Professional Documents
Culture Documents
Status Gizi Ibu Saat Hamil Berat Badan Lahir Bayi PDF
Status Gizi Ibu Saat Hamil Berat Badan Lahir Bayi PDF
ABSTRACT
Stunting is the condition of people’s nutrition status in the past through relation to
the environment and social economic based on Z-score TB/U in <-2 SD. The
causes of Stunting are nutrients intake and infection disease. South Sulawesi is in
the third position with dangerous category after Papua and Maluku. Prevalance
of stunting in south sulawesi about 38,9% (shortest 15,8% and short 23,1%)
(Balitbangkes, 2013). The objective of the research is knowing the relation
between nutrition status of pregrant woman (LILA) and born weight of infant
aged 6-36 months with stunting process in Puskesmas Bontoa, Maros. The type of
the research is observational design with “cross sectional study” the samples are
all infants aged 6-36 months in Puskesmas Bontoa Maros. The sample methods
using simple random sampling with Chi Square test. The result of the research
describes that there are 95 respondents for category of pregnant women’s
nutrition status (LILA), 28,4% for pregnant woman who experienced chronic
energy deficiency. There are 14.7% babies born with low weight (BBLR) and
49.5% infants that suffered stunting for category infant’s nutrition status based on
TB/U Stunting. Statistics test result shows that there are meaningful relation
between pregnant woman’s nutrition status (LILA) with stunting of infant (p=
0.01) and born weight in infants with stunting (p=0.02). The suggestion for
officers health need to increase PMT supply to pregnant woman to prevent the
increasing number of pregnant woman who suffered chronic energy deficiency in
Puskesmas Bontoa Maros.
18
Media Gizi Pangan, Vol. 25, Edisi 1, 2018 Status Gizi, Ibu Hamil
dibandingkan tahun 2010 yaitu sebesar pemberian MP-ASI tidak tepat waktu, anak
35,6 % (sangat pendek 18,5% dan pendek akan berisiko mengalami stunting dimasa
18%) dan pada tahun 2007 yaitu sebesar yang akan datang. Pada masa ini
36,8% (sangat pendek 18,8% dan pendek merupakan proses terjadinya stunting pada
18,0%) (Balitbangkes, 2013). anak dan peluang peningkatan stunting
Sulawesi Selatan merupakan terjadi dalam 2 tahun pertama kehidupan.
provinsi dengan urutan ke 3 yang masuk Keadaan ini semakin mempersulit untuk
dalam kategori serius setelah Papua dan mengatasi gangguan pertumbuhan yang
Maluku. Prevalensi stunting di Provinsi akhirnya berpeluang terjadinya stunting.
Sulawesi Selatan sebesar 38,9% (sangat Kejadian stunting yang berlangsung sejak
pendek 15,8% dan pendek 23,1%). masa kanak-kanak akan berdampak di
Prevalensi tertinggi stunting berdasarkan masa yang akan datang yaitu dapat
kelompok umur terdapat pada kelompok menyebabkan gangguan Intelligence
usia 12-35 bulan (Balitbangkes, 2013). Quotient (IQ), perkembangan psikomotor,
Maros merupakan salah satu kemampuan motorik, dan integrasi
Kabupaten di Sulawesi Selatan berada neurosensori, mempunyai rata-rata IQ 11
pada urutan ketiga mengalami masalah point lebih rendah dibandingkan dengan
stunting tertinggi setelah Jeneponto dan anak yang tidak stunting (UNICEF, 2009).
Pangkep. Prevalensi stunting di Kabupaten Berdasarkan hasil penelitian pada
Maros yaitu 42,3% yang terdiri dari anak usia 3–23 bulan di Tanzania
pendek dan sangat pendek. Kecamatan menunjukkan bahwa malaria, berat badan
Bontoa merupakan urutan kedua prevalensi lahir rendah (BBLR), pendapatan keluarga
stunting tertinggi setelah Kecamatan yang rendah dan indeks massa tubuh
Camba. Prevalensi balita stunting di (IMT) ibu yang rendah berperan sebagai
Kecamatan Bontoa yang terdiri dari faktor risiko terjadinya stunting pada anak.
pendek dan sangat pendek yaitu 24,3% Berat badan lahir rendah dan indeks massa
(Data Laporan PSG, 2015). tubuh ibu yang rendah merupakan dua
Penyebab stunting diantaranya faktor risiko terkuat untuk penyebab
adalah hambatan pertumbuhan dalam stunting (Mamiro, 2005).
kandungan, asupan zat gizi yang tidak Hasil penelitian lain yaitu
mencukupi untuk mendukung mengatakan ada hubungan yang signifikan
pertumbuhan dan perkembangan yang antara berat badan lahir bayi dengan
cepat pada masa bayi dan anak anak serta stunting. Balita yang mempunyai berat
seringnya terkena penyakit infeksi selama lahir rendah, memiliki risiko menjadi
masa awal kehidupan, anak memiliki stunting sebesar 1,7 kali dibandingkan
panjang badan yang rendah ketika lahir, dengan balita yang mempunyai berat berat
anak yang mengalami berat lahir yang lahir normal (Fitri, 2012).
rendah pada saat dilahirkan dan pemberian Berdasarkan uraian masalah diatas,
makanan tambahan yang tidak sesuai maka peneliti tertarik untuk meneliti
menurut usia disertai dengan konsistensi hubungan status gizi ibu hamil dan berat
makanannya (Kusuma, 2013). badan lahir bayi dengan kerjadian Stunting
Anak yang lahir BBLR disebabkan di Wilayah kerja Puskesmas Bontoa
karena asupan ibu yang kurang pada saat Kabupaten Maros.
kehamilan sehingga terjadi penghambatan
pertumbuhan pada anak dan sering terkena METODE
penyakit infeksi. Apabila pola asuh ibu Penelitian ini merupakan penelitian
yang tidak baik seperti tidak memberikan observasional dengan desain cross
ASI Ekslusif pada usia 0-6 bulan dan sectional study, yaitu variabel dependen
19
Media Gizi Pangan, Vol. 25, Edisi 1, 2018 Status Gizi, Ibu Hamil
20
Media Gizi Pangan, Vol. 25, Edisi 1, 2018 Status Gizi, Ibu Hamil
Tabel 4.
Distribusi Sampel berdasarkan Hubungan Status Gizi Ibu saat Hamil dengan Stunting
Tabel 4 menunjukkan bahwa status ibu yang normal berdasarkan LILA dengan
gizi ibu yang KEK dengan status gizi anak status gizi anak berdasarkan TB/U
normal berdasarkan TB//U sebanyak 6.3% (stunting) sebanyak 27.4%. Berdasarkan
dan status gizi ibu yang KEK dengan status uji statistik diperoleh nilai p= (0,01) yang
gizi anak berdasarkan TB/U (stunting) lebih kecil dari nilai ᾳ (0.05) yang berarti
sebanyak 22.1% sedangkan status gizi ibu ada hubungan antara status gizi ibu
yang normal berdasarkan LILA dengan berdasarkan LILA dengan kejadian
status gizi anak berdasarkan TB/U stunting.
(normal) sebanyak 44.2% dan status gizi
Tabel 5.
Distribusi Sampel berdasarkan Hubungan Berat Badan Lahir Bayi dengan Stunting
Tabel 5 menunjukkan bahwa anak nilai P = (0,02) yang lebih kecil dari nilai
yang lahir BBLR dengan status gizi normal ᾳ(0.05) yang berarti ada hubungan antara
berdasarkan TB/U yaitu sebanyak 3.2% berat badan lahir bayi dengan kejadian
dan anak yang berat badan lahir bayi stunting.
normal dengan status gizi anak
berdasarkan TB/U (stunting) sebanyak PEMBAHASAN
11.6%, sedangkan bayi yang lahir normal Berdasarkan hasil uji statistik
dengan status gizi normal berdasarkan diperoleh nilai p = 0.01 (<0.05) yang
TB/U yaitu sebanyak 47.4% dan berat berarti ada hubungan yang signifikan
badan lahir normal dengan status gizi anak antara status gizi ibu hamil berdasarkan
berdasarkan TB/U (stunting) sebanyak LILA dengan kejadian stunting pada balita
37.9%. Berdasarkan uji statistik diperoleh
21
Media Gizi Pangan, Vol. 25, Edisi 1, 2018 Status Gizi, Ibu Hamil
usia 06-36 bulan di wilayah kerja beresiko mengalami stunting di masa yang
Puskesmas Bontoa Kabupaten Maros. akan datang. Kemungkinan yang
Penelitian ini sejalan yang menyebabkan stunting adalah adanya
dilakukan di Madiun oleh Ismi Trihardiani faktor lain yang dialami bayi setelah lahir
pada tahun 2011 mengatakan bahwa ibu yaitu pola asuh ibu yang salah, pada saat
hamil yang mengalami Kurang Energi bayi mulai mendapatkan MP-ASI adalah
Kronik (KEK) mempunyai risiko 8,24 kali ketahanan pangan rumah tangga yang
lebih besar melahirkan bayi dengan BBLR kurang, jenis makanan MP-ASI yang tidak
yang akan berdampak stunting pada anak berkualitas, dan frekuensi pemberian tidak
di masa akan datang. Hasil penelitian ini tepat. Hal ini akan berpengaruh juga
juga sejalan dengan penelitian yang terhadap asupan zat gizi pada bayi
dilakukan oleh Sartono pada tahun 2013 sehingga anak akan menderita stunting
yang juga menunjukkan bahwa terdapat (PERSAGI, 2009).
hubungan yang sifnifikan antara ibu hamil Berdasarkan hasil uji statistik
Kekurangan Energi Kronis (KEK) dengan diperoleh nilai p = 0.02 (p<0.05) yang
kejadian stunting pada balita usia 6-24 berarti ada hubungan yang signifikan
bulan dengan nilai p = 0.042 (<0.05). antara berat badan lahir bayi dengan
Penelitian berbeda dilakukan oleh kejadian stunting pada balita usia 06 – 36
Kristiana Tri Warnisi dkk pada tahun 2016 bulan di wilayah kerja puskesmas bontoa
di Kecamatan Sedayu, Bantul, Yogyakarta kabupaten maros.
mengatakan bahwa riwayat KEK saat Penelitian ini sejalan dengan
hamil tidak berhubungan dengan kejadian penelitian yang dilakukan oleh Kolbrek
stunting pada balita. pada tahun 2011 mengatakan bahwa balita
Berdasarkan teori yang yang lahir dengan berat badan lahir rendah
mendukung hasil penelitian yang berhubungan dengan kejadian stunting.
dilakukan di wilayah kerja puskesmas Penelitian di Nepal oleh Paudel dkk pada
Bontoa kabupaten maros mengatakan ada tahun 2012 menunjukkan bahwa berat
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi badan lahir yang rendah memiliki resiko
status gizi ibu saat hamil. Hal ini stunting 4,47 kali lebih besar dari pada
disebabkan oleh masalah gizi, masalah gizi balita dengan berat badan lahir normal.
yang sering dihadapi ibu hamil yaitu Beberapa penelitian lain
Kurang Energi Kronik (KEK) dan anemia menunjukkan hasil yang berbeda, seperti
gizi. Ibu yang mengalami Kurang Energi yang dilakukan di Surabaya tentang faktor
Kronis (KEK) berarti ibu sudah mengalami yang berhubungan dengan kejadian
keadaan kurang gizi dalam waktu yang stunting pada balita oleh Khoirun Ni’mah
telah lama, bila ini terjadi kebutuhan gizi & Siti Rahayu Nadhiroh pada tahun 2015
untuk proses tumbuh kembang janin yang mengatakan bahwa tidak ada
menjadi terhambat sehingga ibu berisiko hubungan yang bermakna antara berat
melahirkan bayi BBLR. badan lahir rendah dengan kejadian
Pertumbuhan dan perkembangan stunting pada balita dengan nilai (p =
bayi dipengaruhi kondisi sejak dalam 1,000). Senada juga hasil penelitian yang
kandungan ibu. Ibu hamil KEK merupakan dilakukan oleh Nasikhah dan Margawati
penyebab 25-30 % Intrauterine Growth tahun 2012 mengatakan bahwa faktor
Retardation (IUGR) pada janin dan risiko kejadian stunting pada balita di
keadaan ini akan diturunkan dari satu Kecamatan Semarang Timur dimana berat
generasi ke generasi dan pertumbuhan badan lahir bukan merupakan faktor risiko
anak tidak maksimal di tahun-tahun kejadian stunting dengan nilai (p =1,000).
berikutnya. Anak lahir BBLR akan Demikian juga hasil penelitian yang
22
Media Gizi Pangan, Vol. 25, Edisi 1, 2018 Status Gizi, Ibu Hamil
23
Media Gizi Pangan, Vol. 25, Edisi 1, 2018 Status Gizi, Ibu Hamil
24