Professional Documents
Culture Documents
462 889 1 SM PDF
462 889 1 SM PDF
Fachmi Idris
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat/Ilmu Kedokteran Pencegahan Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
94
Idris, Optimalisasi Sistem Pelayanan Kesehatan Berjenjang Program pada Kartu Jakarta Sehat
rumah sakit yang mengakibatkan rumah sakit tidak aspirasi masyarakat, keterbukaan dalam pengelolaan
mampu melayani dan terpaksa menolak peserta. Pada keuangan KJS, kesesuaian peraturan daerah tentang KJS
awal pelaksanaan program KJS, Gubernur DKI Jakarta dengan peraturan yang lebih tinggi, dan dipertanggung-
gencar membagikan kartu kepada masyarakat, namun jawabkannya program KJS kepada DPRD.
nampaknya luput memberitahu masyarakat mengenai Paket intervensi pola JKN dalam bentuk paket inter-
sistem pelayanan kesehatan berjenjang yang menjadi vensi dari PT Askes, dinas kesehatan dan DPRD DKI
salah satu persyaratannya. Akibatnya, sistem pelayanan Jakarta, secara keseluruhan berjumlah 26 aktivitas. Studi
kesehatan berjenjang belum optimal dilaksanakan kare- ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas paket inter-
na masyarakat merasa bisa langsung berobat ke rumah vensi PT Askes pada program KJS dalam mendorong
sakit tanpa membawa surat rujukan dari puskesmas.1 penerapan sistem pelayanan kesehatan berjenjang yang
Permasalahan ini membutuhkan intervensi khusus. diukur melalui rata-rata jumlah kunjungan peserta ke
Paket intervensi khusus ini dalam program KJS di- puskesmas. Selain itu, studi ini juga bertujuan untuk
lakukan tidak hanya oleh PT Askes, namun juga oleh pe- mengevaluasi percepatan pendaftaran peserta KJS,
merintah provinsi melalui dinas kesehatan atau Unit layanan kesehatan berjenjang, percepatan sambungan in-
Pengelola Jaminan Kesehatan Daerah (UP Jamkesda), ternet di puskesmas, dan peningkatan kepuasan
serta Dewan Perwakilan Rakyat DKI Jakarta (DPRD). puskesmas terhadap penanganan keluhan setelah KJS
Untuk mempermudah penyebutan, intervensi ini dina- dikelola oleh PT Askes. Penelitian ini juga bermanfaat
makan ‘Paket Intervensi Pola Jaminan Kesehatan untuk penguatan keempat fungsi tersebut dalam
Nasional (JKN)’. menyambut program JKN yang diberlakukan mulai tang-
Secara rinci, paket intervensi yang dikelola PT Askes gal 1 Januari 2014.
di dalam Paket Intervensi Pola JKN ada sepuluh aktivitas,
yaitu pertemuan dengan puskesmas, perjanjian ker- Metode
jasama dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, sosiali- Intervensi untuk mengoptimalisasi sistem pelayanan
sasi KJS, penerapan konsep pelayanan kesehatan berjen- kesehatan berjenjang dilaksanakan oleh berbagai pihak,
jang, penanganan keluhan peserta KJS, pendaftaran pe- yaitu PT Askes, DPRD, dan Pemerintah Provinsi DKI
serta KJS di puskesmas, penambahan pegawai untuk pro- Jakarta. Untuk mengukur tingkat keberhasilannya, res-
gram KJS, pendidikan dan pelatihan untuk petugas ponden (kepala puskesmas atau petugas yang mewakili)
puskesmas, pembuatan aplikasi pelayanan kesehatan diminta penilaiannya tentang peran dari masing-masing
(Pcare), dan monitoring dan evaluasi. pihak untuk kemudian diukur hubungannya dengan rata-
DPRD Provinsi DKI Jakarta juga melakukan paket rata jumlah kunjungan peserta ke puskesmas.
intervensi.2,3 Paket intervensi yang dijalankan DPRD di Survei dengan desain potong lintang dilakukan pada
dalam Paket Intervensi Pola JKN ada enam aktivitas, 250 puskesmas di kecamatan dan kelurahan di DKI
yaitu kebijakan dan kegiatan yang mendukung kebu- Jakarta pada bulan November hingga Desember 2013.
tuhan puskesmas, memprioritaskan program-program Sampel dipilih secara acak melalui daftar puskesmas di
pelayanan publik yang sesuai kebutuhan dan aspirasi DKI Jakarta yang berjumlah 340. Sampel juga dipilih se-
masyarakat, mengesahkan peraturan daerah yang men- cara proporsional terhadap jumlah puskesmas di setiap
dukung pelaksanaan KJS, mengawasi pelaksanaan KJS kota. Petugas lapangan mewawancarai responden meng-
dengan efektif, menyediakan anggaran yang cukup untuk gunakan kuesioner sebagai panduan. Responden adalah
mendukung pelaksanaan KJS, dan membantu penyelesai- kepala puskesmas dengan kriteria memahami penerapan
an masalah KJS. program KJS di puskesmas. Jika kriteria ini tidak bisa
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang menginisiasi dipenuhi karena berbagai alasan, responden dapat dite-
program KJS pada tanggal 1 November 2012, selanjut- mani staf puskesmas yang memenuhi kriteria tersebut.
nya menjalankan Paket Intervensi Pola JKN dan Variabel terikat adalah paket intervensi PT Askes yang
melakukan intervensi program KJS dalam bentuk paket diukur dengan rata-rata jumlah kunjungan, rata-rata jum-
intervensi bersama bersama PT Askes.4,5 Paket interven- lah peserta KJS yang terdaftar, status pemasangan inter-
si ini mencakup sepuluh aktivitas, yaitu terbitnya pera- net, serta tingkat kepuasan puskesmas terhadap
turan daerah yang mendukung KJS, dimilikinya sistem pelayanan keluhan peserta yang dilakukan PT Askes.
monitoring KJS yang baik, terfasilitasinya pertemuan Variabel tingkat kepuasan berskala likert 1 sampai de-
kepala puskesmas se-DKI Jakarta untuk membahas per- ngan 5. Kode 1 mewakili persepsi ‘sangat tidak puas’ dan
masalahan KJS, terfasilitasinya pelatihan bagi petugas kode 5 mewakili persepsi ‘sangat puas’. Dengan pen-
puskesmas terkait program KJS, tersedianya tenaga dekatan top-two-boxes, tingkat kepuasan diperoleh
medis untuk mendukung program KJS, adanya tingkat melalui persentase jawaban ‘puas’ diwakili kode 4 dan
perhatian pada kualitas pelayanan KJS, dikembangkan- ‘sangat puas’ diwakili kode 5, dibandingkan seluruh
nya program-program yang sesuai dengan kebutuhan dan jawaban.
95
Kesmas, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 9, No. 1, Agustus 2014
96
Idris, Optimalisasi Sistem Pelayanan Kesehatan Berjenjang Program pada Kartu Jakarta Sehat
97
Kesmas, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 9, No. 1, Agustus 2014
Gambar 2. Perkembangan Internet dan Kepuasan Puskesmas dalam Penanganan Keluhan yang Dilakukan
PT Askes
memperoleh akses kepada pelayanan kesehatan jika Askes dalam peningkatan sistem pelayanan kesehatan
dibandingkan bukan pengangguran. 17 Tampaknya hal berjenjang menjadi kurang terbentuk.
yang sama juga terjadi pada pengangguran di DKI Dalam praktiknya, PT Askes telah berulang kali
Jakarta. menyampaikan pentingnya sistem rujukan dipatuhi un-
Meskipun hasil uji Wilcoxon menunjukkan ada pe- tuk menghindari penumpukan pasien di rumah sakit.
ningkatan signifikan jumlah kunjungan peserta KJS ke Dalam setiap kesempatan sosialisasi atau evaluasi dengan
puskesmas setelah pengelolaan KJS oleh PT Askes, hasil pihak-pihak terkait seperti dinas kesehatan serta fasilitas
Generalized Linear Model menunjukkan persepsi kesehatan, pentingnya konsep gate keeper puskesmas se-
puskesmas terhadap peran PT Askes justru mengurangi lalu tercatat dalam notulen atau materi pertemuan.
angka kunjungan peserta KJS ke puskesmas. Kontradiksi Kenyataan bahwa puskesmas tidak memiliki persepsi
ini menunjukkan kemungkinan tidak efektifnya inter- bahwa peningkatan kunjungan peserta KJS ke puskesmas
vensi yang dilakukan PT Askes untuk membentuk merupakan andil PT Askes menjadi masukan untuk
persepsi puskesmas di DKI Jakarta dalam upaya opti- mengevaluasi metode sosialisasinya kepada fasilitas ke-
malisasi sistem pelayanan kesehatan berjenjang. sehatan.
Kemungkinan penyebabnya adalah materi yang di- Hasil analisis Generalized Linear Model juga menun-
sampaikan oleh PT Askes dalam beberapa pertemuan jukkan puskesmas memiliki persepsi bahwa regulasi
dengan puskesmas tidak secara spesifik membahas ten- yang dihasilkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
tang sistem pelayanan kesehatan berjenjang, melainkan berdampak pada peningkatan jumlah kunjungan peserta
lebih bersifat umum. Hal ini berbeda dengan materi yang KJS ke puskesmas.18 Dinas kesehatan bersama PT Askes
disampaikan oleh Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta sering bersama-sama menyampaikan pentingnya layanan
yang secara spesifik menjelaskan tentang sistem kesehatan berjenjang kepada puskesmas pada berbagai
pelayanan kesehatan berjenjang. Bisa saja hal ini yang kesempatan. Namun yang membedakan kedua instansi
menyebabkan persepsi puskesmas terhadap peran PT ini adalah posisinya di hadapan puskesmas. PT Askes
98
Idris, Optimalisasi Sistem Pelayanan Kesehatan Berjenjang Program pada Kartu Jakarta Sehat
Tabel 4. Hubungan antara Rata-rata Jumlah Kunjungan Peserta KJS ke Puskesmas dengan Variabel Lainnya
Layanan di Puskesmas
Bedah, urologi, mata 0,08 0,08 0,370
Diagnosa fungsional 0,11 0,12 0,351
Spesialis & laboratorium 0,22 0,13 0,075
Trauma & THT 0,11 0,12 0,357
Umum & gigi 0,06 0,18 0,734
Psikoterapi 0,32 0,27 0,226
Vaksinasi 0,68 0,59 0,255
Peran PT Askes
Tatap muka -0,24 0,11 0,029
Keluhan & sumber daya manusia -0,14 0,13 0,276
Administrasi -0,19 0,16 0,227
Konsep rujukan berjenjang & aplikasi 0,10 0,16 0,529
Peran DPRD
Dukungan moral -0,09 0,11 0,420
Monitoring dan evaluasi 0,24 0,13 0,068
Regulasi & anggaran 0,18 0,16 0,258
Faktor Kota
Rasio puskesmas per 100.000 penduduk -0,02 0,19 0,897
Rasio kemiskinan -0,47 0,26 0,072
Rasio pengangguran 0,63 0,16 0,000
Rasio buta huruf 0,09 0,05 0,096
Konstanta 0,43 1,54 0,782
Ket: α = 5%
adalah mitra puskesmas, sementara dinas kesehatan sistem pelayanan berjenjang dalam program KJS.
adalah atasan puskesmas. Dalam menjalankan fungsinya Setelah KJS dikelola PT Askes, ada peningkatan pada
sebagai atasan, dinas kesehatan dapat memberikan per- empat indikator, yaitu percepatan pendaftaran peserta
intah atau instruksi yang langsung ditindaklanjuti oleh KJS, layanan kesehatan berjenjang, percepatan sambung-
puskesmas. Berbeda dengan PT Askes yang hanya dapat an internet di puskesmas, peningkatan kepuasan
menyampaikan himbauan atau masukan terhadap puskesmas terhadap penanganan keluhan. Meningkatnya
puskesmas. kunjungan peserta KJS ke puskesmas setelah pengelolaan
KJS oleh PT Askes masih dipengaruhi oleh faktor per-
Kesimpulan mintaan dan penawaran pelayanan kesehatan. Dari sisi
Intervensi yang dilakukan dinas kesehatan melalui permintaan, persentase peserta berusia lanjut yang terdaf-
regulasi bermakna menumbuhkan persepsi puskesmas tar di puskesmas, serta persentase orang miskin dan
terhadap peran Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam pengangguran di tingkat kota memiliki pengaruh yang
mendorong optimalisasi sistem pelayanan kesehatan signifikan. Sementara dari sisi penawaran, ketersediaan
berjenjang. Hal ini dapat disebabkan posisi dinas kese- pelayanan dokter spesialis, laboratorium, serta pelayanan
hatan yang merupakan atasan langsung dari puskesmas rawat inap mendorong peserta KJS untuk mendatangi
sehingga segala aturan yang dikeluarkannya langsung puskesmas.
berdampak pada kinerja puskesmas. Sementara inter-
vensi yang dilakukan PT Askes meskipun telah banyak Saran
dilakukan namun tidak cukup membentuk persepsi Pengalaman penerapan sistem pelayanan kesehatan
puskesmas terhadap peran PT Askes dalam mendorong berjenjang pada awal pelaksanaan program KJS mem-
99
Kesmas, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 9, No. 1, Agustus 2014
berikan pelajaran berharga untuk penerapan sistem seru- Health insurance for the poor: impact on catastrophic and out-of-pock-
pa pada program JKN. Selain meningkatkan sarana dan et health expenditures in Mexico. Health Economics. 2010;11:437-47.
jenis layanan yang dapat diberikan puskesmas, PT Askes 9. Xu K, Evans DB, Kawabata K, Aguilar Rivera AM, Musgrov P, Evans T.
(sekarang BPJS Kesehatan) dapat mendorong optima- Household catastrophic health expenditure: a multicountry analysis. The
lisasi sistem pelayanan berjenjang melalui kerjasama Lancet. 2006; 362: 111-7.
yang saling menguntungkan bersama dinas kesehatan. 10. Satyanarayana K, Srivastava S. Poverty, health & intellectual property
PT Askes menyediakan data dan informasi berharga ten- rights with special reference to India. Indian Journal of Medical
tang pelaksanaan program KJS sehari-hari di lapangan. Research. 2007; 126: 390-406.
Dinas kesehatan memanfaatkan data dan informasi terse- 11. Montgomery M. Urban poverty and health in developing countries.
but untuk membuat regulasi yang dapat mengintervensi Population Reference Bureau. 2009; 64 (2).
fasilitas kesehatan. 12. Agarwal S, Satyavada A, Kaushik S, Kumar R. Urbanization, urban
poverty and health of the urban poor: status, challenges and the way for-
Daftar Pustaka ward. Demography India. 2007; 36 (1): 121-34.
1. PT Askes (Persero) Divisi Regional IV. Laporan pelaksanaan program 13. Falkingham J. Poverty, out-of-pocket payments and access to health care:
Kartu Jakarta Sehat (KJS) Periode 1 s/d 31 Juli 2013. Jakarta: PT Askes; evidence from Tajikistan. Social Science & Medicine 2004;58:247-58.
2013. 14. Suhrcke M, Stuckler D. Will the recession be bad for our health? It de-
2. Pemerintah Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 27/2009 ten- pends. Social Science & Medicine. 2012;74:647-653.
tang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, 15. Muntaner C, Solar O, Vanroelen C, Martinez JM, Vergara M, Santana V.
Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Unemployment, informal work, precarious employment, child labor,
Jakarta: Lembaga Negara Republik Indonesia; 2009. slavery, and health inequalities: pathways and mechanisms. International
3. Gaffar A. Politik Indonesia: transisi menuju demokrasi. Yogjakarta: Journal of Health Services. 2010; 40(2): 281-95.
Pustaka Pelajar; 2000. 16. Puig-Barrachina V, Malmusi D, Martinez JM, Benach J. Monitoring so-
4. Bank Dunia. Mengoptimalkan kontribusi desentralisasi bagi pemban- cial determinants of health inequalities: the impact of unemployment
gunan: metodologi kerangka kerja pengukuran kinerja pemerintah daer- among vurnerable groups. International Journal of Health Services.
ah (LGPM). Jakarta: World Bank Indonesia; 2008. 2011; 41(3): 459-82.
5. Dwiyanto A. Penilaian kinerja organisasi publik. Makalah dalam 17. Pharr JR, Moonie S, Bungum TJ. The impact of unemployment on men-
Seminar Sehari: Kinerja Organisasi Sektor Publik, Kebijakan dan tal and physical health, access to health care and health risk behaviours.
Penerapannya. Jogjakarta: Fisipol UGM; 1995. ISRN Public Health [internet]. 2012 [cited 2015 Apr 5]; about 7 page.
6. Dick B, Ferguson J, Chandra-Mouli V¸ Brabin L, Chatterjee S, Ross DA. A vailable from: http://digitalscholarship.unlv.edu/cgi/view
Review of the evidence for interventions to increase young people’s use content.cgi?article=1082&context=community_health_sciences_fac_ar-
of health services in developing countries. Geneva: WHO Technical ticles.
Report Series; No. 938; 2006. 18. Dinas Kesehatan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Surat edaran nomor
7. Bowser D, Mahal A. The economic burden of illness and health system 41/SE/2013 perihal pembiayaan program KJS di puskesmas tanggal 14
implications. Health Policy. 2011;100:159-66. Mei 2013. Jakarta: Dinas Kesehatan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
8. Galarraga O, Sosa-Rubi S, Salinas-Rodriguez A, Sesmas-Vazquez S. 2013.
100