You are on page 1of 32

LINDAYASOS : Jurnal Ilmiah Perlindungan & Pemberdayaan Sosial Vol. 01 No.

1, Juli 2019

PEMBERDAYAAN EKONOMI PEMULUNG


MELALUI DAUR ULANG SAMPAH

Zulkifli Saputera
Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung, zul.paika@yahoo.com

Dr. Bambang Rustanto


Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung, rustanto_bambang@yahoo.com

Dr TM. Marwanti
Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung, marwanti.wanti@gmail.com

Abstract
The economic empowerment of waste collectors is an effort to increase the knowledge, skills and income of
waste collectors through recycling of waste and connecting with the local business community. The
community was given increased awareness of the importance of scavenger problems and capacity building
for TKM in implementing empowerment. The purpose of this study is to obtain an overview of the initial
conditions, draw up a design, obtain an overview of the results of implementation and arrange
improvements in the design of pumulung economic empowerment through waste recycling. The research
method used is participatory action research with a qualitative approach. The results of this study indicate
that: (1) the implementation of economic scavenger empowerment through the waste cycle is carried out in
2 cycles, namely: assessment, planning, intervention, evaluation and return to assessment, planning,
intervention and further evaluation. (2) the implementation of empowerment is carried out through three
micro, messo and macro levels. (3) training and awareness of scavenger groups produces independence in
building networks with the local business world, increasing the capacity of TKM and the environment
cleaner. In managing waste, the community is able to organize themselves in joint activities to solve waste
problems, as a form of high awareness in responding to waste problems and acting on the basis of mutual
interests.
Keyword :
Empowerment, Scavenger Economy, Recycle

Abstrak

Pemberdayaan ekonomi pemulung merupakan upaya meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan


penghasilan pemulung melalui daur ulang sampah dan menghubungkan dengan dunia usaha lokal.
Masyarakat diberikan peningkatan kesadaran akan pentingnya permasalahan pemulung dan peningkatan
kapasitas bagi TKM dalam pelaksanaan pemberdayaan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
memperoleh gambaran kondisi awal, menyusun desain, memperoleh gambaran hasil implementasi dan
tersusunnya penyempurnaan desain pemberdayaan ekonomi pumulung melalui daur ulang sampah. Metode
Penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan partisipatif dengan pendekatan kualitatif. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) pelaksanaan pemberdayaan ekonomi pemulung melalui daur
sampah dilakukan dalam 2 siklus yaitu: asesmen, perencanaan, intervensi, evaluasi dan kembali ke
asesmen, perencanaan, intervensi dan evaluasi lanjutan. (2) pelaksanaan pemberdayaan dilakuan melalui
tiga aras mikro, messo dan makro. (3) pelatihan dan penyadaran kepada kelompok pemulung menghasilkan
kemandirian dalam membangun jejaring dengan dunia usaha lokal, meningkatkan kapasitas TKM dan
lingkungan lebih bersih. Dalam mengelola sampah, masyarakat mampu mengorganisir diri dalam kegiatan
bersama untuk memecahkan masalah sampah, sebagai bentuk kesadaran tinggi dalam merespon masalah
sampah dan bertindak atas dasar kepentingan bersama.

Kata Kunci :
Pemberdayaan, Ekonomi Pemulung, Daur Ulang Sampah.

53
LINDAYASOS : Jurnal Ilmiah Perlindungan & Pemberdayaan Sosial Vol. 01 No. 1, Juli 2019

PENDAHULUAN 2018, setidaknya ada 75.623 jiwa yang


Kabupaten Bandung Barat (KBB) miskin di Lembang
memiliki 16 Kecamatan dan 165 Hingga tahun 2017 Jumlah
Kelurahan/Desa. Secara Demografis jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial
penduduk KBB sebanyak 1.408.550 jiwa (PMKS) di Kabupaten Bandung Barat masih
dengan proporsi berdasarkan jenis kelamin tinggi mencapai 510.890 orang dimana
terdiri dari laki-laki 705.679 jiwa dan sebagian besar adalah masyarakat miskin
perempuan 702.871 jiwa. Penyebaran dari 26 jenis PMKS, jumlah PMKS ini
penduduk tidak merata terpadat ada di berdasarkan pada data di Dinas Sosial
kecamatan Ngamprah sedangkan terendah Kabupaten Bandung Barat yang
adalah kecamatan Gununghalu. Jumlah disampaikan ke Kementerian Sosial, dari 26
angkatan kerja KBB mencapai 447.314 jiwa jenis PMKS hampir ada di Kabupaten
dan terbagi dalam beberapa jenis mata Bandung Barat, namun mayoritas masih
pencaharian seperti di sektor pertanian dan didominasi oleh kemiskinan, diantaranya
buruh tani dengan presentase tertinggi seperti masalah kebencanaan, ketunaan,
mencapai 33.87 %. Sektor Industri l6,53 %, keterlantaran, kecacatan, keterpencilan serta
sektor Perdagangan l5,51%, sektor jasa 9,51 tindak kekerasan.
% dan yang lainnya 24.59%. Dilihat dari sisi Penanganan PMKS yang ada di
penggunaan lahan di wilayah Kabupaten Kabupaten Bandung Barat tidak semua
Bandung Barat, penggunaan lahan untuk dilakukan oleh Dinas Sosial Kabupaten
budidaya pertanian merupakan penggunaan Bandung Barat, hanya beberapa PMKS yang
lahan terbesar yaitu 66.500,294 HA. ditangani, diantaranya penanganan
Angka kemiskinan di Kabupaten penyandang kemiskinan dengan program
Bandung Barat Berdasarkan Hasil Badan perlindungan sosial dengan pemberian
Statistik tahun 2017, angka kemiskinan di bantuan usaha seperti Kelompok Usaha
KBB mencapai 192.000 jiwa atau 11,49% Bersama (KUBE), Program Keluarga
dari jumlah penduduk KBB. Banyaknya Harapan (PKH) dan sebagainya.
jumlah penduduk di Lembang menjadi Salah satu desa yang memiliki
faktor utama tingginya angka kemiskinan PMKS yaitu lokasi peneliti di Kecamatan
tersebut. Lembang menjadi penyumbang Lembang Kabupaten Bandung Barat sampai
cukup besar kemiskinan di KBB, data tahun dengan tahun 2016 jumlah populasi

54
LINDAYASOS : Jurnal Ilmiah Perlindungan & Pemberdayaan Sosial Vol. 01 No. 1, Juli 2019

sebanyak 11.428 jiwa dengan jumlah kepala cara pemberian penyuluhan daur ulang
keluarga sebanyak 3.580 KK, masyarakat sampah sebagai upaya memberdayakan
Lokasi peneliti sebagian besar bercocok pemulung.
tanam, bertani, buruh tani, peternak sapi Kegiatan yang dilakukan peneliti
perah dan buruh lainnya, hal ini yang berdasarkan hasil asesmen awal yaitu
membuat sebagian besar masyarakat di intervensi pekerjaan sosial tiga aras, aras
Lokasi peneliti menggantungkan mikro, mezzo dan makro. Masalah yang
kehidupannya dengan alam. muncul terhadap pemulung diantaranya
Fokus masalah yang dipilih oleh ketidakmampuan dalam memenuhi
peneliti adalah salah satu dari PMKS yaitu kebutuhannya sehari-hari, menampilkan
pemulung. Gambaran pemulung yang ada perilaku negatif seperti mengkonsumsi
di Lokasi peneliti berdasarkan informasi alkohol bahkan sampai obat-obatan
dari hasil pertemuan oleh warga yang terlarang, melihat kondisinya yang tidak
dihadiri oleh Aparat Desa, Tim penggerak berdaya, pemulung tidak menyadari bahwa
PKK, Tokoh masyarakat, RW, RT, Karang perilaku yang dilakukan sudah melanggar
Taruna dan masyarakat setempat yaitu norma-norma yang ada dimasyarakat
sangat memprihatinkan dikarenakan dikarenakan bisa membahayakan bagi
setelah mencari barang-barang bekas dirinya sendiri dan masyarakat yang ada
disekitar wilayah tempat tinggalnya, disekitarnya.
pemulung cenderung melakukan perilaku Berdasarkan hasil penelitian awal,
menyimpang seperti mengkonsumsi peneliti telah melakukan intervensi mikro
alkohol bahkan sampai obat-obat yang dengan melakukan penerapan terapi
terlarang. Realitas, Emotional Freedom Teknik,
Pada penelitian awal, peneliti telah Nourishment, Konseling, tujuan dari terapi
melakukan intervensi pada aspek ini untuk bisa meningkatkan kemampuan
psikologis pemulung dengan menggunakan dan mengurangi perilaku negatif yang
pendekatan mikro serta mezzo dengan cara sering ditampilkan pemulung. Target
pemberian terapi dan pembentukan behaviour yang menjadi sasaran
kelompok peduli pemulung, sedangkan penanganan peneliti yaitu dengan
pada aspek finansial pemulung menyadarkan bahwa mengkonsumsi
menggunakan pendekatan makro dengan alkohol dan obat-obatan dampaknya sangat

55
LINDAYASOS : Jurnal Ilmiah Perlindungan & Pemberdayaan Sosial Vol. 01 No. 1, Juli 2019

membahayakan dalam kehidupan karena intervensi, evaluasi dan terminasi, uraian


akan merusak empat aspek, diantaranya proses dan hasil sebagai berikut:
aspek biologis, aspek psikologis, aspek Asessmen awal yang dilakukan
sosial dengan aspek spritual. peneliti melalui teknik wawancara
Selain target behaviour, peneliti observasi dengan terhadap ketua RW/RT,
juga membantu pemulung untuk bisa Karang Taruna, Kader PKK, Tokoh
berdaya dari aspek ekonomi, tambahan Masyarakat, Aparat Desa di Aula Kantor
penghasilan dari hasil mencari barang- Desa pada tanggal 30 Agustus 2017,
barang bekas untuk memenuhi berdasarkan jenis PMKS berdasarkan
kebutuhannya yang mendasar dan bisa PERMENSOS RI no. 8 Tahun 2012,
menabung sebagai aset cadangan ditemukan permasalahan yang ada di
pemulung untuk keperluan dihari-hari yang lokasi peneliti diantaranya: Fakir Miskin,
akan datang, peneliti membantu pemulung Perempuan Rawan Sosial Ekonomi, Anak
untuk ingin menyisihkan dan menjual Nakal, Anak yang jadi tindak korban
sampahnya yang bisa dijadikan pupuk ke kekerasan, Lanjut Usia terlantar, Bekas
pihak swasta yaitu tempat budidaya jamur warga binaan lembaga pemasyarakatan,
maitake. Korban Penyalahgunaan Napza dan hasil
Hasil pelaksanaan intervensi pada rembug warga yang dilakukan peneliti
kondisi awal adalah berkurangnya perilaku dalam hal ini mengambil fokus tentang
negatif pemulung, pemulung mampu fakir miskin dalam hal ini fokus tentang
mengatur keuangan dengan menabung permasalahan yang ada di Lokasi peneliti
hasil barang-barang bekas/sampah yang Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung
terjual, adanya keinginan pemulung untuk Barat.
menyisihkan sebagian uangnya sebagai Berdasarkan hasil asessmen
cadangan keuangan ketika pendapatan dari masalah dan potensi serta sumber yang
hasil mencari sampah hanya sedikit dilakukan dengan metode Asessmen
sehingga dari tabungannya tersebut bisa Partisipasi bersama masyarakat (MPA),
dipakai untuk memenuhi kebutuhannya. PMKS yang teridentifikasi, peneliti
Tahapan kegiatan yang telah mengambil fokus penyandang masalah
dilakukan peneliti sebelumnya mulai dari kesejahteraan sosial Pemulung,
tahapan asessmen, rencana intervensi, dikarenakan masalah tersebut cukup

56
LINDAYASOS : Jurnal Ilmiah Perlindungan & Pemberdayaan Sosial Vol. 01 No. 1, Juli 2019

memprihatinkan dan perlu segera Adapun hasil dari refleksi awal yang
ditangani, selain itu yang menjadi dasar dilakukan peneliti dalam melakukan
pemikiran peneliti adalah karena sesuai intervensi mikro sebagai berikut: Pertama,
amanat UUD yang harus dijaga dan klien mampu merespon arahannya dan
dipelihara maka dari itu diperlukan memiliki komitmen untuk mengurangi
penanganan yang tepat agar bisa ditangani. mengkonsumsi alkohol dan obat-obatan
Pelaksanaan intervensi mikro yang terlarang, Kedua, adanya perubahan perilaku
dilakukan peneliti terhadap klien dan klien, Ketiga, klien mampu menyisihkan
kelurga klien berdasarkan kebutuhan dan uangnya untuk menabung, hasil dari
aktivitas yang akan dilakukan klien, tabungan tersebut dapat dijadikan modal
berdasarkan hasil asessmen yang dilakukan usaha untuk memenuhi kebutuhan sehari-
peneliti sebelumnya berdasarkan informasi harinya
oleh masyarakt bertempat tinggal klien dan Pelaksanaan intervensi mezzo yaitu
pada umumya masyarakat di Lokasi membentuk kelompok peduli pemulung.
peneliti bahwa kondisi klien sangat Terbentuknya kelompok peduli pemulung
memprihatinkan disebabkan klien setiap sebagai suatu wadah untuk membantu
selesai mencari barang bekas hasil dari pemulung dalam mencapai perubahan
yang didapatkan dibelikan sesuatu yang perilaku yang diharapkan. Pembentukan
tidak bermanfaat seperti minuman yang kelompok peduli pemulung ini dilakukan
beralkohol sampai dengan obat-obatan dengan berkoordinasi bersama Aparat
yang terlarang, sehingga peneliti dalam hal Desa, Kader PKK, Tokoh Masyarakat,
ini akan mengubah pola pikir dan perilaku Karang Taruna dan Ketua RW/RT sebagai
yang menyimpang yang dilakukan klien, fasilitator implementasi pada kegiatan
adapun strategi yang dilakukan peneliti intervensi.
sebagai berikut: Pertama, memberikan Terbentuknya kelompok peduli
edukasi terhadap klien tentang konsep pemulung bisa membantu dan menguatkan
bahaya alkohol dan obat-obatan terlarang, bagi pemulung, selain itu kelompok ini
Kedua, Memberikan arahan kepada klien sebagai suatu wadah support system untuk
agar menggunakan respon melawan saat memberikan dukungan edukasi terhadap
tergoda ingin melakukan yaitu dengan pemulung. Sebelum pembentukan dan
peralihan. penunjukan kelompok, peneliti melakukan

57
LINDAYASOS : Jurnal Ilmiah Perlindungan & Pemberdayaan Sosial Vol. 01 No. 1, Juli 2019

kordinasi dengan ketua RW 10 selaku kesadaran, kemauan dan kemampuan


tokoh masyarakat yang mengetahui secara masyarakat untuk hidup bersih dan sehat
mendalam terkait kondisi dan aktifitas secara optimal.
keseharian pemulung. Kegiatan penyuluhan PHBS yang
Pelaksanaan intervensi makro yaitu dilakukan sebagai bentuk penerapan teori
kegiatan penyuluhan terhadap pemulung pemberdayaan. Menurut Sumodiningrat
tentang “Pola Hidup Bersih dan Sehat” (1999), bahwa pemberdayaan masyarakat
(PHBS). Kegiatan penyuluhan Pola Hidup merupakan upaya untuk memandikan
Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sebuah masyarakat lewat perwujudan dan potensi
usaha untuk memberikan kemampuan yang mereka miliki. Adapun
pengalaman/pengetahuan dengan belajar pemberdayaan masyarakat senantiasa
lalu menciptakan suatu kondisi bagi menyangkut dua kelompok yang saling
masyarakat, kelompok keluarga dan yang terkait, yaitu masyarakat atau kelompok
paling utama adalah perorangan. pemulung sebagai pihak yang
Memberikan informasi, membuka jalur diberdayakan dan peneliti sebagai pihak
komunikasi dan melakukan edukasi untuk yang menaruh kepedulian dan pihak yang
memberikan, meningkatkan pengetahuan, memberdayakan.
perilaku dan sikap melalui pendekatan Pemberdayaan yang dilakukan
advocacy (membela) social support kepada kelompok pemulung sejalan
(dukungan sosial) dan empowerment dengan penelitian terdahulu dalam jurnal
(pemberdayaan masyarakat) sebagai suatu studi pengelolaan sampah berbasis
usaha untuk membantu masyarakat komunitas pada kawasan pemukiman
mengenali serta mengatasi masalahnya perkotaan di Yogyakarta oleh Amos
sendiri. Setiadi (Vol.3 (1), 2015, 27-38) yang
Tujuan dari pelaksanaan Pola menghasilkan pengelolaan sampah
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah membuat masyarakat mampu
untuk meningkatkan pengetahuan mengorganisir diri dalam kegiatan bersama
masyarakat, sikap dan perilaku serta untuk memecahkan masalah sampah.
kemandirian setiap keluarga dalam Selain itu, jurnal Friska Indria tentang
mengatasi masalah tentang kesehatan pemberdayaan masyarakat pemulung
selain itu meningkatkan pengetahuan, sampah sungai Citarum melalui koperasi

58
LINDAYASOS : Jurnal Ilmiah Perlindungan & Pemberdayaan Sosial Vol. 01 No. 1, Juli 2019

bangkit bersama, Vol.4 (2), 2017,180-186) Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung


dan jurnal Palupi Kusuma tentang Barat. Penelitian kualitatif merupakan
pemberdayaan perempuan melalui penelitian lapangan, seperti yang
program daur ulang sampah plastic di dikemukakan oleh Robert Emerson yang
kelompok pengelola sampah mandiri dikutip oleh Grinnel (1997) yaitu:
(KPSM) Sleman. Vol. 6(8), 2017, 883- "Qualitative research is the study of
841) kedua jurnal tersebut, menjelaskan people in their own natural
bahwa pemberdayaan yang dilakukan environments as they go about their
dengan cara menumbuhkan kesadaran dan daily lives. It tries to understand how
memberikan pelatihan kepada masyarakat how people live, how they talk and
memberikan kesejahteraan baik secara behave, and what captivates and
ekonomi dan kelestarian lingkungan distress them... more importantly, it
sekitar. strives to understand the meaning"s
Berdasarkan penjelasan di atas, peoples words and behaviours have
adapun rumusan masalah dalam penelitian for them"
ini adalah “Pemberdayaan Ekonomi
Pernyataan di atas menjelaskan bahwa
Pemulung melalui daur ulang sampah”.
penelitian kualitatif merupakan proses
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mempelajari orang dalam lingkungan
memperoleh gambaran kondisi awal,
alamiah mereka dan mempelajari kehidupan
menyusun desain, memperoleh gambaran
mereka sehari-hari untuk memahami
hasil implementasi, dan tersusunnya
kehidupan mereka bagaimana mereka
penyempurnaan desain pemberdayaan
berbicara serta bertingkah laku, untuk
ekonomi pumulung melalui daur ulang
kemudian menggali apa permasalahan yang
sampah.
mereka hadapi dan utamanya memahami
METODE PENELITIAN makna dari perilaku dan ucapan-ucapan
mereka
Penelitian yang dilakukan adalah
Burns dalam Madya (2011)
adalah penelitian kualitatif dengan metode
mengatakan bahwa penelitian tindakan
penelitian tindakan partisipatif, peneliti
merupakan penerapan penemuan fakta pada
mengkaji Pemberdayaan Pemulung melaui
pemecahan masalah dalam situasi sosial
Ekonomi Daur Ulang di Desa Cibogo
dengan pandangan untuk meningkatkan

59
LINDAYASOS : Jurnal Ilmiah Perlindungan & Pemberdayaan Sosial Vol. 01 No. 1, Juli 2019

kualitas tindakan yang dilakukan (participatory action research) sebagai


didalamnya, yang melibatkan kolaborasi dan upaya untuk memahami tingkah laku
kerjasama para praktisi dan orang awam pemulung, sekaligus menerapkan ide-ide
Sementara itu (Kemmis dalam Madya yang dapat digunakan untuk membantu
2011) menyatakan bahwa penelitian memperbaiki kondisi kehidupan pemulung
tindakan adalah suatu bentuk penelitian di dalam lingkungan alamiahnya. Neuman
reflektif diri yang secara kolektif dilakukan (2006) mendefinisikan penelitian tindakan,
oleh peserta-pesertanya dalam situasi sosial sebagai berikut: "Action research is applied
untuk meningkatkan penalaran dan keadilan research that treats knowledge as a form of
praktik pendidikan dan praktik sosial power and abolishes the line between
mereka, serta pemahaman mereka terhadap research and social action". Dengan
praktik-praktik mereka dan pemahaman demikian maka penelitian tindakan
mereka terhadap situasi tempat praktik- menempatkan pengetahuan-pengetahuan dan
praktik tersebut dilakukan. ide-ide sebagai kekuatan untuk melakukan
Penelitian tindakan merupakan tindakan, dimana penelitian tindakan
intervensi skala kecil terhadap tindakan di menerapkan teknik partisipasi dari partisipan
dunia nyata dan pemeriksaan cermat sehingga dikatakan menghilangkan batas-
terhadap pengaruh intervensi tersebut batas penelitian dengan aksi sosial..
(Cohen dan Manion, dalam Zuriah 2006). Pendekatan kualitatif dengan metode
Sedangkan menurut (Elliot dalam Zuriah penelitian tindakan yaitu peneliti mengkaji
2006) menyebutkan penelitian tindakan bagaimana memberdayakan pemulung,
merupakan kajian tentang situasi sosial peneliti terlibat langsung dalam tindakan
dengan maksud untuk meningkatkan sehingga dapat merasakan dan mengetahui
kualitas kegiatan yang ada didalamnya. pelaksanaan pemberdayaan pemulung di
Seluruh prosesnya meliputi telaah, Desa Cibogo Kecamatan Lembang
diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, Kabupaten Bandung Barat.
pemantauan dan dampak, serta menjalin Rancangan penelitian ini
hubungan yang diperlukan antara evaluasi mempertimbangkan tahapan-tahapan dalam
diri dan perkembangan profesional. penelitian tindakan, penelitian dilaksanakan
Peneliti menggunakan metode dengan empat tahapan, tahap I yang
penelitian tindakan partisipatif merupakan fase refleksi awal yang berarti

60
LINDAYASOS : Jurnal Ilmiah Perlindungan & Pemberdayaan Sosial Vol. 01 No. 1, Juli 2019

melakukan Reasessment terhadap kegiatan mengatasi permasalahan tersebut, maka


penelitian awal yang telah dilakukan yaitu peneliti akan merumuskan perencanaan
terhadap pemberdayaan pemulung. sesuai dengan hasil asessmen dalam
Tahapan berikutnya merupakan proses penelitian.
tahapan keberlanjutan desain yang berpijak
dari kekuatan dan kelemahan dari refleksi 2. Perencanaan Tindakan
awal pada tahap I, kemudian tahap ke II Setelah melakukan refleksi awal
perencanaan, tahap III merupakan tahapan berdasarkan implementasi desain
observasi tindakan dan juga implementasi pemberdayaan berupa pemberian
kegiatan pengembangan desain, dan tahapan intervensi mikro, mezzo dan makro
ke IV adalah tahapan terakhir yang melalui pendampingan psikososial,
dilakukan melalui refleksi desain konseling dan penyuluhan terhadap
pemberdayaan pemulung di Desa Cibogo pemulung. Hasil reasessmen, selanjutnya
dimana pada tahapan ini dijelaskan adalah melakukan perencanaan
kesimpulan dan rekomendasi bagi program pelaksanaan pemberdayaan pemulung
tersebut untuk mempermudah pemahaman dengan membangun kerjasama terhadap
dalam rancangan penelitian. tokoh masyarakat dan masyarakat dalam
1. Refleksi Awal membantu mempertahankan perubahan
Kegiatan refleksi awal dimulai perilaku yang telah dilakukan oleh
dengan cara melakukan evaluasi terhadap pemulung.
pelaksanaan dengan cara memahami 3. Pengambilan Tindakan
kondisi dan permasalahan setelah Pengambilan tindakan merupakan
dilakukan intervensi mikro, mezzo dan sebuah proses implementasi program
makro yang telah dilaksanakan selama yang telah dirancang sebelumnya
empat bulan oleh peneliti melalui desain melaksanakan kegiatan, dalam hal ini
pada pelaksanaan program pemberdayaan adalah aktualisasi, meliputi:
pemulung. Kegiatan dalam refleksi awal a. Melakukan diskusi bersama baik
juga dilakukan sehingga ditemukan dengan tokoh masyarakat maupun
bahwa program pemberdayaan pemulung dengan tim kerja masyarakat dan
berjalan secara maksimal dan lancar kelompok
dikarenakan belum adanya untuk

61
LINDAYASOS : Jurnal Ilmiah Perlindungan & Pemberdayaan Sosial Vol. 01 No. 1, Juli 2019

b. Melakukan penggalangan dukungan hasil. Indikator ini diaplikasikan sesuai


dengan mendatangi tokoh-tokoh dengan alur penelitian kualitatif.
masyarakat maupun agama dengan Jenis data yang dikumpulkan dalam
tujuan mendapatkan dukungan dalam penelitian ini berupa data kualitatif dan data
melaksanakan pemberdayaan kuantitatif, data kuantitatif berupa jenis data
pemulung yang dikumpulkan untuk mendukung
c. Membuat peninjauan kembali penelitian, data tersebut berupa data kondisi
terhadap komitmen geografis Desa Cibogo, Data Demografis
Proses kesepakatan bersama yang berupa data statistik jumlah penduduk
dibuat saat refleksi awal ternyata menurut umut dan jenis kelamin, data
masih memerlukan dukungan yang statistik jumlah penduduk menurut RW dan
lebih nyata baik dari pemerintah desa RT, data jumlah penduduk berdasarkan mata
maupun pihak luar agar pelaksanaan pencahariaan serta termasuk data PMKS di
program Pemberdayaan Pemulung Desa Cibogo, sedangkan data kualitatif
dapat berjalan lancar dan maksimal. adalah data yang berasal dari pengalaman,
4. Evaluasi Tindakan pikiran, sikap dan keyakinan orang yang
Setelah melakukan proses dikumpulkan melalui penelaahan peneliti
implementasi program, maka langkah atas hasil observasi, wawancara, studi
selanjutnya adalah melakukan proses dokumentasi dan diskusi kelompok terfokus.
evaluasi akhir, kegiatan evaluasi Sebagaimana pendapat Lofland dan
dilakukan terhadap proses dan hasil Lofland dalam Moleong (2006), jenis data
kegiatan. Pada kegiatan evaluasi proses yang akan dikumpulkan berupa:
ditujukan untuk mengetahui tercapainya 1. Kata-kata dan tindakan, yaitu kata-kata
aspek-aspek kegiatan pada saat dan tindakan karakteristik informan,
pelaksanaan kegiatan. Sedangkan dan hasilnya akan dicatatat untuk
evaluasi hasil ditujukan untuk selanjutnya menjadi data yang
mengetahui ketercapaian tujuan diperlukan.
pemberdayaan pemulung yang telah 2. Sumber tertulis, berasal dari dokumen-
disusun sebelumnya, yaitu terkait dokumen yang berhubungan dengan
dengan aspek masukan, aspek proses informan aparat Desa, informan TKM,
kegiatan, aspek keluaran, dan aspek serta program-program pemerintah

62
LINDAYASOS : Jurnal Ilmiah Perlindungan & Pemberdayaan Sosial Vol. 01 No. 1, Juli 2019

mengenai penanganan kemiskinan di wilayah timur berbatasan Desa Langensari,


Desa Cibogo untuk wilayah selatan berbatasan dengan
3. Foto, yaitu: hasil pemotretan sebagai Desa Kayuambon, sedangkan untuk wilayah
bukti visual dari kegiatan masyarakat di barat berbatasan dengan Desa Jayagiri.
lapangan dan aktifitas informan Walaupun Lokasi peneliti letaknya
4. Data statistik, yaitu data yang tercatat berbatasan dengan tempat/potensi wisata
dan terukur secara angka berupa tabel- yang menjadi sasaran kunjungan wisatawan
tabel dan diagram yang berhubungan baik dari dalam maupun luar secara garis
dengan permasalahan kemiskinan. besarnya sebaran kemiskinan cukup merata,
Adapun sumber data yang ingin berdasarkan hasil kegiatan MPA (Metode
dikumpulkan pada penelitian ini sebagai Participatory Asessmen) yang dilakukan
berikut: peneliti bersama stake holder perwakilan
1. Sumber data primer yaitu data yang Aparat Desa Cibogo, Karang Taruna, TP-
diperoleh langsung oleh peneliti di PKK, Perwakilan setiap RW/RT dan Tokoh
lapangan yaitu: Aparat Desa, TKM, Masyarakat, temuan kemiskinan
serta kelompok peduli pemulung berdasarkan Penyandang Masalah
2. Sumber data sekunder yaitu data yang Kesejahteraan Sosial (PMKS) beberapa
dikumpulkan untuk melengkapi data diantaranya: Buruh Tani, Buruh Harian
primer, yang diperoleh dari pihak Desa, Lepas, Anak Terlantar, Korban
Dinas Sosial Kabupaten Bandung Barat Penyalahgunaan Napza, Perempuan Rawan
dan BPS Provinsi Jawa Barat. Sosial Ekonomi (PRSE), Fakir Miskin dan
Pemulung.
HASIL PENELITIAN
Penyandang masalah kesejahteraan
Kondisi kemiskinan di Lokasi peneliti
sosial yang selanjutnya disebut PMKS
sangat unik karena secara geografis Lokasi
adalah perseorangan, keluarga, kelompok
peneliti termasuk kemiskinan pedesaaan
dan atau masyarakat karena suatu hambatan
dimana letaknya yang jauh dengan wilayah
atau gangguan, tidak dapat berfungsi
Kota Bandung, walaupun jauh dari
sosialnya, sehingga tidak dapat
perkotaan, Lokasi peneliti berbatasan
melaksanakan fungsi sosialnya, sehingga
dengan tempat wisata yang banyak
tidak dapat terpenuhi kebutuhan hidupnya
dikunjungi wisata baik dari dalam maupun
baik jasmani, rohani maupun sosial secara
luar negeri untuk wilayah utara Desa Cikole,
63
LINDAYASOS : Jurnal Ilmiah Perlindungan & Pemberdayaan Sosial Vol. 01 No. 1, Juli 2019

memadai dan wajar (pasal 1 ayat 3, dan Posyandu, dan warga mengenai kondisi
Permensos nomor 8 Tahun 2012). kemiskinan di lokasi peneliti mengenai
Hal ini berarti kemiskinan masih kondisi kemiskinan diantaranya: buruh
merupakan pekerjaan rumah pemerintah harian lepas, kuli bangunan, PRSE
Kabupaten Bandung Barat di Lokasi peneliti (perempuan rawan sosial ekonomi) buruh
yang harus dipecahkan dengan tani dengan pemulung, dilihat secara
melaksanakan program-program geografis kemiskinan di lokasi penelitian
pemberdayaan yang tepat sasaran dan termasuk kemiskinan pedesaan, dimana
terukur. Berdasarkan pemilihan prioritas diketahui mindset dari masyarakat pedesaan
masalah yang dilaksanakan bersama jauh berbeda dengan kemiskinan yang ada di
masyarakat, masalah pemulung menjadi perkotaan, perbedaan dari pola pikir tersebut
perhatian khusus yang ingin ditangani masyarakat pedesaan seperti “makan ga
peneliti bersama dengan masyarakat. makan asal ngumpul” berbeda dengan
Secara umum karakteristik masyarakat perkotaan yang individualis
kemiskinan pemulung di Lokasi peneliti bahwa pada dasarnya prinsip hidup di
dapat diuraikan sebagai berikut: perkotaan harus pakai uang tanpa uang tidak
a. Tingkat pendidikan rendah, sehingga bisa hidup dengan kata lain tidak cukup
tidak mempunyai ketrampilan untuk memenuhi kebutuhan.
b. Hidup di permukiman yang kumuh Selain hasil observasi dan
c. Kurang memiliki jaminan pekerjaan wawancara, berdasarkan studi dokumentasi
d. Tidak memiliki Jaminan Sosial yang dilakukan peneliti bahwa sebagian
e. Tidak memiliki ketrampilan sehingga besar masyarakat baik miskin maupun
tidak mampu untuk memenuhi rentan miskin menggantungkan hidupnya
kebutuhan hidup selayaknya dengan alam, sebagaimana diketahui bahwa
dibandingkan masyarakat miskin yang Lokasi peneliti termasuk penghasil
lain. pertanian, sayur-sayuran dan lain-lain.
1. Kondisi Awal ditinjau dari segi pendapatan untuk
Berdasarkan observasi dan memenuhi kebutuhan dasar masyarakat
wawancara dengan beberapa pengurus RT miskin masih saja belum cukup untuk
dan ketua RW, Karang Taruna, Tokoh memenuhi kebutuhan seperti contoh
Masyarakat dengan beberapa Kader PKK masalah PRSE (perempuan rawan sosial

64
LINDAYASOS : Jurnal Ilmiah Perlindungan & Pemberdayaan Sosial Vol. 01 No. 1, Juli 2019

ekonomi) yang membentuk suatu komunitas sangat membahayakan bagi kesehatan diri
dimana setiap hari selasa melakukan pemulung dengan keluarganya.
kegiatan arisan seminggu sekali, kondisi Selain itu tempat tinggal pemulung
dimana pekerjaan belum ada yang tetap para tempatnya termasuk tidak layak huni
ibu-ibu PRSE akhirnya terpaksa untuk terlihat dalam satu ruangan, dalam ruangan
meminjam uang ke rentenir untuk tergabung dalam satu tempat yaitu: dapur,
membayar arisan tersebut yang dilaksanakan kamar, dengan tempat mengumpulkan
seminggu sekali setiap hari selasa. hasil dari mencari barang bekas.
Kurangnya ketrampilan dengan sempitnya b. Kondisi individu
lapangan pekerjaan membuat keadaan para Kurangnya kepedulian menjaga kebersihan
ibu-ibu PRSE malas untuk mencari kerja tempat tinggal pemulung, terlihat dalam
yang menetap atau membuat suatu usaha kamar pakaian berantakan, bahkan antara
kecil-kecilan untuk memenuhi kebutuhan pakaian bersih dan kotor sulit dibedakan.
hidupnya c. Kondisi Sosial
2. Menyusun Desain Interaksi pemulung dengan tetangga
Penyusunan desain diawali dengan sekitar baik, terlihat ketika setelah mencari
asessmen awal yang dilakukan peneliti barang bekas, pemulung tidak langsung
terhadap 5 pemulung berada di lokasi masuk kerumahnya tapi menyempatkan
peneliti berdasarkan observasi, wawancara untuk bercengkrama dengan tetangga
dengan studi dokumentasi dilihat dari rumahnya.
masalah dan potensi serta sumber yang d. Riwayat Pendidikan
dilakukan peneliti terhadap pemulung Dilihat dari riwayat pendidikan, memiliki
teridentifikasi masalah yang ada tingkat pendidikan rendah SD, bahkan
sebagaimana berikut: beberapa sama sekali tidak pernah
a. Kondisi tempat tinggal merasakan duduk dibangku sekolah.
Keadaan tempat tinggal pemulung Rendahnya tingkat pendidikan membuat
sangat memprihatinkan dikarenakan hasil kurangnya ketrampilan pemulung dalam
dari mencari barang-barang bekas kehidupan sehari-hari, terlihat pemulung
dikumpulin dalam satu ruangan yang hanya melakukan kebiasaannya sehari-hari
berada didalam rumahnya, kondisi ini mencari barang bekas, dan tidak
terinspirasi untuk mencari sesuatu yang

65
LINDAYASOS : Jurnal Ilmiah Perlindungan & Pemberdayaan Sosial Vol. 01 No. 1, Juli 2019

bisa menambah penghasilan dalam


pemenuhan kebutuhan hidupnya.
Proses kegiatan pada saat asessmen
lanjutan dilakukan pada tanggal 18 Mei
2018 dilaksanakan di aula balai Lokasi
peneliti dihadiri oleh pengurus RT, RW,
Karang Taruna, Warga dan pemulung,
kegiatan pun dimulai dengan beberapa
tahapan sebagai berikut:
Keberadaan pemulung yang ada di
a. Pemulung kurang mendapatkan
masyarakat Lokasi peneliti cukup
pemahaman dalam pengelolaan
memprihatinkan karena sudah menjadi suatu
sampah
komunitas, adanya suatu komunitas
b. Tidak adanya akses dalam
pemulung menimbulkan kesenjangan dalam
memanfaatkan pontensi sumber daya
bermasyarakat selain itu fenomena yang
alam.
terjadi komunitas pemulung ini terstigma
c. Tidak adanya tempat pembuangan
oleh masyarakat yang ada disekitarnya
akhir yang menetap bagi pemulung
sehingga hal ini akan mempersulit untuk
sehingga pemulung merasa kesulitan
menyelesaikan persoalan tersebut. Sulitnya
dalam mengelola sampah
untuk mengembangkan potensi yang
Pada kegiatan tersebut terlihat bahwa
dimiliki disebebakan beberapa faktor
selama kegiatan berlangsung pemulung
termasuk pendidikan rendah, merasa dirinya
sangat antusias mendengarkan paparan
tidak pantas terlibat dalam berbagai kegiatan
peneliti sehingga tahap selanjutnya peneliti
sosial apalagi memberikan pendapat atau
bisa menentukan langkah-langkah
menyuarakan aspirasinya dalam berbagai
perencanaan intervensi dari hasil asesmen
pertemuan.
lanjutan tersebut.
Program pemberdayaan pemulung
melalui pengelolaan sampah yang sudah
dilakukan pada refleksi awal adalah belum
adanya pemanfaatan sampah secara
maksimal mengingat keberhasilan progam
sangat ditentukan oleh partisipasi

66
LINDAYASOS : Jurnal Ilmiah Perlindungan & Pemberdayaan Sosial Vol. 01 No. 1, Juli 2019

masyarakat sebagai penghasil sampah dalam Senada dengan pernyataan yang


hal memilah dan memilih sampah rumah dilontarkan oleh informan IP pada saat
tangga masing-masing. Mengingat wawancara dengan peneliti dapat diketahui
keberhasilan program pengelolaan sampah sebagaimana berikut:
ditentukan oleh kesadaran dan partisipasi “Terus terang jang, pendapatan saya
masyarakat, maka proses pemberdayaan dan selama mengelola sampah Lokasi
pendampingan menjadi sangat penting. peneliti ini belum bisa mencukupi
Proses pemberdayaan dilakukan untuk kebutuhan keluarga saya, bahkan saya
menyiapkan masyarakat dalam terkadang harus meminjam ketetangga
melaksanakan kegiatan pengelolaan sampah untuk memenuhi kebutuhan hidup saya
terpadu melalui pemilahan sampah antara dengan keluarga” (07 Mei 2018)
sampah organik dan non organik, pembuatan Berdasarkan pernyataan informan EN,
kompos, pengumpulan sampah dll. Berikut SI dan IP disimpulkan bahwa hasil dari
hasil wawancara informan “EN” dapat pengelolaan sampah masih saja belum
diketahui sebagai berikut: cukup untuk pemenuhan kebutuhan
Kondisi yang dialami informan EN hidupnya sehari-hari bersama keluarga dan
pada saat wawancara dengan peneliti pernyataan ini sama dengan pernyataan yang
diketahui sebagaimana berikut: dilontarkan informan yang lain.
“Selama ini saya mengelola sampah Berdasarkan hasil pernyataan informan
merasa tidak ada penambahan di atas, adapun hambatan yang ditemukan
pendapatan untuk memenuhi kebutuhan dalam pengelolaan sampah, hasil ini
sehari-hari saya” (03 Mei 2018) diketahui pada saat wawancara bersama
Senada dengan pernyataan EN yang informan EN dengan peneliti sebagaimana
memberikan pernyataan gambaran kondis SI berikut:
mengenai kondisi awal sebelum “dari awal program ini berjalan saya
mendapatkan intervensi, berikut pernyataan: sangat menginginkan adanya tempat
“ya cep, kita jika mengelolah sampah pembuangan akhir sampah dek, kami
tidak mendapatkan pengasilan yang dengan pengurus rw/rt setempat sudah
lebih, jadi hasil dari sampa hanya cukup mengajukan ke pemerintah desa
untuk kebutuhan sehari-hari, yahhh maupun kabupaten untuk bantuan
untuk makan saja” (05 Mei 2018) pembangunan TPA Lokasi peneliti tapi

67
LINDAYASOS : Jurnal Ilmiah Perlindungan & Pemberdayaan Sosial Vol. 01 No. 1, Juli 2019

sampai sekarang juga belum ada Dengan terbitnya UU No. 18 Tahun


jawaban dari pemerintah. (03 Mei 2018) 2008 tentang pengelolaan sampah yang
Berdasarkan pernyataan informan EN di salah satu inti dari UU ini adalah
atas sependapat dengan informan SI, mewajibkan setiap orang dalam pengelolaan
berdasarkan hasil wawancara dengan SI sampah rumah tanggan untuk mengurangi
dapat diketahui sebagaimana berikut: dan menangani sampah dengan cara yang
“Terkadang saya merasa kebingungan berwawasan lingkungan. Pengurangan
setelah dari mengambil sampah rumah sampah yang dimaksud meliputi pembatasan
tangga dari rumah ke rumah, karena timbulan sampah, pendaur ulang sampah
tidak adanya TPA yang tetap. yang ada dan atau pemanfaat kembali sampah.
sekarang aja kami sewa dan sementara, Perencanaan program adalah hal
dikarenakan tanah yang ditempati tanah penting yang harus dirancang dalam rangka
salah satu warga dan punya tanah warga memberikan landasan dasar untuk
tersebut tidak terima tanahnya ditempati menjalankan kegiatan dan untuk menilai
kalau tidak disewa, jadi hasil dari kemajuan pekerjaan. Sebuah perencanaan
pengelolaan sampah ini kami bayar program dirancang dengan baik akan
untuk sewa lahan untuk TPA sampah. memainkan peran penting dalam
(07 Mei 2018) menyediakan kerangka kerja untuk tahap
Berdasarkan pernyataan kedua informan pelaksanaan program. Tujuan yang ingin
di atas dapat disimpulkan bahwa hambatan dicapai dalam perencanaan desain
informan dalam mengelola sampah tidak pemberdayaan pemulung adalah
adanya penyediaan infrastruktur membangun perencanaan strategis,
persampahan yang memadai. Walaupun menetapkan ketentuan-ketentua, standar,
program ini masih tahap proses prosedur petunjuk pelaksanaan serta
pengembangan, upaya pengurangan dan evaluasi dan pelaporan.
pengelolaan sampah yang harus di buang ke Penyusunan rencana intervensi
TPA dilakukan secara sungguh-sungguh, merupakan salah satu tahapan kegiatan yang
karena sulitnya melaksanakan perubahan perlu dilakukan dalam penelitian yang
perilaku masyarakat dalam pemilahan bersifat action research. Perencanaan
sampah serta sulitnya merubah cara pandang program diharapkan dapat tersusun tujuan,
“sampah sebagai sumber daya” langkah-langkah dan jenis kegiatan yang

68
LINDAYASOS : Jurnal Ilmiah Perlindungan & Pemberdayaan Sosial Vol. 01 No. 1, Juli 2019

akan dilakukan dalam rangka pemberdayaan Tujuan umum dari pelaksanaan kegiatan
pemulung . Tujuannya agar diharapkan daur ulang untuk meningkatkan
mampu mengetahui permasalahan sendiri kesadaran masyarakat terhadap sampah
dilingkungannya, menilai potensi SDM dan dan secara khusus terhadap pemulung
SDA yang tersedia, dan merumuskan solusi bisa meningkatkan kemampuan dan
yang paling menguntungkan. Adapun pendapatan dalam pengolahan sampah
langkah-langkah yang dilakukan peneliti sampai daur ulang
dalam perencanaan desain sebagaimana 6. Metode dan Teknik
berikut: Metode dan teknik dalam implementasi
1. Nama Kegiatan desain intervensi yakni:
Nama program dalam perencanaan a Metode
intervensi yakni “pemberdayaan ekonomi Metode pada pelaksanaan kegiatan
pemulung melalui daur ulang sampah”. pemberdayaan yakni pengorganisasian
Melalui program daur ulang diharapkan masyarakat dan pengembangan
bisa meningkatkan kemampuan dan masyarakat (Community organization
menambah pendapatan penghasilan bagi and Community development) merupakan
pemulung Desa Cibogo. salah satu metode pekerjaan sosial
2. Sasaran Pelaksanaan Kegiatan dengan tujuan untuk menyusun
Sasaran pelaksanaan kegiatan yakni perencanaan dan melakukan tindakan
pemulung , meliputi: Masyarakat, Tokoh yang sehat, sehingga peneliti memperoleh
Pemuda, Karang Taruna serta TKM yang penyesuaian yang lebih baik antara
sudah terbentuk. sumber-sumber dan kebutuhan pemulung
3. Tempat Pelaksanaan Kegiatan b Teknik
Kegiatan dilaksanakan di balai Lokasi Teknik yang dilakukan pada pelaksanaan
peneliti Kecamatan Lembang Kabupaten kegiatan yakni melalui Diskusi, dengan
Bandung Barat. pertukaran pikiran, gagasan dengan
4. Waktu Pelaksanaan Kegiatan narasumber beserta peserta lainnya
Pelaksanaan program mulai dilaksanakan terkait hal-hal yang di persiapkan dalam
tanggal 03 Juni 2018 pemberdayaan pemulung, hal tersebut
5. Tujuan Pelaksanaan Kegiatan dilakukan untuk mencari kesepakatan
atau kesepahaman gagasan atau pendapat.

69
LINDAYASOS : Jurnal Ilmiah Perlindungan & Pemberdayaan Sosial Vol. 01 No. 1, Juli 2019

Dengan berdiskusi dapat memperluas pemulung, adapun kekuatan tersebut


pengetahuan dan berbagi pengalaman. yakni: Modal Sosial yang dimiliki
7. Panitia Pelaksanaan Kegiatan masyarakat seperti nilai
Panitia pelaksanaan kegiatan adalah kegotongroyongan, kearifan,
pelaksana kegiatan yang bertanggung kesukarelaan, dan nilai-nilai budaya
jawab dalam implementasi kegiatan. masyarakat setempat sehingga
Terdiri dari Ketua RW, Ketua RT, memunculkan semanga yang tinggi
Kepala Dusun, dan anggota TKM Desa bagi masyarakat, anggota TKM dan
Cibogo. khususnya pemulung optimis bisa
8. Analisis SWOT mencapai tujuan yang diinginkan.
Analisis SWOT dilakukan untuk b Kelemahan/Weakness (W)
menganalisis manajemen dalam Yaitu analisa kelemahan, dengan
pelakasanaan program daur ulang sampah menganalisis kelemahan didalam
yang secara sistematis sehingga dapat pelaksanaan program daur ulang
membantu dalam usaha penyusunan yang menjadi kendala serius dalam
suatu rencana yang matang untuk kemajuan program seperti, sistem
mencapai tujuan. Analisa ini penganggaran dari aparat Desa untuk
menempatkan situasi dan juga kondisi pengolahan sampah belum ada,
sebagai faktor masukan, lalu kemudian sehingga selama ini setiap kegiatan
dikelompokkan menurut kontribusinya pelaksanaan program masih
masing-masing. Analisa ini sebagai mengandalkan retribusi dari
sebuah analisa yang ditujukan untuk masyarakat dan kas dari pengolahan
menggambarkan situasi yang sedang sampah.
dihadapi, uraian analisis SWOT dalam c peluang, cara ini adalah untuk
desain intervensi diketahui sebagaimana mencari peluang atau terobosan yang
berikut: memungkinkan program daur ulang
a Kekuatan/ Strenght (S) bisa berkembang di masa depan atau
Yaitu analisis kekuatan, situasi masa yang akan datang. Peluang
ataupun kondisi yang merupakan tersebut diantaranya:
kekuatan yang yang dijadikan dalam 1) Tersedianya waktu dan tempat untuk
menganalisis program pemberdayaan mengimplementasikan desain

70
LINDAYASOS : Jurnal Ilmiah Perlindungan & Pemberdayaan Sosial Vol. 01 No. 1, Juli 2019

intervensi dibidang daur ulang yakni mengetahui cara mengelola sampah,


sampah. meningkatnya kapasitas pemulung dan
2) Tersedianya sumber daya manusia terlaksananya pemberdayaan bagi
untuk mengimplementasikan desain pemulung, terhubungkannya kelompok
intervensi pemulung dengan dunia usaha lokal,
3) Tersedianya peralatan dan peningkatan kapasitas TKM dan masyarakat
perlengkapan untuk dalam pendampingan bagi pemberdayaan
mengimplementasikan desain pemulung. Sedangkan pada hasil yang ingin
intervensi dicapai untuk jangka panjang, tertuang
4) Kerjasama tim yang baik dari Tim dalam kolom outcome, yakni terealisasinya
Kerja Masyarakat yang sudah program pemberdayaan bagi pemulung,
terbentuk sebagai pendorong pemulung mampu secara mandiri
pengimplementasian desain menjalankan program daur ulang sebagai
intervensi peningkatan potensi bagi pemulung,
terbentuknya supporting system bagi
kegiatan pemberdayaan pemulung, dan
kesadaran masyarakat dan TKM terhadap
sampah dan pemulung.
3. Implementasi Desain Pemberdayaan
Menindaklanjuti rencana program
yang telah disepakati bersama, maka
langkah selanjutnya adalah mempersiapkan
dan melaksanakan program “pemberdayaan
Pada Bagan 4.1 di atas dapat dilihat ekonomi pemulung daur ulang sampah”
bahwa pada kolom input merupakan kondisi program yang dirancang adalah desain
awal pemulung. Pada kondisi tersebut, maka peningkatan kemampuan dan peningkatan
proses yang akan dilakukan oleh peneliti penghasilan bagi pemulung, hal tersebut
merupakan rencana yang disepakati pada bertujuan untuk memenuhi kebutuhan,
saat ToP. Adapun hasil yang ingin dicapai permasalahan yang dihadapi pemulung agar
secara langsung melalui implementasi dapat berkembang lebih baik dan mandiri
perencanaan tertuang pada kolom output, dalam pengelolaan sampai mendaur ulang

71
LINDAYASOS : Jurnal Ilmiah Perlindungan & Pemberdayaan Sosial Vol. 01 No. 1, Juli 2019

sampah. Dengan pertimbangan tersebut, intervensi, dengan demikian langkah-


maka jenis kegiatan dan siapa saja yang langkah yang diambil akan sejalan dengan
akan dilibatkan dalam pelaksanaan kegiatan. tujuan yang hendak dicapai nantinya
Penelitian ini berupaya untuk berdasarkan masalah, potensi dan
pelaksanaan program pemberdayaan kebutuhan.
pemulung, pelaksanaan pemberdayaan yang Hasil yang dicapai dalam kegiatan
telah dilaksanakan melalui pelatihan daur community meeting adalah kesediaan
ulang sampah, pemulung dalam hal ini masyarakat dan pemulung bekerjasama
sebagai pelaksanaan kegiatan titik utama mengidentifikasi
peneliti. Implementasi dari kegiatan
program pemberdayaan pemulung dapat
diketahui sebagaimana berikut:
1. Sosialisasi hasil analisis masalah,
kebutuhan dan potensi
Berdasarkan hasil analisis masalah,
kebutuhan dan potensi, sebelumnya peneliti
Setelah menyusun rumusan hasil
terlebih dahulu meminta peserta untuk
identifikasi sebagaimana digambarkan
bersedia membahas analisis masalah,
dalam tabel 4.10 di atas, peneliti kemudian
kebutuhan dan potensi. Hal ini menunjukkan
mendisuksikannya bersama pengurus dan
sebagai informasi awal yang selanjutnya
anggota TKM bersama beberapa Tokoh
akan dilaksanakan perencanaan desain
masyarakat lainnya, termasuk aparat Desa.
intervensi. Kegiatan sosialisasi hasil analisis
Kegiatan pengolahan sampah dalam
masalah, potensi dan kebutuhan
pelaksanaan pemberdayaan pemulung ini
dilaksanakan pada hari jumat tanggal 18 mei
berfokus pada kemampuan pengurus dan
2018 yang bertempat di Balai dengan
anggota TKM dalam melaksanakan peran
partisipan sebanyak 15 orang, pelaksanaan
dan tugasnya, untuk itu maka upaya
sosialisasi penggalian masalah, potensi dan
intervensi ditujukan pada pemberdayaan
kebutuhan.
pemulung melalui ekonomi daur ulang.
Tujuan dari sosialisasi ini, agar dalam
a. Melakukan identifikasi lanjutan
perencanaan nantinya sesuai dengan
terhadap masalah sampah dan pemulung
masalah, potensi dan kebutuhan pelaksanaan

72
LINDAYASOS : Jurnal Ilmiah Perlindungan & Pemberdayaan Sosial Vol. 01 No. 1, Juli 2019

b. Merancang dan melaksanakan kegiatan Pelaksanaan persiapan dilaksanakan


yang bertujuan meningkatkan kesadaran pada tanggal 02 juni 2018 pada tahapan ini
masyarakat tentang sampah dalam peneliti terlebih dahulu melakukan kordinasi
upaya pemberdayaan pemulung, seperti atau diskusi dengan Ketua RW 10, Anggota
meningkatkan kapasitas TKM, TKM dan masyarakat dengan melibatkan
menghubungkan dunia usaha lokal, aparat desa untuk mendapatkan masukan
mengembangkan jejaring yang berkaitan dengan sistem sumber yang
c. Merancang dan melaksanakan program dapat dimanfaatkan pada saat kegiatan
dan kegiatan secara mandiri untuk pelaksanaan pemberdayaan bagi pemulung
mengatasi permasalahan kemiskinan di lokasi peneliti. Disepakati dalam diskusi
terutama Pemulung melalui tersebut peneliti terlebih dahulu
pemberdayaan ekonomi daur ulang mensosialisasikan hasil identifikasi
2. Koordinasi kebutuhan, masalah dan potensi kepada
Peneliti melakukan kordinasi dengan semua pihak sebagai informasi awal
aparat Desa, Sekretaris Desa, Ketua RW 10, sebelum pelaksanaan program
Tokoh Masyarakat dan Karang taruna pemberdayaan pemulung di lokasi peneliti.
membahas mengenai langkah intervensi Berdasarkan kegiatan yang dilakukan
yang akan dilakukan peneliti, peneliti juga peneliti mempertimbangkan para peserta dan
dalam hal ini melakukan kordinasi dengan kesiapan narasumber yang akan dijadikan
orang expert dibidang sampah, mulai dari lokasi tempat pelaksanaan, tempat
pengumpulan, pemanfaatan/ pengelolaan pelaksanaan disepakati adalah di Balai.
sampai dengan daur ulang sampah. Kelompok sasaran pada pelaksanaan
Setelah kegiatan kordinasi peneliti program adalah pemulung, masyarakat dan
menyusun perencanaan intervensi, melalui TKM. Diharapakan pada pelaksanaan
perencanaan program diharapkan dapat program pemberdayaan pemulung
tersusun mulai dari tujuan, langkah-langkah memberikan pengetahuan dan ketrampilan
dan jenis kegiatan yang akan dilakukan bagi pemulung dalam mengelola sampah
dalam rangka pengolahan dan pelatihan daur yang baik dan benar, memunculkan
ulang sampah, langkah-langkah tersebut kesadaran masyarakat terhadap sampah di
diuraikan sebagaimana berikut: lokasi peneliti sehingga mampu memberikan
a. Persiapan (02 Juni 2018) kontribusi terhadap permasalahan pemulung

73
LINDAYASOS : Jurnal Ilmiah Perlindungan & Pemberdayaan Sosial Vol. 01 No. 1, Juli 2019

dan meningkatnya kapasitas SDM dalam cara memilah sampah yang baik dan benar
melakukan pendampingan terhadap mulai dari sampah non organik seperti gelas
pemulung. minuman dan tali yang yang bisa didaur
b. Pelatihan Daur Ulang Sampah ulang bisa dijadikan sebuah kerajinan
Pelaksanaan pelatihan daur ulang menjadi tas selain itu juga bekas pasta gigi
sampah dilakukan peneliti bersama dijadikan kerajinan gantungan kunci, pada
masyarakat, anggota TKM, stakeholder pada saat proses tersebut pemulung beserta
tanggal 03 juni 2018 penentuan tanggal masyarakat memperhatikan dengan serius
tersebut berdasarkan kesepakatan peneliti tentang cara dari awal membikin sebuah
dengan masyarakat rw 10, stakeholder, dan kerajinan dari sampah.
apparat desa setempat dan bertempat di balai Hasil yang didapatkan dari
rw 10. Jumlah partisipan yang hadir pelaksanaan ini pemulung beserta
sebanyak 23 orang termasuk sasaran pada masyarakat bertujuan untuk memberikan
pelaksanaan pemberdayaan adalah motivasi, pengetahuan dan ketrampilan
pemulung di lokasi peneliti. pemulung, masyarakat dalam daur ulang
Proses pelaksanaan pelatihan daur sampah, kaitan dengan aspek ekonomi
ulang sampah yang dilakukan peneliti tujuannya untuk menambah pendapatan
bersama pemulung dan masyarakat dengan pemulung dan masyarakat penjualan dari
narasumber, narasumber adalah seorang kerajinan dari sampah serta penjualan
penggerak KBS (Kawasan Bebas Sampah) sampah kompos yang dapat digunakan
di Kota Bandung, sebelumnya pemateri untuk memenuhi kebutuhan di sektor
memberikan pemahaman tentang sampah industri, masyarakat juga pengalaman dalam
yaitu manfaat dan keunggulan dari sampah bidang pengelolaan sampai daur ulang
organik dan non organik dan daur ulang sampah, pelaksanaan pelatihan berjalan
sampah kompos awal pelaksanaan pelatihan dengan lancer dari awal dimulai dan
daur ulang narasumber berbagi tentang 4. Desain Akhir Pemberdayaan
program yang selama ini sudah dijalankan di Langkah selanjutnya pada tahapan
Kota Bandung, setelah pemberian materi penelitian ini berupaya untuk
dilakukan melalui dialog interaktif yang menyempurnakan desain pelaksanaan
dilanjutkan dengan sesi tanya jawab, setelah program pemberdayaan pemulung melalui
sesi tanya jawab dilaksanakan proses dan ekonomi daur ulang. Penyempurnaan desain

74
LINDAYASOS : Jurnal Ilmiah Perlindungan & Pemberdayaan Sosial Vol. 01 No. 1, Juli 2019

program pemberdayaan ekonomi pemulung masyarakat dan pembentukan kelompok


melalui daur ulang sampah merupakan bagi pemulung dalam pelaksanaan dan
gambaran keseluruhan desain penanganan pendampingan pemberdayaan ekonomi
kemiskinan di Lokasi peneliti yang meliputi pemulung melalui daur ulang sampah.
penelitian awal dan penelitian lanjutan. Adapun proses penyempurnaan ini
Penyempurnaan tersebut merupakan bagian dilakukan dimulai dari desain awal yang
dari pendekatan penelitian yang digunakan dilakukan melalui perencanaan dan pada
yakni penelitian tindakan (action research) desain akhir yang didasarkan pada
dengan pengembangan desain penanganan serangkaian proses dan hasil pelaksanaan
awal yang dilakukan. implementasi kegiatan. Baik pada desain
Pada tahapan awal, penelitian awal dan akhir, hasil yang didapatkan dapat
diarahkan pada penelitian lanjutan yakni terlihat pada proses implementasi desain.
pengelolaan sampah sampai dengan Pemberian informasi mengenai daur ulang
pelaksanaan penelitian melalui daur ulang sampah, pelatihan, serta pengembangan
sampah. Penanganan mikro dilakukan jaringan dengan menghubungkan pemulung
dengan cara penerapan terapi Realitas, dengan kelompok dunia usaha lokal.
Emotional Freedom Technic (EFT). Penyempurnaan desain dapat dilihat pada
Sementara itu, penanganan mezzo dan bagan berikut:
makro dilakukan dengan pendekatan kepada

75
LINDAYASOS : Jurnal Ilmiah Perlindungan & Pemberdayaan Sosial Vol. 01 No. 1, Juli 2019

EKONOMI DAUR ULANG

1. Pemberian edukasi tentang wawasan


politik terhadap pemulung
2. Pemberian motivasi terhadap potensi
internal dan eksternal terhadap pemulung
3. Pemberian edukasi tentang pengelolaan
sumber daya alam terhadp pemulung
4. Pemberian penguatan dalam hal mengelola
sda secara berkelajutan secara mandiri
terhadap pemulung

MIKRO LEVEL MAKRO LEVEL MEZZO LEVEL


- PEMBENTUKAN TKM PENDEKATAN
PENDEKATAN
- PENGUATAN KELOMPOK
INDIVIDUAL
TERHADAP PEMULUNG

PEMBERDAYAAN PEMULUNG

INPUT PROSES OUTPUT OUTCOME


PEMULUNG PEMBERDAYAAN: - MEMILIKI PEMULUNG
KETRAMPILAN MANDIRI,
- ASPEK - PEMUNGKINAN
- PENINGKATAN BERDAYA
- PENGUATAN
PSIKOLOGIS - PERLINDUNGAN KAPASITAS SAING DAN
- ASPEK - PEMELIHARAAN - MEMILIKI SEJAHTERA
FINANSIAL - PENGELOLAAN TAMBAHAN
PENDAPATAN

Bagan 4.1 : Desain Akhir Pemberdayaan Pemulung

76
LINDAYASOS : Jurnal Ilmiah Perlindungan & Pemberdayaan Sosial Vol. 01 No. 1, Juli 2019

PEMBAHASAN dalam hal pengelolaan sampah dengan


Implikasi praktis dalam baik.
pengembangan praktek pekerjaan sosial di 4. Peningkatan pengetahuan dan
masa yang akan datang dengan mengambil ketrampilan terhadap pemulung melalui
pelajaran yang telah dilakukan sebelumnya. pengelolaan sampah hal ini diperlukan
Hal tersebut dapat dicapai dengan agar tujuan dari desain tersebut bisa
melakukan perbaikan-perbaikan yang diaplikasikan setelah kegiatan tersebut
disesuaikan dengan perkembangan dan dilaksanakan.
dinamika permasalahan yang terus dinamis 5. Memberikan stimulus kepada
mengalami perubahan. Penelitian masyarakat mengenai pengelolaan
pemberdayaan pemulung melalui ekonomi sampah, sebagai pendukung dalam
daur ulang memberikan implikasi praktis pelaksanaan pemberdayaan bagi
sebagaimana berikut: pemulung,
1. Pelaksanaan desain awal yang 6. Proses pendampingan oleh TKM
dilakukan peneliti pada saat kegiatan terhadap pemulung dimanfaatkan
praktikum pada bulan Agustus s/d sebagai penguatan bagi pemulung
November 2017 yakni “Pemberdayaan dalam mengelola sampah dengan baik.
Pemulung Melalui Pengelolaan 7. Keberadaan desain awal mempunyai
Sampah”. manfaat dari aspek ekonomi, yakni
2. Melalui desain awal “Program peningkatan pendapatan dan
Pemberdayaan Pemulung Melalui ketrampilan bagi pemulung.
Pengelolaan Sampah” sebagai jawaban Berdasarkan penjelasan hasil implikasi
dari hasil identifikasi, kebutuhan dan di atas, seperti telah diuraikan sebelumnya,
masalah yang dihadapi pemulung yakni bahwa perbaikan terhadap desain awal,
rendahnya pendapatan, kebutuhan dasar ternyata terdapat berbagai kelemahan.
dan rendahnya ketrampilan. Begitu pula dalam pelaksanaan desain
3. Melalui desain awal tersebut bisa perbaikan. Disamping itu, peneliti juga
meningkatkan pendapatan serta mengetahui bahwa masih terdapat
penyadaran dan mampu kekurangan pada pelaksanaan desain
mengembangkan kemampuan pemulung tersebut, maka tindak lanjut dari kekurangan

77
LINDAYASOS : Jurnal Ilmiah Perlindungan & Pemberdayaan Sosial Vol. 01 No. 1, Juli 2019

tersebut adalah dengan melaksanakan keputusan oleh orang-orang yang secara


penyempurnaan desain. konsekuen melaksanakan keputusan
Pada pelaksanaan implikasi praktik tersebut.
pekerjaan sosial hasil yang didapatkan Menurut Sumodiningrat (1999),
diuraikan sebagaimana berikut: bahwa pemberdayaan masyarakat
1. Pemulung memahami dan mengetahui merupakan upaya untuk memandikan
cara mengelola sampah dengan baik. masyarakat lewat perwujudan dan potensi
2. Melalui pengelolaan sampah, pemulung kemampuan yang mereka miliki. Adapun
bertambah pendapatan dari hasil pemberdayaan masyarakat senantiasa
mengelola sampah. menyangkut dua kelompok yang saling
3. Meningkatnya kesadaran masyarakat terkait, yaitu masyarakat sebagai pihak yang
terhadap sampah bertujuan untuk diberdayakan dan pihak yang menaruh
peningkatan kualitas lingkungan hidup kepedulian sebagai pihak yang
dan membantu pelaksanaan program memberdayakan.
pemberdayaan pemulung melalui Mubyarto (1998) menekankan bahwa
pengelolaan sampah. terkait erat dengan pemberdayaan ekonomi
4. Terbentuknya TKM untuk membantu rakyat. Dalam proses pemberdayaan
dan sebagai potensi dalam pengentasan masyarakat diarahkan pada pengembangan
kemiskinan khususnya pemulung sumber daya manusia (di pedesaan),
melalui pengelolaan sampah. penciptaan peluang berusaha yang sesuai
Sedangkan implikasi Teoritis dari dengan keinginan masyarakat. Masyarakat
pemberdayaan pemulung melalui menentukan jenis usaha, kondisi wilayah
pengelolaan daur ulang sampah adalah yang pada gilirannya dapat menciptakan
sebagai berikut: lembaga dan sistem pelayanan dari, oleh dan
Menurut Rappaport (1987), untuk masyarakat.
pemberdayaan diartikan sebagai pemahaman Menurut pandangan Rappaport
secara psikologis pengaruh kontrol individu (Suharto, 2005:59), pemberdayaan dapat
terhadap keadilan sosial, kekuatan politik, diartikan adalah suatu proses dan tujuan
dan hak-haknya menurut Undang-Undang. yang menekankan bahwa orang memperoleh
Sementara McArdle (1989) mengartikan ketrampilan, pengetahuan, dan kekuasaan
pemberdayaan sebagai proses pengambilan yang cukup untuk mempengaruhui

78
LINDAYASOS : Jurnal Ilmiah Perlindungan & Pemberdayaan Sosial Vol. 01 No. 1, Juli 2019

kehidupannya dan kehidupan orang lain 2. Konfrontasi, merupakan startegi


yang menjadi perhatiaannya. mengonfrontasikan masyarakat miskin
Beberapa penjelasan konsep di atas dengan permasalahan yang dihadapi.
mengenai pemberdayaan pemulung Strategi ini dimaksudkan untuk dapat
mengenai dengan penelitian yang diterapkan menimbulkan kesadaran, menggalang
oleh pekerja sosial melalui program kesatuan, dan kekuatan mereka untuk
“pemberdayaan pemulung melalui ekonomi bertindak dalam menangani masalah
daur ulang, tujuan program ini adalah untuk tersebut.
membantu pemulung dalam meningkatkan 3. Membangun kelembagaan baru, yaitu
pengetahuan dan ketrampilan dibidang daur membangun lembaga-lembaga dalam
ulang sampah sehingga dengan program masyarakat dengan menggunakan
tersebut bisa menambah pendapatan bagi sumber daya masyarakt setempat,
pemulung dalam pemenuhan kebutuhan dimana masyarakat miskin senantiasa
dasar hidupnya dan sebagainya. ditumbuhkembangkan potensinya,
Menurut Huraerah (2008:172) strategi misalnya dengan membangun lembaga
yang dapat digunakan pekerja sosial untuk ekonomi produktif (LEP), kelompok-
meningkatkan kapasitas masyarakat miskin. kelompok usaha bersama (KUBE).
1. Strategi pemecahan masalah, 4. Pengembangan dan peningkatan
dimaksudkan untuk mengajak ketrampilan (life skill), dengan
masyarakat miskin melihat dan mengajarkan cara-ara atau alat-alat
menyadari permasalahan yang mereka dalam perubahan yang direncakan
hadapi, kemudian diskusikan bersama Sejalan dengan pendapat yang
bagaimana cara mengatasi masalah dikemukakan oleh Huraerah, peneliti sudah
tersebut. Teknik Motivating dan menjalankan program intervensi baik pada
Supporting bisa digunakan untuk waktu praktikum maupun saat penelitian
membangkitkan kepercayaan diri (self- seperti pendapat tersebut di atas. Hal ini
reliance) mereka, sebagai unsur penting dapat terlihat dari beberapa hal yaitu
yang harus dikembangkan dalam memberikan motivasi, pemberian edukasi
meminimalisir dampak negatif budaya dan melibatkan pemulung dalam proses
kemiskinan pelaksanaan penelitian.

79
LINDAYASOS : Jurnal Ilmiah Perlindungan & Pemberdayaan Sosial Vol. 01 No. 1, Juli 2019

Berdasarkan penyempurnaan desain 5. Adanya motivasi terhadap pemulung dan


pemberdayaan pemulung melalui ekonomi mampu mengembangkan potensi pada
daur ulang sejalan dengan pendapat dirinya dengan sekitarnya
Rappaport yang dijelaskan sebelumnya 6. Pemulung memahami tentang bagaimana
yakni pemberdayaan diartikan sebagai cara mengelola sumber daya alam,
pemahaman secara psikologis pengaruh bertujuan untuk peningkatan kualitas
kontrol individu terhadap keadilan sosial, lingkungan hidup
kekuatan politik, dan hak-haknya menurut 7. Adanya komitmen terhadap pemulung
Undang-Undang adapun hasilnya diuraikan dalam mengelola sumber daya alam
sebagaimana berikut: secara berkelanjutan dan mandiri,
1. Pemulung dan masyarakat memahami sehingga pemulung mampu
dari mengelola sampah mulai dari cara memanfaatkan dan mengelola sumber
sederhana yakni memisahkan antara daya alam secara berkelanjutan dan
sampah organik dan non organik mandiri.
2. Pemulung memiliki pemahaman dan Adapun evaluasi pemberdayaan
ketrampilan di bidang daur ulang sampah pemulung melalui pengelolaan sampah yang
sebagai peningkatan kemampuan dan dilakukan peneliti bersama-sama perwakilan
menambah penghasilan dari sampah pengurus TKM, Pemulung dan aparat desa
3. Terbentuknya TKM sebagai wadah terhadap seluruh proses kegiatan dan hasil
penguatan bagi pemulung dalam yang dicapai pada pemberdayaan pemulung.
pelaksanaan program pemberdayaan Penilaian diberikan secara terbuka
melalui ekonomi daur ulang. dalam dalam forum diskusi, peserta evaluasi
4. Pemulung memahami tentang bagaimana ini adalah anggota TKM, para peserta
cara berpolitik yakni dalam diminta untuk memberikan tanggapan, kritik
mendistirbusikan produk dari daur ulang dan saran terhadap masing-masing tahap
sampah dan mengembangkan jejaring kegiatan. Hasil evaluasi yang dilaksanakan
sebagai sistem sumber dalam sebagai berikut:
pengembangan program ekonomi daur a. Evaluasi Desain Awal
ulang Penyusunan desain awal dinilai cukup
baik, dikarenakan penyusunan
dilakukan berdasarkan hasil refleksi

80
LINDAYASOS : Jurnal Ilmiah Perlindungan & Pemberdayaan Sosial Vol. 01 No. 1, Juli 2019

awal yang telah didiskusikan bersama adapun kegiatan yang dilakukan diuraikan
anggota TKM. sebagaimana berikut:
b. Evaluasi Perencanaan 1. Memberikan motivasi bagi pemulung di
Proses perencanaan berjalan dengan lokasi peneliti agar mampu mengelola
baik dan sesuai harapan, dikarenakan sampah secara mandiri
anggota TKM berpartisipasi dan terlibat 2. Memberikan pemahaman bagi
langsung dalam kegiatan perencanaan. pemulung dan masyarakat cara
Peserta cukup antusias menyampaikan mengelola sampah di lokasi peneliti.
gagasan-gagasannya dalam perencanaan 3. Memberikan stimulus kepada
menuangkan perencanaan dalam masyarakat terhadap sampah yakni
kegiatan. memisahkan antara sampah organik dan
c. Evaluasi Implementasi non organik bertujuan untuk membantu
Implementasi kegiatan dinilai baik pemulung dalam mengelola sampah.
karena berjalan sesuai harapan dan tepat 4. Membentuk TKM untuk membantu
waktu. sebagai pelaksana dan potensi dalam
d. Evaluasi Desain Akhir pelaksanaan program pemberdayaan
Evaluasi desain akhir cukup baik karena pemulung melalui pengelolaan sampah.
dirancang berdasarkan hasil kegiatan 5. Membangun jejaring di bidang daur
yang telah dilaksanakan. Diharapakan ulang sampah
pada desain akhir ini melengkapi desain Berdasarkan pelaksanaan kegiatan
awal yang sebelumnya telah dilakukan, hasil penelitian terhadap desain awal yaitu
sehingga pada pelaksanaan pemberdayaan pemulung melalui pengelolaan
pemberdayaan dapat terlaksana secara sampah, adapun hasilnya diuraikan
komprehensif. sebagaimana berikut:
KESIMPULAN 1. Pemulung memahami dan mengetahui
Beberapa pelaksanaan kegiatan cara mengelola sampah di lokasi
pemberdayaan pemulung melalui ekonomi peneliti dengan baik.
daur ulang di lokasi peneliti yang pada saat 2. Melalui pengelolaan sampah, pemulung
kegiatan praktikum dilakukan desain awal bertambah pendapatan dari hasil
pemberdayaan melalui pengelolaan sampah, mengelola sampah.

81
LINDAYASOS : Jurnal Ilmiah Perlindungan & Pemberdayaan Sosial Vol. 01 No. 1, Juli 2019

3. Meningkatnya kesadaran masyarakat 2. Pemulung belum mampu melakukan


terhadap sampah bertujuan untuk secara mandiri dalam pengelolaan
peningkatan kualitas lingkungan hidup sampah
dan membantu pelaksanaan program 3. Masih kurangnya kapasitas anggota
pemberdayaan pemulung melalui TKM bagi pemulung dalam
pengelolaan sampah. pelaksanaan program pemberdayaan
4. Terbentuknya TKM untuk membantu melalui pengelolaan sampah
dan sebagai potensi dalam pengentasan 4. Belum terbuka luasnya jejaring di
kemiskinan di lokasi peneliti khususnya bidang pengelolaan sampah
pemberdayaan pemulung melalui 5. Belum adanya perhatian dan dukungan
pengelolaan sampah. yang maksimal dari aparat Desa dalam
5. Terbangunnya jejaring di bidang kaitanya pengelolaan sampah
pengelolaan sampah. Menindaklanjuti hal tersebut, peneliti
Berdasarkan penelitian terhadap selanjutnya mengkaji kembali kekurangan
desain awal yaitu:“pemberdayaan pemulung tersebut dengan merumuskan kebutuhan akan
melalui pengelolaan sampah” masih terdapat penyempurnaan desain tersebut maka
hal-hal yang perlu diperbaiki bersama-sama, dilakukan perencanaan pengembangan desain.
adapun hal tersebut diuraikan sebagaimana Pengembangan desain akhir yang dilakukan
berikut: yakni: “Pemberdayaan Pemulung Melalui
1. Belum sepenuhnya masyarakat sadar Ekonomi Daur Ulang” adapun perencanaan
terhadap sampah dari desain tersebut diuraikan sebagaimana
berikut:

1. Sosialisasi untuk memunculkan kesadaran


Pelaksanaan kegiatan ini berdasarkan masyarakat tentang sampah dan
kesepakatan yang dilakukan pada saat pelaksanaan program pemberdayaan
kegiatan community meeting bersama pemulung melalui ekonomi daur ulang”.
ketua RW 10, RT, Kepala Dusun, Karang 2. Pelatihan daur ulang
Taruna, Tokoh Masyarakat, Masyarakat Implikasi dari penelitian ini adalah
dan khususnya pemulung, proses ini terintegrasinya program di bidang daur
berjalan lancar, sosialisasi ini bertujuan ulang sampah untuk penanggulangan

82
LINDAYASOS : Jurnal Ilmiah Perlindungan & Pemberdayaan Sosial Vol. 01 No. 1, Juli 2019

kemiskinan dan pemberdayaan bagi 2. Meningkatnya pengetahuan dan


pemulung, dengan pelatihan ini pemahaman pemulung di bidang daur
pemulung dan masyarakat bisa ulang sampah.
menambah pengetahuan dan ketrampilan 3. Meningkatnya pendapatan pemulung dari
terhadap sampah selain itu khususnya hasil daur ulang sampah
pemulung menambah penghasilan dari 4. Meningkatnya kesadaran masyarakat
hasil daur ulang sampah. terhadap sampah guna membantu
3. Penghubungan dengan kelompok dunia pelaksanaan program pemberdayaan
usaha lokal pemulung melalui ekonomi daur ulang.
Pelaksanaan penghubungan dengan dunia 5. Anggota TKM melaksanakan fungsinya
usaha lokal bertujuan agar pemulung bisa dalam melaksanakan pendampingan bagi
memasarkan produk dari hasil daur ulang pemulung melalui kegiatan daur ulang
ke produk dunia usaha lokal dengan sampai dengan penyalurannya.
harapan bisa menerima produk tersebut. 6. Terjalinnya kerjasama dengan pihak
Pelaksanaan desain akhir tersebut di jejaring dengan dunia usaha lokal dalam
atas, adapun hasilnya diuraikan sebagaimana mendistirbusikan produk daur ulang
berikut: sampah oleh pemulung
1. Meningkatnya kesadaran masyarakat
dalam pemanfaatan dan pengelolaan
sampai daur ulang sampah.

DAFTAR PUSTAKA

E. Colink, Istilah Lingkungan Untuk Jurnal Amos Setiadi. 2015. Studi


Manajemen, 1996 pengelolaan sampah berbasis
komunitas pada kawasan pemukiman
Gelbert. 1996. Konsep Pendidikan perkotaan di Yogyakarta. Vol.3(1),
Lingkungan Hidup, Buku Panduan 27-38.
Pendidikan Lingkungan Hidup: Malang Jurnal Friska Indria. 2017. Pemberdayaan
masyarakat pemulung sampah sungai
Grinnell, Tutty L. 1997. Qualitative Citarum melalui koperasi bangkit
Research for Social Worker. Boston : bersama. Vol.4 (2), 180-186.
Allyn and Bacon

83
LINDAYASOS : Jurnal Ilmiah Perlindungan & Pemberdayaan Sosial Vol. 01 No. 1, Juli 2019

Jurnal Palupi Kusuma. 2017. Pemberdayaan


perempuan melalui program daur
ulang sampah plastic di kelompok
pengelola sampah mandiri (KPSM)
Sleman. Vol. 6(8), 883-841.

Lexy Moleong. 2005. Metodologi Penelitian


Kualitatif. Bandung: PT Remaja,
Rosdakarya.

Madya, Suwarsih. 2011. Teori dan Praktek


Penelitian Tindakan. Bandung. CV.
Alfabeta

Peraturan Mentri Sosil RI No. 8 Tahun 2012


tentang Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial

Rappaport. 1987. “Terms of Empowerment :


Toward a Theory for Community
Pschology”: Vol. 15. No. 2 : 15-16

Sumodiningrat, Gunawan. 1999.


Pemberdayaan Masyarakat dan JPS.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Soegijoko. 1997. Bunga Rampai


Perencanaan Pembangunan di
Indonesia. Bandung: Yayasan
Soegijanto Soegijoko

Sumodiningrat, Gunawan. 1999.


Membangun Perekonomian Rakyat.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Neuman, W.L. 2006. Social Research


Methods:Qualitative and Quantitative
Approach, Boston : Allyn and Bacon

Zuriah, N. 2006. Metodologi Penelitian


Sosial dan Pendidikan Jakarta: PT
Bumi Akasara.

84

You might also like