You are on page 1of 32

PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol.16 No.

1, Juni 2017

PENGUATAN MANAJEMEN ORGANISASI LOKAL DALAM


PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA, DAN ZAT ADIKTIF
DI BANDUNG

Putra Pratama Saputra


Dinas Sosial Kota Pangkalpinang
putraps92@gmail.com

Abstract
The drug abuse problem that occurs in society these days is very alarming. The existence of the
perpetrator and the activity of drug abuse have become a custom of the community. However,
permissiveness has shown as if the people let these problems occur. The existence of stakeholders is
expected to have a positive impact, so that the functions of society can work well, especially in the
prevention of drug abuse. Strengthening the management of local organizations is an effort to
prevent drug abuse. This research aims to produce the right model for strengthening the
management of local organizations in efforts to prevent drug abuse. The method used in this
research is a qualitative research method with action research. The Place of research conducted in
RW 18 Sadang Serang Village, Coblong Sub-district, Bandung with a number of main informants
and supporting informant were 9 people out of 7 people. The intervention is done through several
activities, namely the Development of Local Organizations "Pemuda Anti NAPZA" (Training
Administration and Reorganization Membership Organization), and Build Job Network (Increasing
Participation Extention, Benchmark and Audiency). The results showed an increase in management
capacity of local organizations "Pemuda Anti NAPZA" in efforts to prevent drug abuse in RW 18
Sadang Serang Village. Final model has been enhanced tending to be more effective in addressing
the problem of drug abuse which is occured.
Keywords: Local Organisation, Management, NAPZA (Narcotics, Psychotropics and Addicted
Subtances), Preventing Drugs Abuse
Abstrak
Masalah penyalahgunaan NAPZA yang terjadi di masyarakat akhir-akhir ini sangat
mengkhawatirkan. Keberadaan pelaku dan aktivitas penyalahgunaan NAPZA sudah menjadi
kebiasaan yang dilakukan masyarakat. Akan tetapi, sikap permisif yang ditunjukkan masyarakat
seolah-olah membiarkan permasalahan tersebut terjadi. Keberadaan stakeholders diharapkan dapat
memberikan dampak positif, sehingga fungsi masyarakat dapat berjalan dengan baik terutama dalam
upaya pencegahan penyalahgunaan NAPZA. Penguatan manajemen organisasi lokal merupakan
salah satu upaya pencegahan penyalahgunaan NAPZA. Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan
model yang tepat untuk penguatan manajemen organisasi lokal dalam upaya pencegahan
penyalahgunaan NAPZA. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
kualitatif dengan jenis penelitian tindakan (action research). Tempat penelitian dilakukan di RW 18
Kelurahan Sadang Serang, Kecamatan Coblong, Kota Bandung dengan jumlah informan utama
sebanyak 9 orang dan informan pendukung sebanyak 7 orang. Intervensi dilakukan melalui beberapa
kegiatan, yaitu Pengembangan Organisasi Lokal “Pemuda Anti NAPZA” (Pelatihan Administrasi
Organisasi dan Reorganisasi Keanggotaan), serta Membangun Jejaring Kerja (Penyuluhan
Peningkatan Partisipasi, Benchmark, dan Audiency). Hasil penelitian menunjukkan adanya
peningkatan kemampuan manajemen organisasi lokal “Pemuda Anti NAPZA” dalam upaya
pencegahan penyalahgunaan NAPZAdi RW 18 Kelurahan Sadang Serang. Model akhir yang telah
disempurnakan cenderung lebih efektif untuk mengatasi masalah penyalahgunana NAPZA yang
terjadi.
Kata kunci: Manajemen, Organisasi Lokal, NAPZA, Pencegahan Penyalahgunaan NAPZA

87
Pendahuluan
Indonesia merupakan salah satu negara di Asia Masalah penyalahgunaan NAPZA yang terjadi
yang semula dijadikan tempat transit di Kota Bandung, mengalami peningkatan
peredaran, kini telah berkembang menjadi yang cukup signifikan. Data Badan Narkotika
daerah pemasaran dan tempat produksi Nasional (BNN) Kota Bandung dan Satuan
Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif Reserse Narkoba Kepolisian Resort Kota
Lainnya (NAPZA). Jumlah penduduk yang Besar Bandung, menunjukkan bahwa pada
terus meningkat dari tahun ke tahun tahun 2015 sebanyak 555 kasus
menjadikan Indonesia sebagai pasar potensial penyalahgunaan NAPZA dan lebih dari 300
masalah penyalahgunaan NAPZA. Masalah tersangka yang mendekam di Tahanan Satuan
penyalahgunaan NAPZA telah menjangkau ke Reserse Narkoba Kepolisian Resort Kota
seluruh penjuru daerah. Terungkap bahwa Besar Bandung. Pemerintah telah
lokasi penyalahgunaan NAPZA tidak hanya mengeluarkan beberapa kebijakan dan
terjadi di tempat yang secara geografis program terkait penanganan penyalahgunaan
terisolir, tetapi juga terjadi di tengah-tengah NAPZA. Selain itu juga, peran masyarakat
pemukiman masyarakat pedesaan dan secara terorganisir dan terpadu sangat
perkotaan. Pada dasarnya NAPZA mempunyai diperlukan. Tujuannya agar masyarakat bisa
manfaat di bidang kesehatan dan ilmu mengorganisasikan dirinya untuk terlibat
pengetahuan, namun menjadi berbahaya jika dalam upaya penanganan penyalahgunaan
terjadi penyalahgunaan. NAPZA. Akan menjadi sulit bahkan mustahil
dilakukan apabila tidak ada dukungan dan
Masalah penyalahgunaan NAPZA yang terjadi
di masyarakat akhir-akhir ini sangat bantuan yang nyata dari segenap elemen
masyarakat.
mengkhawatirkan. Tidak hanya menimpa
kalangan masyarakat menengah keatas, tetapi Masalah penyalahgunaan NAPZA yang terjadi
juga masyarakat menengah kebawah. Masalah di RW 18 Kelurahan Sadang Serang
penyalahgunaan NAPZA tidak lagi dibatasi merupakan permasalahan serius yang perlu
oleh status sosial, ekonomi, maupun tingkat ditangani. Beberapa masalah penyalahgunaan
pendidikan masyarakat. Hal ini ditandai NAPZA yang terjadi dari hasil asesmen
dengan semakin meningkatnya jumlah penelitian terdahulu, yaitu: (1) Masyarakat
populasi penyalahgunaan, kompleksitas kurang mengetahui dan memahami tentang
permasalahan, maupun jenis zat yang masalah penyalahgunaan NAPZA, (2)
disalahgunakan. Lost generation merupakan Masyarakat kurang peduli terhadap masalah
isu masalah penyalahgunaan NAPZA yang penyalahgunaan NAPZA, (3) Kegiatan
perlu diwaspadai. sosialisasi tentang bahaya penyalahgunaan
NAPZA belum pernah dilakukan, (4)
Upaya penanganan penyalahgunaan NAPZA
Masyarakat membiarkan apabila ada yang
menjadi perhatian dan tanggung jawab
mengkonsumsi minuman alkohol, (5) Tidak
bersama. Perlu adanya kerja sama antara
pemerintah dan masyarakat. Sebagai contoh, berfungsinya stakeholders dalam upaya
pencegahan penyalahgunan NAPZA, (6)
dibentuknya “Forum Anti Narkoba (FAN)
Masyarakat tidak mengetahui adanya
Gresik” dalam upaya penanganan
pelayanan rehabilitasi terhadap korban
penyalahgunaan NAPZA di Kabupaten
penyalahgunaan NAPZA, (7) Banyak
Gresik. “Forum Anti Narkoba (FAN) Gresik”
masyarakat yang nongkrong dan berjudi pada
dijadikan sebuah dorongan untuk memerangi
malam hari, (8) Keluarga (orangtua) kurang
dan melindungi generasi muda dari NAPZA
melakukan pengawasan terhadap kenakalan
yang nanti akan dilakukan seluruh Desa di
remaja, serta (9) Belum adanya peran Brigadir
Kabupaten Gresik. Kegiatan dalam “Forum
RW dalam upaya penanganan penyalahgunaan
Anti Narkoba (FAN) Gresik” berupa
NAPZA.
penyuluhan, sosialisasi, lomba “Desa Bebas
Narkoba”, dan lain-lainnya. (Kompas, 2009)

88
PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol.16 No.1, Juni 2017

Untuk meningkatkan kontrol sosial banner, leaflet, stiker, buku saku, dan cd
masyarakat dalam upaya pencegahan video, serta (11) Terbentuknya “Forum
penyalahgunaan NAPZA di RW 18 Kelurahan Pemuda Anti NAPZA”.
Sadang Serang, perlu adanya tindak lanjut Peneliti melakukan re-asesmen terhadap
berupa pelaksanaan program intervensi. organisasi lokal “Pemuda Anti NAPZA” dan
Program intervensi yang telah dilaksanakan perwakilan masyarakat RW 18 Kelurahan
pada saat penelitian terdahulu, yaitu: (1) Sadang Serang. Re-asesmen dilakukan untuk
Penyuluhan dan Sosialisasi tentang masalah mengetahui perkembangan organisasi lokal
penyalahgunaan NAPZA. Materi yang dibahas “Pemuda Anti NAPZA”. Beberapa fenomena
tentang pencegahan, rehabilitasi, serta aspek yang muncul dari hasil re-asesmen, yaitu: (1)
hukum penyalahgunaan NAPZA dengan Sumber daya manusia organisasi lokal
narasumber dari BNN Kota Bandung “Pemuda Anti NAPZA” kurang memadai
(Kompol. Ansari Fuad, S.H.) dan Satuan secara kualitas dan kuantitas. Pengurus dan
Reserse Narkoba Polrestabes Bandung (Aiptu anggota memiliki pengetahuan, kemampuan,
Cory), (2) Kampanye Sosial melalui
dan keterampilan yang rendah. Kebanyakan
pemasangan spanduk dan x-banner, serta pengurus dan anggotanya hanya memiliki
penyebaran leaflet,stiker, buku saku dan cd pendidikan sebatas Sekolah Menegah Atas, (2)
video, serta (3) Pembentukan “Forum Pemuda Sumber pendanaan belum dimiliki organisasi
Anti NAPZA” dengan menyusun struktur lokal “Pemuda Anti NAPZA”. Sumber
kepengurusan, tupoksi pengurus dan anggota, pendanaan hanya mengandalkan swadaya
serta rancangan program kerja jangka pendek, masyarakat dan pengajuan proposal bantuan.
menengah dan panjang.
Apabila dana yang dibutuhkan tidak tersedia,
Berdasarkan pelaksanaan program intervensi, maka pelaksanaan program kerja akan
menunjukkan bahwa kontrol sosial masyarakat terhambat, (3) Hubungan keluar organisasi
dalam upaya pencegahan penyalahgunaan lokal “Pemuda Anti NAPZA” tidak jelas.
NAPZA di RW 18 Kelurahan Sadang Serang Belum adanya kerjasama dengan instansi
mulai meningkat. Hal ini dapat dilihat dari pemerintah dan swasta. Hal ini berakibat pada
hasil evaluasi penelitian terdahulu, yaitu: (1) pengembangan program kerja, (4) Masih
Meningkatnya kontrol sosial masyarakat kurangnya motivasi pengurus dan anggota
dalam upaya pencegahan penyalahgunaan organisasi lokal “Pemuda Anti NAPZA”.
NAPZA sebagai akibat dari pelaksanaan Pertemuan akan dilakukan jika ada peneliti
kegiatan Penyuluhan dan Sosialisasi, serta yang mendampingi. Alhasil, pengurus dan
Kampanye Sosial, (2) Meningkatnya anggota belum mempunyai kemandirian untuk
pengetahuan dan pemahaman masyarakat melakukannya sendiri, (5) Masih adanya
tentang masalah penyalahgunaan NAPZA, (3) kesulitan untuk melakukan pertemuan
Meningkatnya kepedulian masyarakat dalam pengurus dan anggota organisasi lokal
upaya pencegahan penyalahgunaan NAPZA, “Pemuda Anti NAPZA”. Kesulitan yang
(4) Dilaksanakannya kegiatan sosialisasi dihadapi terkait dengan kesepakatan waktu
tentang bahaya penyalahgunaan NAPZA, (5) dan tempat pertemuan (sekretariat). Setiap
Berfungsinya stakeholders dalam upaya pertemuan menggunakan rumah Ketua RW
pencegahan penyalahgunan NAPZA, (6) 18, sehingga muncul rasa segan dari pengurus
Diketahuinya pelayanan rehabilitasi terhadap dan anggota, (6) Program kerja organisasi
korban penyalahgunaan NAPZA, (7) lokal “Pemuda Anti NAPZA” selama 1 tahun
Berkurangnya aktivitas nongkrong dan berjudi belum terlaksana. Beberapa keterbatasan
yang dilakukan masyarakat pada malam hari, menyebabkan program kerja tidak bisa
(8) Meningkatnya pengawasan/peran dari dijalankan. Selain itu juga, belum adanya
keluarga (orangtua) terhadap kenakalan kemauan pengurus dan anggota untuk
remaja, (9) Adanya peran Brigadir RW dalam melaksanakan program kerja jangka pendek,
upaya penanganan penyalahgunaan NAPZA, jangka menengah, maupun jangka panjang, (7)
(10) Terpasang dan tersebarnya spanduk, x- Kepengurusan organisasi lokal “Pemuda Anti

89
NAPZA” berjalan kurang baik. Hanya 10 dari yang telah ditetapkan secara efektif dan
20 pengurus dan anggota yang aktif dalam efisien”. Capacity building sebagai strategi
kepengurusan. Ketidakaktifan disebabkan untuk meningkatkan daya dukung dalam
adanya kesibukan lain pengurus dan anggota. mengantisipasi masalah dan kebutuhan yang
Pada saat pembentukan kepengurusan, dihadapi.Hasil yang diharapkan, yaitu
terdapat beberapa yang “menitipkan nama”, meningkatkan kemampuan manajemen
sehingga bagi mereka yang tidak hadir dalam organisasi lokal “Pemuda Anti NAPZA”
pertemuan dapat dilibatkan sebagai dalam upaya pencegahan penyalahgunaan
kepengurusan, (8) Tupoksi pengurus dan NAPZA di RW 18 Kelurahan Sadang Serang.
anggota organisasi lokal “Pemuda Anti Berdasarkan analisis kondisi awal dan hasil
NAPZA” belum dipahami. Pengurus dan evaluasi penelitian terdahulu, maka peneliti
anggota bekerja tidak sesuai dengan tertarik mengambil judul “Penguatan
tupoksinya masing-masing. Semisalnya, ketua Manajemen Organisasi Lokal “Pemuda Anti
melakukan pekerjaan yang bukan menjadi NAPZA” dalam Upaya Pencegahan
tanggung jawabnya, (9) Pemberian layanan
Penyalahgunaan NAPZA di RW 18 Kelurahan
organisasi lokal “Pemuda Anti NAPZA” Sadang Serang, Kecamatan Coblong, Kota
belum maksimal. Program kerja yang kurang Bandung”. Penelitian ini dimaksudkaan untuk
jelas mengakibatkan layanan tidak bisa penyempurnaan model yang telah dilakukan
diberikan kepada masyarakat RW 18. Hal ini sebelumnya dengan tetap fokus pada
menghambat upaya pencegahan pencapaian tujuan pencegahan
penyalahgunaan NAPZA, serta (10) Masih penyalahgunaan NAPZA di RW 18 Kelurahan
adanya masyarakat yang menolak keberadaan
Sadang Serang.
organisasi lokal “Pemuda Anti NAPZA”.
Penolakan ini dilakukan oleh masyarakat yang Rumusan masalah dari penelitian ini adalah
masih menyalahgunakan NAPZA. Mereka “Bagaimana Penguatan Manajemen
takut sewaktu-waktu tidak bebas lagi untuk Organisasi Lokal “Pemuda Anti NAPZA” di
melakukannya. RW 18 Kelurahan Sadang Serang, Kecamatan
Coblong, Kota Bandung”. Selanjutnya, untuk
Mengacu pada hasil re-asesmen, bahwa mendeskripsikan permasalahan penelitian
organisasi lokal “Pemuda Anti NAPZA” yang tersebut peneliti perlu menjabarkan ke dalam
dibentuk oleh masyarakat RW 18 Kelurahan sub permasalahan, yaitu: (1) Bagaimana
Sadang Serang belum berjalan dengan baik. karakteristik informan?, (2) Bagaimana
Perlu adanya tindak lanjut yang dilakukan refleksi awal organisasi lokal “Pemuda Anti
melalui penelitian tindakan (action research) NAPZA” dalam upaya pencegahan
terhadap penguatan manajemen organisasi penyalahgunaan NAPZA?, (3) Bagaimana
lokal “Pemuda Anti NAPZA” dalam upaya manajemen organisasi lokal “Pemuda Anti
pencegahan penyalahgunaan NAPZA di RW NAPZA” dalam upaya pencegahan
18 Kelurahan Sadang Serang. Cara penyalahgunaan NAPZA?, (4) Bagaimana
pendekatan penanganan penyalahgunaan perencanaan model penguatan manajemen
NAPZA melalaui pengembangan organisasi lokal “Pemuda Anti NAPZA”
kekuatan/kapasitas manajemen. Penguatan dalam upaya pencegahan penyalahgunaan
manajemen dilakukan melalui proses NAPZA?, (5) Bagaimana implementasi model
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, penguatan manajemen organisasi lokal
dan pengendalian/pengawasan untuk “Pemuda Anti NAPZA” dalam upaya
memanfaatkan sumber daya yang ada dalam pencegahan penyalahgunaan NAPZA?, serta
mencapai tujuan organisasi secara efektif dan (6) Bagaimana evaluasi dan model akhir
efisien.Sumpeno, dkk (dalam Fahrudin, penguatan manajemen organisasi lokal
2011:154) menyatakan bahwa “Capacity
“Pemuda Anti NAPZA” dalam upaya
building adalah suatu proses peningkatan atau
pencegahan penyalahgunaan NAPZA?
perubahan perilaku individu, organisasi, dan
sistem masyarakat dalam mencapai tujuan

90
PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol.16 No.1, Juni 2017

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
Memberikan masukan tentang model 35 Tahun 2009 tentang Narkotika menyatakan
penguatan manajemen organisasi lokal bahwa “Narkotika adalah zat atau obat yang
“Pemuda Anti NAPZA” dan untuk berasal dari tanaman, baik sintesis maupun
pengkayaan objek kajian praktik pekerjaan semisintetis, yang dapat menyebabkan
sosial dengan organisasi lokal “Pemuda Anti penurunan atau perubahan kesadaran,
NAPZA” yang berhubungan dengan hilangnya rasa, mengurangi sampai
pencegahan penyalahgunaan NAPZA, (2) menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
Memberikan masukan tentang konsep menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan
pengembangan masyarakat lokal (locality ke dalam golongan-golongan sebagaimana
development), serta (3) Memberikan terlampir dalam Undang-Undang ini”.
sumbangan pemikiran tentang kemungkinan Lebih lanjut Undang-Undang Republik
pengembangan kajian pekerjaan sosial dengan Indonesia Nomor 5 Tahun 1997 tentang
NAPZA. Penelitian ini diharapkan Psikotropika menyatakan bahwa “Psikotropika
memberikan manfaat praktis, yaitu: (1)
adalah zat atau obat baik alami maupun
Meningkatkan manajemen organisasi lokal sintetis bukan Narkotika yang berkhasiat
“Pemuda Anti NAPZA” dalam upaya psikoaktif yang menyebabkan perubahan khas
pencegahan penyalahgunaan NAPZA, (2) pada aktivitas mental dan perilaku. Zat Adiktif
Memberikan pengalaman belajar berorganisasi merupakan zat bukan Narkotika atau
dalam upaya pencegahan penyalahgunaan Psikotropika yang berkhasiat adiktif,
NAPZA di komunitas lokal, (3) Mendorong ketagihan psikis, dan fisik yang menyebabkan
masyarakat untuk berpartisipasi dalam upaya
perubahan khas pada aktivitas mental dan
pencegahan penyalahgunaan NAPZA, serta
perilaku”.
(4) Menyediakan informasi yang dapat
menjadi dasar bagi semua pihak yang Kementerian Sosial dan Kementerian
berkompeten dalam upaya pencegahan Kesehatan menggunakan istilah NAPZA.
penyalahgunaan NAPZA. NAPZA merupakan kependekan dari
Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif
Sercara terminologi Masalah Penyalahgunaan Lainnya. Menurut Pasal 113 Ayat 2 Undang-
NAPZA banyak istilah yang digunakan, yaitu Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
NAPZA, Narkoba, Narkotika, Obat Terlarang, 2009 tentang Kesehatan, istilah NAPZA hanya
Zat Adiktif, Psikoaktif, Obat Bius, Madat, terbatas pada istilah Zat Adiktif. Zat Adiktif
Drug, Medicine, dan lain-lainnya. sebagaimana dimaksud meliputi tembakau,
Keseluruhannya terdapat kesamaan, yaitu produk yang mengandung tembakau, padat,
addiction atau sesuatu yang dapat cairan, dan gas yang bersifat adiktif yang
menyebabkan addict. Addiction merupakan penggunaannya dapat menimbulkan kerugian
segala sesuatu yang dapat menyebabkan bagi dirinya dan/atau masyarakat
ketagihan, kecanduan, dan dapat merusak sekelilingnya.
sistem kerja pada otak.Sussman dan Ames
(2008:3) menyatakan bahwa “A drug is a Kebijakan Penanganan Penyalahgunaan
substance that can be taken into the human NAPZA, yaitu: (1) Undang-Undang Republik
body, and once taken, alters some processes Indonesia Nomor 05 Tahun 1997 tentang
within the body. Drugs can be used in the Psikotropik, (2) Undang-Undang Republik
diagnosis, prevention, or treatment of a Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang
disease (Obat adalah zat yang dapat Narkotika), (3) Peraturan Bersama Ketua
dimasukan ke dalam tubuh manusia, dan Mahkamah Agung Republik Indonesia,
setelah dimasukan, mengubah beberapa proses Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
dalam tubuh. Obat dapat digunakan dalam Republik Indonesia, Menteri Kesehatan
diagnosis, pencegahan, atau pengobatan Republik Indonesia, Menteri Sosial Republik
penyakit)”. Indonesia, Jaksa Agung Republik Indonesia,
Kepala Kepolisian Republik Indonesia, dan

91
Kepala Badan Narkotika Nasional Republik Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota
Indonesia, Nomor 01/PB/MA/III/2014, 03 Bandung Tahun 2014-2018.
Tahun 2014, 11 Tahun 2014, 03 Tahun 2014, Program Penanganan Penyalahgunaan
PER-005/A/JA/03/2014, 1 Tahun 2014, NAPZA menurut Panduan Penguatan Institusi
PERBER01/III/2014/BNN tentang Lokal dalam Pencegahan Penyalalahgunaan
Penanganan Pecandu Narkotika dan Korban NAPZA Berbasis Masyarakat (2009:14),
Penyalahgunaan Narkotika ke dalam Lembaga yaitu: (1) Pencegahan Primer, upaya
Rehabilitasi, (4) Peraturan Menteri Kesehatan pencegahan pada kelompok yang belum dan
Republik Indonesia Nomor 2415 Tahun 2011 rentan menyalahgunakan NAPZA yang
tentang Rehabilitasi Medis Pecandu, ditujukan agar mereka tidak terlibat dalam
Penyalahguna, dan Korban Penyalahgunaan penyalahgunaan NAPZA, (2) Pencegahan
Narkotika, (5) Peraturan Menteri Sosial Sekunder, kegiatan penanganan terhadap
Nomor 56 Tahun 2009 tentang: (a) Ketentuan kelompok penyalahguna NAPZA yang
pengertian tentang pelayanan dan rehabilitasi ditujukan agar masalah penyalahgunaan
sosial korban penyalahgunaan Narkotika,
NAPZA tidak meningkat, bisa ditekan atau
Psikotropika, dan zat adiktif lainnya, (b) Peran bahkan dihilangkan, serta (3) Pencegahan
pekerja sosial, pelaku penyelenggaraan Tersier, kegiatan penanganan terhadap mantan
kesejahteraan sosial, dan tenaga kesejahteraan penyalahguna NAPZA yang telah
sosial dalam melaksanakan pelayanan dan direhabilitasi yang ditujukan untuk mencegah
rehabilitasi bagi korban penyalahgunaan kekambuhan penyalahgunaan NAPZA.
Narkotika, Psikotropika, dan zat adiktif
lainnya, (c) Ruang lingkup pelaksanaan Penguatan adalah suatu proses sistematis yang
pelayanan dan rehabilitasi sosial korban menjadikan lembaga dalam suatu masyarakat
penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan menjadi lebih baik, dinamis, berdaya, dan kuat
zat adiktif lainnya, (d) Tahapan proses dalam menghadapi berbagai pemenuhan
pelayanan rehabilitasi terhadap korban kebutuhan dan tantangan atau hambatan yang
penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan dapat mempengaruhi eksistensinya. Menurut
zat adiktif lainnya, (e) Bimbingan mental, Stoner dan Freeman (diterjemahkan oleh
sosial, dan spiritual, (f) Perlindungan dan Bakowatun dan Molan, 1994:28) “Teori
advokasi sosial, serta (g) Monitoring dan penguatan yang dikaitkan dengan psikolog
evaluasi, (6) Peraturan Pemerintah Nomor 25 Skinner dan lain, menyampingkan keseluruhan
Tahun 2011 memuat tentang Pelaksanaan pertanyaan tentang motivasi yang lebih
Wajib Lapor Pecandu Narkotika, (7) Surat bersifat tentang batiniah dan sebaliknya
Edaran Mahkamah Agung Nomor 07 Tahun melihat bagaimana konsekuensi dari perilaku
2009 tentang Menempatkan Pemakai Narkoba masa lalu mempengaruhi tindakan masa depan
ke dalam Panti Terapi dan Rehabilitasi, (8) dalam suatu proses pembelajaran yang
Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 04 berdaur”. Definisi manjemen menurut Mee
Tahun 2010 tentang Penempatan (dalam Suhendra, 2008:6) “Manangement is
Penyalahgunaan, Korban Penyalahgunaan dan the art of securing maximum results with
Pecandu Narkotika ke dalam Lembaga minimum of efforts so as to secure maximum
Rehabilitasi Medis dan Rehabilitasi Sosial, (9) prosperity and happiness for both employer
Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 03 and employee and give the public the possible
Tahun 2011 tentang Penempatan Korban service (Manajemen adalah seni untuk
Penyalahgunaan Narkotika di dalam Lembaga mencapai hasil yang maksimum melalui usaha
Rehabilitasi Medis dan Rehabilitasi Sosial, 10) yang minimum guna memperoleh
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor kemakmuran dan kebahagiaan yang sebesar-
25 Tahun 2012 tentang Pencegahan dan besarnya bagi pengusaha dan karyawan serta
Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan memberi pelayanan yang sebaik mungkin
Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif kepada masyarakat, (masing-masing dalam
Lainnya, serta (11) Rencana Pembangunan Terry 1996:13-14))”.

92
PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol.16 No.1, Juni 2017

Organisasi lokal merupakan lembaga atau Social Work (dalam Tan dan Enval, 2000:5)
kelompok kemasyarakatan yang memiliki menyatakan bahwa “The social work
fungsi pemberdayaan masyarakat, membantu profession promotes problem solving in
pemenuhan kebutuhan, penyelesaian masalah human relationships, social change,
masyarakat, dan mewujudkan kepentingan empowerment and liberation of people, and
bersama. Kecenderungan organisasi lokal the enhancement of society. Utilizing theories
muncul di daerah tertentu yang masih of human behavior and social systems, social
membutuhkan pelayanan sosial, ekonomi, work intervenes at the points where people
pendidikan, dan kesehatan secara umum. interact with their environments. Principles of
human rights and social justice are
Suharto (1997:334) menyatakan bahwa
fundamental to social work (Profesi pekerjaan
“Organisasi lokal adalah kelompok atau grup
sosial mendorong pemecahan masalah dalam
yang bersifat non formal yang didirikan oleh
kaitannya dengan relasi kemanusiaan,
dan untuk para anggota serta masyarakat
perubahan sosial, pemberdayaan dan
setempat. Alasan utama pembentukan
pembebasan manusia, serta perbaikan
organisasi ini didasari oleh kepentingan sosial,
masyarakat. Menggunakan teori-teori perilaku
ekonomi, pendidikan, kesehatan, atau oleh
manusia dan sistem-sistem sosial, pekerjaan
tujuan-tujuan peningkatan solidaritas dan
sosial melakukan intervensi pada titik dimana
partisipasi masyarakat. Batasan-batasan
organisasi ini kerap kali kurang jelas, karena seseorang berinteraksi dengan lingkungannya.
Prinsip-prinsip hak asasi manusia dan keadilan
keterlibatan para anggotanya tidak bersifat
sosial sangat penting bagi pekerjaan sosial)”.
formal, melainkan informal dan sukarela”.
Panduan Penguatan Institusi Lokal dalam Pekerjaan sosial makro atau juga disebut
dengan community practice adalah aplikasi
Pencegahan Penyalalahgunaan NAPZA
keterampilan praktik untuk merubah pola-pola
Berbasis Masyarakat (2009:13) menyatakan
tingkah laku dari komunitas kelompok,
bahwa “Penguatan organisasi lokal adalah
organisasi, serta institusi atau hubungan
proses pemberdayaan melalui pendampingan
orang-orang dan interaksinya dengan entitas-
untuk menata kelembagaan, meningkatkan
entitas ini. Menurut Adi (2008:115-116)
kemampuan pengurus/tim kerja dan
terdapat beberapa istilah yang digunakan
mengembangkan mekanisme kerja untuk
dalam ilmu kesejahteraan sosial terkait dengan
membangun kesadaran, serta menggerakan
pembahasan tentang pembangunan sosial dan
kegiatan-kegiatan masyarakat sehingga
pemberdayaan masyarakat, yaitu: (1)
memiliki kemampuan untuk berpartisipasi dan
melakukan kontrol dengan mencegah Community Work, istilah ini merupakan
terminologi untuk praktik pengorganisasian
penyalahgunaan NAPZA baik pada
dan pengembangan masyarakat yang banyak
pencegahan primer, sekunder, maupun
digunakan di Inggris dan Australia, seperti
tersier”.
yang digunakan oleh Thrope (1985), Mayo
Hakikat pekerjaan sosial dalam masalah (1994), Popple (1995), dan Jones (1997), (2)
penyalahgunaan NAPZA adalah memberikan Community Organization, terminologi ini
pertolongan kepada individu maupun digunakan oleh Rothman, Tropman, dan
kolektifitas (kelompok atau masyarakat) yang Erlich sejak tahun 1960-an hingga 1987-an
bertujuan untuk membantu mereka agar dapat (terminologi yang banyak digunakan di
menjalankan fungsi sosialnya secara wajar Amerika Serikat), sedangkan dari edisi kelima
sesuai peranannya dalam kehidupan buku Community Organization, Rothman
masyarakat. Pemberdayaan dan partisipasi (1995) telah mengubah nama dari intervensi
masyarakat merupakan hal yang menjadi pusat ini menjadi community intervention (intervensi
perhatiannya. Pemberdayaan juga menyangkut komunitas), (3) Di Indonesia, terminologi
strategi nasional dalam upaya penanganan yang banyak digunakan pada dasawarsa 1970-
penyalahgunaan NAPZA, serta peredaran 1990-an adalah pengorganisasian dan
gelap NAPZA. International Federation of pengembangan masyarakat. Istilah intervensi

93
komunitas adalah istilah yang relatif baru “Penelitian tindakan berurusan langsung
dikembangkan sekitar tahun 2000-an dengan praktik di lapangan dalam situasi
merespons perubahan dari istilah yang alami. Penelitinya adalah pelaku praktik itu
digunakan oleh Rothman, serta (4) Di samping sendiri dan pengguna langsung hasil
itu, Glen (1993) menggunakan istilah yang penelitiannya. Lingkup ajang penelitiannya
berbeda, yaitu community practice (praktik sangat terbatas. Yang paling menonjol adalah
komunitas) untuk menggambarkan model bahwa penelitian tindakan ditujukan untuk
intervensi yang serupa dengan apa yang melakukan perubahan pada semua diri
dikemukakan oleh Rothman dalam intervensi pesertanya dan perubahan situasi tempat
komunitas. penelitian dilakukan guna mencapai perbaikan
praktik secara inkremental dan berkelanjutan”.
Tujuan
Waktu yang dibutuhkan dalam penelitian ini
Tujuan utama dari penelitian ini adalah
adalah tanggal 9 Februari 2016 hingga 9 Mei
menghasilkan model yang tepat untuk
2016. Lokasi yang digunakan dalam penelitian
penguatan manajemen organisasi lokal
ini adalah RW 18 Kelurahan Sadang Serang,
“Pemuda Anti NAPZA” dalam upaya
Kecamatan Coblong, Kota Bandung dengan
pencegahan penyalahgunaan NAPZA di RW
pertimbangan bahwa lokasi tersebut telah
18 Kelurahan Sadang Serang. Tujuan khusus
dijadikan lokasi penelitian terdahulu pada
dari penelitian ini, yaitu: (1) Menggambarkan
tanggal 01 Juli 2015 sampai dengan 02
karakteristik informan, (2) Menggambarkan
refleksi awal organisasi lokal “Pemuda Anti November 2015. Lokasi tersebut merupakan
salah satu wilayah yang rentan terhadap
NAPZA” dalam upaya pencegahan
penyalahgunaan NAPZA, (3) Menggambarkan masalah penyalahgunaan NAPZA. Penelitian
berfokus pada penguatan manajemen
manajemen organisasi lokal “Pemuda Anti
organisasi lokal “Pemuda Anti NAPZA”.
NAPZA” dalam upaya pencegahan
penyalahgunaan NAPZA, (4) Merencanakan Pengumpulan data dapat dilakukan dalam
model penguatan manajemen organisasi lokal berbagai setting, sumber, dan cara. Jenis data
“Pemuda Anti NAPZA” dalam upaya yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: (1)
pencegahan penyalahgunaan NAPZA, (5) Kata dan tindakan dari informan yang dipilih
Mengimplementasikan model penguatan secara acak, disesuaikan dengan informasi
manajemen organisasi lokal “Pemuda Anti yang dibutuhkan, dan lebih diarahkan kepada
NAPZA” dalam upaya pencegahan pengurus dan anggota organisasi lokal
penyalahgunaan NAPZA, serta (6) “Pemuda Anti NAPZA” RW 18 Kelurahan
Merumuskan evaluasi dan model akhir Sadang Serang. Hal ini berkaitan dengan
penguatan manajemen organisasi lokal pelaksanaan model awal dan langkah-langkah
“Pemuda Anti NAPZA” dalam upaya yang perlu diambil untuk melakukan
pencegahan penyalahgunaan NAPZA. penguatan manajemen organisasi lokal
“Pemuda Anti NAPZA” RW 18 Kelurahan
Metode
Sadang Serang, (2) Dokumen tertulis yang
Metode yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas buku-buku laporan dan dokumen
adalah metode penelitian kualitatif. Adapun foto terkait dengan kegiatan dalam upaya
jenis penelitian yang digunakan adalah pencegahan penyalahgunaan NAPZA di RW
penelitian tindakan (action research). 18 Kelurahan Sadang Serang, serta (3) Data
Penelitian tindakan merupakan salah satu statistik yang berkaitan dengan organisasi
varian dari penelitian terapan (applied lokal “Pemuda Anti NAPZA” RW 18
research) dan termasuk dalam penelitian Kelurahan Sadang Serang dan pihak
evaluasi (evaluation research) yang Kelurahan Sadang Serang dalam upaya
dimaksudkan untuk mendekatkan atau pencegahan penyalahgunaan NAPZA yang
menghilangkan batasan antara teori dan memerlukan perhitungan angka sebagai data
praktik. Madya, 2011:11) menyatakan bahwa tambahan.

94
PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol.16 No.1, Juni 2017

Sumber data yang digunakan dalam penelitian juga dapat berupa catatan, laporan hasil
ini adalah sumber data primer dan sumber data penelitian, buku-buku pedoman, dan literatur
sekunder. Sumber data primer dalam lain yang dianggap relevan dengan penelitian.
penelitian ini adalah pengurus organisasi lokal Pada penelitian ini, teknik yang digunakan
“Pemuda Anti NAPZA”, korban dalam menentukan informan adalah purposive
penyalahgunaan NAPZA, tokoh masyarakat, sampling.. Penentuan sampel ini dilakukan
tokoh agama, Ketua RW, dan Sekretaris Lurah setelah peneliti mulai memasuki lapangan dan
Sadang Serang berjumlah 9 orang. Informan selama penelitian berlangsung (emergent
pendukung dalam penelitian ini berasal dari sampling design). Caranya dengan
para akademisi/praktisi berjumlah 7 orang. mempertimbangkan orang yang dapat
Karakteristik yang akan dijadikan informan memberikan data, yaitu orang-orang yang
dalam penelitian ini, yaitu informan yang terlibat langsung pada proses pelaksanaan
berpendidikan minimal SLTA, informan yang model awal. Selanjutnya, berdasarkan
telah merasakan program pencegahan informasi dari sampel ini peneliti menetapkan
penyalahgunaan NAPZA, dan informan yang
sampel lainnya yang akan memberikan data
tidak lagi menyalahgunakan NAPZA.. Sumber lebih lengkap.
data sekunder, yaitu sumber data penunjang
yang diperolah dari berbagai pihak. Teknik pengumpulan data yang digunakan
Contohnya adalah masyarakat, Ketua RW, dalam penelitian ini adalah wawancara
Ketua RT, Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, mendalam, observasi partisipatif, studi
Ketua Karang Taruna, Kader PKK, Kader dokumnetasi, FGD (Focus Gorup Discussion),
Posyandu, Kader RBM, Tenaga Kerja Sosial ToP (Tecnology of Participation), dan PEKA
Kecamatan, Pegawai Puskesmas Puter, (Penilaian Kapasitas). Wawancara mendalam
Pekerja Sosial Masyarakat, LPM Kelurahan, dilakukan kepada 1 (satu) orang informan
Koordinator BKM Paguyuban Amanah, utama, kemudian informan ini menunjuk
Aparat Kelurahan Sadang Serang, Lembaga informan lainnya yang dianggap lebih
Swadaya Masyarakat, serta lembaga atau mengetahui dan memahami tentang organisasi
instansi yang terkait. Sumber data sekunder lokal “Pemuda Anti NAPZA”.

95
Kerangka Pikir Penelitian Terhadap Penguatan Manajemen Organisasi Lokal “Pemuda Anti NAPZA” dalam Upaya Pencegahan
Penyalahgunaan NAPZA di RW 18 Kelurahan Sadang Serang, Kecamatan Coblong, Kota Bandung

Hasil re-asesmen Terhadap Organisasi


Lokal “Pemuda Anti NAPZA”, yaitu: Menurut Suharto (1997:334) “Organisasi lokal adalah
1. Sumber daya manusia organisasi kelompok atau grup yang bersifat non formal yang
Menurut Sumpeno,
lokal “Pemuda Anti NAPZA” didirikan oleh dan untuk para anggota serta masyarakat
dkk (dalam setempat. Alasan utama pembentukan organisasi ini
kurang memadai secara kualitas dan
Fahrudin, didasari oleh kepentingan sosial, ekonomi, pendidikan,
kuantitas.
2011:154) kesehatan, atau oleh tujuan-tujuan peningkatan
2. Sumber pendanaan belum dimiliki
“Capacity building Penguatan
organisasi lokal “Pemuda Anti solidaritas dan partisipasi masyarakat. Batasan-batasan
adalah suatu proses Manajemen
NAPZA”. organisasi ini kerap kali kurang jelas, karena
peningkatan atau keterlibatan para anggotanya tidak bersifat formal,
3. Hubungan keluar organisasi lokal Lemahnya perubahan perilaku melainkan informal dan sukarela”.
“Pemuda Anti NAPZA” tidak jelas. Kemampuan individu, organisasi,
4. Masih kurangnya motivasi pengurus Manajemen dan sistem Menurut Terry, 1996
dan anggota organisasi lokal
masyarakat dalam (dalam Hasibuan,
“Pemuda Anti NAPZA”. Menurut Pact’s OCA (Organizational Capacity
mencapai tujuan 1996:2) “Manajemen
5. Masih adanya kesulitan untuk Assessment) (1998:3-42) ciri-ciri ideal organisasi
yang telah sebagai suatu proses
melakukan pertemuan pengurus dan NGOs, yaitu:
ditetapkan secara
anggota organisasi lokal “Pemuda 1. Pengelolaan sumber daya manusia yang khas yang terdiri
Anti NAPZA”. efektif dan efisien”.
2. Pengelolaan sumber daya keuangan. dari tindakan perencana
6. Program kerja organisasi lokal 3. Hubungan keluar. -an, pengarahan, dan
“Pemuda Anti NAPZA” selama 1 Model Akhir 4. Pembelajaran organisasi pengendalian yang
tahun belum terlaksana. Penguatan 5. Tata kelola dilakukan untuk
7. Kepengurusan organisasi lokal Manajemen 6. Keberlanjutan menentukan serta
“Pemuda Anti NAPZA” berjalan Organisasi 7. Pemberian layanan mencapai sasaran-
kurang baik. Lokal sasaran yang telah
8. Tupoksi pengurus dan anggota “Pemuda Anti ditentukan melalui
organisasi lokal “Pemuda Anti NAPZA”
NAPZA” belum dipahami. Implementasi Perencanaan Identifikasi Refleksi pemanfaatan sumber
dalam Upaya daya manusia dan
9. Pemberian layanan organisasi lokal Model Model Manajemen Awal
Pencegahan sumber-sumber
“Pemuda Anti NAPZA” belum Penyalahguna
maksimal. lainnya”.
an NAPZA
10. Masih adanya masyarakat yang
menolak keberadaan organisasi lokal
“Pemuda Anti NAPZA”.

Penelitian Terdahulu Input Penelitian Lanjutan Output

Gambar1
Kerangka Pikir Penelitian

96
PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol.16 No.1, Juni 2017

Metode Penelitian Tindakan (Action Research)


menurut Kemmis dkk,1982; Burns,1999 (dalam Madya, 2011:58-66) terhadap
Penguatan Manajemen Organisasi Lokal “Pemuda Anti NAPZA” dalam Pencegahan Penyalahgunaan NAPZA
di RW 18 Kelurahan Sadang Serang, Kecamatan Coblong, Kota Bandung

Refleksi Akhir
Pelaksanaan (Evaluasi dan
Rancangan Model
Refleksi Awal Model Penguatan Model Akhir)
Penguatan
Organisasi Lokal Manajemen Penguatan
Manajemen
“Pemuda Anti Organisasi Lokal
Organisasi Lokal Manajemen
NAPZA” dalam “Pemuda Anti Organisasi Lokal
“Pemuda Anti
Pencegahan NAPZA” dalam “Pemuda Anti
NAPZA” dalam
Penyalahgunaan Pencegahan NAPZA” dalam
Pencegahan
NAPZA Penyalahgunaan Pencegahan
Penyalahgunaan
NAPZA Penyalahgunaan
NAPZA
NAPZA

Gambar 2
Metode Penelitian Tindakan (Action Research)

Peneliti juga ingin memperoleh gambaran tidak direncanakan sasarannya adalah


tentang hambatan-hambatan yang mereka informan yang tidak terlibat langsung pada
rasakan selama mengikuti pelaksanaan pelaksanaan setiap proses model awal dengan
kegiatan. FGD (Focus Group Discussion), memanfaatkan momen tertentu. Hal ini
teknik pengumpulan data dalam menemukan dilakukan pada saat masyarakat berkumpul
makna sebuah tema secara terarah. FGD dan terlibat dalam pembicaraan suatu
dalam penelitian ini dilakukan dengan permasalahan. Diskusi yang telah
melibatkan pengurus dan anggota organisasi direncanakan merupakan diskusi yang
lokal “Pemuda Anti NAPZA”, korban dilakukan saat pertemuan masyarakat dengan
penyalahgunaan NAPZA, stakeholders, serta menggunakan teknik FGD. Diskusi ini
masyarakat RW 18 Kelurahan Sadang Serang. dirancang dalam pertemuan masyarakat
FGD dilakukan dengan cara menggali data dengan sasarannya adalah partisipan yang
dan informasi tentang suatu permasalahan terlibat langsung dalam kegiatan awal pada
tertentu secara spesifik melalui diskusi saat penelitian terdahulu. ToP (Tecnology of
kelompok. Tujuannya untuk menggali Participation), teknik yang digunakan dalam
partisipasi semua partisipan, dimana dalam menyusun rencana tindak bersama-sama
diskusi mempunyai kesamaan kesempatan dengan masyarakat secara partisipatif. Suatu
untuk mengemukakan tanggapan dan masukan metode fasilitasi dalam pembuatan keputusan
dalam rangka menangani masalah tersebut. yang tujuannya untuk mengeksplorasi
Diskusi kelompok dalam hal ini, yaitu munculnya inisiatif, sikap kepemimpinan,
pertemuan kelompok yang telah direncanakan keputusan, dan tanggungjawab dari seluruh
maupun tidak direncanakan. Diskusi yang masyarakat.

97
Tahapan dalam menyusun rencana tindak, perbandingan data hasil pengamatan dengan
yaitu nama kegiatan, tujuan kegiatan, sasaran hasil wawancara mendalam, membandingkan
kegiatan, pembentukan TKM (Tim Kerja apa yang dikatakan pengurus anggota
Masyarakat), metode dan teknik, strategi dan organisasi lokal “Pemuda Anti NAPZA” di
taktik, prinsip, mekanisme kerja, depan umum dengan apa yang dikatakannya
pengorganisasian, langkah-langkah kegiatan, secara pribadi, membandingkan apa yang
pelaksana kegiatan, peran peneliti, rincian dikatakan pengurus dan anggota organisasi
kegiatan, rencana anggaran biaya, indikator lokal “Pemuda Anti NAPZA” tentang situasi
keberhasilan, serta analisis SWOT. PEKA penelitian dengan apa dikatakannya sepanjang
(Penilaian Kapasitas), dipergunakan peneliti waktu, dan membandingkan hasil wawancara
untuk mengasesmen, menilai, dan membuat mendalam dan FGD dengan hasil observasi
perencanaan program kerja organisasi lokal partisipatif dan studi dokumentasi. Peneliti
“Pemuda Anti NAPZA”. Adapun bidang yang menggunakan alat pendukung untuk
akan dinilai, yaitu kepengurusan, membuktikan data yang ditemukan melalui
kepemimpinan, administrasi dan keuangan, wawancara mendalam, foto, rekaman, dan
kemampuan sumber daya manusia, video. Peneliti akan berupaya memberikan
pengelolaan kegiatan/program, hubungan gambaran utuh tentang laporan penguatan
dengan pihak luar, serta keberlanjutan manajemen organisasi lokal “Pemuda Anti
organisasi lokal. Teknik ini akan NAPZA” dalam upaya pencegahan
mempermudah peneliti memiliki gambaran penyalahgunaan NAPZA di RW 18 Kelurahan
dalam pengumpulan data dan informasi. Sadang Serang secara jelas, terperinci,
Teknik analisi data yang digunakan dalam sistematis, dan dipercaya. Tujuannya agar
penelitian ini adalah teknik analisis kualitatif pembaca dapat dengan mudah menangkap apa
dengan model teknik analisis interaktif, yang dituliskan oleh peneliti dan kemungkinan
meliputi: reduksi data, display data, dan untuk menerapkan hasil penelitian ini di
penarikan kesimpulan. tempat lain dengan karakteristik yang sama.
Teknik pemeriksaan keabsahan data atau
kevalidan data yang digunakan dalam Hasil dan Pembahasan
penelitian ini adalah uji kredibiltas, uji
transferability/validitas eksternal, dan uji Penelitian tentang penguatan manajemen
dependability/reliabilitas. Peneliti akan organisasi lokal “Pemuda Anti NAPZA”
meningkatkan ketekunan dengan melakukan dalam upaya pencegahan penyalahgunaan
kembali pengamatan secara lebih cermat, NAPZA di RW 18 Kelurahan Sadang Serang
tepat, dan berkesinambungan kepada dilakukan peneliti bersama dengan beberapa
pengurus dan anggota organisasi lokal informan yang dianggap dapat memberikan
“Pemuda Anti NAPZA”, korban informasi yang dibutuhkan. Pemilihan
penyalahgunaan NAPZA, stakeholders, informan tersebut didasarkan pada kriteria
masyarakat RW 18 Kelurahan Sadang Serang, yang menjadi pengurus dan anggota organisasi
serta pihak lain yang dilibatkan dalam lokal “Pemuda Anti NAPZA”, korban
penelitian. Menurut Wiersma, 1986 (dalam penyalahgunaan NAPZA, stakeholders, serta
Sugiyono, 2014:125-128) “Triangulation is masyarakat RW 18 Kelurahan Sadang Serang.
qualitative cross-validation. It assesses the
sufficiency of the data according to the
convergence of multiple data sources or
multiple data collection procedures
(Triangulasi adalah lintasan kualitatif-validasi.
Itu menilai kecukupan data sesuai dengan
konvergensi berbagai sumber data atau
prosedur beberapa pengumpulan data)”.
Teknik triangulasi akan dicapai melalui

98
PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol.16 No.1, Juni 2017

Tabel 1
Informan Penelitian
RW 18 Kelurahan Sadang Serang
No. Nama Usia Pendidikan Pekerjaan Agama Jabatan
1 GA 18 Tahun SMK Karyawan Swasta Islam Ketua Umum
2 AR 16 Tahun SMK Pelajar Islam Wakil Ketua
3 FI 17 Tahun SMA Pelajar Islam Sekretaris
4 NN 48 Tahun SMA Ibu Rumah Tangga Islam Bendahara
5 AG 32 Tahun S1 Tenaga Honorer Islam Korban penyalahgunaan NAPZA
6 KK 60 Tahun SMA Wiraswasta Islam Tokoh Masyarakat
7 SN 74 Tahun SMP Pensiun Islam Tokoh Agama
8 SK 59 Tahun SMA Ketua RW Islam Ketua RW 18
9 JD 51 Tahun S2 Pegawai Negeri Sipil Islam Sekretaris Lurah Sadang Serang
10 AB 53 Tahun S3 Dosen Islam Akademisi Community Organization/
Community Development.
11 SR 55 Tahun S2 Dosen Islam Akademisi Human Social Organization
12 JM 53 Tahun S3 Dosen Kristen Akademisi NAPZA
13 DW 52 Tahun S3 Dosen Islam Akademisi NAPZA Komunitas
14 AF 33 Tahun S2 Pegawai Negeri Sipil Islam Praktisi Badan Narkotika Nasional
Kota Bandung
15 GL 40 Tahun S2 Pegawai Negeri Sipil Islam Praktisi Dinas Sosial Kota Bandung
16 YT 53 Tahun S2 Pegawai Negeri Sipil Islam Praktisi Balai Rehabilitasi Sosial
Pamardi Putera Lembang
Sumber: Hasil Pengolahan Data Peneliti Tahun 2016.

Berdasarkan tabel 1, dapat dipahami bahwa Pamardi Putera) Lembang berjumlah 1 orang.
jumlah informan penelitian sebanyak 16 Informan berusia antara 16 sampai dengan 60
orang, yaitu 9 orang untuk analisis masalah, tahun dengan jenis pekerjaan yang beragam,
kebutuhan dan potensi, serta 7 orang untuk yaitu pelajar, karyawan swasta, wiraswasta,
perencanaan model intervensi. Informan ibu rumah tangga, Ketua RW, Pensiunan, PNS
analisis masalah, kebutuhan dan potensi, (Pegawai Negeri Sipil), Dosen. Tingkat
meliputi pengurus dan anggota organisasi pendidikan yang dimiliki informan berbeda,
lokal “Pemuda Anti NAPZA” berjumlah 4 pendidikan terendah lulusan SMP dan
orang, korban penyalahgunaan NAPZA pendidikan tertinggi lulusan S3. Hal ini
berjumlah 1 orang, tokoh masyarakat menandakan bahwa tingkat pendidikan
berjumlah 1 orang, tokoh agama berjumlah 1 pengurus dan anggota cukup baik untuk
orang, Ketua RW berjumlah 1 orang, serta dikembangkan dalam mengelola organisasi
Sekretaris Lurah Sadang Serang berjumlah 1 lokal “Pemuda Anti NAPZA”.
orang. Informan untuk perencanaan model Pada tahap persiapan sosial dalam proses
intervensi, meliputi akademisi Community penelitian dilakukan refleksi awal terhadap
Organization/ Community Development organisasi lokal “Pemuda Anti NAPZA”.
berjumlah 1 orang, akademisi Human Social Refleksi awal dilakukan untuk melihat
Organization berjumlah 1 orang, akademisi kondisi, perkembangan, kekuatan, dan
NAPZA berjumlah 1 orang, akademisi kelemahan organisasi lokal “Pemuda Anti
NAPZA Komunitas berjumlah 1 orang, NAPZA”. Berikut merupakan tabel data yang
praktisi BNN (Badan Narkotika Nasional) dihimpun melalui wawancara mendalam dan
Kota Bandung berjumlah 1 orang, dan praktisi observasi partisipatif sebagaimana
Dinas Sosial Kota Bandung berjumlah 1 orang diungkapkan oleh beberapa informan, yaitu:
dan praktisi BRSPP (Balai Rehabilitasi Sosial

99
Tabel 2
Refleksi Awal Organisasi Lokal “Pemuda Anti NAPZA”
No. Pertanyaan Pembahasan
1 Kondisi Awal Kondisi awal organisasi lokal “Pemuda Anti NAPZA” belum ada perkembangan.
Organisasi Lokal Hal ini dibuktikan dengan adanya kepengurusan yang masih kurang baik dan
“Pemuda Anti NAPZA” kompak. organisasi lokal “Pemuda Anti NAPZA” hanya sebatas dibentuk dan belum
adanya tindak lanjut terhadap program kerja yang telah direncanakan.
2 Perkembangan Perkembangan organisasi lokal “Pemuda Anti NAPZA” masih biasa saja. Belum
Organisasi Lokal adanya perkembangan sebagaimana yang diharapkan, padahal program kerja sudah
“Pemuda Anti NAPZA” jelas. Hal ini dikarenakan, tidak adanya pertemuan lagi setelah pembentukan
kepengurusan. Selain itu juga, adanya keterbatasan sumber daya manusia dan
sumber pendanaan.
3 Kekuatan Kekuatan organisasi lokal “Pemuda Anti NAPZA”, yaitu adanya program kerja yang
Organisasi Lokal jelas, serta tersedianya sumber daya manusia (pemuda, stakeholders dan
“Pemuda Anti NAPZA” masyarakat) meskipun belum optimal. Organisaasi lokal “Pemuda Anti NAPZA”
merupakan wadah yang dapat digunakan untuk memfasilitasi korban
penyalahgunaan NAPZA yang ingin direhabilitasi (sosial dan medis).
4 Kelemahan Kelemahan organisasi lokal “Pemuda Anti NAPZA”, yaitu belum pahamnya
Organisasi Lokal pengurus dan anggota tentang masalah penyalahgunaan NAPZA, kurangnya
“Pemuda Anti NAPZA” motivasi anggota, sumber daya manusia hanya lulusan SMA, belum adanya sumber
pendanaan, serta kurangnya sosialisasi kepada masyarakat.
Sumber: Hasil Pengolahan Data Peneliti Tahun 2016.
Menindaklanjuti hasil persiapan sosial dan
Berdasarkan tabel 2, dapat dipahami bahwa
refleksi awal, maka aktivitas yang dilakukan
hasil refleksi awal yang dilakukan melalui
peneliti adalah identifikasi terhadap
wawancara mendalam dan observasi
manajemen organisasi lokal “Pemuda Anti
partisipatif peneliti bersama dengan beberapa
NAPZA”. Identifikasi dilakukan melalui
informan menunjukkan adanya kemungkinan
wawancara mendalam, observasi partisipatif,
hal-hal yang kurang tepat atau tidak optimal
studi dokumentasi, FGD (Focus Group
dalam proses manajemen organisasi lokal
Discussion), dan PEKA (Penilaian Kapasitas)
“Pemuda Anti NAPZA”. Kemungkinan yang
Organisasi. Langkah awal yang dilakukan oleh
menyebabkan lemahnya kemampuan
peneliti adalah terlebih dahulu melakukan
manajemen organisasi lokal “Pemuda Anti
observasi partisipatif dan studi dokumentasi.
NAPZA” adalah kurangnya minat dan
Selanjutnya untuk menguji kembali hasil
kemampuan pengurus dan anggota untuk
observasi partisipatif dan studi dokumentasi
menjalankan organisasi lokal “Pemuda Anti
peneliti melakukan wawancara mendalam dan
NAPZA”, serta kurangnya dukungan,
FGD. Data yang digunakan sebagai pedoman
kerjasama, dan partisipasi seluruh masyarakat.
Terdapat kesediaan beberapa pengurus dan awal dalam proses identifikasi ini adalah data
anggota organisasi lokal “Pemuda Anti yang sudah dikumpulkan sebelumnya.
NAPZA”, keluarga (orangtua), serta Melalui observasi partisipatif memungkinkan
stakeholders bekerjasama dengan peneliti peneliti untuk menemukan secara langsung
untuk: (1) Melakukan identifikasi terhadap dan mendokumentasikan sistem sumber,
manajemen organisasi lokal “Pemuda Anti perilaku, maupun kejadian dalam masyarakat
NAPZA”, (2) Merencanakan dan sebagaimana yang terjadi pada keadaan yang
melaksanakan kegiatan yang bertujuan untuk sebenarnya. Data yang dihimpun melalui
menguatkan manajemen organisasi lokal observasi patisipatif, yaitu: (1)
“Pemuda Anti NAPZA”, serta (3) Mengidentifikasi Sistem Sumber
Merencanakan dan melaksanakan kegiatan Kesejahteraan Sosial yang Tersedia, utamanya
dalam upaya pencegahan penyalahgunaan yang berkenaan dengan sumber daya manusia
NAPZA melalui organisasi lokal “Pemuda maupun non manusia, yaitu hubungan
Anti NAPZA”. kekeluargaan, ketetanggaan, fasilitas
pendidikan, pengetahuan dan keterampilan

100
PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol.16 No.1, Juni 2017

yang dimiliki keluarga dan masyarakat, mendalam dan FGD yang dilakukan berkaitan
potensi sumber daya alam di bidang pertanian, dengan bagaimana kondisi dan situasi
peternakan, industri dan wisata, sekaligus manajemen organisasi lokal “Pemuda Anti
mengidentifikasi hambatan dalam NAPZA”. Berikut merupakan tabel data yang
pengelolaannya jika dilihat dari kondisi dihimpun melalui wawancara mendalam dan
geografis maupun kemampuan sumber daya FGD sebagaimana diungkapkan oleh beberapa
manusianya, (2) Dinamika Kehidupan informan (tabel 3). Berdasarkan tabel 3, dapat
Masyarakat, obyek yang diamati oleh peneliti dipahami bahwa hasil wawancara mendalam
adalah masyarakat pada umumnya dan lebih dan FGD yang dilakukan peneliti bersama
khusus dilakukan terhadap dinamika dengan beberapa informan menunjukkan
kehidupan korban penyalahgunaan NAPZA. kondisi dan situasi organisasi lokal “Pemuda
Dinamika kehidupan yang diamati berkaitan Anti NAPZA” belum adanya perkembangan
dengan kegiatan rutinitas yang dilakukan sesuai dengan yang diharapkan. Pertemuan
sehari-hari, pemanfaatan waktu luang, gaya terakhir hanyalah sebatas pembentukan
hidup, pola konsumsi, interaksi, serta kepengurusan. Struktur organisasi lokal
komunikasi dalam keluarga dan antar “Pemuda Anti NAPZA” belum berjalan
masyarakat, serta (3) Dinamika Kehidupan dengan baik dan tidak jelasnya tupoksi
Komunitas Secara Umum dalam Berbagai masing-masing pengurus dan anggota,
Kegiatan: (a) Komunikasi, interaksi, dan relasi mengharuskan struktur organisasi lokal
baik di antara keluarga maupun masyarakat, “Pemuda Anti NAPZA” harus dirubah sesuai
(b) Minat, sikap, serta partisipasi korban dengan tupoksi masing-masing pengurus dan
penyalahgunaan NAPZA dan masyarakat, (c) anggota dengan cara penguatan, peningkatan,
Pembagian tugas dan peran di antara keluarga dan pemberdayaan. Kegiatan organisasi lokal
maupun masyarakat, serta (d) Kerjasama yang “Pemuda Anti NAPZA” tidak memuaskan.
dibangun, baik di antara keluarga maupun Tidak adanya tindak lanjut terhadap program
masyarakat. kerja yang hanya sebatas dibentuk. Perlu
adanya perencanaan kembali sesuai
Studi dokumentasi dilakukan dengan meneliti
kebutuhan. Kemampuan sumber daya manusia
berbagai laporan dan catatan yang relevan
organisasi lokal “Pemuda Anti NAPZA”
dengan karakteristik, profil, dan masalah yang
kurang memadai. Pengurus dan anggotanya
dihadapi oleh masyarakat. Data yang
hanya sebatas lulusan SMA. Sumber daya
dihimpun melalui studi dokumentasi, yaitu:
(1) Profil Kelurahan Sadang Serang secara manusia organisasi lokal “Pemuda Anti
NAPZA” harus ditingkatkan dengan
demografis, geografis, dan sosiografis, (2)
mengikuti pelatihan dan melakukan kunjungan
Profil organisasi lokal “Pemuda Anti NAPZA”
panti rehabilitasi (sosial dan medis).
dalam upaya pencegahan penyalahgunaan
Kemampuan sumber pendanaan organisasi
NAPZA, (3) Kondisi masalah dan kebutuhan
lokal “Pemuda Anti NAPZA” masih kurang,
organisasi lokal “Pemuda Anti NAPZA” dan
sehingga harus diadakannya perencanaan
masyarakat dalam upaya pencegahan
terhadap pencarian anggaran biaya. Sumber
penyalahgunaan NAPZA, serta (4) Kondisi
pendanaan organisasi lokal “Pemuda Anti
administrasi dan fisik organisasi lokal
NAPZA” hanya diperoleh dari swadaya
“Pemuda Anti NAPZA”, yaitu tentang
masyarakat, proposal bantuan, dan PIPPK
program kerja dan laporan perkembangan
Kota Bandung. Dukungan masyarakat
pencegahan penyalahgunaan NAPZA.
terhadap organisasi lokal “Pemuda Anti
Hasil identifikasi terhadap manajemen NAPZA” cukup baik meskipun beberapa
organisasi lokal “Pemuda Anti NAPZA” masyarakat tidak setuju dan kurang
melalui observasi partisipatif dan studi mendukung terhadap keberadaan organisasi
dokumentasi kemudian disandingkan dan diuji lokal “Pemuda Anti NAPZA”. Sebagian dari
dengan data-data yang diperoleh melalui masyarakat yang melakukan penolakan
wawancara mendalam dan FGD.. Wawancara merupakan korban penyalahgunaan NAPZA.

101
Tabel 3
Manajemen Organisasi Lokal “Pemuda Anti NAPZA”
No. Pertanyaan Pembahasan
1 Struktur Struktur organisasi lokal “Pemuda Anti NAPZA” belum berjalan dengan baik. Tidak
Organisasi Lokal jelasnya tupoksi masing-masing pengurus dan anggota. Struktur organisasi lokal
“Pemuda Anti NAPZA” “Pemuda Anti NAPZA” harus dirubah sesuai dengan tupoksi masing-masing
pengurus dan anggota dengan cara penguatan, peningkatan, dan pemberdayaan.
2 Tugas dan Fungsi Tupoksi pengurus dan anggota organisasi lokal “Pemuda Anti NAPZA” tidak
Organisasi Lokal berjalan dengan baik. Hal ini dikarenakan, tidak sesuai dengan jabatan dan yang
“Pemuda Anti NAPZA” seharusnya dikerjakan. Selain itu juga, tupoksi pengurus dan anggota organisasi
lokal “Pemuda Anti NAPZA” hanya sebatas dibentuk dan belum ada aplikasinya,
sehingga tidak sesuai dengan yang diharapkan.
3 Kegiatan Kegiatan organisasi lokal “Pemuda Anti NAPZA” tidak memuaskan. Belum adanya
Organisasi Lokal program kerja yang dilaksanakan. Kegiatan organisasi lokal “Pemuda Anti NAPZA”
“Pemuda Anti NAPZA” perlu direncanakan kembali sesuai dengan kebutuhan.
4 Kemampuan Kemampuan sumber daya manusia organisasi lokal “Pemuda Anti NAPZA” kurang
Sumber Daya Manusia memadai. Pengurus dan anggotanya hanya lulusan SMA. Sumber daya manusia
Organisasi Lokal organisasi lokal “Pemuda Anti NAPZA” harus ditingkatkan dengan mengikuti
“Pemuda Anti NAPZA” pelatihan dan melakukan kunjungan panti rehabilitasi (sosial dan medis). Sumber
daya manusia organisasi lokal “Pemuda Anti NAPZA” harus disesuaikan dengan
tupoksinya masing-masing.
5 Kemampuan Kemampuan sumber pendanaan organisasi lokal “Pemuda Anti NAPZA” masih
Sumber Pendanaan kurang, sehingga harus diadakannya perencanaan terhadap pencarian anggaran
Organisasi Lokal biaya. Sumber pendanaan organisasi lokal “Pemuda Anti NAPZA” masih sedikit,
“Pemuda Anti NAPZA” hanya diperoleh dari swadaya masyarakat, proposal bantuan, dan PIPPK Kota
Bandung.
6 Dukungan Masyarakat Dukungan masyarakat terhadap organisasi lokal “Pemuda Anti NAPZA” cukup
terhadap Organisasi baik, meskipun beberapa masyarakat tidak setuju dan kurang mendukung terhadap
Lokal “Pemuda Anti keberadaan organisasi lokal “Pemuda Anti NAPZA”. Sebagian dari masyarakat
NAPZA” yang melakukan penolakan merupakan korban penyalahgunaan NAPZA.
Sumber: Hasil Pengolahan Data Peneliti Tahun 2016

Berdasarkan hasil refleksi awal dan organisasi lokal “Pemuda Anti NAPZA”,
identifikasi manajemen, dapat dipahami hubungan keluar organisasi lokal “Pemuda
bahwa teradapat beberapa masalah dan Anti NAPZA” tidak jelas, masih kurangnya
kebutuhan dalam organisasi lokal “Pemuda motivasi pengurus dan anggota organisasi
Anti NAPZA”. Berikut merupakan tabel hasil lokal “Pemuda Anti NAPZA”, masih adanya
analisis masalah, kebutuhan, dan potensi kesulitan untuk melakukan pertemuan
dalam manajemen organisasi lokal “Pemuda pengurus dan anggota organisasi lokal
Anti NAPZA” di RW 18 Kelurahan Sadang “Pemuda Anti NAPZA”, program kerja
Serang dapat dilihat pada tabel 4. organisasi lokal “Pemuda Anti NAPZA”
selama 1 tahun belum terlaksana,
kepengurusan organisasi lokal “Pemuda Anti
Berdasarkan tabel 4 dapat dipahami bahwa
NAPZA” berjalan kurang baik, tupoksi
hasil analisis masalah dalam manajemen
pengurus dan anggota organisasi lokal
organisasi lokal “Pemuda Anti NAPZA”, yaitu
“Pemuda Anti NAPZA” belum dipahami,
adanya perubahan nama pada “Forum Pemuda
pemberian layanan organisasi lokal “Pemuda
Anti NAPZA” menjadi organisasi lokal
Anti NAPZA” belum maksimal, serta masih
“Pemuda Anti NAPZA”, sumber daya
adanya masyarakat yang menolak keberadaan
manusia organisasi lokal “Pemuda Anti
organisasi lokal “Pemuda Anti NAPZA”.
NAPZA” kurang memadai secara kualitas dan
kuantitas, sumber pendanaan belum dimiliki

102
PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol.16 No.1, Juni 2017

Tabel 4
Hasil Analisis Masalah, Kebutuhan, dan Potensi dalam Manajemen
Organisasi Lokal “Pemuda Anti NAPZA”
di RW 18 Kelurahan Sadang Serang
Masalah Kebutuhan Potensi
1. Adanya perubahan nama pada 1. Menjadwalkan pertemuan untuk 1. Tersedianya waktu dan
“Forum Pemuda Anti NAPZA” membahas tentang perubahan nama tempat untuk
menjadi organisasi lokal “Pemuda pada “Forum Pemuda Anti NAPZA” melaksanakan pertemuan.
Anti NAPZA”. menjadi organisasi lokal “Pemuda Anti 2. Adanya kemauan
2. Sumber daya manusia organisasi NAPZA”. pengurus dan anggota
lokal “Pemuda Anti NAPZA” 2. Pengkajian modul/buku terkait organisasi lokal “Pemuda
kurang memadai secara kualitas dan organisasi untuk dipelajari pengurus dan Anti NAPZA” untuk
kuantitas. anggota organisasi lokal “Pemuda Anti mengikuti pertemuan.
3. Sumber pendanaanbelum dimiliki NAPZA”. 3. Tersedianyamodul/buku
organisasi lokal “Pemuda Anti 3. Pelatihan administrasi organisasi bagi terkait organisasi untuk
NAPZA”. pengurus dan anggota organisasi lokal dipelajari pengurus dan
4. Hubungan keluar organisasi lokal “Pemuda Anti NAPZA”. anggota organisasi lokal
“Pemuda Anti NAPZA” tidak jelas. 4. Dukungan pendanaan dari swadaya “Pemuda Anti NAPZA”.
5. Masih kurangnya motivasi pengurus masyarakat dan PIPPK Kota Bandung. 4. Tersedianya narasumber
dan anggota organisasi lokal 5. Pelatihan pembuatan proposal dan untuk pelaksanaan
“Pemuda Anti NAPZA”. pelatihan penjualan sebuah produk. kegiatan.
6. Masih adanya kesulitan untuk 6. Peningkatan kerjasama dengan instansi 5. Adanya dukungan dari
melakukan pertemuan pengurus dan pemerintah dan swasta. masyarakat RW 18 dan
anggota organisasi lokal “Pemuda 7. Penyuluhan tentang peningkatan pihak Kelurahan Sadang
Anti NAPZA”. motivasi dan partisipasi bagi pengurus Serang.
7. Program kerja organisasi lokal dan anggota organisasi lokal “Pemuda 6. Adanya dukungan dari
“Pemuda Anti NAPZA” selama 1 Anti NAPZA”. instansi terkait.
tahun belum terlaksana. 8. Merangkul kembali pengurus dan
8. Kepengurusan organisasi lokal anggota organisasi lokal “Pemuda Anti
“Pemuda Anti NAPZA” berjalan NAPZA” yang jarang hadir pada setiap
kurang baik. pertemuan.
9. Tupoksi pengurus dan anggota 9. Peningkatan koordinasi antara ketua
organisasi lokal “Pemuda Anti umum dengan pengurus dan anggota
NAPZA” belum dipahami. organisasi lokal “Pemuda Anti
10. Pemberian layanan organisasi lokal NAPZA” lainnya.
“Pemuda Anti NAPZA” belum 10. Penyesuaian jadwal pertemuan
maksimal. organisasilokal “Pemuda Anti
11. Masih adanya masyarakat yang NAPZA”.
menolak keberadaan organisasi 11. Peningkatan kerjasama antara pengurus
lokal “Pemuda Anti NAPZA”. dan anggota organisasi lokal “Pemuda
Anti NAPZA”.
12. Merencanakan kembali program kerja
organisasi lokal “Pemuda Anti
NAPZA” selama 1 tahun dan
melaksanakannya.
13. Perombakan pengurus dan anggota
(kaderisasi) organisasi lokal “Pemuda
Anti NAPZA”.
14. Memfungsikan tupoksi pengurus dan
anggota organisasi lokal “Pemuda Anti
NAPZA” sesuai dengan jabatan.
15. Mensosialisasikan keberadaan
organisasi lokal “Pemuda Anti
NAPZA” kepada masyarakat.
Sumber: Hasil Pengolahan Data Peneliti Tahun 2016

103
Hasil analisis kebutuhan dalam manajemen masyarakat RW 18 dan pihak Kelurahan
organisasi lokal “Pemuda Anti NAPZA”, yaitu Sadang Serang, serta adanya dukungan dari
menjadwalkan pertemuan untuk membahas instansi terkait.
tentang perubahan nama pada “Forum Pemuda Penyusunan perencanaan model intervensi
Anti NAPZA” menjadi organisasi lokal adalah salah satu tahapan kegiatan yang perlu
“Pemuda Anti NAPZA”, pengkajian dilakukan dalam penelitian. Perencanaan
modul/buku terkait organisasi untuk dipelajari model intervensi merupakan aktivitas mutlak
pengurus dan anggota organisasi lokal yang harus dilakukan, dikarenakan tidak
“Pemuda Anti NAPZA”, pelatihan terpisahkan dalam suatu sistem pelayanan
administrasi organisasi bagi pengurus dan sosial. Melalui perencanaan model intervensi
anggota organisasi lokal “Pemuda Anti dapat tersusun jenis, tujuan, dan langkah-
NAPZA”, dukungan pendanaan dari swadaya langkah kegiatan yang akan dilakukan dalam
masyarakat dan PIPPK Kota Bandung, upaya pencegahan penyalahgunaan NAPZA di
pelatihan pembuatan proposal dan pelatihan RW 18 Kelurahan Sadang Serang.
penjualan sebuah produk, peningkatan
kerjasama dengan instansi pemerintah dan Model atau teknik yang peneliti gunakan
swasta, penyuluhan tentang peningkatan dalam menyusun perencanaan model
motivasi dan partisipasi bagi pengurus dan intervensi adalah ToP (Tecnology of
anggota organisasi lokal “Pemuda Anti Participation). ToP adalah teknik yang
NAPZA”, merangkul kembali pengurus dan digunakan dalam menyusun rencana tindak
anggota organisasi lokal “Pemuda Anti bersama-sama dengan masyarakat secara
NAPZA” yang jarang hadir pada setiap partisipatif. Suatu metode fasilitasi dalam
pertemuan, peningkatan koordinasi antara pembuatan keputusan yang tujuannya untuk
ketua umum dengan pengurus dan anggota mengeksplorasi munculnya inisiatif-inisiatif,
organisasi lokal “Pemuda Anti NAPZA” sikap kepemimpinan, keputusan, dan tanggung
lainnya, penyesuaian jadwal pertemuan jawab dari seluruh masyarakat. Semua pihak
organisasi lokal “Pemuda Anti NAPZA”, yang terlibat dalam pertemuan memiliki
peningkatan kerjasama antara pengurus dan kesempatan sama untuk menyampaikan
anggota organisasi lokal “Pemuda Anti gagasan dan menolong setiap orang. Posisi
NAPZA”, merencanakan kembali program peneliti dalam perencanaan model intervensi
kerja organisasi lokal “Pemuda Anti NAPZA” hanya sebagai pendamping atau fasilitator
selama 1 tahun dan melaksanakannya, dalam mempersiapkan dan menyusun
perombakan pengurus dan anggota perencanaan. Tujuan yang ingin dicapai
(kaderisasi) organisasi lokal “Pemuda Anti melalui perencanaan model intervensi yang
NAPZA”, memfungsikan tupoksi pengurus bersifat partisipatif, yaitu: (1) Perencanaan
dan anggota organisasi lokal “Pemuda Anti partisipastif dapat membuka peluang kepada
NAPZA” sesuai dengan jabatan, serta semua pihak yang terlibat secara langsung
mensosialisasikan keberadaan organisasi lokal maupun tidak langsung untuk berpartisipasi,
“Pemuda Anti NAPZA” kepada masyarakat. agar masyarakat dapat memahami, merasa
Hasil analisis potensi dalam manajemen memiliki, dan bertanggung jawab dalam
organisasi lokal “Pemuda Anti NAPZA”, yaitu menyukseskan kegiatan, (2) Memberikan
tersedianya waktu dan tempat untuk peluang seluas-luasnya kepada masyarakat
melaksanakan pertemuan, adanya kemauan untuk menyampaikan ide-ide dan inisiatifnya
pengurus dan anggota organisasi lokal dalam upaya mengadakan perubahan bersama
“Pemuda Anti NAPZA” untuk mengikuti secara lebih terarah dan terorganisir, serta
pertemuan, tersedianya modul/buku terkait sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya, (3)
organisasi untuk dipelajari pengurus dan Menciptakan kerangka kerja secara bersama
anggota organisasi lokal “Pemuda Anti dan dilaksanakan oleh semua anggota
NAPZA”, tersedianya narasumber untuk masyarakat, sehingga masyarakat sebagai
pelaksanaan kegiatan, adanya dukungan dari objek dan subjek pembangunan dapat tercapai,

104
PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol.16 No.1, Juni 2017

serta (4) Hasil perencanaan bersifat direncanakan dan dilaksanakan bersama-sama


kontekstual, aktual, serta spesifik, sehingga dengan TKM. Selain itu juga, peneliti bersama
benar-benar dapat menggambarkan dengan kepengurusan TKM melakukan
permasalahan dan kebutuhan. Masyarakat identifikasi terhadap kemampuan finansial dan
akan memiliki keterampilan dan kemampuan sumber daya manusia, serta kesediaan
untuk menangani persoalannya (self help). keluarga dan masyarakat untuk ikut
memberikan konstribusi implementasi model
Aktivitas awal yang dilakukan pada tahap ini
intervensi.
adalah peneliti terlebih dahulu melakukan
koordinasi atau diskusi. Disepakati dalam Kegiatan yang diajukan terhadap penguatan
diskusi tersebut agar peneliti terlebih dahulu manajemen organisasi lokal “Pemuda Anti
mensosialisasikan hasil analisis masalah, NAPZA”, yaitu: Orientasi dan Intensitas
kebutuhan, dan potensi sebagai informasi awal Kontak Antar Anggota, Jaringan Sosial
sebelum melakukan pertemuan untuk (Bridging), Pelatihan Administrasi Organisasi,
menyusun perencanaan model intervensi. Pelatihan Teknis Operasional Organisasi,
Tujuannya agar masyarakat mengetahui dan Teaching Class, Kampanye Sosial Melalui
memahami tentang berbagai masalah, Jalan Sehat, Testimoni Korban
kebutuhan, serta potensi yang tersedia. Selain penyalahgunaan NAPZA, serta Membangun
itu juga, untuk menyampaikan rencana Jejaring Kerja. Kegiatan yang diajukan para
pembentukan TKM yang akan bekerja untuk akademisi/praktisi (instansi terkait) terhadap
memfasilitasi upaya pencegahan penguatan manajemen organisasi lokal
penyalahgunaan NAPZA di RW 18 Kelurahan “Pemuda Anti NAPZA”, yaitu Penyuluhan
Sadang Serang. Sosial di Sekolah dan Masyarakat, Kampanye
Sosial Melalui Media Massa dan Online,
Pembentukan TKM dilaksanakan bertepatan
Program Pasca Rehabilitasi BNN (Badan
dengan kegiatan sosialisasi hasil analisis
Narkotika Nasional) Kota Bandung,
masalah, kebutuhan, dan potensi. Proses
Penyuluhan Deteksi Dini di Sekolah (RKPD
pembentukan TKM ini memberikan kekuatan
Kota Bandung), Pembinaan Ospek Sekolah di
dan perasaan optimis bagi peneliti. Hal ini
Kota Bandung, Penyuluhan Peningkatan
dikarenakan, semangat TKM menunjukan
Partisipasi, Reorganisasi Keanggotaan, serta
adanya kemauan yang kuat untuk belajar dan
Pertemuan Rutin Anggota Organisasi.
berbuat sesuatu bagi komunitasnya, terutama
dalam upaya pencegahan penyalahgunaan Peneliti terlebih dahulu menawarkan kepada
NAPZA di RW 18 Kelurahan Sadang Serang. partisipan pertemuan untuk membuat rencana
pemecahan masalah yang didasarkan pada
Untuk persiapan dalam menyusun
kekuatan yang mereka miliki. Kekuatan yang
perencanaan model intervensi, maka terlebih
dimaksud adalah nilai-nilai kepedulian,
dahulu peneliti bersama dengan TKM
kegotong royongan, kesetiakawanan, dan pola
melakukan konsultasi. Pelaksanaan konsultasi
hubungan kekerabatan yang sudah ada.
melibatkan pihak yang berkompeten, meliputi
akademisi Community Organization/ Pelaksana kegiatan dalam implementasi model
intervensi adalah TKM, masyarakat RW 18
Community Development, akademisi Human
Kelurahan Sadang Serang, dan instansi terkait.
Social Organization, akademisi NAPZA,
Kelompok sasarannya adalah pengurus dan
akademisi NAPZA Komunitas, praktisi BNN
anggota organisasi lokal “Pemuda Anti
(Badan Narkotika Nasional) Kota Bandung,
NAPZA”, korban penyalahgunaan NAPZA,
praktisi Dinas Sosial Kota Bandung, dan
stakeholders, serta masyarakat RW 18
praktisi BRSPP (Balai Rehabilitasi Sosial
Kelurahan Sadang Serang.
Pamardi Putera) Lembang. Tujuannya untuk
mengetahui pandangan mereka tentang upaya Rincian kegiatan dalam implementasi model
pencegahan penyalahgunaan NAPZA di RW intervensi, yaitu:
18 Kelurahan Sadang Serang yang akan

105
Tabel 5
Rincian Kegiatan dalam Implementasi Model Intervensi
di RW 18 Kelurahan Sadang Serang
No. Nama Pelatihan Administrasi Reorganisasi Penyuluhan Benchmark Audiency
Kegiatan Organisasi Keanggotaan Peningktan Partisipasi
1 Tujuan Tujuan Umum: Untuk meningkatkan kemampuan manajemen organisasi lokal “Pemuda Anti NAPZA” dalam
upaya pencegahan penyalahgunaan NAPZA di RW 18 Kelurahan Sadang Serang.
Tujuan Khusus:
a. Menciptakan wadah/peluang bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam upaya pencegahan penyalahgunaan
NAPZA melalui organisasi lokal “Pemuda Anti NAPZA”.
b. Meningkatkan motivasi dan pemahaman pengurus dan anggota organisasi lokal “Pemuda Anti NAPZA”
maupun masyarakat RW 18 Kelurahan Sadang Serang untuk terlibat dalam upaya pencegahan
penyalahgunaan NAPZA.
c. Meningkatkan kapasitas pengurus dan anggota organisasi lokal “Pemuda Anti NAPZA” untuk mengorganisir
kegiatan partisipasi sosial dalam upaya pencegahan penyalahgunaan NAPZA.
d. Meningkatkan kinerja pengurus dan anggota organisasi lokal “Pemuda Anti NAPZA” dalam memberikan
pelayanan terbaik terkait upaya pencegahan penyalahgunaan NAPZA.
e. Meningkatkan jejaring kerja organisasi lokal “Pemuda Anti NAPZA” dengan organisasi sosial pemerintah dan
swasta untuk mencapai pelayanan terpadu dalam upaya pencegahan penyalahgunaan NAPZA.
2 Sasaran a. Pengurus dan anggota organisasi lokal “Pemuda Anti Pengurus dan anggota organisasi lokal “Pemuda
NAPZA”. Anti NAPZA”.
b. Korban penyalahgunaan NAPZA.
c. Stakeholders.
d. Masyarakat RW 18 Kelurahan Sadang Serang.
3 Pelaksana a. TKM (Tim Kerja Masyarakat).
b. Masyarakat RW 18 Kelurahan Sadang Serang.
c. Narasumber.
4 Waktu Pada hari Selasa, Pada hari Pada hari Pada hari Sabtu, tanggal 16 Pada hari Rabu,
tanggal 29 Maret Jumat, tanggal Selasa, tanggal April 2016, pukul 16.00 tanggal 20 April
2016 s/d hari Sabtu, 08 April 2016, 12 April 2016, WIB s/d selesai. 2016, pukul 15.00
tanggal 02 April pukul 18.30 pukul 18.30 WIB s/d selesai.
2016 pukul 18.30 WIB s/d WIB s/d
WIB s/d selesai. selesai. selesai.
5 Tempat Rumah Ketua RW 18 Kelurahan Sadang Serang. TKPPNBM (Tim Kerja BNN (Badan
Penanggulangan Narkotika Nasional)
Penyalahgunaan NAPZA Kota Bandung.
Berbasis Masyarakat)
Kelurahan Pasir Kaliki
Kota Cimahi.
6 Metode Pengorganisasian Masyarakat dan Pengembangan Pengorganisasian Masyarakat dan Pengembangan
dan Masyarakat atau Community Organization/Community Masyarakat atau Community
Teknik Development (Negosiasi, Ceramah, Diskusi, dan Organization/Community Development (Negosiasi,
Pendampingan). Diskusi, dan Pendampingan).
7 Strategi a. Kampanye (Persuasi dan Pendidikan).
dan b. Kolaborasi (Partisipasi dan Pemberdayaan).
Taktik
8 Anggaran a. Swadaya masyarakat.
Biaya b. PIPPK Kota Bandung.
9 Kegiatan a. Mengumpulkan anggaran a. Menguampulka a. Mengumpulkan a. Mengumpulkan a. Mengumpulk
biaya. n anggaran anggaran biaya. anggaran biaya. an anggaran
b. Melakukan koordinasi biaya. b. Melakukan b. Melakukan biaya.
dengan TKM. b. Melakukan koordinasi dengan koordinasi b. Melakukan
c. Membantu TKM koordinasi TKM. dengan TKM. koordinasi
menghubungi sistem dengan TKM. c. Membantu TKM c. Membantu dengan TKM
sumber. c. Membantu menghubungi sistem TKM c. Membantu
d. Melakukan Pelatihan TKM sumber. menghubungi TKM meng-
Administrasi Organisasi. menghubungi d. Melakukan sistem sumber. hubungi
sistem sumber. Penyuluhan d. Melakukan sistem
d. Melakukan Peningkatan Benchmark. sumber.
Reorganisasi Partisipasi. d. Melakukan
Keanggotaan. Audiency.
10 Peran a. Sebagai social animator, b.Sebagai facilitator, c.Sebagai motivator, d.Sebagai mediator, e.Sebagai organizer.
Peneliti

106
PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol.16 No.1, Juni 2017

Secara umum tujuan yang ingin dicapai adalah Relations Pemuda Peduli Kesejahteraan Sosial
untuk meningkatkan kemampuan manajemen Indonesia). Kegiatan yang dilakukan adalah
organisasi lokal “Pemuda Anti NAPZA” membenahi AD/ART, merencanakan program
dalam upaya pencegahan penyalahgunaan kerja selama 1 tahun, membuat laporan
NAPZA di RW 18 Kelurahan Sadang Serang. pertanggung jawaban, serta mendiskusikan
hambatan yang dihadapi dan hal-hal yang
Secara khusus tujuan yang ingin dicapai,
diperlukan untuk memajukan organisasi lokal
yaitu: (1) Menciptakan wadah/peluang bagi
“Pemuda Anti NAPZA”. Tujuannya untuk
masyarakat untuk berpartisipasi dalam upaya
meningkatkan kepercayaan masyarakat
pencegahan penyalahgunaan NAPZA melalui
terhadap kinerja pengurus dan anggota
organisasi lokal “Pemuda Anti NAPZA”, (2)
organisasi lokal “Pemuda Anti NAPZA”,
Meningkatkan motivasi pengurus dan anggota
melatih pengurus dan anggota organisasi lokal
organisasi lokal “Pemuda Anti NAPZA”
“Pemuda Anti NAPZA” untuk mendiskusikan
maupun masyarakat RW 18 Kelurahan Sadang
hal-hal yang menghambat dalam pelaksanaan
Serang untuk terlibat dalam upaya pencegahan
suatu kegiatan dan upaya pemecahannya, serta
penyalahgunaan NAPZA, (3) Meningkatkan
melatih pengurus dan anggota organisasi lokal
kapasitas pengurus dan anggota organisasi
“Pemuda Anti NAPZA” untuk menetapkan
lokal “Pemuda Anti NAPZA” untuk
suatu keputusan berdasarkan hasil
mengorganisir kegiatan dalam upaya
pencegahan penyalahgunaan NAPZA, (4) musyawarah. Kelompok sasaran serius dalam
mengikuti Pelatihan Administrasi Organisasi.
Meningkatkan kinerja pengurus dan anggota
Bahkan, beberapa kelompok sasaran sangat
organisasi lokal “Pemuda Anti NAPZA”
antusias untuk mengajukan pertanyaan. Hasil
dalam memberikan pelayanan terbaik terkait
dari pelaksanaan Pelatihan Administrasi
upaya pencegahan penyalahgunaan NAPZA,
Organisasi ditandai oleh beberapa hal, yaitu
serta (5) Meningkatkan jejaring kerja
terbentuknya AD/ART, terbentuknya program
organisasi lokal “Pemuda Anti NAPZA”
kerja selama 1 tahun, terbentuknya laporan
dengan organisasi sosial pemerintah dan
pertanggung jawaban, serta ditemukannya
swasta untuk mencapai pelayanan terpadu
hambatan yang dihadapi dan hal-hal yang
dalam upaya pencegahan penyalahgunaan
diperlukan untuk memajukan organisasi lokal
NAPZA.
“Pemuda Anti NAPZA” (terlampir).
Implementasi Model Penguatan
Reorganisasi Keanggotaan dilakukan dengan
Manajemen Organisasi Lokal “Pemuda
mengganti pengurus dan anggota organisasi
Anti NAPZA”
Implementasi model intervensi merupakan lokal “Pemuda Anti NAPZA” yang
mengundurkan diri, serta berkerja tidak sesuai
tahapan paling penting dalam pengembangan
dengan tupoksinya masing-masing.
masyarakat. Hal ini dilakukan peneliti
Reorganisasi Keanggotaan dilakukan oleh
bersama dengan kelompok sasaran sebagai
penerima langsung manfaat (direct pengurus dan anggota organisasi lokal
“Pemuda Anti NAPZA” yang merupakan
beneficaries) maupun sistem pendukung
sistem sumber dan pelaksana kegiatan.
(support system). Tujuannya untuk mengatasi
Tujuannya agar diberikan kesempatan kepada
masalah dan memenuhi kebutuhan masyarakat
masyarakat untuk terlibat dalam kepengurusan
berdasarkan pada rencana yang telah disusun
organisasi lokal “Pemuda Anti NAPZA”.
secara bersama dan disepakati. Tahapan ini
Kelompok sasaran serius dalam mengikuti
berisi tindakan aktualisasi bersinergi peneliti
Reorganisasi Keanggotaan. Bahkan, beberapa
bersama dengan masyarakat RW 18 Kelurahan
kelompok sasaran sangat antusias untuk
Sadang Serang.
memberikan tanggapan dan masukan. Hasil
Pelatihan Administrasi Organisasi dikemas dari pelaksanaan Reorganisasi Keanggotaan
dalam dialog interaktif (ceramah dan diskusi) ditandai oleh beberapa hal, yaitu terbentuknya
yang diawali dengan pemberian materi oleh kepengurusan organisasi lokal “Pemuda Anti
narasumber, yaitu Ibu Dea (Staf Public NAPZA” (terlampir).

107
Penyuluhan Peningkatan Partisipasi dikemas pelaksanaan kegiatan. Hal ini dibutuhkan oleh
dalam dialok interaktif (ceramah dan diskusi) setiap pengurus dan anggota organisasi lokal
yang diawali dengan pemberian materi oleh “Pemuda Anti NAPZA” dalam melakukan
narasumber, yaitu Bapak Setiawan (Staf pengembangan program kerja. Tujuannya agar
Yayasan Graha Prima Karya Sejahtera Kota pengurus dan anggota organisasi lokal
Bandung). Kegiatan yang dilakukan adalah “Pemuda Anti NAPZA” lebih mengetahui dan
penyuluhan tentang peningkatan partisipasi memahami tentang masalah penyalahgunaan
organisasi dan masyarakat. Tujuannya untuk NAPZA secara umum, jumlah korban
menumbuhkan partisipasi pengurus dan penyalahgunaan NAPZA, serta sejauhmana
anggota, serta masyarakat dalam upaya program dan kebijakan penanganan
pencegahan NAPZA. Kelompok sasaran serius penyalahgunaan NAPZA yang telah dilakukan
dalam mengikuti Penyuluhan Peningkatan pemerintah hingga saat ini. Kelompok sasaran
Partisipasi. Bahkan, beberapa kelompok serius dalam mengikuti Audiency. Bahkan,
sasaran sangat antusias untuk mengajukan beberapa kelompok sasaran sangat antusias
pertanyaan. Hasil dari pelaksanaan untuk mengajukan pertanyaan. Hasil dari
Penyuluhan Peningkatan Partisipasi ditandai pelaksanaan Audiency ditandai oleh beberapa
oleh beberapa hal, yaitu beberapa kelompok hal, yaitu diketahui dan dipahaminya tentang
sasaran secara berulang-ulang menyampaikan masalah penyalahgunaan NAPZA, serta
kesiapannya untuk menghadiri kegiatan, terciptanya kerjasama melalui pembuatan
banyaknya jumlah kelompok sasaran yang proposal bantuan dan keikutsertaan
hadir dalam mengikuti kegiatan, kelompok pelaksanaan kegiatan.
sasaran serius dalam mengikuti dan menyimak
Pada tahap implementasi model intervensi,
materi yang disampaikan oleh narasumber,
peneliti merasa terbantu dengan adanya
serta kelompok sasaran sangat antusias dukungan, kerjasama, dan partisipasi yang
mengajukan pertanyaan saat kegiatan berasal dari pelaksana kegiatan. Terdapat
berlangsung. banyak partisipasi aktif masyarakat yang
Benchmark dilakukan dengan mempelajari disatukan dalam TKM, sehingga bisa
tentang AD/ART, program kerja selama 1 mempermudah implementasi model intervensi
tahun, dan tata kelola organisasi lokal yang sudah direncanakan sebelumnya.
“Pemuda Anti NAPZA”. Terdapat kebutuhan Hambatan dan tantangan yang dihadapi dalam
yang tidak mampu dipenuhi organisasi lokal implementasi model intervensi, maupun
“Pemuda Anti NAPZA”, sehingga kekuatan dan peluang yang dapat dijadikan
membutuhkan jejaring kerja. Tujuannya agar solusi, yaitu: (1) Hambatan dalam
tercipta kerjasama dengan organisasi lainnya implementasi model intervensi yang
dalam upaya pencegahan penyalahgunaan dirasakan, yaitu penentuan waktu pelaksanaan
NAPZA. Kerjasama harus sejalan dengan dan sering terlambatnya kelompok sasaran
prinsip take and give. Kelompok sasaran ketika akan menghadiri implementasi model
serius dalam mengikuti Benchmark. Bahkan, intervensi. Waktu yang cukup sulit ditentukan
beberapa kelompok sasaran sangat antusias adalah pada saat pelaksanaan kegiatan
untuk mengajukan pertanyaan. Hasil dari Benchmark dan Audiency. Hal ini
pelaksanaan Benchmark ditandai oleh dikarenakan, pekerjaan dan kesibukan
beberapa hal, yaitu terciptanya kerjasama pelaksana kegiatan itu sendiri. Selain itu juga,
dalam pembentukan AD/ART, program kerja rasa kecurigaan masyarakat terhadap pengurus
selama 1 tahun, tata kelola organisasi lokal dan anggota organisasi lokal “Pemuda Anti
“Pemuda Anti NAPZA” (terlampir). NAPZA” yang relatif masih tinggi dan mudah
terhasut oleh informasi yang negatif. Untuk
Audiencydilakukan dengan membahas tentang
mengatasi hambatan ini, peneliti memberikan
masalah penyalahgunaan NAPZA, serta
penguatan kepada pelaksana kegiatan agar
menciptakan kerjasama melalui pembuatan
tidak terpengaruh oleh informasi yang
proposal bantuan dan keikutsertaan
bermaksud melemahkan model intervensi

108
PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol.16 No.1, Juni 2017

yang telah direncanakan secara bersama, (2) Evaluasi dan Model Akhir Penguatan
Tantangan, fenomena masalah penyalahgunaan Manajemen Organisasi Lokal “Pemuda
NAPZA yang terjadi tidak bisa ditangani Anti NAPZA”
hanya dengan satu pendekatan saja, tetapi Evaluasi merupakan aktivitas yang dilakukan
memerlukan pendekatan yang menyeluruh. untuk mengetahui proses dan hasil yang
Hal ini dikarenakan, permasalahan yang dicapai. Evaluasi dilakukan pada saat
dipengaruhi oleh berbagai faktor yang implementasi model intervensi telah selesai
melatarbelakanginya. Hal ini menjadi dilaksanakan. Evaluasi dilakukan peneliti
tantangan bagi peneliti untuk dapat bersama dengan pengurus dan anggota
mengaplikasikan pengetahuan, keterampilan, organisasi lokal “Pemuda Anti NAPZA”,
dan nilai yang dimilikinya dalam upaya korban penyalahgunaan NAPZA,
pencegahan penyalahgunaan NAPZA. Selain stakeholders, serta masyarakat RW 18
itu juga, masyarakat yang tidak menjadi Kelurahan Sadang Serang. Penilaian dilakukan
pengurus dan anggota organisasi lokal dengan memberi skor 1 sampai dengan 5
“Pemuda Anti NAPZA” merasa tidak ikut
terhadap setiap pertanyaan yang diberikan.
bertanggung jawab terhadap implementasi Skor 1 diberikan partisipan apabila kegiatan
model intervensi. Sikap ini secara tidak yang dilakukan sangat tidak bermanfaat atau
langsung dapat melemahkan partisipasi sangat tidak berhasil. Berturut-turut, skor 2
masyarakat dalam implementasi model sampai dengan 5 diberikan partisipan apabila
intervensi, (3) Kekuatan, implementasi model kegiatan yang dilakukan tidak berhasil, cukup
intervensi dapat berjalan dengan baik. Hal ini berhasil, berhasil, dan sangat berhasil. Hasil
terlihat dari adanya ketersediaan tempat,
evaluasi dengan kedua cara tersebut kemudian
waktu, sumber daya manusia, sumber
dijumlahkan, lalu dibagi 2 untuk mendapatkan
pendanaan, peralatan dan perlengkapan, serta nilai rata-rata.
anggaran biaya pada saat berlangsungnya
implementasi model intervensi. Evaluasi proses dilakukan untuk menilai
aspek-aspek pada semua tahap kegiatan, mulai
Selain itu, kekuatan yang menjadi motor dari persiapan sosial sampai dengan
penggeraknya adalah tekad dan semangat implementasi model intervensi. Partisipan
pelaksana kegiatan untuk mengimplementasikan tidak mengalami kesulitan dalam memberikan
model intervensi, serta (4) Peluang dalam penilaian, dikarenakan evaluasi proses ini
implementasi model intervensi, yaitu adanya sudah pernah dilakukan pada saat penelitian
kesempatan peneliti untuk mengaplikasikan terdahulu. Evaluasi hasil dilakukan untuk
ilmu yang telah diperoleh selama mengikuti menilai hasil akhir seluruh kegiatan. Aspek
kuliah di Program Pendidikan Pascasarjana yang dinilai, yaitu ketepatan waktu, ketepatan
Spesialis-1 Pekerjaan Sosial STKS (Sekolah sasaran, kesesuaian jumlah sasaran,
Tinggi Kesejahteraan Sosial) Bandung. Selain kesesuaian kualitas, perubahan yang terjadi,
itu juga, dukungan dan apresiasi dari BNN kesesuaian lokasi, penerimaan masyarakat
(Badan Narkotika Nasional) Kota Bandung, terhadap program, dan manfaat yang dirasakan
TKPPNBM (Tim Kerja Penanggulangan masyarakat.
Penyalahgunaan NAPZA Berbasis
Masyarakat) Kelurahan Pasir Kaliki Kota Model intervensi memiliki beberapa kegiatan,
Cimahi, Pemuda Peduli Kesejahteraan Sosial yaitu Pengembangan Organisasi Lokal
Indonesia, Yayasan Graha Prima Karya “Pemuda Anti NAPZA” (Pelatihan
Sejahtera Kota Bandung, Kecamatan Coblong, Administrasi Organisasi dan Reorganisasi
dan Kelurahan Sadang Serang merupakan Keanggotaan), serta Membangun Jejaring
peluang yang harus dimaksimalkan pelaksana Kerja (Penyuluhan Peningkatan Partisipasi,
kegiatan untuk mengimplementasikan model Benchmark dan Audiency). Indikasi yang
intervensi yang telah rencanakan. menunjukkan adanya peningkatan kemampuan
manajemen organisasi lokal “Pemuda Anti
NAPZA”, yaitu terciptanya wadah/peluang

109
bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam dalam upaya pencegahan penyalahgunaan
upaya pencegahan penyalahgunaan NAPZA NAPZA di RW 18 Kelurahan Sadang Serang.
melalui organisasi lokal “Pemuda Anti Akan tetapi, terdapat beberapa hal yang perlu
NAPZA”, meningkatnya motivasi pengurus ditindak lanjuti, yaitu: (1) Organisasi lokal
dan anggota organisasi lokal “Pemuda Anti “Pemuda Anti NAPZA” masih membutuhkan
NAPZA” maupun masyarakat RW 18 pendampingan secara berkelanjutan.
Kelurahan Sadang Serang untuk terlibat dalam Pendampingan diperlukan agar kemajuan yang
upaya pencegahan penyalahgunaan NAPZA, dicapai dapat terus dipelihara dan
meningkatnya kapasitas pengurus dan anggota ditingkatkan. Keterbatasan waktu
organisasi lokal “Pemuda Anti NAPZA” untuk menyebabkan peneliti tidak bisa mendampingi
mengorganisir kegiatan dalam upaya setiap kegiatan yang akan dilakukan, (2)
pencegahan penyalahgunaan NAPZA, Kepengurusan organisasi lokal “Pemuda Anti
meningkatnya kinerja pengurus dan anggota NAPZA” dilibatkan dalam upaya pencegahan
organisasi lokal “Pemuda Anti NAPZA” penyalahgunaan NAPZA pada tingkat
dalam memberikan pelayanan terbaik terkait Kelurahan, Kecamatan, maupun Kota.
upaya pencegahan penyalahgunaan NAPZA, Semulanya hanya dilibatkan dalam kegiatan
serta meningkatnya jejaring kerja organisasi pada tingkat RW dan Kelurahan, kini telah
lokal “Pemuda Anti NAPZA” dengan dilibatkan dalam kegiatan pada tingkat
organisasi sosial pemerintah dan swasta untuk Kecamatan dan Kota. Misalnya, dilibatkan
mencapai pelayanan terpadu dalam upaya dalam kampanye sosial melalui penyebaran
pencegahan penyalahgunaan NAPZA. leaflet, stiker, buku saku, cd video, dan lain-
lainnya, serta (3) Jejaring kerja yang sudah
Model akhir yang telah disempurnakan efektif
dibangun dengan instansi terkait harus
dan cenderung lebih baik untuk mengatasi
ditingkatkan untuk sustainable pengembangan
masalah mendasar yang menyebabkan
program kerja organisasi lokal “Pemuda Anti
lemahnya kemampuan manajemen organisasi
NAPZA”. Jejaring kerja dilakukan melalui
lokal “Pemuda Anti NAPZA”. Terbukti hasil
pembuatan proposal bantuan, keikutsertaan
implementasi model intervensi dapat
pelaksanaan kegiatan, dan lain-lainnya.
meningkatkan kemampuan manajemen
organisasi lokal “Pemuda Anti NAPZA”

110
PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol.16 No.1, Juni 2017

REFLEKSI
INPUT THROUGHPUT OUTPUT OUTCOME

Pelatihan Administrasi Organisasi 1. Meningkatnya kemampuan Hambatan


Lemahnya kemampuan 1. Pelatihan Administrasi 1. Penentuan waktu pelaksanaan dan sering
1. Terbentuknya AD/ART. manajemen organisasi lokal
manajemen organisasi Organisasi. terlambatnya kelompok sasaran saat akan
2. Terbentuknya program kerja selama 1 “Pemuda Anti NAPZA” dalam
lokal “Pemuda Anti 2. Reorganisasi menghadiri implementasi model intervensi.
tahun. upaya pencegahan penyalahgunaan
NAPZA” dalam Keanggotaan. 2. Rasa kecurigaan masyarakat terhadap
3. Terbentuknya laporan NAPZA di RW 18 Kelurahan
pencegahan 3. Penyuluhan Peningkatan pengurus dan anggota organisasi lokal yang
pertanggungjawaban. Sadang Serang.
Penyalahgunaan Partisipasi. relatif masih tinggi dan mudah terhasut oleh
4. Ditemukannya hambatan yang dihadapi 2. Terciptanya wadah/peluang bagi
NAPZA di RW 18 4. Benchmark. informasi yang negatif.
dan hal-hal yang diperlukan untuk masyarakat untuk berpartisipasi
Kelurahan Sadang 5. Audiency. Tantangan
memajukan organisasi lokal. dalam pencegahan penyalah-
Serang 1. Fenomena masalah penyalahgunaan NAPZA
Reorganisasi Keanggotaan gunaan NAPZA melalui organisasi
Terbentuknya kepengurusan organisasi lokal lokal “Pemuda Anti NAPZA”. yang terjadi tidak bisa ditangani hanya
baru. 3. Meningkatnya motivasi pengurus dengan satu pendekatan.
Penyuluhan Peningkatan Partisipasi dan anggota organisasi lokal 2. Masyarakat yang tidak menjadi pengurus dan
1. Beberapa kelompok sasaran secara “Pemuda Anti NAPZA” maupun anggota organisasi lokal merasa tidak ikut
berulang-ulang menyampaikan masyarakat RW 18 Kelurahan bertanggung jawab terhadap implementasi
kesiapannya untuk menghadiri kegiatan. Sadang Serang untuk terlibat model intervensi.
2. Banyaknya jumlah kelompok sasaran dalam upaya pencegahan Kekuatan
Sasaran yang hadir dalam mengikuti kegiatan. penyalahgunaan NAPZA. 1. Adanya ketersediaan tempat, waktu, sumber
1. Pengurus dan 3. Kelompok sasaran serius dalam mengikuti 4. Meningkatnya kapasitas pengurus daya manusia, sumber pendanaan, peralatan
anggota dan menyimak materi yang disampaikan dan anggota organisasi lokal dan perlengkapan, serta anggaran biaya pada
Peran saat berlangsungnya implementasi model
organisasi lokal oleh narasumber. “Pemuda Anti NAPZA” untuk
Strategi Peneliti intervensi.
“Pemuda Anti 1. Seba
4. Kelompok sasaran sangat antusias mengorganisir kegiatan dalam
NAPZA” 1. Kampanye mengajukan pertanyaan saat kegiatan 2. Tekad dan semangat pelaksana kegiatan
gai upaya pencegahan penyalahgunaan
2. Korban 2. Kolaborasi berlangsung. mengimplementasikan model intervensi.
socia NAPZA.
penyalahgunaan Benchmark 5. Meningkatnya kinerja pengurus Peluang
Teknik l 1. Adanya kesempatan peneliti untuk
NAPZA 1. Terciptanya kerjasama dalam dan anggota organisasi lokal
1. Negosiasi anim mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh
3. Stakeholders. pembentukan AD/ART. “Pemuda Anti NAPZA” dalam
2. Ceramah ator. selama mengikuti kuliah di Program
4. Masyarakat RW 2. Terciptanya kerjasama dalam pembentuk- memberikan pelayanan terbaik
3. Diskusi 2. Seba Pendidikan Pascasarjana Spesialis-1
18 Kelurahan an program kerja selama 1 tahun. terkait upaya pencegahan
4. Pendamping- gai Pekerjaan Sosial Sekolah Tinggi
Sadang Serang 3. Terciptanya kerjasama dalam penyalahgunaan NAPZA.
an facili Kesejahteraan Sosial Bandung.
pembentukan tata kelola organisasi lokal. 6. Meningkatnya jejaring kerja
tator. 2. Dukungan dan apresiasi dari BNN (Badan
Audiency organisasi lokal “Pemuda Anti
3. Seba Narkotika Nasional) Kota Bandung,
1. Diketahui dan dipahaminya tentang NAPZA” dengan organisasi sosial
gai TKPPNBM (Tim Kerja Penanggulangan
masalah penyalahgunaan NAPZA. pemerintah dan swasta untuk
motiv Penyalahgunaan NAPZA Berbasis
2. Terciptanya kerjasama melalui pembuatan mencapai pelayanan terpadu dalam
ator. Masyarakat) Kelurahan Pasir Kaliki Kota
proposal bantuan. upaya pencegahan masalah
4. Seba Cimahi, Pemuda Peduli Kesejahteraan Sosial
3. Terciptanya kerjasama melalui penyalahgunaan NAPZA.
gai Indonesia, Yayasan Graha Prima Karya
keikutsertaan pelaksanaan kegiatan.
medi Sejahtera Kota Bandung, Kecamatan
ator.
Coblong, dan Kelurahan Sadang Serang.
5. Seba
gai Gambar 3
Model Akhir Penguatan Manajemen
orga Organisasi Lokal “Pemuda Anti NAPZA” dalam Pencegahan Penyalahgunaan NAPZA
niger
di RW 18 Kelurahan Sadang Serang, Kecamatan Coblong, Kota Bandung
.

111
Implikasi Teoritis Tujuannya agar masyarakat memiliki
kemampuan untuk berpartisipasi dan
Teori yang digunakan dalam penelitian terkait
melakukan kontrol terhadap masalah
dengan konsep penguatan manajemen, yang
penyalahgunaan NAPZA di RW 18 Kelurahan
penekanannya terhadap penguatan manajemen
Sadang Serang.
organisasi lokal “Pemuda Peduli NAPZA”.
Penguatan manajemen merupakan proses Organisasi lokal ditandai dengan adanya
pengembangan kekuatan/kapasitas pembagian dalam pekerjaan, kekuasaan dan
manajemen. Menurut Sumpeno, dkk (dalam tanggung jawab komunikasi, adanya satu atau
Fahrudin, 2011:154) “Capacity building beberapa pusat kekuasaan yang berfungsi
adalah suatu proses peningkatan atau mengawasi pengendalian usaha-usaha dan
perubahan perilaku individu, organisasi, dan diarahkan untuk mewujudkan tujuan yang
sistem masyarakat dalam mewujudkan tujuan ingin dicapai, serta adanya pergantian tenaga
yang ingin dicapai secara efektif dan efisien”. yang dianggap tidak bekerja sebagaimana
Hasil yang diharapkan, yaitu meningkatkan diharapkan, dapat diganti oleh tenaga yang
kemampuan manajemen organisasi lokal lain. Menurut Pact’s OCA (Organizational
“Pemuda Peduli NAPZA”, serta mendapatkan Capacity Assessment) (1998:3-42) “Ciri-ciri
dukungan dari berbagai pihak yang ideal organisasi NGOs, yaitu pengelolaan
melaksanakan pencegahan penyalahgunaan sumber daya manusia, pengelolaan sumber
NAPZA. daya keuangan, hubungan keluar,
Organisasi lokal merupakan lembaga atau pembelajaran organisasi, tata kelola,
keberlanjutan, dan pemberian layanan”. Hal
kelompok kemasyarakatan yang memiliki
fungsi pemberdayaan masyarakat, membantu ini menjadi acuan untuk meningkatkan
kemampuan manajemen organisasi lokal
pemenuhan kebutuhan, penyelesaian masalah
“Pemuda Peduli NAPZA”.
masyarakat, dan mewujudkan kepentingan
bersama. Penggunaan media organisasi lokal Manajemen diartikan sebagai suatu proses
“Pemuda Peduli NAPZA” merupakan seorang manajer dengan keahlian dan
wadah/peluang bagi masyarakat untuk keterampilannya terlibat dalam kegiatan yang
berkumpul, berdialog, dan berpartisipasi saling berkaitan untuk mencapai tujuan
dalam upaya pencegahan penyalahgunaan organisasi lokal. Manajemen diuraikan dalam
NAPZA di RW 18 Kelurahan Sadang Serang. rangkaian bagian atau fungsi yang membentuk
Suharto (1997:334) menyatakan bahwa proses keseluruhannya. Terry, 1996 (dalam
“Organisasi lokal adalah kelompok atau grup Hasibuan, 1996:2) menyatakan bahwa
yang bersifat non formal yang didirikan oleh “Management is a distrinct process consisting
dan untuk para anggota serta masyarakat of planning, organizing, actuating and
setempat. Alasan utama pembentukan controlling performed to determine and
organisasi ini didasari oleh kepentingan sosial, accomplish stated objectives by the use of
ekonomi, pendidikan, kesehatan, atau oleh human being and other resources (Manajemen
tujuan-tujuan peningkatan solidaritas dan sebagai suatu proses yang khas yang terdiri
partisipasi masyarakat. Batasan-batasan dari tindakan perencanaan, pengarahan, dan
organisasi ini kerap kali kurang jelas, karena pengendalian yang dilakukan untuk
keterlibatan para anggotanya tidak bersifat menentukan serta mencapai sasaran-sasaran
formal, melainkan informal dan sukarela”. yang telah ditentukan melalui pemanfaatan
Organisasi lokal “Pemuda Peduli NAPZA” sumber daya manusia dan sumber-sumber
merupakan organisasi non formal yang lainnya)”. Proses manajemen terdiri dari
mempunyai peran penting terhadap tindakan perencanaan, pengorganisasian,
masyarakat RW 18 Kelurahan Sadang Serang. pengarahan, dan pengendalian/pengawasan
Hal ini dilakukan dengan cara untuk memanfaatkan sumber daya yang ada
mengikutsertakan masyarakat dalam upaya dalam mencapai tujuan organisasi lokal
pencegahan penyalahgunaan NAPZA. “Pemuda Peduli NAPZA” secara efektif dan

112
PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol.16 No.1, Juni 2017

efisien. Selain itu juga, proses manajemen Amirin, 1989:1) “Whole compoundedof
tersebut tidak selalu dilakukan secara several parts (Sistem adalah suatu keseluruhan
berurutan. yang tersusun dari sekian banyak bagian)”.
Lebih lanjut menurut Soemarwoto (1987:15)
Berdasarkan hasil penelitian dapat dijelaskan
“Ekologi adalah ilmu tentang makhluk hidup
bahwa untuk mengorganisir potensi dan
dalam rumahnya atau dapat diartikan juga
sumber masyarakat dibutuhkan berbagai
sebagai ilmu tentang rumah tangga makhluk
pendekatan dan teori yang dapat memberi
hidup”. Teori sistem berasumsi bahwa pada
pengayaan dalam perencanaan model
dasarnya semua sistem saling berhubungan
intervensi. Secara teoritis penelitian dapat
dan saling mendukung, sedangkan teori
mengaplikasikan teori kekuatan (strength
ekologi berasumsi bahwa komponen sistem
perspektif), pendekatan hak asasi manusia, dan
saling bersatu dan beradaptasi satu sama
teori ekosistem. Strength perspektif
lainnya. Pengintegrasian kedua teori dalam
berpandangan bahwa meskipun masyarakat
memahami perilaku manusia dalam
mengalami permasalahan yang sangat
lingkungannya mendorong peneliti untuk lebih
kompleks, tetapi mereka memiliki kekuatan
memahami kompleksitas sistem tingkah laku
yang dapat digerakkan dalam upaya
manusia dalam lingkungan sosial dan
pencegahan penyalahgunaan NAPZA melalui
lingkungan fisiknya.
organisasi lokal “Pemuda Peduli NAPZA”.
Menurut pendekatan hak, membiarkan Pendekatan ekologi yang digunakan dalam
masyarakat menjadi korban penyalahgunaan penelitian, yaitu: lingkungan sosial, transaksi,
NAPZA dan tanpa ada upaya pencegahan energi, dan adaptasi.
adalah sebuah bentuk pelanggaran dan Implikasi teoritis hasil penelitian sangat
pengabaian terhadap hak asasi manusia. Teori membantu peneliti dalam memahami tentang
ekosistem memfokuskan perhatian pada konsep penguatan manajemen organisasi lokal
interaksi antara pengurus dan anggota “Pemuda Peduli NAPZA”. Lemahnya
organisasi lokal “Pemuda Peduli NAPZA”, kemampuan manajemen organisasi lokal
serta masyarakat RW 18 Kelurahan Sadang “Pemuda Peduli NAPZA” memerlukan tindak
Serang dengan lingkungan sosial. Teori lanjut berupa pengembangan
ekosistem sangat bermanfaat untuk melakukan kekuatan/kapasitas manajemen. Proses
analisis terhadap kebutuhan organisasi lokal pengembangan kekuatan/kapasitas manajemen
“Pemuda Peduli NAPZA” dan sistem sumber dilakukan melalui organisasi lokal.
yang bisa dipergunakan dalam upaya Penggunaan media organisasi lokal “Pemuda
pencegahan penyalahgunaan NAPZA. Peduli NAPZA” merupakan wadah/peluang
Suatu konsep sentral dalam ekologi adalah bagi masyarakat untuk berkumpul, berdialog,
ekosistem. Menurut Soemarwoto (1987:16) dan berpartisipasi dalam upaya pencegahan
“Ekosistem, yaitu suatu sitem ekologi yang penyalahgunaan NAPZA di RW 18 Kelurahan
terbentuk oleh hubungan timbal balik antara Sadang Serang. Selain itu juga, penguatan
makhluk hidup dengan lingkungannya”. Suatu manajemen didasari pada ciri-ciri ideal
sistem terdiri atas komponen-komponen yang organisasi NGOs, yaitu pengelolaan sumber
bekerja secara teratur sebagai suatu kesatuan. daya manusia, pengelolaan sumber daya
Ekosistem terbentuk oleh komponen hidup keuangan, hubungan keluar, pembelajaran
dan tak hidup disuatu tempat yang berinteraksi organisasi, tata kelola, keberlanjutan, dan
membentuk suatu kesatuan yang pemberian layanan. Manajemen diuraikan
teratur.Keteraturan itu terjadi oleh adanya arus dalam rangkaian bagian atau fungsi yang
materi dan energi yang terkendalikan oleh arus membentuk proses keseluruhannya. Proses
informasi antara komponen dalam ekosistem manajemen terdiri atas tindakan perencanaan,
itu. Teori ekosistem adalah sebuah teori yang pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian/
mengintegrasikan antara teori sistem dan teori pengawasan untuk memanfaatkan sumber daya
ekologi. Menurut Shrode dan Voich (dalam yang ada dalam mencapai tujuan organisasi

113
lokal “Pemuda Peduli NAPZA” secara efektif terdapat beberapa masalah dan kebutuhan
dan efisien. dalam manajemen organisasi lokal “Pemuda
Peduli NAPZA”. Masalah dalam manajemen
Implikasi Praktis
organisasi lokal “Pemuda Peduli NAPZA”,
Pelaksanaan kegiatan diawali dari analisis yaitu: (1) Adanya perubahan nama pada
masalah, kebutuhan, dan potensi terhadap “Forum Pemuda Anti NAPZA” menjadi
manajeman organisasi lokal “Pemuda Peduli organisasi lokal “Pemuda Peduli NAPZA”, (2)
NAPZA”. Tujuannya agar masyarakat Sumber daya manusia organisasi lokal
mengetahui dan memahami tentang berbagai “Pemuda Peduli NAPZA” kurang memadai
masalah dan kebutuhan manajeman organisasi secara kualitas dan kuantitas, (3)Sumber
lokal “Pemuda Peduli NAPZA”, serta potensi pendanaan belum dimiliki organisasi lokal
yang tersedia dalam upaya pencegahan “Pemuda Peduli NAPZA”, (4) Hubungan
penyalahgunaan NAPZA di RW 18 Kelurahan keluar organisasi lokal “Pemuda Peduli
Sadang Serang. Analisis masalah, kebutuhan, NAPZA” tidak jelas, (5) Masih kurangnya
dan potensi dilakukan melalui wawancara motivasi pengurus dan anggota organisasi
mendalam, observasi partisipatif, studi lokal “Pemuda Peduli NAPZA”, (6) Masih
dokumentasi, FGD, dan PEKA. adanya kesulitan untuk melakukan pertemuan
Berdasarkan hasil refleksi awal peneliti pengurus dan anggota organisasi lokal
bersama dengan beberapa informan, dapat “Pemuda Peduli NAPZA”, (7) Program kerja
dipahami bahwa adanya kemungkinan hal-hal organisasi lokal “Pemuda Peduli NAPZA”
yang kurang tepat atau tidak optimal dalam selama 1 tahun belum terlaksana, (8)
proses manajemen organisasi lokal “Pemuda Kepengurusan organisasi lokal “Pemuda
Peduli NAPZA”. Kemungkinan yang Peduli NAPZA” berjalan kurang baik, (9)
menyebabkan lemahnya kemampuan Tupoksi pengurus dan anggota organisasi
manajemen organisasi lokal “Pemuda Peduli lokal “Pemuda Peduli NAPZA” belum
NAPZA” adalah kurangnya minat dan dipahami, (10) Pemberian layanan organisasi
kemampuan pengurus dan anggota untuk lokal “Pemuda Peduli NAPZA” belum
menjalankan organisasi lokal “Pemuda Peduli maksimal, serta (11) Masih adanya
NAPZA”, serta kurangnya dukungan, masyarakat yang menolak keberadaan
kerjasama, dan partisipasi seluruh masyarakat. organisasi lokal “Pemuda Peduli NAPZA”.
Terdapat kesediaan beberapa pengurus dan Kebutuhan dalam manajemen organisasi lokal
anggota organisasi lokal “Pemuda Peduli “Pemuda Peduli NAPZA”, yaitu: (1)
NAPZA”, keluarga (orangtua), serta Menjadwalkan pertemuan untuk membahas
stakeholders bekerjasama dengan peneliti tentang perubahan nama pada “Forum Pemuda
untuk: (1) Melakukan identifikasi terhadap Anti NAPZA” menjadi organisasi lokal
manajemen organisasi lokal “Pemuda Peduli “Pemuda Peduli NAPZA”, (2) Pengkajian
NAPZA”, (2) Merencanakan dan modul/buku terkait organisasi untuk dipelajari
melaksanakan kegiatan yang bertujuan untuk pengurus dan anggota organisasi lokal
menguatkan manajemen organisasi lokal “Pemuda Peduli NAPZA”, (3) Pelatihan
“Pemuda Peduli NAPZA”, serta (3) administrasi organisasi bagi pengurus dan
Merencanakan dan melaksanakan kegiatan anggota organisasi lokal “Pemuda Peduli
dalam upaya pencegahan penyalahgunaan NAPZA”, (4) Dukungan pendanaan dari
NAPZA melalui organisasi lokal “Pemuda swadaya masyarakat dan PIPPK Kota
Peduli NAPZA”. Bandung, (5) Pelatihan pembuatan proposal
Menindaklanjuti hasil refleksi awal, maka dan pelatihan penjualan sebuah produk, (6)
aktivitas yang dilakukan peneliti adalah Peningkatan kerjasama dengan instansi
identifikasi terhadap manajemen organisasi pemerintah dan swasta, (7) Penyuluhan
lokal “Pemuda Peduli NAPZA”. Berdasarkan tentang peningkatan motivasi dan partisipasi
hasil identifikasi, dapat dipahami bahwa bagi pengurus dan anggota organisasi lokal
“Pemuda Peduli NAPZA”, (8) Merangkul

114
PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol.16 No.1, Juni 2017

kembali pengurus dan anggota organisasi lokal maupun masyarakat RW 18 Kelurahan Sadang
“Pemuda Peduli NAPZA” yang jarang hadir Serang untuk terlibat dalam upaya pencegahan
pada setiap pertemuan, (9) Meningkatan penyalahgunaan NAPZA, (3) Meningkatnya
koordinasi antara ketua umum dengan kapasitas pengurus dan anggota organisasi
pengurus dan anggota organisasi lokal lokal “Pemuda Peduli NAPZA” untuk
“Pemuda Peduli NAPZA” lainnya, (10) mengorganisir kegiatan dalam upaya
Penyesuaian jadwal pertemuan organisasi pencegahan penyalahgunaan NAPZA, (4)
lokal “Pemuda Peduli NAPZA”, (11) Meningkatnya kinerja pengurus dan anggota
Peningkatan kerjasama antara pengurus dan organisasi lokal “Pemuda Peduli NAPZA”
anggota organisasi lokal “Pemuda Peduli dalam memberikan pelayanan terbaik dalam
NAPZA”, (12) Merencanakan kembali upaya pencegahan penyalahgunaan NAPZA,
program kerja organisasi lokal “Pemuda serta (5) Meningkatnya jejaring kerja
Peduli NAPZA” selama 1 tahun dan organisasi lokal “Pemuda Peduli NAPZA”
melaksanakannya, (13) Perombakan pengurus dengan organisasi sosial pemerintah dan
dan anggota (kaderisasi) organisasi lokal swasta untuk mencapai pelayanan terpadu
“Pemuda Peduli NAPZA”, (14) dalam upaya pencegahan penyalahgunaan
Memfungsikan tupoksi pengurus dan anggota NAPZA.
organisasi lokal “Pemuda Peduli NAPZA” Berikut merupakan tabel kondisi sebelum dan
sesuai dengan jabatan, serta (15) setelah implementasi model intervensi (tabel
Mensosialisasikan keberadaan organisasi lokal 6). Berdasarkan tabel 6 dapat dipahami bahwa
“Pemuda Peduli NAPZA” kepada masyarakat. terjadi perbedaan kondisi sebelum dan setelah
Implementasi model intervensi dilakukan implementasi model intervensi. Semulanya
dengan memberdayakan semua potensi dan memiliki beberapa keterbatasan telah
sumber yang bisa membantu kelancaran mengalami peningkatan kemampuan
seluruh kegiatan. Oleh karena itu, semua manajemen dalam pencegahan penyalahgunaan
kegiatan bisa dilaksanakan secara terorganisir NAPZA. Selain itu juga, meningkatnya
dalam rangkaian proses yang telah dukungan, kerjasama, dan partisipasi seluruh
direncanakan. Rincian kegiatan dalam masyarakat. Akan tetapi, terdapat beberapa hal
implementasi model intervensi, yaitu: yang perlu ditindaklanjuti, yaitu: (1)
Pengembangan Organisasi Lokal “Pemuda Organisasi lokal “Pemuda Peduli NAPZA”
Peduli NAPZA” (Pelatihan Administrasi masih membutuhkan pendampingan secara
Organisasi dan Pemberian Pelatihan berkelanjutan, (2) Kepengurusan organisasi
Administrasi Organisasi dan Reorganisasi lokal “Pemuda Peduli NAPZA” dilibatkan
Keanggotaan), serta Membangun Jejaring dalam upaya pencegahan penyalahgunaan
Kerja (Penyuluhan Peningkatan Partisipasi, NAPZA di tingkat Kelurahan, Kecamatan,
Benchmark, dan Audiency). maupun Kota, serta (3) Jejaring kerja yang
Kegiatan dalam implementasi model sudah dibangun dengan instansi terkait harus
ditingkatkan untuk sustainable pengembangan
intervensi mampu meningkatkan kemampuan
program kerja organisasi lokal “Pemuda
manajemen organisasi lokal “Pemuda Peduli
Peduli NAPZA”.
NAPZA” dalam upaya pencegahan
penyalahgunaan NAPZA di RW 18 Kelurahan
Sadang Serang. Hasil lain yang dicapai dalam
implementasi model intervensi, yaitu: (1)
Terciptanya wadah/peluang bagi masyarakat
untuk berpartisipasi dalam upaya pencegahan
penyalahgunaan NAPZA melalui organisasi
lokal “Pemuda Peduli NAPZA”, (2)
Meningkatnya motivasi pengurus dan anggota
organisasi lokal “Pemuda Peduli NAPZA”

115
Tabel 6 yang terus mengalami perubahan. Selain itu
Kondisi Sebelum dan Setelah Pelaksanaaan juga, implikasi praktis bisa dijadikan bahan
Model Penguatan Manajemen Organisasi Lokal
“Pemuda Peduli NAPZA” dalam Pencegahan
masukan bagi pembuatan kebijakan baru,
Penyalahgunaan NAPZA koreksi kebijakan lama, pengembangan
Kondisi Awal Kondisi Akhir program pelayananan bagi penyedia layanan.
1. Adanya perubahan 1. Telah dilakukannya Implikasi praktis hasil penelitian, yaitu: (1)
nama pada “Forum perubahan nama pada Penelitian ini merupakan upaya berkelanjutan
Pemuda Anti NAPZA” “Forum Pemuda Anti
terhadap model awal yang dimulai dari
menjadi organisasi NAPZA” menjadi
lokal “Pemuda Peduli organisasi lokal tahapan refleksi awal, identifikasi manajemen,
NAPZA” “Pemuda Peduli perencanaan model, implementasi model,
2. Sumber daya manusia NAPZA” refleksi implementasi model, serta evaluasi
kurang memadai 2. Sumber daya manusia dan model akhir secara partisipatif, (2) Proses
secara kualitas dan organisasi telah
penentuan model intervensi dilakukan secara
kuantitas. memadai secara
3. Sumber pendanaan kualitas dan kuantitas partisipatif dan berdasarkan aspirasi yang
belum dimiliki 3. Sumber pendanaan berkembang dimasyarakat. Akan tetapi,
4. Hubungan keluar telah dimiliki peneliti dapat menggarisbawahi bahwa semua
organisasi tidak jelas. organisasi aspirasi menjadi sebuah kegiatan yang tidak
5. Masih kurangnya 4. Hubungan keluar
terlepas dari kondisi yang ada di RW 18
motivasi pengurus dan organisasi telah jelas
anggota organisasi 5. Meningkatnya motivasi Kelurahan Sadang Serang, (3) Implementasi
6. Masih adanya pengurus dan anggota model intervensi senantiasa melibatkan
kesulitan untuk organisasi berbagai pihak sebagai satu kesatuan sistem
melakukan pertemuan 6. Tidak ada kesulitan yang akan saling bekerjasama untuk
pengurus dan anggota untuk melakukan
mewujudkan tujuan yang ingin dicapai, (4)
organisasi pertemuan pengurus
7. Program kerja dan anggota organisasi Kembali menguatnya ikatan antara masyarakat
organisasi selama 1 7. Program kerja dengan pihak yang terkait lainnya. Akan
tahun belum terlaksana organisasi selama 1 tetapi, dapat pula berdampak negatif apabila
8. Kepengurusan tahun akan terlaksana tidak adanya saling percaya (mutual trust)
organisasi berjalan 8. Kepengurusan
antar pihak yang terlibat. Misalnya, sistem
kurang baik organisasi berjalan
9. Tupoksi pengurus dan baik. sumber pemerintah dan swasta memandang
anggota organisasi 9. Tupoksi pengurus dan bahwa upaya yang digerakan masyarakat
belum dipahami. anggota organisasi hanya bermotif tertentu yang nantinya
10. Pemberian layanan telah dipahami. berdampak kepada ketergantungan tanpa
organisasi belum 10. Pemberian layanan
adanya upaya masyarakat sendiri untuk
maksimal. organisasi akan
11. Masih adanya maksimal. merubah kondisi yang dialaminya. Sebaliknya,
masyarakat yang 11. Tidak ada masyarakat apabila penguatan manajemen organisasi lokal
menolak keberadaan yang menolak “Pemuda Peduli NAPZA” yang dilakukan
organisasi lokal keberadaan organisasi masyarakat dari pemerintah dan swasta
“Pemuda Peduli lokal “Pemuda Peduli
dianggap hanya sebatas untuk merealisasikan
NAPZA”. NAPZA”.
Sumber: Hasil Pengolahan Data Peneliti Tahun 2016 kegiatan yang ada di dokumen pelaksanaan
anggaran tahunan tentunya akan dimaknai
sebagai proyek semata dibanding dengan
Implikasi praktis merupakan sebuah dampak dari kegiatan yang dilaksanakan, (5)
konsekuensi dari hasil temuan selama Upaya penguatan manajemen organisasi lokal
penelitian. Implikasi praktis dimaksudkan “Pemuda Peduli NAPZA” di dalam wilayah
untuk pengembangan praktik pekerjaan sosial RW 18 Kelurahan Sadang Serang (jaringan
di masa yang akan datang dengan mengambil internal) dilakukan dengan menjalin
pelajaran yang telah dilakukan sebelumnya. komunikasi, kerjasama, dan koordinasi yang
Hal ini dapat diupayakan dengan melakukan baik dengan organisasi lainnya. Hal ini
perbaikan yang disesuaikan dengan dimaksudkan agar organisasi lokal “Pemuda
perkembangan dan dinamika permasalahan Peduli NAPZA” menjadi lebih baik dalam

116
PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol.16 No.1, Juni 2017

memberikan pelayanan kepada masyarakat, NAPZA” selama 1 tahun belum terlaksana, (8)
mengingat keberadaan mereka sebagai aktor Kepengurusan organisasi lokal “Pemuda
utama dalam pelaksanaan pembangunan, (6) Peduli NAPZA” berjalan kurang baik, (9)
Tidak kalah pentingnya adalah Tupoksi pengurus dan anggota organisasi
mempertahankan jejaring kerja (Penyuluhan lokal “Pemuda Peduli NAPZA” belum
Peningkatan Partisipasi, Benchmark, dan dipahami, (10) Pemberian layanan organisasi
Audiency) yang sudah ada. Hal ini lokal “Pemuda Peduli NAPZA” belum
dikarenakan, tidak selamanya maksimal, serta (11) Masih adanya
menggantungkan bantuan atau fasilitas dari masyarakat yang menolak keberadaan
agen perubahan. Upaya-upaya yang sudah organisasi lokal “Pemuda Peduli NAPZA”.
dirintis harus diambil alih dan dilanjutkan Hasil refleksi awal dan identifikasi manajemen
dengan kewenangan penuh oleh organisasi akan dijadikan acuan dalam penyusunan
lokal “Pemuda Peduli NAPZA”. perencanaan model intervensi. Untuk
Simpulan persiapan dalam menyusun perencanaan
model intervensi, maka terlebih dahulu
Penelitian tentang penguatan manajemen
peneliti bersama dengan TKM melakukan
organisasi lokal “Pemuda Peduli NAPZA”
konsultasi. Pelaksanaan konsultasi melibatkan
dalam pencegahan penyalahgunaan NAPZA
pihak yang berkompeten, meliputi akademisi
di RW 18 Kelurahan Sadang Serang
Community Organization/Community Development,
merupakan jenis penelitian tindakan (action
research). Tahapan yang dilakukan dalam akademisi Human Social Organization,
akademisi NAPZA, akademisi NAPZA
penelitian ini adalah refleksi awal, identifikasi
manajemen, perencanaan model, implementasi Komunitas, praktisi BNN (Badan Narkotika
Nasional) Kota Bandung, praktisi Dinas Sosial
model, serta evaluasi dan model akhir
Kota Bandung, dan praktisi BRSPP (Balai
penguatan manajemen organisasi lokal
Rehabilitasi Sosial Pamardi Putera) Lembang.
“Pemuda Peduli NAPZA”. Setiap tahapan
Tujuannya untuk mengetahui pandangan
melibatkan pengurus dan anggota organisasi
mereka tentang upaya pencegahan
lokal “Pemuda Peduli NAPZA”, korban
penyalahgunaan NAPZA di RW 18 Kelurahan
penyalahgunaan NAPZA, stakeholders,
Sadang Serang yang akan direncanakan dan
masyarakat RW 18 Kelurahan Sadang Serang,
dilaksanakan bersama-sama dengan TKM.
serta para akademisi/praktisi.
Adapun rincian kegiatan dari hasil penyusunan
Berdasarkan hasil refleksi awal dan perencanaan model intervensi, yaitu
identifikasi manajemen ditemukan beberapa Pengembangan Organisasi Lokal “Pemuda
masalah dalam manajemen organisasi lokal Peduli NAPZA” (Pelatihan Administrasi
“Pemuda Peduli NAPZA”, yaitu: (1) Adanya Organisasi dan Reorganisasi Keanggotaan),
perubahan nama pada “Forum Pemuda Anti serta Membangun Jejaring Kerja (Penyuluhan
NAPZA” menjadi organisasi lokal “Pemuda Peningkatan Partisipasi, Benchmark dan
Peduli NAPZA”, (2) Sumber daya manusia Audiency). Semua kegiatan akan dilaksanakan
organisasi lokal “Pemuda Peduli NAPZA” secara terorganisir dalam rangkaian proses
kurang memadai secara kualitas dan kuantitas, yang telah direncanakan.
(3) Sumber pendanaan belum dimiliki
Kegiatan dalam implementasi model
organisasi lokal “Pemuda Peduli NAPZA”, (4)
intervensi mampu meningkatkan kemampuan
Hubungan keluar organisasi lokal “Pemuda
manajemen organisasi lokal “Pemuda Peduli
Peduli NAPZA” tidak jelas, (5) Masih
NAPZA” dalam pencegahan penyalahgunaan
kurangnya motivasi pengurus dan anggota
NAPZA di RW 18 Kelurahan Sadang Serang.
organisasi lokal “Pemuda Peduli NAPZA”, (6)
Hasil lain yang dicapai dalam implementasi
Masih adanya kesulitan untuk melakukan
model intervensi, yaitu: (1) Terciptanya
pertemuan pengurus dan anggota organisasi
wadah/peluang bagi masyarakat untuk
lokal “Pemuda Peduli NAPZA”, (7) Program
berpartisipasi dalam pencegahan
kerja organisasi lokal “Pemuda Peduli

117
penyalahgunaan NAPZA melalui organisasi baik untuk mengatasi masalah mendasar yang
lokal “Pemuda Peduli NAPZA”, (2) menyebabkan lemahnya kemampuan
Meningkatnya motivasi pengurus dan anggota manajemen organisasi lokal “Pemuda Peduli
organisasi lokal “Pemuda Peduli NAPZA” NAPZA”. Terbukti hasil implementasi model
maupun masyarakat RW 18 Kelurahan Sadang intervensi dapat meningkatkan kemampuan
Serang untuk terlibat dalam upaya pencegahan manajemen organisasi lokal “Pemuda Peduli
penyalahgunaan NAPZA, (3) Meningkatnya NAPZA” dalam pencegahan penyalahgunaan
kapasitas pengurus dan anggota organisasi NAPZA di RW 18 Kelurahan Sadang Serang.
lokal “Pemuda Peduli NAPZA” untuk Akan tetapi, terdapat beberapa hal yang perlu
mengorganisir kegiatan dalam upaya ditindaklanjuti, yaitu: (1) Organisasi lokal
pencegahan penyalahgunaan NAPZA, (4) “Pemuda Peduli NAPZA” masih
Meningkatnya kinerja pengurus dan anggota membutuhkan pendampingan secara
organisasi lokal “Pemuda Peduli NAPZA” berkelanjutan, (2) Kepengurusan organisasi
dalam memberikan pelayanan terbaik dalam lokal “Pemuda Peduli NAPZA” dilibatkan
upaya pencegahan penyalahgunaan NAPZA, dalam upaya pencegahan penyalahgunaan
serta (5) Meningkatnya jejaring kerja NAPZA di tingkat Kelurahan, Kecamatan,
organisasi lokal “Pemuda Peduli NAPZA” maupun Kota, serta (3) Jejaring kerja yang
dengan organisasi sosial pemerintah dan sudah dibangun dengan instansi terkait harus
swasta untuk mencapai pelayanan terpadu ditingkatkan untuk sustainable pengembangan
dalam upaya pencegahan penyalahgunaan program kerja organisasi lokal “Pemuda
NAPZA. Model akhir yang telah Peduli NAPZA”.
disempurnakan efektif dan cenderung lebih

Daftar Pustaka
Ami Maryami, Jumayar Marbun, Nelson Aritonang, Epi Supiadi, dan Yuti Ismudiyarti. 2015. Peran
Lembaga Kesejahteraan Sosial dalam Penanganan Penyalahgunaan NAPZA di Jawa Barat.
Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol. 14, No. 1, Tahun 2015
Arifuddin Biki. 2015. Penguatan Kapasitas Kelompok Masyarakat Peduli Bencana dalam
Kesiapsiagaan Bencana Tanah Longsor di Kabupaten Bandung Barat. Jurnal Ilmiah
Pekerjaan Sosial Vol. 14, No. 2, Tahun 2015
H. Malayu S. P. Hasibuan.1996. Manajemen, Dasar, Pengertian, dan Masalah. Jakarta: Toko
Gunung Agung
Isbandi Rukminto Adi. 2008. Intervensi Komunitas Pengembangan Masyarakat Sebagai Upaya
Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: Rajagrafindo Persada
Johnson, Jerry L. 2004. Fundamentals of Subtance Abuse Pratice. Canada: Thomson Learning, Inc.
Pact’s OCA (Organizational Capacity Assessment). 1998. Facilitator’s Handbook: Building
Capacity Worldwide
Sloboda, Zili & Bukoski, William J.2006. Handbook of Drug Abuse Prevention. New York: Springer
Science Business Media
Sussman, Steve &Ames, Susan L. 2008. Drug Abuses Concept, Prevention, and Cessation.
Cambridge: Cambridge University Press
Suwarsih Madya. 2011. Penelitian Tindakan. Action Research. Bandung: Alfabeta
Widyani Tri Yolanda. 2015. Relasi Pertolongan Pekerjaan Sosial Bagi Pecandu Narkoba di Rumah
Cemara. Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol. 14, No. 1, Tahun 2015

118

You might also like