You are on page 1of 7

Artikel Penelitian

Optimalisasi Sistem Pelayanan Kesehatan Berjenjang


pada Program Kartu Jakarta Sehat

Improving Health Care Referral System of Healthy Jakarta Card

Fachmi Idris

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat/Ilmu Kedokteran Pencegahan Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Abstrak Departement Of Health’s packages in improving the optimization of health


Peningkatan jumlah kunjungan pasien ke rumah sakit pada awal masa care referral system. This study used a cross sectional survey with a ran-
pemberlakuan program Kartu Jakarta Sehat (KJS) disebabkan belum opti- dom sampling method in primary health centers in Jakarta related with the
malnya sistem pelayanan kesehatan berjenjang. PT Asuransi Kesehatan result of PT Askes’s intervention package. The result of intervention were
(PT Askes) bersama Dinas Kesehatan DKI Jakarta melakukan berbagai conducted by interview to the head of the primary health center or officer
upaya dalam bentuk paket intervensi untuk mengoptimalkan sistem terse- representing. Data were analyzed with nonparametric statistical tests, using
but. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas paket interven- the Wilcoxon test and Generalized Linear Regression Model. The study
si PT Askes dan Dinas Kesehatan DKI Jakarta dalam meningkatkan optimi- was conducted in October 2013 until February 2014. There were significant
lisasi sistem rujukan pelayanan kesehatan. Penelitian ini menggunakan differences between the four indicators, an increase in visits KJS partici-
survei potong lintang dengan metode pengambilan sampel acak pada pants are influenced by the availability of beds, number of participants re-
puskesmas di DKI Jakarta terhadap hasil intervensi PT Askes. Hasil inter- gistered KJS, intervention in the regulation, and the percentage of open un-
vensi diukur melalui wawancara pada kepala puskesmas atau petugas employment. Although there were significant differences after managed by
yang mewakili. Data dianalisis menggunakan tes statistik nonparametrik, PT Askes, these efforts were not enough to make primary health centers
yaitu uji Wilcoxon dan regresi Generalized Linear Model. Penelitian di- perception that PT Askes has contributed to the optimization of health care
lakukan pada bulan Oktober 2013 hingga Februari 2014. Terdapat perbe- referral system in KJS program .
daan bermakna pada keempat indikator, terjadinya peningkatan kunjungan Keywords: Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, KJS, health care refer-
peserta KJS dipengaruhi oleh ketersediaan tempat tidur, jumlah peserta ral system
KJS terdaftar, intervensi dalam bentuk regulasi, serta persentase pe-
ngangguran terbuka. Meskipun ada perbedaan signifikan setelah dikelola
PT Askes, hal ini belum cukup membentuk persepsi puskesmas untuk Pendahuluan
berpendapat bahwa PT Askes memiliki andil dalam mengoptimalkan sistem Kartu Jakarta Sehat (KJS) mulai diberlakukan
pelayanan kesehatan berjenjang pada program KJS. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sejak bulan November
Kata kunci: Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, KJS, pelayanan kese- 2012. Hingga triwulan pertama tahun 2013, pengelo-
hatan berjenjang laannya masih dilakukan secara mandiri oleh Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta. Pada tanggal 1 April 2013, seba-
Abstract gian ruang lingkup pengelolaannya dipercayakan kepada
Increasing the number of patient visits to the hospital at the beginning of the PT Askes.
implementation Healthy Jakarta Card (KJS) program was claimed to be as- Salah satu permasalahan pada awal masa berlakunya
sociated with optimization of health care referral system. PT Asuransi KJS adalah meningkatnya kunjungan peserta KJS ke
Kesehatan (PT Askes) with the DKI Jakarta Department of Health Service
made efforts to improve the optimalization that system. This study aimed to Korespondensi: Fachmi Idris, Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat/Ilmu
evaluate the effectiveness of intervention PT Askes’s and DKI Jakarta Kedokteran Pencegahan FK Universitas Sriwijaya, Jl. Madang KM 3,5
Palembang, Hp. 08129009527, e-mail: fachmi_id@yahoo.com

94
Idris, Optimalisasi Sistem Pelayanan Kesehatan Berjenjang Program pada Kartu Jakarta Sehat

rumah sakit yang mengakibatkan rumah sakit tidak aspirasi masyarakat, keterbukaan dalam pengelolaan
mampu melayani dan terpaksa menolak peserta. Pada keuangan KJS, kesesuaian peraturan daerah tentang KJS
awal pelaksanaan program KJS, Gubernur DKI Jakarta dengan peraturan yang lebih tinggi, dan dipertanggung-
gencar membagikan kartu kepada masyarakat, namun jawabkannya program KJS kepada DPRD.
nampaknya luput memberitahu masyarakat mengenai Paket intervensi pola JKN dalam bentuk paket inter-
sistem pelayanan kesehatan berjenjang yang menjadi vensi dari PT Askes, dinas kesehatan dan DPRD DKI
salah satu persyaratannya. Akibatnya, sistem pelayanan Jakarta, secara keseluruhan berjumlah 26 aktivitas. Studi
kesehatan berjenjang belum optimal dilaksanakan kare- ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas paket inter-
na masyarakat merasa bisa langsung berobat ke rumah vensi PT Askes pada program KJS dalam mendorong
sakit tanpa membawa surat rujukan dari puskesmas.1 penerapan sistem pelayanan kesehatan berjenjang yang
Permasalahan ini membutuhkan intervensi khusus. diukur melalui rata-rata jumlah kunjungan peserta ke
Paket intervensi khusus ini dalam program KJS di- puskesmas. Selain itu, studi ini juga bertujuan untuk
lakukan tidak hanya oleh PT Askes, namun juga oleh pe- mengevaluasi percepatan pendaftaran peserta KJS,
merintah provinsi melalui dinas kesehatan atau Unit layanan kesehatan berjenjang, percepatan sambungan in-
Pengelola Jaminan Kesehatan Daerah (UP Jamkesda), ternet di puskesmas, dan peningkatan kepuasan
serta Dewan Perwakilan Rakyat DKI Jakarta (DPRD). puskesmas terhadap penanganan keluhan setelah KJS
Untuk mempermudah penyebutan, intervensi ini dina- dikelola oleh PT Askes. Penelitian ini juga bermanfaat
makan ‘Paket Intervensi Pola Jaminan Kesehatan untuk penguatan keempat fungsi tersebut dalam
Nasional (JKN)’. menyambut program JKN yang diberlakukan mulai tang-
Secara rinci, paket intervensi yang dikelola PT Askes gal 1 Januari 2014.
di dalam Paket Intervensi Pola JKN ada sepuluh aktivitas,
yaitu pertemuan dengan puskesmas, perjanjian ker- Metode
jasama dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, sosiali- Intervensi untuk mengoptimalisasi sistem pelayanan
sasi KJS, penerapan konsep pelayanan kesehatan berjen- kesehatan berjenjang dilaksanakan oleh berbagai pihak,
jang, penanganan keluhan peserta KJS, pendaftaran pe- yaitu PT Askes, DPRD, dan Pemerintah Provinsi DKI
serta KJS di puskesmas, penambahan pegawai untuk pro- Jakarta. Untuk mengukur tingkat keberhasilannya, res-
gram KJS, pendidikan dan pelatihan untuk petugas ponden (kepala puskesmas atau petugas yang mewakili)
puskesmas, pembuatan aplikasi pelayanan kesehatan diminta penilaiannya tentang peran dari masing-masing
(Pcare), dan monitoring dan evaluasi. pihak untuk kemudian diukur hubungannya dengan rata-
DPRD Provinsi DKI Jakarta juga melakukan paket rata jumlah kunjungan peserta ke puskesmas.
intervensi.2,3 Paket intervensi yang dijalankan DPRD di Survei dengan desain potong lintang dilakukan pada
dalam Paket Intervensi Pola JKN ada enam aktivitas, 250 puskesmas di kecamatan dan kelurahan di DKI
yaitu kebijakan dan kegiatan yang mendukung kebu- Jakarta pada bulan November hingga Desember 2013.
tuhan puskesmas, memprioritaskan program-program Sampel dipilih secara acak melalui daftar puskesmas di
pelayanan publik yang sesuai kebutuhan dan aspirasi DKI Jakarta yang berjumlah 340. Sampel juga dipilih se-
masyarakat, mengesahkan peraturan daerah yang men- cara proporsional terhadap jumlah puskesmas di setiap
dukung pelaksanaan KJS, mengawasi pelaksanaan KJS kota. Petugas lapangan mewawancarai responden meng-
dengan efektif, menyediakan anggaran yang cukup untuk gunakan kuesioner sebagai panduan. Responden adalah
mendukung pelaksanaan KJS, dan membantu penyelesai- kepala puskesmas dengan kriteria memahami penerapan
an masalah KJS. program KJS di puskesmas. Jika kriteria ini tidak bisa
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang menginisiasi dipenuhi karena berbagai alasan, responden dapat dite-
program KJS pada tanggal 1 November 2012, selanjut- mani staf puskesmas yang memenuhi kriteria tersebut.
nya menjalankan Paket Intervensi Pola JKN dan Variabel terikat adalah paket intervensi PT Askes yang
melakukan intervensi program KJS dalam bentuk paket diukur dengan rata-rata jumlah kunjungan, rata-rata jum-
intervensi bersama bersama PT Askes.4,5 Paket interven- lah peserta KJS yang terdaftar, status pemasangan inter-
si ini mencakup sepuluh aktivitas, yaitu terbitnya pera- net, serta tingkat kepuasan puskesmas terhadap
turan daerah yang mendukung KJS, dimilikinya sistem pelayanan keluhan peserta yang dilakukan PT Askes.
monitoring KJS yang baik, terfasilitasinya pertemuan Variabel tingkat kepuasan berskala likert 1 sampai de-
kepala puskesmas se-DKI Jakarta untuk membahas per- ngan 5. Kode 1 mewakili persepsi ‘sangat tidak puas’ dan
masalahan KJS, terfasilitasinya pelatihan bagi petugas kode 5 mewakili persepsi ‘sangat puas’. Dengan pen-
puskesmas terkait program KJS, tersedianya tenaga dekatan top-two-boxes, tingkat kepuasan diperoleh
medis untuk mendukung program KJS, adanya tingkat melalui persentase jawaban ‘puas’ diwakili kode 4 dan
perhatian pada kualitas pelayanan KJS, dikembangkan- ‘sangat puas’ diwakili kode 5, dibandingkan seluruh
nya program-program yang sesuai dengan kebutuhan dan jawaban.

95
Kesmas, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 9, No. 1, Agustus 2014

Variabel bebas terdiri persentase peserta KJS berusia


di atas 50 tahun yang terdaftar di puskesmas, jumlah Tabel 1. Profil Responden
tempat tidur, pelayanan yang dapat diberikan puskesmas, Variabel Kategori Persentase (%)
serta persepsi puskesmas terhadap peran PT Askes, pe-
merintah provinsi dan DPRD terhadap kelancaran pro- Usia (tahun) < 25 9,5
25 - 35 39,8
gram KJS, proporsi penduduk miskin, rasio ketersediaan 35 - 45 18,3
puskesmas per 100.000 penduduk, persentase pengang- 45 - 55 29,9
guran terbuka, dan proporsi penduduk yang buta huruf. > 55 2,5
Jenis kelamin Laki-laki 43,2
Analisis dilakukan secara deskriptif untuk melihat Perempuan 56,9
profil responden dan gambaran pencapaian keempat in- Pendidikan <SMU 2,1
dikator sebelum dan sesudah intervensi PT Askes, peng- SMU 37,3
Diploma 18,7
ujian beda nilai tengah dua populasi melalui uji statistik S1 41,9
nonparametrik Wilcoxon, serta regresi Generalized Lama bekerja di puskesmas (tahun) < 5 43,6
Linear Model. Analisis ini dipilih karena memberikan 5 - 10 25,3
10 - 15 8,3
keringanan pada beberapa asumsi regresi linier seperti 15 - 20 5,4
asumsi normalitas dan korelasi antar varibel bebas. >20 17,4
Kota Jakarta Barat 28,2
Jakarta Pusat 14,1
Hasil Jakarta Selatan 27,4
Dari 250 puskesmas yang disasar, tim lapangan Jakarta Timur 22,4
berhasil mewawancarai 242 puskesmas dengan tingkat Jakarta Utara 7,9
keberhasilan 97%. Kendala dalam pengumpulan data di
lapangan di antaranya, puskesmas tidak punya waktu un- awal penerapan KJS di bulan November 2012, tingkat
tuk menyiapkan data yang dibutuhkan untuk survei, kepuasannya adalah 30%. Kepuasan ini terus meningkat
puskesmas menolak diwawancarai, dan tim lapangan hingga mencapai 82% pada bulan September 2013.
perlu melakukan lebih dari satu kunjungan untuk mem- Karena variabel terikat tidak menyebar normal
peroleh data yang lengkap. (bahkan setelah transformasi logaritma dan akar), peng-
Dari hasil survei, responden di puskesmas memiliki ujian kemaknaan dilakukan melalui uji nonparametrik
karakteristik berusia rata-rata 36,5 tahun, mayoritas yaitu Uji Wilcoxon. Uji ini dilakukan untuk melihat
berjenis kelamin perempuan dan berpendidikan sarjana. apakah terdapat perbedaan yang bermakna pada variabel
Sebagian besar puskesmas responden berlokasi di Jakarta terikat pada masa sebelum dan sesudah PT Askes me-
Barat (Tabel 1). ngelola KJS.
Terdapat kecenderungan peningkatan pendaftaran Seluruh variabel penelitian mengalami peningkatan
peserta KJS secara cukup tajam sejak periode 1 April yang signifikan setelah pengelolaan KJS oleh PT Askes.
2013, sejak bergabungnya PT Askes ke dalam pengelo- Melalui uji peringkat bertanda dan uji tanda Wilcoxon,
laan KJS. Di saat yang sama, jumlah kunjungan peserta seluruh variabel penelitian memiliki nilai p di bawah
KJS ke puskesmas terlihat stabil meskipun dari bulan tingkat kesalahan yang dipersyaratkan (5%). Hal ini
Agustus sampai September terdapat sedikit kenaikan. mengindikasikan terjadi peningkatan jumlah pendaftaran
Gambar 1 menunjukkan ada peningkatan jumlah pe- peserta KJS, jumlah kunjungan ke puskesmas, jumlah
serta terdaftar setelah KJS dikelola PT Askes, meskipun puskesmas yang memiliki sambungan internet, dan
terdapat keanehan karena data jumlah kunjungan ke tingkat kepuasan puskesmas terhadap penanganan
puskesmas cenderung stabil. Hal ini dapat disebabkan keluhan pada masa PT Askes mengelola KJS. Penjelasan
permasalahan pencatatan data di puskesmas, seba- lebih lanjut dapat dilihat di Tabel 3.
gaimana temuan pewawancara di lapangan. Sedangkan Tabel 4 menunjukkan hubungan antara kinerja PT
data PT Askes menunjukkan kecenderungan yang terus Askes, DPRD serta Pemerintah Provinsi DKI Jakarta ter-
meningkat sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 2. hadap kunjungan peserta KJS ke puskesmas. Untuk
Perkembangan ketersediaan sambungan internet di mengurangi dampak autokorelasi antara variabel penjelas
puskesmas serta kepuasan puskesmas terhadap pena- kinerja, dilakukan analisis faktor yang berhasil mengu-
nganan keluhan peserta KJS dirangkum dalam Gambar rangi variabel penjelas kinerja PT Askes dari 10 menjadi
2. Sebelum PT Askes mengelola KJS, rata-rata pe- 5, DPRD dari 6 menjadi 3, dan Pemerintah Provinsi DKI
ningkatan jumlah puskesmas yang tersambung internet Jakarta dari 10 menjadi 5.
adalah 3% per bulan. Setelah PT Askes mengelola KJS, Mengingat data rata-rata kunjungan ke puskesmas
rata-rata peningkatannya menjadi 5% per bulan. tidak menyebar normal, dilakukan analisis regresi
Kepuasan puskesmas terhadap penanganan keluhan Generalized Linear Model yang dapat mengabaikan se-
peserta KJS diukur dengan metode top-two-boxes. Pada baran data. Sebanyak 191 data dianalisis dan hasilnya

96
Idris, Optimalisasi Sistem Pelayanan Kesehatan Berjenjang Program pada Kartu Jakarta Sehat

Gambar 1. Perkembangan Peserta Terdaftar dan Kunjungan ke Puskesmas

Tabel 2. Jumlah Peserta Kartu Jakarta Sehat Terdaftar


nunjukkan bahwa optimalisasi sistem pelayanan kese-
Bulan Jumlah hatan berjenjang salah satunya dipengaruhi oleh keterse-
April 1.985.780 diaan jumlah tempat tidur di puskesmas. Hal ini konsis-
Mei 2.159.583 ten dengan penelitian lainnya, upaya meningkatkan mu-
Juni 2.680.802 tu pelayanan kesehatan berpengaruh pada akses
Juli 2.867.737
Agustus 3.054.173 masyarakat kepada fasilitas kesehatan primer.6
September 3.220.637 Dari sisi permintaan pelayanan kesehatan, kondisi ke-
sehatan peserta KJS juga menentukan jumlah kunjungan
Sumber: Laporan PT Askes
ke puskesmas. Semakin tinggi persentase peserta berusia
menunjukkan pihak yang memiliki peran dalam men- di atas 50 tahun yang terdaftar di puskesmas, jumlah
dorong peserta KJS untuk mematuhi pelayanan kese- kunjungan cenderung meningkat. Peneliti lain juga me-
hatan berjenjang melalui puskesmas adalah PT Askes, nemukan hubungan antara banyaknya peserta usia lanjut
dalam hal ini melalui kegiatan tatap muka. Untuk dan peningkatan kunjungan di puskesmas sebagai akibat
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, melalui regulasi yang status kesehatan mereka yang semakin menurun.7-9
dihasilkannya. Namun, keduanya memiliki dampak yang Studi ini tidak saja menganalisis faktor-faktor pada
berlawanan karena kegiatan tatap muka yang dilakukan tingkat puskesmas, melainkan juga pada tingkat kota.
PT Askes berhubungan dengan menurunnya tingkat kun- Berdasarkan hasil analisis Generalized Linear Model,
jungan ke puskesmas, sementara regulasi yang dibuat tampak bahwa persentase penduduk miskin di suatu ko-
Pemerintah Provinsi DKI memiliki hubungan sebaliknya. ta berpengaruh positif terhadap jumlah kunjungan ke
Hasil analisis identik dengan hasil ordinary least square puskesmas. Hubungan antara kemiskinan dengan kese-
dengan nilai R-square 49,1%. hatan memang telah banyak dibahas penelitian lain.
Variabel penjelas lainnya yang berasosiasi dengan Orang miskin cenderung memiliki status kesehatan yang
meningkatnya kunjungan peserta KJS ke puskesmas buruk sehingga membutuhkan layanan kesehatan.10-12
adalah ketersediaan tempat tidur, log jumlah peserta per Namun, orang miskin memiliki hambatan finansial untuk
puskesmas, serta rasio pengangguran di kota setempat. memperoleh layanan kesehatan sehingga program asu-
Hal ini menunjukkan bahwa peserta KJS mengunjungi ransi kesehatan (semacam KJS) mampu meningkatkan
puskesmas karena fasilitas yang disediakannya, serta akses mereka ke fasilitas kesehatan primer.13
karena tidak memiliki pekerjaan. Variabel yang dise- Selain kemiskinan, faktor di tingkat kota yang juga
butkan terakhir memang memiliki asosiasi negatif ter- berpengaruh positif terhadap jumlah kunjungan ke
hadap tingkat kesehatan yang menyebabkan kelompok puskesmas adalah persentase pengangguran. Beberapa
masyarakat pengangguran cenderung membutuhkan studi mengasosiasikan pengangguran dengan status ke-
layanan kesehatan. sehatan yang buruk.14-16 Ada dua mekanisme yang men-
jelaskan hubungan antara pengangguran dengan rendah-
Pembahasan nya tingkat kesehatan, yaitu kecenderungan menunda
Hasil analisis regresi Generalized Linear Model me- pelayanan kesehatan karena alasan biaya dan kesulitan

97
Kesmas, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 9, No. 1, Agustus 2014

Gambar 2. Perkembangan Internet dan Kepuasan Puskesmas dalam Penanganan Keluhan yang Dilakukan
PT Askes

Tabel 3. Hasil Uji Wilcoxon

Variabel Hipotesis Nilai p Keterangan

Pendaftaran Ha: D1≠ D2 0,000* Bermakna


Ha: median D1< median D2 0,000* Bermakna
Kunjungan ke puskesmas Ha: P1≠P2 0,000* Bermakna
Ha: median P1< median P2 0,048* Bermakna
Sambungan internet Ha: I1≠ I2 0,000* Bermakna
Ha: median K1< median K2 0,000* Bermakna
Kepuasan keluhan Ha: K1≠ K2 0,000* Bermakna
Ha: median K1< median K2 0,000* Bermakna

*Uji Wilcoxon, Ket: α = 5%

memperoleh akses kepada pelayanan kesehatan jika Askes dalam peningkatan sistem pelayanan kesehatan
dibandingkan bukan pengangguran. 17 Tampaknya hal berjenjang menjadi kurang terbentuk.
yang sama juga terjadi pada pengangguran di DKI Dalam praktiknya, PT Askes telah berulang kali
Jakarta. menyampaikan pentingnya sistem rujukan dipatuhi un-
Meskipun hasil uji Wilcoxon menunjukkan ada pe- tuk menghindari penumpukan pasien di rumah sakit.
ningkatan signifikan jumlah kunjungan peserta KJS ke Dalam setiap kesempatan sosialisasi atau evaluasi dengan
puskesmas setelah pengelolaan KJS oleh PT Askes, hasil pihak-pihak terkait seperti dinas kesehatan serta fasilitas
Generalized Linear Model menunjukkan persepsi kesehatan, pentingnya konsep gate keeper puskesmas se-
puskesmas terhadap peran PT Askes justru mengurangi lalu tercatat dalam notulen atau materi pertemuan.
angka kunjungan peserta KJS ke puskesmas. Kontradiksi Kenyataan bahwa puskesmas tidak memiliki persepsi
ini menunjukkan kemungkinan tidak efektifnya inter- bahwa peningkatan kunjungan peserta KJS ke puskesmas
vensi yang dilakukan PT Askes untuk membentuk merupakan andil PT Askes menjadi masukan untuk
persepsi puskesmas di DKI Jakarta dalam upaya opti- mengevaluasi metode sosialisasinya kepada fasilitas ke-
malisasi sistem pelayanan kesehatan berjenjang. sehatan.
Kemungkinan penyebabnya adalah materi yang di- Hasil analisis Generalized Linear Model juga menun-
sampaikan oleh PT Askes dalam beberapa pertemuan jukkan puskesmas memiliki persepsi bahwa regulasi
dengan puskesmas tidak secara spesifik membahas ten- yang dihasilkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
tang sistem pelayanan kesehatan berjenjang, melainkan berdampak pada peningkatan jumlah kunjungan peserta
lebih bersifat umum. Hal ini berbeda dengan materi yang KJS ke puskesmas.18 Dinas kesehatan bersama PT Askes
disampaikan oleh Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta sering bersama-sama menyampaikan pentingnya layanan
yang secara spesifik menjelaskan tentang sistem kesehatan berjenjang kepada puskesmas pada berbagai
pelayanan kesehatan berjenjang. Bisa saja hal ini yang kesempatan. Namun yang membedakan kedua instansi
menyebabkan persepsi puskesmas terhadap peran PT ini adalah posisinya di hadapan puskesmas. PT Askes

98
Idris, Optimalisasi Sistem Pelayanan Kesehatan Berjenjang Program pada Kartu Jakarta Sehat

Tabel 4. Hubungan antara Rata-rata Jumlah Kunjungan Peserta KJS ke Puskesmas dengan Variabel Lainnya

Variabel Koefisien Regresi Standar Error P > |z|

Persentase peserta usia > 50 tahun -0,34 0,77 0,661


Jumlah tempat tidur 0,10 0,02 0,000
Log (peserta) 0,13 0,04 0,001

Layanan di Puskesmas
Bedah, urologi, mata 0,08 0,08 0,370
Diagnosa fungsional 0,11 0,12 0,351
Spesialis & laboratorium 0,22 0,13 0,075
Trauma & THT 0,11 0,12 0,357
Umum & gigi 0,06 0,18 0,734
Psikoterapi 0,32 0,27 0,226
Vaksinasi 0,68 0,59 0,255

Peran PT Askes
Tatap muka -0,24 0,11 0,029
Keluhan & sumber daya manusia -0,14 0,13 0,276
Administrasi -0,19 0,16 0,227
Konsep rujukan berjenjang & aplikasi 0,10 0,16 0,529

Peran DPRD
Dukungan moral -0,09 0,11 0,420
Monitoring dan evaluasi 0,24 0,13 0,068
Regulasi & anggaran 0,18 0,16 0,258

Peran Pemerintah Provinsi DKI Jakarta


Regulasi 0,31 0,14 0,030
Profesionalisme 0,13 0,16 0,397
Pelayanan -0,11 0,13 0,358
Sumber daya manusia -0,03 0,12 0,813
Program -0,01 0,23 0,960

Faktor Kota
Rasio puskesmas per 100.000 penduduk -0,02 0,19 0,897
Rasio kemiskinan -0,47 0,26 0,072
Rasio pengangguran 0,63 0,16 0,000
Rasio buta huruf 0,09 0,05 0,096
Konstanta 0,43 1,54 0,782

Ket: α = 5%

adalah mitra puskesmas, sementara dinas kesehatan sistem pelayanan berjenjang dalam program KJS.
adalah atasan puskesmas. Dalam menjalankan fungsinya Setelah KJS dikelola PT Askes, ada peningkatan pada
sebagai atasan, dinas kesehatan dapat memberikan per- empat indikator, yaitu percepatan pendaftaran peserta
intah atau instruksi yang langsung ditindaklanjuti oleh KJS, layanan kesehatan berjenjang, percepatan sambung-
puskesmas. Berbeda dengan PT Askes yang hanya dapat an internet di puskesmas, peningkatan kepuasan
menyampaikan himbauan atau masukan terhadap puskesmas terhadap penanganan keluhan. Meningkatnya
puskesmas. kunjungan peserta KJS ke puskesmas setelah pengelolaan
KJS oleh PT Askes masih dipengaruhi oleh faktor per-
Kesimpulan mintaan dan penawaran pelayanan kesehatan. Dari sisi
Intervensi yang dilakukan dinas kesehatan melalui permintaan, persentase peserta berusia lanjut yang terdaf-
regulasi bermakna menumbuhkan persepsi puskesmas tar di puskesmas, serta persentase orang miskin dan
terhadap peran Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam pengangguran di tingkat kota memiliki pengaruh yang
mendorong optimalisasi sistem pelayanan kesehatan signifikan. Sementara dari sisi penawaran, ketersediaan
berjenjang. Hal ini dapat disebabkan posisi dinas kese- pelayanan dokter spesialis, laboratorium, serta pelayanan
hatan yang merupakan atasan langsung dari puskesmas rawat inap mendorong peserta KJS untuk mendatangi
sehingga segala aturan yang dikeluarkannya langsung puskesmas.
berdampak pada kinerja puskesmas. Sementara inter-
vensi yang dilakukan PT Askes meskipun telah banyak Saran
dilakukan namun tidak cukup membentuk persepsi Pengalaman penerapan sistem pelayanan kesehatan
puskesmas terhadap peran PT Askes dalam mendorong berjenjang pada awal pelaksanaan program KJS mem-

99
Kesmas, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 9, No. 1, Agustus 2014

berikan pelajaran berharga untuk penerapan sistem seru- Health insurance for the poor: impact on catastrophic and out-of-pock-
pa pada program JKN. Selain meningkatkan sarana dan et health expenditures in Mexico. Health Economics. 2010;11:437-47.
jenis layanan yang dapat diberikan puskesmas, PT Askes 9. Xu K, Evans DB, Kawabata K, Aguilar Rivera AM, Musgrov P, Evans T.
(sekarang BPJS Kesehatan) dapat mendorong optima- Household catastrophic health expenditure: a multicountry analysis. The
lisasi sistem pelayanan berjenjang melalui kerjasama Lancet. 2006; 362: 111-7.
yang saling menguntungkan bersama dinas kesehatan. 10. Satyanarayana K, Srivastava S. Poverty, health & intellectual property
PT Askes menyediakan data dan informasi berharga ten- rights with special reference to India. Indian Journal of Medical
tang pelaksanaan program KJS sehari-hari di lapangan. Research. 2007; 126: 390-406.
Dinas kesehatan memanfaatkan data dan informasi terse- 11. Montgomery M. Urban poverty and health in developing countries.
but untuk membuat regulasi yang dapat mengintervensi Population Reference Bureau. 2009; 64 (2).
fasilitas kesehatan. 12. Agarwal S, Satyavada A, Kaushik S, Kumar R. Urbanization, urban
poverty and health of the urban poor: status, challenges and the way for-
Daftar Pustaka ward. Demography India. 2007; 36 (1): 121-34.
1. PT Askes (Persero) Divisi Regional IV. Laporan pelaksanaan program 13. Falkingham J. Poverty, out-of-pocket payments and access to health care:
Kartu Jakarta Sehat (KJS) Periode 1 s/d 31 Juli 2013. Jakarta: PT Askes; evidence from Tajikistan. Social Science & Medicine 2004;58:247-58.
2013. 14. Suhrcke M, Stuckler D. Will the recession be bad for our health? It de-
2. Pemerintah Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 27/2009 ten- pends. Social Science & Medicine. 2012;74:647-653.
tang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, 15. Muntaner C, Solar O, Vanroelen C, Martinez JM, Vergara M, Santana V.
Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Unemployment, informal work, precarious employment, child labor,
Jakarta: Lembaga Negara Republik Indonesia; 2009. slavery, and health inequalities: pathways and mechanisms. International
3. Gaffar A. Politik Indonesia: transisi menuju demokrasi. Yogjakarta: Journal of Health Services. 2010; 40(2): 281-95.
Pustaka Pelajar; 2000. 16. Puig-Barrachina V, Malmusi D, Martinez JM, Benach J. Monitoring so-
4. Bank Dunia. Mengoptimalkan kontribusi desentralisasi bagi pemban- cial determinants of health inequalities: the impact of unemployment
gunan: metodologi kerangka kerja pengukuran kinerja pemerintah daer- among vurnerable groups. International Journal of Health Services.
ah (LGPM). Jakarta: World Bank Indonesia; 2008. 2011; 41(3): 459-82.
5. Dwiyanto A. Penilaian kinerja organisasi publik. Makalah dalam 17. Pharr JR, Moonie S, Bungum TJ. The impact of unemployment on men-
Seminar Sehari: Kinerja Organisasi Sektor Publik, Kebijakan dan tal and physical health, access to health care and health risk behaviours.
Penerapannya. Jogjakarta: Fisipol UGM; 1995. ISRN Public Health [internet]. 2012 [cited 2015 Apr 5]; about 7 page.
6. Dick B, Ferguson J, Chandra-Mouli V¸ Brabin L, Chatterjee S, Ross DA. A vailable from: http://digitalscholarship.unlv.edu/cgi/view
Review of the evidence for interventions to increase young people’s use content.cgi?article=1082&context=community_health_sciences_fac_ar-
of health services in developing countries. Geneva: WHO Technical ticles.
Report Series; No. 938; 2006. 18. Dinas Kesehatan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Surat edaran nomor
7. Bowser D, Mahal A. The economic burden of illness and health system 41/SE/2013 perihal pembiayaan program KJS di puskesmas tanggal 14
implications. Health Policy. 2011;100:159-66. Mei 2013. Jakarta: Dinas Kesehatan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
8. Galarraga O, Sosa-Rubi S, Salinas-Rodriguez A, Sesmas-Vazquez S. 2013.

100

You might also like