You are on page 1of 7

Media Gizi Pangan, Vol.

25, Edisi 1, 2018 Status Gizi, Ibu Hamil

STATUS GIZI IBU SAAT HAMIL, BERAT BADAN LAHIR BAYI


DENGAN STUNTING PADA BALITA

Sukmawati1, Hendrayati1, Chaerunnimah1, Nurhumaira2


1
Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan Kemenkes, Makassar
2
Alumni Prodi D-IV, Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan Kemenkes, Makassar

Korespondensi, E-Mail : Sukmawati@poltekkes-mks.ac.id

ABSTRACT

Stunting is the condition of people’s nutrition status in the past through relation to
the environment and social economic based on Z-score TB/U in <-2 SD. The
causes of Stunting are nutrients intake and infection disease. South Sulawesi is in
the third position with dangerous category after Papua and Maluku. Prevalance
of stunting in south sulawesi about 38,9% (shortest 15,8% and short 23,1%)
(Balitbangkes, 2013). The objective of the research is knowing the relation
between nutrition status of pregrant woman (LILA) and born weight of infant
aged 6-36 months with stunting process in Puskesmas Bontoa, Maros. The type of
the research is observational design with “cross sectional study” the samples are
all infants aged 6-36 months in Puskesmas Bontoa Maros. The sample methods
using simple random sampling with Chi Square test. The result of the research
describes that there are 95 respondents for category of pregnant women’s
nutrition status (LILA), 28,4% for pregnant woman who experienced chronic
energy deficiency. There are 14.7% babies born with low weight (BBLR) and
49.5% infants that suffered stunting for category infant’s nutrition status based on
TB/U Stunting. Statistics test result shows that there are meaningful relation
between pregnant woman’s nutrition status (LILA) with stunting of infant (p=
0.01) and born weight in infants with stunting (p=0.02). The suggestion for
officers health need to increase PMT supply to pregnant woman to prevent the
increasing number of pregnant woman who suffered chronic energy deficiency in
Puskesmas Bontoa Maros.

Keywords: Born Weight of Infants, Mid Upper Arm Circumference (MUAC),


stunting

PENDAHULUAN anak-anak, sekitar 37,2% anak di Indonesia


Balita merupakan salah satu menderita stunting. Pertumbuhan pada
kelompok umur yang rawan gizi. Salah masa ini penting karena merupakan salah
satu masalah gizi yang masih utama pada satu indikator kesehatan di masa dewasa
balita yaitu masalah gizi kronik atau (WHO, 2014).
disebut juga stunting. Data WHO Riset Kesehatan Dasar pada tahun
menyebutkan bahwa prevalensi stunting 2013 menunjukkan bahwa prevalensi
tertinggi berada pada wilayah Afrika dan stunting secara nasional sebesar 37,2%
Asia. Indonesia termasuk dalam lima besar (sangat pendek 18,0% dan pendek 19,2%),
negara di dunia untuk jumlah stunting pada yang berarti terjadi peningkatan

18
Media Gizi Pangan, Vol. 25, Edisi 1, 2018 Status Gizi, Ibu Hamil

dibandingkan tahun 2010 yaitu sebesar pemberian MP-ASI tidak tepat waktu, anak
35,6 % (sangat pendek 18,5% dan pendek akan berisiko mengalami stunting dimasa
18%) dan pada tahun 2007 yaitu sebesar yang akan datang. Pada masa ini
36,8% (sangat pendek 18,8% dan pendek merupakan proses terjadinya stunting pada
18,0%) (Balitbangkes, 2013). anak dan peluang peningkatan stunting
Sulawesi Selatan merupakan terjadi dalam 2 tahun pertama kehidupan.
provinsi dengan urutan ke 3 yang masuk Keadaan ini semakin mempersulit untuk
dalam kategori serius setelah Papua dan mengatasi gangguan pertumbuhan yang
Maluku. Prevalensi stunting di Provinsi akhirnya berpeluang terjadinya stunting.
Sulawesi Selatan sebesar 38,9% (sangat Kejadian stunting yang berlangsung sejak
pendek 15,8% dan pendek 23,1%). masa kanak-kanak akan berdampak di
Prevalensi tertinggi stunting berdasarkan masa yang akan datang yaitu dapat
kelompok umur terdapat pada kelompok menyebabkan gangguan Intelligence
usia 12-35 bulan (Balitbangkes, 2013). Quotient (IQ), perkembangan psikomotor,
Maros merupakan salah satu kemampuan motorik, dan integrasi
Kabupaten di Sulawesi Selatan berada neurosensori, mempunyai rata-rata IQ 11
pada urutan ketiga mengalami masalah point lebih rendah dibandingkan dengan
stunting tertinggi setelah Jeneponto dan anak yang tidak stunting (UNICEF, 2009).
Pangkep. Prevalensi stunting di Kabupaten Berdasarkan hasil penelitian pada
Maros yaitu 42,3% yang terdiri dari anak usia 3–23 bulan di Tanzania
pendek dan sangat pendek. Kecamatan menunjukkan bahwa malaria, berat badan
Bontoa merupakan urutan kedua prevalensi lahir rendah (BBLR), pendapatan keluarga
stunting tertinggi setelah Kecamatan yang rendah dan indeks massa tubuh
Camba. Prevalensi balita stunting di (IMT) ibu yang rendah berperan sebagai
Kecamatan Bontoa yang terdiri dari faktor risiko terjadinya stunting pada anak.
pendek dan sangat pendek yaitu 24,3% Berat badan lahir rendah dan indeks massa
(Data Laporan PSG, 2015). tubuh ibu yang rendah merupakan dua
Penyebab stunting diantaranya faktor risiko terkuat untuk penyebab
adalah hambatan pertumbuhan dalam stunting (Mamiro, 2005).
kandungan, asupan zat gizi yang tidak Hasil penelitian lain yaitu
mencukupi untuk mendukung mengatakan ada hubungan yang signifikan
pertumbuhan dan perkembangan yang antara berat badan lahir bayi dengan
cepat pada masa bayi dan anak anak serta stunting. Balita yang mempunyai berat
seringnya terkena penyakit infeksi selama lahir rendah, memiliki risiko menjadi
masa awal kehidupan, anak memiliki stunting sebesar 1,7 kali dibandingkan
panjang badan yang rendah ketika lahir, dengan balita yang mempunyai berat berat
anak yang mengalami berat lahir yang lahir normal (Fitri, 2012).
rendah pada saat dilahirkan dan pemberian Berdasarkan uraian masalah diatas,
makanan tambahan yang tidak sesuai maka peneliti tertarik untuk meneliti
menurut usia disertai dengan konsistensi hubungan status gizi ibu hamil dan berat
makanannya (Kusuma, 2013). badan lahir bayi dengan kerjadian Stunting
Anak yang lahir BBLR disebabkan di Wilayah kerja Puskesmas Bontoa
karena asupan ibu yang kurang pada saat Kabupaten Maros.
kehamilan sehingga terjadi penghambatan
pertumbuhan pada anak dan sering terkena METODE
penyakit infeksi. Apabila pola asuh ibu Penelitian ini merupakan penelitian
yang tidak baik seperti tidak memberikan observasional dengan desain cross
ASI Ekslusif pada usia 0-6 bulan dan sectional study, yaitu variabel dependen

19
Media Gizi Pangan, Vol. 25, Edisi 1, 2018 Status Gizi, Ibu Hamil

dan variabel independen diukur secara Tabel 1 menunjukkan bahwa dari


bersamaan. Penelitian ini dilaksanakan di 95 sampel, terdapat 48 orang (50.5%)
wilayah kerja Puskesmas Bontoa dengan status gizi normal berdasarkan
Kabupaten Maros pada bulan April 2017. TB/U dan 47 orang (49.5%) dengan status
Populasi pada penelitian ini ialah gizi stunting.
seluruh balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Bontoa Kabupaten Maros dengan jumlah Status Gizi Ibu saat Hamil berdasarkan
1717 balita. Sampel yaitu seluruh balita LILA
usia 6-36 bulan di Wilayah Kerja Tabel 2.
Puskesmas Bontoa Kabupaten Maros. Distribusi Sampel Status Gizi Ibu
Metode pengambilan sampel menggunakan Berdasarkan LILA
teknik simple random sampling. Adapun
besar sampel yaitu 95 orang. Status Gizi Ibu
n %
Pengumpulan data dilakukan Hamil (LILA)
dengan dua cara yaitu data primer dan data KEK 27 28.4
sekunder. Data Primer seperti identitas Normal 68 71.6
sampel, tinggi badan/panjang badan balita, TOTAL 95 100
umur balita, berat badan lahir bayi dan
LILA ibu. Identitas sampel diperoleh Tabel 2 menunjukkan bahwa dari
melalui wawancara ibu balita dengan 95 orang responden untuk kategori Status
menggunakan kuesioner. Data Sekunder Gizi Ibu berdasarkan LILA, sebanyak 27
seperti gambaran umum Puskesmas orang (28.4%) mengalami status gizi KEK
Bontoa. dan sebanyak 68 orang (71.6%) ibu yang
Pengolahan data seperti (1) status gizi normal.
identitas responden diperoleh melalui
kuesioner jawaban pertanyaan yang ada Berat Badan Lahir Bayi
dalam kuesioner (2) Data berat badan lahir Tabel 3.
bayi diperoleh dari buku KIA (3) Data Distribusi Sampel Berdasarkan Berat
Lingkar Lengan Atas (LILA) ibu diperoleh Badan Lahir Bayi
dari buku KIA. (4) kemudian data diinput
ke dalam aplikasi SPSS. (5) menganalisis Berat Badan
hubungan status gizi ibu saat hamil (LILA) n %
Lahir Bayi
dan berat badan lahir bayi dengan kejadian BBLR 14 14.7
stunting pada balita dengan menggunakan Normal 81 85.3
aplikasi SPSS. Analisis data dilakukan TOTAL 95 100
dengan menggunakan analisis Chi Sqaure.
Tabel 3 menunjukkan bahwa dari
HASIL 95 orang responden untuk kategori Berat
Status Gizi Anak Balita Berdasarkan Badan Lahir Bayi, sebanyak 14 orang
TB/U (14.7%) mengalami Berat Badan Lahir
Tabel 1. Rendah (BBLR), dan sebanyak 81 orang
Distribusi Sampel berdasarkan Status Gizi (85.3%) yang normal.
(TB/U)

Status Gizi (TB/U) n %


Normal 48 50.5
Stunting 47 49.5
TOTAL 95 100

20
Media Gizi Pangan, Vol. 25, Edisi 1, 2018 Status Gizi, Ibu Hamil

Hubungan Status Gizi Ibu saat Hamil dengan Stunting

Tabel 4.
Distribusi Sampel berdasarkan Hubungan Status Gizi Ibu saat Hamil dengan Stunting

ST.Gizi Ibu Status Gizi Balita (TB/U) Total


p
saat Hamil Normal Stunting n %
(LILA) n % n % n %
KEK 6 6.3 21 22.1 27 28.4 0.01
Normal 42 44.2 26 27.4 68 71.6
Total 48 50.5 47 49.5 95 100

Tabel 4 menunjukkan bahwa status ibu yang normal berdasarkan LILA dengan
gizi ibu yang KEK dengan status gizi anak status gizi anak berdasarkan TB/U
normal berdasarkan TB//U sebanyak 6.3% (stunting) sebanyak 27.4%. Berdasarkan
dan status gizi ibu yang KEK dengan status uji statistik diperoleh nilai p= (0,01) yang
gizi anak berdasarkan TB/U (stunting) lebih kecil dari nilai ᾳ (0.05) yang berarti
sebanyak 22.1% sedangkan status gizi ibu ada hubungan antara status gizi ibu
yang normal berdasarkan LILA dengan berdasarkan LILA dengan kejadian
status gizi anak berdasarkan TB/U stunting.
(normal) sebanyak 44.2% dan status gizi

Hubungan Berat Badan Lahir Bayi dengan Stunting

Tabel 5.
Distribusi Sampel berdasarkan Hubungan Berat Badan Lahir Bayi dengan Stunting

Status Gizi Balita (TB/U) Total


Berat Badan P
Normal Stunting n %
Lahir Bayi
n % n % n %
BBLR 3 3.2 11 11.6 14 14.7 0.02
Normal 45 47.4 36 37.9 81 85.3
Total 48 50.5 47 49.5 95 100

Tabel 5 menunjukkan bahwa anak nilai P = (0,02) yang lebih kecil dari nilai
yang lahir BBLR dengan status gizi normal ᾳ(0.05) yang berarti ada hubungan antara
berdasarkan TB/U yaitu sebanyak 3.2% berat badan lahir bayi dengan kejadian
dan anak yang berat badan lahir bayi stunting.
normal dengan status gizi anak
berdasarkan TB/U (stunting) sebanyak PEMBAHASAN
11.6%, sedangkan bayi yang lahir normal Berdasarkan hasil uji statistik
dengan status gizi normal berdasarkan diperoleh nilai p = 0.01 (<0.05) yang
TB/U yaitu sebanyak 47.4% dan berat berarti ada hubungan yang signifikan
badan lahir normal dengan status gizi anak antara status gizi ibu hamil berdasarkan
berdasarkan TB/U (stunting) sebanyak LILA dengan kejadian stunting pada balita
37.9%. Berdasarkan uji statistik diperoleh

21
Media Gizi Pangan, Vol. 25, Edisi 1, 2018 Status Gizi, Ibu Hamil

usia 06-36 bulan di wilayah kerja beresiko mengalami stunting di masa yang
Puskesmas Bontoa Kabupaten Maros. akan datang. Kemungkinan yang
Penelitian ini sejalan yang menyebabkan stunting adalah adanya
dilakukan di Madiun oleh Ismi Trihardiani faktor lain yang dialami bayi setelah lahir
pada tahun 2011 mengatakan bahwa ibu yaitu pola asuh ibu yang salah, pada saat
hamil yang mengalami Kurang Energi bayi mulai mendapatkan MP-ASI adalah
Kronik (KEK) mempunyai risiko 8,24 kali ketahanan pangan rumah tangga yang
lebih besar melahirkan bayi dengan BBLR kurang, jenis makanan MP-ASI yang tidak
yang akan berdampak stunting pada anak berkualitas, dan frekuensi pemberian tidak
di masa akan datang. Hasil penelitian ini tepat. Hal ini akan berpengaruh juga
juga sejalan dengan penelitian yang terhadap asupan zat gizi pada bayi
dilakukan oleh Sartono pada tahun 2013 sehingga anak akan menderita stunting
yang juga menunjukkan bahwa terdapat (PERSAGI, 2009).
hubungan yang sifnifikan antara ibu hamil Berdasarkan hasil uji statistik
Kekurangan Energi Kronis (KEK) dengan diperoleh nilai p = 0.02 (p<0.05) yang
kejadian stunting pada balita usia 6-24 berarti ada hubungan yang signifikan
bulan dengan nilai p = 0.042 (<0.05). antara berat badan lahir bayi dengan
Penelitian berbeda dilakukan oleh kejadian stunting pada balita usia 06 – 36
Kristiana Tri Warnisi dkk pada tahun 2016 bulan di wilayah kerja puskesmas bontoa
di Kecamatan Sedayu, Bantul, Yogyakarta kabupaten maros.
mengatakan bahwa riwayat KEK saat Penelitian ini sejalan dengan
hamil tidak berhubungan dengan kejadian penelitian yang dilakukan oleh Kolbrek
stunting pada balita. pada tahun 2011 mengatakan bahwa balita
Berdasarkan teori yang yang lahir dengan berat badan lahir rendah
mendukung hasil penelitian yang berhubungan dengan kejadian stunting.
dilakukan di wilayah kerja puskesmas Penelitian di Nepal oleh Paudel dkk pada
Bontoa kabupaten maros mengatakan ada tahun 2012 menunjukkan bahwa berat
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi badan lahir yang rendah memiliki resiko
status gizi ibu saat hamil. Hal ini stunting 4,47 kali lebih besar dari pada
disebabkan oleh masalah gizi, masalah gizi balita dengan berat badan lahir normal.
yang sering dihadapi ibu hamil yaitu Beberapa penelitian lain
Kurang Energi Kronik (KEK) dan anemia menunjukkan hasil yang berbeda, seperti
gizi. Ibu yang mengalami Kurang Energi yang dilakukan di Surabaya tentang faktor
Kronis (KEK) berarti ibu sudah mengalami yang berhubungan dengan kejadian
keadaan kurang gizi dalam waktu yang stunting pada balita oleh Khoirun Ni’mah
telah lama, bila ini terjadi kebutuhan gizi & Siti Rahayu Nadhiroh pada tahun 2015
untuk proses tumbuh kembang janin yang mengatakan bahwa tidak ada
menjadi terhambat sehingga ibu berisiko hubungan yang bermakna antara berat
melahirkan bayi BBLR. badan lahir rendah dengan kejadian
Pertumbuhan dan perkembangan stunting pada balita dengan nilai (p =
bayi dipengaruhi kondisi sejak dalam 1,000). Senada juga hasil penelitian yang
kandungan ibu. Ibu hamil KEK merupakan dilakukan oleh Nasikhah dan Margawati
penyebab 25-30 % Intrauterine Growth tahun 2012 mengatakan bahwa faktor
Retardation (IUGR) pada janin dan risiko kejadian stunting pada balita di
keadaan ini akan diturunkan dari satu Kecamatan Semarang Timur dimana berat
generasi ke generasi dan pertumbuhan badan lahir bukan merupakan faktor risiko
anak tidak maksimal di tahun-tahun kejadian stunting dengan nilai (p =1,000).
berikutnya. Anak lahir BBLR akan Demikian juga hasil penelitian yang

22
Media Gizi Pangan, Vol. 25, Edisi 1, 2018 Status Gizi, Ibu Hamil

dilakukan oleh Anugraheni pada tahun KESIMPULAN


2012 mengenai faktor risiko stunting pada 1. Ada hubungan antara status gizi ibu
anak 12 – 36 di Kabupaten Pati yang saat hamil (LILA) dengan kejadian
menunjukkan bahwa berat badan lahir stunting pada balita usia 06-36 bulan
bukan merupakan faktor risiko stunting. dengan nilai p = 0.01 (< 0.05).
Berat lahir pada umumnya sangat 2. Ada hubungan antara berat badan lahir
terkait dengan pertumbuhan dan bayi dengan stunting pada balita usia
perkembangan jangka panjang. Sehingga, 6-36 bulan dengan nilai p = 0.02 (<
dampak lanjutan dari BBLR dapat berupa 0.05).
gagal tumbuh (grouth faltering). Seseorang
bayi yang lahir dengan BBLR akan sulit SARAN
dalam mengejar ketertinggalan 1. Disarankan kepada petugas kesehatan
pertumbuhan awal. Pertumbuhan yang perlunya meningkatkan pemberian
tertinggal dari yang normal akan PMT kepada ibu hamil untuk
menyebabkan anak tersebut menjadi mencegah bertambahnya ibu hamil
stunting. yang KEK di Wilayah Kerja
Berdasarkan teori yang Puskesmas Bontoa.
mendukung hasil penelitian yang 2. Diharapkan pada tenaga kesehatan
dilakukan di wilayah kerja puskesmas Puskesmas Bontoa ketika mendapatkan
bontoa kabupaten maros mengatakan ada anak yang lahir dengan keadaan berat
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi badan lahir rendah, maka tenaga
BBLR dengan kejadian stunting yaitu kesehatan memberikan informasi
kurangnya asupan gizi selama kehamilan, bahwa mereka memliki risiko untuk
sakit berat, komplikasi kehamilan, kurang menderita stunting (pendek) dan
gizi, keadaan stress pada ibu hamil dapat disarankan agar tetap menjaga
mempengaruhi pertumbuhan janin melalui kesehatan dan pola asuhnya.
efek buruk yang menimpa ibunya, atau
pertumbuhan plasenta dan transport zat-zat DAFTAR PUSTAKA
gizi ke janin. Bayi yang berat badan lahir Anugraheni, H. S. (2012). Faktor Risiko
rendah dimasa dewasanya akan mengalami Kejadian Stunting pada anak usia
stunting dan mempunyai risiko terkena 12-36 bulan di kecamatan Pati,
berbagai penyakit seperti penyakit jantung Kabupaten Pati (Skripsi,
koroner, diabetes, stroke, dan hipertensi Universitas Diponegoro,
(Soetjiningsih, 2009). Semarang). Diaksesdari
Stunting tidak terjadi dengan http://www.ejournal-s1.undip.ac.id
mudah dan membutuhkan waktu yang Data Laporan PSG. 2015. Prevalensi
lama. Artinya anak stunting cenderung Stunting di wilayah Maros.
lebih sering mengalami sakit, stress dan Fitri, 2012. Berat Badan Lahir sebagai
kekurangan asupan zat gizi serta perawatan faktor Dominan Terjadinya
selama atau pada periode pertumbuhan dan Stunting pada balita (12-59 bulan)
perkembangan otak tercepat. Kejadian di Sumatera (Analisis Data
stunting banyak dijumpai pada masa kanak Riskesdas 2010). Tesis. Fakultas
– kanak karena pada masa ini individu Kesehatan Masyarakat, Universitas
bergantung pada orang dewasa untuk Indonesia.
memenuhi kebutuhannya (Notobroto, Ismi Tihardiani. 2011. Faktor Risiko
2004). Kejjadian Berat badan Lahir
Rendah Di Wilayah Kerja
Puskesmas Kingkawang Timur dan

23
Media Gizi Pangan, Vol. 25, Edisi 1, 2018 Status Gizi, Ibu Hamil

Utara Kota Singkawang. Jurnal. – 184. Avaiable from :


Program Studi Gizi Fakultas http://ejournal-
Kedokteran Universitas s1.undip.ac.id/index.php/jnc.
Diponegoro Semarang. Paudel, R Pradhan, B, Wagle R. R., Pahari,
Kementrian Kesehatan RI. Badan D.P.& Onta S. R. 2012. Risk actors
Penelitian dan Pengembangan for Stunting Among Children: A
Kesehatan (Balitbangkes) Riset community Based Case Control
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013. Study in Nepal. Kathmandu
Laporan Nasional. Balitbang. University Medical Journal. PT
Jakarta 2013. Elex Media Komputindo : Jakarta
Khoirun Ni’mah dan Siti Rahayu Sartono. 2013. Hubungan Kurang Energi
Nadhiroh. 2015. Faktor yang Kronis Ibu Hamil dengan Kejadian
Berhubungan dengan Kejadian Stunting Pada Anak Usia 6-24
Stunting pada Balita. Jurnal. Bulan di Kota Yogyakarta.
Kolbrek, M. (2011). Malnutrition and Tesis.Universitas Gajah Mada.
Associated Risk Factors in Children Yogyakarta
aged 6-59 months in urban Soetjiningsih. 2009. Tumbuh Kembang
Indonesia (Master’s thesis, Anak. Jakarta : EGC
University of Oslo, Oslo, Norway). Unicef. 2009. Tracking Progress on Child
Diakses dari http:// and Maternal Nutrition a Survival
www.duo.uio.no and Development Priority. New
Kristiana Tri Warsini, Hamam Hadi, Detty York. USA
dan Siti Nurdiati. 2016. Riwayat www.unicef.org/publications.
KEK dan Anemia pada ibu hamil Diakses 1 Februari 2017.
tidak berhubungan dengan WHO, 2014 Situation : Underweight In
kejadian stunting pada anak usia 6- Children In Global Healhty
23 bulan di kecamatan Sedayu, Observatory
Bantul, Yogyakarta. Jurnal Gizi dan
Dietetik Indonesia.
Kusuma, E. K. 2013. Faktor Risiko
Kejadian Stunting pada Anak Usia
2-3 Tahun di Kecamatan Semarang
Timur. Program Studi Ilmu Gizi
Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro Semarang.
Mamiro. 2005. Feeding Practices and
Factors Contibuting to Wasting,
Stunting, and Iron-deficiency
Anemia among 3-23 month Old
Children in Kilosa District, Rural
Tanznia. J Health Popul Nutr 23 (3)
: 222-230.
Nasikhah, R., Margawati, A., 2012. Faktor
Risiko Kejadian Stunting pada
Balita Usia 24-36 Bulan di
Kecamatan Semarang
Timur.Journal of Nutrition College
Vol 1, No.1, Tahun 2012 page : 176

24

You might also like