You are on page 1of 74

KELAS ON LINE

STRATEGI IMPLEMENTASI PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN


DAN ANALISIS DATA DALAM STANDAR AKREDITASI RUMAH SAKIT.
11 – 12 JANUARI 2021

Dr. Djoni Darmadjaja, SpB,MARS, FISQua.


1
Dr Djoni Darmadjaja, SpB,MARS,FISQua
HP 08129146524
Palembang 22 Juni 1953
kapuyux@gmail.com
AUDIT KLINIS ADALAH BAGIAN DARI
TATAKELOLA KLINIS/CLINICAL GOVERNANCE

Clinical audit is an integral part of clinical governance


and can be carried out by any practitioner involved in
the treatment of patients. It is not restricted to the
work of doctors. Clinical audit is principally the
measurement of practice against agreed standards
and implementing change to ensure that all patients
receive care to the same standard (NICE, 2002)
IMPLEMENTASI TATAKELOLA KLINIS DI RUMAH SAKIT

Pendidikan
Latihan

PENDIDIKAN FORMAL
KURSUS / WORKSHOP
Keselamatan SEMINAR / SIMPOSIUM
Audit Klinis
Pasien P2KB
PPK,CP,PROTOKOL
DPJP MONITORING PELAKS PPK & CP
INFORMED CONSENT AUDIT MEDIS
EDUKASI PASIEN AUDIT KLINIS
TATAKELOLA KLINIS

KOMITE MEDIS
MSBL

Akuntabilitas STAF MEDIS Efektifitas Klinis


STR/SIP TEPAT CLINICAL PATHWAY
KREDENSIAL TEPAT DIAGNOSIS
PENUGASAN KLINIS TEPAT OBAT
REKAM MEDIS PELAPORAN OUTCOME
Penelitian OLEH PASIEN
Pengembangan

PENGUMPULAN DATA
INDIKATOR KLINIS
MUTU
COURTESSY OF CHAIRULSYAH
6 DIMENSI MUTU (WHO)
1.Effective
2.Efficient
3.Accessible
4.Patient centered
5.Equitable
6.Safe
DEFINISI AUDIT KLINIS

Suatu telaah kritis dan sistematis terhadap mutu pelayanan


klinis, termasuk prosedur diagnosis dan terapi, penggunaan
sumber-daya rumah-sakit, dan outcome serta quality of life
dari pasien.

atau ‘Sebuah proses peningkatan mutu yang bertujuan


meningkatkan pelayanan dan outcome pasien melalui
tinjauan pelayanan secara sistematis terhadap kriteria yang
jelas dan implementasi perubahan.’

7
SEJARAH AUDIT KLINIS
VERSI ROYAL AUSTRALASIAN

COLLEGE OF SURGEONS (RACS)

Medical audit was introduced in the 1989 White Paper 'Working for Patients'
which stated that systematic peer review of medical care should be part of
the routine clinical practice of all doctors. It became clear in the 1990s that
audit needed a multi-disciplinary approach to succeed, and clinical audit
soon included all healthcare professionals. The clinical effectiveness agenda
was introduced in 1996 and it highlighted the importance of evidenced based
standards as a basis of all audit topics (RACS, 1996).
SEJARAH AUDIT KLINIS
VERSI NICE
Istilah Clinical Audit (Audit Klinis) mulai diperkenalkan di Inggris
sejak tahun 1993 sebagai sebuah kegiatan peningkatan mutu
proses dan keluaran (output) dari pelayanan klinis (clinical care).
Kegiatan dilakukan dalam bentuk telaah sistematis terhadap
pelayanan medis yang telah diberikan dibandingkan dengan
kriteria dan standar yang dinyatakan secara eksplisit dan diikuti
dengan upaya perbaikan (NICE, 2002)

9
APA BEDA AUDIT KLINIS
DENGAN AUDIT MEDIS
Clinical audit tends to be used as an umbrella term for any audit conducted
by professionals in health care. Audits conducted by doctors are often referred
to as medical audit. Although the term 'clinical audits' could also be used. It is
important to stress that very few health care procedures involve just one
professional discipline and that non-clinical staff such as receptionists,
secretaries, porters, managers, etc play a vital role in the quality of the service
provided. Clinical audit, therefore is usually a multi-disciplinary activity. Many
clinical audits are also 'multi-sectoral'. that is they may involve health and
social services" (NHS Executive. 1997).
AUDIT MEDIS
DALAM
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
UNDANG UNDANG PRAKTIK KEDOKTERAN

KARS
AUDIT MEDIS DALAM UU RS
N0 44 PASAL 39
(1) Dalam penyelenggaraan Rumah Sakit harus dilakukan audit.
(2) Audit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa audit kinerja dan
audit medis.
(3) Audit kinerja dan audit medis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat
dilakukan secara internal dan eksternal.
(4) Audit kinerja eksternal sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat dilakukan
oleh tenaga pengawas.
(5) Pelaksanaan audit medis berpedoman pada ketentuan yang ditetapkan
oleh Menteri.
AUDIT MEDIS DALAM PMK 755

• Audit medis adalah upaya evaluasi secara profesional terhadap


mutu pelayanan medis yang diberikan kepada pasien dengan
menggunakan rekam medisnya yang dilaksanakan oleh profesi
medis.
• Mitra bestari (peer group) adalah sekelompok staf medis dengan
reputasi dan kompetensi profesi yang baik untuk menelaah segala
hal yang terkait dengan profesi medis.
AUDIT MEDIS DALAM PMK 755

Untuk mempertahankan mutu dilakukan upaya pemantauan dan


pengendalian mutu profesi melalui :
• Memantau kualitas, misalnya morning report, kasus sulit, ronde
ruangan, kasus kematian (death case), audit medis, journal
reading;
• Tindak lanjut terhadap temuan kualitas, misalnya pelatihan singkat
(short course), aktivitas pendidikan berkelanjutan, pendidikan
kewenangan tambahan.
DARI AUDIT MEDIS
KE AUDIT KLINIS
• Permenkes 755 th 2011 tidak cukup, karena hanya utk dokter
• Permenkes 49 th 2013 hanya utk perawat
• Diperlukan acuan baru yang lebih lengkap
• Audit klinis meliputi perjalanan klinis asuhan pasien
• Melibatkan tidak hanya dokter akan tetapi juga PPA lain yang ikut
memberi asuhan pada pasien
• Hasil audit akan menggambarkan mutu pelayanan RS secara lebih
komprehensif
A. STAF KLINIS:
•STAF MEDIS
STAF
•STAF KEPERAWATAN
RUMAH •STAF KESEHATAN
SAKIT PROFESIONAL LAINNYA

B. STAF NON KLINIS


AUDIT KEPERAWATAN
MENURUT PMK 49 TAHUN 2013
CARA MELAKUKAN
AUDIT KEPERAWATAN
AUDIT MEDIS & AUDIT KLINIS
DALAM
STANDAR NASIONAL AKREDITASI
STANDAR AKREDITASI RS VERSI SNARS Ed 1.1
I. Kelompok Standar Pelayanan Berfokus pada Pasien
Bab 1. Akses ke RS dan Kontinuitas Pelayanan (ARK)
Bab 2. Hak Pasien dan Keluarga (HPK)
Bab 3. Asesmen Pasien (AP)
Bab 4. Pelayanan & Asuhan Pasien (PAP)
Bab 5. Pelayanan Anestesi dan Bedah (PAB)
Bab 6. Pelayanan Kefarmasian dan Penggunaan Obat (PKPO)
Bab 7. Manajemen Komunikasi dan Edukasi pasien (MKE)
II. Kelompok Standar Manajemen Rumah Sakit
Bab 1. Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP)
Bab 2. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)
Bab 3. Tata Kelola Rumah Sakit (TKRS)
Bab 4. Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK)
Bab 5. Kompetensi dan Kewenangan Staf (KKS)
Bab 6. Manajemen Informasi & Rekam Medis (MIRM)

21
SNARS EDISI 1.1
Standar PMKP 5.1
Dilakukan evaluasi Elemen Penilaian PMKP 5.1
proses pelaksanaan • Rumah sakit menetapkan evaluasi pelayanan
panduan praktik klinis, kedokteran dengan panduan praktik klinis, alur
alur klinis (clinical klinis, atau protokol. (R)
pathway), dan/atau • Hasil evaluasi dapat menunjukkan perbaikan
variasi dalam lima fokus area pada pemberian
protokol klinis, pelayanan. (D,W)
dan/atau prosedur,
• Rumah sakit telah melaksanakan audit klinis
dan/atau standing dan atau audit medis pada panduan praktik
order di prioritas klinis/alur klinis prioritas di tingkat rumah sakit.
pengukuran mutu (D,W)
pelayanan klinis.
SNARS EDISI 1.1
Standar TKRS11.2 Elemen Penilaian TKRS 11.2
Setiap Kelompok Staf Medis (KSM) • Ada regulasi yang mengatur bahwa setiap Kelompok Staf
memilih dan menetapkan panduan Medis (KSM) setiap tahun memilih 5 (lima) panduan praktik
klinis, alur atau protokol klinis prioritas untuk dievaluasi sesuai
praktik klinis yang dapat dilengkapi kriteria yang ada pada maksud dan tujuan poin a) sampai
dengan alur klinis (clinical pathway) dengan g) dan poin 1) dan 2). (R)
dan/atau protokol klinis dan/atau • Ada bukti bahwa setiap tahun, panduan praktik klinis, alur
prosedur dan/atau standing order klinis, atau protokol dipilih sesuai dengan regulasi. (D,W)
sebagai panduan asuhan klinis yang • Ada bukti bahwa panduan praktik klinis, alur klinis, dan atau
akan dilakukan evaluasi. protokol tersebut telah dilaksanakan sesuai dengan regulasi.
(D,W)
• Ada bukti bahwa Komite Medik telah melakukan monitoring
dan evaluasi penerapan panduan praktik klinis, alur, dan atau
protokol klinis sehingga berhasil menekan keberagaman proses
dan hasil. (D,W)
APA PERBEDAAN
AUDIT MEDIS & AUDIT KLINIS
DENGAN
EVALUASI KINERJA PROFESIONAL
KENAPA
Profesional perlu dievaluasi
Acuan Evaluasi Praktik Profesional
UURS pasal 29 KEWAJIBAN RS
• b. memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, antidiskriminasi, dan efektif dengan mengutamakan
kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan Rumah Sakit;
• g. membuat, melaksanakan, dan menjaga standar mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit sebagai acuan
dalam melayani pasien;

UU RS PASAL 46
• Rumah Sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap semua kerugian yang ditimbulkan atas kelalaian
yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di Rumah Sakit.

UU RS Pasal 13
• (3) Setiap tenaga kesehatan yang bekerja di Rumah Sakit harus bekerja sesuai dengan : Standar profesi ,
Standar pelayanan rumah sakit ,Standar prosedur operasional yang berlaku, Etika profesi , Menghormati hak
pasien dan , Mengutamakan keselamatan pasien

UU PK Psl 44
Dokter atau dokter gigi dalam menyelenggarakan praktik kedokteran wajib mengikuti standar
pelayanan kedokteran atau kedokteran gigi.

Direktur RS harus tahu kemampuan dokter yang bekerja di RS: → mengeluarkan clinical appointment
dan delineation of clinical priviledge (SPK dan RKK)
KONSEP PENINGKATAN MUTU IAK
DALAM STANDAR AKREDITASI RS IIL
INDIKATOR INDIKATOR MUTU
MUTU KUNCI
IAM

ISKP
STAF MEDIS
PENGUKURAN
MUTU

STAFF STAF PERAWAT


UNIT/ IKU
KLINIS
PENILAIAN
KINERJA INDIVIDU/ STAF KLINIS LAIN
IKI
PENINGKATAN
STAF NON SISTEM KINERJA
MUTU RS PEGAWAI/ SKP
KLINIS

PPK & CP
ASUHAN
KLINIS
INPUT PCC

STANDARISASI PROSES RADIOLOGI

OUTPUT/ LABORATORIUM
OUTCOME INTEGRASI
PELAYANAN
ANESTHESI

STERILISASI 27
BAGAIMANA HUBUNGAN AUDIT MEDIS & KLINIS
DENGAN EVALUASI PRAKTIK PROFESIONAL

AUDIT : IMPLEMENTASI Panduan


 Praktik Klinis (PPK)
STANDAR PELAYANAN  Alur Klinis (Clinical Pathway)
DI RS  Protokol Asuhan

EVALUASI PRAKTIK PROFESIONAL


MENGGUNAKAN HASIL AUDIT MEDIS & AUDIT KLINIS
SEBAGAI SUMBER DATA

28
TUJUAN AUDIT KLINIS
➢ Audit yg efektif harus mengarah kepada perubahan,
➢ Program Audit Klinis yg aktif adalah sarana edukatif semua profesional, terutama
para junior.
➢ Program Audit Klinis yg aktif adalah sarana komunikasi yang efektif untuk alih
pengetahuan dan pengalaman antara berbagai spesialisasi,
➢ Audit memicu kerjasama tim antara para profesional,
➢ Pelaksanaan audit memicu pengisian Rekam Medis dengan baik.
➢ Hasil audit dapat menjadi topik untuk penulisan makalah ilmiah.

29
AUDIT KLINIS YANG IDEAL

Audit Klinis bukan proses pencarian kesalahan, bukan pula


sebagai jalan memberikan peningkatan pengetahuan klinis untuk
penyedia pelayanan kesehatan tapi untuk meningkatkan kualitas
pelayanan asuhan pasien di jangka panjang.
Audit klinik adalah review kinerja klinis, sebuah proses siklus
dalam meningkatkan kualitas perawatan klinis.
Komite Medis dan KSM berperan aktif dalam mewujudkan tata
kelola klinis yang baik melalui pelaksanaan audit klinis.

30
CIRI CIRI AUDIT KLINIS YANG BAIK

• Keterbukaan,
• Bukan konfrontasi,
• Bukan ‘mengadili’ seseorang,
• Bukan menuduh, bukan menyalahkan, bukan mempermalu kan seseorang
(not to name, blame, and shame some body), apa lagi mencari‘kambing
hitam untuk dikorbankan,
• Dilaksanakan dalam suasana kekerabatan /persaudaraan,dan edukatif,
• Kerahasiaan dijaga.

31
AUDIT MEDIS & AUDIT KLINIS
BAGAIMANA MELAKSANAKANNYA
DI RUMAH SAKIT
PENETAPAN
PRIORITAS

33
DASAR PENETAPAN PRIORITAS
 1. MISI & TUJUAN STRATEGIS RS (PELY UNGGULAN)
 2. TEMUAN MASALAH
 3. SISTEM ATAU PROSES YANG BERVARIASI
PENERAPANNYA
 4. PERBAIKAN YANG BERDAMPAK PADA EFISIENSI
 5. DAMPAK PADA PERBAIKAN SISTEM

34
PENETAPAN PELAYANAN PRIORITAS RUMAH SAKIT

NO KSM PPK CP PROTOKOL

1 BEDAH V V V

2 PENYAKIT DALAM V V

3 OBGYN V V

4 NEUROLOGI V V V

5 ANAK V V

6 ORTHOPAEDI V V V

7 JANTUNG & P DARAH V V

8 REHABILITASI MEDIK V

10

35
PENETAPAN AREA PELAYANAN PRIORITAS RUMAH SAKIT

NO UNIT KERJA IAK IAM ISKP

1 IGD V V

2 RAWAT JALAN V V V

3 BEDAH SENTRAL V V

4 ICU V V V

5 RAWAT INAP DEWASA V V

6 RAWAT INAP ANAK V V

7 RAWAT STROKE V V

8 FARMASI V V

9 LABORATORIUM V V

10

36
PENETAPAN PELAYANAN PRIORITAS LOKAL
PADA KSM ANAK

Hig Proble
N High High
Penyakit h m
O Volume Risk
Cost Prone
Community Acquired
1 v v v v
Pneumonia
2 Demam berdarah Dengue v v v
3 Diare v v
4 Nefrotik Sindrom v
5 Leukeumia v v
6 Marasmus v v
7 Kelainan Jantung Bawaan v v
8 Diabetes Melitus v
Respiratory Distress
9 v v v
Syndrome
10 Tifoid V 37
SIKLUS AUDIT
MENURUT PMK 755

KRITERIA
MENETAPKAN KRITERIA AUDIT KLINIS

Tidak ada sebuah cara khusus untuk menulis kriteria audit klinik, namun kriteria atau
standar yang baik harus bersifat SMART, yaitu :
Specific: jelas dan khusus, tidak ambigu dan bebas dari kepentingan-kepentingan
tertentu
Measureable: dapat diukur
Agreed: disetujui oleh semua pihak
Relevant: relevan
Theoretically sound: berdasarkan bukti klinis yang terbaik dan terbaru, misalnya
bersumber dari referensi diwww.sign.co.uk atau www.cochrane.org
Jumlah kriteria tidak perlu terlalu banyak, sekitar 6-10 kriteria sudah cukup.
YANG HARUS DIPERHATIKAN

1. Kriteria Audit BUKAN kriteria diagnosis.


Contoh : Untuk kasus Pneumonia
Kriteria diagnosis pneumonia adalah: ada demam, sesak nafas dan batuk
Kriteria auditnya adalah: dilakukan pemeriksaan suhu tubuh, pemeriksaan frekuensi
nafas dan anamnesa mengenai riwayat batuk. Kriteria audit ini merupakan kriteria
proses pelayanan klinis yang diberikan, sehingga tidak tergantung dari hasil
pemeriksaan (penatalaksanaan pneumonia disebut baik/memenuhi standar bila dokter
telah memeriksa suhu tubuh pasien meski hasil pemeriksaannya pasien tidak demam,
atau dokter telah memeriksa frekuensi nafas meski hasil pemeriksaan menunjukan
frekuensi napas masih dalam batas normal)

2.Kriteria JANGAN terlalu luas, harus spesifik.


Contoh : Untuk Kasus DHF
Kriteria : melakukan terapi cairan sesuai standar (terlalu luas)
Seharusnya: diberikan carian RL
CONTOH KRITERIA AUDIT KLINIS :

Kriteria Standar Perkecualian Sumber


data
Asesmen awal dalam 24 jam
Pemilihan pemeriksaan penunjang
Informasi & Edukasi pasien
Tatalaksana gizi
Rencana asuhan medis lengkap
Rencana asuhan keperawatan lengkap
Pelaksanaan PTO
Variasi penggunaan obat
Lama hari rawat (LOS)
Variasi Biaya (kelas 3)

41
EVALUASI KRITERIA MENGGUNAKAN CP

Variabel kepatuhan Sesuai CP Total persen


Asesmen awal DPJP dalam 24 jam
Pemilihan pemeriksaan penunjang saat admisi
Tatalaksana medis
Varians penggunaan obat
Length of stay
Biaya (kelas 3)

42
EVALUASI KRITERIA MENGGUNAKAN PPK
STROKE NON HEMORAGIS
Hasil audit
Hasil audit terdiri dari:
1. Tingkat kesesuaian antara standar penatalaksaaan sesuai
kriteria dengan pelaksanaan dilapangan
2. Penyebab/masalah utama ketidaksesuaian (bila ada)
3. Usulan rencana tindak lanjut untuk meningkatkan mutu
dalam bentuk POA
HASIL EVALUASI
KEPATUHAN PADA PPK
93%

75% 77%

67%

HIPERTENSI DIARE AKUT APPENDISITIS STROKE INFARK


HASIL EVALUASI
PPK STROKE NON HEMORAGIS

DIAGNOSIS CT SCAN PENUNJANG TERAPI TERAPI FAKTOR RESIKO


EVALUASI PRAKTIK PROFESIONAL
DALAM
STANDAR NASIONAL AKREDITASI
PENILAIAN KINERJA
INDIVIDU

Staf Non Klinis Staf Klinis

Staf Medis:
OPPE/FPPE
Sesuai dengan
uraian tugas & Staf
hasil kerja yg Keperawatan
telah ditetapkan
Staf Kes Prof
Lainnya
48
OPPE/EPPB
• Evaluasi dan mutu dari pelayanan di kaji setiap tahun: Ongoing
professional practice evaluation (OPPE)/Evaluasi Praktik Profesional
Berkelanjutan (EPPB)
FPPE/EPPT
• Evaluasi terhadap mutu pelayanan yang bermasalah dikaji secara
khusus untuk mencari penyevab dan solusi : Focused professional
practice evaluation (FPPE)/ Evaluasi Praktik Profesional Terfokus
(EPPT)

KARS
Standar KKS 11 Elemen Penilaian KKS 11
(SNARS Ed 1.1) • Ada regulasi penilaian kinerja untuk evaluasi
Rumah sakit mutu praktik profesional berkelanjutan, etik,
dan disiplin staf medis. (lihat juga TKRS 11 EP
melaksanakan proses 2 dan TKRS 12 EP 1). (R)
yang seragam untuk • Ada bukti monitoring dan evaluasi mutu
melaksanakan praktik profesional berkelanjutan, etik, dan
disiplin staf medis untuk peningkatan mutu
evaluasi mutu dan pelayanan dan keselamatan pasien. (D,W)
keselamatan asuhan • Data dan informasi hasil pelayanan klinis dari
pasien yang diberikan staf klinis di-review secara objektif dan
berdasar atas bukti, jika ada dilakukan
oleh setiap anggota benchmarking dengan pihak eksternal rumah
staf medis. sakit. (lihat juga TKRS 11.1). (D,W)
3 (tiga) area umum yaitu:
MONITORING 1. PERILAKU,
DAN EVALUASI 2. PENGEMBANGAN PROFESIONAL
BERKELANJUTAN
STAF MEDIS 3. KINERJA KLINIS.

WIA
MAKSUD MONITOR DAN EVALUASI
BERKELANJUTAN:

1. Meningkatkan praktik individual terkait mutu


dan asuhan pasien yang aman.
2. digunakan sebagai dasar mengurangi variasi
didalam KSM (kelompok staf medis)/Unit layanan
dengan cara membandingkan diantara kolega,
pelaksanaan PPK (panduan praktik klinis) dan
clinical pathway.
3. Digunakan sebagai dasar memperbaiki kinerja
kelompok staf medis /Unit layanan dengan cara
membandingkan acuan praktik diluar rumah
sakit, publikasi riset, indikator kinerja klinis
nasional bila tersedia.
BAGAIMANA MELAKUKAN EVALUASI

1. DENGAN PEER REVIEW->UNTUK EVALUASI


PERILAKU & PROFESIONALISME
2. DENGAN OPPE / FPPE -> UNTUK EVALUASI KINERJA
KLINIS
3. EVALUASI KINERJA TERKAIT REMUNERASI->
DILAKUKAN SETIAP BULAN
ALAT YANG BISA DIPAKAI
UNTUK EVALUASI
1. Evaluasi kepatuhan terhadap PPK/Protokol
2. Evaluasi kepatuhan terhadap Clinical Pathway
3. Evaluasi peer review
4. Evaluasi rekan kerja 360*
5. Data pelaksanaan pelayanan

AUDIT MEDIS/AUDIT KLINIS


SIAPA PENANGGUNG JAWAB
EVALUASI
• Direktur Medik !!!
• Komite medik/sub komite mutu profesi ?
• Mitra bestari ?
• Ketua KSM ?
• Kepala Instalasi ?
• Staf yang ditunjuk ?
• Evaluasi kinerja staf medis yang
comprehensif VS traditional peer review
• Membangun kompetensi dokter melalui
data
APA MANFAAT • Membantu menciptakan pendekatan yang
MENETAPKAN konsisten dan fair untuk mengevaluasi
dokter
KERANGKA KINERJA • Menetapkan harapan dan pengukuran
kinerja
STAF MEDIS • Membantu staf medis terus bertanggung
jawab atas kinerja mereka
KARS

a) Asuhan pasien: memberikan asuhan


pasien dengan perhatian yang tulus, tepat
dan efektif
b) Pengetahuan medis/klinis: membangun
dan mengembangkan ilmu biomedis, klinis
AREA KOMPETENSI dan sosial dan penerapan pengetahuan
untuk asuhan pasien dan pendidikan
PRAKTISI KLINIS lainnya
c) Pembelajaran dan peningkatan berbasis
praktek: menggunakan ilmu dan metode
berbasis bukti
d) Ketrampilan hubungan antar manusia
dan komunikasi
AREA KOMPETENSI PRAKTISI KLINIS

e) Profesionalism: komitmen untuk secara terus menerus


mengembangkan professionalitas, etika, pemahaman dan
kepekaan terhadap keragaman dan sikap tanggungjawab terhadap
pasien, profesinya dan masyarakat.
f) Praktek berbasis sistem:pemahaman terhadap konteks dan
sistem dimana pelayanan kesehatan diberikan.

WIA
• Review terhadap prosedur-prosedur operatif dan klinis
lain serta hasilnya (kepatuhan SPO/ outcome misal ILO,
Reoperasi, Pneumoni pasca operasi (anestesi)
• Pola Penggunaan darah/Obat/alkes : keseuaian antara
KRITERIA EVALUASI permintaan dgn kebutuhan → jumlah kantung darah yg
tidak digunakan. Kepatuhan terhadap formularium.
PRAKTIK Penggunaan alkes yg tidka sesuai SPO
PROFESSIONAL • Pola Permintaan tes/prosedur/Tindakan: Kepatuhan
BERKELANJUTAN permintaan penunjang /prosedur/tindakan sesuai SPO
• Length of stay: berbasis dokter dan penyakit
• Data Morbiditas dan mortalitas: kriteria morbiditas sesuai
indikator yg digunakan
• Jumlah kasus yang dikonsulkan/dirujuk ke spesialis lain
Data dan informasi berasal dari proses monitoring dikaji
sekurang-kurangnya setiap 12 bulan oleh kepala unit
layanan, ketua kelompok staf medis, subkomite mutu,
manajer pelayanan medis. Hasil, simpulan, dan tindakan
yang dilakukan didokumentasikan di dalam file kredensial
staf medis atau dokumen lain yang relevan. (D,W)

Bila ada temuan yang berdampak pada pemberian


kewenangan staf klinis, ada proses untuk tindak lanjut
terhadap temuan dan tindakan tersebut didokumentasi
dalam file staf medis dan disampaikan ke tempat staf
medis memberikan pelayanan. (D,W)
Melibatkan pemantauan lebih
Evaluasi spesifik dan waktu terbatas
Praktek Evaluasi praktek profesional
Profesional dilakukan dalam tiga situasi:
• 1) Saat awal dokter diberikan RKK
Terfokus • 2) Ketika ada tambahan kompetensi
(FPPE) baru diminta
• 3) Teridentifikasi adanya ketidak
sesuaian kinerja dokter (triger)
PENENTUAN TRIGER:
PENENTUAN LEVEL Contoh
• Meningkatnya infection rates
KINERJA YANG TIDAK • • Terjadi Sentinel events
DAPAT DITERIMA • • Meningkatanya LOS dibanding yg lain
• • Meningkatnya Operasi ulang
DIBANDINGKAN • • Pola Tes/Terapi yg tidak dibutuhkan
DENGAN LEVEL • • Gagal/tidak patuh terhadap PPK/CP
• • dll.
KINERJA YANG TELAH
MAPAN/DITETAPKAN
KARS
MONITORING DAN EVALUASI
STAF KEPERAWATAN
DAN
STAF PROFESSIONAL LAIN

EVALUASI PRAKTIK PROFESIONAL


DALAM BENTUK
EVALUASI KINERJA MUTU
Standar KKS 15
Rumah sakit melakukan evaluasi kinerja staf keperawatan berdasar atas
partisipasi dalam kegiatan peningkatan mutu rumah sakit.

Elemen Penilaian KKS 15


1. Ada dokumentasi penilaian mutu staf keperawatan berpatisipasi di dalam
program peningkatan mutu rumah sakit. (D,W)
2. Kinerja individual staf keperawatan dikaji bila ada temuan dalam aktivitas
peningkatan mutu. (D,W)
3. Seluruh data proses review kinerja staf keperawatan didokumentasikan
dalam kredesial perawat atau dokumen lainnya. (D,W)
A. KINERJA INDIVIDUAL :

PENILAIAN • AUDIT PELAKSANAAN ASKEP


(Pengkajian,Diagnosa,Renpra,intervensi,monev)

KINERJA STAF B. KINERJA UNIT KERJA :


KEPERAWATAN • Pencapaian Target/sasaran mutu unit
• Audit Clinical Pathway
• Eror pelayanan

WIA
Standar KKS 18
Rumah sakit
melaksanakan Elemen Penilaian KKS 18
identifikasi 1. Ada dokumentasi penilaian mutu profesional pemberi
tanggungjawab pekerjaan asuhan (PPA) lainnya dan staf klinis lainnya
berpatisipasi di dalam program peningkatan mutu
dan penugasan klinis rumah sakit. (D,W)
berdasar atas kredensial
2. Kinerja individual profesional pemberi asuhan (PPA)
profesional pemberi lainnya dan staf klinis lainnya dikaji bila ada temuan
asuhan (PPA) lainnya dan dalam aktivitas peningkatan mutu. (D,W)
staf klinis lainnya sesuai 3. Seluruh data proses review kinerja profesional
dengan peraturan pemberi asuhan (PPA) lainnya dan staf klinis lainnya
perundang-undangan. didokumentasikan dalam kredesial profesional
pemberi asuhan (PPA) lainnya dan staf klinis lainnya
atau dokumen lainnya. (D,W)
A. KINERJA INDIVIDUAL :

• AUDIT PELAKSANAAN ASUHAN


PASIEN
PENILAIAN (Pengkajian,Diagnosa,Rencana
KINERJA STAF Asuhan,intervensi,monev)

PROFESIONAL B. KINERJA UNIT KERJA :


LAIN
• Pencapaian Target/sasaran mutu unit
• Audit Clinical Pathway
• Eror pelayanan

KARS
EVALUASI KINERJA PROFESIONAL
(OPPE)
DIMASUKKAN KEDALAM SISTEM
REMUNERASI
OPPE STAF BEDAH
NILAI
NO INDIKATOR PENILAIAN BOBOT TARGET REALISASI
CAPAIAN

a b c d e f = e/dxc

A. ASUHAN PASIEN 40% 40.0%

1 Melaksanakan tindakan sesuai standar kewenangan klinik (clinical privilage) 7.0% 100% 100% 7.0%

2 Pengkajian awal (assessment awal) dilaksanakan lengkap dalam 24 jam seja pasien masuk RS 6.0% 100% 100% 6.0%

3 Pelaksanaan time out 6.0% 100% 100% 6.0%

4 Pelaksanaan site marking 6.0% 100% 100% 6.0%

5 Kepatuhan penulisan resep berdasarkan formularium 5.0% 80% 80% 5.0%

6 Adanya organ injuri/morbiditas pada saat tindakan kedokteran 5.0% 1% 1% 5.0%

7 kepatuhan dan kecepatan menjawab konsul 5.0% 80% 80% 5.0%

B. KETERAMPILAN INTERPERSONAL DAN KOMUNIKASI 10.0% 4.4%

1 Menerima komplain dari pesien atau keluarga pasien 6.0% 2% 5% 2.4%

2 Menerima komplain dari teman sejawat/profesi lainnya 4.0% 3% 6% 2.0%

C. PENULISAN DAN KELENGKAPAN REKAM MEDIS 40.0% 37.8%

1 Catatan perkembangan terintegrasi 6.0% 100% 100% 6.0%

2 Resume Medis 6.0% 100% 75% 4.5%

3 Informed Consent 5.0% 100% 100% 5.0%


OPPE STAF BEDAH
C. PENULISAN DAN KELENGKAPAN REKAM MEDIS 40.0% 37.8%

1 Catatan perkembangan terintegrasi 6.0% 100% 100% 6.0%

2 Resume Medis 6.0% 100% 75% 4.5%

3 Informed Consent 5.0% 100% 100% 5.0%

4 Laporan operasi/tindakan medis 5.0% 100% 100% 5.0%

5 Kelengkapan pengisian rekam medis dalam waktu 1 x 24 jam setelah pasien pulang 4.0% 80% 80% 4.0%

6 Kontrol pemberian obat (nama obat, waktu pemberian dosis, cara pemberian) 4.0% 100% 100% 4.0%

Konsistensi penulisan diagnosa dan tindakan (resume medis, ringkasan masuk keluar dan catatan perkembangan
7 4.0% 100% 100% 4.0%
terintegrasi)

8 Discharge planning 3.0% 100% 100% 3.0%

9 Edukasi kepada pasien/keluarga 3.0% 80% 60% 2.3%

D. PROFESIONALISME/PRILAKU KERJA 10.0% 9.3%

1 Visite DPJP setiap hari selambat-lambatnya jam 11.00 WITA 7.0% 90% 90% 7.0%

2 Menghadiri rapat tim medis 3.0% 80% 60% 2.3%

JUMLAH NILAI 100.0% 91.4%

NILAI PRESTASI KERJA 91%


(Baik)
CONTOH OPPE STAF NON BEDAH

NO INDIKATOR PENILAIAN BOBOT TARGET REALISASI NILAI CAPAIAN

a b c d e f = e/dxc

A. ASUHAN PASIEN 40% 40.0%

1 Melaksanakan tindakan sesuai standar kewenangan klinik (clinical privilage) 10.0% 100% 100% 10.0%

2 Pengkajian awal (assessment awal) dilaksanakan lengkap dalam 24 jam seja pasien masuk RS 8.0% 100% 100% 8.0%

3 Adanya KTD (Kejadian Tidak Diharapkan) dalam melakukan perawatan 8.0% 1% 0% 8.0%

4 Kepatuhan penulisan resep berdasarkan formularium 7.0% 80% 80% 7.0%

5 kepatuhan dan kecepatan menjawab konsul 7.0% 80% 80% 7.0%

B. KETERAMPILAN INTERPERSONAL DAN KOMUNIKASI 10.0% 10.0%

1 Menerima komplain dari pesien atau keluarga pasien 6.0% 2% 0% 6.0%

2 Menerima komplain dari teman sejawat/profesi lainnya 4.0% 3% 0% 4.0%

C. PENULISAN DAN KELENGKAPAN REKAM MEDIS 40.0% 38.8%

1 Catatan perkembangan terintegrasi 7.0% 100% 100% 7.0%

2 Resume Medis 7.0% 100% 100% 7.0%

3 Kelengkapan pengisian rekam medis dalam waktu 1 x 24 jam setelah pasien pulang 6.0% 80% 70% 5.3%

4 Kontrol pemberian obat (nama obat, waktu pemberian dosis, cara pemberian) 6.0% 100% 100% 6.0%
OPPE STAF NON BEDAH
C. PENULISAN DAN KELENGKAPAN REKAM MEDIS 40.0% 38.8%

1 Catatan perkembangan terintegrasi 7.0% 100% 100% 7.0%

2 Resume Medis 7.0% 100% 100% 7.0%

3 Kelengkapan pengisian rekam medis dalam waktu 1 x 24 jam setelah pasien pulang 6.0% 80% 70% 5.3%

4 Kontrol pemberian obat (nama obat, waktu pemberian dosis, cara pemberian) 6.0% 100% 100% 6.0%

Konsistensi penulisan diagnosa dan tindakan (resume medis, ringkasan masuk keluar dan catatan perkembangan
5 6.0% 100% 100% 6.0%
terintegrasi)

6 Discharge planning 4.0% 100% 100% 4.0%

7 Edukasi kepada pasien/keluarga 4.0% 80% 70% 3.5%

D. PROFESIONALISME/PRILAKU KERJA 10.0% 6.9%

1 Visite DPJP setiap hari selambat-lambatnya jam 11.00 WITA 7.0% 90% 65% 5.1%

2 Menghadiri rapat tim medis 3.0% 80% 50% 1.9%

JUMLAH NILAI 100.0% 95.7%

NILAI PRESTASI KERJA 96%


SANGAT BAIK
Terima kasih

dr. Djoni Darmadjaja, SpB, MARS, FISQua

You might also like