You are on page 1of 11

Determinan Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah

Chaerul Reza dan Nunik Puspitasari


Departemen Biostatistika dan Kependudukan FKM UNAIR
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
Jl. Mulyorejo Kampus C Unair Surabaya 60115
Alamat Korespondensi:
Chaerul Reza
E-mail: rezachaerul@yahoo.com

ABSTRACT
In Indonesia infant with LBW was 10.2% from infant birth live in 2013. Infant mortality in East Java about 38.03%
caused by low birth weight (LBW). Cases of LBW in Sumberasih Subdistrict was 6.14% from infant birth live in
2013. LBW could be cause by multifactor that were demographic factor, maternal nutrition, antenatal care, and
environmental. This research aims was to analyze determinant of LBW in the Sumberasih Subdistrict Probolinggo
Regency in 2013. This research was case-control study. Dependent variable was infant with LBW, and independent
variables were maternal age, parity, birth interval, planned pregnancy, maternal anthropometric, environmental
tobbaco exposure during pregnancy, and antenatal care. Independent variables that have significant correlation
with dependent variable were maternal age, maternal anthropometric, and environmental tobbaco exposure.
The result of multivariat analysis showed there were effect of maternal age (sig.0.030), maternal anthropometric
(sig. 0.031), and environmental tobbaco exposure (sig. 0.048) to cases of LBW in The Sumberasih Subdistrict in
2013. In conclusion, the determinantof LBW in The Sumberasih Subdistrict in 2013 were maternal age, maternal
anthropometric, and environmental tobbaco exposure.Advice could be given were to pregnant women was she
must have antenatal care as soon as possible when pregnant, then to Sumberasih Public Health Center (PHC)
were screening to pregnant women, provide counseling to woman who have not pregnant before for provision to
readiness pregnancy, and publication the public service announcements about risk of maternal age and risk of
tobacco exposure.

Keywords: LBW, mother, pregnancy, infant

ABSTRAK
Indonesia pada Tahun 2013 jumlah bayi BBLR mencapai 10,2% dari total kelahiran hidup. Kematian bayi di
Jawa Timur 38,03% disebabkan oleh Berat Badan Bayi Lahir Rendah (BBLR). Kejadian BBLR di Kecamatan
Sumberasih sebesar 6,14% dari total kelahiran hidup. Penyebab BBLR bersifat multifaktoral antara lain faktor
demografi, status gizi ibu, antenatal care, dan lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis determinan
BBLR di Kecamatan Sumberasih Kabupaten Probolinggo Tahun 2013. Rancang bangun yang digunakan pada
penelitian ini adalah case-control. Variabel terikat pada penelitian ini adalah bayi dengan BBLR dan variabel
bebas pada penelitian ini adalah umur ibu, paritas, jarak kehamilan, perencanaan kehamilan, antropometri ibu,
paparan asap rokok selama kehamilan, dan antenatal care. Variabel bebas yang berhubungan dengan variabel
terikat adalah umur ibu, antropometri ibu, dan paparan asap rokok selama kehamilan. Hasil analisis pengaruh
menyatakan bahwa umur ibu (sig. 0,030), antropometri ibu (sig. 0,031), dan paparan asap rokok selama kehamilan
(sig. 0,048) berpengaruh terhadap kejadian BBLR. Dapat ditarik kesimpulan bahwa determinan bayi dengan BBLR
di Kecamatan Sumberasih Tahun 2013 berupa umur ibu, antropometri ibu, dan keterpaparan asap rokok selama
kehamilan. Saran yang dapat diberikan bagi para ibu hamil adalah segera melakukan kunjungan ANC ketika hamil.
Untuk puskesmas Sumberasih saran yang dapat diberikan adalah melakukan screening pada ibu hamil terkait faktor
risiko BBLR, menyediakan konseling kepada wanita yang belum mengalami kehamilan sebagai bekal menghadapi
kehamilan, dan mempublikasikan iklan layanan masyarakat mengenai usia risiko dan bahaya asap rokok terhadap
kejadian BBLR.

Kata kunci: BBLR, ibu, kehamilan, bayi

96
97 Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Vol. 3, No. 2 Desember 2014: 96–106

PENDAHULUAN kecamatan. Dilihat dari topografinya, Kabupaten


Pembangunan kesehatan bertujuan untuk Probolinggo terletak di lereng beberapa gunung
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan yang membujur dari Barat ke Timur. Kabupaten
kemampuan hidup sehat agar terciptanya derajat Probolinggo terletak 0–2500 m di atas permukaan
kesehatan yang optimal. Hal tersebut terangkum laut, sehingga menyebabkan tanah pada wilayah
pada Milenium Development Goals (MDGs) ini banyak mengandung mineral karena berasal
yang dalam bidang kesehatan secara rinci dari ledakan gunung berapi.
bertujuan untuk menurunkan angka kematian Menurut Kemenkes (2013) pada tahun
anak, meningkatkan kesehatan ibu, memerangi 2012, Probolinggo merupakan Daerah
HIV-AIDS, TB dan Malaria serta penyakit Bermasalah Kesehatan (DBK) Provinsi Jawa
lainnya. Salah satu penyebab terbesar kematian Timur. Beberapa indikator kesehatan Kabupaten
bayi adalah BBLR. Sebesar 38,03% kematian Probolinggo belum mencapai target atau belum
bayi disebabkan oleh Berat Badan Lahir Rendah maksimal, indikator tersebut di antaranya
(BBLR) pada tahun 2012 (Dinkes Jatim, 2012). adalah permasalahan persalinan, rasio fasilitas
Menurut Riskesdas 2013 BBLR di Indonesia kesehatan, rasio tenaga kesehatan, dan IPM
Tahun 2013 sebesar 10,2%. Prevalensi BBLR di (Pusat Data dan Informasi, 2013). Sumberasih
Provinsi Jawa Timur pada tahun 2012 sebesar merupakan salah satu kecamatan yang berada di
3,32% dari total kelahiran hidup. Prevalensi Kabupaten Probolinggo. Prevalensi BBLR pada
BBLR di Kabupaten Probolinggo pada tahun Kabupaten Probolinggo sebesar 5,26% dari total
2012 sebesar 5,26% dari total kelahiran hidup. kelahiran hidup, dengan rincian prevalensi bayi
Prevalensi bayi dengan BBLR di Kecamatan dengan BBLR terbesar berada pada Kecamatan
Sumberasih sebesar 9,04% pada tahun 2012, Sumberasih yaitu sebesar 9,04% (BPS Kab.
dan menurun menjadi 6,14% pada Tahun 2013 Probolinggo, 2014).
(BPS Kab. Probolinggo, 2014; Profil Puskesmas Determinan BBLR dan bayi prematur
Sumberasih, 2013). menurut Ohlsson & Shah (2008) antara lain umur
Menurut Saraswati (2006) risiko kematian ibu, paritas ibu, jarak kelahiran, perencanaan
pada umur < 1 tahun pada bayi dengan BBLR kehamilan, antropometri ibu, keterpaparan
sebesar 17 kali lipat dibandingkan bayi dengan asap rokok, dan antenatal care. Umur ibu
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). BBLR terlalu muda (< 20 tahun) ataupun terlalu tua
bersifat multifaktor sehingga BBLR sulit (> 35 tahun) merupakan salah satu faktor risiko
dicegah. Faktor yang dapat menyebabkan penyebab BBLR. Adapun umur ideal bagi ibu
BBLR adalah faktor ibu (usia, paritas, jarak untuk melahirkan adalah umur 20–35 tahun
kehamilan, riwayat penyakit, sosial ekonomi, (Rohan & Siyoto, 2013). Umur ibu terlalu muda
perilaku), faktor janin, faktor plasenta, dan mempunyai organ reproduksi yang belum matang
faktor lingkungan. Beberapa penelitian lain sehingga suplai aliran darah ke servik dan uterus
menjelaskan faktor yang mempengaruhi BBLR berkurang. Hal tersebut dapat mengakibatkan
antara lain adalah kebiasaan ibu sebagai contoh kurangnya asupan bagi janin yang sedang
merokok atau terpapar asap rokok, konsumsi berkembang (Ohlsson & Shah, 2008). Pada ibu
kafein, riwayat penyakit ibu selama mengandung dengan umur > 35 tahun organ kandungan yang
seperti pre ekslamsia, ekslamsia, hipertensi, dimiliki telah mengalami penuaan, kakunya
anemia, dan malaria. Faktor lain yang berperan jalan lahir, dan perubahan pada jaringan organ
pula dalam kaitannya dengan BBLR adalah reproduksi (Rochjati, 2011).
jarak kehamilan, tingkat pendidikan, sosial Ditinjau dari sudut pandang kematian
ekonomi, status gizi ibu, dan. kualitas serta maternal, paritas 1 dan paritas 3 (paritas tinggi)
kuantitas pemeriksaan antenatal (Proverawati berisiko meningkatkan kematian pada ibu,
& Isnawati, 2010; Pantiawati, 2010; Ohlsson sedangkan paritas 4 dapat meningkatkan risiko
& Shah, 2008). Probolinggo merupakan salah kematian pada ibu dan bayi. Paritas paling
satu kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa aman adalah paritas 2–3. Selain paritas, jarak
Timur dengan jumlah kecamatan sebanyak 24 kehamilan kurang dari 2 tahun atau lebih dari
3 tahun (jarak kelahiran tinggi) dapat
Reza, dkk., Determinan Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah … 98

meningkatkan risiko kematian pada ibu yang (K1), minimal 1 kali pada trimester kedua (K2),
sering hamil. Jarak kehamilan yang pendek dan minimal 2 kali pada trimester ketiga (K3
menyebabkan ibu terlalu payah akibat hamil, dan K4) (Dirjen BKM & Dirjen KIA, 2010).
risiko perdarahan, anemia pada ibu, kecacatan Standar pelayanan minimal (SPM) pelayanan
bayi, serta bayi berat badan lahir rendah ANC menurut Kemenkes RI (2013) antara
(Prawiroharjo, 2010). Sekitar sepertiga dari lain timbang badan dan ukur tinggi badan,
kelahiran hidup dan setengah dari seluruh ukur tekanan darah, skrining imunisasi tetanus
kehamilan merupakan kehamilan yang tidak (serta pemberian Tetanus Toksoid), ukur LILA,
diinginkan. Kehamilan yang tidak diinginkan ukur denyut jantung janin (DJJ), ukur tinggi
(unwanted pregnancy) merupakan salah satu fundus uteri, pemberian tablet Fe (besi), dan
faktor pemicu terjadinya stres pada ibu hamil. temu wicara. Tujuan pada penelitian ini adalah
Kehamilan yang tidak diinginkan bersamaan menganalisis determinan bayi dengan BBLR di
dengan stres tersebut seringkali mempunyai Kecamatan Sumberasih Tahun 2013. Determinan
dampak terhadap hasil kehamilan ibu seperti yang dianalisis berupa faktor demografi (umur,
BBLR (Ohlsson & Shah, 2008). paritas, jarak kehamilan, dan perencanaan
Pertumbuhan janin yang sedang dikandung kehamilan), antropometri ibu, keterpaparan asap
dapat dipengaruhi oleh status gizi ibu pada waktu rokok, dan antenatal care.
pembuahan. Salah satu cara untuk menentukan
status gizi adalah dengan cara mengukur
METODE PENELITIAN
antropometri. Antropometri yang diukur untuk
menentukan status gizi ibu hamil adalah dengan Jenis penelitian yang digunakan adalah
mengukur lingkar lengan atas (LILA) dan penelitian observasional analitik. Desain
kenaikan berat badan ibu hamil. Ambang batas penelitian yang digunakan pada penelitian ini
LILA pada wanita usia subur yang tidak berisiko adalah case-control. Penelitian dilakukan di
Kekurangan Energi Kronis (KEK) di Indonesia Kecamatan Sumberasih Tahun 2013. Waktu
adalah 23,5 cm, apabila LILA < 23,5 cm atau penelitian dilaksanakan selama 5 bulan, dimulai
dibagian merah pita LILA maka wanita tersebut bulan April hingga bulan Agustus 2014. Populasi
mempunyai risiko KEK (Supariasa, 2002; penelitian terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu
Pudjiadi, 2003). populasi kasus dan populasi kontrol atau
Paparan asap rokok merupakan semua pembanding. Populasi kasus adalah ibu yang
bahan kimia yang berasal dari pembakaran melahirkan bayi dengan BBLR di Kecamatan
rokok yang terhirup oleh perokok maupun Sumberasih pada Tahun 2013. Sementara
bukan perokok. Beberapa bahan kimia yang populasi pembanding adalah ibu yang melahirkan
dapat menganggu kehamilan adalah nikotin dan bayi dengan BBLN di Kecamatan Sumberasih
karbon monoksida. Nikotin dikonversi dalam pada Tahun 2013.
darah ibu menjadi kointin yang kemudian Derajat kepercayaan dalam penelitian ini
teralirkan keplasenta. Faktor lain yang berakitan menggunakan α 5% sehingga nilai Z1-α/2 adalah
dengan BBLR adalah Antenatal care (ANC). 1,96. Toleransi eror (Z1-β) pada penelitian ini
ANC dapat mengidentifikasi beberapa risiko menggunakan β 10% sehingga nilai Z1-β adalah
masalah kehamilan dan menyediakan konseling 1,28. Proporsi kasus pada kelompok penelitian
dan penanganan lebih lanjut. Meskipun secara menggunakan data dari hasil penelitian Tazkiah
biologis ANC belum diketahui keterikatannya (2013) mengenai determinan BBLR pada daerah
dengan kehamilan, tapi secara tidak langsung endemis malaria di Kabupaten Banjar Propinsi
dapat mendeteksi awal masalah kehamilan Kalimantan Selatan.
(Ohlsson & Shah, 2008). Jumlah kunjungan Sampel minimal masing-masing kelompok
ANC Kebijakan program yang diterapkan sebesar 32 responden dan ditambah 10% sehingga
pada pelayanan antenatal adalah menetapkan besar sampel minimal tiap kelompok menjadi
kunjungan yang dilakukan adalah minimal 35 responden. Perbandingan sampel kelompok
sebanyak 4 kali selama kehamilan, dengan pembanding dan sampel kelompok studi yaitu
rincian: minimal 1 kali pada trimester pertama
99 Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Vol. 3, No. 2 Desember 2014: 96–106

1:1, jadi untuk masing-masing populasi diambil atropometri ibu berupa ukuran Lingkar Lengan
sampel sebanyak 35 orang. Atas (LILA) ibu. LILA ibu yang berisiko yaitu
Variabel dependen pada penelitian ini adalah < 23,5 cm. Variabel keterpaparan asap rokok yang
kejadian bayi dengan BBLR. Determinan yang dimaksud adalah dalam lingkungan responden
diteliti pada penelitian ini adalah umur ibu, terdapat anggota keluarga yang merokok di
paritas, jarak kehamilan, perencanaan kehamilan, sekitar/dekat dengan ibu hamil selama masa
antropometri ibu, keterpaparan asap rokok, dan kehamilan. Variabel antenatal care (ANC)
antenatal care. Bayi dengan BBLR adalah berat pada penelitian ini dinilai dari segi kuantitas
badan bayi baru lahir yang ditimbang yang maupun kualitas pelayanan ANC. Penilaian
kurang dari 2500 gram, BBLR berkaitan dengan kuantitas berdasarkan jumlah kunjungan ibu
kesakitan serta kematian baik janin maupun bayi, selama kehamilan. Penilaian kualitas berdasarkan
gangguan perkembangan kognitif, dan berisiko kelengkapan pemeriksaan yang didapat ibu
terkena penyakit kronis pada hidupnya (Ohlsson selama masa kehamilan. Kategori pada variabel
& Shah, 2008). ANC yaitu buruk jika kuantitas atau kualitas
Umur ibu merupakan umur ibu ketika tidak sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal
melahirkan. Umur ibu berisiko yaitu umur (SPM), dan baik jika kuantitas dan kualitas sesuai
ibu yang < 20 tahun atau > 35 tahun. Paritas dengan SPM.
ibu adalah jumlah anak lahir hidup yang telah Analisis data yang dilakukan pada penelitian
dilahirkan seorang wanita. Paritas berisiko ini berupa analisis bivariat dan multivariat.
yaitu ibu yang pertama kali melahirkan atau Analisis bivariat digunakan untuk menganalisis
melahirkan > 3 anak. Jarak kehamilan adalah hubungan antar variabel dengan menggunakan uji
rentang waktu kehamilan terakhir dengan Chi square. Analsis multivariat digunakan untuk
kehamilan sebelumnya. Jarak kehamilan menganalisis pengaruh variabel independen
berisiko yaitu ibu yang hamil < 2 tahun setelah terhadap variabel dependen dengan menggunakan
kehamilan sebelumnya/anak pertama atau uji regresi logistik. Pada analisis multivariat
ibu yang hamil > 3 tahun setelah kehamilan dengan menggunakan uji regresi logistik selain
sebelumnya. Perencanaan Kehamilan merupakan didapat hasil pengaruh, didapat pula hasil OR
kehamilan yang dialami berdasar pada keinginan (Odds ratio) dan rumus permodelan regresi
pasangan suami istri (sudah terencana). Variabel logistik.

Tabel 1. Distribusi Bayi dengan BBLR di Kecamatan Sumberasih Tahun 2013


BBLR BBLR Kematian Jumlah
Desa Total Prematur Akibat BBLR Kelahiran Hidup
n % n % n % n %
Pesisir 6 9,6 2 7,7 1 20,0 83 8,2
Sumur mati 8 12,9 5 19,2 1 20,0 49 4,9
Banjarsari 5 8,1 3 11,5 0 0,0 124 12,3
Mentor 0 0,0 0 0,0 0 0,0 84 8,3
Ambulu 5 8,1 1 3,8 0 0,0 49 4,9
Lemah kembar 5 8,1 1 3,8 0 0,0 53 5,3
Gili 6 9,6 2 7,7 0 0,0 142 14,1
Muneng 2 3,2 0 0,0 0 0,0 67 6,6
Lawean 6 9,6 3 11,5 0 0,0 83 8,2
Jangur 4 6,5 2 7,7 1 20,0 51 5,1
Sumber bendo 2 3,2 2 7,7 0 0,0 84 8,3
Muneng Kidul 7 11,3 3 11,5 0 0,0 75 7,4
Posangit Leres 6 9,6 2 7,7 2 40,0 65 6,4
Total 62 100,0 26 100,0 5 100,0 1009 100,0
Reza, dkk., Determinan Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah … 100

HASIL dengan BBLN cenderung dilahirkan oleh ibu


Hubungan antara Determinan BBLR dengan dengan umur tidak berisiko. Terdapat hubungan
Kejadian BBLR antara umur ibu saat hamil dengan kejadian
BBLR di Kecamatan Sumberasih Tahun 2013.
Probolinggo merupakan salah satu kabupaten Pada variabel paritas ibu, bayi dengan BBLR
yang terletak di Provinsi Jawa Timur dengan cenderung dilahirkan oleh ibu dengan paritas
jumlah kecamatan sebanyak 24 kecamatan. berisiko. Bayi dengan BBLN cenderung
Kecamatan Sumber asih merupakan salah dilahirkan oleh ibu dengan paritas tidak berisiko.
satu kecamatan di Kabupaten Probolinggo. Tidak terdapat hubungan antara paritas ibu saat
Secara umum wilayah Puskesmas Sumberasih hamil dengan kejadian BBLR di Kecamatan
merupakan dataran rendah. Dengan kondisi Sumberasih Tahun 2013.
daerah bervariasi antara persawahan, ladang dan Pada variabel jarak kehamilan, bayi dengan
pekarangan serta sebagian pasir pantai. BBLR dan BBLN cenderung dilahirkan oleh
Kejadian BBLR pada tahun 2013 di ibu yang memiliki jarak kehamilan berisiko
Kecamatan Sumberasih sebanyak 62 kasus yaitu anak pertama, < 2 tahun, atau > 3 tahun.
dari total kelahiran hidup yaitu 1009 kelahiran Tidak terdapat hubungan antara jarak kehamilan
hidup, atau sebanyak 6,14% dari kelahiran hidup. ibu dengan kejadian BBLR di Kecamatan
Jumlah kasus BBLR terbanyak berada di Sumur Sumberasih Tahun 2013.
Mati yaitu berjumlah 12,9% kasus di susul oleh Pada variabel perencanaan kehamilan, bayi
Muneng Kidul yaitu sebanyak 11,3% kasus. dengan BBLR dan BBLN cenderung dilahirkan
Adapun pada Desa Mentor tidak ada kasus BBLR oleh ibu yang merencanakan kehamilannya.
pada tahun 2013. Tidak terdapat hubungan antara perencanaan
BBLR yang disebabkan prematur di kehamilan dengan kejadian BBLR di Kecamatan
Kecamatan Sumberasih sebesar 41,94% dari Sumberasih Tahun 2013.
total bayi dengan BBLR. BBLR yang disebabkan Pada variabel antropometri ibu, bayi
prematur tertinggi di Sumur Mati sebesar dengan BBLR dan BBLN cenderung dilahirkan
19,2%. Pada desa Sumber Bendo 100% kasus oleh ibu yang memiliki LILA tidak berisiko
bayi dengan BBLR merupakan bayi yang lahir yaitu LILA ibu > 23,5 cm. Namun proporsi
prematur. bayi dengan BBLR yang dilahirkan oleh ibu
Kematian akibat BBLR di Kecamatan dengan antropometri berisiko dua kali lebih
Sumberasih sebesar 5 bayi atau sebesar 8,06% besar daripada proporsi bayi dengan BBLN
dari total bayi yang BBLR. Sebesar 40% yang dilahirkan oleh ibu dengan antropometri
kematian bayi akibat BBLR terjadi di Desa berisiko. Terdapat hubungan antara antropometri
Posangit Leres. Kematian bayi dengan BBLR di ibu dengan kejadian BBLR di Kecamatan
Desa Posangit Leres 33,3% dari total bayi dengan Sumberasih Tahun 2013.
BBLR pada desa tersebut. Masing-masing Pada variabel keterpaparan asap rokok
sebesar 20% kematian bayi dengan BBLR di selama hamil, bayi dengan BBLR cenderung
Kecamatan Sumberasih terjadi di Desa Pesisir, dilahirkan oleh ibu yang terpapar asap rokok
Sumur Mati, dan Jangur. selama kehamilan. Bayi dengan BBLN cenderung
Tabel 2 menjelaskan distribusi variabel dilahirkan oleh ibu yang tidak terpapar asap
penelitian berdasarkan kelompok kasus dan rokok selama kehamilan. Terdapat hubungan
kelompok pembanding serta menggambarkan antara keterpaparan asap rokok terhadap ibu
hasil hubungan antara variabel bebas yang berupa selama hamil dengan kejadian BBLR pada di
umur ibu, jumlah anak (paritas), jarak kehamilan, Kecamatan tahun 2013.
perencanaan kehamilan, antropome triibu (LILA Pada variabel ANC, bayi dengan BBLR
ibu), keterpaparan asap rokok, Antenatal Care dan BBLN cenderung dilahirkan oleh ibu yang
(ANC) dengan variabel terikat yang berupa ANC-nya baik yaitu kuantitas dan kualitas
kejadian bayi dengan BBLR. Pada variabel umur kunjungannya teratur dan sesuai SPM. Namun
ibu ketika hamil, bayi dengan BBLR cenderung proporsi bayi dengan BBLR yang dilahirkan
dilahirkan oleh ibu dengan umur berisiko. Bayi oleh ibu dengan ANC buruk dua kali lebih
101 Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Vol. 3, No. 2 Desember 2014: 96–106

Tabel 2. Hasil Analisis Hubungan antar Variabel Penelitian


Berat Badan Bayi Lahir
Total
Variabel Rendah Normal P value
n % n % n %
Umur Ibu
Risiko (< 20 tahun atau > 35 tahun 20 57,1 10 28,6 30 42,9 0,030*
Tidak Risiko (20 tahun – 35 tahun) 15 42,9 25 71,4 40 57,1
Paritas
Risiko (anak ke 1 atau anak ke > 4 anak) 21 60,0 12 34,3 33 47,1 0,055
Tidak risiko (anak ke 2–4) 14 40,0 23 65,7 37 52,9
Jarak Kehamilan
Risiko (anak pertama, < 2 tahun, atau 33 94,3 30 85,7 63 90,0 0,426
> 3 tahun)
Tidak risiko (2–3 tahun) 2 5,7 5 14,3 7 10,0
Perencanaan Kehamilan
Tidak direncanakan 9 25,7 8 22,9 17 24,3 1,000
Ya, direncanakan 26 74,3 27 77,1 53 75,7
Antropometri Ibu
Risiko (LILA < 23,5) 16 45,7 6 17,1 22 31,4 0,020*
Tidak Risiko (LILA > 23,5) 19 54,3 29 82,9 48 68,6
Keterpaparan Asap Rokok
Ya, terpapar 23 65,7 13 37,1 36 51,4 0,031*
Tidak terpapar 12 34,3 22 62,9 34 48,6
Kualitas ANC
Buruk 10 28,6 5 14,3 15 21,4 0,244
Baik 25 71,4 30 85,7 55 78,6
Keterangan:
* : p < α 5%, memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian Bayi dengan BBLR

besar daripada proporsi bayi dengan BBLN tersebut > 0,25 sehingga tidak dapat dianalisis
yang dilahirkan oleh ibu dengan ANC buruk. oleh regresi logistik.
Tidak terdapat hubungan antara kunjungan ANC Setelah dilakukan pengujian secara bersama-
ibu selama hamil dengan kejadian BBLR di sama untuk melihat kemungkinan terjadinya
Kecamatan Sumberasih Tahun 2013. interaksi antar variabel diperoleh hasil yang
terdapat pada Tabel 3 mengenai hasil akhir
Determinan BBLR di Kecamatan variabel yang berpengaruh secara dominan
Sumberasih dengan uji regresi logistik.
Pada uji multivariat menggunakan regresi Berdasarkan besar risiko yang didapat
logistik perlu dilakukan screening variabel setelah uji pengaruh maka LILA ibu yang
dengan ketentuan nilai signifikansi pada uji berisiko merupakan faktor risiko terbesar untuk
hubungan < 0,25. Variabel yang disertakan melahirkan bayi dengan BBLR di Kecamatan
pada uji regresi selanjutnya yaitu umur, paritas, Sumberasih. Rincian nilai Odds Ratio (OR) di
antropometri ibu, keterpaparan asap rokok selama Kecamatan Sumberasih Tahun 2013 pada umur
kehamilan, dan ANC. Variabel jarak kehamilan, ibu yang berisiko nilai OR sebesar 3,294, maka
dan perencanaan kehamilan tidak disertakan dapat diartikan risiko kejadian BBLR 3,294 kali
pada uji regresi karena signifikansi pada variabel lebih besar pada ibu hamil yang mempunyai usia
Reza, dkk., Determinan Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah … 102

Tabel 3. Hasil Akhir Variabel yang Berpengaruh secara Dominan dengan Uji Regresi Logistik
Variabel Kategori B p OR CI
Umur Ibu (1) : Umur risiko 1,192 0,030 3,294 1,122 - 9,672
(0) : Umur tidak risiko
Antropometri Ibu (1) : LILA risiko 1,302 0,031 3,678 1,125 - 12,027
(0) : LILA tidak risiko
Paparan rokok (1) : Terpapar rokok 1,068 0,048 2,910 1,010 - 8,386
(0) : Tidak terpapar rokok
Konstanta -2,122 0,002 0,120
Keterangan:
(1) = Faktor risiko
(0) = Pembanding

< 20 atau > 35 tahun daripada ibu yang berusia Tabel 4. Hasil Prediksi Faktor Risiko terhadap
21–35 tahun. Nilai OR pada LILA ibu berisiko Kejadian BBLR di Kecamatan
sebesar 3,678, maka dapat diartikan bahwa Sumberasih pada Tahun 2013
risiko kejadian BBLR 3,678 kali lebih besar
Faktor Risiko
pada antropometri ibu hamil yang mempunyai
Asap Probabilitas (%)
LILA < 23,5 daripada ibu yang memiliki LILA Umur LILA
Rokok
> 23,5. Nilai OR pada ibu yang terpapar asap
– – – 10
rokok selama kehamilan sebesar 2,910, maka √ – – 28
dapat diartikan bahwa risiko kejadian BBLR – √ – 30
2,910 kali lebih besar pada ibu hamil yang – – √ 25
terpapar asap rokok selama masa kehamilan √ √ – 59
daripada ibu yang tidak terpapar rokok selama √ – √ 53
masa kehamilan. Berdasarkan hasil uji pengaruh – √ √ 56
dengan menggunakan regresi logistik untuk √ √ √ 80
mendapatkan variabel yang berpengaruh secara
Keterangan:
dominan, maka dapat dilakukan perumusan untuk √ = Risiko/Terpapar
mendapatkan model persamaan yang dihitung – = Tidak risiko/Tidak terpapar
dengan rumus matematika sebagai berikut:

pada Tahun 2013. Berdasarkan perhitungan


dengan menggunakan permodelan yang didapat
maka peluang terbesar ibu untuk melahirkan
Persamaan di atas merupakan permodelan bayi dengan BBLR adalah 80%. Peluang ibu
terhadap variabel yang secara statistik untuk melahirkan bayi dengan BBLR tanpa
mempunyai pengaruh terhadap kejadian memiliki besar risiko sebesar 10%. Ibu dengan
BBLR. Kegunaan permodelan tersebut untuk faktor risiko yang semakin banyak maka akan
memprediksi probabilitas seorang ibu yang hamil mempunyai probabilitas melahirkan bayi dengan
di Kecamatan Sumberasih Tahun 2013 dengan BBLR semakin besar.
paparan yang terdapat pada permodelan.
Dari hasil perhitungan menggunakan rumus PEMBAHASAN
permodelan yang didapat, maka dapat diprediksi
kejadian BBLR berdasarkan risiko yang dimiliki Hubungan antara Determinan BBLR dengan
ibu hamil di Kecamatan Sumberasih pada Tahun Kejadian BBLR
2013 sebagaimana Tabel 4. Kasus BBLR di Kecamatan Sumberasih
Tabel 4 menjelaskan hasil prediksi risiko pada Tahun 2013 berjumlah 62 kasus atau sebesar
kejadian BBLR di Kecamatan Sumberasih 6,14% dari total kelahiran hidup. Determinan
103 Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Vol. 3, No. 2 Desember 2014: 96–106

BBLR yang berpengaruh terhadap kejadian adalah nikotin dan karbon monoksida. Nikotin
BBLR pada penelitian ini adalah umur ibu, dikonversi dalam darah ibu menjadi kointin yang
antropometri ibu, dan keterpaparan asap rokok kemudian teralirkan ke plasenta. Perokok pasif
selama kehamilan. Variabel lainnya yang tidak dapat menyebabkan penurunan sekitar 25 gram
berhubungan terhadap kejadian BBLR yaitu pada bayi yang lahir. Hal tersebut diperkuat oleh
paritas, jarak kehamilan, perencanaan kehamilan, Misra & Nguyen (1999) yang membahas 11 studi
dan antenatal care. Hasil analisis hubungan tentang keterpapan asap rokok dalam lingkungan,
pada variabel umur didapat hasil bahwa umur menemukan bahwa terjadi penurunan berat badan
ibu berhubungan dengan kejadian BBLR. bayi bagi ibu yang terpapar asap rokok sekitar
Ibu hamil dengan umur < 21 tahun berisiko 25–125 gram (Ohlsson & Shah, 2008).
untuk melahirkan bayi BBLR karena secara Pada variabel paritas ibu dan jarak kehamilan
biologis organ reproduksi ibu belum matang. didapat hasil bahwa tidak ada hubungan antara
Organ reproduksi yang belum matang dapat variabel paritas dan jarak kehamilan terhadap
menyebabkan berkurangnya suplai aliran darah kejadian BBLR. Sebagian besar primigravida
ke serviks dan uterus yang dapat mengakibatkan (kelahiran pertama) belum mampu beradaptasi
kurangnya asupan nutrisi terhadap janin yang terhadap hormon estrogen dan gonadotropin,
sedang berkembang. Sementara pada ibu hamil berbeda dengan muligravida yang lebih siap
dengan usia > 35 tahun organ reproduksi telah terhadap perubahan fisik dan mental ketika
mengalami perubahan. Organ reproduksi telah masa kehamilan karena pengalaman kehamilan
mengalami penuaan dan berpotensi untuk adanya sebelumnya, ibu primigravida memerlukan
kekakuan pada jalan lahir. Ibu yang berumur adaptasi yang lebih untuk kesiapan fisik dan
>35 tahun lebih rentan terkena berbagai macam mentalnya. Sedangkan pada jarak kehamilan
penyakit sehingga dapat mengakibatkan beberapa kurang dari 2 tahun dan lebih dari 3 tahun (jarak
risiko yang dapat merugikan bagi kandungan. kelahiran tinggi) dapat meningkatkan risiko
Risiko pada ibu hamil dengan umur > 35 tahun kematian pada ibu yang sering hamil. Jarak
di antaranya adalah tekanan darah tinggi, ketuban kehamilan yang pendek menyebabkan ibu terlalu
pecah dini, persalinan macet, perdarahan, serta payah akibat hamil, risiko perdarahan, anemia
berisiko melahirkan bayi dengan berat kurang pada ibu, kecacatan bayi, serta bayi berat badan
dari 2500 gram (Rochjati, 2011). Hasil analisis lahir rendah (Manuaba, 2010; Prawiroharjo,
hubungan pada variabel antropometri ibu didapat 2010).
hasil bahwa LILA ibu berhubungan dengan Pada penelitian ini variabel paritas dan
BBLR. Faktor penentu terjadinya BBLR tidak jarak kehamilan tidak berhubungan dikarenakan
hanya saat kehamilan saja, tetapi juga sebelum kunjungan ANC secara rutin yang dilakukan
kehamilan. Maka dari itu status gizi ibu sebelum oleh ibu hamil merupakan salah satu upaya
hamil seharusnya dalam keadaan baik. Pada untuk mencegah terjadinya BBLR. Kunjungan
masa kehamilan kebutuhan akan zat-zat makanan kehamilan yang teratur yang sesuai dengan
bertambah, sehingga ketika kehamilan asupan prosedur pemeriksaan merupakan salah satu
gizi harus adekuat agar tidak terjadi gangguan upaya yang dapat dilakukan sebagai upaya
pertumbuhan janin. Kekurangan Energi Kronis pencegahan terhadap kejadian BBLR. Sebesar
(KEK) merupakan cerminan dari ibu yang 78,6% ibu hamil yang melakukan kunjungannya
menderita kekurangan makanan yang berlangsung secara rutin dan mendapat pelayanan sesuai
lama atau kronis (beberapa bulan atau tahun). SPM. Pada kegiatan pemeriksaan kehamilan
Hal tersebut dapat dideteksi dini dengan mudah akan dilakukan pemeriksaan pada kesehatan ibu
melalui cara mengukur LILA wanita usia subur. dan kandungan sehingga mampu mengurangi
LILA yang berisiko yaitu LILA yang ukurannya komplikasi kehamilan yang berpontensi untuk
< 23,5 cm (Ohlsson & Shah, 2008). Hasil analisis melahirkan bayi BBLR dan gangguan kehamilan
hubungan pada variabel paparan asap rokok lainnya.
didapat hasil bahwa paparan asap rokok selama Pada variabel perencanaan kehamilan
kehamilan berhubungan dengan BBLR. Beberapa didapat hasil bahwa tidak ada hubungan antara
bahan kimia yang dapat mengganggu kehamilan perencanaan kehamilan dengan kejadian BBLR.
Reza, dkk., Determinan Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah … 104

Sebagian besar ibu di Kecamatan Sumberasih Determinan BBLR di Kecamatan


pada Tahun 2013 merencanakan kehamilannya Sumberasih
(75,7%), namun kejadian BBLR masih tinggi. BBLR disebabkan tidak hanya karena satu
Hal ini dapat disebabkan oleh faktor internal faktor saja, tetapi disebabkan oleh beberapa
ibu ataupun eksternal seperti ekonomi, sosial, faktor, hal tersebut menjadikan BBLR seringkali
dan budaya. Faktor internal ibu di antaranya sulit untuk dicegah. Teori menyebutkan beberapa
adalah gizi ibu yang dapat diukur dari LILA serta faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya
usia ibu. Kecukupan gizi ibu berperan dalam BBLR antara lain faktor ibu (usia, paritas, jarak
pemenuhan asupan gizi janin. Apabila gizi ibu kehamilan, riwayat penyakit, sosial ekonomi,
tidak mencukupi maka asupan nutrisi untuk perilaku), faktor janin, faktor plasenta, dan faktor
janin juga akan terhambat dan berpotensi untuk lingkungan.
melahirkan bayi BBLR. Selain itu, perencanaan Beberapa penelitian lain menjelaskan faktor
kehamilan juga tidak didukung dengan usia ibu yang mempengaruhi BBLR antara lain adalah
ketika hamil. Sebesar 31,4% ibu hamil berusia kebiasaan ibu sebagai contoh merokok atau
< 20 tahun. Usia ibu yang muda dengan organ terpapar asap rokok, konsumsi kafein, riwayat
reproduksi yang belum matang maka dapat penyakit ibu selama mengandung seperti pre
menyebabkan kelahiran bayi BBLR meskipun ekslamsia, ekslamsia, hipertensi, anemia, dan
kehamilan tersebut telah direncanakan. Pada malaria. Faktor lain yang berperan pula dalam
variabel ANC didapat hasil bahwa tidak ada kaitannya dengan BBLR adalah jarak kehamilan,
hubungan antara ANC dengan kejadian BBLR. tingkat pendidikan, sosial ekonomi, status gizi
Hasil tersebut dikarenakan pelayanan ANC ibu, dan. kualitas serta kuantitas pemeriksaan
yang dilakukan oleh ibu hamil sudah baik. Hal antenatal (Proverawati, 2010). Beberapa faktor
tersebut tercermin dari keberadaan Poskesdes yang pada penelitian ini secara multivariat
pada setiap desa dan dilengkapi bidan desa pada berpengaruh yaitu umur ibu, LILA ibu, dan
setiap Poskesdes. Setiap bulan terdapat kegiatan keterpaparan asap rokok. Umur ibu dan LILA
posyandu yang ditujukan pada bayi, balita, dan ibu merupakan faktor penyebab langsung,
bumil. Sehingga pelayanan kesehatan masyarakat karena dua hal tersebut melekat pada diri ibu
khususnya ibu hamil terpenuhi dengan baik. hamil. Keterpaparan asap rokok merupakan
Oleh karena itu pelayanan ANC yang baik dapat faktor ekternal, sebab keterpaparan asap rokok
menurunkan faktor risiko ibu melahirkan bayi merupakan paparan yang terjadi bukan dari
dengan BBLR. perilaku individu ibu, tetapi merupakan faktor
ANC yang dilakukan sudah baik, tetapi lingkungan di luar diri ibu. Umur ibu terlalu
kejadian BBLR masih tinggi. Hal tersebut muda bisa menyebabkan BBLR karena secara
dikarenakan walaupun dalam pelayanan ANC biologis belum matangnya organ reproduksi
terdapat pemeriksaan kesehatan ibu serta sehingga suplai aliran darah ke servik dan uterus
beberapa konseling khususnya konseling gizi, berkurang yang mana mengakibatkan kurangnya
namun follow up yang dilakukan oleh ibu asupan nutrisi terhadap janin yang sedang
belum memadai. Upaya perbaikan gizi oleh berkembang. Organ kandungan ibu yang hamil
ibu belum terlaksana secara maksimal. Hal ini > 35 tahun sudah menua, kakunya jalan lahir
disebabkan oleh faktor ekonomi, pengetahuan dan perubahan pada jaringan alat reproduksi
ibu, dan kesadaran ibu terhadap kesehatan diri kemudian pada umur ibu yang > 35 tahun rentan
dan kandungan. Kondisi ekonomi yang rendah terkena berbagai macam penyakit, hal tersebut
menghambat upaya ibu dalam memenuhi dapat mengakibatkan beberapa risiko yang dapat
kebutuhan gizi ibu dan kandungan selama merugikan bagi kandungan seperti tekanan darah
kehamilan. Pengetahuan serta kesadaran ibu juga tinggi, ketuban pecah dini, persalinan macet,
berperan dalam pengambilan keputusan untuk perdarahan, serta berisiko melahirkan bayi
memprioritaskan kesehatan ibu dan kandungan. dengan berat kurang dari 2500 gram (Rochjati,
2011).
105 Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Vol. 3, No. 2 Desember 2014: 96–106

Faktor penyebab BBLR lainnya yaitu selama kehamilan maka ibu tersebut memiliki
LILA ibu. Kekurangan Energi Kronis (KEK) kemungkinan untuk melahirkan bayi dengan
merupakan cerminan dari ibu yang menderita BBLR sebesar 80%.
kekurangan makanan yang berlangsung lama
atau kronis (beberapa bulan atau tahun).
SIMPULAN DAN SARAN
Hal tersebut dapat dideteksi dini dengan
mudah melalui cara mengukur LILA wanita Simpulan
usia subur. LILA yang berisiko yaitu LILA Determinan bayi dengan Berat Badan Lahir
yang ukurannya < 23,5 cm. Faktor penentu Rendah (BBLR) di Kecamatan Sumberasih
terjadinya BBLR tidak hanya saat kehamilan Tahun 2013 yaitu umur ibu ketika hamil, LILA
saja, tetapi juga sebelum kehamilan, maka ibu, dan keterpaparan ibu terhadap asap rokok
dari itu status gizi ibu hamil seharusnya dalam selama kehamilan.
keadaan baik. Ketika kehamilan pun asupan
gizi harus adekuat agar tidak terjadi gangguan Saran
pertumbuhan janin. Beberapa faktor penyebab
Saran yang dapat diberikan bagi Puskesmas
gangguan pertumbuhan janin terkait mekanisme
Sumberasih adalah melakukan screening pada
adalah asupan gizi ibu, pasokan gizi ke uterus
ibu hamil dan memberi perhatian khusus pada
dan plasenta, transpor nurtrisi melalui plasenta,
hasil screening yang berisiko tinggi. Selain itu
dan pengaturan nutrisi janin (Depkes RI, 1996;
Puskesmas dapat menyediakan jasa konseling
Ohlsson & Shah, 2008).
khusus wanita subur yang akan menikah atau
Keterpaparan asap rokok dapat menjadi
baru menikah tapi belum mengalami kehamilan
salah satu penyebab terjadinya BBLR. Beberapa
tentang pentingnya asupan gizi yang baik,
bahan kimia yang dapat mengganggu kehamilan
sebagai bekal untuk menghadapi kehamilan.
adalah nikotin dan karbon monoksida. Nikotin
Puskesmas dapat melakukan publikasi iklan
dikonversi dalam darah ibu menjadi kointin yang
layanan masyarakat mengenai umur kehamilan
kemudian teralirkan ke plasenta. Perokok pasif
yang berisiko dan mengenai bahaya merokok
dapat menyebabkan penurunan sekitar 25 gram
khususnya masalah dampak paparan asap rokok
pada bayi yang lahir.
terhadap tumbuh kembang janin.
Hal tersebut diperkuat oleh Misra &
Nguyen (1999) yang membahas 11 studi tentang
keterpapan asap rokok dalam lingkungan, DAFTAR PUSTAKA
menemukan bahwa terjadi penurunan berat Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
badan bayi bagi ibu yang terpapar asap rokok 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Kementrian
sekitar 25–125 gram (Ohlsson & Shah, 2008). Kesehatan RI. Jakarta.
Determinan BBLR di Kecamatan Sumberasih Badan Pusat Statistik Kabupaten Probolinggo.
Tahun 2013 antara lain yaitu umur ibu < 20 2014. Probolinggo dalam Angka 2012.
tahun atau > 35 tahun, LILA ibu < 23,5, dan [Online]Availableat:http://probolinggokab.
keterpaparan asap rokok. Didapat rumus bps.go.id/?hal=publikasi_detil&id=1
permodelan sebagai berikut: Depkes RI. 1996. Pedoman Penaggulangan Ibu
Hamil Kekurangan Energi Kronis. Direktorat
Pembinaan Kesehatan Masyarakat. Jakarta.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. 2012.
Profil Kesehatan Jawa Timur Tahun 2012.
Semakin banyak risiko yang dimiliki Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur.
seorang ibu hamil maka semakin besar pula Surabaya.
kemungkinan untuk melahirkan bayi dengan Dirjen BKM & Dirjen KIA. 2010. Pedoman
BBLR. Berdasarkan perhitungan menggunakan Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu
rumus permodelan maka apabila seorang ibu dan Anak (PWS-KIA). Kementrian Kesehatan.
hamil memiliki faktor risiko berupa umur Jakarta.
berisiko, LILA berisiko, dan terpapar asap rokok
Reza, dkk., Determinan Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah … 106

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Pusat Data dan Informasi. 2013. Ringkasan
2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu Ekslusif Data dan Informasi Kesehatan
di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan: Provinsi Jawa Timur. Kementrian Kesehatan.
Pedoman bagi Tenaga Kesehatan. Pertama. Surabaya.
WHO Country Office for Indonesia. Jakarta. Puskesmas Sumberasih. 2014. Profil Puskesmas
Manuaba, I. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Sumberasih Tahun 2013. Puskesmas
Kandungan, & Keluarga Berencana untuk Sumberasih. Probolinggo.
Pendidikan Bidan. EGC. Jakarta. Rochjati, P. 2011. Skrining Antenatal pada
Murti, B. 2010. Desain dan Ukuran Sampel untuk Ibu Hamil. Surabaya: Airlangga University
Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif di Bidang Press.
Kesehatan. Gadjah Mada University Press: Rohan, H.H. & Siyoto, S. 2013. Buku Ajar:
Yogyakarta. Kesehatan Reproduksi. pertama. Nuha
Ohlsson, A. & Shah, P. 2008. Determinan and medika. Yogyakarta.
Prevention of Low Birth Weight: A Synopsis Saraswati. 2006. Faktor Kesehatan Reproduksi
of the Evidence. Alberta Canada: INSTITUTE Ibu Hamil dan Hubungannya dengan Kejadian
OF HEALTHECONOMIC. Bayi Berat Lahir Rendah di Kota Sukabumi
Pantiawati, I. 2010. Bayi dengan Berat Badan Tahun 2005–2006. Jurnal Kesehatan
Lahir Rendah. Nuha Medika. Yogyakarta. Masyarakat Nasional, pp. 106–111.
Prawiroharjo, S. 2010. Ilmu Kebidanan. Yayasan Supariasa, I. 2002. Penilaian Status Gizi. EGC.
Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo: Jakarta.
Jakarta. Tazkiah, M. 2013. Determinan Epidemiologi
Proverawati, A. & Isnawati, C. 2010. Berat Bayi Kejadian BBLR pada daerah Endemis Malaria
Lahir Rendah. Yogyakarta: Nuha Medika. di Kabupaten Banjar Propinsi Kalimantan
Pudjiadi, S. 2003. Ilmu Gizi Klinis. Balai Penerbit Selatan. Jurnal Berkala Epidemiologi
FKUI. Jakarta. Volume 1 Nomor 2, p. 266–276.

You might also like