You are on page 1of 6

JMPK Vol. 08/No.

03/September/2005 Pengembangan Manajemen Kinerja Perawat dan Bidan

PENGEMBANGAN MANAJEMEN KINERJA PERAWAT DAN BIDAN


SEBAGAI STRATEGI DALAM PENINGKATAN MUTU KLINIS
PERFORMANCE MANAGEMENT DEVELOPMENT FOR NURSES AND MIDWIVES AS A
NATIONAL STRATEGY FOR IMPROVING QUALITY OF CLINICAL CARE

Tjahjono Kuntjoro
Balai Pelatihan Teknis Profesi Kesehatan, Gombong
Jawa Tengah

ABSTRACT

Background: Pengembangan Manajemen Kinerja /PMK (Performance Management


Development) becomes a national strategy for improving quality of clinical care, especially for
nursing and midwivery care. As a strategy for improving clinical care quality, PMK implementation
are therefore, should be reviewed within the clinical governance framework.
Objective: To review the PMK implementation based on the clinical governance framework as
a national strategy for improving quality in clinical care either in hospital or puskesmas.
Methods: Review the conceptual background of PMK, and the results of the evaluation study
of PMK implementation in Magelang, Purworejo, and Cilacap districts, within the clinical
governance framework.
Result: Pengembangan Manajemen Kinerja (PMK) is a rapid and appropriate strategy for
improving quality of clinical care within a clinical governance framework in the clinical care
micro system when it is integrated in the existing quality system. Pengembangan Manajemen
Kinerja (PMK) is very beneficial for the nurses and midwives in improving their quality of care,
even though the benefit for the patient has yet to be evaluated. Pengembangan Manajemen
Kinerja (PMK) provides basic foundation for the implementation of clinical governance when it
is implemented based on the original model. Strong emphasis should be given to the advocacy
to stakeholders to get supports and commitment, and on the followed up phase by planned
and established coaching and monitoring system.
Conclusion: As a national strategy for improving clinical care especially nursing and midwivery
care, PMK is a simple and appropriate strategy for improving quality of clinical care, PMK can
be viewed as initial strategy for the implementation of clinical governance.

Keywords: clinical governance, performance management, clinical care, clinical quality

PENGANTAR selanjutnya tercermin dari penerapan berbagai


Kinerja menjadi tolok ukur keberhasilan pendekatan perbaikan mutu di Jawa Tengah yang
pelayanan kesehatan yang menunjukkan dimulai pada tahun 1990 dengan pelatihan dan
akuntabilitas lembaga pelayanan dalam kerangka penerapan gugus kendali mutu di RSUD Tidar
tata pemerintahan yang baik (good governance). Magelang dan RSUD Purworejo. Total Quality
Dalam pelayanan kesehatan, berbagai jenjang Management (TQM) mulai diterapkan baik di rumah
pelayanan dan asuhan pasien (patient care) sakit maupun dinas kesehatan kabupaten dan
merupakan bisnis utama, serta pelayanan puskesmas pada tahun 1994, dilanjutkan dengan
keperawatan merupakan mainstream sepanjang penerapan jaminan mutu (quality assurance) di
kontinum asuhan. puskesmas, dan akreditasi RS untuk 5 pelayanan
Upaya untuk memperbaiki mutu dan kinerja pada tahun 1997 yang ditindaklanjuti dengan
pelayanan klinis pada umumnya dimulai oleh penerapan manajemen kinerja pada tahun 1998.
perawat melalui berbagai bentuk kegiatan, seperti: Akreditasi RS untuk 12 pelayanan diterapkan mulai
gugus kendali mutu, penerapan standar tahun 2000, dan pada tahun 2004 mulai diterapkan
keperawatan, pendekatan-pendekatan pemecahan akreditasi puskesmas dan sistem manajemen mutu
masalah, maupun audit keperawatan. Milestones menurut ISO 9001:2000, serta audit klinis di RS.
upaya perbaikan mutu pelayanan kesehatan di Perbaikan mutu dan profesionalisme
Indonesia diawali dengan uji coba penerapan pelayanan keperawatan dan kebidanan dimulai
gugus kendali mutu di Rumah Sakit (RS) Karawang pada tahun 1989 dengan diperkenalkannya proses
dan Bekasi pada tahun 1988. Perkembangan keperawatan dan manajemen kebidanan yang

149
Pengembangan Manajemen Kinerja Perawat dan Bidan

diikuti dengan pelatihan-pelatihan proses mengembangkan prinsip kerja sama dan


keperawatan dan manajemen kebidanan bagi kemitraan, kemajuan dipantau secara rutin melalui
perawat dan bidan yang bekerja di RS maupun indikator-indikator yang jelas, optimalisasi
puskesmas. Sistem Pengembangan Manajemen pemanfaatan sumber daya yang tersedia, dan
dan Kinerja Klinis (SPMKK) untuk perawat dan menjamin diterapkannya aturan dasar perbaikan
bidan mulai diperkenalkan oleh WHO pada tahun sistem pelayanan klinis.4
2001 di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Pelayanan klinis perlu dilandasi hubungan
Yogyakarta, yang kemudian diadopsi di tujuh yang harmonis antara pasien dan praktisi klinis,
provinsi yang lain dan akan dikembangkan di penyesuaian-penyesuaian perlu dilakukan untuk
seluruh Indonesia. Berdasarkan Keputusan Menteri memenuhi kebutuhan dan tata nilai pasien yang
Kesehatan (Kepmenkes) No. 836/2005, SPMKK menjadi sumber pengendali asuhan. Selanjutnya
yang kemudian berubah menjadi Pengembangan pengambilan keputusan dan penyusunan standar
Manajemen Kinerja Perawatan dan Bidan (PMK) pelayanan yang berbasis evidens , keamanan
menjadi kebijakan nasional untuk peningkatan pasien, arus informasi yang tanpa hambatan,
mutu dan kinerja pelayanan keperawatan baik di keterbukaan, kerja sama antarpraktisi klinis, dan
rumah sakit maupun di puskesmas. efisiensi dalam pelayanan merupakan aturan-
Mata rantai terdepan yang perlu diperhatikan aturan dasar dalam perbaikan mutu pelayanan
dalam perbaikan mutu dan kinerja pelayanan klinis.4
kesehatan adalah pengalaman pasien dan Dalam penerapannya tata pengaturan klinis
masyarakat terhadap pelayanan yang mereka memiliki struktur yang terdiri dari: efektivitas klinis,
terima. Sistem mikro merupakan mata rantai kedua audit klinis, regulasi tenaga profesi secara mandiri,
yang berhadapan langsung dengan pasien dan pengembangan profesi yang berkesinambungan,
masyarakat, di samping mata rantai yang lain yaitu manajemen risiko, pengembangan sumber daya
konteks organisasi dan konteks lingkungan. 1 manusia, penelitian dan pengembangan,
Pengembangan Manajemen Kinerja (PMK) manajemen informasi dan pengetahuan,
merupakan pendekatan perbaikan proses pada penanganan keluhan, kerja tim, serta keterlibatan
pelanggan.5
sistem mikro yang mendukung dan meningkatkan
Efektivitas klinis menunjukkan sejauh mana
kompetensi klinis perawat dan bidan untuk bekerja
perlakuan klinis yang spesifik ketika diterapkan di
secara profesional dengan memperhatikan etika,
tempat pelayanan untuk mencapai hasil yang
tata nilai, dan aspek legal dalam pelayanan
diharapkan yaitu dengan memelihara dan
kesehatan. Hal tersebut bertujuan untuk
meningkatkan status kesehatan dan memperoleh
meningkatkan kinerja klinis perawat dan bidan
manfaat kesehatan seoptimal mungkin dengan
melalui kejelasan definisi peran dan fungsi perawat
keterbatasan sumber daya yang tersedia, serta
atau bidan, pengembangan profesi, dan
ketersediaan bukti klinis yang terbaik dan terkini
pembelajaran bersama.2
( best available evidence ). Manfaat tersebut
Sebagai strategi awal untuk peningkatan
ditunjukkan dengan tingkat keberhasilan perlakuan
kinerja pelayanan klinis dengan berfokus pada dan efektivitas biaya. Peningkatan efektivitas klinis
keperawatan dan kebidanan yang dapat tersebut merupakan indikator keberhasilan
dikembangkan untuk pelayanan klinis yang lain, penerapan tata pengaturan klinis.
perlu dikaji bagaimana implementasi PMK dalam Analisis secara kritis dan sistematis terhadap
kerangka kerja tata pengaturan klinis. mutu pelayanan klinis mulai dari prosedur
diagnosis, terapi, penggunaan sumber daya untuk
Tata Pengaturan Klinis (Clinical Governance) mencapai luaran klinis yang diharapkan dilakukan
Tata pengaturan klinis (clinical governance) dalam kegiatan audit klinis. Audit klinis merupakan
adalah kerangka kerja yang menjamin akuntabilitas struktur penting dalam tata pengaturan klinis
organisasi pelayanan kesehatan melalui perbaikan sebagai dasar untuk mengenal permasalahan pada
mutu pelayanan yang berkesinambungan, sistem pelayanan klinis, mencari peluang
menciptakan lingkungan yang mendukung, dan melakukan perbaikan, dan melakukan tindakan
menjamin diterapkannya standar pelayanan yang perbaikan terhadap sistem yang ada.
optimum dalam pelayanan klinis.3 Penerapan tata Penerapan tata pengaturan klinis sangat
pengaturan klinis mengikuti beberapa aturan dasar, tergantung pada ketersediaan dan profesionalisme
yaitu: tata pengaturan klinis harus menjadi sumber daya manusia yang menjadi pelaku
mainstream dalam pelayanan, proses perubahan kegiatan pelayanan klinis, yang dapat terwujud
yang dilakukan bersifat evolusional bukan revolusi, melalui mekanisme regulasi yang tepat dan
mengembangkan kerja tim dan kepemimpinan, pengembangan profesionalisme, baik melalui

150
Pengembangan Manajemen Kinerja Perawat dan Bidan

pendidikan formal maupun pendidikan klinis pembelajaran melalui diskusi kasus reflektif
berkelanjutan. ( reflective case discussion ), dan pelatihan
Mutu pelayanan tidak hanya tergantung pada keterampilan manajerial (managerial skills training).
pelayanan klinis yang memenuhi standar profesi, Profesionalisme sumber daya manusia merupakan
tetapi juga pelayanan yang berfokus pada struktur dasar tata pengaturan klinis pada PMK
pelanggan. Oleh karena itu, keterlibatan pasien yang diawali dengan kejelasan tanggung jawab dan
sebagai pengguna pelayanan sekaligus pengambil uraian kerja. Adanya kejelasan tanggung jawab
keputusan perlu mendapat perhatian dalam perawat dan bidan, serta uraian kerja yang disusun
penerapan tata pengaturan klinis. Penyedia pada awal penerapan PMK merupakan landasan
pelayanan perlu mengembangkan mekanisme bagi perawat dan bidan untuk melaksanakan tugas
untuk mengenal kebutuhan dan harapan pasien sesuai dengan kompetensi dan kewenangan
maupun mekanisme untuk menerima keluhan dan mereka.
komplain untuk dipertimbangkan dalam Standar pelayanan disusun oleh perawat dan
penyusunan desain pelayanan, standar pelayanan, bidan berdasarkan standar profesi yang tersedia
maupun pengambilan keputusan klinis. dan dijadikan pedoman pelaksanaan kerja dalam
Dengan maraknya tuntutan masyarakat organisasi pelayanan kesehatan. Adanya standar
terhadap pelayanan kesehatan dan akan yang menjadi pedoman asuhan pelayanan
diberlakukannya Undang-Undang Praktik menjamin tindakan dan keputusan klinis yang
Kedokteran No. 29/2004, perlu dipertimbangkan dilakukan oleh perawat dan bidan agar dapat
diterapkannya manajemen risiko dalam dipertanggungjawabkan secara profesional.
penyelenggaraan pelayanan klinis. Dengan Meskipun audit klinis tidak dikerjakan dalam
diterapkannya manajemen risiko sebagai salah pendekatan PMK, indikator kinerja disusun dan
satu struktur yang harus ada dalam tata pengaturan dikembangkan, serta menjadi dasar akuntabilitas
klinis melalui proses pengenalan, kajian, dan profesi dalam melaksanakan asuhan pasien.
pencarian jalan keluar untuk mencegah terjadinya Penilaian pelayanan berdasar indikator tersebut
risiko dan adverse events, maka akan memberikan secara periodik dikumpulkan dan dikaji sebagai
perlindungan bagi pasien dan praktisi klinis. dasar untuk melakukan upaya-upaya perbaikan
Kerja tim merupakan struktur tata pengaturan dalam tata kelola klinis keperawatan dan
klinis yang tidak dapat diabaikan dan menjadi kebidanan.
landasan keberhasilan peningkatan mutu klinis. Hal Proses pembelajaran untuk meningkatkan
tersebut mengingat kompleksitas pelayanan kompetensi dan perbaikan mutu asuhan dilakukan
kesehatan yang melibatkan berbagai disiplin ilmu melalui diskusi kasus reflektif. Kasus dipilih
kesehatan di semua strata pelayanan. bersama dalam tim untuk dibahas dan dikaji.
Keseluruhan struktur yang ada dalam tata Luaran dari diskusi kasus reflektif bukan mencari
pengaturan klinis akan berfungsi dengan baik jika kesalahan, tetapi belajar dari kasus dan mencari
didukung oleh sistem informasi dan manajemen peluang perbaikan, sehingga dapat mencegah
pengetahuan (knowledge management) yang kesalahan atau masalah yang sama.
memadai. Tersedianya sistem informasi tersebut Struktur dasar PMK merupakan titik-titik kritis
akan memberikan kemudahan bagi pasien dan dalam pelayanan klinis keperawatan dan
praktisi klinis untuk berkomunikasi dan berinteraksi. kebidanan yang menentukan profesionalisme dan
Dengan adanya sistem informasi yang tertata efektivitas asuhan. Dengan dibangunnya struktur
dengan baik dan secara reguler dapat menyajikan dasar tersebut akan terbina hubungan harmonis
bukti-bukti klinis terkini yang mendukung proses perawat atau bidan dengan pasien karena adanya
pengambilan keputusan klinis, maupun kegiatan- kejelasan tanggung jawab dan uraian kerja.
kegiatan penelitian klinis yang dilakukan di tempat Efektivitas klinis diupayakan melalui penerapan
kerja. Hal tersebut akan sangat bermanfaat dalam standar profesi dan pengembangan
penyelenggaraan pelayanan kesehatan. profesionalisme perawat dan bidan melalui
pelatihan keterampilan manajerial dan diskusi
Pengembangan Manajemen Kinerja (PMK) kasus reflektif. Meskipun audit klinis bukan
dalam Kerangka Tata Pengaturan Klinis merupakan struktur dari PMK, pelaksanaan diskusi
(Clinical Governance) kasus reflektif dan indikator klinis yang disepakati,
Struktur dasar PMK meliputi 5: kejelasan serta digunakan untuk monitoring pelayanan
tanggung jawab (responsibility), uraian kerja (job menjadi cermin akuntabilitas asuhan dan menjadi
description ), standar profesi ( professional dasar dalam menentukan sasaran perbaikan yang
standards ), standar organisasi ( organizational dapat menggantikan fungsi audit klinis.
standards), akuntabilitas ( accountability), proses

151
Pengembangan Manajemen Kinerja Perawat dan Bidan

Berbagai upaya dapat dilakukan sebagai jalan penyesuaian persyaratan proyek dan keterbatasan
masuk untuk mengawali perbaikan mutu dan sarana terjadi modifikasi dalam pelaksanaan roll-
kinerja pelayanan klinis, antara lain dengan ou t tersebut baik dalam persiapan,
menerapkan standar pelayanan klinis, integrated penyelenggaraan pelatihan, implementasi, maupun
clinical care pathway , ataupun kegiatan yang pembimbingan dan pemantauan. Advokasi pada
bersifat problem solving based pada sistem tahap persiapan tidak dilakukan secara optimal
terdepan pelayanan. Demikian juga, PMK yang titik yang diakibatkan kurangnya dukungan dari
tangkapnya pada sistem mikro dapat stakeholders . Penerapan di lokasi Proyek
dikembangkan dalam skala lebih luas yang perlu Safemotherhood terjadi modifikasi terhadap
didukung dengan berfungsinya sistem manajemen penyelenggaraan pelatihan yang semula 4 blok
mutu dan arus informasi yang memadai. dijadikan menjadi satu paket pelatihan dalam kelas
Keberhasilan upaya perbaikan pada sistem di balai pelatihan selama 10 hari, dan
mikropelayanan keperawatan melalui PMK akan pembimbingan di lapangan hanya dilakukan dua
menimbulkan momentum perbaikan pada sistem kali. Di lokasi Proyek Kesehatan 5, pelatihan
pelayanan klinis yang lebih luas. Demikian juga digabungkan menjadi 2 blok, pembimbingan
pada sistem penunjang pelayanan. Dengan lapangan tidak dilakukan, dan pemantauan
dukungan kebijakan, kepemimpinan dan dilakukan 3 bulan setelah pelaksanaan.
komitmen, kegiatan perbaikan mutu dapat Hasil evaluasi terhadap pelaksanaan di 3
dipadukan menjadi suatu sistem tata pengaturan kabupaten6 yaitu Kabupaten Magelang mewakili
klinis yang terintegrasi. model awal, Kabupaten Purworejo mewakili lokasi
Proyek Kesehatan 5, dan Kabupaten Cilacap
Implementasi Pengembangan Manajemen mewakili Proyek Safemotherhood menunjukkan
Klinis (PMK) sebagai Strategi Peningkatan Mutu bahwa advokasi pada stakeholders , komitmen
Klinis stakeholders dan pelaksana, serta pembimbingan
Penerapan PMK diawali dengan uji coba di ( coaching ) dan pemantauan ( monitoring ) di
Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, dan lapangan sangat menentukan keberlangsungan
Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta kegiatan peningkatan manajemen kinerja klinis.
baik di RS maupun di puskesmas dengan langkah Dengan demikian, penerapan PMK sebaiknya
implementasi sebagai berikut. 1). Persiapan yang mengikuti dengan cermat langkah-langkah yang
berupa advokasi kepada stakeholders di ada dalam pedoman, mulai tahapan persiapan,
kabupaten, pelatihan pelatih, dan strategic meeting. pelaksanaan, sampai pada pembimbingan,
2). Pelatihan dan implementasi di RS dan pemantauan, dan evaluasi.
puskesmas, yang meliputi kegiatan: a. Kajian Dari hasil evaluasi juga ditemukan berbagai
lapangan dan umpan balik terhadap kondisi hambatan dalam pelaksanaan peningkatan
pelayanan keperawatan dan kebidanan saat ini manajemen kinerja perawat dan bidan, antara lain:
yang dilaksanakan selama satu hari, b. Pelatihan lemahnya mekanisme monitoring kegiatan, masih
baik di puskesmas, di RS, maupun dinas kesehatan
manajerial untuk perawat dan bidan blok 1 dan blok
kabupaten, sulitnya memahami modul pelatihan,
2 masing-masing dua sampai tiga hari, yang
keterbatasan dana, belum dilibatkannya dokter
dilanjutkan dengan, c. Workshop 1 di puskesmas
dalam upaya perbaikan kinerja klinis, kurangnya
dan RS yang merupakan tindak lanjut pelatihan dan
sosialisai internal, dan kurangnya komitmen baik
membahas bagaimana aplikasi di lapangan, d.
stakeholders maupun pelaksana, serta belum
Pelatihan manajerial untuk perawat dan bidan blok terintegrasinya kegiatan PMK dalam kegiatan
3 yang dilaksanakan selama dua hari, dilanjutkan jaminan mutu.
dengan e. Workshop 2 di puskesmas dan di RS, f. Meskipun dari hasil evaluasi manfaat
Pelatihan blok 4 selama dua hari yang penerapan PMK yang dirasakan oleh pasien belum
ditindaklanjuti dengan implementasi, pembim- dapat secara jelas ditunjukkan, tetapi diperoleh
bingan, pemantauan, dan evaluasi setelah kegiatan manfaat bagi petugas kesehatan yaitu adanya
berjalan selama 3 bulan.2 Model tersebut kemudian kejelasan tugas dan tanggung jawab, sehingga
disederhanakan dengan menggabungkan bidan dan perawat lebih paham yang harus
pelatihan manajerial untuk perawat dan bidan yang dikerjakan dan batasan kewenangan mereka,
semula 4 blok menjadi 2 blok. peningkatan disiplin kerja, peningkatan
Uji coba tersebut ditindaklanjuti di Jawa pengetahuan tentang kinerja klinis, timbul dorongan
Tengah dengan roll out ke kabupaten-kabupaten untuk belajar, dan motivasi untuk bekerja sesuai
yang merupakan lokasi Proyek Safemotherhood standar.
dan Proyek Kesehatan 5. Sebagai akibat dari

152
Pengembangan Manajemen Kinerja Perawat dan Bidan

Uji coba roll out pada pelayanan medis telah Penerapan PMK menunjukkan ruang gerak
dilakukan dengan difokuskan pada upaya menekan perbaikan mutu klinis yang berfokus pada sistem
terjadinya infeksi di RS Muntilan dan menunjukkan mikro, dapat menjadi initial strategy untuk
manfaat PMK dalam menekan terjadinya infeksi penerapan tata pengaturan klinis yang mempunyai
melalui dibentuknya komite pengendalian infeksi, lingkup yang lebih luas. Prinsip dasar tata
tim pencegahan dan pengendalian infeksi dengan pengaturan klinis telah diterapkan dalam tahapan
tugas dan fungsi yang jelas, disusun dan kegiatan pelaksanaan PMK yaitu kejelasan
dilaksanakannya program-program umum tanggung jawab, pengembangan standar profesi,
pengendalian infeksi, yang meliputi: universal akuntabilitas, pembelajaran, dan diskusi kasus
precaution, surveilans, pengendalian outbreak, reflektif yang sebenarnya merupakan bentuk audit
penyusunan kebijakan dan prosedur kerja, serta klinis yang dilakukan oleh perawat dan bidan.
pelatihan. Indikator program pengendalian infeksi Sebagai langkah awal menuju diterapkannya tata
juga disusun sebagai dasar akuntabilitas pengaturan klinis yang terintegrasi dalam kegiatan
pelayanan.7 perbaikan mutu suatu organisasi pelayanan
Memperhatikan hasil uji coba dan evaluasi kesehatan, PMK dapat dipandang sebagai strategi
pelaksanaan PMK di Jawa Tengah, PMK yang tepat.
merupakan pendekatan yang strategis untuk
memulai penerapan tata pengaturan klinis yang KESIMPULAN
diawali pada sistem mikropelayanan, khususnya Pengembangan Manajemen Kinerja (PMK)
sistem pelayanan keperawatan dan sistem merupakan pendekatan yang tepat sebagai jalan
pelayanan kebidanan. Proses pembelajaran masuk diterapkannya tata pengaturan klinis (clinical
melalui penerapan PMK akan mengubah cara governance) baik di RS maupun di puskesmas.
pandang praktisi klinis dalam memberikan Pengembangan Manajemen Kinerja (PMK)
pelayanan dan asuhan kepada pasien, serta mempunyai struktur yang merupakan peletakan
mendorong untuk mengupayakan yang terbaik bagi dasar pertama dalam pengembangan tata
pasien. Diawali dengan perubahan cara pandang pengaturan klinis.
praktisi klinis untuk bersedia berperan dalam upaya Advokasi dan komitmen stakeholders dan
perbaikan mutu klinis, kegiatan PMK dapat diadopsi pelaksana, kepemimpinan, kegiatan pembinaan
oleh profesi selain perawat dan bidan. Demikian dan pemantauan, menjadi kunci keberhasilan
juga struktur tata pengaturan klinis yang lain dapat pelaksanaan PMK. Penerapan PMK mulai dari
dibangun, sehingga akan terangkai suatu tatanan tahap persiapan, pelaksanaan, evaluasi, dan roll
yang terpadu dalam peningkatan mutu dan kinerja out ke tempat pelayanan yang lain atau profesi
pelayanan klinis. yang lain sangat tergantung pada dukungan
Kelemahan advokasi untuk memperoleh stakeholders di dalam dan di luar organisasi
komitmen dari stakeholders dan pelaksana pelayanan. Proses pelaksanaan yang meliputi
merupakan pelajaran yang penting dalam roll out penerapan standar profesi, bekerja sesuai dengan
PMK di tempat lain. Adanya komitmen berbagai uraian kerja, kompetensi dan tanggung jawab, serta
pihak yang terkait sangat menentukan pelaksanaan diskusi kasus reflektif. Pada tahap
kesinambungan pelaksanaan PMK sebagai awal memerlukan pembinaan dan pemantauan
pendekatan untuk meningkatkan mutu klinis. Kunci yang berkesinambungan, dan merupakan struktur
keberhasilan lain dapat dipetik dari pengalaman dasar untuk dikembangkan dalam kerangka tata
penerapan di Jawa Tengah yaitu pentingnya pengaturan klinis yang terintegrasi.
pembinaan dan pemantauan. Pembinaan dan Dengan peningkatan mutu asuhan klinis oleh
pemantauan tersebut merupakan upaya untuk perawat dan bidan melalui PMK yang kemudian
membiasakan dan membudayakan agar perawat dikembangkan untuk praktisi klinis yang lain dalam
dan bidan bekerja sesuai dengan uraian kerja, suatu tatanan yang terpadu akan lebih menjamin
standar profesi, belajar melalui diskusi kasus tersedianya pelayanan kesehatan yang profesional
reflektif, dan selalu mengupayakan perbaikan bagi masyarakat.
sistem yang berkesinambungan, serta mencegah
terjadinya kesalahan.

153
Pengembangan Manajemen Kinerja Perawat dan Bidan

KEPUSTAKAAN 5. Dewsbury, C. Making sense of clinical


1. Berwick, D. The Chain of Effect in Improving governance, The Pharmaceutical Journal.
Health Care Quality, paper presented at Asia 2001;267(December 15).
Pacific Forum on Quality Improvement in 6. WHO. The Steps to Implement the Clinical
Health Care. Sidney. September 2001. Performance Development Management
2. WHO. Implementasi Sistem pengembangan System to nurse and midwife in Hospital and
Manajemen Kinerja Klinik untuk Perawat dan Health Center, WHO-MOH, May 2004.
Bidan di Rumah Sakit dan Puskesmas. WHO- 7. CHSM-WHO. Progress Report: Improving
SEA-Nurs-429, Mei. 2002. Quality of the CPDMS implementation, CHSM-
3. Swage, T. Clinical Governance in Health Care WHO, Yogyakarta. 2005a.
Practice. Butterworth-Heinemann. 2000. 8. CHSM-WHO. Progress Report: The
Oxford. Implementation of CPDMS for Infection Control
4. Wright, J., Hill, P. Clinical Governance, Churchil Program in the hospital, CHSM-WHO.
and Livingstone, 2003;1:19-35. Yogyakarta. 2005b.

154

You might also like