Surabaya, 2011. Profil Kesehatan Kota
Wiyung dan Manukan Kulon sudah baik. Namun, Surabaya. Surabaya: Dinas Kesehatan Kota
Surabaya.
pelaksanaan manajemen mutu di Puskesmas Dinkes Surabaya, 2012. Profil Kesehatan Kota
Surabaya. Surabaya: Dinas Kesehatan Kota
Wiyung masih lemah dalam beberapa halm yaitu Surabaya.
Early, et al. 2001. The Quality Planning Process.
pengadaan survei pengetahuan ibu hamil, survei New York: Mc Graw Hill.
Hartono, 1995. Merancang Mutu. Jakarta: PT.
harapan ibu hamil terhadap pelayanan, survei Pustaka Binaman Pressindo.
Juran, J.M., & Godfrey, A.B., 1999.Juran’s Quality
kepuasan pelanggan dan pembentukan tim Handbook Fifth Edition. USA: McGraw-Hill.
Longest, B.B., 2004. Managing Health Programs
peningkatan mutu pelayanan antenatal care. Dapat and Projects. San Fransisco: Jossey-bass.
Muninjaya, G., 2010. Manajemen Mutu Pelayanan
disarankan bagi Puskesmas Wiyung untuk Kesehatan. Jakarta: EGC.
Naomi, P., 2005. Pengukuran Tingkat Kepuasan
meningkatkan mutu pelayanan antenatal care Pelanggan terhadap Jasa Pelayanan
Kesehatan (Menggunakan Metoda
dengan melaksanakan survei pengetahuan ibu Performance Importance Analysis di Unit
Rawat Inap Rumah Sakit Umum
hamil, survei harapan ibu hamil, survei kepuasan Sumedang). Jurnal Abmas.
Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian
ibu hamil dan membentuk tim peningkatan mutu Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Setyaningsih, dkk., 2006. Studi Komparasi
pelayanan antenatal careyang bertanggung jawab Pelaksanaan Pembelajaran dengan
Menggunakan Pendekatan Siklus Deming
terhadap pelayanan. pada Program Studi Keperawatan Tuban
dan Pendekatan Trilogi Juran pada Akademi
DAFTAR PUSTAKA Keperawatan Kabupaten Lamongan.
Administrasi Kebijakan,4(2).
Al-Assaf, 2004. Mutu Pelayanan Kesehatan Sunarsih, 2005. Upaya Peningkatan Jumlah
Perspektif Internasional. Jakarta: EGC. Kunjungan Pelayanan Antenatal Care di
Al-Assaf, &Syeikh, M., 2004. Quality Improvement Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo
in Primary Health Care. Cairo: World Health Surabaya (Study Benchmarking di Rumah
Organization. Sakit Khatolik Santo Vincentius A. Paulo
Azwar, A., 1996. Menuju Pelayanan Kesehatan Surabaya. Tesis S2 pada Fakultas
yang Lebih Bermutu. Jakarta: Yayasan Kesehatan Masyarakat Universitas
Penerbitan Ikatan Dokter Indonesia. Airlangga: Tidak diterbitkan.

Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 2 Nomor 4 Oktober-Desember 2014

You might also like