You are on page 1of 8

JIIA, VOLUME 6 No.

3, AGUSTUS 2018

ANALISIS BIAYA PENYUSUTAN PADA PROSES PENGERINGAN PASCAPANEN PADI


DI KECAMATAN TRIMURJO KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

(Cost Analysis of Post-Harvest Loss in Paddy Drying Process in Trimurjo Sub-District of


Lampung Tengah District)

Selvy Friana Sary, Zainal Abidin, Adia Nugraha

Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, Jl. Prof. Dr. Soemantri Brodjonegoro No. 1
Bandar Lampung 35145, Telp. 082280101530, e-mail: selvifrianasari@gmail.com

ABSTRACT

This research aims to analyses the cost of influencing factors and effort to reduce the loss in paddy drying.
The study is conducted by survey method in which 40 respondents are selected by simple random sampling.
Descriptive quantitative analysis is used to determine the cost of loss in paddy drying process. KHP method
is used to determine the loss. Linear Regression is used to estimate affecting factors on the loss paddy
drying process. Descriptive qualitative analysis was used to understand efforts conducted by farmers to
reduce loss. The study showed that cost got by farmers of the average 0.50 hectare area was
Rp435,070/farmer in a planting season. The loss influencing factors in paddy post-harvest drying process
were total production, thickness of drying layer, the use of drying media and weather. Farmers effort to
reduce the loss in paddy drying process consists of arranging thickness of paddy drying, the wide of media
drying, the length of drying process, reversing paddy, monitoring, maintaining of drying floor, and directing
paddy expose to the sun.

Key words: economic loss, loss in paddy, paddy drying process, paddy post-harvest

PENDAHULUAN Produksi padi sawah di Kecamatan Trimurjo cukup


tinggi, namun masih banyak masalah yang
Tanaman padi yang dibudidayakan di Provinsi dihadapi petani seperti kadar air yang tinggi
Lampung pada umumnya ditanam di lahan sawah. sehingga menyebabkan kehilangan hasil
Produksi padi sawah di Provinsi Lampung sebesar pascapanen padi yang meningkat. Komoditas padi
3.496.489,49 ton pada tahun 2015. Kabupaten mengalami penyusutan pascapanen sebesar 10,39
penghasil padi sawah terbesar di Provinsi persen pada tahun 2015 (Direktorat Pascapanen
Lampung adalah Kabupaten Lampung Tengah. Tanaman Pangan 2015). Penyusutan padi
Tahun 2015 Kabupaten Lampung Tengah memiliki disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya
luas lahan sawah sebesar 138.807 hektar dan adalah padi yang diproduksi harus menjalani
produksi padi sebesar 782.603,56 ton atau setara serangkaian kegiatan penanganan pascapanen padi.
dengan 22,38 persen dari total produksi padi di Kegiatan selama penanganan pascapanen padi
Provinsi Lampung sehingga menempati urutan diantaranya adalah panen, perontokan,
pertama produksi padi terbesar di Provinsi pengangkutan, penjemuran, penggilingan, dan
Lampung (BPS Provinsi Lampung 2016). penyimpanan.

Produksi padi sawah yang dihasilkan di Kabupaten Pengeringan merupakan salah satu kegiatan
Lampung Tengah berasal dari 28 kecamatan yang penanganan pascapanen padi. Pengeringan
ada di Kabupaten Lampung Tengah. Salah satu bertujuan untuk mendapatkan gabah kering yang
kecamatan penghasil padi sawah terbesar di tahan disimpan dan memenuhi persyaratan kualitas
Kabupaten Lampung Tengah adalah Kecamatan gabah yang akan dipasarkan. Pada saat dilakukan
Trimurjo. Tahun 2015 Kecamatan Trimurjo pengeringan, sangat rentan terjadinya kehilangan
memiliki luas lahan padi sawah sebesar 8.942 hasil. Berdasarkan hasil penelitian Biro Harga
hektar dan produksi padi sawah sebesar 59.758 ton Dasar Bulog dan Organisasi Pangan Dunia (FAO)
atau setara dengan 6,98 persen dari total produksi menyatakan bahwa perkiraan penyusutan hasil
padi sawah yang dihasilkan di Kabupaten padi pada saat pengeringan dapat mencapai 1,5
Lampung Tengah (BPS Kabupaten Lampung persen menurut BULOG dan 2 persen menurut
Tengah 2016). FAO (Humaedah 2015).

263
JIIA, VOLUME 6 No. 3, AGUSTUS 2018

Tahun 2015 produksi gabah kering panen di Populasi di Desa Simbarwaringin dan Desa
Kecamatan Trimurjo menghasilkan padi sebesar Purwodadi sebanyak 1.199 petani padi, sehingga
59.758 ton. Hasil penelitian Biro Harga Dasar setelah dilakukan perhitungan diperoleh jumlah
Bulog memperkirakan penyusutan padi pada sampel sebanyak 26 orang. Syarat yang harus
proses pengeringan mencapai 1,5 persen, maka dipenuhi dalam analisis regresi linear dapat
penyusutan padi yang terjadi sebesar 896.370 kg. dipergunakan secara optimal adalah jumlah data
Hal ini menunjukkan bahwa kerugian yang dialami minimal 30 data. Menurut Gay dan Diehl (1992),
petani padi di Kecamatan Trimurjo Kabupaten jika penelitiannya korelasional, sampel
Lampung Tengah sebesar Rp3.495.843.000 (harga minimumnya adalah 30 subjek. Jumlah sampel
gabah kering panen adalah Rp3.900/kg). Jika yang diambil dalam penelitian ini adalah 40
dilihat dari nilai kerugian tersebut, seharusnya sampel. Desa Purwodadi sebanyak 22 sampel dan
petani padi dapat lebih memperhatikan lagi cara Desa Simbarwaringin sebanyak 18 sampel.
penanganan pascapanen padi yang baik.
Data diperoleh dari wawancara langsung dengan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui responden dengan menggunakan kuesioner (daftar
biaya kerugian, faktor yang mempengaruhi pertanyaan) yang telah disiapkan. Metode analisis
penyusutan pengeringan pascapanen padi, dan data yang digunakan adalah metode analisis
upaya yang dilakukan untuk mengurangi deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Analisis
penyusutan pascapanen padi di Kecamatan deskriptif kuantitatif digunakan untuk mengetahui
Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah. besarnya biaya kerugian petani akibat penyusutan
pada proses pengeringan pascapanen padi
METODE PENELITIAN dianalisis dengan metode kehilangan hasil
penjemuran (KHP) dan untuk mengetahui faktor-
Penelitian dilakukan di Desa Purwodadi dan Desa faktor yang mempengaruhi penyusutan
Simbarwaringin Kecamatan Trimurjo Kabupaten pengeringan pascapanen padi digunakan Regresi
Lampung Tengah. Metode yang digunakan dalam Linear Berganda. Analisis deskriptif kualitatif
penelitian adalah metode survei. Lokasi penelitian digunakan untuk mengetahui upaya yang
ditentukan secara sengaja (puposive) dengan dilakukan petani untuk mengurangi penyusutan
pertimbangan bahwa Desa Purwodadi dan Desa pengeringan pascapanen padi dilihat dari hasil
Simbarwaringin memiliki jumlah petani dan luas analisis perbandingan nilai penyusutan
lahan yang potensial serta melakukan penjemuran pengeringan pascapanen padi yang terjadi.
padi pada Bulan April hingga Mei. Pengumpulan
data dilakukan pada Bulan Mei hingga Juni 2017. Kehilangan pada proses pengeringan dihitung
menggunakan rumus Nugraha, Thahir, dan
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode Sudaryono (2007) :
simple random sampling. Proses pengambilan
sampel dilakukan dengan memberi kesempatan BG1  BG 2
yang sama pada setiap anggota populasi untuk KHP  x100% .............................(2)
BG1
menjadi anggota sampel dengan pertimbangan
bahwa populasi dianggap homogen dalam hal ini
semua petani padi memiliki teknik budidaya yang Keterangan :
sama (Bungin 2005). KHP = Kehilangan hasil penjemuran (%)
BG1 = Berat gabah sebelum pengeringan (kg)
Perhitungan jumlah sampel pada penelitian ini BG2 = Berat gabah setelah pengeringan (kg)
mengacu pada Isaac dan Michael (1995) :
Setelah diketahui kehilangan hasil padi pada proses
pengeringan, maka dapat dihitung nilai kerugian
NZ 2s 2 ekonomi yang diterima petani, yaitu :
n ..................................................(1)
Nd 2  Z 2s 2
BK = (TP x KHP) x PGKP ..................................(3)
Keterangan :
n = Ukuran sampel Keterangan :
N = Ukuran populasi BK = Biaya kerugian (Rp)
s2 = Variasi sampel (10% = 0,1) TP = Total produksi (kg)
Z = Tingkat kepercayaan (90% = 1,645) KHP = Kehilangan hasil penjemuran (%)
d = Derajat penyimpangan (10% = 0,1) PGKP = Harga gabah kering panen (Rp/kg)

264
JIIA, VOLUME 6 No. 3, AGUSTUS 2018

Analisis Regresi Linear Berganda digunakan untuk padi dengan melakukan wawancara kepada petani
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi padi mengenai penyusutan pengeringan
penyusutan pengeringan pascapanen padi di pascapanen padi yang dihadapi oleh para petani
Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah. dan bagaimana cara yang dilakukan untuk
Model regresi yang digunakan ntuk melihat faktor mengurangi penyusutan pada proses pengeringan
total produksi (X1), luas media penjemuran (X2), yang terjadi. Upaya yang dilakukan petani untuk
lama penjemuran (X3), lama penundaan mengurangi penyusutan pascapanen padi dapat
penjemuran (X4), ketebalan penjemuran (X5), dilihat dari hasil analisis perbandingan nilai
media penjemuran (D1), dan cuaca (D2) terhadap penyusutan pengeringan pascapanen padi yang
penyusutan pengeringan pascapanen padi (Y) di terjadi. Perbandingan nilai penyusutan padi terdiri
Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah. atas penggunaan media penjemuran, yaitu
adalah model regresi Gujarati (1995): penggunaan lantai beton dan terpal. Upaya yang
dilakukan petani dilihat dari masing-masing
Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6D1 penggunaan media penjemuran yang digunakan.
+ b7D2 + µ ……………………………… (4)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Model dapat dikatakan baik dalam analisis regresi
linier berganda jika model tersebut dapat Karakteristik Umum Petani Responden
memenuhi beberapa asumsi klasik. Beberapa jenis
asumsi klasik adalah normalitas data, Responden penelitian seluruhnya adalah laki-laki
multikolinearitas, dan heteroskedastisitas. dengan rata-rata petani responden berumur 53
tahun. Petani padi responden berada pada
Uji normalitas merupakan pengujian yang kelompok umur 49-60 tahun (52%). Tingkat
dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi data pendidikan petani padi responden sebagian besar
penelitian mengikuti atau mendekati distribusi tamat SD dan SMP sehingga dapat dikategorikan
normal. Uji normalitas dilakukan dengan cukup rendah. Hal ini dikarenakan hanya ada 1
menggunakan pendekatan Kolmogorov-Smirnov. orang yang berpendidikan D3 (3%) dan pendidikan
Pengujian dapat dilihat dari nilai signifikasi. Jika paling banyak berada pada tingkatan SMP (37%).
nilai signifikasi (p) > 0,05 maka dapat dikatakan Rata-rata pengalaman berusahatani petani
data terdistribusi normal. Sebaliknya, jika nilai responden adalah 21 tahun. Sebanyak 19 petani
signifikan (p) < 0,05 maka data tidak terdistribusi padi responden memiliki pengalaman berusahatani
normal (Sugiyono 2004). antara 20-32 tahun (48%).

Multikolinearitas adalah suatu hubungan antara Jumlah tanggungan keluarga petani padi responden
dua atau lebih variabel independen. Penentuan rata-rata sebanyak 4 orang (27,5%). Untuk
masalah multikolinearitas dapat dilihat dari nilai memenuhi kebutuhan keluarga, petani responden
Variance Inflation Factor (VIF). Masalah harus memiliki pekerjaan. Pekerjaan utama petani
multikolinearitas pada suatu model persamaan responden adalah sebagai petani padi sebanyak 37
linear regresi berganda akan selalu ditemukan, orang (92,5%), sedangkan sisanya bekerja sebagai
tetapi ada yang serius, ada yang tidak serius. wiraswasta, buruh pabrik, dan PNS (7,5%). Petani
Masalah multikolinearitas menjadi sangat serius padi responden memiliki pekerjaan sampingan
jika nilai VIF > 10, dan dianggap tidak serius jika yang terdiri dari petani singkong, petani padi,
nilai VIF < 10 (Sitepu dan Sinaga 2006). petani jagung, dan pedagang (40%), sedangkan
sisanya tidak memiliki pekerjaan sampingan
Heteroskedastisitas adalah kondisi varian tidak (60%).
konstan atau terjadi ketika error term tidak
mempunyai varian konstan. Heteroskedastis Rata-rata luas lahan usahatani padi sawah yang
menyebabkan estimasi OLS parameter varian dimiliki petani padi responden adalah 0,50 hektar.
menjadi bias, yang pada gilirannya nilai parameter Sebagian besar petani responden memiliki luas
statistik t dan F menjadi tidak dapat dipercaya, lahan usahatani padi sebesar 0,18-0,60 hektar
dengan kata lain tidak valid digunakan (Sitepu dan (75%). Kepemilikan lahan sawah petani dibagi
Sinaga 2006). Cara formal yang dapat dilakukan atas lahan milik sendiri (95%) dan sakap (5%).
untuk mendeteksi heteroskedastisitas adalah
dengan Metode White (Widarjono 2009).
Analisis upaya yang dilakukan petani untuk
mengurangi penyusutan pengeringan pascapanen

265
JIIA, VOLUME 6 No. 3, AGUSTUS 2018

Keragaan Usahatani Padi Sawah di Kecamatan Tabel 1. Kehilangan hasil penjemuran padi pada
Trimurjo proses pengeringan pascapanen padi di
Kecamatan Trimurjo
Petani responden telah melakukan penggunaan
benih unggul bersertifikat, pengairan (irigasi) yang No. Media Penjemuran
Jumlah Kehilangan Hasil
diatur oleh Perkumpulan Petani Pemakai Air (orang) Penjemuran (%)
(P3A), pengolahan lahan secara teratur, 1. Lantai beton 18 3,681
penggunaam pupuk, penggunaan pestisida, panen, 2. Terpal 22 4,194
dan pascapanen. Waktu penanaman padi di Desa Rata-rata 3,963
Purwodadi dimulai pada Bulan Januari-April dan
Bulan Juni-September, sedangkan di Desa Besarnya penyusutan pada proses pengeringan
Simbarwaringin dimulai pada Bulan Desember- pascapanen padi akan mengakibatkan kerugian
Maret dan Bulan Mei-Agustus. Adanya perbedaan yang dialami oleh petani. Biaya kerugian yang
waktu penanaman di Kecamatan Trimurjo, dialami petani tidak sedikit jika dilihat dari rata-
khususnya Desa Purwodadi dan Desa rata penyusutan pengeringan pascapanen padi yang
Simbarwaringin karena penggunaan irigasi yang terjadi sebesar 3,963 persen dari total produksi.
harus bergiliran tiap-tiap desa. Benih padi yang Pada Bulan Juni harga Gabah Kering Panen (GKP)
digunakan oleh responden seluruhnya adalah benih sebesar Rp4.000/kg hingga Rp4.100/kg. Rata-rata
unggul nasional dengan Varietas Ciherang, namun biaya kerugian yang dialami petani di Kecamatan
ada petani yang menggunakan lebih dari satu Trimurjo akibat penyusutan pengeringan
varietas yaitu Varietas Padi Bogor dan Varietas pascapanen padi disajikan pada Tabel 2.
Diamond.
Penyusutan yang terjadi pada penggunaan terpal
Penyusutan Pengeringan Pascapanen Padi di lebih besar karena ketika proses penjemuran
Kecamatan Trimurjo berlangsung, padi yang di tumpukkan bawah tidak
terkena panas jika petani tidak rajin membalik padi
Tingkat kehilangan hasil panen dan pascapanen sehingga gabah bisa busuk yang menyebabkan
disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain cara penyusutan. Sedangkan pada lantai beton panas
penanganan dan penggunaan alat panen. Hasil yang diterima padi akan lebih maksimal karena
penelitian menunjukkan pada tahap pengeringan bagian bawah tumpukkan padi yang dijemur akan
seluruh petani responden mengeringkan padi terkena panas lantai beton dari sinar matahari yang
dengan cara manual (dijemur). Petani padi diterima sehingga padi akan lebih cepat kering.
responden yang menggunakan lantai beton
sebanyak 18 orang dan mengunakan alas terpal Penelitian Agustam, Arifin, dan Marlina (2016)
sebanyak 22 orang. Penjemuran yang dilakukan menyatakan bahwa pendapatan petani padi di Desa
petani responden adalah 2 sampai 3 hari ketika Astomulyo Kabupaten Lampung Tengah sebesar
cuaca panas. Penundaan pengeringan dilakukan Rp8.712.967 per hektar. Biaya kerugian dalam
apabila cuaca sedang tidak panas (mendung). satu musim yang dialami petani padi responden di
Penundaan penjemuran yang dilakukan petani Kecamatan Trimurjo sebesar Rp870.140 per
adalah 1 sampai 4 hari setelah padi dirontokkan. hektar. Jika diasumsikan pendapatan petani di
Kabupaten Lampung Tengah adalah sama, maka
Kehilangan hasil pada tahapan penjemuran pendapatan petani responden adalah Rp8.712.967
umumnya disebabkan oleh fasilitas penjemuran per hektar sehingga biaya kerugian yang dialami
yang kurang baik, sehingga banyak gabah yang petani adalah 9,9 persen dari total pendapatan.
tercecer dan terbuang saat proses penjemuran, serta
adanya gangguan hewan seperti ayam, burung, Tabel 2. Biaya kerugian dalam satu musim tanam
kambing, dan lain-lain (Nugraha, Thahir, dan akibat penyusutan pengeringan pasca-
Sudaryono 2007). Hasil penelitian menunjukkan panen padi di Kecamatan Trimurjo.
bahwa fasilitas penjemuran yang digunakan oleh
petani padi responden umumnya sudah baik, Biaya Kerugian Biaya
seperti penggunaan lantai beton sehingga Media Penjemuran per 0,5 hektar Kerugian per
(Rp) hektar (Rp)
kehilangan cukup rendah dibandingkan dengan Lantai beton 408.007,32 816.014,65
penjemuran menggunakan terpal. Rata-rata Terpal 462.133,53 924.267,07
kehilangan hasil padi dalam satu musim tanam Rata-rata 435.070,42 870.140,86
pada proses pengeringan pascapanen padi di
Kecamatan Trimurjo disajikan pada Tabel 1.

266
JIIA, VOLUME 6 No. 3, AGUSTUS 2018

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyusutan Data pada Tabel 3 menunjukkan bahwa setelah
Pengeringan Pascapanen Padi di Kecamatan dilakukan perbaikan masalah multikolinearitas
Trimurjo (Model 2) dengan mengeluarkan variabel lama
pengeringan (X₃) yang memiliki nilai VIF tinggi
Analisis yang digunakan untuk mengetahui faktor- (10,393) hasilnya adalah tidak terdapat masalah
faktor yang mempengaruhi penyusutan multikolinearitas karena seluruh variabel bebas
pengeringan pascapanen padi di Kecamatan memiliki nilai VIF < 10 sehingga antar variabel
Trimurjo adalah analisis Regresi Linear Berganda. bebas penyusun model tidak memiliki hubungan
Analisis dilakukan dengan memasukkan seluruh linier dan analisis dapat dilanjutkan.
variabel bebas yang diduga berpengaruh nyata
terhadap penyusutan padi pada proses pengeringan Heteroskedastisitas merupakan masalah dalam
pascapanen padi. Sebelum dilakukan analisis analisis regresi yang diakibatkan oleh kondisi
regresi linier berganda, sudah dipastikan bahwa varians tidak konstan atau berubah. Masalah
data terdistribusi normal dan memenuhi beberapa heteroskedastisitas dapat dilihat dari nilai Prob.
asumsi klasik seperti masalah multikolinearitas dan Chi-Square Obs*R-square. Uji heteroskedastisitas
heteroskedastisitas. dilakukan terhadap delapan variabel bebas (setelah
menghilangkan variabel yang memiliki masalah
Pada penelitian ini, uji normalitas dilakukan multikolinearitas yaitu variabel total produksi).
menggunakan Uji Kolmogorov-Smirnov yang Uji heteroskedastisitas menunjukkan bahwa nilai
menghasilkan nilai signifikan (p) = 0,325 (>0,05). Prob. Chi-Square Obs*R-square ≥ 0,05 yaitu
Artinya hasil analisis ini menunjukkan bahwa data sebesar 0,3617 sehingga dapat dikatakan bahwa
penyusutan pengeringan pascapanen padi di data tidak terdapat masalah heteroskedastisitas
Kecamatan Trimurjo terdistribusi normal sehingga pada model persamaan yang digunakan dan
analisis dapat dilanjutkan. analisis dapat dilanjutkan.

Hasil uji multikolinearitas (Model 1) menunjukkan Setelah dilakukan pengujian normalitas data dan
bahwa varibel total produksi dan lama penjemuran asumsi klasik, diketahui bahwa data terdistribusi
memiliki nilai VIF > 10 yaitu variabel total normal dan tidak mengalami masalah
produksi sebesar 14,510 dan lama penjemuran multikolinearitas dan heteroskedastisitas, maka
sebesar 10,393, sehingga harus dihilangkan salah dilakukan analisis faktor-faktor yang
satu variabel tersebut. Menurut Saputra, Haryono, mempengaruhi penyusutan pengeringan
dan Santoso (2014) jika terdapat masalah pascapanen padi di Kecamatan Trimurjo. Analisis
multikolinearitas harus dilakukan kembali regresi yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor
untuk mendapatkan model terbaik yang terbebas yang mempengaruhi penyusutan pengeringan
dari multikolinieritas. Variabel yang dihilangkan pascapanen padi di Kecamatan Trimurjo adalah
adalah lama penjemuran (X₃). Hasil uji analisis Regresi Linear Berganda. Model regresi
multikolinearitas (Model 2) disajikan pada Tabel 3. yang digunakan adalah model regresi Ordinary
Least Square (OLS).
Tabel 3. Hasil uji multikolinearitas pada faktor-
faktor yang mempengaruhi penyusutan Variabel yang digunakan terdiri dari variabel
pengeringan pascapanen padi di terikat dan enam variabel bebas. Variabel bebas
Kecamatan Trimurjo (Model 2) yang digunakan adalah total produksi (X₁), luas
media penjemuran (X₂), lama penundaan
Variabel Collinearity Statistics penjemuran (X₄), ketebalan penjemuran (X₅),
Tolerance VIF
media penjemuran (D₁), dan cuaca (D₂). Alasan
Total produksi (X₁) 0,117 8,542
Luas media penjemuran 0,290 3,454 penggunaan enam variabel tersebut karena semua
(X₂) variabel tidak memiliki masalah multikolinearitas
Lama penundaan 0,213 4,703 dan heteroskedastisitas. Sebelumnya terdapat
penjemuran (X₄) tujuh variabel yang diduga mempengaruhi
Ketebalan penjemuran 0,356 2,809
penyusutan pengeringan pascapanen padi, namun
(X₅)
Media penjemuran (D₁) 0,785 1,274 variabel lama pengeringan (X₃) memiliki nilai VIF
Cuaca (D₂) 0,493 2,030 yang tinggi sehingga harus dihilangkan agar
mendapatkan model terbaik. Hasil analisis faktor-
faktor yang mempengaruhi penyusutan
pengeringan padi disajikan pada Tabel 4.

267
JIIA, VOLUME 6 No. 3, AGUSTUS 2018

Tabel 4. Hasil analisis faktor-faktor yang Trimurjo pada taraf kepercayaan 95,2 persen.
mempengaruhi penyusutan pengeringan Nilai koefisien regresi yang diperoleh adalah
pascapanen padi di Kecamatan Trimurjo positif, yaitu 0,222. Hal ini berarti bahwa variabel
lama penjemuran berpengaruh positif terhadap
Variabel Koefisien Prob. penyusutan pascapanen padi di Kecamatan
Konstanta 3,840*** 0,000 Trimurjo sehingga setiap penambahan ketebalan
Total produksi (X₁) 0,001ᵃ 0,163
Luas media penjemuran (X₂) 0,011 0,211
penjemuran satu sentimeter akan menambahkan
Lama penundaan penjemuran -0,013 0,876 penyusutan pascapanen padi sebesar 0,222 persen.
(X₄)
Ketebalan penjemuran (X₅) 0,222** 0,048 Ketebalan penjemuran yang semakin tinggi akan
Media penjemuran (D₁) -0,387*** 0,001 meningkatkan penyusutan. Hal ini dikarenakan
Cuaca(D₂) -0,462*** 0,001
tumpukkan padi di bagian bawah tidak dapat
R-squared 0,847
Adjusted R-squared 0,808 kering jika tidak rutin dibalik sehingga dapat
F-statistic 21,530 menjadi busuk dan menyebabkan penyusutan.
Prob(F-statistic) 0,000 Kenyataan di daerah penelitian petani jarang
Keterangan: melakukan pembalikan padi yang dijemur. Iswari
ª : Berpengaruh pada taraf kepercayaan 83 persen
* : Berpengaruh pada taraf kepercayaan 90 persen (2012) mengatakan bahwa ketebalan penjemuran
** : Berpengaruh pada taraf kepercayaan 95 persen padi optimal adalah 1-2 cm. Sedangkan ketebalan
*** : Berpengaruh pada taraf kepercayaan 99 persen
ketika penjemuran yang dilakukan petani padi di
Kecamatan Trimurjo adalah 1 cm hingga 3,5 cm.
Total Produksi (X₁)
Media Penjemuran (D₁)
Total produksi adalah jumlah hasil tanaman padi
yang dihasilkan dalam satu musim tanam. Faktor
Media penjemuran yang dimaksud dalam
total produksi berpengaruh nyata terhadap
penelitian adalah penggunaan lantai beton dan
penyusutan pascapanen padi di Kecamatan
terpal yang digunakan petani responden untuk
Trimurjo pada taraf kepercayaan 83,7 persen.
menjemur padi. Faktor penggunaan lantai beton
Nilai koefisien regresi yang diperoleh adalah
berpengaruh nyata terhadap penyusutan
positif, yaitu 0,001. Hal ini berarti bahwa variabel
pascapanen padi di Kecamatan Trimurjo pada taraf
total produksi berpengaruh positif terhadap
kepercayaan 99 persen. Nilai koefisien regresi
penyusutan pascapanen padi di Kecamatan
yang diperoleh adalah negatif, yaitu 0,387. Hal ini
Trimurjo sehingga setiap penambahan total
berarti bahwa variabel media penjemuran
produksi satu kilogram akan menambahkan
berpengaruh negatif tehadap penyusutan
penyusutan pascapanen padi sebesar 0,001 persen.
pascapanen padi di Kecamatan Trimurjo sehingga
setiap penggunaan lantai beton dapat mengurangi
Luas lahan yang dimiliki petani padi responden
penyusutan pascapanen padi sebesar 0,387 persen.
berbeda-beda. Total produksi berbanding lurus
terhadap penyusutan pengeringan pascapanen padi,
Petani padi responden mengeringkan padi dengan
semakin banyak produksi padi yang dihasilkan
cara menjemur di atas lantai beton maka panas
maka semakin banyak pula penyusutan
yang diterima padi akan lebih maksimal karena
pengeringan pascapanen padi yang terjadi. Rata-
bagian bawah tumpukkan padi yang dijemur akan
rata total produksi padi petani padi responden
terkena panas lantai beton dari sinar matahari yang
adalah 5.505 kilogram per hektar. Hal ini berbeda
diterima sehingga padi akan lebih cepat kering.
dengan penelitian Indah, Zakaria, dan Prasmatiwi
Hal tersebut mengakibatkan waktu penjemuran
(2015) yaitu produksi rata-rata padi sawah pada
menjadi lebih cepat.
lahan irigasi teknis MT 1 sebesar 7.284 kilogram
dan pada lahan tadah hujan produksi rata-rata pada
Cuaca (D₂)
MT 1 sebesar 4.370,21 kg dan pada MT 2 sebesar
3.782,97 kg. Cuaca adalah keadaan udara pada saat dan di
wilayah tertentu yang relatif sempit dan pada
Ketebalan Penjemuran (X₅) jangka waktu yang singkat. Faktor cuaca panas
berpengaruh nyata terhadap penyusutan
Ketebalan penjemuran adalah jarak tegak lurus pascapanen padi di Kecamatan Trimurjo pada taraf
tumpukkan padi yang dikeringkan. Faktor kepercayaan 99 persen. Nilai koefisien regresi
ketebalan penjemuran berpengaruh nyata terhadap yang diperoleh adalah negatif, yaitu 0,462. Hal ini
penyusutan pascapanen padi di Kecamatan berarti bahwa variabel cuaca berpengaruh negatif

268
JIIA, VOLUME 6 No. 3, AGUSTUS 2018

tehadap penyusutan pascapanen padi di Kecamatan padi yang di bawah sehingga petani padi
Trimurjo sehingga setiap cuaca panas dapat responden harus rutin membalik padi. Padi yang
mengurangi penyusutan pascapanen padi sebesar tidak kering dapat menjadi busuk sehingga
0,462 persen. menyebabkan penyusutan. Kenyaataan di daerah
penelitian adalah petani tidak rutin membalik
Cuaca yang sedang berlangsung ketika petani padi jemuran padi, sehingga penyusutan pascapanen
responden mengeringkan padi adalah tidak selalu padi pada proses pengeringan dengan
panas, kadang cuaca tidak panas (mendung), menggunakan alas terpal lebih tinggi dibandingkan
bahkan terjadi hujan. Menurut Andoko (2006) dengan menggunakan lantai jemur beton.
cuaca dapat mempengaruhi penyusutan pascapanen
padi, jika cuaca panas maka tidak dilakukan Hasil penelitian tersebut sejalan dengan penelitian
penundaan pengeringan sehingga gabah dapat Nugraha, Thahir, dan Sudaryono (2007) yang
langsung dijemur dengan waktu sekitar 2 hingga 3 menyatakan bahwa kehilangan hasil pada tahap
hari. Hal tersebut mengakibatkan waktu pengeringan gabah pada ekosistem padi lahan
penjemuran menjadi lebih cepat. irigasi sebesar 0,98 persen, untuk ekosistem padi
lahan tadah hujan sebesar 1,05 persen, dan pada
Upaya Mengurangi Penyusutan Pascapanen ekosistem lahan pasang surut sebesar 1,52 persen.
Padi di Kecamatan Trimurjo Hal ini terjadi karena petani pada ekosistem irigasi
dan ekosistem tadah hujan melakukan penjemuran
Pengeringan gabah dapat dilakukan dengan dua padi pada lantai semen beton, sedangkan petani
cara, yaitu secara manual dan mekanik. pada ekosistem lahan pasang surut melakukan
Pengeringan secara manual dapat dijemur langsung penjemuran padi pada alas terpal atau plastik.
di bawah sinar matahari menggunakan media lantai
beton maupun terpal, sedangkan pengeringan Upaya pada Media Penjemuran Lantai Beton
secara mekanik menggunakan mesin pengering
gabah (flat bed dryer). Hasil penelitian Upaya yang telah dilakukan petani untuk
menunjukkan bahwa seluruh petani responden mengurangi penyusutan pengeringan pascapanen
mengeringkan padi dengan cara manual (dijemur). padi di Kecamatan Trimurjo dengan menggunakan
Alasan petani padi responden memilih media penjemuran lantai beton adalah menjaga
mengeringkan dengan cara dijemur adalah dapat ketebalan penjemuran padi dengan ketebalan 2,1
menghemat biaya karena petani responden tidak cm. Rata-rata luas lantai beton yang digunakan
memiliki alat pengering padi (flat bed dryer) untuk menjemur padi adalah 32 m². Penggunaan
sehingga jika petani responden ingin media lantai beton, waktu pengeringan padi dalam
mengeringkan padi menggunakan alat, mereka satu kali penjemuran bisa hanya dua hari karena
harus menyewa di pabrik dengan biaya lantai beton dapat menghantarkan panas secara
pengeringan sebesar Rp200.000/ton. optimal. Petani melakukan pembalikan padi setiap
empat jam sekali. Pengawasan terhadap padi yang
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dijemur untuk mengurangi risiko padi yang
upaya yang dilakukan petani padi responden untuk dijemur dimakan oleh hewan seperti ayam, burung,
mengurangi penyusutan pengeringan pascapanen kambing, dan lain-lain. Petani melakukan
padi adalah dengan menggunakan fasilitas pembersihan lantai beton sebelum dan sesudah
penjemuran lantai beton. Sebanyak 18 petani padi menggunakannya agar lantai beton tidak kotor
responden atau mencakup 45 persen responden ketika digunakan, sehingga gabah yang dijemur
telah mempunyai dan menggunakan lantai jemur tidak tercampur kotoran.
beton. Penggunaan media penjemuran padi
dengan lantai jemur beton mengalami penyusutan Upaya pada Media Penjemuran Terpal
pengeringan pascapanen padi lebih kecil
dibandingkan dengan menggunakan alas terpal. Upaya yang telah dilakukan petani untuk
Hal ini dikarenakan lantai jemur beton dapat mengurangi penyusutan pengeringan pascapanen
menyerap panas dari sinar matahari lebih padi di Kecamatan Trimurjo dengan menggunakan
maksimal, sehingga suhu tidak berfluktuasi terlalu media penjemuran terpal adalah menjaga ketebalan
tinggi. Tumpukkan padi di bagian bawah penjemuran padi dengan ketebalan 2,3 cm.
penjemuran dapat lebih cepat kering dan merata. Perpindahan penjemuran sesuai dengan panas dari
sinar matahari, perpindahan dilakukan agar padi
Panas yang dihantarkan dari penggunaan alas yang dijemur dapat lebih cepat kering. Rata-rata
terpal tidak optimal, terutama di bagian tumpukkan luas terpal yang digunakan untuk menjemur padi

269
JIIA, VOLUME 6 No. 3, AGUSTUS 2018

adalah 36 m². Waktu pengeringan padi dalam satu Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian
kali penjemuran adalah 2 hingga 3 hari. Petani Pertanian. Jakarta.
melakukan pembalikan padi setiap 5 hingga 6 jam Gay LR dan Diehl PL. 1992. Research Methods for
sekali. Pengawasan terhadap padi yang dijemur Business and Management. MacMillan
untuk mengurangi risiko padi yang dijemur Publishing Company. New York.
dimakan oleh hewan seperti ayam, burung, Gujarati D. 1995. Ekonometrika Dasar. Erlangga.
kambing, dan lain-lain. Petani dapat cepat Jakarta.
menjemur padi ketika panas, sedangkan ketika Humaedah U. 2015. Mengurangi Kehilangan
hujan, petani dapat dengan cepat mengangkat padi Panen Padi pada saat Pengeringan.
yang dijemur agar tidak basah dan tidak banyak Kementerian Pertanian Badan Penyuluhan dan
gabah yang berserakan sehingga penyusutan yang Pengembangan Sumber Daya Manusia.
terjadi tidak semakin banyak. http://cybex.pertanian.go.id/materipenyuluhan
/detail/10157/mengurangi-kehilangan-panen-
KESIMPULAN padi-pada-saat-pengeringan. [20 Februari
2017].
Biaya kerugian akibat penyusutan pengeringan Indah LSM, Zakaria WA, dan Prasmatiwi FE.
pascapanen padi di Kecamatan Trimurjo dengan 2015. Analisis efisiensi produksi dan
rata-rata luas lahan 0,50 hektar adalah pendapatan usahatani padi sawah pada lahan
Rp435.070/petani dalam satu musim tanam. irigasi teknis dan lahan tadah hujan di
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyusutan Kabupaten Lampung Tengah. JIIA, 3 (3) :
pengeringan pascapanen padi di Kecamatan 228-234. http://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php
Trimurjo adalah total produksi, ketebalan /JIA/article/view/1046/951. [19 Desember
penjemuran, penggunaan media penjemuran, dan 2017].
cuaca. Upaya yang telah dilakukan petani untuk Isaac S dan Michael WB. 1995. Handbook in
mengurangi penyusutan pengeringan pascapanen Research and Evaluation. EdITS. San Diego.
padi terdiri dari pengaturan ketebalan Nugraha S, Thahir R, dan Sudaryono. 2007.
penjemuran, luas media penjemuran, waktu Keragaan kehilangan hasil pascapanen padi
penjemuran, pembalikan padi, pengawasan, pada 3 (tiga) agroekosistem. Buletin
pembersihan lantai beton, dan melakukan Teknologi Pascapanen Pertanian. Vol. 3 : 42-
49. http://ejurnal.litbang.pertanian.go.id/index
perpindahan penjemuran sesuai dengan panas
.php/bpasca/article/download/5320/4513. [11
dari sinar matahari. Februari 2017].
Saputra RD, Haryono D, dan Santoso H. 2014.
DAFTAR PUSTAKA Produksi dan pendapatan usahatani padi
sawah hibrida dan inhibrida di Kecamatan
Agustam T, Arifin B, Marlina L. 2016. Analisis
Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran. JIIA, 2
biaya imbangan potensi pendapatan usahatani
(3) : 196-205. http://jurnal.fp.unila.ac.id/index
padi di Kecamatan Punggur Kabupaten
.php/JIA/article/view/801/731. [19 Desember
Lampung Tengah. JIIA, 4 (4) : 376-383. http
2017].
://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/JIA/article/v
Siregar S. 2012. Statistika Deskriptif untuk
iew/1519/1373. [19 Desember 2017].
Penelitian. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
BPS [Badan Pusat Statistik] Kabupaten Lampung
Sitepu RK dan Sinaga BM. 2006. Aplikasi Model
Tengah. 2016. Kabupaten Lampung Tengah
Ekonometrika: Estimasi, Simulasi, dan
dalam Angka 2016. BPS Kabupaten Lampung
Peramalan Menggunakan Program SAS.
Tengah. Kabupaten Lampung Tengah.
Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian
BPS [Badan Pusat Statistik] Provinsi Lampung.
Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor.
2016. Provinsi Lampung dalam Angka 2016.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan
BPS Provinsi Lampung. Bandar Lampung. Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bungin B. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif.
Alfabeta. Bandung.
Kencana Prenada Media.Jakarta.
Widarjono A. 2009. Ekonometrika Pengantar dan
Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan. 2015.
Aplikasinya, Edisi Ketiga. Ekonisia.
Laporan Kinerja Direktorat Pascapanen
Yogyakarta.
Tanaman Pangan Tahun 2015. Direktorat

270

You might also like