Professional Documents
Culture Documents
1, 2020: 67-88
Abstract: This Study was Conducted to describe the process of implementing pregnant
ang laboring women referral system and factors that support or hinder the process of it.
Research design was qualitative case study. Data collection technique use were
interview, documentation and focus group discussion. Informant in this study consist of
the head community health center, the midwife and patients. The sampling technique used
was purposive sampling. The data was analyzed using content analyze techniques. The
result illustrate that the number of referral was pretty much, standart operating
procedure was available. Health service as referral destination were public and private
health services. Cases was referred based on 18 refferal maternal indicators screening
standart. Midwife brought midwifery tool and medication based on the case. Refferal
patways village maternity clinics, community health centers, hospital. When reffered
patients will be accompanied by midwife, family and drver. Patient and family have to
prepare mother and baby kit, money and administrative requirement before reffered.
Transportation used were owned privately, midwifes car, village ambulance, community
health center ambulances or hospital ambulance. Refferal cost can be paid cash or by
insurance. Factors that affect the referral process: cost, patient, decision maker, hospital
as referral destination, transportation, midwife competency, patienst’s residence and
community trust.
Keywords: Refferal system, midwife, village maternity clinic
pada ibu maupun bayinya. Komplikasi kondisi ibu bersalin dan bayinya dalam
persalinan adalah suatu keadaan penyim- keadaan yang lebih kritis sewaktu tiba di
pangan dari normal yang secara langsung rumah sakit rujukan, sehingga penyela-
dapat menyebabkan kesakitan dan kema- matan ibu dan bayi semakin sulit
tian ibu dan bayi, sehingga perlu dilaku- dilakukan, dan pertolongan persalinan
kan upaya penyelamatan jiwa ibu dan harus dilakukan dengan tindakan konser-
bayi sesuai dengan kegawatdaruratannya vatif yaitu dengan persalinan sectio
melaui sistem rujukan. caesaria. Selain hal tersebut keterlam-
Sistem rujukan meliputi alih batan proses rujukan seringkali menye-
tanggungjawab timbal balik, meningkat- babkan kematian ibu dan bayinya.
kan sistem pelayanan ke tempat yang Keterlambatan ini dapat disebabkan oleh
lebih tinggi dan sebaliknya sehingga sistem transportasi dan kondisi geografis
penanganannya menjadi lebih adekuat. yang kurang mendukung, terutama yang
Banyak faktor yang mempengaruhi dilakukan oleh bidan di Polindes.
rujukan, seperti pendidikan masyarakat, Wilayah kecamatan Dampit yang
kemampuan sosial ekonomi, dan jarak terletak kurang lebih berjarak 50 Km dari
tempuh yang harus dilalui. Untuk dapat kota Malang memiliki wilayah yang
mencapai pelayanan yang lebih tinggi terdiri dari 1 kelurahan dan 11 desa.
merupakan kendala yang sulit diatasi Untuk pelayanan kesehatan pemerintah
serta menjadi penyebab terlambatnya wilayah Kecamatan Dampit di layani oleh
pertolongan pertama yang sangat 2 unit Puskesmas yaitu Puskesmas
diperlukan. Sistem rujukan maternal Dampit dan Puskesmas Pamotan.
dapat berjalan, dibutuhkan penyusunan Wilayah Kecamatan Dampit geografisnya
strategi rujukan yang sesuai dengan sebagaian besar pegunungan dengan
kondisi masyarakat setempat. kondisi sarana jalan yang belum
Menurut Saifuddin (2001) beberapa semuanya ber aspal, untuk mencapai
hal yang harus diperhatikan dalam desa-desa hanya 6 desa yang terdapat
merujuk kasus gawat darurat meliputi sarana transportasi umum, sedangkan
stabilisasi penderita, tatacara memperoleh yang lainnya masih dengan sarana
transportasi, penderita harus didampingi transportasi ojek. Masing-masing desa
oleh tenaga kesehatan yang terlatih dan telah memiliki sarana Polindes dengan
surat rujukan. Katerlambatan rujukan ibu minimal terdapat satu orang tenaga bidan
hamil/bersalin dengan resiko dan proses Polindes. Tingkat sosial ekonomi
rujukan yang tidak sesuai dengan masyarakat sebagian besar menengah
tatalaksana rujukan dapat mengakibatkan
jampersal baik pasien BPJS maupun oleh Dep.kes (2006) bahwa Sistem
pasien umum. rujukan pelayanan kegawatdaruratan
maternal dan neonatal mengacu pada
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi prinsip utama kecepatan dan ketepatan
Proses Rujukan tindakan, efisien, efektif dan sesuai
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dengan kemampuan dan kewenangan
rujukan meliputi: Biaya, pasien, pengam- fasilitas pelayanan.
bilan keputusan, rumah sakit yang dituju, Berdasarkan data-data diatas maka
ransportasi, kompetensi tenaga bidan dapat disimpulkan bahwa keberadaan
yang merujuk, status domisili pasien, Standar Operasional dan Prosedur (SOP)
kepercayaan masyarakat. rujukan sudah ada yaitu SOP sistem
rujukan Nomor Dokumen: SOP/UKM/
PEMBAHASAN VII-02/2015. SOP ini untuk di tingkat
Substansi pada implementasi sistem Puskesmas, sedangkan di tingkat
rujukan ibu hamil dan ibu bersalin oleh Puskesmas Pembantu atau di Pondok
bidan Polindes di wilayah Kecamatan bersalin Desa belum tersedia secara
Dampit dapat dideskripsikan sebagai khusus, sehingga untuk SOP di Pondok
berikut: Bersalin Desa dan di Puskesmas
Pembantu sama dengan yang digunakan
1. Keberadaan dan isi SOP. Keberadaan di Puskesmas.
Standar Operasional dan Prosedur (SOP)
rujukan diperoleh data sesuai dengan 2. Banyaknya Rujukan. Banyaknya
hasil FGD sebagai berikut: rujukan yang dilakukan oleh Polindes dan
“Semua polindes dan Puskemas Puskesmas setiap bulan sebagaimana
telah memiliki SOP rujukan, tetapi SOP
yang disampaikan oleh informan berikut
yang digunakan antara di Puskesmas,
Puskesmas Pembantu dan Polindes ini:
Sama” (FGD:November 2016)
“Rata-rata sebulan 20 dengan 70%
kasus ibu dan 30 % kasus bayi” (Bikor
Dari dokumen diperoleh bahwa isi
A6, Oktober 2016).
dari SOP tersebut meliputi nomor ” Kurang lebih 10 pasien” (Bides A6,
Oktober 2016)
dokumen, tanggal terbit, jumlah halaman,
” kurang lebih 5 orang” (Bides C6,
pengertian, tujuan kebijakan, referensi Oktober 2016)
” Kurang lebih 36” (Bides G6, Oktober
prosedur/langkah-langkah, unit yang
2016)
terkait. SOP ini sangat diperlukan agar
Dari 12 bidan desa merujuk kasus-
proses rujukan dapat berjalan dengan baik
kasus maternal neonatal berkisar antara 5
dan tepat sebagaimana yang disampaikan
sampai dengan 36 kasus tiap tahun, dari
setiap Polindes yang paling banyak setiap Hal ini sesuai dengan struktur
tahun sekitar 10 kasus rujukan. Tentunya Sistem kesehatan dan pola rujukan yang
angka ini cukup besar. Dengan besarnya dikemukakan oleh Sherris (1999) bahwa
kasus-kasus rujukan ibu hamil dan ibu bidan desa dapat merujuk pasien ke
bersalin bila tidak dilaksanakan dengan Puskesmas, ke dokter umum, dokter ahli
baik dan dengan prosedur yang tepat kebidanan, ke Rumah Sakit Kabupaten/
tentunya akan berdampak kepada Kota.
tingginya angka kematian bayi maupun Secara geografis wilayah Kecamatan
angka kematian ibu. Dampit terletak di sebelah tenggara Kota
Malang dan Sebelah Timur Kota
3. Fasilitas Pelayanan Yang Menjadi Kepanjen. Waktu tempuh dari Kecamatan
Tujuan Rujukan. Fasilitas pelayanan yang Dampit ke Kota Malang maupun ke Kota
menjadi tujuan rujukan seperti yang Kepanjen berkisar antara 1 jam sampai
disampaikan oleh informan berikut: dengan 2 jam perjalanan. Bila melihat
”RSUD, Puskesmas, RS swasta, RSBK, tentang wilayah cakupan rujukan maka
Benmari” (Bides A7, Oktober 2016)
semua fasilitas pelayanan rujukan yang
”Untuk rujukan maternal ke Puskesmas,
Rumah sakit, Dokter spesialis” (Bides F7, menjadi tujuan rujukan semuanya dapat
Oktober 2016).
ditempuh maksimal 2 jam.
” Rujukan maternal ke RSUD
kanjuruhan, Ben Mari, RS Permata Hati” Angka kematian ibu maupun bayi
(Bides G7, Oktober 2016).
dapat ditekan dengan rujukan kegawatan
Sebagai pertimbangan pemilihan ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas yang
tempat rujukan tersebut adalah dengan terjangkau sebagaimana yang dikemu-
mempertimbangkan asuransi kesehatan kanan oleh Depkes (2009) bahwa
yang dimiliki, keinginan pasien dan efektifitas pelayanan kebidanan dalam
tingkat kegawatan penyakitnya. Hal ini menurunkan kematian ibu juga tergantung
sesuai dengan yang disampaikan oleh pada kesediaan infrastruktur pelayanan
informan berikut ini: kesehatan yang memberikan fasilitas
“Kalau dari desa atau dari bidan untuk konsultasi dan rujukan bagi ibu
dirujuk ke Puskesmas, kemudian
yang memerlukan pelayanan obstetri
dari Puskesmas dirujuk ke rumah
sakit sesuai dengan status asuransi gawat.
dan keinginan pasien. Kalau pasien
Dapat disimpulkan bahwa fasilitas
BPJS ke RS bokor, RSI dan RSUD
kanjuruhan kepanjen. Kalau pasien pelayanan yang menjadi tujuan rujukan
umum sesuai dengan keinginan dan
adalah Puskesmas/Rumah Sakit Peme-
tingkat kegawatan pasien” (Bikor
A7, Oktober 2016) rintah seperti Rumah Sakit Umum Daerah
Kanjuruhan Kepanjen, Rumah sakit
Jurnal Informasi Kesehatan Indonesia, Vol. 6, No. 1, 2020: 67-88
swasta antara lain Rumah Sakit Bala jenis kasus yaitu: (1)Riwayat seksio
Keselamatan Turen, Rumah Sakit sesaria, (2)Perdarahan per vagina, (3)
Permata Hati Malang, Rumah Sakit Ben Persalinan kurang bulan (usia kehamilan
Mari Malang, Rumah Sakit Islam Gon- kurang dari 37 minggu), (4) Ketuban
dang legi, Rumah Sakit Wafa Husada pecah dengan mekonium yang kental, (5)
Kepanjen dan dokter spesialis yang ada Ketuban pecah lama (lebih kurang 24
di kota dan Kabupaten Malang. jam), (6) Ketuban pecah pada persalinan
kurang bulan (usia kehamilan kurang dari
4. Kasus Yang Dilakukan Rujukan. Kasus 37 minggu), (7) Ikterus, (8) Anemia berat,
yang dilakukan rujukan sesuai dengan (9) Tanda/gejala infeksi, (10) Preeklamsi/
yang disampaikan oleh informan bidan hipertensi dalam kehamilan, (11) Tinggi
koordinator dan bidan Desa berikut ini: fundus 40 cm atau lebih, (12) Gawat
“Untuk maternal hpp, preeklamsi, janin, (13) Primipara dalam fase aktif
riwayat kesehatan ibunya misalnya
persalinan dengan palpasi kepala janin
DM, hepatitis, ginjal, jantung. Kan
kita sudah punya SPR (Skor Puji masih 5/5, (14) Presentasi bukan belakang
Rochjati), begitu SPR diatas sepuluh
kepala, (15) Kehamilan gimeli, (16)
langsung dirujuk, kalau sSPR 6-10
masih di opservasi disini sama Presentasi majemuk, (17) Talipusat
penapisan. Ada 1 tanda penapisn
menumbung, (18).Syok.
langsung kita rujuk” (Bikor B8,
Oktober 2016) Dapat disimpulkan bahwa kasus
yang dilakukan rujukan adalah mengacu
” Kasus ibu eklamsi, pre eklamsi,
pada standar penapisan 18 indikasi
perdarahan, KPD jenis penyakit ibu.
Yang paling banyak bekas SC” rujukan ibu bersalin.
(Bikor A8, Oktober 2016)
kegawat daruratan seperti Set pre beberapa informan diatas. Hal ini juga
eklamsi, set HPP kita bawa sama
sesuai dengan Asuhan persalinan Normal
obat-obatan emergensinya, kita
punya satu kotak, ples partus set, O2 (2013) bahwa pada saat merujuk juga
di ambulan. Infus jelas sdh masuk
disertai dengan surat rujukan. Surat ini
beserta surat rujukannya apakah dia
pasien BPJS atau pasien harus memberikan identifikasi mengenai
umum”(Bikor B9, Oktober 2016).
ibu dan/atau bayi baru lahir, cantumkan
alasan rujukan dan uraikan hasil
“Alat yang dibawa adalah Alat
Partus set, hecting set,RL, stetoskop, pemeriksaan, asuhan atau obat-obatan
tensimeter, spuit.Obat oksitoksin,
yang diterima ibu dan/atau bayi baru
metergin, lidokain, cairan infus”
(Bides A9, Oktober 2016) lahir. Lampirkan partograf kemajuan
persalinan ibu pada saat rujukan.
”Partus set, O2, resusitasi maternal
set, infus set, kasa, tensi, dopler, Berdasarkan dokumen yang ditemukan/
stetoskop.
ditunjukkan oleh informan bahwa surat
Obat oksitoksin, metergin, MG So4,
cairan infus” (Bides B9, Oktober rujukan tersebut memuat tentang identitas
2016).
pengirim, identitas pasien, pemeriksaan
awal pada saat datang di puskesmas,
”Tensi darah, infus, alat-alat
alasan dirujuk, penatalaksanaan sebelum
persalinan, popok, suntik, alat cek
dirujuk, pemeriksaan fisik sesaat sebelum
jantung bayi” (Pasien C9, Oktober
dirujuk.
2016)
Dapat disimpulkan bahwa alat-alat
yang dibawa meliputi infuse set, alat
Dari keterangan yang diberikan oleh
pertolongan persalinan, dopler, oksigen,
beberapa informan tersebut sangat sejalan
hecting set, tensi meter, stethoscope.
dengan Asuhan Persalinan Normal (2013)
Obat-obatan yang dibawa diantaranya
yang menyatakan bahwa pada saat
oksitoksin, metergin, MgSO4, cairan
merujuk bawa perlengkapan dan bahan-
infuse, dan obat-obat emergenci yang
bahan untuk asuhan persalinan, masa
lain. Alat dan obat tersebut sudah berada
nifas dan bayi baru lahir (tabung suntik,
didalam satu set tas sesai dengan kasus
selang IV, dll) bersama ibu ke tempat
rujukan.
rujukan. Perlengkapan dan bahan-bahan
b. Perlengkapan yang dibawa keluarga
tersebut mungkin diperlukan jika ibu
Perlengkapan yang dibawa/ dipersiapkan
melahirkan sedang dalam perjalanan.
oleh pasien dan keluarga pada saat
Disamping alat dan obat-obatan
rujukan sesuai dengan yang disampaikan
yang dibawa pada saat merujuk juga
oleh beberapa informan berikut:
disertai dengan surat rujukan sebagai-
“Uang, perlengkapan bayi,
mana yang telah diungkapkan oleh
perlengkapan ibu, surat-surat bila
Jurnal Informasi Kesehatan Indonesia, Vol. 6, No. 1, 2020: 67-88
Proses dari bidan desa ke ibu perlu rujukan, beberapa hal yang
puskesmas untuk neonatal. Bila ada
disampaikan sebaiknya meliputi:
persalinan terjadi kegawatan
neonatal biasanya dari bidan desa diagnosa dan tindakan medis yang
membuat rujukan ke puskesmas
diperlukan, alasan untuk merujuk ibu,
kemudian di Puskesmas diberikan
pelayanan gawat darurat kemudian resiko yang bisa timbul bila rujukan
langsung rujuk ke rumah sakit”
tidak dilakukan, risiko yang dapat
(Bikor B10, Oktober 2016)
timbul selama rujukan dilakukan,
”Dikelompokkan yang masuk resiko
waktu yang tepat untuk merujuk dan
tinggi dari polindes dirujuk ke
Puskesmas mulai dari kehamilan durasi yang dibutuhkan untuk
untuk diperiksa ANC terpadu, HIV
merujuk, tujuan tempat merujuk,
hepatitis, lab rutin darah, kencing.
Kalau membutuhkan segera transportasi yang digunakan, tenaga
ditangani penanganan pra rujukan”
kesehatan yang mendampingi ibu,
(Bikor A10, Oktober 2016)
Jam operasional dan nomor telepon
Menurut Sherris (1999) bahwa rumah sakit yang dituju, perkiraan
seorang bidan di Polindes dapat merujuk lamanya perawatan, perkiraan biaya
pasien maternal ke Puskesmas, ke Rumah dan sistim pembiayaan (termasuk
sakit baik rumah sakit pemerintah dokumen kelengkapan untuk jam-
maupun rumah sakit Swasta, ke dokter persal, jamkesmas/ asuransi kese-
spesialis/umum. hatan).
Kesimpulannya adalah jalur 2) Hubungi pusat layanan kesehatan
rujukan yang dilakukan oleh bidan yang menjadi tujuan dan sampaikan
Polindes adalah bisa dari polindes ke kepada tenaga kesehatan yang akan
Puskesmas, dari Polindes ke Rumah sakit, menerima, hal-hal sebagai berikut:
dari polindes ke dokter spsesialis, dari Indikasi rujukan, kondisi ibu dan
poindes ke Puskesmas lalu ke rumah janin, rencana terkait prosedur
sakit. rujukan, kesiapan sarana dan pra-
sarana di tujuan rujukan, penatalak-
sanaan yang sebaiknya dilakukan
b. Proses Rujukan selama dan sebelum transportasi
Proses rujukan yang dilakukan 3) Hal yang perlu dicatat oleh pusat
berdasarkan dokumen SOP rujukan pada layanan kesehatan yang akan
prosedur/ langkah-langkah tertulis menerima: Nama pasien, nama
sebagai berikut: petugas yang merujuk, indikasi
1) Komunikasikan rencana rujukan merujuk, kondisi ibu dan janin,
dengan ibu dan keluarganya bahwa
Jurnal Informasi Kesehatan Indonesia, Vol. 6, No. 1, 2020: 67-88
penanganan di rumah sakit” (Bikor Hanya saja SOP yang ada di Puskesmas
B10, Oktober 2016).
dan yang ada di Puskesmas Pembantu
”Setiap merujuk pasien harus sesuai atau Polindes sama. Padahal dalam
dengan kondisi (kasus) sesuai dengan
implementasinya agak berbeda. Misalnya
18 penapisan gawat darurat untuk
pasien bumil juga pada ibu post khusus untuk peserta BPJS pasien tidak
partum. Menjelaskan kepada pasien,
bisa langsung dibawa ke rumah sakit,
suami, keluarga tentang kondisi
pasien kenapa harus dirujuk. tetapi harus mengurus dulu atau dirujuk
Menanyakan jenis pembayaran
dulu ke Puskesmas untuk memenuhi
(mengikuti JKN atau umum,...... Bila
mengikuti JKN perlu disiapkan KK, persyaratan administrasi. Contoh yang
KTP. Menjelaskan Rumah sakit yang
lain berkaitan dengan transportasi, kalau
menerima rujukan dengan kartu
BPJS dan menentukan pilihan sesuai di Puskesmas ambulan Puskesmas sudah
permintaan pasien. Membuat
siap setiap saat, tetapi bila di Polindes
informed consent, Menentukan
kendaraan yang akan dipakai prosedur memperoleh alat transportasi
merujuk sesuai dengan pilihan
agak berbeda sehingga sebaiknya SOP
pasien.Siap mengantar rujukan.
Membuat rujukan ke RS. Menyipkan untuk di Puskesmas dan di Polindes
transportasi. Memutuskan siapa saja
dibedakan.
yang akan ikut. Bidan menyiapkan
peralatan yang akan dibawa serta
siap merujuk pasien dengan sistem
7. Pendamping Pasien Pada Saat
baksoku” (Bides A10, 2016)
Dirujuk.
”Pasien datang dilakukan
Pendamping pasien pada saat dirujuk
pemeriksaan, KIE keluarga mau
dibawa ke rumah sakit mana?. terdiri dari 2 kategori, yaitu petugas dan
Menjelaskan apa penyebab dirujuk ,
keluarga.
keadaan ibu dan bayi. Kalau pasien
punya kiss?BPJS disarankan ke
Puskesmas dulu baru ke Rumah sakit.
a. Petugas
Kalau pasien umum bisa memilih
sendiri rumah sakit yang dituju. Petugas yang mendampingi pasien
Kalau sudah mendapat persetujuan
pada saat dirujuk adalah sopir dan bidan.
pasien diinfus, telepon rumah sakit,
pasien dirujuk dengan Jumlah bidan yang merujuk tergantung
BAKSOKU,bidan mendampingi
dari tingkat kegawatan pasien. Jika
sampai rumah sakit dan operan di
rumah sakit yang dituju” (Bides K, pasiennya tidak terlalu gawat cukup
2016).
didampingi oleh satu orang bidan tetapi
bila pasien sangat gawat misalnya pada
Setelah menelaah hasil wawancara
pasien perdarahan didampingi oleh 2
yang dilakukan terhadap informan bidan
bidan. Hal ini sebagaimana yang
koordinator dan bidan Desa menunjukkan
diungkapkan oleh informan berikut ini:
bahwa bidan desa telah berupaya untuk
” Yang mendampingi otomatis supir
menjalankan SOP yang sudah dibuat.
ambulan, bidan, dan kelurga.Tetapi
Jurnal Informasi Kesehatan Indonesia, Vol. 6, No. 1, 2020: 67-88
bila kasus pre eklamsi itu harus dua perjalanan. Disamping petugas peran dari
bidan yang mendampingi. Satu
keluarga juga sangat penting untuk
mendeteksi ibu dan satu mendeteksi
janinnya. Takutnya nanti kalau di memberikan dorongan psikologis kepada
perjalanan ada reaksi kejang tidak
pasien selama dalam perjalanan. Hal ini
bisa kalau hanya satu bidan. Ini
untuk pre eklamsi dengan HPP sesuai dengan prinsip dasar merujuk
dengan Hb 4 kemarin itu. Satu untuk
menurut Saifudin, (2011) yang menga-
kompresi bimanual dan satu untuk
TTV nya takan bahwa penderita harus didampingi
itu.” (Bikor B11, Oktober 2016)
oleh tenaga yang terlatih (dokter/ bidan/
” Yang mendampingi Suami, bidan perawat) sehingga cairan infus intravena
dan keluarga” (Bides W11, Oktober
dan oksigen dapat terus diberikan.
2016)
Namun demikian ada juga pasien
” Yang mendampingi Suami, ibu,
yang berangkat sendiri bersama keluarga
ayah dan bidan” (Pasien E11,
November 2016) karena pasien bukan merupakan pasien
gawat seperti yang diungkapkan oleh
b. Keluarga Pasien
pasien dengan kehamilan letak lintang
Selain petugas pendamping pasien
berikut ini:
pada saat dirujuk adalah keluarga.
“Dijelaskan posisi bayi dan diberi
Adapun keluarga yang biasanya mendam- surat rujukan, karena belum ada
pembukaan jadi berangkat sendiri”
pingi pasien dirujuk adalah suami, ayah
(Pasien I10, November 2016)
atau ibu dari pasien. Seperti yang disam-
paikan oleh informan berikut ini: 8. Tindakan Yang Dilakukan Bidan
Sebelum Dirujuk
” Yang mendampingi Suami dan Tindakan yang dilakukan bidan
orang tua” (Pasien H11, November sebelum dirujuk adalah memberi
2016) penanganan awal pra rujukan sesuai
dengan protap. Penangan awal yang
Ada juga pasien yang dirujuk selain dilakukan juga bisa dilaksanakan atas
didampingi oleh bidan dan keluarga juga petunjuk dari Rumah Sakit yang dituju.
didampingi oleh dukun. Seperti ungkapan Dalam proses rujukan sebelum merujuk
dari informan berikut ini: pasien, bidan akan menelepon rumah
” Suami, bidan dan mbah dukun” sakit tujuan, kemudian rumah sakit tujuan
(Pasien L11, November 2016)
ada yang memberi instruksi-instruksi
Pendampingan oleh petugas berupa tindakan yang harus dilakukan
terhadap pasien ini sangat diperlukan oleh bidan dalam kegiatan penanganan
untuk memberi perawatan dan pertolo- pra rujukan. Hal ini seperti yang
ngan jika terjadi sesuatu di dalam diungkapkan oleh informan berikut:
jungan antenatal/ buku KIA, Berkas- BPJS, KK dan KTP pasien. Sedangkan
berkas lain untuk pembiayaan mengguna- untuk pasien umum dengan membayar
kan jaminan kesehatan (kartu Jamkes- langsung kepada fasilitas pelayanan
mas, KK,KTP) ”(Dokumentasi SOP) sesuai tarip atau Perda yang berlaku. Hal
Isi dari surat rujukan meliputi: ini sesuai dengan yang disampaikan oleh
Pemeriksaan awal saat datang di informan berikut ini:
Puskesmas, Alasan dirujuk, penatalaksa- “Pembiayaan sesuai dengan perda
kecuali BPJS tidak bayar, nanti di
naan sebelum dirujuk, pemeriksaan fisik
klem. Bila tidak BPJS tetapi tidak
sesaat sebelum dirujuk (Dokumentasi mampu nanti kebijakan Puskesmas”
(Kapus A15, September 2016)
Surat Rujukan).
Hal ini sesuai dengan Saifudin (2011) ”Ada pasien BPJS dan pasien
umum. Untuk pasien BPJS dengan
yang berbunyi surat rujukan harus
melengkapi administrasi. Sedangkan
disertakan yang mencakup riwayat untuk pasien umum dilakukan biaya
sendiri oleh pasien dan keluarga-
penyakit, penilaian kondisi pasien yang
nya” (Bikor B15, Oktober 2016).
dibuat pada saat kasus diterima perujuk.
”Pembiayaan untuk pelayanan
Tindakan atau pengobatan telah
sesuai dengan asuransi yang
diberikan, keterangan lain yang perlu dan dimiliki, sedangkan untuk pasien
umum membayar sesuai dengan
yang ditemukan berkaitan dengan kondisi
tarip RS” (Bikor A15, Oktober
pasien pada saat masih dalam penanganan 2016).
nakes pengirim rujukan.
”Pasien umum membayar secara
Kesimpulannya adalah pendokumen- umum tindakan dan transportasi.
Pasien BPJS atau kiss pasien tdak
tasian rujukan meliputi rekam rujukan,
membayar dengan mengumpulkan
resume pasien, bukti pelayanan ambulan, fotocopy kartu BPJS,KK,KTP”
(Bides K15, Oktober 2015)
surat rujukan,SPPD, Informed consent,
lembar partograf, Buku KIA. Sedangkan untuk biaya transportasi
baik dari polindes ke Puskesmas atau dari
10. Biaya polindes ke Rumah sakit dapat di klem
a. Sumber dan Besarnya Pembiayaan kepada jampersal dengan melengkapi
Sumber pembiayaan dalam proses fotocopy KK dan KTP sebagaimana yang
rujukan tergantung dari jenis asuransi disampaikan oleh informan berikut ini:
yang dimiliki (BPJS) dan pasien umum. “Sekarang kan ada jampersal, kalau
dulu untuk persalinan tetapi mulai
Untuk Pasien BPJS tidak membayar/
thn 2016 ini untuk klem transporta-
dapat di klem oleh fasilitas pelayanan sinya aja sehingga untuk ambulan
biaya ke rumah sakit itu gratis.
kesehatan kepada BPJS dengan meleng-
Tentunya rujukan yang ada hubu-
kapi administrasi berupa foto copy kartu ngannya dengan kasus kegawat
dilakukan. Seperti yang disampaikan oleh pelayanan dalam proses rujukan termasuk
informan berikut: kemampuan tenaga yang kurang terlatih.
“Yang mendukung: ..... kendaraan
untuk mengantar pasien tersedia.
g. Status Domisili Pasien
Akses jalan mudah dilewati,........
yang menghambat .... kendaraan Pasien yang mempunyai domisili yang
tidak tersedia, akses jalan sulit
jelas dan memiliki surat surat yang
dilewati” (Bidan I16, November
2016). dibutuhkan seperti KTP dan KK akan
mempercepat proses rujukan. Sering
Hal ini sesuai dengan Macintyre dan
ditemui pasien yang tidak pernah
Hotchkiss (1999), mengatakan bahwa
melakukan pemeriksaan kehamilan,
adanya asuransi kesehatan dan keterse-
kemudian tiba-tiba datang lalu ada
diaan biaya transportasi dapat membantu
masalah, tentunya hal ini menjadi
masyarakat dalam melakukan rujukan.
kesulitan tersendiri. Apalagi jika pasien
tidak memiliki biaya dan surat/ persya-
f. Kompetensi tenaga bidan yang
ratan tidak lengkap. Hal ini sesuai yang
merujuk
disampaikan oleh informan berikut ini:
Kompetensi tenaga bidan yang
” Penghambat:.... Ada juga
merujuk sangat menentukan kelancaran
pendatang yang tidak ANC begitu
rujukan yang dilakukan. Bila bidan datang ada masalah” (Kapus
A16, September 2016).
kompeten maka akan cepat menentukan
diagnosis sehingga rujukan dapat segera ” Faktor Penghambat....Status
domisili keluarga yang belum
dilakukan. Hal ini sesuai dengan yang
jelas” (Bikor A16, Oktober
disampaikan oleh informan berikut: 2016).
“Yang mendorong .... berikutnya
adalah kompetensi petugas kese- h. Mitos/ Kepercayaan Masyarakat
hatan, tenaga bidan. Kebetulan
Pada masyarakat Kecamatan Dam-
disini sudah dilatih dan ber-
sertifikat APN semua” (Bikor B16, pit ada suatu mitos/kepercayaan yang
Oktober 2016”
masih dipercaya oleh masyarakat yaitu
mitos ”sangat”, yaitu suatu kepercayaan
Hal ini seiring dengan Macintyre
bahwa setiap bayi itu mempunyai waktu
dan Hotchkiss (1999) mengatakan bahwa
(jam) tersendiri untuk kelahirannya,
rujukan antara pelayanan tingkat dasar
sehingga apa bila belum sangatnya/
(Puskesmas) dan pelayanan tingkat kedua
waktunya maka bayi itu tidak akan bisa
(RS) pada sistem pelayanan kesehatan
lahir. Sekalipun bidan sudah menentukan
begitu kompleks. Masalah dalam proses
untuk dirujuk kalau sangatnya belum
rujukan meliputi kurangnya kualitas
tiba maka pasien/ keluarga masih tidak
Jurnal Informasi Kesehatan Indonesia, Vol. 6, No. 1, 2020: 67-88
Miles, M.B & Huberman, A.M. 1994. Zuriah Nurul. 2006. Metodologi
Qualitative Data Analysis. Second Penelitian Sosial Dan Pendidikan.
Edition. California: SAGE Jakarta: Bumi Aksara.
Publications.