You are on page 1of 10

Indonesian Journal of Nursing Research (IJNR)

Jurnal Ilmiah Bidang Keperawatan dan Kesehatan


Available on http://jurnal.unw.ac.id/ijnr

Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kekambuhan Penderita Skizofrenia di


Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang

Wisnu Adi Prsityantama1 , Yulius Yusak Ranimpi 2

1,2
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Kristen Satya Wacana

Article Info Abstract


Article History: Family is the main supporter in the healing process of schizophrenic patients to
Accepted November 21th 2018 prevent recurrence. In nursing care, family support is very important to play a
role in preventing recurrence. Family attitudes that do not support the treatment
Key words: of schizophrenia will make more frequent recurrence. This study aims to
Family Support identify and quantify the relationship of family support and relapse in patients
Schizophrenia relapse with schizophrenia in the district Kaliwungu, Semarang regency.The research
method used in this research is quantitative correlation. The design of
correlational research aims to get about the relationship between two or more
research variables. The number of participants in this study were 30 people.
Result: Support for good category families was 83.3%, family support was not
16.7%. The recurrence category of patients with mild schizophrenia was 20%,
recurrence was 66.7%, weight was 13.3%. The conclusion, there was a
correlation between a family and a recurrence schizophrenia in the Kaliwungu
District of Semarang Regency, Therefore, for families with schizophrenia, it is
hoped that they will always accompany their relatives who suffer from
schizophrenia as a form of support for sufferers..

PENDAHULUAN sebagai faktor penyebabnya yang berhubungan


dengan aspek biologi, psikologi, dan sosial
Gangguan jiwa merupakan suatu keadaan yang
(Stuart, Gail Wiscarz, Sundeen, 1998).
disebabkan karena adanya kekacauan pikiran,
Sedangkan dalam DSM V, gangguan jiwa
persepsi dan tingkah laku di mana individu
merupakan sindrom gangguan kognisi individu
tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri
atau perilaku yang mencerminkan disfungsi
sendiri, orang lain, masyarakat, dan
dalam proses psikologis, biologis, atau
lingkungan(Stuart, Gail Wiscarz, Sundeen,
perkembangan yang mendasari fungsi mental.
1998). Pengertian seseorang tentang penyakit
gangguan jiwa berasal dari apa yang diyakini

Corresponding author:
Wisnu Adi Prsityantama
462012030@stundent.uksw.edu
Indonesian Journal of Nursing Research, Vol 1 No 2, Nov 2018
e-ISSN 2615-6407
Indonesian Journal of Nursing Research, Vol 1 No 2, November 2018/ page 17-26 18

Gangguan jiwa biasanya berhubungan dengan dalam fungsi pekerjaan dan sosial, mereka
tekanan sosial, pekerjaan, atau kegiatan mengalami kesulitan dalam mempertahankan
penting lainya (American Psychiatric pembicaraan, membentuk pertemanan,
Association, 2013). Menurut data World mempertahankan pekerjaan atau
Health Organization (WHO) pada tahun 2016, memperhatikan kebersihan pribadi mereka
terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, (Siswanto, 2007). Menurut penelitian yang
60 juta orang terkena bipolar, 21 juta terkena dilakukan Krystyna Górna di Poznan,
skizofrenia, serta 47,5 juta terkena dimensia Polandia, keparahan gejala psikopatologis
(World Health Organization, 2017). Untuk akan berdampak pada kemunduran fungsi
konteks Indonesia, data Riset Kesehatan Dasar sosial dan kualitas hidup penderita
(Riskesdas) tahun 2013 memunjukkan skizofrenia(Gorna, 2014). Gangguan ini sering
prevalensi ganggunan mental emosional yang menyebabkan kegagalan individu dalam
ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan mencapai berbagai keterampilan yang
kecemasan untuk usia 15 tahun ke atas diperlukan untuk hidup dan menyebabkan
mencapai sekitar 14 juta orang atau 6% dari pasien menjadi beban keluarga dan masyarakat
jumlah penduduk Indonesia. Sedangkan (Allen, 2011). Menurut penelitian pada tahun
prevalensi gangguan jiwa berat, seperti 2013 yang dilakukan oleh Christos
skizofrenia mencapai sekitar 400.000 orang Panayiotopoulos dari University of Nicosia di
atau sebanyak 1,7 per 1.000 penduduk. Cyprus menyebutkan bahwa penderita
Provinsi Jawa Tengah berdasarkan riset skizofrenia akan susah untuk berpartisipasi
kesehatan dasar (Riskesdas) 2013 adalah dalam kegiatan sosial, pekerjaan, dan
termasuk salah satu provinsi kategori tinggi keterampilan yang diperlukan untuk hidup,
penderita gangguan jiwa berat (psikosis atau dan keluarga penderita akan sangat terbebani
skizofrenia) dengan prevalensi 2,3 per mil (Panayiotopoulos, 2013).
(Badan Penelitian dan Pengembangan
Individu yang telah didiagnosa mengalami
Kesehatan, 2013).
skizofrenia biasanya sulit dipulihkan. Jika bisa
Skizofrenia adalah penyakit yang sembuh, itu pun memakan waktu yang sangat
mempengaruhi lingkup yang luas dari proses lama (bertahun - tahun) dan tidak bisa seperti
psikologis, mencakup kognisi, afek dan semula lagi. Bila tidak berhati-hati dan
perilaku (Jeffrey S, 2005). Skizofrenia adalah mengalami stres yang berlebihan, besar
ketidakmampuan untuk melihat realita, kemungkinan akan kambuh dan menjadi lebih
kebingungan dalam membedakan realita dan berat (Kartono, 2002). Prognosis untuk
yang bukan. Pasien dengan skizofrenia skizofrenia pada umumnya kurang begitu
menunjukan gejala kemunduran yang jelas menggembirakan. Sekitar 25% klien dapat

Wisnu Adi Prsityantama–Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kekambuhan Penderita Skizofrenia di
Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang
Indonesian Journal of Nursing Research, Vol 1 No 2, November 2018/ page 17-26 19

pulih dari episode awal dan fungsinya dapat sama lain menurut perannya masing-masing
kembali pada tingkat premorbid (sebelum serta menciptakan dan mempertahankan suatu
munculnya gangguan tersebut). Sekitar 25% budaya (Sudiharto, 2007). Di samping itu,
tidak akan pernah pulih dan perjalanan keluarga juga dimaknai sebagai unit terkecil
penyakitnya cenderung memburuk. Sekitar dari masyarakat yang terdiri atas kepala
50% berada diantaranya ditandai dengan keluarga serta beberapa orang yang berkumpul
kekambuhan periodik dan ketidakmampuan dan tinggal di satu atap dalam keadaaan saling
berfungsi dengan efektif kecuali untuk waktu ketergantungan (Ali, 2006). Dalam kasus
yang singkat, 50-80% klien skizofrenia yang skizofrenia, keluarga mempunyai tanggung
pernah dirawat di RS akan kambuh. jawab yang penting dalam proses perawatan,
Kekambuhan merupakan keadaan pasien persiapan pulang dan perawatan di rumah agar
dimana muncul gejala yang sama seperti adaptasi klien berjalan dengan baik. Kualitas
sebelumnya dan mengakibatkan pasien harus dan efektifitas perilaku keluarga akan
dirawat kembali. Keadaan sekitar atau membantu proses pemulihan kesehatan klien
lingkungan yang penuh stres dapat memicu sehingga status klien meningkat (Keliat,
pada orang-orang yang mudah terkena 1996).
serangan skizofrenia, dimana dapat ditemukan
bahwa orang-orang yang mengalami Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Sri
kekambuhan lebih besar kemungkinannya dari Wulansih pada tahun 2008 di Rumah Sakit
pada orang-orang yang tidak mengalami Jiwa Daerah (RSJD) Surakarta menunjukkan
kejadian-kejadian buruk dalam kehidupan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
mereka (Andri, 2008). Menurut penelitian sikap atau perilaku keluarga terhadap
yang dilakukan oleh Adella E Sariah di kekambuhan penderita skizofrenia (Wulansih,
Tanzania pada tahun 2014 menyebutkan 2008). Lingkungan terdekat dari klien
bahwa faktor resiko yang menyebabkan skizofrenia adalah keluarga, dengan demikian
tingginya frekuensi kekambuhan skizofrenia keluarga turut berperan penting untuk
adalah penderita tersebut tidak patuh dalam kesembuhan, pencegahan kekambuhan bahkan
minum obat, lingkungan yang kurang memperburuk kondisi klien. Bentuk dukungan
mendukung, dan kurangnya dukungan keluarga dalam merawat klien skizofrenia
keluarga (Sariah, 2014). antara lain, pengetahuan keluarga dalam
merawat klien skizofrenia, sikap keluarga
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang
terhadap klien skizofrenia, dan tindakan
bergabung karena hubungan darah,
keluarga dalam merawat klien skizofrenia
perkawinan atau adopsi mereka hidup dalam
dalam periode kekambuhan. Proses
suatu rumah tangga, melakukan interaksi satu
penyembuhan pada klien gangguan jiwa harus
Wisnu Adi Prsityantama–Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kekambuhan Penderita Skizofrenia di
Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang
Indonesian Journal of Nursing Research, Vol 1 No 2, November 2018/ page 17-26 20

dilakukan secara holistik dan melibatkan sumber untuk tujuan praktis, keluarga dengan
anggota keluarga. Tanpa itu, sama halnya sumber daya yang cukup dapat memberikan
dengan penyakit umum, penyakit jiwa pun dukungan dalam bentuk uang atau perhatian
bisa kambuh (Sarwono, 2006). Dukungan terhadap proses pengobatan. Yang terakhir
sosial adalah suatu keadaan yang bermanfaat adalah dukungan pengharapan yang
bagi individu yang diperoleh dari orang lain merupakan dukungan berupa dorongan dan
yang dapat dipercaya, sehingga seseorang akan motivasi yang diberikan keluarga kepada
tahu bahwa ada orang lain yang pasien. Dukungan ini merupakan dukungan
memperhatikan, menghargai dan mencintainya yang terjadi bila ada ekspresi penilaian yang
(Setidiati, 2008). positif terhadap individu. Pasien mempunyai
seseorang yang dapat diajak bicara tentang
Dukungan keluarga merupakan suatu proses masalah mereka (Niven, 2000).
hubungan antara keluarga dengan lingkungan
sosialnya. Anggota keluarga sangat Hasil penelitian dukungan keluarga terhadap
membutuhkan dukungan dari keluarganya kekambuhan skizofrenia pada tahun 2012 di
karena hal ini akan membuat individu tersebut RSJD dr. Amino Gondohutomo Semarang
merasa dihargai dan anggota keluarga siap menunjukkan bahwa pasien dengan dukungan
memberikan dukungan untuk menyediakan keluarga yang rendah mengakibatkan
bantuan dan tujuan hidup yang ingin dicapai tingginya frekuensi kekambuhan (Nifu, 2012).
individu (Friedman, 1998). Berikut ini adalah Berdasarkan data yang diperoleh dari
komponen – komponen dukungan keluarga Puskesmas Kecamatan Kaliwungu Kabupaten
Niven. Dukungan emosional adalahdukungan Semarang ada 30 orang penderita skizofrenia
yangmemberi pasien perasaan nyaman, merasa yang kambuh selama tahun 2016. Klien
dicintai bahkan saat dia memiliki masalah, skizofrenia kambuh dengan berbagai sebab, di
membantu dalam bentuk semangat, empati, antaranya adalah karena tidak adanya biaya
kepercayaan diri, perhatian sehingga individu berobat, klien tersebut sudah merasa sembuh,
yang menerimanya merasa berguna. klien yang tidak mau minum obat, klien takut
Berikutnya adalah dukungan informasi. Dalam ketergantungan dengan obat psikotik,
hal ini, misalnya keluarga, dapat memberikan ketidaktahuan klien dan keluarga, jarak rumah
informasi dengan menyarankan tempat, dokter, klien dengan pelayanan kesehatan jiwa yang
terapi yang baik untuk diri mereka sendiri dan cukup jauh, kurangnya dukungan dari keluarga
tindakan spesifik untuk mengatasi stress. klien. Oleh karena itu, timbul ketertarikan
Selanjutnya adalah dukungan instrumental peneliti untuk mengetahui hubungan dukungan
yang melibatkan penyediaan dukungan fisik, keluarga terhadap kekambuhan penderita
dukungan finansial, dan keluarga sebagai
Wisnu Adi Prsityantama–Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kekambuhan Penderita Skizofrenia di
Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang
Indonesian Journal of Nursing Research, Vol 1 No 2, November 2018/ page 17-26 21

skizofrenia Kecamatan Kaliwungu Kabupaten penelitian ini adalah dengan cara total
Semarang. purposive sampling. Total purposivesampling
adalah teknik penentuan sampel berdasarkan
pertimbangan tertentu oleh peneliti (Sugiyono,
2011a). Sampel dalam penelitian ini adalah 30
orang keluarga penderita skizofrenia dengan
METODE kriteria inklusi sebagai berikut: partisipan
memiliki keluarga yang menderita skizofrenia,
Metode penelitian yang digunakan dalam
kooperatif dan bersedia menjadi partisipan.
penelitian ini adalah kuantitatif korelasi.
Kriteria eksklusinya adalah subyek penelitian
Desain penelitian korelasional bertujuan
menolak menjadi partisipan penilitian.
mendapatkan gambaran tentang hubungan
antara dua atau lebih variabel penelitian Hipotesis adalah jawaban teoritis terhadap
(Sugiyono, 2010).Teknik pengumpulan data rumusan masalah penelitian, belum jawaban
adalah suatu cara yang digunakan oleh peneliti yang empiric (Sugiyono, 2011b). Hipotesis
untuk mengumpulkan data. Data diperoleh dari dalam penelitian ini yaitu 1) Hipotesis nol
partisipan dengan menggunakan instrumen (H0): tidak ada hubungan antara dukungan
penelitian berupa angket. Angket merupakan keluarga dengan kekambuhan penderita
suatu metode penelitian yang menggunakan skizofrenia di Kecematan Kaliwungu,
daftar pertanyaan dan berisi aspek-aspek yang Kabupaten Semarang. 2) Hipotesis alternatif
hendak diukur, sehingga harus dijawab oleh (Ha): ada hubungan yang antara dukungan
orang yang menjadi subjek penelitian keluarga dengan kekambuhan penderita
(Notoatmodjo, 2010). skizofrenia di Kecamatan, Kaliwungu
Kabupaten Semarang.
Dalam penelitian ini analisis item diukur
dengan angket yang berskala Likert yang HASIL
dibagi menjadi empat kategori jawaban
Tabel 1 Distribusi Karakteristik Responden
yaituSS (sangat setuju), S (setuju), TS (tidak
setuju), STS (sangat tidak setuju).
Karakteristik Frekuensi %
(n=30)
Populasi adalah wilayah generalisasi yang Jeniskelamin
terdiri atas obyek/subyek yag mempunyai Laki – Laki 12 40
Parempuan 18 60
kuantitas dan karakteristik tertentu yang Total 30 100
Tingkat Pendidikan
ditetapkan oleh penulis untuk dipelajari dan SMA 21 70
kemudian ditarik kesimpulannya. Jumlah SMP 6 20
SD 1 3,3
keseluruhan populasi dalam penelitian ini TidakSekolah 2 6,7

adalah 30 orang. Pemilihan sampel dalam Total 30 100

Wisnu Adi Prsityantama–Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kekambuhan Penderita Skizofrenia di
Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang
Indonesian Journal of Nursing Research, Vol 1 No 2, November 2018/ page 17-26 22

Berdasarkan tabel di atas, dalam penelitian ini Keluarga Ringan Sedang Berat Value
Baik 6 18 1 25
jenis kelamin partisipan didominasi oleh
Tidakbaik 0 2 3 5 0,003
perempuan sebanyak 18 orang atau 60%, Total 6 20 4 30

sedangkan partisipan laki-laki berjumlah 12 Analisis bivariat adalah analisa hubungan


orang atau 40%. Untuk tingkat pendidikan, antara dua variabel yang saling mempengaruhi
sebagian besar partisipan memiliki tingkat
artinya variabel yang satu mempengaruhi
pendidikan SMA yaitu sejumlah 21 orang, variabel yang lain (Notoatmodjo, 2010).
SMP sebanyak 6 orang, SD sebanyak 1 orang, Berdasarkan hasil uji analisa bivariat antar
dan yang tidak berpendidikan sebanyak 2 variable dukungan keluarga dengan
orang. kekambuhan penderita didapatkan nilai
signifikansi sebesar 0,003 atau lebih kecil dari
Tabel 2 Distribusi Dukungan Keluarga α = 0,05, memberikan arti bahwa ada

Frekuensi hubungan yang signifikan antara dukungan


DukunganKeluarga %
(n=30)
keluarga dengan kekambuhan penderita.
Baik 25 83,3
TidakBaik 5 16,7
Total 30 100
PEMBAHASAN

Berdasarkan tabel di atas jumlah partisipan


Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
yang memiliki dukungan keluarga baik
dukungan keluarga terhadap penderita
sebanyak 25 orang, sedangkan dukungan
skizofrenia di Kecamatan Kaliwungu
keluarga tidak baik sebanyak 5 orang.
Kabupaten Semarang sebagian besar tergolong
dalam kategori baik yaitu (83,3 %). Dukungan
Tabel 3 Distribusi Kekambuhan Penderita
keluarga dikatakan baik jika telah memberikan
KekambuhanPenderita Frekuensi
% semua komponen dukungan keluarga terhadap
(n=30)
Ringan 6 20
penderita skizofrenia. Komponen dukungan
Sedang 20 66,7
Berat 4 13,3 keluarga adalah dukungan emosional,
Total 30 100
dukungan informasi, dukungan instrumental,

Berdasarkan tabel di atas jumlah penderita dukungan pengharapan. Untuk dukungan

yang menderita kekambuhan ringan sebanyak emosional sebuah hasil studi dari Madison,

6 orang untuk kekambuhan sedang 20 orang, Wisconsin, menemukan bahwa sebagian besar

dan kekambuhan berat 4 orang. keluarga memberikan dukungan emosional


kepada penderita skizofrenia, keluarga selalu

Tabel 4 Hubungan Dukungan Keluarga menjaga hubungan baik dengan penderita


Dengan Kekambuhan Penderita Skizofrenia skizofrenia skizofrenia (Warner, 2000).

Dukungan Kekambuhan T otal P


Sedangkan untuk dukungan informasi
Wisnu Adi Prsityantama–Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kekambuhan Penderita Skizofrenia di
Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang
Indonesian Journal of Nursing Research, Vol 1 No 2, November 2018/ page 17-26 23

penelitian yang dilakukan Niman (2017) hubungan yang signifikan terhadap


menunjukkan bahwa dari 78 anggota keluarga kekambuhan penderita skizofrenia, Hal ini
klien, didapatkan hampir seluruhnya (85,9%) berarti dukungan keluarga mempunyai
atau sebanyak 67 anggota keluarga pengaruh terhadap kekambuhan penderita
memberikan dukungan informasi kepada klien. skizofrenia. Hal ini sesuai dengan pendapat
Sarwono (2006) yang mengatakan proses
Penelitian tersebut juga mengatakan ada
penyembuhan pada klien gangguan jiwa harus
hubungan yang bermakna antara dukungan
dilakukan secara holistik dan melibatkan
informasi dengan kemampuan klien mengatasi
anggota keluarga, Lingkungan terdekat dari
tanda dan gejala skizofrenia (Niman, 2017).
klien skizofrenia adalah keluarga, dengan
Untuk dukungan instrumental penelitian Jacob
demikian keluarga turut berperan penting
(2013) menemukan bahwa dari semua jenis
untuk kesembuhan, pencegahan kekambuhan
dukungan yang diberikan keluarga kepada
bahkan memperburuk kondisi klien. Bentuk
pasien skizofrenia yang menjalani perawatan,
dukungan keluarga dalam merawat klien
dukungan paling penting untuk membantu
skizofrenia antara lain, pengetahuan keluarga
pasien menemukan peran dan fungsinya dalam
dalam merawat klien skizofrenia, sikap
keluarga, atau masyarakat dan mengurangi
keluarga terhadap klien skizofrenia, dan
kekambuhan pada penderita skizofrenia adalah
tindakan keluarga dalam merawat klien
dukungan. Instrumental (Jacob, 2013).
skizofrenia dalam periode kekambuhan.
Dukungan pengharapan dalam sebuah
Penelitian yang dilakukan Nurdiana, dkk
penelitian yang dilakukan di poliklinik RSJD
(2007) juga menyebutkan bahwa keluarga
Provinsi Sumatera Utara, menekuman bahawa
berperan penting dalam menentukan cara atau
ada hubungan antara dukungan pengharapan
asuhan keperawatan yang diperlukan oleh
dengan kekambuhan penderita skizofrenia
pasien di rumah sehingga akan menurunkan
(Saputra, 2010). Untuk kekambuhan penderita
angka kekambuhan. Pencegahan kambuhan
skizofrenia menunjukan kekambuhan ringan
dalam perawatan penderita skizofrenia itu
(20 %), sedang (66,7 %), berat (13,3%). Hasil
penting, dengan memanfaatkan keluarga dapat
penelitian pada tahun 2012 di RSJD dr. Amino
menjadi pendekatan yang berharga dalam
Gondohutomo Semarang juga menunjukkan
pencegahan kekambuhan. Dalam DSM V
bahwa pasien dengan dukungan keluarga yang
disebutkan tanpa perawatan yang tepat,
rendah mengakibatkan tingginya frekuensi
penderita Skizofrenia tidak mendapatkan
kekambuhan (Nifu, 2012).
kualitas hidup yang baik, dan sebagian besar
Dari hasil analisa nilai chi square menunjukan penderita skizofrenia memerlukan dukungan
bahwa dukungan keluarga mempunyai

Wisnu Adi Prsityantama–Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kekambuhan Penderita Skizofrenia di
Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang
Indonesian Journal of Nursing Research, Vol 1 No 2, November 2018/ page 17-26 24

keluarga dalam kehidupan sehari – hari sehat tanpa gangguan. Apabila dukungan
(American Psychiatric Association, 2013). semacam ini tidak ada, maka keberhasilan
penyembuhan atau rehabilitasi sangat
Dengan demikian keluarga merupakan sumber
berkurang.
bantuan terpenting bagi anggota keluarga yang
menderita skizofrenia, Keluarga merupakan SIMPULAN DAN SARAN
lingkungan sosial yang menjadi sumber Penelitian ini menyimpulkan bahwa dukungan
dukungan sosial yang penting untuk penderita keluarga pada penderita skizofrenia di
skizofrenia. Oleh karena itu, dukungan dan Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang
pemahaman keluarga sangat penting bagi sebagian besar dalam kategori baik dengan
individu yang menderita skizofrenia, persentase sebesar 83,3%, sedangkan
Lingkungan keluarga yang mendukung dapat kekambuhan pada penderita skizofrenia di
berperan dalam membantu penderita Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang
skizofrenia menjalani kehidupan yang lebih sebagian besar dalam kategori sedang dengan
produktif. Anggota keluarga tidak hanya persentase 66,7%.
membantu orang tersebut tetap bersosialisasi,
mereka juga dapat membantu penderita Kondisi tersebut menunjukkan adanya
tersebut belajar melewati situasi yang hubungan antara dukungan keluarga dan
menantang. kekambuhan penderita skizofrenia di
Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang.
Menurut Fiona (2010) mengatakan bahwa
Oleh karena itu bagi keluarga penderita
intervensi keluarga dapat mengurangi
skizofrenia, diharapkan agar selalu
kekambuhan dan rawat inap penderita
mendampingi kerabatnya yang menderita
skizofrenia. Dukungan keluarga sangat penting
skizofrenia sebagai bentuk dukungan terhadap
dalam mengelola situasi yang penuh tekanan
penderita. Sedangkan bagi peneliti selanjutnya,
dengan interaksi sosial yang tepat untuk
perlu dilakukan penelitian yang lebih
mengurangi gejala, karena interaksi keluarga
mendalam secara deskriptif agar dapat
mempengaruhi jalannya morbiditas penyakit,
melengkapi pemahaman terkait dengan
membentuk interaksi keluarga merupakan
dukungan keluarga dan kekambuhan penderita
strategi pengobatan yang penting bagi klien
skizofrenia.
penderita skizofrenia (Mash, 2014). Hal ini
menunjukkan bahwa dukungan sosial yang
REFERENSI
bersumber dari keluarga sangat berguna untuk
mencegah dan mengurangi kekambuhan pada Ali, Z. (2006). Pengantar Keperawatan
Keluarga. Jakarta: EGC.
penderita. Dukungan keluarga bermanfaat
untuk perkembangan menuju kepribadian yang Allen, R. (2011). Psychosocial Treatment of

Wisnu Adi Prsityantama–Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kekambuhan Penderita Skizofrenia di
Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang
Indonesian Journal of Nursing Research, Vol 1 No 2, November 2018/ page 17-26 25

Schizophrenia. New Jersey: Wiley. Nifu, D. (2012). Analisis Hubungan Dukungan


Keluarga dengan Frekuensi Kekambuhan
American Psychiatric Association. (2013). Klien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa
Diagnostic and Statistical Manual of Amino Gondohutomo Semarang.
Mental Disorders, 5th Edition (DSM-5). Universitas Kristen Satya Wacana.
Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders 4th Edition TR., 280. Niman, S. (2017). Hubungan dukungan
https://doi.org/10.1176/appi.books.978089 informasi keluarga dengan kemampuan
0425596.744053 klien mengatasi tanda dan gejala
skizofrenia residual. JURNAL
Andri. (2008). Kongres Nasional Skizofrenia KESEHATAN “CARING AND
V Closing the Treathment Gap for ENTHUSIASM,”1. https://doi.org/: 977-
Schizophrenia. 2338-7823-01

Badan Penelitian dan Pengembangan Niven, N. (2000). Psikologi kesehatan :


Kesehatan. (2013). Riset Kesehatan Dasar pengantar untuk perawat dan profesi
(RISKESDAS) 2013. Laporan Nasional kesehatan lain. (Monica Ester, Ed.) (2nd
2013, 1–384. https://doi.org/1 Desember ed.). Jakarta: EGC.
2013
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi
Friedman, M. (1998). Keperawatan Keluarga. Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Jakarta: EGC. Cipta.

Gorna, K. (2014). Social functioning and Panayiotopoulos, C. (2013). Family burden of


quality of life in schizophrenia patients: schizophrenic patients and the welfare
relationship with symptomatic remission system; the case of Cyprus. Internsional
and duration of illness, Poznan University Journal of Mental Health System, 7:13.
of Medical Sciences. Department of https://doi.org/10.1186/1752-4458-7-13
Neurological and Psychiatric Nursing,
48(2): 286. Saputra, N. (2010). Hubungan Dukungan
Keluarga dengan Kekambuhan Pasien
Jacob, D. K. (2013). Dukungan Sosial Skizofrenia di Poliklinik Rumah Sakit
Keluarga Terhadap Anggota Penderita Jiwa Daerah Propinsi Sumatera Utara –
Skizofrenia dalam Menjalani Masa Pasca Medan. Fakultas Keperawatan.
Perawatan. Program Studi Psikologi. Universitas Sumatera Utara.
Universitas Kristen Satya Wacana.
Sariah, A. (2014). Risk and protective factors
Jeffrey S, N. (2005). Psikologi Abnormal. for relapse among Individuals with
Jakarta: Erlangga. Schizophrenia: A Qualitative Study in Dar
es Salaam. BMC Psychiatry, 14:240.
Kartono. (2002). Patologi Sosial 3 https://doi.org/10.1186/s12888-014-0240-
“Gangguan-Ganguan Kejiwaan.” Jakarta: 9
Raja Grafindo Persada.
Sarwono, S. W. (2006). Psikologi Remaja.
Keliat, B. A. (1996). Peran Serta Keluarga Jakarta: Rajawali.
dalam Perawatan Klien Gangguan Jiwa.
Jakarta: EGC. Setidiati. (2008). Keperawatan Keluarga.
Jakarta: EGC.
Mash, E. (2014). Child Psychopathology
(Third Edit). Barkley: Guilford Siswanto. (2007). Kesehatan Mental.
Publications. Yogyakarta: Andi.

Wisnu Adi Prsityantama–Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kekambuhan Penderita Skizofrenia di
Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang
Indonesian Journal of Nursing Research, Vol 1 No 2, November 2018/ page 17-26 26

Stuart, Gail Wiscarz, Sundeen, S. J. (1998).


Buku Saku Keperawatan Jiwa (3rd ed.).
Jakarta: EGC.

Sudiharto. (2007). Asuhan Keperawatan


keluarga dengan pendekatan keperawatan
transcultural. (E. Wahyuningsih, Ed.).
Jakarta: EGC.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian


Kuantitatif Kualitatif dan RND. Bandung:
Alfabeta.

Sugiyono. (2011a). Metode Penelitian


Kuantitatif Kualitatif DAN R&D (cetakan
ke- 14). Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2011b). Metode Penelitian


Pendidikan (Pendekatan. Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Warner, R. (2000). The Environment of


Schizophrenia. London: Brunner-
Routledge.

World Health Organization. (2017). Mental


Disorders. Retrieved from
http://www.who.int/mediacentre/factsheet
s/fs396/en/

Wulansih. (2008). Hubungan Antara Tingkat


Pengetahuan Dan Sikap Keluarga Dengan
Kekambuhan Pada Pasien Skizofrenia Di
RSJD Surakarta. FIK UMS.

Wisnu Adi Prsityantama–Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kekambuhan Penderita Skizofrenia di
Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang

You might also like