You are on page 1of 7

Gizi Indon 2004,27(2):94-101 Quality assurance pelayanan gizi

Suparman,dkk.

QUALITY ASSURANCE PELAYANAN GIZI DI PUSKESMAS


KOTA BANDUNG
Suparman1; Nelly Olifa Ilyas1 dan Ichwanuddin1
1
Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Bandung

ABSTRACT

QUALITY ASSURANCE OF HEALTH CENTER’S NUTITION SERVICES


IN BANDUNG
A cross-sectional study of quality assurance of nutrition services was conducted in all (68) health
centers in Bandung. Subjects selected for the study were nutrition staff, maternal and child health
staff for health provider, pregnant mothers, and mother of under five years old visiting health
center for consumer. Nutrition service performance, as the dependent variable, was measured by
using 11 different working activities in nutrition services. Three independent variables associated
with performance were collected i.e. nutrition education and training, availability of working
guidebook and other facilities, and client satisfaction and complain. The study showed that there
was no significant association between nutrition service performance and nutrition education and
training. A significant association was found between unavailability of working guidebook and
service performance. There was no association between service performance and satisfaction
except for client compliance. Nutrition services performance varied widely among nutrition service
providers.

Keywords: quality assurance, nutrition services, health staff

PENDAHULUAN pelayanan (services coverage) seperti


cakupan penimbangan (D/S), cakupan

M eningkatnya permintaan akan pemberian kapsul vitamin A, tablet tambah


darah, dan kapsul yodium serta cakupan
pelayanan kesehatan khususnya di
balita gizi buruk. Sehingga hal-hal yang
puskesmas sejalan dengan
berkaitan dengan kualitas pelayanan
semakin terbatasnya kemampuan
(services quality) seperti penerapan prosedur
masyarakat untuk mengakses unit-unit
pelayanan, perubahan perilaku, kepatuhan
pelayanan swasta, dan puskesmas telah
serta “kepuasan” klien bahkan dampak
menjadi tumpuan utama akan pelayanan
pelayanan (impact of services) masih kurang
kesehatan. Namun demikian pelayanan
diperhatikan.
kesehatan di puskesmas sendiri masih
Mutu pelayanan puskesmas, termasuk
dihadapkan pada masalah yang berkaitan
pelayanan gizi sangat bervariasi antar
dengan kualitas pelayanan.
puskesmas dan banyak ditentukan oleh
Keberhasilan program gizi salah satunya
faktor petugas (kemampuan dan motivasi)
yang sangat strategis ditentukan oleh
dan sebagian lagi oleh faktor sumber daya
konsistensi kualitas pelayanan yang
lainnya (1).
diberikan di unit-unit pelayanan kesehatan.
Penerapan pelayanan gizi di puskesmas
Walaupun strategi pembangunan kesehatan
dirasakan belum optimal, salah satu faktor
diarahkan untuk peningkatan mutu
karena belum adanya keseragaman dalam
pelayanan kesehatan, namun strategi
pelayanan gizi itu sendiri. Keadaan ini terjadi
tersebut dalam operasionalisasinya lebih
karena kualifikasi petugas yang memberikan
metitikberatkan pada aspek-aspek cakupan
pelayanan gizi masih terbatas dan beragam

94
Gizi Indon 2004,27(2):94-101 Quality assurance pelayanan gizi
Suparman,dkk.

latar belakang pendidikan serta belum point Likert. Data diklat dikumpulkan dengan
digunakannya konsep quality assurance wawancara, sementara data pedoman
dalam pelayanan gizi. Tidak standarnya pelayanan gizi menggunakan daftar tilik.
faktor-faktor yang digunakan dalam suatu Sedangkan data kinerja pelayanan gizi
jasa pelayanan, memberikan peluang dilakukan dengan pengamatan (observasi
terjadinya gangguan dalam mencapai dan simulasi) menggunakan daftar tilik, serta
tuntutan pelayanan yang berkualitas (2). data kepuasan dan kepatuhan klien dengan
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan wawancara (3,4). Uji statistik menggunakan uji
kajian mengenai kinerja pelayanan gizi non parametrik “ Mann-Whitney” (5,6).
puskesmas dengan pendekatan quality
assurance (jaminan kualitas), khususnya HASIL DAN BAHASAN
ingin mengetahui peranan faktor pendidikan
dan pelatihan petugas, pedoman pelayanan Tugas Pokok dan Pengalaman Kerja
terhadap penerapan quality assurance dan Sampel
pengaruhnya terhadap kepatuhan dan Wawancara dilakukan pada 68 orang
kepuasan klien. petugas Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) dan
68 orang Tenaga Pelaksana Kesehatan Ibu
BAHAN DAN CARA dan Anak (KIA). Sedangkan sampel ibu
hamil dan ibu balita masing-masing
Disain penelitian ini menggunakan jenis sebanyak 184 ibu.
survei potong lintang (cross-sectional), Hasil wawancara pengalaman kerja
semua variabel-variabel penelitian diukur petugas baik tugas pokok sebagai Tenaga
dan dikumpulkan secara serentak pada saat pelaksana Gizi maupun Tenaga KIA
yang bersamaan. Populasi adalah seluruh mendapatkan waktu yang sama yaitu rata-
puskesmas se-Kota Bandung yang rata selama 12 tahun.
berjumlah 68 buah puskesmas. Seluruh Salah satu masalah dalam quality
populasi puskesmas yang ada di Kota assurance adalah keragaman atau besarnya
Bandung diambil sebagai sampel. Pada variasi kinerja petugas atas setiap
penelitian ini unit sampel adalah puskesmas, pelayanan. Penelitian yang dilakukan
sedangkan unit pengamatan terdiri dari: dua terhadap sejumlah fasilitas pelayanan di
petugas untuk masing-masing puskesmas Amerika Serikat menunjukkan bahwa terjadi
terdiri dari Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) dan perbedaan kualitas pelayanan baik antar
Tenaga Pelaksana Kesehatan Ibu dan Anak petugas, antar pedoman maupun antar
(KIA) serta tiga ibu hamil dan tiga ibu institusi(7). Hasil yang sama pada penelitian
balita. Penentuan ibu hamil dan ibu balita ini menunjukkan kecenderungan yang tidak
yang dijadikan sampel secara purposive berbeda jauh.
dengan kriteria memiliki tingkat pendidikan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
SLTA keatas. dalam satu jenis pendidikan, kinerja petugas
Variabel penelitian terdiri dari variabel bervariasi (p<0.05), demikian juga antar
independent (diklat petugas dan pedoman pendidikan yang berbeda maupun antar
pelayanan gizi), variabel dependent (kinerja pedoman (p<0.05).
pelayanan gizi terdiri dari 5 jenis pelayanan Penelitian ini juga menunjukkan bahwa
gizi dan 6 jenis pengukuran antropometri) kinerja petugas puskesmas dalam
dan variabel outcome (kepuasan dan memberikan pelayanan kesehatan masih
kepatuhan klien terdiri dari 20 macam jauh dari harapan konsep quality assurance.
pertanyaan). Variabel diklat petugas dan Padahal hakaket atau tujuan quality
pedoman pelayanan gizi dan kinerja assurance pada dasarnya adalah
pelayanan gizi menggunakan skala ordinal 2 dihasilkannya pelayanan yang seragam oleh
kategori, sedangkan kepuasan dan unit-unit pelayanan(8).
kepatuhan klien menggunakan skala five
Pengukuran kinerja pelayanan gizi

95
Gizi Indon 2004,27(2):94-101 Quality assurance pelayanan gizi
Suparman,dkk.

Menurut Gambar 1, kinerja 11 pelayanan ketelitian dan persiapan oleh petugas


gizi yang diukur menunjukkan skor puskesmas itu sendiri.
pencapaian yang bervariasi. Terdapat 7 Pada penimbangan berat badan balita
(63,6%) pelayanan gizi yang pencapaiannya hanya 4 langkah (dari 9 langkah yang ada)
cukup tinggi (≥80%), namun masih ada pengukuran yang dilakukan dengan lengkap
sebanyak 4 (36,4%) pelayanan gizi masih dan benar oleh semua puskesmas. Langkah
rendah (<80%). Bila dianalisis, ternyata pelayanan yang jarang dilakukan, salah
pelayanan gizi yang pencapaian kinerjanya satunya yaitu tidak menyeimbangkan dacin
tinggi merupakan jenis kegiatan yang biasa dengan pemberat, sehingga hasil
dilakukan, namun kurang membutuhkan penimbangan berat badan balita akan
cenderung lebih berat dari yang seharusnya.

100 91.7 90 88.9 88.6


90 83.3 83.3 81.8 79.9 78.6
80
MEDIAN SKOR (%)

70 62.9 60
60
50
40
30
20
10
0

G
H
B

FE

S
T

M
S

LA

A
LU
Y

N
BL
J.

W
W

T.
G
BA

LI
N

LI

D
D

YU

VI
SE
PA

BB

TB
BB

BB

N
PE

KO

JENIS PELAYANAN

Gambar 1
Kinerja 11 Pelayanan Gizi Puskesmas

Ada pelayanan yang cukup penting dan petugas masih sekedar memberikan
biasa dilakukan tapi rendah pencapaiannya pelayanan tanpa memahami prinsip dan
seperti: pengukuran tinggi badan orang prosedur tetap pelayanan yang diberikan.
dewasa, penyuluhan, pemberian kapsul Belum adanya perbedaan kinerja antara
vitamin A. Demikian halnya dengan petugas gizi dengan petugas lain,
pelayanan konseling gizi yang baru menunjukkan bahwa ketrampilan teknis
dilakukan oleh beberapa puskesmas tertentu dalam melaksanakan pelayanan gizi kurang
(yang pernah mendapat pelatihan pelayanan dipraktekkan. Hal ini bisa terjadi karena
Pojok Gizi), walaupun memperlihatkan petugas gizi selama ini lebih banyak
kinerja yang berbeda antara petugas mengelola administrasi program gizi atau
(petugas gizi lebih baik) namun masih harus program lainnya yang cukup menyita waktu
ditingkatkan. Hal ini menunjukkan bahwa dan kesempatan, sehingga kurang
pelayanan gizi yang memerlukan persiapan mempraktekkan dan melatih kompetensi
dan kecermatan kurang mendapat perhatian,

96
Gizi Indon 2004,27(2):94-101 Quality assurance pelayanan gizi
Suparman,dkk.

keprofesiannya pada pelayanan-pelayanan


kegizian.
Hubungan Pedoman Pelayanan dengan
Hubungan pendidikan dan latihan dengan Kinerja Pelayanan Gizi
kinerja pelayanan gizi. Pedoman pelayanan gizi umumnya
Sebagian besar sampel adalah petugas menunjukkan pencapaian yang cukup tinggi,
dengan latar belakang pendidikan non gizi tidak ada perbedaan yang sangat mencolok
(69,3%) umumnya dengan pendidikan bidan, di antara puskesmas. Nilai median
dan hanya 13 petugas (11,4%) dengan pencapaian skor 92 persen, hal ini
pendidikan D-III Gizi. memberikan informasi bahwa ketersediaan
Partisipasi petugas dalam pelatihan gizi, pedoman pelayanan gizi di puskesmas
sangat diperlukan dalam pemantapan dan umumnya sudah baik. Analisis ketersediaan
pengembangan program atau pelayanan gizi pedoman pelayanan gizi dengan kinerja
di puskesmas. Ternyata sebagian besar pelayanan gizi petugas mendapatkan hasil
petugas tidak pernah mendapatkan pelatihan adanya hubungan tetapi berlawanan
teknis gizi (66,7%) dan hanya 21,1 persen (p<0,05) yaitu semakin lengkap tersedia
saja yang dalam 3 tahun terakhir pernah pedoman ternyata kinerja pelayanan petugas
mengikuti pelatihan teknis gizi. semakin menurun, hal ini dapat terjadi
Pencapaian skor diklat petugas karena petugas belum memanfaatkan
umumnya rendah yaitu kurang dari 50 penggunaan pedoman pelayanan gizi dalam
sebanyak 84 orang (73,7%), sedangkan skor memberikan pelayanan kepada pengunjung
tinggi hanya sebanyak 19 orang (16,7%). Hal puskesmas/ klien. Dengan pemahaman lain
ini tentunya memberikan banyak keter- bahwa walaupun pedoman pelayanan gizi
batasan dalam memberikan pelayanan gizi telah ada di puskesmas, namun pelayanan
yang standar. Ternyata latar belakang petugas masih berbeda atau tidak
pendidikan dan partisipasi mengikuti pelati- seragam/tidak konsisten.
han gizi tidak memberikan perbedaan Suatu penelitian yang dilakukan terhadap
terhadap kinerja pelayanan petugas sejumlah praktisi pelayanan kesehatan di
(P>0,05). Hal ini kembali membuktikan Boston, menunjukkan bahwa terdapat
bahwa terdapat kesenjangan atau ketidak- perbedaan pelayanan diantara petugas yang
konsistenan antara pengetahuan yang menggunakan pedoman yang sama (10).
dimiliki dengan praktek pelayanan sehari- Sehingga peranan pedoman saja masih
hari. belum memberikan kontribusi yang positif,
Pengetahuan dan pengalaman pelatihan bilamana tidak diimbangi dengan sosialisasi
yang dimiliki petugas, merupakan suatu hal pedoman dan kepatuhan petugas untuk
yang belum mampu memberikan konstribusi berkerja sesuai prosedur.
terhadap praktek pelayanan gizi di
puskesmas. Hal ini dapat terjadi karena Hubungan Kinerja Pelayanan Gizi Dengan
pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki Kepuasan dan Kepatuhan Klien
petugas belum diterapkan secara nyata, bisa Kepuasan dan kepatuhan klien
saja diakibatkan oleh lemahnya pengawasan merupakan indikator dari kualitas pelayanan.
atau supervisi atasan dan kurangnya Quality adalah fitness for purpose, apakah
motivasi petugas. Profiliance atau pelaksa- sesuatu yang diberikan itu memuaskan
naan kegiatan petugas merupakan fungsi kebutuhan dari konsumen ke tingkat yang
dari motivasi dan ability (9), berarti walaupun mereka harapkan? Hal ini menunjukkan bah-
petugas memiliki ketrampilan dan pengeta- wa aktifitas kerja kualitas yaitu mencocokan
huan yang cukup tentang pelayanan gizi, apa yang diharapkan (oleh klien) dengan apa
namun bilamana masih terjadi hambatan yang disediakan (provider). Kepuasan klien
rendahnya motivasi kerja, maka tuntutan akibat pelayanan yang baik akan mengha-
prosedur tetap pelayanan seringkali tidak silkan kepatuhan klien, karena kepatuhan
mendapat perhatian (tidak diaplikasikan). hanya dapat dicapai bilamana sistem

97
Gizi Indon 2004,27(2):94-101 Quality assurance pelayanan gizi
Suparman,dkk.

(pelayanan) dapat digerakan secara sinergis


oleh kebutuhan klien.

63.2 61.862.4
70
Rata-rata
% klien 60
50
40 17
16.7 17
30 11.812.9 12.4
4.9
20 5.2 5.1
0.70.8 0.8
10
0
Sangat Kurang Sedang Baik Sangat
Ibu ham il
Kurang Baik
Ibu balita
Gabungan Res pon Klien

Gambar 2
Keadaan Kepuasan dan Kepatuhan Klien Ibu Hamil dan Ibu Menyusui
Terhadap Pelayanan Gizi Puskesmas

Untuk mendapatkan gambaran kepu- layanan yang memenuhi keinginan,


asan dan kepatuhan dilakukan wawancara menerima layanan yang selalu baru “update”
pada ibu hamil dan ibu menyusui. Hasil dan informasi efek samping.
wawancara disajikan pada gambar 2. Uji lanjutan terhadap hubungan kinerja
Gambar menunjukkan ternyata sebagian pelayanan gizi dengan indikator kepuasan &
besar klien merasa setuju dengan kualitas kepatuhan klien (kunjungan ulang dan
pelayanan (kepuasan dan kepatuhan klien) informasi baru) menunjukkan hasil yang
yang diberikan oleh petugas. Namun tetap bermakna (p<0,05). Respon klien bisa
harus disadari bahwa klien sebenarnya menjadi lebih kritis dan positif, jika kinerja
masih belum setuju bahwa pelayanan gizi pelayanan semakin baik. Puskesmas
yang prima telah mereka rasakan. maupun petugas semakin dituntut agar
Dari analisis data yang diperoleh, mampu memberikan pelayanan yang lebih
umumnya klien menyatakan sikapnya cukup signifikan (“tidak biasa saja”). Untuk
konsisten dan sebagian besar “setuju” atau mendapatkan respon klien yang merasa
cukup puas terhadap kualitas pelayanan puas dan merasa dilayani kebutuhannya
yang diberikan oleh petugas. Namun dengan baik, agar mereka memiliki keinginan
berdasarkan hasil uji ternyata tidak ada untuk kembali datang ke puskesmas atau
hubungan antara kinerja pelayanan gizi mematuhi saran tindakan pengobatan yang
dengan kepuasan dan kepatuhan klien diberikan, dapat ditempuh dengan
(p>0,05). Hal ini bisa terjadi walaupun meningkatkan kualitas pelayanan yang lebih
ukuran kulitas kinerja pelayanan berbeda unggul.
antar puskesmas, tetapi perbedaan tersebut Menurut Goenari(11), ada 4 faktor yang
masih direspon sama. Sikap klien kemudian harus dipahami dan dilaksanakan sebelum
bisa berbeda dengan menunjukkan jawaban melakukan strategi pelayanan prima:
ke sikap “biasa atau ragu-ragu” meningkat a. memahami klien
terhadap pernyataan yang menunjukkan b. memahami konsep produk
kualitas pelayanan. Pernyataan-pernyataan c. strategi quality improvement
dimaksud berhubungan dengan istilah
profesional, layanan yang menyenangkan,

98
Gizi Indon 2004,27(2):94-101 Quality assurance pelayanan gizi
Suparman,dkk.

d. mengkomunikasikan standar kepa- 1. Langkah pertama untuk meningkatkan


da klien kualitas pelayanan gizi di puskesmas
Pada aspek mengkomunikasikan adalah melalui komitmen untuk
standar pelayanan kepada klien masih belum menerapkan konsep quality assurance
banyak dilakukan, sehingga pelayanan dengan meminimalkan bervariasinya
kesehatan yang berorientasi kepada klien pelayanan gizi.
masih harus ditingkatkan lagi melalui 2. Perlu diiventarisir jenis-jenis
komitmen menarapkan konsep quality pelayanan gizi yang memerlukan
assurance pada pelayanan gizi khususnya standarisasi pelayanan dan upaya serta
dan pelayanan kesehatan umumnya. strategi untuk menerapkannnya.
Demikian halnya masih sangat terbatas 3. Perlu dilakukan tindakan korektif
usaha-usaha yang dilakukan oleh staf (pembinaan dan supervisi) yang terus
puskesmas untuk lebih memahami produk menerus kepada petugas pelayanan
dan jasa layanan serta dalam membuat gizi, agar kinerja pelayanan tidak
strategi pelayanan yang lebih meningkat. semakin jauh dari tuntutan kualitas.

UCAPAN TERIMA KASIH


KESIMPULAN
Kepada tim yang terdiri dari: Siti Jamilah,
1. Kinerja pelayanan gizi belum Weni, Wina, Nelly, Imas, Danti, Pipit, Iis,
menunjukkan konsisten, masih Malini, Dwihartati, Risna dan Astriana, yang
bervariasi baik antar petugas, jenis telah membantu mengumpulan data ke
pelayanan maupun pedoman pelaya- seluruh pelosok Kota Bandung.
nan gizi yang digunakan.
2. Kepuasan dan kepatuhan klien masih RUJUKAN
belum terakomodasi oleh pelayanan
petugas, walaupun umumnya klien 1. Suparman, Muslimatun S & Abikusno
menyatakan setuju dengan kualitas N.. Relationship between health centers
pelayanan yang diberikan, namun performance and nuntrition status
cukup banyak klien menyatakan ragu- among children in Bandung District.
ragu manakala dikaitkan dengan Food and Nutrition Bulletin 2001, 22
tuntutan harapannya. (1): 39-44
3. Tidak ada hubungan antara latar 2. Anderson EA, Adam DA. Evaluating the
belakang pendidikan dan pelatihan Success of TQM Implementation:
petugas dengan kinerja pelayanan gizi Lesson from Employees. Production
( p>0,05). and Inventory Management Journal.
4. Ada hubungan berlawanan antara Fourth Quarter 1997 :1-6
pedoman pelayanan gizi dengan 3. Andrzejewski N dan Laguna RT. Use of
kinerja pelayanan gizi (p<0,05).
the Customer Satisfaction Survey by
5. Tidak ada hubungan antara kinerja Health Care. Regulator : A Tool for Total
pelayanan gizi dengan kepuasan/ Quality Management, Public Health
kepatuhan klien (p>0,05), kecuali Reports 1997. 112:206-212.
dengan 2 indikator kepuasan klien
4. Jackson K dan Kuehn L. Using Nursing
yaitu kunjungan ulang dan informasi
Standars to evaluate Competency.
baru (p<0,05)
Nursing Management 1997, 28(8):
32K,32N,32P.
SARAN
5. Capon J.A. Elementary Statistics for the
Social Sciences. Wordsworth Publ. Co,
1988.

99
Gizi Indon 2004,27(2):94-101 Quality assurance pelayanan gizi
Suparman,dkk.

6. Daniel W.W. Statistik Non Parametrik 9. Syamsi Ibnu. Pokok-Pokok Organisasi


Terapan. Jakarta: Gramedia. 1989. dan Manajemen. Jakarta: Rineka Cipta,
7. Palmer RH, Louis TA, Peterson HF, 1994.
Rothrock JK, Strain R, Wright EA. What 10. Palmer RH, Wright EA, Orav EJ.
Makes Quality Assurance Effective ?. Hargraves JL. dan Louis TA.
Medical Care 1996, 34 : SS29-SS39. Consistency in Performance Among
8. .Buchara, s. & Sukisno. Quality Primary Health care Practitioners.
Assurance Guidebooks.. Jakarta : Medical Care 1996 34:SS52-SS66.
Directorate of High Education , 2000. 11. Goenari A.S. Pelayanan Prima Konsep
dan Strategi. Bandung : BLK, 2001.

100

You might also like