Professional Documents
Culture Documents
PEMIJAHAN IKAN GABUS (Channa Striata) DENGAN RANGSANGAN HORMON GONADOTROPIN SINTETIK DOSIS BERBEDA
PEMIJAHAN IKAN GABUS (Channa Striata) DENGAN RANGSANGAN HORMON GONADOTROPIN SINTETIK DOSIS BERBEDA
ABSTRACT
The objective of this study is to know the best synthetic gonadotrophine hormon
doses to stimulate the breeding of snakehead through observing the latent time, the number
of eggs, and the percentage of fertilized eggs and the hatching percent of snakehead. This
experiment was conducted in (UPR) Batanghari Sembilan in North Indralaya sub-district in
Ogan Ilir regency on January until February 2015. The design of this study was completely
randomized design which having three different treatments of different doses of hormone
given. The doses treatments were P1 = 0.2 ml/kg fish, P2 = 0.4 ml/kg fish and P3 = 0.6
ml/kg fish with each male and female parent of fish was injected three treatment trhee times
for each treatments. The result of this experiment showed that utilization of synthetic
gonadotrophine hormone with different doses had significant different effect to hatching
percentage did not significantly different (P<5%) to latent time, the amount of eggs, and
fertilized eggs percentage of snakehead. In this experiment, the treatment P1 was the best
terms of four parameters which were the latent time (27.70 hours), the amount of eggs
(6,668 eggs), the fertilized eggs percentage (99.75 %), and hatching percentage (78.47 %).
Futhermore, the value range of water quality during the experiment were temperature 28-
320C, pH 3.7-7.0 and dissolved oxygen 3.08-5.76 ppm.
Keywords : gonadotrophine hormone, snake head fish, spawning, doses
1
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Saputra, et al. (2015)
mengakibatkan populasi ikan gabus di ikan gabus agar dapat memijah. Beberapa
alam semakin sedikit (Fitriliyani, 2005). penelitian yang menggunakan hormon
Berdasarkan data statistik Dirjen gonadotropin sintetik diantaranya
PPHP (2010) dalam Cucikodana et al. penelitian Marimuthu (2011), pada
(2012), bahwa ikan gabus merupakan Channa punctatus. Hasil dari penelitian
salah satu hasil tangkapan penting dalam tersebut menunjukkan penggunaan dosis
sektor perikanan di Indonesia, jumlah terbaik adalah 0,4 ml/kg ikan Channa
produksi ikan gabus di Sumatera Selatan punctatus sedangkan pada Fitriliyani
pada tahun 2008 yaitu sebesar 5.702 ton. (2005), pada ikan Channa Striata
Habitat ikan gabus di lahan banjiran, rawa mengatakan bahwa penggunaan
dan lebak di Sumatera Selatan semakin gonadotropin sintetik lebih efektif jika
berkurang dan sempit karena telah berubah dibandingkan dengan pregnant mare
menjadi pemukiman penduduk dan lahan serum gonadotrophine (PMSG). Mengacu
pertanian (Makmur, 2003). Jika hal pada dua penelitian tersebut maka
tersebut terus berlanjut, maka dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk
dikhawatirkan dapat menyebabkan mengetahui dosis gonadotropin sintetik
populasi ikan gabus di alam semakin terbaik dalam pemijahan ikan ikan gabus.
berkurang, mengingat ikan gabus
pemijahannya bersifat musiman, BAHAN DAN METODA
tergantung pada peningkatan hormon Bahan-bahan yang digunakan
gonadotropin dan hormon steroid serta dalam penelitian meliputi indukan ikan
menunggu sinyal lingkungan sebagai gabus (ukuran 160-170 g/ ekor), hormon
pematangan gonad (Ng dan Idler, 1983) gonadotropin sintetik dan pakan induk.
sehingga ditemui kesulitan untuk Alat-alat yang digunakan antara lain
memperoleh ikan gabus sepanjang tahun. timbangan analitik, waring, terpal, transek,
Berdasarkan hal tersebut, maka spuit suntik, pH meter, termometer, dan
dibutuhkan teknologi yang dapat DO meter. Penelitian ini dilaksanakan di
membantu memijahkan ikan gabus, yaitu Unit Pembenihan Rakyat (UPR)
mempercepat pemijahan dengan Batanghari Sembilan Kecamatan Indralaya
menyuntikan hormon gonadotropin Utara kabupaten Ogan Ilir, pada bulan
sintetik, sebagai upaya untuk merangsang Januari sampai dengan Februari 2015.
2
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Saputra, et al. (2015)
3
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Saputra, et al. (2015)
4
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Saputra, et al. (2015)
ikan memijah yaitu 27,70 jam adalah cukup lama antara P1, P2 dan P3 untuk
waktu rata-rata paling lama induk ikan bisa melakukan ovulasi. Induk ikan gabus
gabus untuk mampu melakukan yang berhasil melakukan ovulasi
pemijahan. Berdasarkan analisis sidik disebabkan adanya pengaruh dari dosis
ragam menunjukan bahwa penggunaan penyuntikan menggunakan hormon
dosis hormon gonadotropin sintetik yang gonadotropin sintetik .
berbeda tidak berbeda nyata terhadap Semakin banyak penggunaan dosis
waktu laten pemijahan ikan gabus. Cepat yang disuntikan ke induk ikan gabus,
atau lambatnya waktu laten atau batas semakin mempercepat pemijahan ikan
waktu ovulasi dipengaruhi oleh beberapa gabus. Adanya pengaruh GnRH dan anti
faktor yaitu faktor hormonal berupa dopamin semakin banyak diberikan
rangsangan penyuntikan hormon menyebabkan GtH mensekresikan kelenjar
gonadotropin sintetik terhadap proses hipofisa semakin banyak. GtH yang terlalu
spermiasi dan faktor lingkungan berupa banyak dapat menyebabkan
kuantitas dan kualitas air keberadaannya diplasma darah semakin
(Najmiyati, 2009). lama dapat memaksimalkan kematangan
Pada penelitian ini, cepatnya waktu gonad dan mempercepat ovulasi. Hal ini
laten pada perlakuan P3 diduga karena pula dijelaskan oleh Kestemont (1988)
dosis hormon gonadotropin sintetik paling dalam Novianto (2004) yang menyatakan
tinggi, sehingga menyebabkan aktivitas bahwa kombinasi antara LHRH-a dan anti
pengeluaran feromonnya makin cepat oleh dopamin dapat menyebakan tingginya GtH
induk betina untuk ovulasi. Menurut yang disekresikan dan keberadaannya
Syafei et al. (1991) dalam Zairin Jr et al. dalam plasma darah lebih lama.
(2005), respon feromon menyebabkan
terjadinya peningkatan hormon neurofisa, Jumlah telur
sehingga bila kadarnya telah mencapai Jumlah telur adalah jumlah telur yang
tingkat tertentu mengakibatkan dikeluarkan saat ovulasi (Najmiyati et al.,
pengeluaran telur oleh induk betina 2006). Berdasarkan hasil penelitian jumlah
semakin cepat. Ovulasi ikan gabus dengan telur induk ikan gabus pada perlakuan P1,
penggunaan hormon gonadotropin sintetik P2 dan P3 rata-rata mencapai 2.847-6.668
dilihat dari lama selisih waktu butir/cm2 ikan gabus. Jumlah telur ikan
diperolehnya ovulasi dengan selisih waktu gabus pada perlakukan P1 sebesar 6.668
5
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Saputra, et al. (2015)
6
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Saputra, et al. (2015)
7
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Saputra, et al. (2015)
oksigen dari udara oleh tingginya aktivitas terhadap waktu laten, jumlah telur, dan
pergerakan ikan gabus di dalam wadah. persentase telur yang terbuahi. Pada
penelitian ini perlakuan P1 adalah
KESIMPULAN perlakuan yang terbaik berdasarkan pada
Penggunaan hormon gonadotropin empat parameter yakni waktu laten (27,70
sintetik dosis berbeda, memberikan hasil jam), jumlah telur (6.668 butir), persentase
berbeda nyata terhadap persentase telur telur terbuahi (99,75%) dan persentase
yang menetas namun tidak berbeda telur menetas (78,47%).
nyata
8
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Saputra, et al. (2015)
Makmur S. 2006. Fekunditas dan diameter Ng TB dan Idler DR. 1983. Yolk
telur ikan gabus (Channa striata formation and differentiation in
Bloch) di daerah banjiran sungai teleost fishes. In Hoar WS, Randall
Musi Sumatra Selatan. J. Fish DJ, Donaldson EM. (Eds.) Fish
Science. 7 (2):254-259. Physiology Vol IX. New York,
Manantung VO, Sinjal HJ dan Monijung Academic Press.pp. 373-404
R. 2013. Evaluasi kualitas, Ramli HR dan Rifa’i MA. 2010. Telaah
kuantitas telur dan larva ikan patin food habits, parsit dan bio-
siamdengan penambahan ovaprim limnologi fase-fase kehidupan ikan
dosis berbeda. J. Budidaya gabus (Channa striata) di perairan
Perairan. 1(3):14-23. umum Kalimantan Selatan. J.
Muhammad, Hamzah S dan Irfan A 2003. Ecosystem.10(2):76-84.
Pengaruh donor dan dosis kelenjar Sumiasari WE. 2010. Pengaruh Dosis
hipofisa terhadap ovulasi dan daya Hipofisa Ikan Lele Dumbo (Clarias
tetas telur ikan betok (Anabas gariepinus) Terhadap Kualitas
testudineus). J. Sain dan Teknologi. Sperma dan Penetasan Telur Ikan
3(3):87-94. Baung (Hemibrangus nemurus).
Najmiyati E, Lisyastuti E dan Eddy YH. Skripsi S1 (Tidak dipublikasikan).
2006. Biopotensi kelenjar hipofisis Fakultas Pertanian, UNSRI.
ikan patin (Pangasius pangasius) Tishom RI. 2008. Pengaruh sGnRHa+
setelah penyimpanan kering selama domperidon dengan dosis
0, 1, 2, 3 dan 4 bulan. Jurnal pemberian yang berbeda terhadap
Teknik Lingkungan. 7(3):311-316. ovulasi ikan mas (Cyprinus carpio
Najmiyati E. 2009. Induksi Ovulasi dan L) Surabaya. Berkala Ilmiah
Derajat Penetasan Telur Ikan Hike Perikanan. 3(1):9-16.
(Labeobarbus longipinnis) dalam Yulisman, Fitrani M dan Jubaedah D.
Penangkaran Menggunakan GnRH 2012. Peningkatan pertumbuhan
Analog. Tesis S2 (Tidak dan efisiensi pakan ikan gabus
dipublikasikan). Sekolah Pasca (Channa striata) melalui optimasi
Sarjana Institut Pertanian Bogor, kandungan protein dalam pakan.
Bogor. Jurnal Berkala Perikanan Terubuk.
Novianto E. 2004. Evaluasi Penyuntikan 40(2):47-55.
Ovaprim-C dengan Dosis Berbeda Zairin Jr M. Sari KR dan Raswin M. 2005.
pada Ikan Sumatera (Puntius Pemijahan ikan tawes dengan
tetrazona). Skripsi S1. Departemen sistem imbas memijahkan ikan mas
Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
sebagai pemicu. Jurnal Akuakultur
Bogor, Bogor Indonesia4(2):103-108.