Professional Documents
Culture Documents
Tjahjono Kuntjoro
Balai Pelatihan Teknis Profesi Kesehatan, Gombong
Jawa Tengah
ABSTRACT
149
Pengembangan Manajemen Kinerja Perawat dan Bidan
150
Pengembangan Manajemen Kinerja Perawat dan Bidan
pendidikan formal maupun pendidikan klinis pembelajaran melalui diskusi kasus reflektif
berkelanjutan. ( reflective case discussion ), dan pelatihan
Mutu pelayanan tidak hanya tergantung pada keterampilan manajerial (managerial skills training).
pelayanan klinis yang memenuhi standar profesi, Profesionalisme sumber daya manusia merupakan
tetapi juga pelayanan yang berfokus pada struktur dasar tata pengaturan klinis pada PMK
pelanggan. Oleh karena itu, keterlibatan pasien yang diawali dengan kejelasan tanggung jawab dan
sebagai pengguna pelayanan sekaligus pengambil uraian kerja. Adanya kejelasan tanggung jawab
keputusan perlu mendapat perhatian dalam perawat dan bidan, serta uraian kerja yang disusun
penerapan tata pengaturan klinis. Penyedia pada awal penerapan PMK merupakan landasan
pelayanan perlu mengembangkan mekanisme bagi perawat dan bidan untuk melaksanakan tugas
untuk mengenal kebutuhan dan harapan pasien sesuai dengan kompetensi dan kewenangan
maupun mekanisme untuk menerima keluhan dan mereka.
komplain untuk dipertimbangkan dalam Standar pelayanan disusun oleh perawat dan
penyusunan desain pelayanan, standar pelayanan, bidan berdasarkan standar profesi yang tersedia
maupun pengambilan keputusan klinis. dan dijadikan pedoman pelaksanaan kerja dalam
Dengan maraknya tuntutan masyarakat organisasi pelayanan kesehatan. Adanya standar
terhadap pelayanan kesehatan dan akan yang menjadi pedoman asuhan pelayanan
diberlakukannya Undang-Undang Praktik menjamin tindakan dan keputusan klinis yang
Kedokteran No. 29/2004, perlu dipertimbangkan dilakukan oleh perawat dan bidan agar dapat
diterapkannya manajemen risiko dalam dipertanggungjawabkan secara profesional.
penyelenggaraan pelayanan klinis. Dengan Meskipun audit klinis tidak dikerjakan dalam
diterapkannya manajemen risiko sebagai salah pendekatan PMK, indikator kinerja disusun dan
satu struktur yang harus ada dalam tata pengaturan dikembangkan, serta menjadi dasar akuntabilitas
klinis melalui proses pengenalan, kajian, dan profesi dalam melaksanakan asuhan pasien.
pencarian jalan keluar untuk mencegah terjadinya Penilaian pelayanan berdasar indikator tersebut
risiko dan adverse events, maka akan memberikan secara periodik dikumpulkan dan dikaji sebagai
perlindungan bagi pasien dan praktisi klinis. dasar untuk melakukan upaya-upaya perbaikan
Kerja tim merupakan struktur tata pengaturan dalam tata kelola klinis keperawatan dan
klinis yang tidak dapat diabaikan dan menjadi kebidanan.
landasan keberhasilan peningkatan mutu klinis. Hal Proses pembelajaran untuk meningkatkan
tersebut mengingat kompleksitas pelayanan kompetensi dan perbaikan mutu asuhan dilakukan
kesehatan yang melibatkan berbagai disiplin ilmu melalui diskusi kasus reflektif. Kasus dipilih
kesehatan di semua strata pelayanan. bersama dalam tim untuk dibahas dan dikaji.
Keseluruhan struktur yang ada dalam tata Luaran dari diskusi kasus reflektif bukan mencari
pengaturan klinis akan berfungsi dengan baik jika kesalahan, tetapi belajar dari kasus dan mencari
didukung oleh sistem informasi dan manajemen peluang perbaikan, sehingga dapat mencegah
pengetahuan (knowledge management) yang kesalahan atau masalah yang sama.
memadai. Tersedianya sistem informasi tersebut Struktur dasar PMK merupakan titik-titik kritis
akan memberikan kemudahan bagi pasien dan dalam pelayanan klinis keperawatan dan
praktisi klinis untuk berkomunikasi dan berinteraksi. kebidanan yang menentukan profesionalisme dan
Dengan adanya sistem informasi yang tertata efektivitas asuhan. Dengan dibangunnya struktur
dengan baik dan secara reguler dapat menyajikan dasar tersebut akan terbina hubungan harmonis
bukti-bukti klinis terkini yang mendukung proses perawat atau bidan dengan pasien karena adanya
pengambilan keputusan klinis, maupun kegiatan- kejelasan tanggung jawab dan uraian kerja.
kegiatan penelitian klinis yang dilakukan di tempat Efektivitas klinis diupayakan melalui penerapan
kerja. Hal tersebut akan sangat bermanfaat dalam standar profesi dan pengembangan
penyelenggaraan pelayanan kesehatan. profesionalisme perawat dan bidan melalui
pelatihan keterampilan manajerial dan diskusi
Pengembangan Manajemen Kinerja (PMK) kasus reflektif. Meskipun audit klinis bukan
dalam Kerangka Tata Pengaturan Klinis merupakan struktur dari PMK, pelaksanaan diskusi
(Clinical Governance) kasus reflektif dan indikator klinis yang disepakati,
Struktur dasar PMK meliputi 5: kejelasan serta digunakan untuk monitoring pelayanan
tanggung jawab (responsibility), uraian kerja (job menjadi cermin akuntabilitas asuhan dan menjadi
description ), standar profesi ( professional dasar dalam menentukan sasaran perbaikan yang
standards ), standar organisasi ( organizational dapat menggantikan fungsi audit klinis.
standards), akuntabilitas ( accountability), proses
151
Pengembangan Manajemen Kinerja Perawat dan Bidan
Berbagai upaya dapat dilakukan sebagai jalan penyesuaian persyaratan proyek dan keterbatasan
masuk untuk mengawali perbaikan mutu dan sarana terjadi modifikasi dalam pelaksanaan roll-
kinerja pelayanan klinis, antara lain dengan ou t tersebut baik dalam persiapan,
menerapkan standar pelayanan klinis, integrated penyelenggaraan pelatihan, implementasi, maupun
clinical care pathway , ataupun kegiatan yang pembimbingan dan pemantauan. Advokasi pada
bersifat problem solving based pada sistem tahap persiapan tidak dilakukan secara optimal
terdepan pelayanan. Demikian juga, PMK yang titik yang diakibatkan kurangnya dukungan dari
tangkapnya pada sistem mikro dapat stakeholders . Penerapan di lokasi Proyek
dikembangkan dalam skala lebih luas yang perlu Safemotherhood terjadi modifikasi terhadap
didukung dengan berfungsinya sistem manajemen penyelenggaraan pelatihan yang semula 4 blok
mutu dan arus informasi yang memadai. dijadikan menjadi satu paket pelatihan dalam kelas
Keberhasilan upaya perbaikan pada sistem di balai pelatihan selama 10 hari, dan
mikropelayanan keperawatan melalui PMK akan pembimbingan di lapangan hanya dilakukan dua
menimbulkan momentum perbaikan pada sistem kali. Di lokasi Proyek Kesehatan 5, pelatihan
pelayanan klinis yang lebih luas. Demikian juga digabungkan menjadi 2 blok, pembimbingan
pada sistem penunjang pelayanan. Dengan lapangan tidak dilakukan, dan pemantauan
dukungan kebijakan, kepemimpinan dan dilakukan 3 bulan setelah pelaksanaan.
komitmen, kegiatan perbaikan mutu dapat Hasil evaluasi terhadap pelaksanaan di 3
dipadukan menjadi suatu sistem tata pengaturan kabupaten6 yaitu Kabupaten Magelang mewakili
klinis yang terintegrasi. model awal, Kabupaten Purworejo mewakili lokasi
Proyek Kesehatan 5, dan Kabupaten Cilacap
Implementasi Pengembangan Manajemen mewakili Proyek Safemotherhood menunjukkan
Klinis (PMK) sebagai Strategi Peningkatan Mutu bahwa advokasi pada stakeholders , komitmen
Klinis stakeholders dan pelaksana, serta pembimbingan
Penerapan PMK diawali dengan uji coba di ( coaching ) dan pemantauan ( monitoring ) di
Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, dan lapangan sangat menentukan keberlangsungan
Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta kegiatan peningkatan manajemen kinerja klinis.
baik di RS maupun di puskesmas dengan langkah Dengan demikian, penerapan PMK sebaiknya
implementasi sebagai berikut. 1). Persiapan yang mengikuti dengan cermat langkah-langkah yang
berupa advokasi kepada stakeholders di ada dalam pedoman, mulai tahapan persiapan,
kabupaten, pelatihan pelatih, dan strategic meeting. pelaksanaan, sampai pada pembimbingan,
2). Pelatihan dan implementasi di RS dan pemantauan, dan evaluasi.
puskesmas, yang meliputi kegiatan: a. Kajian Dari hasil evaluasi juga ditemukan berbagai
lapangan dan umpan balik terhadap kondisi hambatan dalam pelaksanaan peningkatan
pelayanan keperawatan dan kebidanan saat ini manajemen kinerja perawat dan bidan, antara lain:
yang dilaksanakan selama satu hari, b. Pelatihan lemahnya mekanisme monitoring kegiatan, masih
baik di puskesmas, di RS, maupun dinas kesehatan
manajerial untuk perawat dan bidan blok 1 dan blok
kabupaten, sulitnya memahami modul pelatihan,
2 masing-masing dua sampai tiga hari, yang
keterbatasan dana, belum dilibatkannya dokter
dilanjutkan dengan, c. Workshop 1 di puskesmas
dalam upaya perbaikan kinerja klinis, kurangnya
dan RS yang merupakan tindak lanjut pelatihan dan
sosialisai internal, dan kurangnya komitmen baik
membahas bagaimana aplikasi di lapangan, d.
stakeholders maupun pelaksana, serta belum
Pelatihan manajerial untuk perawat dan bidan blok terintegrasinya kegiatan PMK dalam kegiatan
3 yang dilaksanakan selama dua hari, dilanjutkan jaminan mutu.
dengan e. Workshop 2 di puskesmas dan di RS, f. Meskipun dari hasil evaluasi manfaat
Pelatihan blok 4 selama dua hari yang penerapan PMK yang dirasakan oleh pasien belum
ditindaklanjuti dengan implementasi, pembim- dapat secara jelas ditunjukkan, tetapi diperoleh
bingan, pemantauan, dan evaluasi setelah kegiatan manfaat bagi petugas kesehatan yaitu adanya
berjalan selama 3 bulan.2 Model tersebut kemudian kejelasan tugas dan tanggung jawab, sehingga
disederhanakan dengan menggabungkan bidan dan perawat lebih paham yang harus
pelatihan manajerial untuk perawat dan bidan yang dikerjakan dan batasan kewenangan mereka,
semula 4 blok menjadi 2 blok. peningkatan disiplin kerja, peningkatan
Uji coba tersebut ditindaklanjuti di Jawa pengetahuan tentang kinerja klinis, timbul dorongan
Tengah dengan roll out ke kabupaten-kabupaten untuk belajar, dan motivasi untuk bekerja sesuai
yang merupakan lokasi Proyek Safemotherhood standar.
dan Proyek Kesehatan 5. Sebagai akibat dari
152
Pengembangan Manajemen Kinerja Perawat dan Bidan
Uji coba roll out pada pelayanan medis telah Penerapan PMK menunjukkan ruang gerak
dilakukan dengan difokuskan pada upaya menekan perbaikan mutu klinis yang berfokus pada sistem
terjadinya infeksi di RS Muntilan dan menunjukkan mikro, dapat menjadi initial strategy untuk
manfaat PMK dalam menekan terjadinya infeksi penerapan tata pengaturan klinis yang mempunyai
melalui dibentuknya komite pengendalian infeksi, lingkup yang lebih luas. Prinsip dasar tata
tim pencegahan dan pengendalian infeksi dengan pengaturan klinis telah diterapkan dalam tahapan
tugas dan fungsi yang jelas, disusun dan kegiatan pelaksanaan PMK yaitu kejelasan
dilaksanakannya program-program umum tanggung jawab, pengembangan standar profesi,
pengendalian infeksi, yang meliputi: universal akuntabilitas, pembelajaran, dan diskusi kasus
precaution, surveilans, pengendalian outbreak, reflektif yang sebenarnya merupakan bentuk audit
penyusunan kebijakan dan prosedur kerja, serta klinis yang dilakukan oleh perawat dan bidan.
pelatihan. Indikator program pengendalian infeksi Sebagai langkah awal menuju diterapkannya tata
juga disusun sebagai dasar akuntabilitas pengaturan klinis yang terintegrasi dalam kegiatan
pelayanan.7 perbaikan mutu suatu organisasi pelayanan
Memperhatikan hasil uji coba dan evaluasi kesehatan, PMK dapat dipandang sebagai strategi
pelaksanaan PMK di Jawa Tengah, PMK yang tepat.
merupakan pendekatan yang strategis untuk
memulai penerapan tata pengaturan klinis yang KESIMPULAN
diawali pada sistem mikropelayanan, khususnya Pengembangan Manajemen Kinerja (PMK)
sistem pelayanan keperawatan dan sistem merupakan pendekatan yang tepat sebagai jalan
pelayanan kebidanan. Proses pembelajaran masuk diterapkannya tata pengaturan klinis (clinical
melalui penerapan PMK akan mengubah cara governance) baik di RS maupun di puskesmas.
pandang praktisi klinis dalam memberikan Pengembangan Manajemen Kinerja (PMK)
pelayanan dan asuhan kepada pasien, serta mempunyai struktur yang merupakan peletakan
mendorong untuk mengupayakan yang terbaik bagi dasar pertama dalam pengembangan tata
pasien. Diawali dengan perubahan cara pandang pengaturan klinis.
praktisi klinis untuk bersedia berperan dalam upaya Advokasi dan komitmen stakeholders dan
perbaikan mutu klinis, kegiatan PMK dapat diadopsi pelaksana, kepemimpinan, kegiatan pembinaan
oleh profesi selain perawat dan bidan. Demikian dan pemantauan, menjadi kunci keberhasilan
juga struktur tata pengaturan klinis yang lain dapat pelaksanaan PMK. Penerapan PMK mulai dari
dibangun, sehingga akan terangkai suatu tatanan tahap persiapan, pelaksanaan, evaluasi, dan roll
yang terpadu dalam peningkatan mutu dan kinerja out ke tempat pelayanan yang lain atau profesi
pelayanan klinis. yang lain sangat tergantung pada dukungan
Kelemahan advokasi untuk memperoleh stakeholders di dalam dan di luar organisasi
komitmen dari stakeholders dan pelaksana pelayanan. Proses pelaksanaan yang meliputi
merupakan pelajaran yang penting dalam roll out penerapan standar profesi, bekerja sesuai dengan
PMK di tempat lain. Adanya komitmen berbagai uraian kerja, kompetensi dan tanggung jawab, serta
pihak yang terkait sangat menentukan pelaksanaan diskusi kasus reflektif. Pada tahap
kesinambungan pelaksanaan PMK sebagai awal memerlukan pembinaan dan pemantauan
pendekatan untuk meningkatkan mutu klinis. Kunci yang berkesinambungan, dan merupakan struktur
keberhasilan lain dapat dipetik dari pengalaman dasar untuk dikembangkan dalam kerangka tata
penerapan di Jawa Tengah yaitu pentingnya pengaturan klinis yang terintegrasi.
pembinaan dan pemantauan. Pembinaan dan Dengan peningkatan mutu asuhan klinis oleh
pemantauan tersebut merupakan upaya untuk perawat dan bidan melalui PMK yang kemudian
membiasakan dan membudayakan agar perawat dikembangkan untuk praktisi klinis yang lain dalam
dan bidan bekerja sesuai dengan uraian kerja, suatu tatanan yang terpadu akan lebih menjamin
standar profesi, belajar melalui diskusi kasus tersedianya pelayanan kesehatan yang profesional
reflektif, dan selalu mengupayakan perbaikan bagi masyarakat.
sistem yang berkesinambungan, serta mencegah
terjadinya kesalahan.
153
Pengembangan Manajemen Kinerja Perawat dan Bidan
154