You are on page 1of 10

Choiriya, et al.

, Uji Potensi Selulolitik Isolat Fungi Limbah Sayuranan di Pasar Tanjung Jember
...........1

Uji Potensi Selulolitik Isolat Fungi Limbah Sayuranan di Pasar Tanjung


Jember
Testing the Cellulolytic Fungal Isolates Potentials of Vegetable Wastes in
Tanjung Traditional Market, Jember
Iir Nur Choiriya1), Joko Waluyo2), Siti Murdiyah3)
Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jember
Jl. Kalimantan 32, Jember 68121
E-mail: jokowaluyo.fkip@unej.ac.id

Abstract

Volume of waste in the final disposal (TPA) Pakusari Jember reaches 600 m3and garbage transported
to TPA Pakusari every day reaches 1,460 m3 with a percentage of organic waste 81.9%. Organic waste
consists of vegetables and fruits waste. Therefore it is necessary to use vegetable waste continuously. Vegetable
waste is organic waste with dry weight biomass containing starch, hemicellulose, and cellulose. Cellulose is a
linear glucose polymer with β-1,4-glycosidic bonds and can be degraded by cellulose enzymes. Utilization of
fungi that have cellulolytic potential as degrading vegetable waste is more effective than bacteria. This study
aims to determine fungal isolates from vegetable waste in Tanjung market, which have the potential to degrade
cellulose. The results those are found as many as 11 isolates: Aspergillus sp. (isolate code I.1), Colletotrichum
bannaense (isolate code I.2), Fusarium oxysporium (isolate code I.3), Cladosporium limoniforme (isolate code
I.4), Neofabraea malicorticis (isolate code I.6), Colletotrichum acutatum (isolate code I.7), Fusarium
graminearum (isolate code I.8), Fusarium oxysporum (isolate code I.9), Fusarium kotabaruense (isolate code
I.10), Penicillium viticola (isolate code I.12) and Talaromyces flavus (isolate code I.13).

Keywords: Cellulolytic fungi, cellulose enzyme

Abstrak

Volume sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Pakusari Kabupaten Jember jumlah gunungan
sampah mencapai 600 m3 dan sampah yang diangkut ke TPA Pakusari setiap harinya mencapai 1.460 m 3 dengan
persentase sampah organik 81,9%. Sampah organik terdiri dari sampah pasar dan sampah buah-buahan. Oleh
karena itu diperlukan pemanfaatan sampah sayuranan secara berlanjut. Limbah sayuranan merupakan limbah
organik dengan biomassa berat keringnya mengandung pati, hemiselulosa, dan selulosa. Selulosa merupakan
polimer linear glukosa dengan ikatan β-1,4-glikosidik dan mampu didegradasi oleh enzim selulose. Pemanfaatan
fungi yang memiliki potensi selulolitik sebagai pendegradasi limbah sayuranan lebih efektif dibandingkan
bakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui isolat fungi dari limbah sayuranan di pasar Tanjung
kabupaten Jember yang memiliki potensi untuk mendegradasi selulosa. Hasil isolasi isolat fungi limbah
sayuranan di pasar tanjung kabupaten Jember ditemukan sebanyak 11 fungi. Isolat fungi tersebut terdiri dari:
Aspergillus sp. (kode isolat I.1), Colletotrichum bannaense (kode isolat I.2), Fusarium oxysporium (kode isolat
I.3), Cladosporium limoniforme (kode isolat I.4), Neofabraea malicorticis (kode isolat I.6), Colletotrichum
acutatum (kode isolat I.7), Fusarium graminearum (kode isolat I.8), Fusarium oxysporum(kode isolat I.9),
Fusarium kotabaruense (kode isolat I.10), Penicillium viticola (kode isolat I.12) , Talaromyces flavus (kode
isolat I.13).

Kata Kunci: Fungi selulolitik, enzim selulose

1. PENDAHULUAN 10.507.836 ton per tahun. Melimpahnya


Sayurananan merupakan salah satu produksi sayurananan di Indonesia diiringi
tanaman produktif pertanian. Badan Pusat dengan potensi produk menjadi sampah.
Statistik dan Direktorat Jenderal Hal ini dikarenakan sayuranan merupakan
Hortikultura[1] memperkirakan produksi bahan makanan yang mudah rusak. Salah
sayurananan di Indonesia mencapai stu penyebab hal tersebut yaitu kandungan
Choiriya, et al., Uji Potensi Selulolitik Isolat Fungi Limbah Sayuranan di Pasar Tanjung Jember
...........2

air yang tinggi yaitu berkisar 85-95% merupakan polimer linear glukosa dengan ikatan β-
sehingga sangat baik untuk pertumbuhan 1,4-glikosidik[5]. Enzim yang dapat mendegradasi
mikroorganisme[2]. selulosa adalah enzim selulose. Enzim selulose
Volume sampah di Tempat mampu menghidrolisis ikatan β-1,4-glikosidik pada
Pembuangan Akhir (TPA), berdasarkan molekul selulosa sehingga menghasilkan glukosa [6].
data Dinas Kebersihan dan Pengelolaan Selulosa dirombak oleh mikroba selulosa, salah
sampah TPA Pakusari Kabupaten Jember satu mikroba selulosa adalah fungi seluloliti [5].
jumlah gunungan sampah mencapai 600 Pemanfaatan fungi yang memiliki potensi
meter kubik dan sampah yang diangkut ke selulolitik sebagai pendegradasi limbah sayuranan
TPA Pakusari setiap harinya mencapai lebih efektif dibandingkan bakteri. Hal tersebut
1.460 m3. Macam-macam sampah yang didukung oleh beberapa ketentuan yaitu tidak
dihasilkan tersebut meliputi sampah toksik, mudah dalam aplikasi, biaya murah dan
organik yang presentasenya 81,9%, non produknya cukup baik[4]. Efisiensi degradasi bahan
organik 13,6% dan sampah beracun organik dari tumbuhan oleh fungi golongan tertentu
(sampah baterai, sampah medis dan tergantung pada kemampuan menghasilkan enzim
sampah sisa kemasan pestisida) sebesar selulose untuk mendegradasi selulosa karena
4,5%. Presentase sampah pasar sebesar keduanya merupakan bentuk karbohidrat yang
56% atau 32 ton/hari pada umunya tidak dapat didegradasi secara langsung[5].
dikumpulkan dan dibuang ke tempat Tahapan pertama untuk mengetahui
pembuangan akhir. Sampah organik terdiri potensi selulolitik fungi di limbah
dari limbah sayuranan atau buah-buahan sayuranan pasar Tanjung yaitu isolasi
yang telah membusuk dan sudah tidak fungi. Isolat fungi selulolitik yang telah
dapat dikonsumsi lagi. Limbah sayuranan ditemukan di limbah sayuranan
segar berpotensi sebagai bahan pakan selanjutnya diidentifikasi. Penelitian ini
ternak, akan tetapi limbah tersebut mudah bertujuan untuk mengetahui potensi
busuk. Oleh karena itu diperlukan selulolitik serta mengidentifikasi isolat
pemanfaatan sampah sayuranan secara fungi limbah sayuranan di pasar Tanjung
berlanjut sehingga dapat mengurangi kabupaten Jember. Proses identifikasi
jumlah penumpukan limbah pasar yang dilakukan dengan cara melakukan
semakin hari semakin meningkat. pengamatan fungi secara makroskopis dan
Limbah sayuranan adalah limbah mikroskopis. Hasil penelitian ini
padat organik, terdiri dari kumpulan diharapkan bermanfaat sebagai sumber
berbagai macam sayurananan hasil sortir informasi tentang fungi selulolitik yang
atau sampah sayuranan karena sudah tidak terdapat di pasar Tanjung kabupaten
layak jual. Limbah sayuranan juga Jember.
berpotensi sebagai kompos namun tidak
seluruh limbah sayuranan dapat 2. METODE PENELITIAN
dimanfaatkan sebagai kompos. Beberapa Penelitian ini merupakan penelitian
jenis limbah sayuranan yang mengandung deskriptif eksploratif dengan cara
unsur hara yang dapat dimanfaatkan mengisolasi fungi selulolitik yang terdapat
sebagai kompos[3]. Limbah sayuranan di limbah sayuranan pasar Tanjung
merupakan salah satu masalah yang harus kabupaten Jember. Penelitian dilakukan
dihadapi oleh masyarakat maupun mulai bulan November 2018 sampai Juni
pengelola sampah khususnya sampah 2019 di laboratorium Genetika
pasar di daerah Pasar Tanjung, Jember. Mikrobiologi dan Bioteknologi (GeMBio)
Semestinya, limbah sayuranan yang tidak Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan
termanfaatkan akan menyebabkan sanitasi dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jember..
lingkungan yang buruk bagi warga sekitar. Pengambilan Sampel
Pencegahan dapat dilakukan melalui Pengambilan sampel dilakukan di
penanganan khusus limbah sayuranan. Pasar Tanjung Kabupaten Jember. Sampel
Penanganan khusus limbah sayuranan ini limbah sayuranan yang diambil bersifat
dengan cara memanfaatkan random dan tidak ditentukan berasal dari
mikroorganisme tertentu yang mampu suatu jenis sayuranan.
untuk menguraikan limbah sayuranan. Pembuatan dan Pengenceran Suspensi
Pemberian mikroorganisme seperti fungi Sampel limbah sayuranan yang
sebagai pendegradasi limbah sayuranan diperoleh dari Pasar Tanjung Kabupaten
mampu mengurangi bobot limbah Jember dihaluskan hingga didapatkan
sayuranan[4]. suspensi limbah sayuranan. Suspensi
Limbah sayuranan merupakan limbah limbah sayuranan yang didapatkan lalu
organik yang mengandung selulosa. Selulosa
Choiriya, et al., Uji Potensi Selulolitik Isolat Fungi Limbah Sayuranan di Pasar Tanjung Jember
...........3

ditimbang untuk melanjutkan ke tahap makroskopis dan mikrospis Identifikasi


berikutnya. secara makroskopis meliputi pengamatan
Suspensi limbah sayuranan yang warna koloni, bentuk koloni, tipe
diperoleh dari pasar Tanjung Kabupaten permukaan koloni, tipe miselium, ukuran
Jember dilakukan pengenceran hingga koloni, dan ada tidaknya ciri khusus
pengenceran 10-3. Koloni yang tumbuh berupa titik air, garis radial dan lingkaran
pada pengenceran 10-3 kali tidak terlalu konsentris.
rapat sehingga lebih mudah dibedakan dan Identifikasi secara mikroskopis
isolasi dapat dengan mudah dilakukan[7]. dengan mengamati hifa, ada tidaknya
sekat, struktur reproduksi baik seksual
Pembuatan Medium maupun asekual. Pengamatan mikroskopis
Medium yang digunakan berupa menggunakan teknik mikrokultur (Slide
PDA (Potato Dextrose Agar) dan CMC culture). Isolat hasil slide kultur ditetesi
(Carboxyl Methl Cellulose) ke dalam dengan lactofenol cotton blue sebagai
cawan petri. Medium PDA yang diperkaya pewarna saat pengamatan. Hasil dari
dengan CMC (Carboxyl Methl Cellulose) pengamatan mikroskopis dibandingkan
dilarutkan dengan aquades lalu dengan sumber untuk menentukan genus
dihomogenkan dan dipanaskan diatas fungi. Hasil pengamatan idenifikasi akan
kompor listrik. Medium yang dibuat dibandingkan dengan kunci identifikasi
disterilisasi menggunakan autoklaf dengan H.L. Barnet dan Barry B. Hunter.
suhu 121˚C selama 15 menit dan tekanan Uji Fermentasi Gula
1 atm. Uji fermentasi glukosa ini berguna untuk
Inokulasi dan Inkubasi Fungi membantu dalam tahap identifikasi fungi. Gula
Inokulasi dimulai dengan yang digunakan meliputi glukosa, sukrosa dan
mengambil sampel dari hasil pengenceran fruktosa. Isolat fungi yang mampu mendegradasi
10-3 ke medium PDA yang diperkaya selulosa diinokulasikan ke medium fermentasi gula.
dengan CMC dan penambahan Pengamatan dilakukan setiap hari untuk mengamati
kloramfenikol. Inokulasi dilakukan perubahan warna. Hasil yang positif ditunjukkan
dengan menggunakan mikropipet adanya perubahan warna medium menjadi
sebanyak 100 mikron dengan teknik kekuningan.
spread plate. Kemudian medium yang
sudah diinokulasi disimpan pada inkubator 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
selama 13 hari. Fungi selulolitik memiliki
kemampuan untuk menghidrolisis selulosa
Pemurnian Fungi alami melalui aktivitas selulase yang
Fungi hasil isolasi dimurnikan di dimilikinya[5]. Aktivitas selulosa yang
medium PDA yang diperkaya CMC dimiliki dapat diketahui dengan
diletakkan di cawan petri. Inokulasi terbentuknya zona bening pada medium
dilakukan dengan cara metode streak PDA diperkaya CMC yang telah ditetesi
kuadran untuk mendapatkan koloni dengan congo red yang terdapat pada
tunggal. gambar 3.1. Zona bening yang terbentuk
Uji Potensi Selulolitik disekitar koloni fungi merupakan hasil
Pengujian untuk mengetahui degradasi CMC oleh enzim selulase[9].
potensi selulolitik pada suatu isolat secara Besar kecilnya zona bening juga
khas ditunjukkan dalam pencampuran merupakan indikasi awal besar kecilnya
medium dengan CMC[8]. Penetesan congo aktifitas enzim selulase yang dihasilkan.
red 0,1% dilakukan setelah diinkubasi Hasil isolasi fungi dari limbah
setelah 24 jam dan ditambahkan larutan sayuranan di pasar Tanjung kabupaten
NaCl 1%[5]. Congo red merupakan Jember sebanyak 13 isolat fungi namun
indikator adanya hidrolisis CMC sebagai yang tergolong fungi selulolitik sebanyak
hasil kerja enzim selulose. Potensi 12 isolat. Isolat fungi memiliki hasil
selulolitik ditentukan dengan nilai indeks diameter zona bening yang berbeda-beda.
selulolitik yang merupakan nisbah antara Isolat fungi yang memiliki diamater zona
diameter zona bening dengan diameter bening paling besar yaitu I.10 (Fusarium
koloni namun tidak dapat digunakan untuk kotabaruense) dan isolat fungi yang
mengetahui kuantitas dari aktivitas enzim memilliki diameter zona bening paling
yang disekresikan oleh fungi[8]. kecil yaitu I.6 (Neofabraea malicorticis).
Identifikasi Isolat Fungi Selulolitik Karakterisasi secara makroskopis
Isolat fungi yang didapatkan dan mikroskopis. Karakterisasi secara
diidentifikasi melalui kenampakan secara makroskopis meliputi pengamatan warna
Choiriya, et al., Uji Potensi Selulolitik Isolat Fungi Limbah Sayuranan di Pasar Tanjung Jember
...........4

koloni, bentuk koloni, tipe permukaan


koloni, tipe miselium dan ciri khusus yang
tampak. Pengamatan warna koloni
berdasarkan warna permukaan dan warna
dasar koloni. Pengamatan ciri khusus yang
dimiliki isolat berupa titik air, lingkaran
konsentris dan garis radial. Pengamatan
makroskopis dilakukan hingga fungi
berumur 13 hari. Kecepatan pertumbuhan
isolat dengan mengukur diameter isolat.
Isolat yang ditemukan yang memiliki
karakteristik warna koloni putih keunguan,
hijau dan jingga. Umumnya isolat yang
ditemukan memiliki bentuk bulat tidak
teratur dengan bagian tengah yang
warnanya berbeda. Ada beberapa isolat
yang memiliki ciri khusus seperti adanya
titik air, terbentuknya lingkaran
konsentris. Selain itu kecepatan
pertumbuhan koloni juga memiliki variasi
yang berbeda, beberapa isolat yang
memiliki kecepatan pertumbuhan yang
lambat, pada hari ke- 13 memiliki
diameter mencapai 2,9 cm namun
beberapa koloni dapat dikategorikan
memiliki kecepatan pertumbuhan yang
cepat karena pada hari ke-13 diameter
mencapai 4,8 cm. Karakterisasi secara
mikroskopis isolat fungi selulolitik dengan
menggunakan mikroskop dengan
perbesaran 400x. Fungi selulolitik yang
diamati berusia 5-7 hari. Pengamatan
mikroskopis dilakukan berdasarkan
struktur fungi yang tampak. Hasil
deskripsi pengamatan secara mikroskopis
disajikan dalam tabel 3.2.
Identifikasi fungi selain dengan melakukan
pengamatan secara makroskopis dan mikroskopis
dilakukan pula uji fermentasi gula. Uji fermentasi
gula merupakan salah satu uji biokimia yang
digunakan untuk membantu identifikasi. Uji
fermentasi gula mencakup 3 jenis gula yaitu
glukosa, sukrosa dan fruktosa. Hasil positif
ditunjukkan dengan adanya perubahan warna
menjadi warna jingga hingga kuning. Perubahan
warna ini terjadi karena aktivitas fungi
memfermentasi gula sehingga menghasilkan asam.
Choiriya, et al., Uji Potensi Selulolitik Isolat Fungi Limbah Sayuranan di Pasar Tanjung Jember
...........5

Gambar 3.1. Hasil uji selulolitik isolat fungi limbah sayuranan pasar Tanjung Jember

A B C

D E F

G H I

J K L

Keterangan Gambar 3.1: A. Aspergillus sp.(diameter zona bening: 0,22 cm); B. Colletotrichum bannaense .
(diameter zona bening: 0,20 cm ); C. Fusarium oxysporium (diameter zona bening: 0,82 cm); D. Cladosporium
limoniforme (diameter zona bening: 0,93 cm); E. Neofabraea malicorticis (diameter zona bening: 0,17 cm); F.
Colletotrichum acutatum (diameter zona bening: 0,30 cm); G. Fusarium graminearum (diameter zona bening:
0,45 cm); H. Fusarium oxysporium (diameter zona bening: 0,40 cm); I. Fusarium kotabaruense (diameter zona
bening: 0,52 cm); J. Tidak teridentifikasi (diameter zona bening: 0,48 cm); K. Penicillium viticola (diameter
zona bening: 0,35 cm); dan L. Talaromyces flavus (diameter zona bening: 0,42 cm).
Choiriya, et al., Uji Potensi Selulolitik Isolat Fungi Limbah Sayuranan di Pasar Tanjung Jember
...........6

Tabel 3.2. Deskripsi pengamatan mikroskopis


Ada
Bentuk
Kode Tidaknya
Rhizoid Tipe Hifa Spora/ Nama Isolat
Isolat Spora /
Konidia
Konidia
Tidak
I.1 Ada Bersekat Bulat Aspergillus sp.
ada
Tidak Bulat Colletotrichum
I.2 Ada Bersekat
ada memanjang bannaense
Tidak Bulat Fusarium
I.3 Ada Bersekat
ada memanjang oxysporium
Bulat
Tidak Cladosporium
I.4 Ada Bersekat memipih
ada limoniforme
panjang
Tidak Bulat Neofabraea
I.6 Ada Bersekat
ada memanjang malicorticis
Tidak Bulat Colletotrichum
I.7 Ada Bersekat
ada memanjang acutatum
Tidak Bulat Fusarium
I.8 Ada Bersekat
ada memanjang graminearum
Tidak Bulat Fusarium
I.9 Ada Bersekat
ada memanjang oxysporium
Melengkung
Tidak Fusarium
I.10 Ada Bersekat seperti bulan
ada kotabaruense
sabit
Tidak Tidak Tidak
I.11 Tidak ada -
ada bersekat teridentifikasi
Tidak Penicillium
I.12 Ada Bersekat Bulat
ada viticola.
Tidak Talaromyces
1.13 Ada Bersekt Bulat
ada flavus

Uji fermentasi gula fungi selulolitik yang oxysporum (kode isolat I.9), Fusarium
telah diperoleh berguna dalam membantu proses kotabaruense (kode isolat I.10), Penicillium
identifikasi fungi. Uji fermentasi gula meliputi 3 viticola (kode isolat I.12), Talaromyces flavus
macam gula yaitu glukosa, sukrosa dan fruktosa. (kode isolat I.13) dan 1 isolat fungi yang tidak
Uji ini membutuhkan masa inkubasi selama 7 hari teridentifikasi yaitu I.11.
dan indikator positif uji ini adalah perubahan warna Isolat fungi dengan kode I.1 merupakan
medium. Hasil uji fermentasi gula disajikan dalam fungi Aspergillus sp. Fungi Aspergillus sp.
Tabel 3.3. merupakan spesies dari kelas Eurotiomycetes.
Hasil identifikasi dari total 12 isolat, Enzim selulase dapat dihasilkan oleh
sebanyak 11 isolat dapat diidentifikasi dan 1 isolat mikroorganisme. Salah satu mikroorganisme yang
belum dapat diidentifikasi. Isolat yang belum dapat dapat memproduksi enzim selulose yaitu fungi dari
diidentifikasi disebabkan karena ciri makroskopis genus Aspergillus[10]. Enzim selulose yang berasal
dan mikroskopis yang dijadikan sebagai acuan dari genus Aspergillus yaitu enzim ß-
dalam identifikasi tidak menunjukkan karakteristik glukosidase[10]. Isolat Aspergillus sp. juga memiliki
dari suatu genus. Isolat tersebut tidak menunjukkan kemampuan untuk memfermentasikan gula. Hasil
sistem reproduksi sehingga proses identifikasi sulit uji gula menunjukkan bahwa fungi Aspergillus sp.
untuk dilakukan. Menurut Akmalasari (2013) ciri mampu untuk memfermentasi ketiga jenis gula
makroskopis dapat menunjukkan karakter penanda yang diujikan.
dalam menentukan suatu genus pada fungi. Isolat fungi Aspergillus sp. dengan kode
Penegasan dalam menetukan suatu spesies dapat isolat I.1 ini memiliki warna hijau dengan margin
dilakukan dengan melakukan pengamatan berwarna putih dan bentuk koloni tidak teratur.
mikroskopis dan uji lanjut lainnya. Isolat yang Tipe permukaan koloni bergranula. Tipe miselium
ditemukan yaitu Aspergillus sp. (kode isolat I.1), pada pengamatan mikroskopis bersepta. Ciri umum
Colletotrichum bannaense (kode isolat I.2), Aspergillus sp. memiliki tangkai konidiofor bening,
Fusarium oxysporium (kode isolat I.3), berdinding tebal dan menyolok. Kepala konidia
Cladosporium limoniforme (kode isolat I.4), berbentuk kolumnar, kemudian merekah menjadi
Neofabraea malicorticis (kode isolat I.6), kolom-kolom yang terpisah. Vesikula berbentuk
Colletotrichum acutatum (kode isolat I.7), bulat hingga semibulat. Fialid terbentuk langsung
Fusarium graminearum (kode isolat I.8), Fusarium pada vesikula atau pada metula. Konidia berbentuk
Choiriya, et al., Uji Potensi Selulolitik Isolat Fungi Limbah Sayuranan di Pasar Tanjung Jember
...........7

bulat hingga semibulat[11]. Berdasarkan pengamatan permukaan berserat. Tipe miselium menyebar tidak
secara mikroskopis menunjukkan bahwa tangkai teratur dan tidak memiliki ciri khusus. Isolat fungi
konidiofor bening. Vesikula berbentuk bulat dan ini tidak mampu untuk memfermentasikan jenis
fialid yang langsung menempel pada vesikula. gula.
Konidia berbentuk bulat. Isolat fungi yang memiliki ciri makroskopis
Tabel 3.3. Hasil uji fermentasi gula dan mikroskopis yang hampir sama yaitu I.3, I.8,
Ciri I.9 dan I.10. Berdasarkan pengamatan ketiga fungi
pertumbuhan tersebut termasuk dalam genus Fusarium.
Kode Uji fermentasi gula
pada medium Fusarium yang dikultur di medium Potato Dextrosa
isolat
cair Agar (PDA), mula-mula miselium berwarna putih,
Glukosa Sukrosa Fruktosa
semakin tua warna menjadi kuning pucat, dalam
Tumbuh di
I.1 + + +
permukaan
keadaan tertentu berwarna merah muda agak ungu.
Tumbuh di Miselium bersekat dan membentuk
I.2 - - - percabangan[14].
permukaan
Tumbuh di Isolat I.3 dan I.9 merupakan fungi Fusarium
I.3 + - - oxysporum. Fusarium oxysporum memiliki enzim
permukaan
Tumbuh di selulose yaitu enzim ß-glukosidase yang mampu
I.4 - - +
permukaan bekerja secara optimum pada pH 5 dengan rentang
Tumbuh di pH 4-9[15]. Hal tersebut menyebabkan isolat fungi
I.6 - - -
permukaan I.3 dan I.9 mampu tumbuh di medium yang
Tumbuh di diperkaya CMC dan menunjukkan adanya zona
I.7 + + +
dasar
bening. Namun, isolat fungi ini hanya mampu
Tumbuh di
I.8 + + + memfermentasikan gula jenis glukosa dan tidak
dasar
Tumbuh di mampu memfermentasikan gula jenis sukrosa dan
I.9 + - - fruktosa.
permukaan
Tumbuh di Koloni fungi I.3 dan I.9 tumbuh dengan
I.10 + + + cepat pada medium PDA. Koloni memiliki hifa
permukaan
Tumbuh di aerial yang bewarna putih dengan cepat menjadi
I.11 + + +
permukaan berwarna kemerahan, ungu atau muncul warna biru
Tumbuh di pada sklerotium ketika terbentuk dalam jumlah
I.12 + + +
permukaan yang banyak[16].
Tumbuh di Pengamatan makroskopis Isolat fungi I.3
I.13 + + +
permukaan dan I.9 berwarna ungu dengan margin koloni
berwarna putih. Tipe miselium berserat dengan
Isolat fungi dengan kode isolat I.2 bentuk koloni bulat menggunung tidak teratur.
merupakan fungi Colletotrichum bannaense dan Pengamatan mikroskopis hanya memiliki sekat
isolat fungi dengan kode I.7 merupakan fungi berjumlah 3 dan yang terlihat hanya makrokonidia
Colletotrichum acutatum. Kedua isolat fungi dengan hifa bersekat. Mikrokonidia terbentuk
tersebut diklasifikasikan ke jenis fungi Ascomycete sangat banyak, pada umumnya bersel tunggal,
dan termasuk ke dalam famili Phyllachoracecae. berbentuk oval sampai ginjal dan terbentuk pada
Kedua fungi tersebut termasuk fungi yang bersifat false head. Makrokonidia sangat melimpah,
patogen pada tanaman[12] .Colletotrichum acutatum berbentuk sabit yang ramping, dinding tebal dan
(kode isolat I.7) merupakan salah satu fungi halus, dengan apikal sel yang runcing dan foot-
selulolitik yang memiliki kemampuan menguraikan shaped (menukik) pada bagian sel bawahnya.
selulosa. Colletotrichum acutatum memiliki enzim Monofialid bercabang atau tidak bercabang.
selulose yaitu enzim ß-glukosidase dan enzim Monofialid yang mengikat mikrokonidia sangat
selabiose. Colletotrichum acutatum memiliki hifa pendek[16].
yangn bersepta. Warna koloni ungu dengan bagian Isolat fungi yang berasal dari genus
margin putih. Bentuk koloni tidak teratur dengan Fusarium dengan kode I.8 merupakan Fusarium
tipe permukaan berserat. Isolat fungi ini mampu graminearum. Koloni Fusarium graminearum pada
memfermentasikan ketiga jenis gula. saat muda berwarna putih[17]. Sedangkan
Kode isolat I.2 yaitu Colletotrichum pengamatan secara makroskopis Fusarium
bannaense memiliki konidia yang tidak memiliki graminearum berwarna putih keunguan dan bentuk
sekat dan berbentuk ellips hingga silindris[13]. Hasil koloni bulat tidak teratur. Tipe permukaan koloni
pengamatan menunjukkan bahwa konidia juga berserat dengan miselium menyebar tidak teratur.
tidak memiliki septa dan berbentuk silindris. Warna Pengamatan mikroskopis berdasarkan literatur[17]
koloni ungu dengan tepi putih sedangkan konidiofor berdinding halus, bercabang, berwarna
berdasarkan literatur [13] pada awal pertumbuhan, bening kehijauan. Fialida berbentuk silinder,
koloni berwarna putih lalu berubah menjadi ungu tumbuhnya pada konidiofor. Konidia berwarna
kemerahan. Bentuk koloni bulat dan tipe coklat. Makrokonidia berbentuk gelendong,
Choiriya, et al., Uji Potensi Selulolitik Isolat Fungi Limbah Sayuranan di Pasar Tanjung Jember
...........8

septanya berjumlah 3-7. Makrokonidia terlihat Kode isolat I.12 merupakan fungi
bersekat berjumlah 1 hingga 3. Isolat fungi ini Penicillium viticola. Penicillium viticola
mampu memfermentasikan ketiga jenis gula. merupakan subgenus dari aspergilloides.
Fungi dengan kode isolat I.10 juga termasuk Penicillium viticola termasuk penicili dengan tipe
dalam genus Fusarium dengan warna koloni monoverticilata dengan konidia berbentuk
kekuningan. Fusarium kotabaruense memiliki hifa bulat[22] .Pengamatan mikroskopis menunjukkan
yang melimpah dengan tipe berserat. Tingkat hifa yang bersekat dan konidia yang berbentuk
sporulasi isolat fungi ini tinggi dan tidak terdapat semibulat. Warna koloni Penicillium viticola hijau
titik air[18] .Warna koloni kecoklatan dengan bagian denga bagian margin putih. Bentuk koloni bulat
tepi putih. Bentuk koloni bulat tidak teratur dengan menggunung tidak teratur. Tipe permukaan koloni
permukaan koloni berserat menyebar tidak teratur. bergranula dan tidak memiliki ciri khusus.
Pengamatan mikroskopis memiliki hifa yang Berdasarkan literatur[11],Fungi Penicillium memiliki
bersekat dan makrokonidia yang memiliki 4 sekat ciri Fialid berbentuk agak silindris dengan leher
dengan bagian tepi yang meruncing. Berdasarkan pendek yang tidak mencolok. Konidia berbentuk
literatur[18]Fusarium kotabaruense memiliki elips, kadang-kadang berbentuk semibulat, warna
makrokonidia dengan jumlah sekat 2 hingga 7 bening hingga hijau dan berdinding halus.
sekat dengan bagian tepi yang meruncing. Isolat Penicillium ditandai dengan lebatnya konidiofor
fungi ini mampu memfermentasikan gula jenis yang terbentuk menyebabkan koloni mirip kulit
glukosa, sukrosa dan fruktosa. yang keras, berwarna biru kehijauan. Isolat fungi
Isolat fungi I.4 merupakan fungi I.12 menunjukkan bahwa fungi Penicillium viticola
Cladosporium limoniforme. Cladosporium mampu memfermentasika glukosa, sukrosa dan
termasuk famili fungi Cladosporiceae fruktosa.
(Dothideomycetes). Karakteristik koloni Hasil identifikasi menunjukkan bahwa isolat
Cladosporium limoniforme di PDA berwarna abu- I.13 adalah Talaromyces flavus. Talaromyces
abu gelap, terkadang hijau kusam karena sporulasi termasuk ordo Eurotiales[24]. Talaromyces
yang melimpah, tekstur seperti beludru berbentuk merupakan rekombinasi dari Penicillium subgenus
granular. Margin koloni berwarna putih dan Biverticillium sehingga spesies ini mampu
berbulu. Koloni fungi ini tidak memiliki miselium bereproduksi secara aseksual (konidiofor) dan
udara[19]. Pengamatan morfologi Cladosporium seksual (askomata). Koloni berwarna dan jingga
limoniforme memiliki warna koloni hijau dengan cerah dan bagian tengah yang menonjol.
margin berwarna putih serta memiliki tipe Konidiofor bertipe monovertisilata dan phialid
permukaan koloni sepertu beludru. Berdasarkan berjumlah 1 hingga 3[25]. Pengamatan makroskopis
literatur[20], Genus Cladosporium memiliki menunjukkan warna koloni putih dan jingga dan
konidiofor tinggi, gelap, tegak, bercabang dan koloni berbentuk bulat tidak teratur dan terlihat
memiliki ramokonidia. Konidia bulat gelap, 1 atau lingkaran konsentris pada bagian dasar serta
2 sel, bervariasi dalam bentuk dan ukuran, bulat memiliki ciri khusus berupa adanya titik air.
telur menjadi silindris dan tidak beraturan, sebagian Konidiofor bersekat dengan metula bercabang 2
berbentuk lemon dan sering dalam berbentuk dan sterigma bercabang 3. Isolat ini mampu
rantai. Pengamatan mikroskopis terlihat bagian memfermentasika glukosa, sukrosa dan fruktosa.
konidia yang berbentuk bulat panjang memimipih
seperti lemon dan konidiofor bersepta. Uji 4. Kesimpulan
fermentasi tiga jenis gula menunjukkan bahwa Hasil isolasi isolat fungi limbah sayuranan
isolat fungi Cladosporium limoniforme hanya di pasar Tanjung kabupaten Jember ditemukan
mampu memfermentasikan gula jenis fruktosa. sebanyak 11 fungi terdiri dari: Aspergillus sp.
Isolat fungi I.6 yaitu Neofabraea (kode isolat I.1), Colletotrichum bannaense (kode
malicorticis. Neofabraea malicorticis termasuk isolat I.12) , Fusarium oxysporium (kode isolat
famili Dermateaceae. Neofabrae memiliki I.3), Cladosporium limoniforme (kode isolat I.4),
makrokonidia dan mikrokonidia. Makrokonidia Neofabraea malicorticis (kode isolat I.6),
berbentuk silindris. Fungi ini memiliki Colletotrichum acutatum (kode isolat I.7),
mikrokonidia yang berbentuk silindris-fusiform dan Fusarium graminearum (kode isolat I.8), Fusarium
tidak bersepta. Mikrokonidia terkadang ada dengan oxysporum(kode isolat I.9), Fusarium
bentuk silindris dan membulat di bagian tepi. kotabaruense (kode isolat I.10), Penicillium
Konidiofor bersekat dan bercabang[21]. Hasil viticola (kode isolat I.12), dan Talaromyces flavus
pengamatan secara mikroskopis menunjukkan (kode isolat I.13).
bahwa mikrokonidia berbentuk silindris dan tidak
bersepta serta makrokonidia yang tidak teramati. 5. Saran
Warna koloni putih keunguan dengan bentuk a. Perlu dilakukan identifikasi lanjutan sampai
koloni bulat tebal tidak teratur. Tipe koloni berserat tahap identifikasi secara molekuler untuk
dan menyebar teratur. mendapatkan informasi lengkap tentang
tentang isolat fungi selulolitik limbah
Choiriya, et al., Uji Potensi Selulolitik Isolat Fungi Limbah Sayuranan di Pasar Tanjung Jember
...........9

sayuranan di Pasar Tanjung Kabupaten [10] Andhikawati, A., Y. Oktavia, B. Ibrahim, dan
Jember. K. Tarman. 2014. Isolasi dan Penapisan
b. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut Kapang Laut Endofit Penghasil Selulose.
mengenai jenis enzim selulose yang dimiliki Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan
oleh isolat fungi selulolitik limbah Tropis. 6 (1): 219-227.
sayuranan di pasar tanjung kabupaten
Jember. [11] Sagala, W. A., D. Elfiati, dan Delvian. 2015.
Keberadaan Fungi Pelarut Fosfat pada
6. Referensi Tanah Bekas Kebakaran Hutan di
Kabupaten Samosir.
[1] Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal
Hortikultura, Produksi Sayurananan di [12] Peres N. A., L. W. Timmer, J. E. Adaskaveg,
Indonesia. http://www.deptan.go.id. [ 30 dan J. C. Corel. 2005. Plant Disease.
Januari 2018]. USA: The American Phytopathological
Society.
[2] Imaduddin, M., Hermawan, dan Hadiyanto.
2014. Pemanfaatan Sampah Sayuranan [13] Liu, X., B. Li, J. Cai, X. Zheng, Y. Feng, dan
Pasar dalam Produksi Listrik melalui G. Huang. 2018. Colletotrichum Species
Microbial Fuel Cells. Sains Dasar. 3 (2): Causing Antharacnose of Rubber Trees in
196- 204. China. Scientific report. 8 (10435).

[3] Utama P. B., dan J. Nurdiana. 2018. Evaluasi [14] Wahyuni, S., dan N. Noviani. 2019. Isolasi
Pembuatan Kompos Organik dengan Jamur Endofit dan Uji Penghambatan
Menggunakan Metode Hot Composting. dengan Jamur Patogen Fusarium
Jurnal Teknologi Lingkungan. 2(1). oxysporum sebagai Agen Pengendalian
Hayati pada Tanaman Kedelai secara
[4] Nasution, P., Periadnadi, dan Nurmiati. 2017. Invitro. Prosiding Seminar Nasional dan
Kecepatan Pertumbuhan Kapang Exzpo Hasil Penelitian da Pengabdian
(Trichoderma Harzianum Rifai A1300- Masyarakat.
F006) dan Aktivitas Selulose dalam
Penanganan Sampah Selulosa. Jurnal [15] Olajuyigbe, F. M., C. M. Nlekerem, dan O. A.
Metamorfosa. 4(1): 35-40. Ogunyewo. 2016. Production and
Characterization og Highly Thermostable
[5] Hasanah, N., dan I. Saskiawan. 2015. Aktivitas β-Glucosidase during the Biodegradation
Selulosa I solat Jamur dari Limbah Media Methyl Cellulose by Fusarium
Tanam jamur Merang. Biodiv Indonesia. oxysporum. Hindawi Publishing
1(5): 1110-1115. Corporation. 8 (10).

[6] Sinatari, A. S. 2013. Pemurnian Selulose dari [16] Sutejo, A. M., A. Priyatmojo, dan A. Wibowo.
Isolat KB Kompos Termofilik Desa Bayat 2008. Identifikasi Morfologi Beberapa
Klaten Menggunakan Fraksinasi Spesies Jamur Fusarium. Jurnal
Amonium Sulfat. Chem Info. 1: 130-140. Perlindungan Tanaman Indonesia. 14
(01).
[7] Nawfa, I. Z. R. 2015. Pemindaian Jamur
Kontaminan Ampas Tebu untuk Produksi [17] Kumaji, S. S. 2018. Identifikasi Kapang
Enzim Selulose. Sains dan Seni ITS. 4(2). Pengkontaminan Ikan Cakalang
(Katsuwonus pelamis) Asap di Pasar
[8] Edhar, A. A., R. Widyastuti, dan G. Sentral Kota Gorontalo. Entropi. 13 (1):
Djajakirana. 2017. Isolasi dan Identifikasi 109-114.
Mikroba Tanah Pendegradasi Selulosa dan
Pektin dari Rhizosfer Aquilaria [18] Bensch, K., J. Z. Groenewald, M. Meijer. Z.
malaccensis. Buletin Tanah dan Lahan. Jurjevic, dan R. A. Samson. 2018.
1(1): 58-64. Cladosporium Spesies in Indoor
Environment. Studies in Mycology. 89:
[9] Subowo, Y. B. 2012. Seleksi Jamur Tanah 177-301.
Pendegradasi Selulosa dan Pertisida
Deltamethrin dari Beberapa Lingkungan di [19] Maryani, N., M. S. Denis, L. Lombard, dan G.
Kalimantan Barat. Jurnal Teknologi H. J Kema. 2019. New Endemic Fusarium
Lingkungan. 13 (2). Species Hitch-Hiking with Pathogenic
Fusarium Strains Cains Panama Disease in
Choiriya, et al., Uji Potensi Selulolitik Isolat Fungi Limbah Sayuranan di Pasar Tanjung Jember
...........10

Small-holder Banana Plots in Indonesia. Species Isolated From a Grape n Japan.


Persoonia. 43: 48-69.[ Mycoscience. 52: 338-343.

[20] Kurniasari, N., N. A. Hidayati, dan T. [23] Tsang, C. C., J. Y. M. Tang, S. K. P. Lau, dan
Wahyuni. 2019. Identifikasi Cendawan P. C. Y. Woo. 2018. Taxonomy and
yang Berpotensi Menyebabkan Penyakit Evolution of Aspergillus, Penicillium and
Busuk Kuning pada Batang Tanaman Talaromyces in the Omocs Era- Past,
Buah Naga. Ekotonia. 4 (1). Present and Future. Computational and
Structural Biotechnology Journal. 16:
[21] Felix, Y. M., J. Z. Groenewald, L. Cai, I. 197-210.
Bames, K. Bensch, R. S. Jayawardena, L.
Lombard, J. Q. Zhang, Y. Zhang, dan P. [25] Yilmaz, N., C. M. Visagie, J. Houbraken, J. C.
W. Crous. 2017. Genera of Frisvad, dan R. A. Samson. 2014.
Phytopathogenic Fungi Gophy 1. Studies Polyphasic Taxonomy of the Genus
in Mycology. 86: 99-216. Talaromyces. Studies in Mycology. 78:
175-341.
[22] Nonaka K, R. Masuma, M, Iwatsuki, dan S.
Omura. 2011. Penicillium viticola a New

You might also like