Professional Documents
Culture Documents
1,2
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Kristen Satya Wacana
Corresponding author:
Wisnu Adi Prsityantama
462012030@stundent.uksw.edu
Indonesian Journal of Nursing Research, Vol 1 No 2, Nov 2018
e-ISSN 2615-6407
Indonesian Journal of Nursing Research, Vol 1 No 2, November 2018/ page 17-26 18
Gangguan jiwa biasanya berhubungan dengan dalam fungsi pekerjaan dan sosial, mereka
tekanan sosial, pekerjaan, atau kegiatan mengalami kesulitan dalam mempertahankan
penting lainya (American Psychiatric pembicaraan, membentuk pertemanan,
Association, 2013). Menurut data World mempertahankan pekerjaan atau
Health Organization (WHO) pada tahun 2016, memperhatikan kebersihan pribadi mereka
terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, (Siswanto, 2007). Menurut penelitian yang
60 juta orang terkena bipolar, 21 juta terkena dilakukan Krystyna Górna di Poznan,
skizofrenia, serta 47,5 juta terkena dimensia Polandia, keparahan gejala psikopatologis
(World Health Organization, 2017). Untuk akan berdampak pada kemunduran fungsi
konteks Indonesia, data Riset Kesehatan Dasar sosial dan kualitas hidup penderita
(Riskesdas) tahun 2013 memunjukkan skizofrenia(Gorna, 2014). Gangguan ini sering
prevalensi ganggunan mental emosional yang menyebabkan kegagalan individu dalam
ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan mencapai berbagai keterampilan yang
kecemasan untuk usia 15 tahun ke atas diperlukan untuk hidup dan menyebabkan
mencapai sekitar 14 juta orang atau 6% dari pasien menjadi beban keluarga dan masyarakat
jumlah penduduk Indonesia. Sedangkan (Allen, 2011). Menurut penelitian pada tahun
prevalensi gangguan jiwa berat, seperti 2013 yang dilakukan oleh Christos
skizofrenia mencapai sekitar 400.000 orang Panayiotopoulos dari University of Nicosia di
atau sebanyak 1,7 per 1.000 penduduk. Cyprus menyebutkan bahwa penderita
Provinsi Jawa Tengah berdasarkan riset skizofrenia akan susah untuk berpartisipasi
kesehatan dasar (Riskesdas) 2013 adalah dalam kegiatan sosial, pekerjaan, dan
termasuk salah satu provinsi kategori tinggi keterampilan yang diperlukan untuk hidup,
penderita gangguan jiwa berat (psikosis atau dan keluarga penderita akan sangat terbebani
skizofrenia) dengan prevalensi 2,3 per mil (Panayiotopoulos, 2013).
(Badan Penelitian dan Pengembangan
Individu yang telah didiagnosa mengalami
Kesehatan, 2013).
skizofrenia biasanya sulit dipulihkan. Jika bisa
Skizofrenia adalah penyakit yang sembuh, itu pun memakan waktu yang sangat
mempengaruhi lingkup yang luas dari proses lama (bertahun - tahun) dan tidak bisa seperti
psikologis, mencakup kognisi, afek dan semula lagi. Bila tidak berhati-hati dan
perilaku (Jeffrey S, 2005). Skizofrenia adalah mengalami stres yang berlebihan, besar
ketidakmampuan untuk melihat realita, kemungkinan akan kambuh dan menjadi lebih
kebingungan dalam membedakan realita dan berat (Kartono, 2002). Prognosis untuk
yang bukan. Pasien dengan skizofrenia skizofrenia pada umumnya kurang begitu
menunjukan gejala kemunduran yang jelas menggembirakan. Sekitar 25% klien dapat
Wisnu Adi Prsityantama–Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kekambuhan Penderita Skizofrenia di
Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang
Indonesian Journal of Nursing Research, Vol 1 No 2, November 2018/ page 17-26 19
pulih dari episode awal dan fungsinya dapat sama lain menurut perannya masing-masing
kembali pada tingkat premorbid (sebelum serta menciptakan dan mempertahankan suatu
munculnya gangguan tersebut). Sekitar 25% budaya (Sudiharto, 2007). Di samping itu,
tidak akan pernah pulih dan perjalanan keluarga juga dimaknai sebagai unit terkecil
penyakitnya cenderung memburuk. Sekitar dari masyarakat yang terdiri atas kepala
50% berada diantaranya ditandai dengan keluarga serta beberapa orang yang berkumpul
kekambuhan periodik dan ketidakmampuan dan tinggal di satu atap dalam keadaaan saling
berfungsi dengan efektif kecuali untuk waktu ketergantungan (Ali, 2006). Dalam kasus
yang singkat, 50-80% klien skizofrenia yang skizofrenia, keluarga mempunyai tanggung
pernah dirawat di RS akan kambuh. jawab yang penting dalam proses perawatan,
Kekambuhan merupakan keadaan pasien persiapan pulang dan perawatan di rumah agar
dimana muncul gejala yang sama seperti adaptasi klien berjalan dengan baik. Kualitas
sebelumnya dan mengakibatkan pasien harus dan efektifitas perilaku keluarga akan
dirawat kembali. Keadaan sekitar atau membantu proses pemulihan kesehatan klien
lingkungan yang penuh stres dapat memicu sehingga status klien meningkat (Keliat,
pada orang-orang yang mudah terkena 1996).
serangan skizofrenia, dimana dapat ditemukan
bahwa orang-orang yang mengalami Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Sri
kekambuhan lebih besar kemungkinannya dari Wulansih pada tahun 2008 di Rumah Sakit
pada orang-orang yang tidak mengalami Jiwa Daerah (RSJD) Surakarta menunjukkan
kejadian-kejadian buruk dalam kehidupan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
mereka (Andri, 2008). Menurut penelitian sikap atau perilaku keluarga terhadap
yang dilakukan oleh Adella E Sariah di kekambuhan penderita skizofrenia (Wulansih,
Tanzania pada tahun 2014 menyebutkan 2008). Lingkungan terdekat dari klien
bahwa faktor resiko yang menyebabkan skizofrenia adalah keluarga, dengan demikian
tingginya frekuensi kekambuhan skizofrenia keluarga turut berperan penting untuk
adalah penderita tersebut tidak patuh dalam kesembuhan, pencegahan kekambuhan bahkan
minum obat, lingkungan yang kurang memperburuk kondisi klien. Bentuk dukungan
mendukung, dan kurangnya dukungan keluarga dalam merawat klien skizofrenia
keluarga (Sariah, 2014). antara lain, pengetahuan keluarga dalam
merawat klien skizofrenia, sikap keluarga
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang
terhadap klien skizofrenia, dan tindakan
bergabung karena hubungan darah,
keluarga dalam merawat klien skizofrenia
perkawinan atau adopsi mereka hidup dalam
dalam periode kekambuhan. Proses
suatu rumah tangga, melakukan interaksi satu
penyembuhan pada klien gangguan jiwa harus
Wisnu Adi Prsityantama–Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kekambuhan Penderita Skizofrenia di
Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang
Indonesian Journal of Nursing Research, Vol 1 No 2, November 2018/ page 17-26 20
dilakukan secara holistik dan melibatkan sumber untuk tujuan praktis, keluarga dengan
anggota keluarga. Tanpa itu, sama halnya sumber daya yang cukup dapat memberikan
dengan penyakit umum, penyakit jiwa pun dukungan dalam bentuk uang atau perhatian
bisa kambuh (Sarwono, 2006). Dukungan terhadap proses pengobatan. Yang terakhir
sosial adalah suatu keadaan yang bermanfaat adalah dukungan pengharapan yang
bagi individu yang diperoleh dari orang lain merupakan dukungan berupa dorongan dan
yang dapat dipercaya, sehingga seseorang akan motivasi yang diberikan keluarga kepada
tahu bahwa ada orang lain yang pasien. Dukungan ini merupakan dukungan
memperhatikan, menghargai dan mencintainya yang terjadi bila ada ekspresi penilaian yang
(Setidiati, 2008). positif terhadap individu. Pasien mempunyai
seseorang yang dapat diajak bicara tentang
Dukungan keluarga merupakan suatu proses masalah mereka (Niven, 2000).
hubungan antara keluarga dengan lingkungan
sosialnya. Anggota keluarga sangat Hasil penelitian dukungan keluarga terhadap
membutuhkan dukungan dari keluarganya kekambuhan skizofrenia pada tahun 2012 di
karena hal ini akan membuat individu tersebut RSJD dr. Amino Gondohutomo Semarang
merasa dihargai dan anggota keluarga siap menunjukkan bahwa pasien dengan dukungan
memberikan dukungan untuk menyediakan keluarga yang rendah mengakibatkan
bantuan dan tujuan hidup yang ingin dicapai tingginya frekuensi kekambuhan (Nifu, 2012).
individu (Friedman, 1998). Berikut ini adalah Berdasarkan data yang diperoleh dari
komponen – komponen dukungan keluarga Puskesmas Kecamatan Kaliwungu Kabupaten
Niven. Dukungan emosional adalahdukungan Semarang ada 30 orang penderita skizofrenia
yangmemberi pasien perasaan nyaman, merasa yang kambuh selama tahun 2016. Klien
dicintai bahkan saat dia memiliki masalah, skizofrenia kambuh dengan berbagai sebab, di
membantu dalam bentuk semangat, empati, antaranya adalah karena tidak adanya biaya
kepercayaan diri, perhatian sehingga individu berobat, klien tersebut sudah merasa sembuh,
yang menerimanya merasa berguna. klien yang tidak mau minum obat, klien takut
Berikutnya adalah dukungan informasi. Dalam ketergantungan dengan obat psikotik,
hal ini, misalnya keluarga, dapat memberikan ketidaktahuan klien dan keluarga, jarak rumah
informasi dengan menyarankan tempat, dokter, klien dengan pelayanan kesehatan jiwa yang
terapi yang baik untuk diri mereka sendiri dan cukup jauh, kurangnya dukungan dari keluarga
tindakan spesifik untuk mengatasi stress. klien. Oleh karena itu, timbul ketertarikan
Selanjutnya adalah dukungan instrumental peneliti untuk mengetahui hubungan dukungan
yang melibatkan penyediaan dukungan fisik, keluarga terhadap kekambuhan penderita
dukungan finansial, dan keluarga sebagai
Wisnu Adi Prsityantama–Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kekambuhan Penderita Skizofrenia di
Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang
Indonesian Journal of Nursing Research, Vol 1 No 2, November 2018/ page 17-26 21
skizofrenia Kecamatan Kaliwungu Kabupaten penelitian ini adalah dengan cara total
Semarang. purposive sampling. Total purposivesampling
adalah teknik penentuan sampel berdasarkan
pertimbangan tertentu oleh peneliti (Sugiyono,
2011a). Sampel dalam penelitian ini adalah 30
orang keluarga penderita skizofrenia dengan
METODE kriteria inklusi sebagai berikut: partisipan
memiliki keluarga yang menderita skizofrenia,
Metode penelitian yang digunakan dalam
kooperatif dan bersedia menjadi partisipan.
penelitian ini adalah kuantitatif korelasi.
Kriteria eksklusinya adalah subyek penelitian
Desain penelitian korelasional bertujuan
menolak menjadi partisipan penilitian.
mendapatkan gambaran tentang hubungan
antara dua atau lebih variabel penelitian Hipotesis adalah jawaban teoritis terhadap
(Sugiyono, 2010).Teknik pengumpulan data rumusan masalah penelitian, belum jawaban
adalah suatu cara yang digunakan oleh peneliti yang empiric (Sugiyono, 2011b). Hipotesis
untuk mengumpulkan data. Data diperoleh dari dalam penelitian ini yaitu 1) Hipotesis nol
partisipan dengan menggunakan instrumen (H0): tidak ada hubungan antara dukungan
penelitian berupa angket. Angket merupakan keluarga dengan kekambuhan penderita
suatu metode penelitian yang menggunakan skizofrenia di Kecematan Kaliwungu,
daftar pertanyaan dan berisi aspek-aspek yang Kabupaten Semarang. 2) Hipotesis alternatif
hendak diukur, sehingga harus dijawab oleh (Ha): ada hubungan yang antara dukungan
orang yang menjadi subjek penelitian keluarga dengan kekambuhan penderita
(Notoatmodjo, 2010). skizofrenia di Kecamatan, Kaliwungu
Kabupaten Semarang.
Dalam penelitian ini analisis item diukur
dengan angket yang berskala Likert yang HASIL
dibagi menjadi empat kategori jawaban
Tabel 1 Distribusi Karakteristik Responden
yaituSS (sangat setuju), S (setuju), TS (tidak
setuju), STS (sangat tidak setuju).
Karakteristik Frekuensi %
(n=30)
Populasi adalah wilayah generalisasi yang Jeniskelamin
terdiri atas obyek/subyek yag mempunyai Laki – Laki 12 40
Parempuan 18 60
kuantitas dan karakteristik tertentu yang Total 30 100
Tingkat Pendidikan
ditetapkan oleh penulis untuk dipelajari dan SMA 21 70
kemudian ditarik kesimpulannya. Jumlah SMP 6 20
SD 1 3,3
keseluruhan populasi dalam penelitian ini TidakSekolah 2 6,7
Wisnu Adi Prsityantama–Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kekambuhan Penderita Skizofrenia di
Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang
Indonesian Journal of Nursing Research, Vol 1 No 2, November 2018/ page 17-26 22
Berdasarkan tabel di atas, dalam penelitian ini Keluarga Ringan Sedang Berat Value
Baik 6 18 1 25
jenis kelamin partisipan didominasi oleh
Tidakbaik 0 2 3 5 0,003
perempuan sebanyak 18 orang atau 60%, Total 6 20 4 30
yang menderita kekambuhan ringan sebanyak emosional sebuah hasil studi dari Madison,
6 orang untuk kekambuhan sedang 20 orang, Wisconsin, menemukan bahwa sebagian besar
Wisnu Adi Prsityantama–Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kekambuhan Penderita Skizofrenia di
Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang
Indonesian Journal of Nursing Research, Vol 1 No 2, November 2018/ page 17-26 24
keluarga dalam kehidupan sehari – hari sehat tanpa gangguan. Apabila dukungan
(American Psychiatric Association, 2013). semacam ini tidak ada, maka keberhasilan
penyembuhan atau rehabilitasi sangat
Dengan demikian keluarga merupakan sumber
berkurang.
bantuan terpenting bagi anggota keluarga yang
menderita skizofrenia, Keluarga merupakan SIMPULAN DAN SARAN
lingkungan sosial yang menjadi sumber Penelitian ini menyimpulkan bahwa dukungan
dukungan sosial yang penting untuk penderita keluarga pada penderita skizofrenia di
skizofrenia. Oleh karena itu, dukungan dan Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang
pemahaman keluarga sangat penting bagi sebagian besar dalam kategori baik dengan
individu yang menderita skizofrenia, persentase sebesar 83,3%, sedangkan
Lingkungan keluarga yang mendukung dapat kekambuhan pada penderita skizofrenia di
berperan dalam membantu penderita Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang
skizofrenia menjalani kehidupan yang lebih sebagian besar dalam kategori sedang dengan
produktif. Anggota keluarga tidak hanya persentase 66,7%.
membantu orang tersebut tetap bersosialisasi,
mereka juga dapat membantu penderita Kondisi tersebut menunjukkan adanya
tersebut belajar melewati situasi yang hubungan antara dukungan keluarga dan
menantang. kekambuhan penderita skizofrenia di
Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang.
Menurut Fiona (2010) mengatakan bahwa
Oleh karena itu bagi keluarga penderita
intervensi keluarga dapat mengurangi
skizofrenia, diharapkan agar selalu
kekambuhan dan rawat inap penderita
mendampingi kerabatnya yang menderita
skizofrenia. Dukungan keluarga sangat penting
skizofrenia sebagai bentuk dukungan terhadap
dalam mengelola situasi yang penuh tekanan
penderita. Sedangkan bagi peneliti selanjutnya,
dengan interaksi sosial yang tepat untuk
perlu dilakukan penelitian yang lebih
mengurangi gejala, karena interaksi keluarga
mendalam secara deskriptif agar dapat
mempengaruhi jalannya morbiditas penyakit,
melengkapi pemahaman terkait dengan
membentuk interaksi keluarga merupakan
dukungan keluarga dan kekambuhan penderita
strategi pengobatan yang penting bagi klien
skizofrenia.
penderita skizofrenia (Mash, 2014). Hal ini
menunjukkan bahwa dukungan sosial yang
REFERENSI
bersumber dari keluarga sangat berguna untuk
mencegah dan mengurangi kekambuhan pada Ali, Z. (2006). Pengantar Keperawatan
Keluarga. Jakarta: EGC.
penderita. Dukungan keluarga bermanfaat
untuk perkembangan menuju kepribadian yang Allen, R. (2011). Psychosocial Treatment of
Wisnu Adi Prsityantama–Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kekambuhan Penderita Skizofrenia di
Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang
Indonesian Journal of Nursing Research, Vol 1 No 2, November 2018/ page 17-26 25
Wisnu Adi Prsityantama–Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kekambuhan Penderita Skizofrenia di
Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang
Indonesian Journal of Nursing Research, Vol 1 No 2, November 2018/ page 17-26 26
Wisnu Adi Prsityantama–Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kekambuhan Penderita Skizofrenia di
Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang