You are on page 1of 9

32

APLIKASI THEORY OF PLANNED BEHAVIOR DALAM MEMBANGKITKAN NIAT PASIEN UNTUK


MELAKUKAN OPERASI KATARAK

APPLICATION OF THE THEORY OF PLANNED BEHAVIOR IN GENERATING PATIENTS INTENTION TO


UNDERGO CATARACT SURGERY

Dian Anggraini Wikamorys, Thinni Nurul Rochmach


Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga Surabaya
Email: dianwikamorys@yahoo.co.id

ABSTRACT

Surgery is the follow-up actions of diagnosis. The biggest revenue in Clinics comes from surgery.The number
of patients suffering cataract who do not undergo cataract surgery affects the revenue of Clinics. The problem
in this study was high number of cataract patients who did not undergo cataract surgery with an average of
50.7% per month. This study aimed to clarify the influence Theory of Planned Behavior in generating intention
to undergo cataract surgery among patients. Population under study was patients eligible for cataract surgery.
Sampling was done using accidental sampling technique with a number of 67 respondents. Data collection
was carried out using questionnaire and analysis was done using multiple linear regression analysis. The
results indicated that variable attitude had a dominant influence on the intention to undergo cataract surgery,
with value of β =0,379. The second variable was the perceived behavioral control with value of β=0,258, and
the third variable was subjective norms with value of β=0,246. Therefore, it can be inferred that variable of
attitudes toward behavior is factor with dominant influence on the intention to undergo cataract surgery. Finally
it is expected that Mojoagung Eye Clinic to improve attitudes, perceived behavioral control and subjective
norms of patients.

Keywords: intention, Theory of Planned Behavior

PENDAHULUAN komponen pendapatan klinik yang paling besar

Dalam era globalisasi saat ini banyak sehingga dirasa penting untuk membahas

sekali bermunculan tempat pelayanan kesehatan banyaknya tindakan operasi yang dilakukan di

baru seperti klinik, baik klinik yang menyediakan klinik pada pasien yang memerlukan tindakan

berbagai jenis poli pelayanan maupun klinik dalam operasi. Klinik Mata Mojoagung merupakan klinik

bidang khusus yang memberi pelayanan lebih yang menyediakan pelayanan spesialistik di

spesifik. “Klinik merupakan fasilitas pelayanan bidang mata. Pelayanan kesehatan yang diberikan

kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan meliputi pemeriksaan dasar mata rawat jalan

kesehatan perorangan yang menyediakan sampai dengan tindakan operasi, pengadaan obat

pelayanan medis dasar dan/atau spesialistik, dan kaca mata.

diselenggarakan oleh lebih dari satu jenis tenaga Seluruh pasien yang terdiagnosa katarak

kesehatan dan dipimpin oleh seorang tenaga dianjurkan untuk melakukan operasi katarak.

medis” (Permenkes No.9 Berdasarkan data dari Unit Rawat Jalan Klinik

Tahun 2014 tentang Klinik). Mata Mojoagung dari bulan Januari 2013 sampai

Tindakan operasi merupakan tindakan dengan bulan Desember 2014, jumlah pasien

lanjutan dari diagnosis dokter terhadap penyakit rawat jalan yang terdiagnosa katarak rata-rata tiap

yang dialami pasien. Penerimaan pendapatan bulan sebanyak 130 pasien. Pasien yang

yang berasal dari operasi merupakan salah satu melakukan operasi katarak di Klinik Mata

Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 5 Nomor 1 Januari-Juni 2017


33

Mojoagung rata-rata tiap bulannya hanya sebesar (TRA) hanya dapat digunakan untuk perilaku yang

49,3%, dan yang tidak melakukan operasi katarak sepenuhnya berada di bawah kontrol individu

sebesar 50,7%. tersebut, dan tidak sesuai jika digunakan untuk

Permasalahan yang diambil dalam penelitian ini menjelaskan perilaku yang tidak sepenuhnya di

adalah tingginya jumlah pasien katarak yang tidak bawah kontrol individu karena adanya

melakukan operasi katarak di Klinik Mata faktor lain yang kemungkinan dapat menghambat

Mojoagung rata-rata sebesar 50,7% dari bulan atau mendukung tercapainya niat individu untuk

Januari 2013 – Desember 2014. Tujuan dari berperilaku, sehingga Ajzen dalam Theory of

penelitian ini adalah untuk menjelaskan aplikasi planned behavior (TPB) menambahkan satu faktor

Theory of Planned Behavior yang berpengaruh antesenden yaitu perceived behavioral control.

dalam membangkitkan niat pasien untuk Dalam Theory of planned behavior (teori

melakukan operasi katarak. perilaku terencana) menerangkan bahwa perilaku

seseorang akan muncul karena adanya niat untuk


PUSTAKA
berperilaku. Theory of planned behavior
Theory of planned behavior (teori
perilaku terencana) dikhususkan pada perilaku spesifik seseorang dan

Theory of planned behavior (teori perilaku untuk semua perilaku secara umum Niat

terencana) merupakan pengembangan dari teori seseorang untuk berperilaku dapat di prediksi oleh

sebelumnya yaitu theory of reasoned action (teori tiga hal yaitu sikap terhadap perilaku (attitude

tindakan beralasan) yang dikemukakan oleh Icek toward the behavior), norma subyektif (subjective

Ajzen dan Martin Fishbein. Dalam theory of norm), dan persepsi pengendalian diri (perceived

reasoned action (teori tindakan beralasan), dimana behavioral control). Attitude toward the behavior

teori ini merupakan teori yang digunakan untuk merupakan keseluruhan evaluasi seseorang

memperkirakan tingkah laku seseorang. Dalam mengenai positif atau negatifnya untuk

theory of reasoned action (teori tindakan menampilkan suatu perilaku tertentu. Subjective

beralasan) memiliki dua prediksi utama dalam norm merupakan kepercayaan seseorang

menilai niat seseorang untuk berperilaku, yaitu mengenai tuntutan dari orang lain yang dianggap

attitude toward the behavior dan subjective norm penting baginya untuk bersedia menampilkan atau

(Ajzen, 1991). tidak menampilkan suatu perilaku tertentu sesuai

Theory of reasoned action (teori tindakan dengan tuntutan. Perceived behavioral control

beralasan) kemudian diperluas dan dimodifikasi adalah persepsi seseorang tentang

kembali oleh Icek Ajzen menjadi Theory of kemampuannya untuk menampilkan suatu perilaku

planned behavior (teori perilaku terencana). tertentu (Ajzen, 1991).

Menurut analisis Ajzen, theory of reasoned action

Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 5 Nomor 1 Januari-Juni 2017


34

Gambar diagram Theory of Planned behavior ditentukan oleh kombinasi antara belief

Behavior (TPB) tahun 1991 yang kemudian oleh individu tentang konsekuensi positif dan atau

Ajzen dikembangkan di tahun 2006 akan negatif dari perilaku yang dimunculkan (behavioral

dijelaskan sebagai berikut: beliefs) dengan nilai subyektif seseorang terhadap

konsekuensi berperilaku tersebut (outcome


Attitude
Behavioral Toward
Beliefs the evaluation) (Ajzen,2006).
Behavior
Sikap yang dimiliki oleh seseorang

terhadap perilaku didasari oleh belief seseorang


Normative Subjective Intention Behavior
Beliefs Norm
terhadap konsekuensi (outcome) yang akan

dihasilkan. Belief merupakan pernyataan subyektif


Perceived
Control Behavioral
Beliefs Control seseorang yang sesuai dengan pemahaman diri
Actual
Behavioral dan lingkungannya. Adapun rumus untuk
Control
mengukur sikap terhadap perilaku (Attitude toward
Gambar 1. Diagram TPB (Ajzen,2006)
the Behavior) adalah sebagai berikut:

AB α ∑ bi ei
Dalam Theory of Planned Behaviour
Keterangan:
(TPB) menjelaskan bahwa sikap terhadap
AB = Sikap terhadap perilaku bi =
perilaku, norma subyektif dan persepsi
Penjumlahan hasil perkalian antara belief dan
pengendalian diri akan memunculkan
outcome yang dihasilkan
sebuah niat untuk melakukan perilaku.
ei = Evaluasi
Actual Behavioral Control (Kontrol perilaku nyata)
Sikap terhadap perilaku adalah sejauh
akan terjadi apabila seseorang ingin melakukan
mana kinerja dari perilaku yang positif atau negatif
niat yang dimiliki.
dihargai. Menurut rumus diatas, sikap terhadap
Sikap terhadap perilaku (Attitude toward the perilaku (AB) dihasilkan dari penjumlahan hasil
Behavior)
perkalian antara belief dan outcome yang
Sikap terhadap perilaku merupakan suatu
dihasilkan (bi) dengan evaluasi (ei).
fungsi yang didasarkan oleh behavioral beliefs,

yaitu belief seseorang terhadap konsekuensi


Norma Subjektif (Subjective Norm)
positif dan atau negatif yang akan diperoleh
Norma subyektif (subjective norm)
seseorang apabila melakukan suatu perilaku
diartikan sebagai persepsi seseorang mengenai
(salient outcome beliefs). Sikap terhadap perilaku
tekanan dari lingkungan sekitar untuk melakukan
(attitude toward the behavior) didefinisikan sebagai
atau tidak melakukan perilaku. Subjective norm
tingkatan penilaian positif atau negatif individu
ditentukan oleh kombinasi antara belief seseorang
terhadap suatu perilaku. Attitude toward the

Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 5 Nomor 1 Januari-Juni 2017


35

tentang setuju dan atau tidak setuju seseorang perasaan individu mengenai tingkat kesulitan

atau kelompok yang dianggap penting bagi dalam melakukan suatu perilaku. Semakin individu

individu terhadap suatu perilaku (normative merasakan banyak faktor pendukung dan sedikit

beliefs), dan motivasi individu untuk mematuhi faktor penghambat untuk dapat melakukan suatu

anjuran tersebut (motivation to comply). perilaku, maka lebih besar kontrol yang mereka

Subjective norm dihasilkan dari perkalian rasakan atas perilaku tersebut dan begitu juga

antara normative beliefs (keyakinan normatif) sebaliknya, semakin sedikit individu merasakan

dengan motivation to comply (motivasi untuk faktor pendukung dan banyak faktor penghambat

mematuhi). Hubungan antara normative beliefs untuk dapat melakukan suatu perilaku, maka

(keyakinan normatif) dengan motivation to comply individu akan cenderung mempersepsikan diri sulit

(motivasi untuk mematuhi) dapat ditulis dalam untuk melakukan perilaku tersebut (Ajzen, 2006).

persamaan berikut ini : Terdapat dua faktor untuk menentukan

SN α ∑ ni mi persepsi pengendalian diri (perceived behavioral

Keterangan : control) yaitu control belief dan perceived power.

SN = subjective norm Hubungan antara control belief dan perceived

ni = normative belief yang mempertimbangkan power dapat ditulis dalam persamaan berikut :

pendapat dari tokoh yang dianggap penting PBC α ∑ cipi

mi = motivasi untuk mematuhi tokoh yang Keterangan :

dianggap penting PBC = perceived behavioral control ci = control

belief pi =perceived power (kekuatan yang


Persepsi Pengendalian Diri (Perceived
mendukung atau menghambat munculnya suatu
Behavioral Control)
perilaku)
Persepsi pengendalian diri diartikan

sebagai fungsi yang didasarkan pada control Niat (Intention)

beliefs, yaitu belief seseorang tentang ada atau Niat (Intention) merupakan kompetensi

tidak adanya faktor pendukung atau penghambat dari diri individu yang didasarkan pada keinginan

untuk dapat memunculkan perilaku. Belief dapat individu untuk melakukan perilaku tertentu. Niat

diperoleh dari pengalaman terdahulu individu untuk melakukan perilaku dapat diukur

tentang suatu perilaku, informasi yang dimiliki menggunakan tiga prediktor utama yaitu attitude

individu tentang suatu perilaku yang diperoleh toward the behavior, subjective norm, dan

dengan melakukan observasi pada pengetahuan perceived behavioral control . Jika individu berniat

yang dimiliki diri maupun orang lain yang dikenal untuk melakukan perilaku maka individu tersebut

individu, dan juga oleh berbagai faktor lain yang akan cenderung melakukan perilaku tersebut,

dapat meningkatkan ataupun menurunkan namun sebaliknya jika tidak berniat untuk

Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 5 Nomor 1 Januari-Juni 2017


36

melakukan perilaku maka individu tersebut Data akan dianalisis secara

cenderung tidak akan melakukan perilaku itu. Niat statistik dengan menggunakan uji regresi linier

individu untuk berperilaku memiliki keterbatasan berganda. Analisis tersebut dilakukan untuk

waktu dalam mewujudkan perilaku nyata, mengetahui pengaruh sikap terhadap perilaku,

sehingga dalam melakukan pengukuran niat untuk norma subyektif, persepsi pengendalian diri

berperilaku perlu diperhatikan empat elemen terhadap niat melakukan operasi katarak.

utama dari niat yaitu target dari perilaku yang HASIL dan PEMBAHASAN

dituju (target), tindakan (action), situasi pada saat Analisis Pengaruh Sikap Terhadap Perilaku,
Norma Subyektif dan Persepsi Pengendalian
perilaku ditampilkan (contex), dan waktu pada saat Diri Terhadap Niat melakukan operasi Katarak.

perilaku ditampilkan (time) (Ajzen, 2006).


Untuk mengetahui pengaruh
Dalam melakukan pengukuran intensi
sikap terhadap perilaku, norma subyektif dan
untuk melakukan suatu perilaku perlu untuk
persepsi pengendalian diri terhadap niat
diperhatikan empat elemen utama dari intensi,
melakukan operasi katarak digunakan analisis
yaitu target dari perilaku yang dituju (target),
regresi linier berganda dengan menggunakan
tindakan (action), situasi saat perilaku ditampilkan
program komputer. Hasil uji regresi linier berganda
(contex), dan waktu saat perilaku ditampilkan
dapat dilihat pada Tabel 2
(time) (Ajzen, 2004). Perlu diperhatikan juga dalam
Hasil koefisien β= 0,379, ini menunjukkan
pengukuran intensi adalah sikap dan intensi harus
bahwa variabel sikap terhadap perilaku memiliki
di ukur dalam tingkatan spesifikasi yang sama.
hubungan searah yang signifikan dengan niat

melakukan operasi katarak. Koefisien β dari sikap


METODE
terhadap perilaku menunjukkan hasil yang paling
Penelitian ini termasuk penelitian
besar dibanding dengan variabel penelitian yang
deskriptif dengan menggunakan rancang bangun
lain, sehingga dapat diartikan bahwa sikap
cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di
terhadap perilaku memberikan kontribusi yang
Klinik Mata Mojoagung Jombang.
paling besar dalam permodelan regresi linier
Populasi dalam penelitian ini adalah
berganda niat untuk melakukan operasi katarak.
semua pasien katarak di Klinik Mata Mojoagung
Dapat disimpulkan bahwa sikap terhadap perilaku
pada bulan Mei - Juni 2016.
memiliki pengaruh yang nyata terhadap niat untuk
Sampel penelitian ditentukan dengan
melakukan operasi katarak.
cara nonprobability sampling.

Penarikan sampel dilakukan secara Unstandardi Standardiz


zed ed
Accidental sampling sejumlah 67 responden. Coefficients Coefficient
Model s T Sig.
S.E Beta
Instrumen penelitian menggunakan kuesioner.
Constant 6,268 0,560 11,195 0,000

Sikap 0,026 0,009 0,379 2,928 0,005


Terhadap
Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 5 Nomor 1 Januari-Juni 2017
Perilaku B
Norma 0,016 0,007 0,246 2,226 0,030
Subyektif
Persepsi 0,024 0,010 0,258 2,299 0,025
Pengend
37

Tabel 2. Hasil Uji Regresi Linier Berganda sikap responden untuk mengikuti keinginan atau saran
terhadap perilaku, norma subyektif dan
persepsi pengendalian diri terhadap niat dari orang-orang terdekatnya maka akan semakin
melakukan operasi katarak di Klinik
Mata Mojoagung, Jombang, 2016 besar pula niatnya untuk melakukan operasi

katarak. Berdasarkan hasil secara keseluruhan,

variabel norma subyektif memiliki pengaruh yang

paling kecil dalam permodelan regresi linier

a-lian Diri terhadap niat dalam memilih tempat untuk

Hasil penelitian ini sama dengan melakukan operasi katarak.

penelitian yang dilakukan oleh Yakasai (2015). Berbeda dengan penelitian yang

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Jung dilakukan oleh Dewanti (2014), dan Cruz dkk

Lee (2010), dan penelitian Haghighi (2012), (2015), menunjukkan bahwa norma subyektif

menunjukkan bahwa sikap terhadap perilaku memiliki pengaruh yang paling besar terhadap

merupakan faktor yang paling besar pengaruhnya niat. Hal ini mungkin disebabkan karena

terhadap niat. Berbeda dengan penelitian yang perbedaan karakter responden dan lingkungan

dilakukan oleh Ratna Listiana Dewanti (2014), sehingga memiliki dampak yang berbeda.

menunjukkan bahwa sikap terhadap perilaku tidak Persepsi pengendalian diri menghasikan

berpengaruh terhadap niat. Hal ini dimungkinkan nilai p sebesar 0,025<0,05. Hasil ini menyimpulkan

karena perbedaan karakter responden dan lokasi bahwa persepsi kontrol perilaku berpengaruh

penelitian. signifikan terhadap niat melakukan operasi

Norma subyektif menghasikan nilai p katarak. Pengaruh persepsi kontrol perilaku adalah

sebesar 0,030<0,05. Hasil ini menyimpulkan positif dengan koefisien regresi sebesar 0,024. Hal

bahwa norma subyektif berpengaruh signifikan ini berarti semakin mendukungnya persepsi kontrol

terhadap niat melakukan operasi katarak. perilaku, akan meningkatkan secara signifikan niat

Pengaruh norma subyektif adalah positif dengan pasien untuk melakukan operasi katarak.

koefisien regresi sebesar 0,016. Hal ini berarti Variabel persepsi pengendalian diri

norma subyektif yang semakin mendukung, akan menghasilkan nilai β=0,257 menunjukkan

meningkatkan secara signifikan niat pasien untuk besarnya kontribusi variabel persepsi

melakukan operasi katarak. pengendalian diri dalam memprediksi niat

Variabel norma subyektif menghasilkan nilai melakukan operasi katarak. Variabel persepsi

koefisien β= 0,246, hal ini menunjukkan bahwa pengendalian diri memiliki kontribusi yang lebih

variabel norma subyektif memiliki hubungan yang kecil daripada variabel sikap terhadap perilaku

signifikan dengan niat untuk melakukan operasi namun lebih besar dari variabel norma subyektif

katarak, dengan kata lain semakin besar motivasi dalam permodelan regresi niat melakukan operasi

Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 5 Nomor 1 Januari-Juni 2017


38

katarak. Sama seperti penelitian yang dilakukan diri, hal ini sama dengan hasil penelitian ini yang

oleh Cruz,dkk (2015), menunjukkan hasil bahwa menunjukkan ketiga variabel tersebut dapat

persepsi pengendalian diri merupakan faktor mempengaruhi niat. Penelitian lain yang dilakukan

urutan ke dua yang memiliki pengaruh terhadap oleh Jung Lee (2010), Haghighi (2012), Cruz,dkk

niat. (2015) dan Yakasai (2015) menunjukkan hasil

Persepsi pengendalian diri menggambarkan bahwa sikap terhadap perilaku, norma subyektif,

tentang perasaan kemampuan individu dalam persepsi pengendalian diri menunjukkan ada

melakukan suatu perilaku, persepsi mengenai pengaruh yang signifikan terhadap niat. Dari ketiga

kemudahan atau kesulitan dalam melaksanakan variabel yang berpengaruh terhadap niat, variabel

perilaku. Dalam teori perilaku berencana, persepsi sikap terhadap perilaku yang memiliki pengaruh

pengendalian diri mengacu pada persepsi paling besar dibanding dengan variabel lainnya,

seseorang terhadap sulit atau tidaknya untuk hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan

melakukan tindakan yang diinginkan, terkait oleh Sigit (2006), Jung Lee (2010), dan Yakasai

dengan keyakinan akan tersedianya atau tidak (2015).

sumber daya dan kesempatan yang diperlukan Tabel 3. Koefisien Determinasi (r2) Pengaruh
Parsial
untuk melakukan suatu perilaku tertentu. Semakin Variabel R r2
Bebas
besar faktor pendukung dan kesempatan yang ada
Sikap 0,346 0,1197
dan semakin sedikit hambatan yang dimiliki maka Terhadap
Perilaku
akan semakin besar pula persepsi individu untuk Norma 0,270 0,0729
Subyektif
dapat mengontrol atau melakukan perilaku Persepsi 0,278 0,0772
Kontrol
tersebut. Perilaku
Dari Tabel 3 diketahui variabel bebas
Pengujian pengaruh sikap terhadap
yang memiliki nilai r2 parsial paling besar adalah
perilaku, norma subyektif dan persepsi
sikap terhadap perilaku yaitu 0,1197 atau 11,97%.
pengendalian diri terhadap niat melakukan operasi
Hasil ini menyimpulkan bahwa sikap terhadap
katarak dilakukan dengan menggunakan uji
perilaku adalah faktor yang berpengaruh dominan
regresi linier berganda. Hasil yang di dapatkan
(paling besar) terhadap niat pasien untuk
adalah variabel sikap terhadap perilaku, norma
melakukan operasi katarak.
subyektif, persepsi pengendalian diri menunjukkan
Sikap terhadap perilaku menjadi variabel
ada pengaruh yang signifikan terhadap niat
yang paling dominan dimungkinkan karena sikap
memilih tempat operasi katarak. Theory of
didapatkan dari suatu keyakinan orang tersebut
planned behavior menggambarkan bahwa niat
tentang sikap yang akan dilakukan. Secara umum
dipengaruhi oleh tiga variabel yaitu sikap terhadap
seseorang dapat membentuk keyakinannya
perilaku, norma subyektif, persepsi pengendalian
dengan mengaitkannya dengan hal lain misalnya

Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 5 Nomor 1 Januari-Juni 2017


39

dengan suatu peristiwa atau pengalaman orang berpengaruh signifikan terhadap niat untuk

lain yang pernah diketahui, tentang biaya yang melakukan operasi katarak.

dikeluarkan sehingga terbentuklah sikap yang Sikap terhadap perilaku memiliki

positif atau negatif (Ajzen,1991). Semakin besar pengaruh yang paling besar dalam

rasa ingin sembuh maka semakin meningkat pula membangkitkan niat melakukan operasi katarak.

niat untuk melakukan operasi katarak. Semakin Hal ini mengindikasikan bahwa Semakin besar

memiliki penilaian yang positif terhadap kegagalan rasa ingin sembuh maka semakin meningkat pula

dari operasi katarak maka semakin meningkat pula niat untuk melakukan operasi katarak. Semakin

niat untuk melakukan operasi katarak. memiliki penilaian yang positif terhadap kegagalan

Pengaruh yang ditunjukan variabel dari operasi katarak maka semakin meningkat pula

persepsi pengendalian diri terhadap niat berada niat untuk melakukan operasi katarak.

diantara sikap dan norma subyektif. Dimungkinkan Persepsi pengendalian diri adalah urutan

karena persepsi yang dimiliki individu terhadap kedua yang berpengaruh dalam membangkitkan

kemudahan dan kesulitan dalam mewujudkan niat melakukan operasi katarak. Hal ini

perilaku dirasa lebih kuat untuk mewujudkan niat menunjukkan bahwa semakin tinggi kepercayaan

dibanding dengan anjuran dari orang lain (norma dalam mengendalikan diri untuk sembuh maka

subyektif). semakin meningkat pula niat untuk melakukan

Variabel norma subyektif merupakan operasi katarak. Semakin besar persepsi

variabel yang memiliki pengaruh paling kecil pengendalian diri makan semakin berniat untuk

dibandingkan dengan variabel lainnya, hal ini melakukan operasi katarak.

dimungkinkan karena tidak sepenuhnya keyakinan Norma subyektif merupakan urutan ketiga

yang dimiliki individu terhadap saran dari orang yang berpengaruh dalam membangkitkan niat

yang dianggapnya penting, motivasi untuk untuk melakukan operasi katarak. Semakin besar

mematuhi yang dimiliki tidak terlalu besar motivasi responden untuk mengikuti keinginan

sehingga pengaruhnya untuk memunculkan niat atau saran dari orang-orang terdekatnya maka

tidak terlalu besar. akan semakin besar pula niatnya untuk melakukan

operasi katarak. Variabel norma subyektif

SIMPULAN merupakan variabel yang memiliki pengaruh paling

Hasil analisis regresi linier berganda kecil dibandingkan dengan variabel lainnya, hal ini

menunjukan bahwa aplikasi Theory of Planned dimungkinkan karena tidak sepenuhnya keyakinan

Behavior yang meliputi sikap terhadap perilaku, yang dimiliki individu terhadap saran dari orang

norma subyektif dan persepsi pengendalian diri yang dianggapnya penting, motivasi untuk

mematuhi yang dimiliki tidak terlalu besar

Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 5 Nomor 1 Januari-Juni 2017


40

sehingga pengaruhnya untuk memunculkan niat Pendekatan Theory of Planned Behavior.


Telaah Bisnis, 15(2).
tidak terlalu besar. Haghighi, M., 2012. An Application of the Theory
of Planned behavior
Berdasarkan hasil penelitian ini (TBP) in describing
Customers‟ Use of Cash Cards in Points of
diharapkan Klinik Mata Mojoagung dapat Sale (POS). International Journal of
Learning and Development, 2(6).
menciptakan nilai positif, keyakinan dan nilai Jung Lee, F. A. C. a. J. L., 2010. Theory of
Planned Behavior and Teachers Decisions
subyektif sesuai dengan yang diinginkan oleh Regarding Use of Educational Technology.
Educational Technology and Society, 13(1),
pasien, misalnya dengan meningkatkan mutu pp. 152-164.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
pelayanan, menambah nilai positif yang dimiliki nomor 9 Tahun 2014 tentang Klinik.
Sigit, M., 2006. Pengaruh Sikap dan Norma
seperti memiliki dokter spesialis mata yang Subyektif Terhadap Niat Beli Mahasiswa
Sebagai Konsumen Potensial Produk Pasta
professional dengan kompetensi ketrampilan Gigi Close Up. Jurnal Siasat Bisnis, Volume
11, pp. 81-91.
dapat melakukan operasi katarak dengan metode Yakasai, A. B. M., 2015. Testing the Theory of
Planned Behavior in Determining Intention to use
Phacoemulsificstion yang hanya membutuhkan
Digital Coupon among University Students.
waktu rata-rata 10 sampai 15 menit. International Accounting and Business
Conference, 4(31), pp. 186-1.
Menambah keyakinan pasien dapat dilakukan

dengan cara meminimalkan tingkat kegagalan

dalam melakukan tindakan operasi katarak. Hal ini

dapat dikemas dalam suatu promosi mengenai

keunggulan Klinik Mata Mojoagung sehingga

dapat meningkatkan niat pasien untuk melakukan

operasi katarak.

DAFTAR PUSTAKA

Ajzen, I., 1991. Theory of Planned Behavior.


Organizational Behavior and Human
Decision Processes, Volume 50, pp. 179-
211.
Ajzen, I., 2004. Questions Raised by a Reasoned
action Approach:Comment on Ogden.
Healty Psychology, 23(4), pp. 431-434
Ajzen, I., 2006. Constructing a TPB Questionnaire:
Conceptual and Methodological
Considerations. [Online] Available at:
http://www.people.umass.edu [Accessed 2
7 2015].
Cruz, L. D.,Suprapti, N. W. S., Yasa, N. N. K.,
2015. Aplikasi Theory of Planned Behavior
Dalam Membangkitkan Niat Berwirausaha
Bagi Mahasiswa Fakultas Ekonomi Unpaz
Dili Timor Leste. E-Jurnal Ekonomi dan
Bisnis Universitas Udayana, 4(12), pp. 895-
920.
Dewanti, R. L., 2014. Prediksi Minat Mahasiswa
Untuk Berwirausaha Menggunakan

Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 5 Nomor 1 Januari-Juni 2017

You might also like