You are on page 1of 14

HUBUNGAN PELAKSANAAN TUGAS KESEHATAN KELUARGA DENGAN

KEKAMBUHAN SKIZOFRENIA DI DESA PARINGAN KECAMATAN


JENANGAN KABUPATEN PONOROGO

(CORRELATION BETWEEN FAMILY HEALTH TASK AND RELAPSE OF


SCHIZOPHRENIA)

Novita Sulistyowati
Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga
Kampus C Mulyorejo Surabaya 60115 Telp. (031)5913752, 5913754, Fax.(031)5913257
Email: novita.sulistyowati1406@yahoo.com

ABSTRACT

Introduction: Schizophrenia is a serious mental disorder which requires a continuous and


sustainable care. Those characteristic cause the patient potentially experience relapse.
That relapse experienced by patient is affected by family’s role very much, one of them is
how they conduct the family health task. Methods: The purpose of this study is to explain
correlation between family health task and schizophrenia relapse at Paringan, Jenangan,
Ponorogo. The design that is used in this study is cross sectional design. The population is
family whom living with schizophrenic. The sample including 30 respondents. Sample is
taken by using purposive sampling. The collected data is analyzed with spearman rho test
with significant level p<0,05. Result and Analysis: The analysis result showed there was
correlation between family health task and schizophrenia relapse (p=0,000).Discussion:
The conclusion can be derived from this study that there is correlation between family
health task and schizophrenia relapse. If family health task increase so schizophrenia
relapse decrease. Several things may can be done are by providing counseling and doing
health promotion to prevent relapse and how to care the schizophrenia well.

Keyword: Schizophrenia, relapse, family health task

PENDAHULUAN skizofrenia mengalami penurunan fungsi


kognitif (Felicia, 2011). Oleh karena itu,
Skizofrenia merupakan gangguan klien skizofrenia membutuhkan keluarga
psikotik berat serta cenderung bersifat untuk keberhasilan pengobatan dan
kronis sehingga memerlukan perawatan mencegah terjadinya kekambuhan. Fakta
jangka panjang (Atkinson, dkk., 1999; yang terjadi saat ini adalah angka
Irmansyah, 2006). Karakteristik kekambuhan skizofrenia di wilayah kerja
skizofrenia yang memerlukan perawatan Puskesmas Pembantu Kesehatan Jiwa
secara berkelanjutan dan terus menerus Desa Paringan, Kecamatan Jenangan,
sering menyebabkan penderita rentan Kabupaten Ponorogo mencapai 35 kasus
mengalami kekambuhan. Menurut sepanjang tahun 2011. Menurut hasil
Sullinger (1988) kekambuhan gangguan wawancara peneliti dengan petugas
jiwa dipengaruhi oleh beberapa faktor puskesmas pembantu setempat pada
antara lain individu atau pasien, tanggal 14 Maret 2012 kekambuhan
penanggungjawab pasien, lingkungan dan tersebut disebabkan pengobatan yang
keluarga (Keliat, 2006). Keluarga tidak tuntas, serta kebiasaan keluarga
merupakan sistem pendukung utama yang tidak melakukan kontrol ke pelayanan
tidak dapat dipisahkan dalam perawatan kesehatan secara rutin. Sementara itu
pada pasien skizofrenia mengingat pasien fakta yang terjadi di masyarakat, keluarga

1
belum mengetahui penatalaksanaan yang tersebut menyebabkan penderita gagal
tepat, keluarga masih pergi ke dukun untuk berfungsi sesuai peran yang
untuk mendapatkan pengobatan, serta diharapkan (Nevid, 2003). Skizofrenia
bersikap diskriminatif kepada pasien. menimbulkan banyak permasalahan bagi
Keadaan tersebut merupakan bentuk dari keluarga, antara lain penarikan sosial,
tidak terpenuhinya tugas kesehatan gangguan perilaku sosial, dan stigma
keluarga. Skizofrenia adalah gangguan buruk yang berkembang dimasyarakat
yang paling sering muncul dimasyarakat (Gelde, 1994). Permasalahan dan perilaku
(Felicia, 2011). World Health penderita yang cenderung menyimpang
Organization menyatakan bahwa 7 dari menyebabkan keluarga kurang toleran
1000 orang di dunia menderita terhadap penderita skizofrenia (Nevid
skizofrenia, saat ini jumlah penderita 2003). Disisi lain keluarga merupakan
skizofrenia mencapai 24.000.000 orang di pendukung utama (primary care giver)
seluruh dunia. Prevalensi skizofrenia dalam perawatan pasien skizofrenia yang
pada masyarakat umum sebesar 0,2- diharapkan mampu menjadi support
0,8% dan timbul sekitar usia 18 sampai group bagi penderita selama menjalani
45 tahun (Setiadi, 2006; Maramis, 2005). perawatan di rumah (Setiadi, 2006).
Hasil Riskesdas (2007) prevalensi Kesanggupan keluarga mempertahankan
gangguan jiwa berat di Indonesia adalah dan mendukung kesehatan pasien dapat
sebesar 4,6 % sedangkan di Jawa Timur dilihat dari tugas kesehatan yang
sebesar 3,1 %. Fenomena yang saat ini dilaksanakan antara lain mengenali
terjadi adalah Desa Paringan, Kecamatan masalah kesehatan, membuat keputusan
Jenangan, Kabupaten Ponorogo mendapat tindakan kesehatan yang tepat,
sebutan sebagai “kampung gila” memberikan perawatan pada anggota
(Kardono, 2011). Data Puskesmas keluarga yang sakit, menggunakan
Pembantu Kesehatan Jiwa Desa Paringan, fasilitas kesehatan yang ada di
Kecamatan Jenangan, Kabupaten masyarakat dan menciptakan suasana
Ponorogo tahun 2011 menunjukkan rumah yang menunjang bagi pasien
presentase warga yang mengidap (Herawati N, 2000).
gangguan jiwa sebesar 1 % atau sebanyak
61 orang diantara 5.997 warga. Dengan Nurdiana (2007) dalam penelitiannya
rincian 50 orang (81,9 %) menderita menyebutkan bahwa keluarga berperan
skizofrenia dan 11 orang (18,1%) penting dalam menentukan asuhan
mengalami gangguan jiwa lainnya. keperawatan yang diperlukan oleh pasien
Sementara itu angka kekambuhan di rumah sehingga akan menurunkan
skizofrenia mencapai 70%. Munculnya angka kekambuhan. Upaya untuk
kekambuhan skizofrenia dikarenakan menurunkan angka kekambuhan telah
stimulus negatif yang diterima dari faktor dilakukan oleh Pemerintah melalui
lingkungan, keluarga, penanggung jawab Puskesmas Pembantu Kesehatan Jiwa
klien serta masyarakat (Wirnata, 2008). Desa Paringan antara lain dengan
Stimulus tersebut menimbulkan melakukan home visit untuk memberikan
kehidupan penuh stress (stressfull life pengobatan ke beberapa pasien yang
event) yang berakhir pada munculnya memiliki kendala untuk datang ke
kekambuhan. puskesmas dan health education berupa
anjuran kepada keluarga untuk
Gangguan skizofrenia menyebabkan memberikan terapi kerja kepada pasien
tidak berfungsinya sebagian area dan memberikan tanggung jawab berupa
fungsional penderita yang berupa area aktivitas. Namun usaha yang dilakukan
fungsional sosial, kerja dan pendidikan pemerintah tersebut tidak disertai dengan
(Atkinson, 1999). Ketidakberfungsian usaha keluarga. Keluarga sering

2
mengambil keputusan untuk menunjang kesehatan, dan memanfaatkan
menghentikan pengobatan jika pasien fasilitas kesehatan yang ada di
sudah mulai membaik, selain itu keluarga masyarakat, sedangkan variabel dependen
juga bersikap diskriminatif kepada pasien dalam penelitian ini adalah kekambuhan
sehingga pasien jatuh pada kondisi penderita skizofrenia. Instrumen yang
kekambuhan. Apabila upaya pemerintah digunakan dalam pengumpulan data
tersebut didukung dengan kemampuan tentang pelaksanaan tugas kesehatan
keluarga dalam menjalankan tugasnya keluarga menggunakan lembar kuesioner
dengan baik maka angka kekambuhan yang berbentuk dua pilihan saja
pasien skizofrenia dapat ditekan. (dichotomy questions). Kuesioner dibuat
sendiri oleh peneliti dengan memodifikasi
Fenomena diatas sangat menarik untuk dari konsep 5 (lima) tugas kesehatan
dikaji lebih lanjut. Untuk mendapatkan keluarga menurut Friedman (1998).
gambaran nyata dari fenomena diatas, Selain itu peneliti juga membuat
maka penulis tertarik untuk melakukan instrumen berupa kuesioner untuk
penelitian tentang hubungan pelaksanaan mengevaluasi kekambuhan pada pasien
tugas kesehatan keluarga dengan skizofrenia dengan memodifikasi dari
kekambuhan pasien skizofrenia di Desa konsep gejala kekambuhan skizofrenia
Paringan, Jenangan, Ponorogo. menurut Herz dan Melville (1980).
Penentuan kekambuhan skizofrenia pada
BAHAN DAN METODE penelitian ini dinilai dari munculnya
kembali salah satu tanda atau gejala
Desain penelitian ini adalah deskriptif skizofrenia. Pengumpulan data
analitik dengan menggunakan pendekatan dilaksanakan setelah peneliti mendapat
Cross Sectional.Populasi dalam ijin untuk melakukan penelitian. Peneliti
penelitian ini adalah keluarga dari datang ke rumah responden untuk
penderita skizofrenia di Desa Paringan, memberikan lembar kuesioner. Data yang
Kecamatan Jenangan, Kabupaten telah dikumpulkan kemudian dioleh dan
Ponorogo. Penelitian ini menggunakan dianalisis dengan menggunakan
purposive sampling yaitu teknik menggunakan uji statistik korelasi
pemilihan sampel dengan menetapkan Spearman’s Rho untuk mengetahui
sampel dengan cara memilih sampel adanya hubungan antara variabel bebas
diantara populasi sesuai dengan yang dan variabel tergantung dengan derajat
dikehendaki peneliti, sehingga sampel kemaknaan atau tingkatsignifikasiα<
tersebut dapat mewakili karakteristik 0,05.Dari hasil perbandinganakan
populasi yang telah dikenal sebelumnya. ditentukanhipotesa di terima atau ditolak.
Sampel diambil sesuai dengan kriteria Apabila hasil uji statistik dengan
inklusi dan eksklusi yang telah Spearman Rho menunjukkan p ≤ α ,
ditentukan, dengan jumlah sampel maka hipotesa nol ditolak dan hipotesa
sebanyak 30 orang. Penelitian dilakukan alternatif diterima.
selama bulan Juni 2012.

Variabel independen dalam penelitian ini


adalah pelaksanaan tugas kesehatan
keluarga dengan 5 subvariabel yaitu
mengenal masalah kesehatan, membuat
keputusan tindakan kesehatan yang tepat
bagi anggota keluarga yang menderita
skizofrenia, merawat anggota keluarga
yang sakit, menciptakan lingkungan yang

3
didapatkan data mayoritas responden
HASIL bekerja sebagai petani yaitu sebesar 18
orang (60%).
Tabel 1. Karakteristik responden
penelitian hubungan pelaksanaan Tabel 2. Karakteristik pasien penelitian
tugas kesehatan keluarga dengan hubungan pelaksanaan tugas
kekambuhan skizofrenia di Desa kesehatan keluarga dengan
Paringan Jenangan Ponorogo, 1- kekambuhan skizofrenia di Desa
3 Juni 2012. Paringan Jenangan Ponorogo, 1-3
Karakteristik Juni 2012
No Parameter %
Responden Karakteristik
<20 tahun 1 3,33 No Parameter %
Responden
20-35 tahun 14 46,67 20-30 tahun 8 26,67
1 Umur
>35 tahun 15 50 31-40 tahun 4 13,33
Total 30 100
1 Umur 41-50 tahun 10 33,33
<20 tahun 7 23,33
Usia saat 20-35 tahun 16 53,33 51-60 tahun 8 26,67
2 Total 30 100
onset >35 tahun 7 23,33
Total 30 100 Ayah 3 10
<3tahun 5 16,67 Ibu 11 36,67
Lama
3-5tahun 8 26,67 Kakak 4 13,33
3 menderita
>5tahun 17 56,67 Hubungan
skizofrenia 2 Adik 5 16,67
100 dengan Pasien
SD 14 46,66 Anak 6 20
SMP 6 20 Istri 1 3,33
SMA 5 16,67 Total 30 100
Pendidikan
4 Perguruan
terakhir 0 0 Tidak
tinggi 7 23,33
Tidak sekolah 5 16,67 Sekolah
Total 30 100 SD 13 43,34
Tidak Bekerja 11 36,67 Pendidikan SMP 6 20
3
Petani 15 50 terakhir SMA 3 10
5 Pekerjaan PNS 0 0 Perguruan
Wirausaha 4 13,33 1 3,33
Tinggi
Total 30 100 Total 30 100
Terapi Tidak
26 86,67 1 3,33
aktifitas Bekerja
Terapi yang
Psikoreligius 4 13,33 Petani 18 60
6 pernah
Terapi 4 Pekerjaan
didapatkan 0 0 PNS 1 3,33
keluarga
Total 30 100 Wirausaha 10 33,34
Total 30 100
Berdasarkan tabel 1. tentang karakteristik
responden dilihat dari segi umur Berdasarkan tabel 5.2 tentang
didapatkan data mayoritas responden karakteristik responden dilihat dari segi
berumur 41-50 tahun yaitu sebanyak 10 umur didapatkan mayoritas pasien
orang (33,33%). Dilihat dari segi berumur >35 tahun yaitu sebesar 15
hubungan responden dengan pasien orang (50%). Dilihat dari segi umur saat
didapatkan data mayoritas hubungan onset didapatkan data mayorias onset saat
responden sebagai ibu yaitu sebanyak 11 umur 20-35 tahun yaitu sebesar 16 orang
orang (36,67. Dilihat dari segi pendidikan (53,33%). Dilihat dari segi lamanya
didapatkan data mayoritas responden menderita skizofrenia didapatkan data
lulus SD yaitu sebanyak 13 orang mayoritas menderita skizofrenia >5tahun
(43,33%). Dilihat dari segi pekerjaan yaitu sebesar 17 orang (56,67%). Dilihat

4
dari segi pekerjaan didapatkan data didapatkan data mayoritas pasien terapi
mayoritas pasien bekerja Petani sebesar aktifitas yaitu sebesar 26 orang (86,67%).
15 orang (50%). Dilihat dari segi
pendidikan terakhir didapatkan data Pada bagian ini akan disajikan hasil
mayoritas pasien berpendidikan tamat SD penelitian yang menunjukkan hubungan
sebesar 14 orang (46,67%). Dilihat dari antara subvariabel tugas kesehatan
segi terapi aktifitas yang pernah diberikan keluarga dengan kekambuhan
skizofrenia.

Tabel 3. Tabulasi silang tentang mengenal masalah kesehatan dan kekambuhan skizofrenia
di desa paringan kecamatan jenangan kabupaten ponorogo, 1-3 juni 2012.

Kekambuhan skizofrenia
Mengenal masalah
Total
kesehatan >2 bulan 1-2 bulan <1 bulan
9 0 1 10
Baik
(30%) (0%) (3,3%) (30,3%)
1 4 9 14
Cukup
(3,3%) (13,3%) (30%) (46,7%)
0 2 4 6
Kurang
(0%) (6,7%) (13,3%) (20%)
10 6 14 30
Total
(33,3%) (20%) (46,7%) (100%)
Uji Spearman Rho p : 0,000 r : 0,658

Tabel 4. Tabulasi silang memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi anggota
keluarga yang sakit dengn kekambuhan skizofrenia, 1-3 Juni 2012.

Memutuskan tindakan yang tepat bagi Kekambuhan skizofrenia


Total
keluarga yang menderita skizofrenia. >2 bulan 1-2 bulan <1 bulan
5 1 0 6
Baik
(16,7%) (3,3%) (0%) (20%)
4 3 9 16
Cukup
(13,3%) (10%) (30%) (53,3%)
1 2 5 8
Kurang
(3,3%) (6,7%) (16,7%) (26,7%)
10 6 14 30
Total
(33,3%) (20%) (46,7%) (100%)
Uji Spearman rho p : 0,009 r : 0,469

5
Tabel 5. Tabulasi silang merawat anggota keluarga yang menderita skizofrenia dengan
kekambuhan skizofrenia di Desa Paringan, Kecamatan Jenangan, Kabupaten
Ponorogo, 1-3 Juni 2012.

Merawat anggota keluarga yang Kekambuhan skizofrenia


Total
menderita skizofrenia >2 bulan 1-2 bulan <1 bulan
4 1 0 5
Baik
(13,3%) (3,3%) (0%) (16,6%)
6 4 7 17
Cukup
(20%) (13,3%) (23,3%) (56,7%)
0 1 7 8
Kurang
(0%) (3,3%) (23,3%) (26,7%)
10 6 14 30
Total
(33,3%) (20%) (46,7%) (100%)
Uji Spearman rho p : 0,000 r : 0,614

Tabel 6. Tabulasi silang menciptakan lingkungan yang menunjang kesehatan bagi anggota
keluarga yang menderita skizofrenia dengan kekambuhan skizofrenia di Desa
Paringan Kecamatan Jenangan, Kabupaten Ponorogo, 1-3 Juni 2012.

Menciptakan lingkungan yang Kekambuhan skizofrenia


Total
menunjang kesehatan >2 bulan 1-2 bulan <1 bulan
3 0 0 3
Baik
(10%) (0%) (0%) (10%)
7 4 10 21
Cukup
(23,3%) (13,3%) (33,3%) (70%)
0 2 4 6
Kurang
(0%) (6,7%) (13,3%) (20%)
10 6 14 30
Total
(33,3%) (20%) (46,7%) (100%)
Uji Spearman rho p : 0,015 r : 0,441

Tabel 7. Tabulasi silang memanfaatkan fasilitas di sekitar masyarakat dengan kekambuhan


skizofrenia di Desa Paringan, Kecamatan Jenangan, Kabupaten Ponorogo, 1-3 Juni
2012.

Memanfaatkan fasilitas kesehatan Kekambuhan skizofrenia


Total
di sekitar masyarakat >2 bulan 1-2 bulan <1 bulan
6 4 7 17
Baik
(20%) (13,33%) (23,33%) (56,67%)
4 2 6 12
Cukup
(13,33%) (6,67%) (20%) (40%)
0 0 1 1
Kurang
(0%) (0%) (3,33%) (3,33%)
10 6 14 30
Total
(33,3%) (20%) (46,67%) (100%)
Uji Spearman rho p : 0,510 r = 0,125

6
Tabel 8. Tabulasi silang pelaksanaan tugas kesehatan keluarga dengan kekambuhan
skizofrenia di Desa Paringan, Kecamatan Jenangan, Kabupaten Ponorogo, 1-3 Juni
2012.

Kekambuhan skizofrenia
Tugas kesehatan keluarga Total
>2 bulan 1-2 bulan <1 bulan
7 2 0 9
Baik
(23,33%) (6,7%) (0%) (30%)
3 3 9 15
Cukup
(10%) (10%) (30%) (50%)
0 1 5 6
Kurang
(0%) (3,33%) (16,7%) (20%)
10 6 14 30
Total
(33,3%) (20%) (46,67%) (100%)
Uji Spearman rho p : 0,000 r: 0,676

Proses analisa data menggunakan uji penyebab, dan juga cara penularan
statistik korelasi Spearman’s Rhountuk skizofrenia. Hasil uji statistik
mengetahui adanya hubungan antara menunjukkan adanya hubungan antara
variabel bebas dan variabel tergantung kemampuan mengenal masalah kesehatan
dengan derajat kemaknaan atau tingkat keluarga dengan kekambuhan skizofrenia
signifikasiα< 0,05. Sedangkan untuk (p=0,000). Selain itu nilai koefisien
menentukan kekuatan hubungan kedua korelasi (r=0,658) menggambarkan
variabel dapat dilihat dari koefesien tingkat hubungan yang kuat dengan arah
korelasi (r). korelasi negatif antara kemampuan
mengenal masalah kesehatan dengan
Variabel bebas yang berhubungan dengan kekambuhan skizofrenia. Hubungan
kekambuhan skizofrenia di desa memiliki makna semakin rendah
Paringan, Jenangan, Ponorogo antara lain kemampuan mengenal masalah kesehatan
mengenal masalah kesehatan, maka kekambuhan skizofrenia semakin
memutuskan tindakan kesehatan yang meningkat.
tepat bagi keluarga yang sakit, merawat
anggota keluarga yang sakit, dan Menurut Green (1980) dalam
menciptakan lingkungan yang menunjang Notoadmodjo (2003), pengetahuan atau
kesehatan bagi anggota keluarga yang kognitif merupakan domain yang sangat
sakit. Sedangkan memanfaatkan penting dalam membentuk tindakan
pelayanan kesehatan tidak berhubungan seseorang. Mengenal masalah kesehatan
dengan kekambuhan skziofrenia di Desa merupakan kegiatan mengkaji lebih lanjut
Paringan Kecamatan Jenangan mengenai semua hal yang berkaitan
Kabupaten Ponorogo. Dengan kata lain dengan penyakit yang diderita anggota
bahwa tugas kesehatan keluarga. Informasi tersebut terdiri dari
keluargaberhubungan dengan pengertian, tanda gejala, penyebab, serta
kekambuhan skizofrenia. cara merawat (Friedman,1998).
Kemampuan mengenal masalah erat
PEMBAHASAN kaitannya dengan tingkat pengetahuan
keluarga. Kemampuan tersebut
Berdasarkan hasil penelitian dapat merupakan pengembangan upaya
diketahui bahwa mayoritas responden responden dalam mencari tahu informasi
dalam penelitian memiliki kemampuan mengenai permasalahan kesehatan yang
mengenal masalah kesehatan yang cukup dialami anggota keluarganya sehingga
baik tentang pengertian skizofrenia, menjadi dasar terbentuknya tindakan

7
keluarga selanjutnya. Pengetahuan yang gejala dan cara perawatan akan membuat
dimiliki keluarga merupakan usaha awal keluarga lebih mewaspadai gejala yang
untuk memberikan suasana yang kondusif ditunjukkan oleh keluarganya yang
bagi keluarganya. Sebagai pemberi mengalami skizofrenia. Sehingga, apabila
dukungan utama dalam perawatan pasien pasien mulai menunjukkan tanda
skizofrenia di rumah seharusnya keluarga kekambuhan seperti mengurung diri,
tahu bahwa sikap keluarga dapat malas beraktivitas, atau mengamuk maka
meningkatkan kesembuhan namun juga keluarga segera tanggap sehingga pasien
dapat menjadi pemicu dalam tidak jatuh pada kondisi kekambuhan.
kekambuhan.
Berdasarkan hasil penelitian dapat
Dari hasil penelitian, mayoritas diketahui bahwa mayoritas responden
responden memiliki pengetahuan yang dalam penelitian memiliki kemampuan
cukup dalam mengenal masalah cukup dalam melaksanakan saran-saran
kesehatan, hal ini bermakna responden yang diberikan oleh petugas puskesmas
sekedar mengetahui saja namun tidak dan melakukan kontrol rutin ke
mengerti langkah selanjutnya yang akan puskesmas terdekat. Hasil uji statistik
diambil. Bila dilihat dari data demografi menunjukkan adanya hubungan antara
responden, dapat diketahui bahwa kemampuan memutuskan tindakan
responden dengan pengetahuan cukup ini kesehatan yang tepat dengan kekambuhan
mayoritas berpendidikan Sekolah Dasar. skizofrenia (p=0,009). Selain itu nilai
Rendahnya pendidikan yang dimiliki oleh koefisien korelasi (r=0,469)
responden menyebabkan pengembangan menggambarkan tingkat hubungan yang
wawasan dari informasi yang diperoleh cukup kuat dengan arah korelasi negatif
juga kurang. Dengan tingkat kemampuan antara kemampuan memutuskan tindakan
dalam mengenal masalah yang cukup, kesehatan yang tepat dengan kekambuhan
keluarga sebagai pemberi dukungan skizofrenia. Hal ini bermakna semakin
utama menjadi kurang maksimal dalam rendah kemampuan memutuskan
menjalankan tugasnya dalam tindakan kesehatan yang tepat maka
memberikan perawatan. Selain itu semakin tinggi kekambuhan skizofrenia.
pengetahuan keluarga merupakan dasar
yang akan menentukan tindakan keluarga Keluarga merupakan tempat terpenting
selanjutnya. Akibat kemampuan yang dalam penyelesaian masalah bersama,
hanya pada taraf cukup akhirnya keluarga salah satunya membuat keputusan tentang
memiliki persepsi yang salah mengenai masalah kesehatan keluarga. Dasar dalam
skizofrenia. Mayoritas keluarga pengambilan keputusan bagi anggota
menganggap perawatan skizofrenia sama keluarga yang sakit adalah hak dan
seperti perawatan penyakit pada tanggung jawab bersama yang pada
umumnya. Persepsi tersebut yang akhirnya menentukan pelayanan yang
membentuk tindakan keluarga dalam akan digunakan (Effendy, 1998).
menghentikan pengobatan saat pasien Pengambilan keputusan oleh keluarga
membaik, tidak melakukan kontrol, dan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
tidak memberikan perawatan yang tepat lain pendidikan dan pendapatan yang
pada pasien. Hal inilah yang menjadi dimiliki oleh keluarga tersebut.
pemicu dalam kekambuhan skizofrenia. Memutuskan tindakan kesehatan
Sementara itu, terdapat 9 respomden yang merupakan kemampuan keluarga dalam
memiliki kemampuan mengenal masalah mengambil keputusan setelah mengetahui
baik dengan kekambuhan > 2bulan. anggota keluarganya menderita
Kemampuan keluarga yang baik dalam skizofrenia. Tindakan tersebut
mengenal tentang pengertian, tanda dilatarbelakangi oleh tingkat pengetahuan

8
keluarga, biaya, tenaga, serta waktu yang Saat menjalani terapi nonfarmakologis ini
dimiliki dalam menangani permasalahan terkadang keluarga lupa memberikan obat
(Friedman, 1998). karena fokus dengan pengobatan dari
dukun atau paranormal. Karena hal
Pengetahuan keluarga yang mayoritas inilah, kemudian kekambuhan terjadi.
dalam tingkat cukup menyebabkan Keluarga merupakan penentu keputusan
keluarga kurang tanggap terhadap utama bagi pasien skizofrenia, mengingat
permasalahan yang terjadi pada anggota pasien mengalami penurunan fungsi
keluarganya yang menderita skizofrenia, kognitif sehingga tidak mengetahui apa
sehingga tidak semua masalah yang terbaik untuk perkembangan status
terselesaikan dengan baik. Keluarga kesehatannya. Perilaku ini didukung oleh
hanya memutuskan tindakan yang budaya yang berkembang di beberapa
diketahuinya saja. Keluarga memiliki masyarakat setempat yang percaya ada
kemampuan yang cukup baik dalam kekuatan mistis yang menyebabkan
melaksanakan saran-saran dari petugas pasien menderita skizofrenia.
kesehatan, hal ini dilatarbelakangi oleh Kemampuan yang cukup akan
usaha yang dilakukan oleh petugas dalam menimbulkan penyelesaian masalah yang
meningkatkan pengetahuan keluarga. tidak tuntas. Ketidaktuntasan tersebut
Namun setelah melaksanakan saran-saran berarti juga masih ada masalah yang
tersebut, terdapat beberapa keluarga yang belum terselesaikan dan menyebabkan
memutuskan untuk menghentikan munculnya kembali gejala-gejala
pengobatan. Keluarga terkadang merasa skizofrenia karena skizofrenia merupakan
takut dan kesal akibat efek samping obat penyakit yang memerlukan perawatan
seperti waktu tidur yang panjang yang terus menerus. Disamping itu
sehingga sering kali menjadi alasan terdapat 5 responden yang memiliki
utama untuk menghentikan pengobatan. kemampuan baik dalam memutuskan
Penghentian pengobatan ini tindakan yang tepat bagi keluarganya
menyebabkan timbulnya kekambuhan yang menderita skizofrenia. Keluarga
mengingat karakteristik skizofrenia yang melakukan saran-saran yang diberikan
memerlukan pengobatan dan perawatan oleh petugas kesehatan dan memiliki
secara terus menerus. Selain kesadaran untuk tidak menghentikan
menghentikan pengobatan, keluarga juga pengobatan. Karena pengobatan yang
memutuskan untuk mencari alternative terus-menerus inilah, pasien skizofrenia
pengobatan ke dukun atau paranormal. tidak jatuh pada kondisi kekambuhan.
Pemilihan alternative pengobatan di
dukun atau paranormal dihubungkan Berdasarkan hasil penelitian dapat
dengan budaya yang berkembang di diketahui bahwa mayoritas responden
masyarakat dan tingkat pendidikan yang dalam penelitian memiliki kemampuan
dimiliki responden. Dari data demografi merawat anggota keluarga yang
menunjukkan bahwa mayoritas menderita skizofrenia yang cukup baik
responden memiliki pendidikan Sekolah memberikan obat sesuai jadwal dan dosis,
Dasar. Dengan pendidikan tersebut, serta dalam memberikan aktivitas kepada
seseorang lebih mudah percaya kepada keluarga. Hasil uji statistik menunjukkan
sesuatu yang berkembang di masyarakat. adanya hubungan antara kemampuan
Beberapa masyarakat menganggap bahwa merawat anggota keluarga yang
skizofrenia diakibatkan dari gangguan menderita skizofrenia dengan
makhluk halus atau hal mistis. Sehingga kekambuhan skizofrenia (p=0,000).
mereka merasa perlu untuk pergi ke Selain itu nilai koefisien korelasi
dukun atau paranormal untuk (r=0,614) menggambarkan tingkat
menghilangkan gejala-gejala skizofrenia. hubungan yang kuat dengan arah korelasi

9
negatif antara kemampuan merawat Tingkat kemampuan keluarga dalam
anggota keluarga yang menderita merawat anggota keluarga mayoritas
skizofrenia dengan kekambuhan pada kategori cukup. Hal ini
skizofrenia. Hubungan memiliki makna dilatarbelakangi oleh kemampuan
semakin rendah kemampuan merawat keluarga dalam mengenal masalah juga
anggota keluarga yang menderita berada pada tahapan cukup pula.
skizofrenia maka kekambuhan Kemampuan keluarga dalam merawat
skizofrenia semakin meningkat. masih berada pada domain tahu dan
paham sehingga belum mampu
Setiap anggota keluarga memiliki mengaplikasikan perawatan yang
kewajiban untuk memberikan perawatan maksimal pada anggota keluarga yang
kepada anggota keluarga yang lain ketika menderita skizofrenia. Hal ini didukung
sakit (Effendy, 1998). Hal tersebut dengan data demografi responden yang
merupakan tugas pokok keluarga dimana mayoritas bekerja sebagai petani,
keluarga memiliki tugas untuk memenuhi sehingga keluarga lebih banyak
kebutuhan serta pemeliharaan dan menghabiskan waktunya untuk pergi ke
perawatannya (Friedman, 1998). Anggota sawah dibandingkan mencari informasi
keluarga yang menderita skizofrenia untuk perawatan keluarganya yang sakit.
memerlukan perawatan seperti Sementara itu, terdapat 4 responden yang
pemenuhan kebutuhan sehari-hari, memiliki kemampuan merawat baik
masalah activity daily living, serta dengan kekambuhan pasien > 2bulan.
pemberian pengobatan. Keluarga Kemampuan tersebut ditunjukkan
mempunyai peran besar dalam merawat keluarga dalam memberikan obat sesuai
pasien skizofrenia karena penderita dengan dosis yang dianjurkan oleh
skizofrenia mengalami kemunduran petugas kesehatan. Keluarga sadar bahwa
secara kognitif (Felicia, 2011). Sejalan pasien skizofrenia memiliki
dengan Notoadmodjo (2003) aplikasi dari ketergantungan terhadap orang lain
suatu tindakan perawatan merupakan karena kondisi kognitifnya yang
hasil dari tahu dan paham. Sehingga, mengalami gangguan. Kondisi tersebut
sebelum domain pengetahuan dalam diri kemudian memotivasi keluarga untuk
seseorang sampai pada tahap tingkat selalu memantau pengobatan yang harus
aplikasi, ini memungkinkan seseorang dikonsumsi pasien. Sehingga pasien tidak
yang sudah pada domain kognitif tahu mengalami putus obat dan tidak jatu pada
dan paham, namun belum mampu kondisi kekambuhan.
mengaplikasikan ilmu tersebut. Keluarga
merupakan pemberi perawatan utama Berdasarkan hasil penelitian dapat
bagi pasien skizofrenia di rumah. Pasca diketahui bahwa mayoritas responden
perawatan di rumah sakit, keluarga dalam penelitian memiliki kemampuan
merupakan penanggungjawab utama yang cukup baik dalam melakukan sikap
yang mengelola pasien agar tetap stabil yang tidak membeda-bedakan dengan
dan tidak jatuh pada kondisi anggota keluarga yang sehat, dan tidak
kekambuhan. Keberhasilan perawatan di malu dengan penyakit yang sedang
rumah sakit tidak akan berarti apabila menimpa keluarganya. Hasil uji statistik
tidak dilanjutkan dengan kemampuan menunjukkan adanya hubungan antara
perawatan yang baik dari keluarga, kemampuan merawat anggota keluarga
mengingat pasien skizofrenia tidak hanya yang menderita skizofrenia dengan
membutuhkan terapi medis saja untuk kekambuhan skizofrenia (p=0,015).
sembuh melainkan membutuhkan Selain itu nilai koefisien korelasi
perhatian dan juga semangat secara emosi (r=0,441) menggambarkan tingkat
dari keluarga (Felicia, 2011). hubungan yang cukup dengan arah

10
korelasi negatif antara kemampuan menciptakan lingkungan yang menunjang
menciptakan lingkungan yang menunjang kesehatan terdapat pada kategori cukup.
kesehatan dengan kekambuhan Kemampuan ini dilatarbelakangi oleh
skizofrenia. lamanya pasien menderita skizofrenia.
Data demografi menunjukkan bahwa
Keluarga memainkan peranan sebagai mayoritas pasien menderita skizofrenia >
sistem pendukung bagi anggota keluarga 5tahun. Lamanya pasien menderita
yang sakit. Peran tersebut terwujud bila skizofrenia membuat beberapa keluarga
ada kecocokan antara kebutuhan keluarga merasa jenuh. Sehingga yang muncul
dan asupan sumber lingkungan bagi adalah ekspresi emosi yang tinggi saat
pemeliharanaan kesehatan anggota berinteraksi. Keluarga sering tidak
keluarga (Friedman, 1998). Lingkungan menyadari hal tersebut karena
yang menunjang bagi pasien skizofrenia menganggap dengan membentak maka
lebih merujuk pada ekspresi emosi yang pasien akan takut dan menuruti perintah
ditunjukkan oleh keluarga dalam merawat care giver atau keluarga. Jika hal tersebut
pasien skizofrenia. Selain itu, pasien terjadi maka pasien skizofrenia akan
skizofrenia membutuhkan modifikasi menerima stress dalam kehidupannya
lingkungan berupa dukungan keluarga sehingga pasien jatuh pada kondisi
baik secara ekonomi maupun secara kekambuhan. Sikap yang seharusnya
psikologis guna memberikan rasa ditunjukkan keluarga kepada pasien
nyaman, aman yang dapat meningkatkan skizofrenia adalah menerima pasien,
derajat kesehatan pasien (Friedman, menghargai dan menumbuhkan sikap
1998). Salah satu faktor penyebab tanggung jawab sehingga pasien merasa
skizofrenia adalah kehidupan penuh dihargai dan tidak kehilangan perannya di
stress yang dijalani oleh penderita. Ketika dalam keluarga tersebut. Seperti yang
pasien sudah terdiagnosis menderita ditunjukkan oleh 3 responden yang
skizofrenia maka keluarga sebagai sistem memiliki kemampuan baik dalam
pendukung pasien harus memberikan menciptakan lingkungan yang menunjang
semangat dan memberikan perhatian kesehatan dengan kekambuhan pasien
lebih kepada pasien. Saat merawat pasien skizofrenia yang > 2 bulan. Keluarga
skizofrenia tanpa sadar keluarga sering memiliki kemampuan baik dalam
menunjukkan sikap terlalu mengatur dan melakukan kontrol ekspresi emosi dengan
memusuhi anggotanya karena merasa menyamaratakan antara pasien
lelah selama merawat (Varma, 1996). skizofrenia dengan keluarganya yang
Sehingga yang terjadi adalah keluarga sehat. Sehingga pasien skizofrenia
menunjukkan ekspresi emosi yang tinggi. merasa dirinya tidak dikucilkan dan
Kekambuhan pasien skizofrenia yang dihargai. Hal inilah yang membuat emosi
tinggal di rumah sanagt tergantung pada pasien stabil dan tidak jatuh pada kondisi
lingkungan emosional yang ditunjukkan stress.
oleh keluarga. Konsep ekspresi emosi
merupakan salah satu indeks yang Berdasarkan hasil penelitian dapat
menentukan kualitas lingkungan emosi diketahui bahwa mayoritas responden
bagi pasien skizofrenia (Davies, 1994). dalam penelitian memiliki kemampuan
Ekspresi emosi tinggi oleh keluarga dapat yang baik dalam memanfaatkan fasilitas
meningkatkan kehidupan yang penuh kesehatan di masyarakat mayoritas pada
stress bagi pasien sehingga pasien jatuh kategori baik. Kemampuan keluarga
pada kondisi kekambuhan. tersebut didukung dengan pengobatan
gratis yang disediakan oleh puskesmas
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pembantu setempat sehingga keluarga
mayoritas kemampuan keluarga dalam tidak merasa terbebani dalam

11
memanfaatkan fasilitas yang telah berfokus pada bidang kesehatan jiwa.
disediakan. Disisi lain masih ada keluarga Sebelum berdirinya puskesmas tersebut,
yang memiliki kemampuan yang kurang masyarakat yang menderita skizofrenia
khususnya dalam membawa pasien ke harus dirujuk ke Rumah Sakit Jiwa yang
pelayanan kesehatan jika ada masalah berada di Surabaya, Lawang, dan Solo.
kesehatan. Hasil uji statistik Untuk mencapai rumah sakit tersebut
menunjukkan tidak ada hubungan antara keluarga pasien mengalami keberatan
kemampuan memanfaatkan fasilitas dalam hal dana, waktu, dan juga jarak
kesehatan dengan kekambuhan yang jauh. Dengan keberadaan
skizofrenia (p=0,510). Hal ini berarti puskesmas jiwa di Desa Paringan tersebut
kemampuan memanfaatkan fasilitas masyarakat memiliki kemudahan untuk
kesehatan tidak mempengaruhi mencapai fasilitas kesehatan dengan
kekambuhan pasien skizofrenia. biaya gratis dan pelayanan yang prima.
Selain itu, pihak pemerintah desa juga
Keluarga memiliki peran utama dalam aktif dalam mengingatkan warganya
perawatan pasien skizofrenia di rumah. untuk kontrol rutin ke puskesmas.
Salah satu tugasnya yaitu membawa Adapun responden yang masih kurang
pasien skizofrenia ke pelayanan memanfaatkan disebabkan oleh kendala
kesehatan terdekat untuk mendapatkan transportasi untuk menuju ke puskesmas
pengobatan serta penanganan yang sesuai tersebut. Mayoritas keluarga mampu
dengan standar kesehatan (Friedman, memanfaatkan pelayanan kesehatan
1998). Pelayanan kesehatan merupakan dengan baik namun mayoritas tingkat
salah satu kebijakan pemerintah di bidang kekambuhan skizofrenia adalah <1 bulan.
kesehatan untuk meningkatkan tingkat Setelah mendapat penanganan dari
kesehatan masyarakat. Selama ini petugas puskesmas setempat, keluargalah
pemerintah telah berusaha keras untuk yang kemudian bertanggungjawab
menyediakan pelayanan yang prima terhadap perawatan pasien. Keluarga
untuk mencapai tujuan yang diinginkan sering menghentikan pengobatan karena
(Depkes, 2012). Saat ini masyarakat berbagai alasan. Hal ini menunjukkan
sudah banyak yang memanfaatkan bahwa kemampuan memanfaatkan
pelayanan kesehatan terutama di tingkat pelayanan kesehatan tidak serta merta
puskesmas. Hal tersebut merupakan hasil mempengaruhi kesadaran keluarga dalam
dari upaya pemerintah untuk melakukan perawatan yang baik dan
mensosialisasikan mengenai benar.
keberfungsian dari pelayanan kesehatan.
Selain itu, pemberian obat secara gratis Berdasarkan hasil penelitian dapat
juga melatarbelakangi perilaku diketahui bahwa mayoritas responden
masyarakat untuk membawa anggota dalam penelitian memiliki kemampuan
keluarganya yang sakit untuk yang cukup dalam mengenal masalah
mendapatkan perawatan. Sehingga kesehatan, memutuskan tindakan yang
masalah kesehatan dapat ditangani tepat, merawat anggota keluarga yang
secepatnya. sakit, menciptakan lingkungan yang
menunjang kesehatan. Namun
Dalam penelitian ini, mayoritas kemampuan keluarga masih kurang
masyarakat memiliki kemampuan yang dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan
baik dalam memanfaatkan fasilitas yang ada di masyarakat. Hasil uji statistik
kesehatan yang berada di sekitar menunjukkan adanya hubungan antara
masyarakat. Hal ini merupakan hasil dari kemampuan memanfaatkan fasilitas
misi pemerintah pada tahun 2011 untuk kesehatan dengan kekambuhan
membangun Puskesmas pembantu yang skizofrenia (p=0,000). Selain itu nilai

12
koefisien korelasi (r=0,676) menciptakan lingkungan yang menunjang
menggambarkan tingkat hubungan yang bagi pasien skizofrenia. Faktor lain yang
kuat dengan arah korelasi negatif antara turut mempengaruhi adalah sumberdaya
kemampuan melaksanakan tugas (waktu, ekonomi, fisik, tenaga) dan
kesehatan keluarga dengan kekambuhan sumber daya perawatan yang berada di
skizofrenia. Hubungan memiliki makna masyarakat. Dari data demografi dapat
semakin rendah kemampuan dilihat bahwa responden mayoritas
melaksanakan tugas kesehatan maka bekerja sebagai petani,sehingga sebagian
kekambuhan skizofrenia semakin besar waktunya digunakan untuk
meningkat. menggarap sawah. Oleh karena itu,
mayoritas keluarga menjadi tidak
Kemampuan yang ditunjukkan keluarga maksimal dalam melaksanakan tugas
dalam memberikan asuhan kesehatan kesehatannya. Walaupun sumber daya
mempengaruhi status kesehatan keluarga. perawatan sudah tersedia dan
Tujuan asuhan kesehatan keluarga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, namun
dicapai dengan memaksimalkan tugas faktor-faktor yang lain lebih kuat
kesehatan yang berlaku dalam keluarga mempengaruhi pelaksanaan tugas
tersebut. Menurut Friedman (1998) tugas kesehatan keluarga. Banyak faktor yang
tersebut merupakan upaya dalam memicu terjadinya skizofrenia, namun
pemeliharaan antara satu anggota dengan yang paling berpengaruh adalah keluarga.
yang lain. Kesanggupan keluarga dalam Hal ini mengingat pasien skizofrenia
melaksanakan pemeliharaan tersebut mengalami penurunan kemampuan
dapat dilihat dari kemampuan keluarga kognitif sehingga keluarga berperan
melakukan tugas kesehatan keluarga. Jika dalam pemberia perawatan, pengobatan,
tugas kesehatan keluarga tersebut dan penentu keputusan bagi pasien.
dilakukan dengan baik berarti keluarga Namun perawatan dan terapi pengobatan
sanggup menyelesaikan masalah saja tidak akan mampu mencegah
kesehatannya. Penyelesaian masalah terjadinya kekambuhan, karena
kesehatan keluarga dipengaruhi oleh dibutuhkan dukungan keluarga yang baik
beberapa faktor, antara lain budaya, agar pasien tidak jatuh pada kondisi
pengetahuan, tindakan untuk mengatasi kekambuhan. Oleh karena itu, 5 faktor
masalah, sumberdaya (fisik, ekonomi, tugas kesehatan keluarga mempunyai
tenaga, waktu), sumberdaya perawatan di hubungan keterkaitan sehingga
masyarakat. membutuhkan upaya yang kompleks
dalam mewujudkan pelaksanaan tugas
Tingkat kemampuan keluarga dalam kesehatan keluarga yang baik.
melaksanakan tugas kesehatan keluarga
mayoritas pada kategori cukup. Tugas SIMPULAN DAN SARAN
kesehatan ini dilakukan keluarga untuk
meningkatkan status kesehatan Simpulan
keluarganya agar menjadi lebih baik.
Untuk meningkatkan status kesehatannya 1)Semakin rendah kemampuan mengenal
maka diperlukan penyelesaian masalah masalah kesehatan menunjukkan
kesehatan keluarga. Menurut teori, salah kekambuhan yang tinggi. 2)Semakin
satu faktor yang melatarbelakangi adalah rendah kemampuan memutuskan
pengetahuan yang dimiliki oleh keluarga. tindakan yang tepat maka semakin tinggi
Dari data demografi, mayoritas keluarga pula kekambuhan skizofrenia. 3)
memiliki pendidikan Sekolah Dasar. Hal Semakin rendah kemampuan merawat
ini mempengaruhi sesorang dalam menunjukkan semakin tinggi
mengenal, memutuskan, merawat, dan kekambuhan skizofrenia 4)Semakin

13
rendah kemampuan menciptakan KEPUSTAKAAN
lingkungan yang menunjang kesehatan
menunjukkan semakin tinggi Atkison, R.L & Hilgard, E.R 1999,
kekambuhan skizofrenia. 5) Tidak ada PengantarPsikologi, Erlangga,
hubungan antara kemampua Jakarta.
memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan Badan Penelitian dan Pengembangan
kekambuhan skizofrenia 6) Semakin Kesehatan Departemen Kesehatan
rendah pelaksanaan tugas kesehatan Republik Indonesia 2008, Riset
keluarga menunjukkan semakin tinggi Kesehatan Dasar 2007, Jakarta.
tingkat kekambuhan. Effendy, Nasrul 1998, Proses
Keperawatan, EGC, Jakarta.
Saran Felicia Risca dkk. 2011, Faktor-Faktor
Yang Berhubungan Dengan
1) Mengingat kemampuan keluarga Kekambuhan Pada Pasien
dalam mengenal masalah kesehatan Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa
masih dalam kategori cukup, maka pihak Daerah Dr. Amino Gondohutomo
Puskesmas setempat perlu meningkatkan Semarang, Jurnal Keperawatan
upaya promosi kesehatan tentang cara dan Kebidanan (JIKK), Vol.I
pencegahan kekambuhan serta No.4, Hal 205-207.
pengobatan yang benar serta upaya home Friedman, M.Marilyn 1998,
visit secara rutin untuk memberikan Keperawatan Keluarga Edisi 3,
informasi secara berkelanjutan kepada EGC, Jakarta.
keluarga. 2) Mengingat kemampuan Irmansyah 2006, Pencegahan dan
keluarga dalam memutuskan tindakan Intervensi Dini Skizofrenia,
dan merawat masih dalam taraf cukup Diakses dari
baik maka diharapkan petugas kesehatan http://64.203.71.11/kompas-
setempat meningkatkan kualitas cetak/0410/19/ilpeng/1331282.ht
pelayanan kesehatan dengan m pada 15 Maret 2012 jam 11.00
memaksimalkan perannya sebagai WIB.
counselor, educator, dan consultant, Maramis, W 2005, Ilmu Kedokteran
sehingga keluarga dapat berkonsultasi Jiwa, Edisi 9, Airlangga
untuk menentukan keputusannya. 3) University Press. Hal: 167-233,
Mengingat kemampuan keluarga dalam Surabaya.
menciptakan lingkungan yang menunjang Nevid, J.S., Rathus, S.A., & Greene., B
kesehatan masih dalam kategori cukup 2003, Psikologi Abnormal Edisi
baik, maka keluarga hendaknya Ke 5, Erlangga, Jakarta.
meningkatkan kemampuan dalam Notoatmodjo 2003, Pendidikan dan
melakukan manajemen stress untuk Perilaku Kesehatan, Rineka
menurunkan tingkat ekspresi emosi Cipta, Jakarta.
dalam keluarga. 4) Untuk peneliti Nurdiana, dkk. 2007, Jurnal penelitian
selanjutnya diharapkan melakukan “Korelasi Peran Serta Keluarga
penelitian tentang hubungan faktor-faktor Terhadap Tingkat Kekambuhan
lain yang mempengaruhi kekambuhan Klien Skizofrenia”, Stikes
skizofrenia terutama yang di rawat oleh Muhammadiyah, Banjarmasin.
keluarga di rumah. Setiadi, Arif & Imam 2006, Skizofrenia
Memahami Dinamika Keluarga
Pasien, Refika Aditya, Jakarta.
Sullinger, N 1988, Relapse, Journal of
Psycosocial Nursing 38,
no.10:1096-1099.

14

You might also like