You are on page 1of 12

Jurnal Taman Vokasi

Vol.7, Issue (2) 2019 (pp. 190-200)


p-ISSN: 2338-1825; e-ISSN: 2579-4159
http://jurnal.ustjogja.ac.id/index.php/tamanvokasi

Efektivitas Implementasi Model Pembelajaran SMK dalam


Memenuhi Tantangan Revolusi Industri 4.0
Sunarto1, Didi Supriadi2
1,2Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa

Corresponcende E-mail: didi.supriadi@ustjogja.ac.id

Abstracts. The study aimed to determine whether the learning model used in vocational schools has
been effective in producing graduates who are independent, competitive, and can be absorbed by
domestic and foreign industries. This research is a quantitative descriptive. This type of research is
evaluation research. The evaluation consists of inputs, contexts, processes, products and outcomes
(CIPPO). The research conducted at vocational school in Yogyakarta Special Region and Central Java
Province. The research sample was taken using purposive sampling. The majority of learning models
applied in vocational schools, both theory and practice, are problem-based learning models and work-
based learning models. The impact of the implementation of the learning model on the quality of
graduates is that an average of 40% of graduates have worked according to expertise, of which 41%
are work in the domestic industry. Most vocational schools have utilized the cooperation network in
managing the vocational school. Only about 47% use digital industrial network 4.0. Collaboration with
utilizing domestic digital industry 4.0 as much as 50% and abroad as much as 38.3%. Policy solutions
and practical implementation to increase the absorption of vocational graduates, namely: improving
learning facilities, industry-based curriculum, routinely holding job matching, job fairs, alumni
networks, collaboration with the ministry of industry, the ministry of labor.
Keywords: effectiveness of implementation, vocational learning model, industrial revolution 4.0

Pendahuluan Penelitian Maryanti (2019) berawal dari


tuntutan revolusi industri 4.0 dimana semua
Era digitalisasi industri 4.0 memberikan tenaga manusia dapat diganti dengan mesin
konsekuensi bahwa lulusan SMK akan terkena digital, maka pertanyaannya akan kemana
dampak permintaan yang dibutuhkan oleh dunia lulusan SMK yang siap untuk bekerja. Hasil
usaha dan industri (DUDI) sesuai dengan yangmendasar dari penelitian tersebut adalah
kemajuan teknologi pada saat ini. Berdasar data terciptanya siswa yang terampil dengan
statistik yang dikeluarkan oleh Direktorat kompetensi berbasis dunia industri, tuntutan
Jenderal Pendidikan dan Kebudayaan tahun dunia industri di era revolusi industri 4.0 adalah
2018 penyumbang tenaga pengangguran lulusan SMK yang memiliki karakter disiplin,
tertinggi sampai dengan sebesar 5% adalah kerja keras, kreatif, mandiri, tanggung jawab,
lulusan sekolah menengah kejuruan. Artinya dan kompetensi berbasis dunia industri. Strategi
sangat perlu harus ditelusuri penyebabnya untuk mengimplementasikan pendidikan
dalam hal sumber daya lulusan SMK, yaitu: berbasis industry meliputi 1) kurikulum yang
man, money, materials, methods, machines, link and macth dengan dunia industri; 2)
market, dan minute. Tentunya untuk program teaching factoring ;3) magang di dunia
mendapatkan lulusan yang efektif agar dapat industri; 4) uji Kompetensi Keahlian (UKK)
diterima oleh DUDI era industrialisasi yang sepenuhnya oleh DUDI yang memili
digitalisasi 4.0 pada saat ini, diperlukan kajian persyaratan/ ketentuan yang berlaku; 5) tenaga
atau penelitian dengan prioritas efektivitas profesional dari DUDI sebagai guru tamu di
implementasi pembelajaran di sekolah SMK; dan 6) relevansi sarana dan prasarana
menengah kejuruan. Filosofi siswa lulusan SMK dengan dunia industri.
SMK secara ideal yaitu dapat bekerja mandiri
dan atau seluruhnya dapat diserap oleh DUDI Kebutuhan DUDI memiliki beberapa
sesuai dengan program keahliannya. parameter yang harus secara tepat disesuaikan

190
191 – Efektivitas Implementasi Model Pembelajaran SMK Memenuhi Tantangan Revolusi Industri 4.0

dengan pasokan lulusan layanan pendidikan dan kerjasama dengan dunia bisnis dan industry
yaitu antara lain dalam hal jumlah dan [1].
kompetensi. Oleh karena itu, pemerintah harus
Dari sudut pandang berbeda, keprihatinan
mampu menciptakan dan menjaga sistem
terhadap pendidikan kejuruan di Indonesia dan
standarisasi penyelenggaraan pendidikan
juga negara-negara berkembang lainnya adalah
khususnya SMK.
fasilitas yang ada terutama fasilitas untuk
SMK sebagai bentuk satuan penyelenggara kegiatan praktik di sekola tidak memadai dan
dari pendidikan menengah kejuruan merupakan belum menerima dukungan yang baik dari
lembaga pendidikan yang berorientasi pada industry [2]. Dengan fasilitas latihan yang
pembentukan kecakapan hidup, yaitu melatih terbatas, siswa tidak dapat mengembangkan
peserta didik untuk menguasai keterampilan keterampilan mereka secara optimal. Karena
yang dibutuhkan oleh dunia kerja (termasuk itu, jika pembelajaran hanya dilakukan di
dunia bisnis dan industri), memberikan sekolah, kualitas siswa yang lulus tidak akan
pendidikan tentang kewirausahaan, serta sesuai dengan persyaratan yang dituntut oleh
membentuk kecakapan hidup (life skill). dunia kerja atau industri. Untuk mengatasi
masalah ini, model pembelajaran yang sesuai
Sekolah kejuruan sebagai salah satu
dengan keahlian siswa sangat penting untuk
lembaga pendidikan formal yang ada di
diterapkan pada pendidikan kejuruan di
Indonesia, dituntut juga untuk terus mengikuti
Indonesia.
dan menerapkan berbagai perubahan kurikulum
dalam periode tertentu sesuai dengan kebijakan Banyak alternatif model pembelajaran
pemerintah dalam sistem pendidikan yang dapat digunakan diantaranya
nasionalnya. Sekolah kejuruan berbeda dengan pengembangan model pembelajaran dan
sekolah umum, terutama kompetensi lulusannya perangkat pembelajaran berbasis kompetensi
serta keterkaitannya secara langsung dengan terintegrasi pendidikan karakter di SMK [3].
dunia kerja, menyebabkan kurikulum untuk Infrastruktur pembelajaran yang digunakan
sekolah kejuruan tidak pernah bisa dilepaskan dalam e-learning telah direnovasi untuk
dari kondisi dan situasi dunia kerja yang sedang meningkatkan kualitas pendidikan sekolah
berkembang (Santiyadnya, 2011). kejuruan dan membuatnya lebih mudah
beradaptasi dengan pasar tenaga kerja [4].
Terkadang ketersediaan program kejuruan
didorong oleh permintaan dan kapasitas Permasalahan penelitian adalah bagaimana
lembaga pelatihan, bukan oleh kebutuhan model pembelajaran yang digunakan di SMK
industri. Oleh sebab itu, terdapat beberapa cara agar lulusan siswa dapat mandiri, bersaing, dan
yang dapat dilakukan untuk menghasilkan dapat diserap DUDI dalam negeri dan luar
kualitas lulusan yang unggul dengan negeri? Bagaimana penggunaan jejaringan
mengadakan pelatihan untuk menuntut kerja sama dalam mengelola SMK di dalam
keterampilan, dengan penekanan pada negeri dan luar negeri dalam pemanfaatan
pembelajaran berbasis kerja sebagai sarana industrialisasi digital 4.0? Bagaimana solusi
memberi sinyal terutama kebutuhan industri. kebijakan dan pelaksanaan praktis agar lulusan
Pembelajaran berbasis kerja memiliki manfaat siswa SMK relatif pengangguran dapat ditekan
mendalam, baik sebagai lingkungan belajar dan sekecil mungkin?
sebagai sarana membina kemitraan dengan Berdasarkan masalah ini dimana lulusan
pengusaha (OECD, 2014). SMK sebagai penyumbang pengangguran
tertinggi dibanding lulusan pendidikan yang
Sejalan dengan tujuan penyelenggaraan
lainnya, sehingga perlu pemecahan masalah
pendidikan tinggi kejuruan, pelaksanaan
dengan tujuan agar lulusan SMK dapat bekerja
pembelajaran harus dirancang dengan pola yang
mandiri dapat mendapatkan pekerjaan sesuai
sangat spesifik. Pola pengembangan pendidikan
dengan program keahliannya. Output dan
tinggi kejuruan mengacu pada desain
outcome lulusan siswa SMK sangat ditentukan,
kolaboratif antara kebutuhan pasar tenaga kerja
oleh penetapan tujuan, konteks, model dan
(demand) dengan penyedia tenaga kerja dalam
proses pembelajaran teori dan praktik, peran
hal ini perguruan tinggi yang bertindak sebagai
serta DUDI, input siswa, kurikulum,
pemasok. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
profesional guru, sarana dan prasarana, dan
secara serius adalah: kurikulum, pangsa pasar,
revolusi industri digital 4.0 dalam

Jurnal Taman Vokasi Vol. 7 Issue (2) 2019


Efektivitas Implementasi Model Pembelajaran SMK Memenuhi Tantangan Revolusi Industri 4.0- 192

pembelajaran. Kerangka konseptual penelitian lulusan; 3) produk hasil kerja praktik siswa; 4)
disajikan pada Gambar 1. jaringan pengelolaan SMK; 5) penggunaan
jaringan DUDI dalam dan luar negeri
Masalah pemanfaatan; 6) mengetahui jumlah lulusan
SMK bekerja; 7) sarana dan prasarana
pembelajaran; 8) sumber daya manusia (guru
dan tenaga laboratorium/bengkel); 8); solusi
Bekerja: kebijakan menekan pengangguran lulusan
Tujuan 1. Mandiri SMK.
2. DUDI

Hasil dan Pembahasan


1. Output
Deskripsi Hasil
2. Outcome Tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan
optimal dengan berbagai model pembelajaran.
Dalam prakteknyaguru harus paham bahwa
tidak ada model pembelajaran yang paling tepat
Implementasi
Raw Model untuksegala situasi dan kondisi. Berikut ini
Model
Input Pembelajaran beberapa model pembelajaran yang
SMK Pembelajaran
Siswa diimplementasikan di SMK.
SMK
Tabel 1. Model Pembelajaran Teori dan Praktik
di SMK
1. Kurikulum Model Pembelajaran F %
2. Guru Profesional Pembelajaran berbasis masalah 49 35.51%
3. Sarana dan Prasarana Pembelajaran berbasis karya 29 21.01%
Pembelajaran penemuan 24 17.39%
4. DU/DI
Pembelajaran inquiry 21 15.22%
5. Digital 4.0 Pembelajaran training berbasis
10 7.25%
produksi
Gambar 1. Kerangka Konseptual Pembelajaran berbasis pabrik 5 3.62%
Total 138 100%

Metode Tabel 1 menunjukkan bahwa model


Penelitian ini merupakan penelitian pembelajaran di SMK, baik secara teori
deskriptif kuantitatif. Jenis penelitian adalah maupun praktik mayoritas sebesar 35,51%
penelitian evaluasi, yaitu pengukuran terhadap sudah berbasis masalah. Pembelajaran berbasis
efektivitas proses pembelajaran di SMK masalah secara tidak langsung dapat
padaera revolusi industri 4.0. Evaluasi terhadap memudahkan guru dalam mengetahui
input, conteks, proses, produk dan outcome kemampuan dan permasalahan yang dialami
(CIPPO). siswa SMK. Model pembelajaran berbasis
Penelitian ini dilakukan di SMK di Daerah karya dan penemuan juga telah dilakukan oleh
Istimewa Yogyakarta dan Provinsi Jawa pihak sekolah dengan persentase masing-
Tengah. Pengambilan sampel penelitian masing 21,01% dan 17,39%. Oleh karena itu,
menggunakan purposive sampling yaitu SMK dalam memilih model pembelajaran yang tepat
dengan peringkat Akreditasi A. Narasumber harus memperhatikan kondisi siswa, sifat
yang mengisi instrumen penelitian adalah materi bahan ajar, fasilitas media yang tersedia,
Kepala Sekolah dan atau guru SMK. dan kondisi guru itu sendiri.
Instrumen penelitian menggunakan
kuesioner terbuka, dimana responden
menuliskan jawaban sesuai fakta yang ada atau
yang telah dicapai oleh sekolah. Aspek yang
diukur pada instrumen meliputi: 1) model
pembelajaran teori dan praktik; 2) kualitas

Jurnal Taman Vokasi Vol. 7 Issue (2) 2019


193 – Efektivitas Implementasi Model Pembelajaran SMK Memenuhi Tantangan Revolusi Industri 4.0

Rerata jumlah lulusan SMK yang


Tabel 2. Kualitas Lulusan SMK bekerja dapat dikatakan sudah mencapai lebih
dari 50%, yang mana sebesar 52% jumlah
Kualitas Rerata
Lulusan Capaian
lulusan SMK bekerja DUDI luar negeri sesuai
Jumlah Kelulusan 96% dengan keahlian yang dimiliki. Selanjutnya,
Skor Rata-Rata Nilai Kelulusan 76 sebesar 45% jumlah lulusan SMK bekerja di
Jumlah Lulusan Belum Bekerja 22% DUDI sesuai keahlian dalam negeri, dan
Jumlah Lulusan Sudah Bekerja Sesuai
Keahlian
40% sisanya sebesar 22% jumlah lulusan SMK
Jumlah Lulusan Sudah Mandiri Sesuai diketahui belum bekerja.
14%
Dengan Keahlian
Jumlah Lulusan Diserap DUDI Dalam Distribusi produk hasil kerja praktik
41%
Negeri siswa SMK disajikan dalam tabel berikut.
Jumlah Lulusan Diserap DUDI Luar
5%
Negeri Tabel 4. Produk Hasil Kerja Praktik Siswa
SMK
Hasil analisis kualitas lulusan SMK di
tunjukkan pada Tabel 2, dimana kualitas Produk Hasil Kerja Rerata
lulusan SMK sudah cukup baik. Kondisi Praktik Siswa Capaian
tersebut ditunjukkan oleh jumlah kelulusan Disimpan di sekolah 57.32%
Terjual pada lembaga atau dan 20.87%
SMK yang sudah mencapat 96%, dengan skor masyarakat
rata-rata nilai kelulusan 76. Meskipun jumlah Terjual pasar lokal 10.98%
kelulusan SMK sudah cukup baik, akan tetapi Terjual pasar nasional 2.67%
Terjual pasar internasional 1.10%
hanya 40% yang sudah bekerja sesuai keahlian
Terjual di DUDI dalam negeri 4.55%
dan 14% jumlah lulusan sudah mandiri sesuai Terjual di DUDI luar negeri 0.48%
keahlian. Kualitas lulusan SMK yang tinggi
harus didukung oleh kemampuan guru dan
kemauan siswa dalam mempelajari materi Sistem pembelajaran siswaSMK dikenal
pembelajaran, sehingga jumlah lulusan yang dengan metode pembelajarannya yang banyak
dilakukan dengan model praktik secara
diserap dunia usaha dan industri dapat lebih
langsung. Hal tersebut dilakukan untuk melatih
meningkat dari 41%. Pelatihan dan pemilihan siswa untuk membuat karya disamping
materi pembelajaran, baik teori maupun parktik memelajari teori. Rerata produk hasil kerja
yang sesuai dapat berperan dalam praktik siswa SMK banyak disimpan di sekolah
meningkatkan jumlah lulusan yang diserap dengan persentase 57,32%. Kreatifitas siswa
DUDI luar negeri yang masih sangat rendah SMK dalam membuat produk hasil karya juga
yaitu mencapai 5%. banyak yang terjual pada lembaga atau
masyarakat yaitu 20,87% dan pasar lokal
Tabel 3. Jumlah Lulusan SMK yang Bekerja sebesar 10,98%. Meskipun produk hasil karya
siswa SMK banyak terjual didalam negeri, akan
Lulusan SMK yang Bekerja Rata-rata tetapi produk tersebut belum menembus pasar
Capaian luar negeri dikarenakan hanya 0,48% saja
Jumlah Lulusan Belum 22% produk hasil karya siswa SMK yang terjual di
Bekerja DUDI luar negeri. Hal ini dapat ditingkatkan
Jumlah Lulusan Bekerja Di 45% dengan memperluas jaringan dan kerjasama
DUDI Sesuai Keahlian Dalam dengan pihak pemerintah maupun perusahaan-
Negeri perusahaan yang menjual produknya ke luar
Jumlah lulusan Bekerja DUDI 52%
negeri.
Luar Negeri Sesuai Dengan
Keahlian.

Jurnal Taman Vokasi Vol. 7 Issue (2) 2019


Efektivitas Implementasi Model Pembelajaran SMK Memenuhi Tantangan Revolusi Industri 4.0- 194

Jaringan kerjasama dalam mengelola Efektivitas implementasi model pembelajaran


lulusan siswa SMK disajikan dalam tabel SMK dalam memenuhi tantangan revolusi
berikut. industri dapat dilihat dan diukur dari
penggunaan jaringan Dunia usaha dan Dunia
Tabel 5. Jaringan Pengelolaan SMK industri (DUDI) dalam dan luar negeri.
Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 6 diatas
Jaringan Pengelolaan SMK Ada Belum dapat diketahui jika pelaksanaan kerjasama
Internal sekolah, dan orang tua terkait penggunaan jaringan DUDI dengan
atau wali murid, komite sekolah 82% 18% menggunakan industri digital dalam negeri
dan atau dewan pendidikan sejauh ini sudah terlaksana 50%. Persentase
Jaringan antar SMK kabupaten 80% 20% keterlaksanaan penggunaan jaringan DUDI
Jaringan antar SMK propinsi 80% 17% dalam negeri tersebut dapat ditingkatkan
dengan mengelola sumber daya manusi maupun
Jaringan antar SMK tingkat
57% 43% keterlibatan dan komitmen bersama antara
nasional
pihak sekolah dengan pemerintah.
Jaringan antar SMK tingkat
33% 67%
internasional Berbeda dengan kerjasama yang terlibat
Pasar kerja lokal 40% 32% dengan industri luar negeri yang masih rendah
Pasar kerja lingkup nasioanal 73% 27% yaitu berkisar 38,3%. Angka tersebut masih
Pasar kerja lingkup internasional 28% 43% sangat rendah, dimana dapat dikatakan lulusan
DUDI lokal 60% 40%
SMK yang terserap dalam dunia usaha dan
DUDI nasional 65% 35%
DUDI internasional 33% 67% dunia industri luar negeri masih sangat rendah.
Mengunakan internet sesuai hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
47% 53% seperti kualitas guru, siswa maupun
dengan industri 4.0
ketersediaan sarana prasarana.

Distribusi sarana prasarana


Kerjasama dalam mengelola lulusan
pembelajaran di SMK dapat dilihat pada tabel
siswa SMK perlu dilakukan untuk kemajuan
berikut.
dan perkembangan lulusan sekolah. Hasil
analisis menunjukkan bahwa pihak SMK telah Tabel 7. Sarana Prasarana Pembelajaran di
melakukan kerjasama dalam pengelolaan SMK
lulusan secara internal dan eksternal. Jaringan
pengelolaan secara internal sudah cukup baik Sarana Prasarana Ada Belum
dilakukan oleh pihak SMK, baik melalui Ruang kelas 100% 0%
sekolah, oragntua wali murid, antar SMK Ruang kepala sekolah dan
100% 0%
kabupaten, antar SMK propinsi, pasar kerja guru
lokal, pasar kerja lingkup nasional maupun Ruang praktik 100% 0%
DUDI lokal. Bahan praktik dan petunjuk 100% 0%
Fasilitas keselamatan 98.3% 0.16%
Penggunaan jaringan DUDI bagi Gudang 95% 5%
Fasilitas pembelajaran dan
lulusan SMK, baik dalam maupun luar negeri
praktik sesuai
disajikan dalam tabel berikut. perkembangan IPTEK
66.7% 33.3%
tuntutan DUDI
Tabel 6. Penggunaan Jaringan DUDI Dalam
Fasilitas uji kualitas produk 45% 55%
dan Luar Negeri di SMK

Penggunaan Jaringan DUDI Sudah Belum


Ketersediaan sarana prasarana
Penggunaan kerjasama dengan
menggunakan industri digital 4.0 50% 50% pembelajaran di SMK merupakan faktor
dalam negeri pendukung utama yang dapat mempengaruhi
Penggunaan kerjasama dengan efektivitas model pembelajaran maupun
menggunakan industri digital 4.0 38.3% 61.6% kualitas lulusan. Jika dilihat dari data Tabel 7
luar negeri dapat diketahui jika sarana prasarana
pembelajaran yang dimiliki SMK meliputi,
ruang kelas, ruang kepala sekolah dan guru,

Jurnal Taman Vokasi Vol. 7 Issue (2) 2019


195 – Efektivitas Implementasi Model Pembelajaran SMK Memenuhi Tantangan Revolusi Industri 4.0

ruang praktik, bahan praktik dan petunjuk. Tenaga laboratorium dan bengkel di SMK
Selain beberapa ruangan fasilitas yang tersedia didominasi oleh lulusan SMA/SMK dan
terdapat berbagai jenis fasilitas pendukung Diploma yaitu masing-masing sebesar 16%.
seperti fasilitas keselamatan, gudang dan Kondisi tersebut menunjukkan jika latar
fasilitas pembelajaran dan praktik sesuai belakang tenaga laboratorium dan bengkel di
perkembangan IPTEK tuntutan DUDI yang SMK belum sesuai dengan keahlian dan
masih kurang lengkap. Ketersediaan sarana kesesuaian bidang keahlian.
prasarana yang lengkap diharapkan mampu Adapun solusi kebijakan untuk menekan
mendukung dan meningkatkan efektivitas pengangguran lulusan SMK disajikan dalam
model pembelajaran dan menghasilkan lulusan tabel berikut.
berkualitas baik sehingga dapat diterima dalan
dunia usaha maupun industri. Meskipun Tabel 9. Solusi Kebijakan Menekan
demikian, pihak SMK diketahui belum Pengangguran Lulusan SMK
memiliki fasilitas uji kualitas produk yang
memadai. Stakeholder Solusi Kebijakan

Selain ketersediaan sarana prasarana Dinas Kebijakan Transparan,


pembelajaran, hal yang sangat diperhitungkan Pendidikan Kerjasama dengan
dan diperhatikan adalah faktor kualitas sumber KEMENPERIN, Meningkatkan
daya manusia yang ada. Sumber daya manusia fasilitas BKK, Informasi
lowongan kerja dari
atau SDM yang dimiliki oleh SMK ditunjukkan
Dinaskertrans, Muatan
dalam Tabel 8 yang meliputi, guru dan tenaga Kewirausahaan, Kerjasama
laboratorium dan atau bengkel. Rerata 90% dengan Industri, Peningkatan
guru di SMK berlatar belakang pendidikan S1 fasilitas pembelajaran,
dan bersertifikasi guru 73%. Kemudian untuk Beasiswa, Peningkatan rasio
guru yang memiliki latar belakang pendidikan diklat, Kerjasama dengan
S2 cukup rendah yaitu 27% dan memiliki DUDI, Rutin mengadakan Job
sertifikat keahlian dari lembaga asosiasi profesi Matching, Peningkatkan
sebesar 50%. Data distribusi sumber daya keterampilan siswa, Job Fair,
manusia di SMK disajikan dalam tabel berikut. BKK, Aktif Alumni, Bursa
Kerja untuk Alumni, Media
sosial tentang bursa kerja,
Program SMK berbasis Industri,
Tabel 8. Sumber Daya Manusia di SMK Uji Kompetensi Profesi di LSP
P1 dan LSK
Sumber Daya Manusia Rerata
Pemerintah Sinkronisasi kebijakan
(%)
Daerah pemerintah dengan sekolah, Job
Guru S1 90%
Fair, Penerapan Kebijakan Link
S2 27%
and Match (Prakerin),
Sertifikasi guru 73%
pengadaan pelatihan
Sertifikat keahlian dari 50%
ketrampilan,Perlindungan
lembaga asosiasi
profesi guru, peningkatan rasio
profesi
diklat guru, Investasi
Tenaga lulusan SMA/SMK 16%
Perusahaan, Perubahaan UU
Laboratorium diploma 16%
daerah terhadap pengangguran
dan atau S1 8%
Kemendikbud Aturan dibuat sesuai kurikulum,
Bengkel Punya sertifikat dari 10%
Penambahan jam pelajaran
lembaga asosiasi
Kewirausahaan, SKB3 Menteri
profesi
tentang Kebijakan Tenaga
Pernah ikut pelatihan 11%
Kerja, Beasiswa studi lanjut, Job
kejuruan
Fair, KD KWU, KD PKKD,
TEFA, Melengkapi sarana
prasarana, perubahaan
kurikulum

Jurnal Taman Vokasi Vol. 7 Issue (2) 2019


Efektivitas Implementasi Model Pembelajaran SMK Memenuhi Tantangan Revolusi Industri 4.0- 196

Materi pembelajaran produktif selama


Siswa lulusan SMK tidak seluruhnya dapat ini lebih berisi keterampilan teknis (produktif)
diterima kerja secara langsug, baik di dalam dengan menekankan pembuatan/penciptaan
dan luar negeri. Oleh karena itu, terdapat produk atau jasa. Model pembelajaran yang
beberapa solusi atau langkah yang dapat aktif dan konstruktivis juga menekankan
dilakukan untuk menekan tingkat berbagai modalitas pengajaran, termasuk
pengangguran. Beberapa langkah yang sudah belajar dengan melakukan dan meminta siswa
dilakukan pihak sekolah adalah melakukan memahami dan mempelajari [7]. Pendapat lain
kerjasama dengan Dinas Pendidikan, menjelaskan jika untuk menentukan model
Pemerintah Daerah dan Kemendikbud. pembelajaran yang tepat, pertimbangannya
Kebijakan yang dapat dilakukan untuk adalah kesesuaian antara model pendidikan,
mengurangi angka pengangguran menurut teknik pembelajaran dan metode kursus, dan
Dinas Pendidikan yaitu kebijakan transparan, ketersediaan sarana dan prasarana belajar dalam
melakukan kerjasama dengan DUDI dan bentuk kompetensi sumber daya manusia (TI,
peningkatan fasilitas pembelajaran. Penerapan konten pembelajaran), infrastruktur TI, fasilitas
kebijakan link and match (prakerin) dan & infrastruktur pembelajaran (laboratorium,
perubahan UU daerah terhadap pengangguran bengkel, ruang kelas), dan kurikulum (prestasi
juga dapat menekan angka pengangguran belajar, rencana pembelajaran semester) [1].
terhadap lulusan SMK. Secara keseluruhan,
beberapa solusi kebijakan dari pihak Kualitas lulusan
stakeholder dapat dijadikan masukan pihak Data kualitas lulusan SMK dapat
sekolah untuk menurunkan tingkat dikatakan sudah cukup baik, yaitu dengan
pengangguran bagi siswa lulusan SMK. persentase jumlah kelulusan 96%. Kualitas
lulusan yang sudah bekerja dan terserap DUDI
Diskusi di dalam negeri dapat dikatakan sudah sangat
Model pembelajaran baik. Hasil penelitian ini sejalan dengan
Berdasarkan hasil analisis data dapat penelitian sebelumnya yang menyimpulkan jika
diketahui jika model pembelajaran yang sudah mutu pendidikan SMKN 1 Baradatu
banyak diterapkan oleh guru di SMK, baik teori berkembang dengan baik seiring dengan
maupun praktik yaitu model pembelajaran bertambahnya pengalaman yang di dapat setiap
berbasis masalah, karya dan penemuan. Tidak tahunnya mengalami perkembangan. Mutu
berbeda jauh dengan hasil penelitian [2] dimana lulusan SMK dapat dilihat dari mutu lulusan
proses model pembelajaran berbasis pekerjaan yang banyak bekerja. Presentase bekerja,
pada pendidikan kejuruan di Indonesia melanjutkan (kuliah), dan wiraswasta, lebih
memberikan kontribusi tertinggi terhadap banyak lulusan siswa yang bekerja [8].
kesiapan pekerjaan siswa (13,8%), diikuti oleh Akan tetapi, kualitas jumlah lulusan
kinerja kelembagaan (6,3%), budaya sekolah yang sudah baik tidak sebanding dengan jumlah
(2,3%) dan budaya perusahaan (1,5%). lulusan yang sudah diterima kerja, terutama di
Tingginya persentase model pembelajaran luar negeri. Kondisi ini jelas dibuktikan dengn
berbasis masalah dalam penelitian ini sejalan jumlah lulusan yang diserap DUDI luar negeri
dengan model pembelajaran yang berpengaruh masih sangat rendah yaitu hanya 5% saja.
terhadap kualitas manajemen pendidikan Rendahnya jumlah lulusan yang diserap DUDI
sekolah kejuruan antara lain, model luar negeri dapat disebabkan oleh beberapa
pembelajaran aliran utama, independensi, faktor.
pemecahan masalah, inovasi dan kewirausahaan
[5]. Jumlah lulusan
Beberapa pendekatan yang sesuai Distribusi jumlah lulusan SMK yang
dalam pembelajaran kewirausahaan di SMK, suda bekerja dalam dunia usaha dan dunia
yakni: (1) pembelajaran berbasis masalah industry luar negeri sesuai dengan keahlian
(problem based lerning); (2) pembelajaran suda mencapai 52%. Pencapaian tersebut lebih
berbasis proyek/ tugas (project based learning); besar dibandingkan lulusan yang bekerja dalam
(3) pembelajaran berbasis kerja (work based DUDI sesuai keahlian dalam negeri.
learning); dan (4) pembelajaran berbasis jasa
layanan [6].

Jurnal Taman Vokasi Vol. 7 Issue (2) 2019


197 – Efektivitas Implementasi Model Pembelajaran SMK Memenuhi Tantangan Revolusi Industri 4.0

Produk hasil kerja praktik meningkatkan relevansi lulusan SMK dalam


Hasil karya praktik siswa SMK terdiri dunia kerja adala adanya mitra dan jaringan
dari berbagai jenis, yang sebagian besar telah yang dimiliki oleh piak prakerin seperti DUDI
disimpan di sekolah dan terjual pada lembaga yang secara kelembagaan telah sesuai dengan
atau pasar lokal. Hasil karya praktik siswa program keahlian [12].
SMK harus memiliki standar kualitas tersendiri Berdasarkan data yang diperoleh
untuk membedakan dengan kualitas sekolah diketahui jika selama ini, pihak sekolah baru
lain. menjalin kerjasama dengan jaringan DUDI
dalam negeri saja sebesar 50%. Kondisi ini
Jaringan pengelolaan tentu sangat berpengaruh terhadap kualitas
Jaringan pengelolaan SMK sebelumnya lulusan yang diserap DUDI luar negeri yang
diketahui sudah dilakukan dengan menjalin semakin rendah yaitu 5% saja. Selain itu,
kerjasama, baik secara internal dan eksternal. rendahnya kerjasama yang terjalin dengan
Bentuk kerjasama pihak SMK yang sudah DUDI luar negeri juga berdampak terhadap
dilakukan secara internal meliputi, jaringan produk hasil kerja praktik siswa yang terjual di
internal sekolah dan organtua, antar kabupaten, DUDI luar negeri.
propinsi maupun nasional. Selanjutnya,
jaringan pengelolaan dalam bentuk kerjasama Saran dan prasarana pembelajaran
dalam dunia usaha dan dunia industri, baik Berdasarkan data Tabel 7 sebelumnya
lokal, nasional maupun internasional juga telah menunjukkan jika sebagian besar sarana
dilakukan oleh pihak SMK. Strategi prasarana pembelajaran sudah dimiliki oleh
pengembangan kurikulum SMK berbasis SMK, yaitu meliputi ruang kelas, ruang kepala
kompetensi DUDI dapat dilakukan dengan sekolah, praktik dan fasilitas keselamatan.
mengetahui visi, misi dan tujuan sekolah, serta Adanya sarana prasarana yang mencukupi dapat
kebutuhan kompetensi DUDI. Mekanisme berperan dalam meningkatkan efektivitas model
DUDI pada penentuan kompetensi kebutuhan pembelajaran dan kualitas lulusan SMK
kerja didasarkan padarencana strategi yang terutama pada revolusi industri 4.0. Pernyataan
disusun dan dikembangkan oleh DUDI, DUDI tersebut didukung oleh hasil penelitian lain
dalammerencanakan strategi akan melakukan bahwa terdapat beberapa faktor yang
sejumlah analisa lingkungan yang terbagi dalam mendukung relevansi lulusan SMK dalan dunia
lingkungan internal dan eksternal [9]. Dengan kerja antara lain, (1) adanya sarana dan
kata lain, adanya kerjasama jaringan prasarana yang mendukung, (2) tenaga pendidik
pengelolaan DUDI dapat meningkatkan yang berkualitas, (3) adanya BKK, dan lain
kesesuaian program SMK dengan kebutuhan sebagainya. Faktor penghambatnya adalah
dunia kerja yang diusahakan dengan saling terbatasnya lapangan pekerjaan dan banyaknya
menguntungkan [10]. pesaing untukmemperoleh pekerjaan [12].
Strategi lain yang dilakukan untuk Menjawab tantangan industri 4,0
mengurangi angka pengangguran bagi siswa pendidikan kejuruan harus memiliki
lulusan SMK adalah menjalin kerjasama dan karakteristik berorientasi pada kinerja individu
mengelola jaringan pasar kerja, baik lokal, dalam dunia kerja, justifikasi khusus pada
nasional maupun internasional. Untuk mencapai kebutuhan nyata di lapangan, fokus kurikulum
kompetensi keahlian tersebut ada babarapa hal pada aspek-aspek psikomotorik, afektif, dan
yang menjadi bahan pertimbangan, yaitu: kognitif, tolok ukur keberhasilan tidak hanya
perkembangan teknologi, pasar kerja, terbatas di sekolah, memerlukan sarana
pertambahan penduduk, perubahan pola kerja, prasarana yang memadai serta kepekaan
konsep keunggulan lokal, sarana prasarana, terhadap perkembangan dunia kerja [13].
jumlah dan mutu guru [11].
Sumber daya manusia
Penggunaan jaringan DUDI Kualitas siswa lulusan SMK terutama
Pihak sekolah telah melakukan dipengaruhi oleh peran sumber daya manusia.
kerjasama dalam mengurangi angka Dengan kata lain, sumber daya manusia yang
pengangguran bagi siswa lulusan SMK dengan unggul dapat berperan meningkatkan
menjalin hubungan jaringan DUDI, baik dalam pembelajaraan dan kualitas siswa. Sumber daya
dan luar negeri. Pernyataan tersebut diperkuat manusia diketahui berperan dalam menentukan
bahwa faktor pendukung yang dapat kualitas pendidik dan tenaga kependidikan,

Jurnal Taman Vokasi Vol. 7 Issue (2) 2019


Efektivitas Implementasi Model Pembelajaran SMK Memenuhi Tantangan Revolusi Industri 4.0- 198

kualitas guru baik dalam memberikan materi lainnya bahwa program SMK dengan menjalin
terkait dengan kompetensi keahlian siswa kerjasama dengan DU/DI dan pelaksanaan uji
sangat diperlukan, tidak kalah pentingnya guru kompetensi serta seminar diharapkan dapat
tersebut juga harus memberikan motivasi dan meningkatkan kompetensi lulusan SMK [14].
pencerahan kepada siswanya [12]. Upaya dalam menurunkan tingkatkan
Sumber daya manusia dalam dunia pengangguran bagi siswa lulusan SMK juga
pendidikan diketahui memiliki fungsi utama dilakukan dengan pengelolaan prakerin yang
terutama untuk tenaga pendidik seperti guru dianjurkan oleh pemerintah daerah. Solusi
dan tenaga laboratorium dan atau bengkel. tersebut sejalan dengan pernyataan lainnya
Kualitas SDM guru dalam hal ini dapat dilihat dimana dalam menyiapkan tenaga kerja yang
dari latar belakang pendidikan yang dimiliki. berkompeten sesuai harapan industri, SMK
Adapun mayoritas guru di SMK sudah dapat melaksanakan program-program kegiatan
memiliki latar belakang pendidikan lulusan S1, yaitu: (1) program teaching factory; (2) Jalinan
sertifikasi guru dan sertifikat keahlian lain dari kerjasama dengan industri yang berbentuk:
lembaga asosiasi. Dengan demikian, dapat pengelolaan prakerin yang baik, magang (on the
dikatakan bahwa tingginya latar belakang job training), pengelolaan kunjungan industri,
pendidikan yang dimiliki guru SMK secara rekruitmen tenaga kerja, penyelenggaraan kelas
tidak langsung dapat mempengaruhi industri; dan (3) Penyuluhan dan pembinaan
kemampuan dan keprofesionalisme seorang dari stake holder terkait dengan
guru dalam memberikan pembelajaran dan ketenagakerjaan [15].
keahlian kepada siswa. Selain itu, guru dengan Prakerin sendiri merupakan bagian dari
pendidikan yang lebih tinggi dan memiliki program pembelajaran yang harus dilaksanakan
keahlian khusus dapat membimbing dan oleh setiap peserta didik di Dunia Usaha dan
menguasai model pembelajaran yang sesuai Dunia Industri (DU/DI). Prakerin yang efektif
dengan keahlian siswa. Guru yang yang baik adalah prakerin yang dilakukan jika
harus memenuhi beberapa kriteria, yaitu: 1) memenuhikebutuhan sekolah dan kebutuhan
memiliki sifat-sifat antusias, stimulatif, pihak industri. Untuk itu perlu kerjasama
mendorong siswa untuk maju, hangat, dansinkronisasi dari segi akademik dan
berorientasi pada tugas dan bekerja keras, materialdalam pelaksanaannya [16].
toleran, sopan, bijaksana, bisa dipercaya,
fleksibel, demokratis, penuh harapan bagi Simpulan
siswa, 2) memiliki pengetahuan yang memadai Mayoritas model pembelajaran yang diterapkan
terhadap mata pelajaran yang diampunya, dan di SMK baik teori maupun praktik adalah
terus mengikuti kemajuan dalam bidang model pembelajaran berbasis masalah (35.51%)
ilmunya, 3) mampu memberikan jaminan dan model pembelajaran berbasis karya
bahwa materi yang disampaikannya mencakup (21.01%). Dampak implementasi model
semua materi bahasan yang diharapkan siswa pembelajaran tersebut terhadap kualitas lulusan
secara maksimal, 4) mampu menjelaskan yaitu rata-rata sebanyak 40% lulusan sudah
berbagai informasi secara jelas, dan terang, bekerja sesuai keahlian, dimana 41%
memberikan layanan yang variatif [11]. diantaranya diserap oleh DUDI dalam negeri.
Berbeda dengan tenaga laboratorium
dan bengkel di SMK yang sebagian besar
berlatar belakang pendidikan lulusan
SMA/SMK dan diploma. Latar belakang
pendidikan tenaga laboratorium dapat dikatakan
sudah cukup sesuai dengan bidang dan
kemampuan yang dimiliki.

Solusi kebijakan menekan pengangguran


Beberapa solusi kebijakan untuk
menekan angkat pengangguran bagi siswa
lulusan SMK telah dipaparkan sebelumnya,
baik dari Dinas Pendidikan, Pemerintah Daerah
dan Kemendikbud. Solusi kebijakan yang
dipaparkan sejalan dengan hasil penelitian

Jurnal Taman Vokasi Vol. 7 Issue (2) 2019


199 – Efektivitas Implementasi Model Pembelajaran SMK Memenuhi Tantangan Revolusi Industri 4.0

Sebagian besar SMK telah memanfaatkan [4] L. Moldovan, “Innovative models for
jaringan kerja sama dalam mengelola SMK. vocational education and training in
Jaringan melibatkan internal sekolah, orang tua Romania.,” Procedia - Soc. Behav. Sci.,
siswa, komite sekolah dan atau dewan vol. 46, pp. 5425 – 5429, 2012.
pendidikan, serta melibatkan jaringan antar [5] E. Munastiwi, “The Management Model of
SMK antar kabupaten/provinsi, tingkat Vocational Education Quality Assurance
nasional, dan tingkat internasional. Baru sekitar Using ‘Holistic Skills Education
47% yang memanfaatkan jaringan industri (Holsked),” Procedia - Soc. Behav. Sci.,
digital 4.0. Kerjasama dengan memanfaatkan vol. 204, pp. 218 – 230, 2015.
industri digital 4.0 dalam negeri sebanyak 50% [6] Samsudi, “Pengembangan Model
dan luar negeri sebanyak 38.3%. Pembelajaran Program Produktif SMK
Solusi kebijakan dan pelaksanaan praktis untuk Membentuk Karakter Kewirausahaan
untuk meningkatkan keterserapan lulusan SMK Lulusan,” . Cakrawala Pendidikan. 2014.
yaitu: peningkatan fasilitas pembelajaran, [7] J. Wrenn and B. Wreen, “Enhancing
kurikulum berbasis industri, rutin mengadakan Learning by Integrating Theory and
job matching, bursa kerja, jaringan alumni, Practice.,” Int. J. Teach. Learn. High.
kerjasama dengan kementerian perindustrian, Educ., vol. 21, no. 2, pp. 258–265, 2009.
kementerian tenaga kerja,
[8] S. S. Turmiati, “Manajemen Kemitraan
SMK dengan Dunia Usaha dan Industri,”
Universitas Lampung, 2019.
Ucapan Terimakasih
[9] Widiyanto, “Strategi Pengembangan
Terimakasih pada LP3M Universitas Kurikulum Berbasis Kompetensi DuDi
Sarjanawiyata Tamansiswa yang telah untuk SMK.,” J. Pendidik. Ekon. Din.
memberikan dukungan dana dalam skema hibah Pendidik., vol. 5, no. 2, 2010.
penelitian internal. Terimakasih juga kepada [10] Darwin, “Analisis Eksisting Sekolah
kepala sekolah dan guru SMK di Yogyakarta Menengah Kejuruan Kota Medan,” J.
dan Jawa Tengah yang telah membantu mengisi Manaj. Pendidik. Indones., vol. 6, no. 1,
kuesioner penelitian. 2014.
[11] N. Santiyadnya, “Implementasi Uji
Kompetensi dan Pengaruhnya Terhadap
Referensi Kualitas Lulusan SMK Negeri Bidang
Teknologi di Provinsi Bali,” Jptk,
[1] K. C. Dewi, P. I. Ciptayani, H. D. Surjono, Undiksha, vol. 8, no. 1, pp. 1–16, 2011.
and Priyanto, “Modeling Vocational
Blended Learning Based on Digital [12] D. . Ningsih, “The Image Of Vocational
Learning Now Framework,” Turkish Online School’s Graduates Of Accounting Study
J. Educ. Technol., vol. 17, no. 2, 2018. Program With Their Workplace In Smk
Negeri 1 Ngawi,” J. Kebijak. Pendidik.,
[2] D. Rahdiyanta, D. Nurhadiyanto, and S. vol. 5, no. 5, 2016.
Munadi, “The Effects of Situational Factors
in the Implementation of Work-Based [13] M. Yahya, “Era Industri 4.0: Tantangan dan
Learning Model on Vocational Education Peluang Perkembangan Pendidikan
in Indonesia.,” Int. J. Instr., vol. 12, no. 3, Kejuruan Indonesia,” Universitas Negeri
2019. Makassar., 2018.
[3] Baharuddin, “Model Pembelajaran Berbasis [14] M. Azizah and Khairuddin, “Strategi
Kompetensi Bidang Pemanfaatan Tenaga Kerjasama Sekolah dengan Dunia Usaha
Listrik di Sekolah Menengah Kejuruan,” J. dan Dunia Industri (Du/Di) dalam
Pendidik. Teknol. dan Kejuru., vol. 19, no. Meningkatkan Kompetensi Lulusan Pada
1, pp. 53–61, 2017. SMK Negeri 3 Banda Aceh,” J. Adm.
Pendidik., vol. 3, no. 2, 2015.
[15] N. Wibowo, “Upaya Memperkecil
Kesenjangan Kompetensi Lulusan Sekolah
Menengah Kejuruan dengan Tuntutan
Dunia Industri.” 2016.
[16] M. A. R and N. Usman, Implementasi
Manajemen Stratejik: dalam
Jurnal Taman Vokasi Vol. 7 Issue (2) 2019
Efektivitas Implementasi Model Pembelajaran SMK Memenuhi Tantangan Revolusi Industri 4.0- 200

Pemberdayaan Sekolah Menengah


Kejuruan. Bandung: Citapustaka Media
Perintis., 2009.

Jurnal Taman Vokasi Vol. 7 Issue (2) 2019

You might also like