Professional Documents
Culture Documents
Abstract: As the capital city of Aceh province, Banda Aceh was selected as one of the strategic
areas based on its potential, accessibilty and sectoral distribution activities for the city itself
and for the sorrounding areas (hinterlands). Qanun (Local regulation) of spatial planning of
Banda Aceh city number 04 in 2009 stated that one of Banda Aceh city’s strategic planning
area is at Lueng Bata district and sorrounds. Lueng Bata district condition currently to growth
as roads development and so that the population continues to growth 0.40 % from last year (yr.
2015), with a population density of 4,965 inhabitants per km2. If Lueng Bata district was
developed as a strategic area of the city, it is necesessary to study in spatial and region
development in term of demographic aspects, economic aspects and aspects of public services.
The scope of the research is the study on the infrastructure of Banda Aceh city, which are
urban system or central urban services, and infrastructure in particular regions transport
network. The research methods used are the combination of qualitative and quantitative
descriptive with case study approach. Data collected by doing the observation, interviews, and
questionnaires. Variabels used are numbers of pupulation, number of public facilities and the
accessibilty to surrounds area (hinterland). It’s analized by urban order, gravity (the
attractiveness of the region), and AHP. The results study showed that strategic area of Lueng
Bata district can be developed into mixed trade and sevices area, but need to be equipped with
the public service facilities and infrastructure like traditional and modern markets, and it has
the opportunity to undertake regional cooperation in trade and services sector with Aceh
Besar district as hinterland for economic development in Aceh Province.
Keywords : Trade and Services, Urban, Strategic, Region Development.
Abstrak: Banda Aceh sebagai ibukota Provinsi Aceh merupakan salah satu kawasan strategis
berdasarkan potensi, aksesibilitas dan sebaran kegiatan sektoral untuk wilayah kota dan
sekitarnya (hinterland). Qanun Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Nomor 4 Tahun 2009
menetapkan salah satu pengembangan kawasan strategis kota berada di Kecamatan Lueng Bata
dan sekitarnya. Kondisi Kecamatan Lueng Bata saat ini terus berkembang mengikuti
pengembangan jalan (ribbons development) dan pertambahan penduduk yang terus meningkat
0,40 % (tahun 2015), dengan kepadatan penduduk Kecamatan Lueng Bata sebesar 4.965 jiwa
per km2. Apabila Kecamatan Lueng Bata dikembangkan sebagai kawasan strategis kota, maka
diperlukan kajian dalam penataan dan pembangunan wilayah yang ditinjau dari aspek
kependudukan, aspek ekonomi dan aspek pelayanan publiknya. Lingkup penelitian adalah
kajian pada infrastruktur Kota Banda Aceh yaitu sistem perkotaan atau pusat pelayanan
perkotaan, dan sarana-prasarana wilayah khususnya jaringan transportasi. Penelitian
menggunakan metode gabungan yaitu kualitatif, kuantitatif dan deskriptif dengan pendekatan
studi kasus. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan kuesioner.
Variabel yang digunakan adalah jumlah penduduk, jumlah fasilitas dan tingkat aksesibilitasnya
dengan kawasan sekitar. Analisa data yang digunakan adalah orde perkotaan, gravitasi dan
AHP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kawasan strategis Kecamatan Lueng Bata dapat
dikembangkan menjadi kawasan perdagangan dan jasa campuran namun perlu dilengkapi
dengan sarana dan prasarana pelayanan publik yaitu pasar tradisional dan pasar modern, serta
berpeluang untuk dilakukannya kerjasama regional sektor perdagangan dan jasa dengan
wilayah Kabupaten Aceh besar sebagai hinterland untuk kemajuan ekonomi di Provinsi Aceh.
Banda Aceh sebagai ibukota Provinsi Aceh tambah dari investasi yang dilakukan.
merupakan salah satu kawasan strategis Aceh
KAJIAN PUSTAKA
berdasarkan potensi, aksesibilitas dan sebaran
Bagian Wilayah Perkotaan (BWP)
kegiatan sektor di wilayah kota dan wilayah
Bagian Wilayah Perkotaan (BWP) adalah
disekitarnya (hinterland).
bagian dari kabupaten/kota dan kawasan strategis
Pada Qanun Rencana Tata Ruang Wilayah
kabupaten/kota yang perlu menyusun Rencana
(RTRW) Kota Banda Aceh Nomor 4 Tahun 2009
Detil Tata Ruang (RDTR) dan peraturan kawasan
disebutkan, penetapan kawasan strategis kota yang
strategis kabupaten/kota serta peraturan rinci
memiliki pengaruh penting di dalam
lainnya.
pengembangan ekonomi, yaitu:
a. Kawasan Pusat Kota Lama (Pasar Aceh, Rencana Pola Ruang
Peunayong dan sekitarnya); Rencana pola ruang merupakan rencana
b. Kawasan Pusat Kota Baru dan sekitarnya distribusi sub-zona peruntukan yang antara lain
(Kecamatan Lueng Bata dan sekitarnya); meliputi hutan lindung, zona yang memberikan
c. Kawasan Perikanan Samudera; perlindungan terhadap zona dibawahnya, zona
d. Kawasan Simpang Tujuh Ulee kareng dan perlindungan setempat, perumahan, perdagangan
sekitarnya. dan jasa, perkantoran, industri, dan RTNH ke dalam
Wilayah kajian penelitian adalah kawasan blok-blok
strategis poin b, yaitu kawasan pusat kota baru dan
sekitarnya. Kondisi Kecamatan Lueng Bata saat ini Kawasan Strategis Kota
terus berkembang mengikuti pengembangan jalan Menurut Tarigan, 2005, Kawasan yang
yang terus meningkat 0,40 % (tahun 2015), dengan yang diperkirakan akan cepat berkembang di masa
kepadatan penduduk Kecamatan Lueng Bata yang akan datang, baik karena kekuatan internal
sebesar 4.965 jiwa per km2. Apabila Kecamatan yang terdapat di kawasan itu ataupun karena adanya
Lueng Bata dikembangkan sebagai kawasan investor baru yang akan masuk ke wilayah tersebut.
strategis kota, maka diperlukan kajian dalam Kawasan yang berkembang akan mendorong
penataan dan pembangunan wilayah yang ditinjau kawasan yang berdekatan untuk terus berkembang,
dari aspek kependudukan, aspek ekonomi dan kawasan yang berkembang perlu ditindaklanjuti
M.R.P digunakan sebagai literatur utama. Menurut b. Bangunan penginapan: hotel, guest house,
Diana (dalam Tarigan 2005) menyatakan bahwa motel, dan penginapan lainnya;
faktor-faktor penentu berkembangnya lokasi c. Bangunan penyimpanan dan pergudangan:
perdagangan meliputi: jumlah penduduk tempat parkir, gudang;
pendukung, aksesibilitas, keterkaitan spasial, jarak, d. Bangunan tempat pertemuan: aula, tempat
kelengkapan fasilitas perdagangan. konferensi;
e. Bangunan pariwisata/rekreasi (di ruang
Teori Penetapan Pusat Perdagangan dan
tertutup): bioskop, area bermain.
jasa
3) Pemanfaatan ruang di kawasan peruntukan
Teori penetapan pusat perdagangan dan jasa
perdagangan dan jasa diperuntukan untuk
(situs perencanaan kota Indonesia), adalah:
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, dengan
a. interaksi spasial, adanya wilayah yang saling
tetap memelihara sumber daya tersebut sebegai
melengkapi, kesempatan berinteraksi,
cadangan pembangunan yang berkelanjutan dan
kemudahan transfer dalam ruang.
tetap memperhatikan kaidah-kaidah pelestarian
b. fasilitas perdagangan sesuai dengan lokasi dan
fungsi lingkungan hidup.
skala pelayanan, yaitu Nucleatios (Daerah pusat-
pusat perdagangan berkelompok), Ribbons Hirarki Perkotaan
(Daerah perdagangan sepanjang jalan), Fungsi dan hirarki kota merupakan tata
specialized Area (Daerah-aerah perdagangan jenjang menunjukkan hubungan keterkaitan antar
khusus). komponen pembentuk struktur pemanfaatan ruang.
c. Hirarki kawasan perdagangan dikategorikan Pusat pelayanan di wilayah kota merupakan pusat
menjadi lima bagian sebagai berikut Pusat pelayanan sosial, budaya, ekonomi, dan/atau
Regional, Pusat Sub Regional, Pusat Distrik atau administrasi masyarakat yang melayani wilayah
komunitas, Pusat lingkungan, dan pusat lokal. kota dan regional, yang meliputi:
a. Pusat pelayanan kota, melayani seluruh wilayah
Kriteria Umum Perencanaan Kawasan
kota dan/atau regional;
Perdagangan dan Jasa
b. Subpusat pelayanan kota, melayani sub-wilayah
Kriteria umum dan kaidah perencanaan
kota;
kawasan perdagangan dan jasa (Permen PU
c. Pusat lingkungan, melayani skala lingkungan
No.41/PRT/M/2007) adalah:
wilayah kota.
1) Peletakan bangunan dan ketersediaan sarana dan
prasarana pendukung disesuaikan dengan Kajian Empiris
kebutuhan konsumen; Kawasan Strategis Kota Banda Aceh
2) Jenis-jenis bangunan yang diperbolehkan antara Berdasarkan Qanun No.4/2009 tentang RTRW
lain: Kota Banda Aceh 2009-2029, bahwa kawasan
a. Bangunan usaha perdagangan (eceran dan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan
grosir): warung, tempat perkulakan, pertokoan ekonomi ditetapkan 4 (empat) kawasan strategis
dan sebagainya; ekonomi Kota Banda Aceh, yaitu: Kawasan Pusat
Volume 1 Special Issue, Nomor 2, Desember, 2017
- 453
Ekonomi Transportasi, Manajemen Konstruksi dan Perencanaan Wilayah
Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala
Kawasan Pusat Kota Baru dan sekitarnya, Kawasan Metode yang digunakan dalam penelitian ini
Perikanan Samudera, dan Kawasan simpang tujuh adalah mixed methods atau metode gabungan
Ulee Kareng dan sekitarnya. (kualitatif dan kuantitatif deskriptif) dengan
pendekatan studi kasus (case study). Metode case
Sistem Transportasi Kota Banda Aceh study dilakukan terhadap perkembangan wilayah
Didalam dokumen RTRW Kota Banda Aceh kecamatan Lueng bata sebagai suatu kawasan
Tahun 2009-2029 telah dicantumkan sistem strategis Kota Banda Aceh khususnya sektor
transportasi dikonsepkan sebagai dasar prasarana perdagangan dan jasa, dan interaksinya dengan
jaringan jalan dengan pola jaringan radial kawasan berbatasan.
konsentrik dengan 2 (dua) pusat kota yang akan
Rancangan Penelitian dan batasan
dilayani, yaitu pusat kota lama dan pusat baru
Penelitian kajian kawasan strategis Kota
dikombinasikan dengan pola cross-town route.
Banda Aceh sektor perdagangan dan jasa dibatasi
Rencana Sistem transportasi intermoda yang akan
pada kajian infrastruktur Kecamatan Luengbata,
dikembangkan mengutamakan pelayanan angkutan
yaitu: a). Sistem pelayanan perkotaan sektor
umum massal yang dikombinasikan dengan
perdagangan dan jasa; dan, b. Sistem jaringan
penggunaan angkutan pribadi, dan dilengkapi
transportasi perkotaan, dan keterkaitannya dengan
dengan sistem pedestrian dan memiliki rute tetap ke
wilayah sekitar (hinterland).
pusat-pusat bangkitan pergerakan.
Wilayah kajian dibagi menjadi 2 (dua) lokasi
Interaksi Wilayah untuk kemudahan dalam melakukan analisis, yaitu:
Dalam Tarigan, 2005, Interaksi wilayah dapat a. Kecamatan Lueng Bata sebagai pusat kegaitan,
disimpulkan bahwa kawasan strategis kota dan b. kawasan sekitar yang berbatasan langsung
merupakan wilayah yang memiliki potensi untuk dengan Kecamatan Lueng Bata sebagai kawasan
menjadi pusat kawasan pengembangan dikarenakan hinterland.
keterkaitannya dengan wilayah di sekitarnya, dan
Teknik Pengambilan Sampel
memiliki potensi menjadi pusat pertumbuhan suatu
Teknik sampling yang digunakan adalah Non
kawasan secara fungsional dan geografis.
probability sampling dengan Sampel yang dipilih
Sistem Prasarana Wilayah adalah sampel yang berasal dari jumlah populasi
Sistem prasarana wilayah (Tarigan, 2005) pengguna fasilitas pelayanan publik khususnya
adalah jaringan yang menghubungkan satu pusat perdagangan dan jasa di Kecamatan Lueng Bata.
kegiatan dengan pusat kegiatan lainnya, yaitu antara Sampel dibatasi pada umur 18+, jenis pekerjaan,
satu permukiman dengan permukiman lainnya, status pekerjaan.
antara lokasi budidaya dengan lokasi permukiman,
dan antara lokasi budidaya yang satu dengan lokasi
budidaya lainnya.
orde perkotaan (Tarigan, 2009) adalah sebagai Analytical Hierarchy Process (AHP) adalah
menggunakan hirarki fungsional dengan input ekonomi di bidang pertanian. Dari hasil analisa
utamanya adalah persepsi masyarakat. menunjukkan bahwa potensi ekonomi bidang
Pada studi kajian pengembangan kawasan industri kecil dan mikro, peternakan dan pertanian
strategis perdagangan dan jasa menggunakan AHP di kawasan pusat kegiatan berada pada Gampong
pada pengolahan data kuesioner tertutup dengan Batoh, Pada rencana pengembangan sebagai
respondennya adalah masyarakat di kawasan studi kawasan stategis sektor perdagangan dan jasa
Kecamatan Lueng Bata dan kecamatan sekitarnya, diharapkan mempertimbangkan juga potensi
infromasi yang diinginkan adalah: tersebut sebagai salah satu komoditi dalam
- Objektif : Jenis kawasan yang ingin perdagangan dan jasa yang ikut dikembangkan.
dikembangkan di Kecamatan Leung Bata;
c. Aspek Pelayanan Publik
- Kriteria : Banyaknya lahan kosong;
Berdasarkan aspek pelayanan publik dalam
Aksesibilitas; jumlah penduduk Kecamatan
kajian dimaksudkan banyaknya jumlah fasilitas
Lueng Bata; Kelengkapan Fasilitas Pendukung.
pelayanan publik, termasuk fasilitas perdagangan
- Subkriteria/alternatif : Pasar tradisional; pusat
dan jasa perkotaan. Kelengkapan fasilitas tersebut
perbelanjaan modern; pusat perdagangan dan
menjadi salah satu faktor penentu pemilihan lokasi
jasa otomotif; kawasan perdagangan dan jasa
untuk melakukan aktifitas khususnya perdagangan
campuran.
dan jasa (Diana, dalam Tarigan, 2015). Kecamatan
HASIL DAN PEMBAHASAN Lueng Bata sebagai pusat kegiatan dapat
Analisa Orde Perkotaan dikategorikan sebagai daerah perdagangan
sepanjang jalan (ribbons). Hal ini dikarenakan
a. Aspek Kependudukan
daerah ini memiliki jenis fasilitas yang berlokasi di
Berdasarkan aspek kependudukan menunjuk-
sepanjang jalan utama yang sering dilalui
kan bahwa pusat kegiatan telah melayani 26518
masyarakat, salah satunya adalah yang menjadi
jiwa penduduk di Kecamatan Lueng Bata dan
fokus kajian yaitu Jalan DR. MR. T. Mohd. Hasan.
214265 jiwa penduduk hinterland menjadi
Dari hasil analisa menunjukkan bahwa daerah
konsumen yang ikut dilayani. Maka, total jumlah
yang memiliki jenis fasilitas pelayanan publik
penduduk yang terlayani oleh pusat kegiatan Lueng
terbanyak berada di Gampong Batoh dan Gampong
Bata menjadi 240783 jiwa. Secara hirarki kawasan
Lamseupeung yang berada di Kecamatan Lueng
perdagangan (Ratchliffe,1974) yang sesuai kategori
Bata. Beragamnya fasilitas pelayanan publik yang
adalah pusat sub regional karena kawasan tersebut
terdapat di daerah tersebut menjadi daya tarik bagi
melayani 100.000 – 300.000 jiwa.
kawasan lainnya (hinterland).
Berdasarkan aspek ekonomi terdapat beberapa baru, Kecamatan Lueng Bata berada di lokasi dan
potensi ekonomi yang menjadi dasar kajian yaitu skala pelayanan yang berpotensi menjadikannya
potensi ekonomi industri kecil dan mikro, potensi sebagai pusat pelayanan kota dengan skala regional.
Analisis Gravitasi
Analisa gravitasi ini dilakukan untuk Gambar 1. Diagram hasil analisa gravitasi di pusat
kegiatan
mengetahui daya tarik Kecamatan Lueng Bata
sebagai pusat kegiatan terhadap kawasan hinterland.
b. Analisa gravitasi kawasan sekitar
Analisa gravitasi menggunakan variabel hubungan
(hinterland)
antara pusat pertumbuhan dengan daerah sekitarnya
Berdasarkan hasil analisa gravitasi di kawasan
dan tingkat aksesibilitasnya, yaitu jumlah penduduk,
hinterland menunjukkan banyaknya jumlah trip dari
jarak antar daerah, dan jumlah fasilitas.
dan menuju pusat kegiatan adalah sebanyak 47018
a. Analisa daya tarik kawasan di pusat trip (perjalanan). Hal ini menunjukkan tingginya
kegiatan daya tarik di pusat kegiatan sehingga penduduk di
kawasan hinterland banyak melakukan aktifitas
Hasil perhitungan analisa gravitasi di atas
Volume 1 Special Issue, Nomor 2, Desember, 2017
- 457
Ekonomi Transportasi, Manajemen Konstruksi dan Perencanaan Wilayah
Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala
pada kawasan tersebut. Tabel hasil analisa gravitasi a. AHP pada pusat kegiatan
pada kawasan hinterlands. Hasil AHP masyarakat di pusat kegiatan
No.
Kawasan Banyak Banyak terhadap kriteria adalah Kecamatan Lueng Bata
Hinterland Penduduk (Pj) Trip (Tij)
sebagai pusat kegiatan memiliki kriteria
1 Kuta Alam 49503 10863
Pada diagram di atas menunjukkan bahwa perkotaan dan kriteria kelengkapan infrastruktur
persentase jumlah trip dari dan menuju ke pusat perlu melengkapi fasilitas pasar tradisional.
kegiatan terbanyak adalah trip yang berasal dari Namun, berdasarkan kriteria aksesibilitas
Kecamatan Kuta Alam yaitu sebanyak 10863 atau menunjukkan bahwa kawasan ini dapat
sebesar 23%, dan jumlah trip yang berasal dari diprioritaskan sebagai kawasan perdagangan
Pada analisa AHP digunakan data yang berasal 1. Kecamatan Lueng Bata merupakan kawasan
dari kuesioner tertutup dengan tujuan respondennya yang berpotensi untuk dijadikan sebagai
adalah masyarakat di pusat kegiatan dan kawasan kawasan strategis perdagangan dan jasa, ditinjau
hinterland. Kuesioner tersebut bertujuan untuk dari aspek kependudukan, aspek ekonomi, dan
setempat mengenai pengembangan kawasan 2. Berdasarkan aspek aksesibilitas, lintas cross ring
strategis sektor perdagangan dan jasa di Kecamatan road route ditetapkan untuk mengakomodir
pengembangan skala dan pelayanan yang lebih penyusunan RDTR dan peraturan zonasi
besar (pusat perdagangan dan jasa regional). Kabupaten/kota;
Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010
DAFTAR KEPUSTAKAAN tentang penyelenggaraan penataan ruang
Buku (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tarigan, 2005. Perencanaan pembangunan
Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan
wilayah, Edisi revisi. Medan. Bumi
Lembaran Negara Republik Indonesia
Aksara
Nomor 5103);
Danastri, S. 2011, Analisis penetapan pusat- tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Dipenogoro, Semarang.
Web
Gulo. Y. 2015. Identifikasi pusat-pusat
Indonesian Institute for Infrastructure Studies,
pertumbuhan dan wilayah pendukungnya
Situs:
dalam wilayah pengembangan Kabupaten
http://www.penataanruang.com/kawasan-
Nias. Dinas Tata ruang, perumahan dan
strategis2.html diunduh pada tanggal 15
kebersihan Kabupaten Nias.
Oktober 2014.10.00
Munandar. A, 2010. Analisis ekonomi dan
Perencanaan Kota Indonesia,
potensi pengembangan wilayah
situs:http://perencanaankota.blogspot.co
Kecamatan Gemolong, Kabupaten
m/2012/08/karakteristik-kawasan-
Sragen. Universitas Sebelas Maret,
perdagangan.html 15 Oktober 2014
Surakarta.
15.30WIB
Saruhian, A. 2011. Identifikasi dan analisis
pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di
Kabupaten Lampung Selatan. Provinsi
Bandar Lampung. Universitas Indonesia.
Zuhriati, A. Djaelani, & Heryati, 2013, jurnal
penataan kawasan koridor komersial
pada jalan arteri primer kasus: JL. K.H.
Agus Salim Kota Gorontalo. Universitas
Dipenogoro, Semarang. diunduh pada
2014.
Peraturan Perundangan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
20/PRT/M/2011 tentang pedoman
Volume 1 Special Issue, Nomor 2, Desember, 2017
460 -
Ekonomi Transportasi, Manajemen Konstruksi dan Perencanaan Wilayah