You are on page 1of 9

JURNAL HUTAN LESTARI (2016)

Vol. 4 (3) : 352 – 360

KEANEKARAGAMAN JENIS ROTAN DI KAWASAN HUTAN ADAT SEPORA


DESA KASROMEGO KECAMATAN BEDUAI KABUPATEN SANGGAU
Rattan Species Diversity In The Forest Area Sepora Desa Adat Kasromego Beduai
District Of Sanggau

Mismeka Rentiria, Togar Fernando Manurung, Ahmad Yani


Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura Jln Imam Bonjol Pontianak 78124
E-mail: mimizneolaka@ymail.com

ABSTRACT
In the wood is complex structure creates an environment that is, allowing the diversity and
plants to live within. One of the diversity that can grow in the woods Indonesia is rattan.
Wicker including the typical tropical belonging to the family palmae (Dransfield and
Manokaran 1996 in Jumiati et al, 2012). In the woods customary Sepora there have been a
number of rattan. It can be seen from surrounding the use of these plants as the rattan,
wicker rattan, mat, wicker vegetables, basket, the material and forth. The types of rattan is in
an area of forest customary Sepora had not yet been attention so that infomation about the
types of rattan not yet avaible. The purpose of this study is to find the diversity of spesies in
the industry, wicker especially a kind of which is generally usedby the community and rattan
supplies as feedstocks. Of the field observation finding of rattan derived of the genus,
calamus, korthalsia and daemonorops. Of the six flavors of the raw materials only one kind
of rattan a solitary namely of the genus calamus. Based on analysis obtained diversity field
index to spesies (Hʹ) ranges from 0,0642-0,1530, or less than one which means that the
diversity of the species in this area relatively low. While the dominant index value (C) of
0,0024-0,0708, or less than one showing that the absence of distinction from one species
with other species within to community, to achieve that in a community has an equal chance
of good growing.
Keyword: Diversity, species of rattan, indigenous forest.

PENDAHULUAN panjang batang mencapai 100 m atau


Hutan merupakan komunitas biotik lebih walaupun diameternya sebesar ibu
dari suatu ekosistem yang hidup dan jari tangan atau ibu jari kaki. Dari segi
tumbuh secara dinamis, yang dapat bentuknya, tanaman rotan memang tidak
menjaga kesuburan tanah, kelestarian tata menarik karena sebagian besar terbalut
air, mahluk hidup, tumbuhan dan plasma pelepah yang berduri tajam. Batang rotan
nutfah. Pada kawasan hutan terdapat memiliki keuletan dan kelenturan yang
struktur yang kompleks menciptakan luar biasa, karena keuletan dan kelenturan
lingkungan sedemikian rupa, dengan itulah batang rotan dapat dibuat berbagai
keanekaragaman jenis mahluk hidup dan perabot rumah tangga atau hiasan-hiasan
tumbuhan dapat hidup di dalamnya. Salah lainnya.
satu dari keanekaragaman jenis yang Provinsi Kalimantan Barat terdapat
dapat tumbuh dengan baik di hutan beberapa jenis rotan yang bernilai
Indonesia adalah rotan. Januminro (2000) ekonomis tinggi seperti: rotan sega, rotan
menyatakan jika dibandingkan dengan dahan dan rotan cincin. Dari data survei
tumbuhan dari suku palmae lainnya, rotan inventarisasi rotan tahun 1990 – 2010
memiliki berbagai keunikan antara lain menunjukkan bahwa sebaran rotan di

352
JURNAL HUTAN LESTARI (2016)
Vol. 4 (3) : 352 – 360

Kalimantan Barat umumnya berada di dilapangan. Alat yang digunakan di


hutan rawa dan sebagian di hutan lahan lapangan adalah peta lokasi, alat tulis
kering (Sardana, dkk 2011). Penyebaran menulis, GPS, parang, tali rapia, patok,
rotan di Kalimantan Barat diperkirakan kamera, cutter dan buku untuk
juga terdapat di Hutan Adat Sepora. identifikasi. Bahan yang digunakan untuk
Kawasan Hutan Adat Sepora membuat herbarium adalah kertas koran,
merupakan hutan primer dengan tingkat kertas karton, kantong plastik, isolasi,
keanekaragaman hayati sedang, label, dan alkohol (70%). Data yang
khususnya untuk jenis-jenis vegetasi dikumpulkan dalam penelitian ini berupa
penyusun hutan hujan tropika dataran data primer atau pengamatan langsung di
rendah. Salah satu jenis vegetasi yang lapangan dengan membuat 5 jalur
ditemukan di hutan Adat Sepora adalah pengamatan yaitu panjang 200 m dan
rotan. Jenis-jenis rotan yang terdapat di lebar 20 m, peletakan masing-masing
kawasan hutan Adat Sepora diketahui jalur diletakan secara (purposive) sengaja
sehingga informasi mengenai jenis rotan dengan melihat komposisi jenis dan
belum tersedia. Ancaman terhadap rotan jumlah tumbuhan rotan. Untuk
terus terjadi hal ini terbukti dengan memudahkan pengamatan dan
kegiatan masyarakat yang hanya perhitungan, maka setiap jalur dibuat
memungut rotan dari hutan alam tanpa plot-plot secara kontinu dengan ukuran 20
adanya pembudidayaan lebih lanjut. x 20 m, sehingga tiap jalur terdapat 10
Akibat lain yang ditimbulkan terhadap petak. Berdasarkan petak 20 x 20 m inilah
keberadaan akan jenis rotan adalah telah akan dilakukan pengamatan mengenai
terbukanya lahan untuk perkebunan jumlah dan jenis rotan yang ada.
kelapa sawit milik swasta, sehingga Parameter yang dicatat dan diukur
dikhawatirkan keanekaragaman jenis meliputi jumlah rumpun setiap jalur untuk
rotan akan berkurang. Penelitian ini masing-masing jenis rotan yang
bertujuan mendapatkan informasi tentang ditemukan dan jumlah batang per rumpun
keberadaan ragam jenis rotan di kawasan untuk masing-masing jenis rotan yang
Hutan Adat Sepora Kecamatan Beduai ditemukan pada plot-plot pengamatan
Kebupaten Sanggau dan pemanfaatan dan yang diklasifikasikan menurut umur
pelestarian jenis-jenis rotan tersebut. muda (M) dan masak tebang (MT). Cara
menentukan jumlah rumpun, dihitung
METODE PENELITIAN pada setiap plot yang ditemukan jenis
Penelitian ini dilaksanakan di rotan pada masing-masing jalur. Jenis
Kawasan Hutan Adat Sepora Desa yang belum diketahui nama botanisnya
Kasromego Kecamatan Beduai akan dibuat herbarium untuk kemudian
Kabupaten Sanggau selama 4 minggu diidentifikasikan lebih lanjut.

353
JURNAL HUTAN LESTARI (2016)
Vol. 4 (3) : 352 – 360

Gambar 1 . Plot Pengamatan Pada Jalur Pertama (Plot Observation On


The First Track).
Pengolahan data hasil pengukuran komunitas atau penggolongan jenis
dan pengamatan di lapangan terhadap (Odum 1988 dalam Sudaryanti 2009):
tumbuhan rotan yang dijumpai dalam plot 𝑛𝑖 ²
C =∑ 𝑁
pengamatan dianalisis dengan rumus Dimana :
sebagai berikut: C = Indeks Dominansi
1. Kerapatan N = Indeks Nilai Penting Jenis ke-i
Perhitungan kerapatan menggunakan ni = Total Indeks Nilai Penting
rumus yang dikemukakan oleh Nilai Indeks Dominansi antara 0 - 1
(Soerianegara dan Indrawan, 1988), yaitu: C = 0, tidak terdapat spesies yang mendominansi
spesies lainnya.
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢
Kerapatan = C = 1, terdapat spesies yang mendominansi
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜 ℎ
spesies lainnya.
𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑡𝑢𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 5. Indeks Keanekaragaman Shanon-
Kerapatan Relatif = x 100%
𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠
Wiener (Fachul 2007 dalam
2. Frekuensi Sudaryanti 2009)
Frekuensi merupakan perbandingan Untuk mengetahui keanekaragaman jenis
banyaknya plot yang terisi oleh suatu berdasarkan kelimpahan digunakan
jenis terhadap jumlah plot seluruhnya keanekaragaman dengan persamaan
yang biasanya dinyatakan dalam persen sebagai berikut:
𝐧𝐢 ni
% (Soerianegara dan Indrawan, 1988) Hʹ = - ∑ log
𝐍 N
yaitu: Dimana:
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑝𝑙𝑜𝑡 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑡𝑢𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠
Frekuensi =
𝑗𝑢 𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢 ℎ 𝑝𝑙𝑜𝑡
Hʹ = Indeks Keanekaragaman Shanon – Wiener
ni = Indeks Nilai Penting Spesies Ke-i
𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠
Frekuensi Relatif = x N = Indeks Nilai Penting Seluruh Spesies
𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢 ℎ 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠
100% Berdasarkan Indeks Keanekaragaman
Jenis menurut Shannon-Weinner di
3. Indeks Nilai Penting (Soerianegara
definisikan sebagai berikut:
dan Indrawan, 1988)
a. Nilai Hʹ > 3, menunjukan bahwa
INP untuk tumbuhan rotan = Kerapatan
keanekaragaman spesies melimpah
Relatif + Frekuensi Relatif
tinggi.
4. Indeks Dominansi (Simsons Indeks) b. Nilai Hʹ 1 ˂ Hʹ < 3, menunjukkan
Digunakan untuk menentukan dominansi bahwa keanekaragaman spesies
suatu tegakan jenis dalam suatu sedang melimpah.

354
JURNAL HUTAN LESTARI (2016)
Vol. 4 (3) : 352 – 360

c. Nilai Hʹ < 1, menunjukkan bahwa Beduai Kabupaten Sanggau ditemukan 6


keanekaragaman spesies sedikit atau jenis rotan. Adapun 6 jenis rotan berasal
rendah. dari genus Calamus umumnya yang
paling banyak ditemukan yaitu sebanyak
HASIL DAN PEMBAHASAN
3 jenis, selanjutnya Korthalsia sebanyak
Jumlah Jenis dan Jumlah Rumpun
2 jenis dan Daemonorops sebanyak 1
Dari hasil pengamatan yang
jenis.
dilaksanakan di kawasan Hutan Adat
Sepora Desa Kasromego Kecamatan
Tabel 1. Jenis-jenis Rotan Yang Ditemukan Di Kawasan Hutan Adat Desa
Kasromego Kecamatan Beduai Kabupaten Sanggau(The Types of Rattan
Found in The Area of Indigenous Forest Sepora Kasromego Villaage Sub-
District Sanggau District Beduai).
Jumlah batang
Nama (Jumlah Per Rumpun)
No Jenis Rotan Nama latin Rumpun
Daerah Muda Masak
Tua
1. Rotan Dahan Korthalsia flagellaris Miq Uwi Danen 50 167 160
2. Rotan Sanjat Calamus paspalanthus Beccari Uwi Peat 27 180 139
3. Rotan Umbut Daemonorops korthalsii Blume Lowa menek 70 115 143
4. Rotan Halus Calamus hispidulus Becc Ui Podi 99 229 193
5. Rotan Semambu Calamus scipionum louer Uwi Marou 12 73 40
6. Rotan Semut Korthalsia scaphigera Mart Uwi Mua 24 81 93
Jumlah 382 845 768
Keterangan; M = Muda ; MT = Masak Tua

Karmidi (2009), mengatakan bahwa mengambil rotan dikawasan Hutan Adat


terdapat 306 jenis rotan dan Sepora sehingga berpengaruh langsung
penyebarannya yang ada di Indonesia terhadap jumlah jenis dan rumpun rotan
sedangkan bila dibandingkan dengan yang ada.Jumlah rumpun dan batang dari
jenis rotan yang ada di Kalimantan ke 6 jenis rotan tersebut kemudian
terdapat 137 jenis rotan dan diklasifikasikan dalam kriteria rotan muda
penyebarannya. Dapat dilihat bahwa (M) dan masak tebang (MT).
sekitar 40% jenis rotan yang ada di Dari tabel 1. diatas terlihat untuk
Indonesia terdapat di Kalimantan. Hasil jenis rotan dahan (Korthalsia flagellaris
analisa menunjukan bahwa terdapat 6 Miq), rotan sanjat (Calamus paspalanthus
jenis rotan yang ditemukan pada seluruh Beccari), rotan halus (Calamus hispidulus
jalur pengamatan dengan sebaran yang Becc), rotan semambu (Calamus
relatif merata setiap jalurnya. Dari jumlah scipionum louer) diketahui bahwa
tiap plotnya terdapat perbedaan yang potensi per rumpun rotan muda untuk tiap
tidak terlalu tampak atau signifikan. jenis rotan memiliki jumlah yang cukup
Kondisi ini terjadi karena pengamatan besar dibanding rotan masak tebang,
dari masing-masing jalur yang digunakan sedangkan untuk jenis rotan umbut
pada lokasi penelitian tergolong pendek. (Daemonorops korthalsii Blume) dan
Selain itu kondisi lahan yang sudah rotan semut (Korthalsia scaphigera Mart)
terbuka membuat masyarakat hanya dapat potensi per rumpun rotan muda lebih

355
JURNAL HUTAN LESTARI (2016)
Vol. 4 (3) : 352 – 360

sedikit dibanding jenis rotan yang Indeks Nilai Penting (INP), Indeks
lainnya. Jika potensi rotan muda lebih Keanekaragaman (Hʹ) dan Indeks
besar ini artinya rotan tersebut memiliki Dominansi (C).
Indeks Nilai Penting merupakan
nilai ekonomis yang tinggi, sehingga
indeks kepentingan yang menggambarkan
rotan masak tebang telah banyak
pentingnya peranan suatu jenis vegetasi
dimanfaatkan untuk berbagai keperluan.
dalam ekosistemnya. Perhitungan INP
diperoleh dengan cara menjumlahkan
Kerapatan Relatif (KR) dan Frekuensi
Relatif (FR).

Tabel 2. Rekapitulasi Indeks Nilai Penting (INP), Indeks Keanekaragaman (Hʹ) dan
Indeks Dominansi (C). (Recapitulation of importance value index (IVI),
Diversity Index (H) and Dominance Index (C)).
Jenis Rotan Indeks Nilai Penting Indeks Indeks
No
(%) Keanekaragaman (Hʹ) Dominansi (C)
1. Rotan Dahan 33,089 0,1292 0,0273
2. Rotan Sanjat 53,246 0,1530 0,0708
3. Rotan Umbut 36,9914 0,1355 0,0342
4. Rotan Halus 49,9162 0,1504 0,0622
5. Rotan Semambu 9,8079 0,0642 0,0024
6. Rotan Semut 16,9495 0,0908 0,0071
Total 200 0,7231 0,204

Berdasarkan Tabel 2 di atas dapat rotan). Bertambahnya jumlah jenis dalam


diketahui nilai INP tertinggi secara suatu komunitas maka akan bertambah
berurutan yaitu jenis rotan sanjat 53,246 pula nilai indeks keanekaragaman jenis.
%, rotan halus 49,9162%, diikuti rotan Pada Tabel 2 terlihat bahwa Indeks
umbut sebesar 36,9914 %, selanjutnya Keanekaragaman berkisar antara 0,0642
rotan dahan 33,089 %, rotan semut sampai dengan 0,1530 yang berarti bahwa
16,9495 %, dan rotan semambu dengan keanekaragaman jenis rotan yang ada di
nilai INP sebesar 9,8079 % dari hasil kawasan ini tergolong rendah karena nilai
tersebut diatas dapat diketahui bahwa Hʹ ˂ 1. Hal ini dipengaruhi oleh tempat
jenis rotan sanjat merupakan jenis rotan tumbuh dari masing-masing individu
dengan INP tertinggi. rotan yang mempunyai persyaratan
Menurut Odum (1993) dalam Sinurat tempat tumbuh yang berbeda
(2004) Indeks Keanekaragaman Jenis (Hʹ) menyebabkan hanya terdapat satu jenis
adalah suatu indeks keanekaragaman rotan yang dapat tumbuh dengan baik
secara keseluruhan dalam suatu pada kawasan Hutan Adat Sepora yaitu
komunitas. Semakin tinggi nilai Hʹ maka rotan sanjat (Calamus paspalanthus
tingkat keanekaragaman jenis semakin Beccari), ini dikarenakan hanya individu
besar atau jenis-jenis yang dijumpai jenis tersebut yang merata ditemukan
semakin banyak. Indeks keanekaragaman pada setiap jalur pengamatan. Menurut
jenis berkaitan dengan jumlah jenis Kunut, dkk (2014) hasil penelitian yang
penyusun vegetasi (dalam hal ini adalah dilakukan di Kawasan Hutan Lindung

356
JURNAL HUTAN LESTARI (2016)
Vol. 4 (3) : 352 – 360

Wilayah Kecamatan Dampelas Sojol dari keenam jenis rotan yang ditemukan
Kabupaten Donggala ditemukan Hʹ maka dapat dikatakan hanya rotan jenis
sangat rendah yaitu sebesar 0,52. Hal ini ini yang dianggap terbaik dalam
disebabkan karena jenis rotan yang kemampuan beradaptasi terhadap kondisi
berada di hutan lindung disusun oleh tempat tumbuh di kawasan Hutan Adat
sedikit jenis rotan saja dan hanya ada satu Sepora. Menurut (Odum 1993 dalam
jenis yang dominan. Selain itu Sudaryanti 2009), kebanyakan komunitas
pertumbuhan rotan juga dipengaruhi oleh alam mengandung sedikit jenis dengan
jenis dari rotan itu sendiri yang jumlah individu yang besar. Dengan
disebabkan oleh faktor bawaan atau jumlah jenis yang sedikit maka
faktor genetis dari rotan tersebut. penguasaan terhadap tempat tumbuh
Hasil analisis data diketahui bahwa semakin besar dengan demikian pola
nilai Indeks Dominansi (C) tertinggi pemusatan jenis-jenis yang dominan akan
untuk seluruh jalur pengamatan sebesar C tersebar merata karena dengan sedikitnya
= 0,0708 yang terdapat pada jenis rotan jumlah jenis memungkinkan jumlah
sanjat. Nilai Indeks Dominansi tertinggi < individu untuk tumbuh dan berkembang
1 menunjukkan bahwa tidak adanya dengan baik.
penguasaan suatu jenis terhadap jenis
Pemanfaatan Rotan
yang lainnya dalam suatu komunitas,
Hasil penelitian menunjukkan
sehingga dapat dikatakan setiap jenis
terdapat 6 jenis rotan yang mempunyai
yang terdapat dalam suatu komunitas
nilai ekonomis dan dimanfaatkan oleh
memiliki kesempatan yang sama untuk
masyarakat di desa Kasromego untuk
tumbuh dan berkembang dengan baik.
berbagai kegunaan.
Dalam hal ini karena rotan sanjat
memiliki nilai Indeks Dominansi tertinggi

Tabel 3. Pemanfaatan Dan Kegunaan Dari Masing-masing Jenis Rotan (Utilization


and Usefulnesss of Each Species of Rattan).
Jenis Rotan Kegunaan
Rotan Dahan Digunakan sebagai bahan dalam pembuatan alat pengangkap ikan,
pengikat rakit dan tikar.
Rotan Sanjat Untuk bahan pembuatan tikar, tempat sayur, pengikat, bingkai, dan
bahan ayaman lainnya.
Rotan Umbut Untuk bahan pembuatan keranjang, pengikat, bingkai, dan tempat sayur.
Rotan Halus Untuk bahan pembuatan berbagai macam kerajinan tangan seperti
keranjang, tempat sayur, dan pengikat anyaman lainnya.
Rotan Semambu Untuk bahan pembuatan kursi.
Rotan Semut Sebagai bahan sayuran (bagian pucuk mudanya).

Menurut masyarakat jenis-jenis rotan (Calamus paspalanthus Beccari). Alasan


yang dimanfaatkan untuk membuat mereka menggunakannya karena rotan-
anyaman adalah rotan halus (Calamus rotan tersebut mudah untuk dianyam,
hispidulus Becc) dan rotan sanjat kuat, awet, serta bisa digunakan untuk

357
JURNAL HUTAN LESTARI (2016)
Vol. 4 (3) : 352 – 360

membuat berbagai jenis anyaman. akibat peresapan air hujan melalui


Pemanfaatan rotan oleh masyarakat untuk penampang batang yang dipotong. Untuk
bahan kerajinan anyaman pada umumnya mengatasi hal itu, maka penampang bekas
adalah rotan yang berdiameter kecil pemotongan harus dibengkokkan ke
karena mudah untuk dianyam dan mudah bawah agar air hujan tidak meresap ke
dalam proses pengolahannya (Jasni dkk, dalamnya. Dalam hal pemungutan, rotan
2000). Sedangkan untuk jenis rotan dahan yang baik untuk diambil adalah rotan
(Korthalsia flagellaris Miq), rotan umbut yang tua atau masak tebang. Pemungutan
(Daemonorops korthalsii Blume) dan rotan oleh masyarakat setempat dilakukan
rotan semambu (Calamus scipionum dengan cara yang sangat sederhana, yaitu
louer) pada dasarnya jenis-jenis tersebut dengan cara memilih rotan yang akan
juga mempunyai kualitas yang baik bila diambil kemudian dipotong dan digosok
digunakan sebagai bahan anyaman tetapi pada batang kayu hingga bersih. Cara ini
karena dalam memperolehnya sedikit memang memerlukan waktu yang cukup
lebih susah sehingga masyarakat jarang lama tetapi cara ini menghasilkan rotan
menggunakannya untuk pembuatan yang berkualitas baik. Pengupasan yang
anyaman. dilakukan di hutan merupakan langkah
Penduduk Desa Kasromego sudah awal yang sangat penting dalam hal
mulai melakukan budidaya jenis rotan penentuan kualitasnya karena bila rotan
semut dan rotan halus walaupun masih sudah dalam keadaan kering sukar untuk
dalam skala kecil. Hal ini bertujuan dibersihkan lagi. Rotan yang sudah cukup
menjaga kelestarian bahan makanan masak tebang memiliki ciri-ciri sebagai
dimana bagian pucuknya dapat dijadikan berikut: pelepah bagian bawah sudah
bahan sayuran yaitu sayur umbut rotan. terlepas, warna hijau tua atau kecoklatan,
Adapun manfaat dari umbut tersebut duri berwarna hitam dan mulai gugur.
dipercaya berkhasiat sebagai obat malaria Dalam pemungutan rotan, rotan yang
karena rasanya yang pahit. Sedangkan berdiameter kecil sangatlah mudah
jenis rotan halus dibudidayakan untuk diambil. Cukup dengan membawa
dimanfaatkan masyarakat sekitar sebagai peralatan sederhana seperti parang dan
upacara keagamaan. kayu untuk mengkait sudah bisa untuk
digunakan dalam proses pengambilan
Pemungutan dan Ketersediaan Rotan
rotan berdiameter kecil. Lain halnya
Pemungutan hasil rotan yang
dengan rotan yang berdiameter besar,
diperoleh dari hutan, merupakan suatu
sebagai contoh semambu yang memiliki
pekerjaan yang dilakukan masyarakat
panjang belasan meter, karena rotan jenis
sekitar, dalam hal pemenuhan kebutuhan
ini merambat dengan bantuan pohon yang
sehari-hari saja. Sebagai contoh untuk
berada disekitarnya, sehingga dalam
keperluan dalam pembuatan alat-alat
pengambilannya perlu dipanjat. Rotan
rumah tangga atau kerajinan.
merupakan tumbuhan yang banyak
Pengambilan rotan tidak boleh
dimanfaatkan oleh masyarakat,
dilakukan pada musim hujan karena dapat
perkembangan dan pemanfaatan akan
mengakibatkan busuknya akar-akar
rotan setiap tahunnya menunjukan

358
JURNAL HUTAN LESTARI (2016)
Vol. 4 (3) : 352 – 360

peningkatan. Hal ini tentunya akan Beccari), rotan umbut (Daemonorops


berdampak terhadap ketersediaan akan korthalsii Blume), rotan halus
rotan di dalam hutan. Ketersediaan rotan (Calamus hispidulus Becc), dan rotan
di kawasan Hutan Adat Sepora sebanyak marau (Calamus mattenensis Becc).
1.613 rumpun dengan rotan muda 2. Keanekaragaman jenis rotan yang ada
sebanyak 845 batang dan rotan masak di kawasan Hutan Adat Sepora
tebang sebanyak 768 batang. Dari hasil tergolong rendah hal ini dibuktikan
penelitian tersebut di atas, menunjukan dengan nilai keanekaragaman Jenis
ketersedian rotan di kawasan Hutan Adat berkisar 0,0642 sampai 0,1530 atau
Sepora Desa Kasromego masih tersedia kurang dari 1, sedangkan untuk nilai
dengan keseluruhan berjumlah 382 dominansi berkisar 0,0071 sampai
rumpun. Dengan adanya perkembangan 0,0708 atau < 1 menunjukkan bahwa
pemanfaatan dan penggunaan rotan, maka tidak adanya penguasaan suatu jenis
tumbuhan rotan harus dilestarikan supaya terhadap jenis yang lainnya dalam
tidak terjadi kepunahan terutama rotan- suatu komunitas, sehingga dapat
rotan yang memiliki nilai ekonomis. dikatakan setiap jenis yang terdapat
Menurut Yuniarti dan Basri (2005), dalam suatu komunitas memiliki
secara umum budidaya tanaman dapat kesempatan yang sama untuk tumbuh
dilakukan secara generatif dilakukan dan berkembang dengan baik.
dengan cara menggunakan biji, serta 3. Ketersediaan jenis rotan yang banyak
budidaya secara vegetatif seperti pucuk dimanfaatkan di kawasan Hutan Adat
daun, akar, serta batang yang kemudian Sepora: rotan dahan sebanyak 50
dikembangkan dengan teknik-teknik rumpun dengan jumlah batang muda
khusus seperti stek, cangkok, okulasi, dan 167 batang dan masak tebang 160
kultur jaringan. Sedangkan menurut batang, rotan sanjat sebanyak 127
Sudaryanti (2009), pembudidayaan lebih rumpun dengan jumlah batang muda
di anjurkan di daerah berhutan karena di 180 batang dan masak tebang 139
daerah tersebut banyak mengandung batang, rotan umbut sebanyak 70
bahan organik yang cukup tinggi, yakni rumpun dengan jumlah batang muda
berupa humus hasil proses pembusukkan 115 batang dan masak tebang 143
atau penguraian sisa-sisa tanaman, batang, rotan halus sebanyak 99
ranting, daun dan pohon. Lapisan humus rumpun dengan jumlah batang muda
yang tersedia dapat menyebabkan struktur 229 batang dan masak tebang 193
tanah lebih gembur daripada daerah tidak batang, rotan semambu sebanyak 12
berhutan. rumpun dengan jumlah batang muda
73 batang dan masak tebang 40
PENUTUP
batang.
Kesimpulan
1. Enam jenis rotan yang ditemukan di Saran
Hutan Adat Sepora jenis yang paling 1. Agar terciptanya keanekaragaman
banyak dimanfaatkan adalah rotan jenis terutama yang ada di kawasan
dahan (Korthalsia flagellaris Miq), Hutan Adat Sepora perlu dilakukan
rotan sanjat (Calamus paspalanthus pembudidayaan buatan terhadap

359
JURNAL HUTAN LESTARI (2016)
Vol. 4 (3) : 352 – 360

jenis-jenis endemik rotan bukan Sardana A. Julinda H. Nyoman G G Y


hanya dari suatu daerah bahkan dari D. Arfian E N. Neneng A. 2011.
dearah lain. Potret Hutan Propinsi Kalimantan
Barat. Kementrian kehutanan
2. Untuk menjaga kelestarian sumber
Direktorat Jenderal Planologi
daya alam perlu adanya upaya dari Kehutanan, Balai Pemantapan
pihak terkait agar eksploitasi Hutan Wilayah III Pontianak.
terhadap hutan khususnya yang
Sinurat, Juni Farsi BR. 2004.
berada di Desa Kasromego dapat Keanekaragaman Jenis Rotan
ditekan seminimal mungkin agar (Palmae) Di Gunung Serang
kekayaan sumber daya alam yang Dalam Kawasan Cagar Alam
terkandung di dalamnya dapat terjaga Gunung Nyiut Kebupaten
termasuk jenis rotan. Bengkayang Kalimantan Barat.
Fakultas Kehutanan Universitas
DAFTAR PUSTAKA Tanjungpura Pontianak.
Jasni, D. Martono dan N. Supriana. 2000. Soerianegara, I dan A. Indrawan, 1988,
Sari Hasil Penelitian Rotan. Dalam Ekologi Hutan Indonesia.
Sari Hasil Penelitian Rotan Dan Laboratorium Ekologi Hutan
Bambu. Puslitbang Hasil Hutan. Fakultas Kehutanan Institut
Bogor Pertanian Bogor.
Januminro CFM, 2000 Rotan Indonesia. Sudaryanti N. 2009. Keanekaragaman
Kansinus, Yogyakarta. Jenis Rotan Di Kawasan
Tembawang Desa Teluk Bakung
Jumiati,Bambang Hariyadi, dan Pinta Kecamatan Kubu Raya. Fakultas
Murni , 2012. Studi Etnobotani Kehutanan Universitas
Rotan Sebagai Bahan Kerajinan Tanjungpura Pontianak.
Anyaman Pada Suku Anak Dalam
(SAD) diDusun III Senami, Desa Yuniarti, K. Dan E. Basri. 2005.
Jebak, Kabupaten Batanghari, Rekayasa Alat Kontrol Suhu dan
Jambi. Jurnal Biospecies Vol. 5 Kelembaban untuk Bangunan
No.1, Februari 2012minro CFM. Pengeringan Kombinasi Tenaga
2000. Rotan Indonesia. Kansius, Surya dan Panas Tungku. Laporan
Yogyakarta Penelitian. Puslitbang Hasil Hutan.
Bogor.
Karmidi. 2009. Pengenalan Jenis-jenis
Rotan blogspot.com/2009/08/
Pengenalan-jenis-jenisrotan.Html ?
m=1
Kunut A A. Sudhartono A. Toknok B.
2014. Keanekaragaman Jenis
Rotan (Calamus Spp.) Di Kawasan
Hutan Lindung Wilayah
Kecamatan Dampelas Sojol
Kabupaten Donggala.WARTA
RIMBA ISSN: 2406-8373 Volume
2, Nomor 2. Akses tanggal 12 Mei
2014. Jurnal

360

You might also like