You are on page 1of 22

Jurnal Informasi Kesehatan Indonesia, Vol. 6, No.

1, 2020: 67-88

IMPLEMENTASI SISTEM RUJUKAN IBU HAMIL DAN


BERSALIN OLEH BIDAN POLINDES DI KECAMATAN
DAMPIT
Wandi

Poltekkes Kemenkes Malang, Jl. Besar Ijen No. 77 C Malang


Email: wan.di64@yahoo.co.id

Abstract: This Study was Conducted to describe the process of implementing pregnant
ang laboring women referral system and factors that support or hinder the process of it.
Research design was qualitative case study. Data collection technique use were
interview, documentation and focus group discussion. Informant in this study consist of
the head community health center, the midwife and patients. The sampling technique used
was purposive sampling. The data was analyzed using content analyze techniques. The
result illustrate that the number of referral was pretty much, standart operating
procedure was available. Health service as referral destination were public and private
health services. Cases was referred based on 18 refferal maternal indicators screening
standart. Midwife brought midwifery tool and medication based on the case. Refferal
patways village maternity clinics, community health centers, hospital. When reffered
patients will be accompanied by midwife, family and drver. Patient and family have to
prepare mother and baby kit, money and administrative requirement before reffered.
Transportation used were owned privately, midwifes car, village ambulance, community
health center ambulances or hospital ambulance. Refferal cost can be paid cash or by
insurance. Factors that affect the referral process: cost, patient, decision maker, hospital
as referral destination, transportation, midwife competency, patienst’s residence and
community trust.
Keywords: Refferal system, midwife, village maternity clinic

Anstrak: Penelitian ini dilakukan untuk mendiskripsikan proses implementasi


sistem rujukan ibu hamil dan ibu bersalin oleh bidan Polindes di wilayah
Kecamatan Dampit dan faktor – faktor yang mendukung dan menghambat pada
proses tersebut. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan
studi kasus. Tehnik pengumpulan data menggunakan wawancara, dokumentasi
dan focus group discussion. Informan terdiri atas Kepala Puskesmas, Bidan dan
pasien. Pengambilan sampel dengan tehnik purposive sampling. Analisa data
dengan analisa isi. Hasil penelitian menggambarkan bahwa jumlah rujukan
cukup banyak, SOP sudah tersedia. Tujuan rujukan adalah Puskesmas/Rumah
Sakit dan dokter spesialis. Kasus yang dirujuk mengacu pada standar penapisan
18 indikasi rujukan ibu bersalin. Perlengkapan yang dibawa bidan adalah set alat
dan obat. Jalur rujukan dari polindes ke Puskesmas, ke Rumah sakit, ke dokter
spsesialis, ke Puskesmas lalu ke rumah sakit. Pendampingnya bidan, keluarga
dan sopir. Persiapan sebelum dirujuk adalah perlengkapan ibu, perlengkapan
bayi, uang dan syarat-syarat administrasi. Alat transportasi menggunakan
kendaraan milik pribadi, milik bidan, ambulan desa, ambulan Puskesmas,
ambulan Rumah Sakit. Biaya menggunakan asuransi atau membayar tunai. Faktor-

p-ISSN: 2460-0334 e-ISSN: 2615-5516 67


Implementasi Sistem Rujukan Ibu Hamil (Wandi, 2020)

faktor yang mempengaruhi proses rujukan meliputi: biaya, pasien, pengambilan


keputusan, rumah sakit yang dituju, transportasi, kompetensi bidan, status
domisili pasien dan kepercayaan masyarakat.
Kata Kunci : Sistem rujukan, Bidan, Polindes

PENDAHULUAN komplikasi abortus (11%), infeksi (10%),


Berdasarkan data Survei Demografi dan persalinan lama (9%).
dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun Faktor resiko dalam kehamilan
2007 menunjukkan Angka Kematian Ibu merupakan keadaan yang dapat mem-
(AKI) di Indonesia tertinggi Se-ASEAN. pengaruhi optimalisasi ibu maupun janin
Jumlahnya mencapai 228 per 100.000 pada kehamilan yang dihadapi dimana
kelahiran hidup sedangkan Angka kehamilan tersebut memiliki resiko besar,
Kematian Bayi (AKB) sebesar 34 per baik ibu maupun janinnya bisa terjadi
1.000 kelahiran hidup dan Angka kematian sebelum dan sesudah persali-
Kematian Neonatus (AKN) adalah nan. Faktor penyebab kehamilan dengan
sebesar 19 per 1.000 kelahiran hidup. resiko dibagi menjadi dua yaitu faktor
Angka tersebut masih jauh dari target non medis dan faktok medis, yang
nasional Millennium Development Goals tergolong dalam faktor non medis
(MDGs) tahun 2015 dimana AKI diantaranya adalah kemiskinan, ketidak-
Indonesia diharapkan dapat terus tahuan, adat, tradisi, kepercayaan, status
menurun hingga 102/100 ribu kelahiran gizi buruk, status ekonomi rendah,
hidup. Sementara untuk AKB diharapkan kebersihan lingkungan, kesadaran untuk
dapat terus ditekan menjadi 32/100 ribu melakukan pemeriksaan kehamilan secara
kelahiran. teratur, fasilitas dan sarana kesehatan
Berdasarkan Riskesdas 2010, masih yang serba kekurangan. Sedangkan
cukup banyak ibu hamil dengan faktor penyebab dari faktor medis adalah
risiko terlalu, yaitu terlalu tua hamil penyakit-penyakit ibu dan janin, kelainan
(hamil di atas usia 35 tahun) sebanyak obstetrik, gangguan plasenta, gangguan
27%. Terlalu muda untuk hamil (hamil di tali pusat, komplikasi janin, penyakit
bawah usia 20 tahun) sebanyak 2,6% dan neonatus dan kelainan genetik.
terlalu banyak (jumlah anak lebih dari 4) Proses persalinan memerlukan
sebanyak 11,8%, dan (4) terlalu dekat segenap kemampuan baik tenaga maupun
(jarak antar kelahiran kurang dari 2 pikiran. Banyak ibu hamil dapat melalui
tahun). Menurut Depkes penyebab proses persalinan dengan lancar dan
kematian maternal di Indonesia adalah selamat, namun banyak pula persalinan
perdarahan (42%), eklamsia (13%), menyebabkan terjadinya komplikasi baik
Jurnal Informasi Kesehatan Indonesia, Vol. 6, No. 1, 2020: 67-88

pada ibu maupun bayinya. Komplikasi kondisi ibu bersalin dan bayinya dalam
persalinan adalah suatu keadaan penyim- keadaan yang lebih kritis sewaktu tiba di
pangan dari normal yang secara langsung rumah sakit rujukan, sehingga penyela-
dapat menyebabkan kesakitan dan kema- matan ibu dan bayi semakin sulit
tian ibu dan bayi, sehingga perlu dilaku- dilakukan, dan pertolongan persalinan
kan upaya penyelamatan jiwa ibu dan harus dilakukan dengan tindakan konser-
bayi sesuai dengan kegawatdaruratannya vatif yaitu dengan persalinan sectio
melaui sistem rujukan. caesaria. Selain hal tersebut keterlam-
Sistem rujukan meliputi alih batan proses rujukan seringkali menye-
tanggungjawab timbal balik, meningkat- babkan kematian ibu dan bayinya.
kan sistem pelayanan ke tempat yang Keterlambatan ini dapat disebabkan oleh
lebih tinggi dan sebaliknya sehingga sistem transportasi dan kondisi geografis
penanganannya menjadi lebih adekuat. yang kurang mendukung, terutama yang
Banyak faktor yang mempengaruhi dilakukan oleh bidan di Polindes.
rujukan, seperti pendidikan masyarakat, Wilayah kecamatan Dampit yang
kemampuan sosial ekonomi, dan jarak terletak kurang lebih berjarak 50 Km dari
tempuh yang harus dilalui. Untuk dapat kota Malang memiliki wilayah yang
mencapai pelayanan yang lebih tinggi terdiri dari 1 kelurahan dan 11 desa.
merupakan kendala yang sulit diatasi Untuk pelayanan kesehatan pemerintah
serta menjadi penyebab terlambatnya wilayah Kecamatan Dampit di layani oleh
pertolongan pertama yang sangat 2 unit Puskesmas yaitu Puskesmas
diperlukan. Sistem rujukan maternal Dampit dan Puskesmas Pamotan.
dapat berjalan, dibutuhkan penyusunan Wilayah Kecamatan Dampit geografisnya
strategi rujukan yang sesuai dengan sebagaian besar pegunungan dengan
kondisi masyarakat setempat. kondisi sarana jalan yang belum
Menurut Saifuddin (2001) beberapa semuanya ber aspal, untuk mencapai
hal yang harus diperhatikan dalam desa-desa hanya 6 desa yang terdapat
merujuk kasus gawat darurat meliputi sarana transportasi umum, sedangkan
stabilisasi penderita, tatacara memperoleh yang lainnya masih dengan sarana
transportasi, penderita harus didampingi transportasi ojek. Masing-masing desa
oleh tenaga kesehatan yang terlatih dan telah memiliki sarana Polindes dengan
surat rujukan. Katerlambatan rujukan ibu minimal terdapat satu orang tenaga bidan
hamil/bersalin dengan resiko dan proses Polindes. Tingkat sosial ekonomi
rujukan yang tidak sesuai dengan masyarakat sebagian besar menengah
tatalaksana rujukan dapat mengakibatkan

p-ISSN: 2460-0334 e-ISSN: 2615-5516 69


Implementasi Sistem Rujukan Ibu Hamil (Wandi, 2020)

kebawah dengan penduduk sebagian studi dalam penelitian ini adalah


besar beretnis Jawa dan Madura. ”Bagaimanakah implementasi sistem
Dengan adanya variasi yang rujukan ibu hamil dan ibu bersalin oleh
demikian maka dalam mengimplemen- bidan Polindes di wilayah Kecamatan
tasikan sistem rujukan juga mempunyai Dampit?”
warna tersendiri. Informasi variasi ini Tujuan dari penelitian ini adalah: 1)
tentunya sangat dibutuhkan bagi institusi Mendeskripsikan proses rujukan ibu
pendidikan bidan sebagai bahan hamil dan ibu bersalin oleh bidan
pembekalan mahasiswa sebelum lulus dan Polindes di wilayah Kecamatan Dampit.
terjun ke masyarakat. 2) Mendeskripsikan faktor – faktor yang
Poltekkes kemenkes Malang yang mempengaruhi proses rujukan ibu hamil
mempunyai visi “menjadi Institusi dan ibu bersalin oleh bidan Polindes.
pendidikan kesehatan vokasi yang
berkarakter dan unggul” memerlukan METODE PENELITIAN
informasi-informasi yang akurat tentang Penelitian ini merupakan jenis
pelayanan kesehatan yang ada di penelitian kualitatif dengan pendekatan
masyarakat, termasuk didalamnya adalah studi kasus. Pendekatan studi kasus
implementasi sistem rujukan ibu hamil dimaksudkan untuk mempelajari secara
dan ibu bersalin, karena sering ditemui intensif tentang latar belakang keadaan
adanya kesenjangan atau perbedaan dan posisi saat ini, serta interaksi
antara pembelajaran di bangku lingkungan unit sosial tertentu yang
pendidikan dengan kondisi nyata di bersifat apa adanya.
masyarakat. Untuk menggali informasi Pada penelitian ini akan mendis-
tersebut diperlukan adanya penelitian kripsikan implementasi sistem rujukan
yang bersifat ilmiah sesuai kondisi yang ibu hamil dan ibu bersalin oleh bidan
ada di masyarakat. Dengan demikian hasil Polindes di wilayah Kecamatan Dampit.
penelitian ini tentunya sangat bermanfaat Peneliti menganalisa secara mendalam
untuk pengembangan Poltekkes Kemen- gambaran proses sistem rujukan ibu hamil
kes Malang, khususnya bagi Jurusan dan ibu bersalin oleh bidan Polindes serta
kebidanan sebagai referensi dalam faktor yang mendukung dan menghambat
pengembangan kurikulum dan pembela- terhadap proses tersebut.
jaran yang berkaitan dengan proses Lokasi penelitian di wilayah
rujukan ibu hamil dan ibu bersalin. Kecamatan Dampit Kabupaten Malang.
Bertolak dari latar belakang Dasar pertimbangan wilayah kecamatan
masalah diatas, maka kajian atau fokus Dampit memiliki 11 Desa dan 1
Jurnal Informasi Kesehatan Indonesia, Vol. 6, No. 1, 2020: 67-88

kelurahan dengan kondisi geografis Huberman melalui 3 cara yaitu reduksi


pegunungan sampai wilayah pantai data, display data dan penarikan
selatan, sarana jalan yang belum kesimpulan.
semuanya beraspal, kondisi sosial
ekonomi masyarakat sebagian besar HASIL
menengah ke bawah dengan etnis Jawa Gambaran Umum Lokasi Penelitian.
dan Madura. Tempat penelitian adalah di
Subyek Penelitian atau Informan Kecamatan Dampit Kabupaten Malang.
dalam penelitian ini adalah orang-orang Secara geografis terletak di sebelah
yang dapat memberikan informasi secara tenggara Kota Malang dengan jarak dari
aktual tentang proses rujukan ibu hamil kota Malang sekitar 36 Km. Batas
dan ibu bersalin oleh bidan Polindes, wilayah sebelah utara dengan Kecamatan
yang terdiri dari: bidan Polindes, Kepala Wajak, selatan dengan Kecamatan Sum-
Puskesmas, bidan koordinator, Ibu hamil ber Manjing, timur dengan Kecamatan
dan ibu bersalin yang pernah dirujuk Tirtoyudo, sebelah barat dengan
Tehnik sampling yang digunakan Kecamatan Turen. Luas wilayah 135.300
adalah purposive sampling yaitu dengan km2. Jumlah Penduduk 144.090 Jiwa.
cara memilih orang tertentu yang Keadaan daerah dengan topografi
dipertimbangkan akan memberikan data sebagian merupakan dataran dan
yang diperlukan yang terkait dengan pegunungan dengan ketinggian 300 – 460
implementasi system rujukan, selanjutnya meter diatas permukaan laut, dengan
berdasarkan data atau informasi yang kemiringan kurang dari 40%. Curah hujan
diperoleh dari informan sebelumnya itu rata-rata.1419 mm setiap tahun.
peneliti menetapkan informan lainnya Struktur wilayah administrasi
yang dipertimbangkan akan memberikan terdiri dari 1 kelurahan dan 11 desa.
data lebih lengkap. Sarana Puskesmas terdapat 2 Puskesmas
Metode pengumpulan data dengan yaitu Puskesmas Dampit dan Puskesmas
wawancara mendalam, dokumentasi dan Pamotan. Masing-masing Puskesmas
Focus Group Discussion. Untuk uji melayani 6 Desa/kelurahan. Puskesmas
keabsahan data dengan menjaga Dampit memiliki 2 puskesmas Pembantu
kredibilitas data yang dilakukan dengan dan 5 Pondok bersalin Desa. Sementara
triangulasi sumber dan triangulasi Puskesmas Pamotan memiliki 6 Pondok
metode. bersalin Desa. Masing-masing Polindes
Analisa data menggunakan analisa dan puskemas pembantu terdapat satu
data deskriptif menurut Miles dan orang bidan.

p-ISSN: 2460-0334 e-ISSN: 2615-5516 71


Implementasi Sistem Rujukan Ibu Hamil (Wandi, 2020)

sialis, dari poindes ke Puskesmas lalu


Implementasi Sistem Rujukan ke rumah sakit.
Dalam implementasi sistem rujukan 7. Pendamping pasien pada saat dirujuk
ibu hamil dan ibu bersalin di Kecamatan adalah bidan, keluarga pasien, sopir
Dampit ditemukan beberapa hal sebagai ambulan.
berikut: 8. Tindakan yang dilakukan bidan
1. Keberadaan Standar Operasional dan sebelum dirujuk adalah memberi
Prosedur (SOP) rujukan sudah ada penanganan awal pra rujukan sesuai
yaitu SOP untuk di tingkat Puskes- dengan protap.
mas, sedangkan di tingkat Puskesmas 9. Yang dipersiapkan oleh pasien dan
Pembantu atau di Pondok bersalin keluarga pada saat rujukan adalah
Desa belum tersedia secara khusus. perlengkapan pasien dan keluarga
2. Rujukan yang dilakukan oleh seperti pakaian, alat mandi, dan lain-
Polindes dan Puskesmas setiap bulan lain. Sedangkan yang berhubungan
cukup banyak. dengan pembiayaan bagi pasien
3. Fasilitas pelayanan yang menjadi peserta asuransi dipersiapkan kartu
tujuan rujukan adalah Puskesmas/ asuransi, KTP,KK. Sedangkan untuk
Rumah Sakit Pemerintah, Rumah pasien umum harus dipersiapkan
sakit swasta dan dokter spesialis yang biaya(uang) yang diperlukan.
ada di kota dan Kabupaten Malang. 10. Alat transportasi yang digunakan
Tujuan rujukan dengan mempertim- adalah kendaraan milik pribadi,
bangkan asuransi kesehatan yang kendaraan milik bidan, ambulan
dimiliki, keinginan pasien dan tingkat desa, ambulan Puskesmas, ambulan
kegawatan penyakitnya. milik Rumah Sakit yang dituju.
4. Kasus yang dilakukan rujukan adalah 11. Pendokumentasian rujukan meliputi
mengacu pada standar penapisan 18 rekam rujukan, resume pasien, bukti
indikasi rujukan ibu bersalin. pelayanan ambulan, surat rujukan,
5. Perlengkapan yang dibawa bidan SPPD, Inform consent, lembar
pada saat merujuk adalah set alat partograf.
sesuai dengan kasusnya, oksigen, 12. Biaya dalam proses rujukan
infuse set, obat-obat emergensi, SOP disesuaikan dengan asuransi yang
penanganan awal rujukan. dimiliki (BPJS), dan pasien umum
6. Jalur rujukan bisa dari polindes ke (biaya sediri) , sedangkan untuk biaya
Puskesmas, dari Polindes ke Rumah transportasi ditanggung oleh
sakit, dari polindes ke dokter spe-
Jurnal Informasi Kesehatan Indonesia, Vol. 6, No. 1, 2020: 67-88

jampersal baik pasien BPJS maupun oleh Dep.kes (2006) bahwa Sistem
pasien umum. rujukan pelayanan kegawatdaruratan
maternal dan neonatal mengacu pada
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi prinsip utama kecepatan dan ketepatan
Proses Rujukan tindakan, efisien, efektif dan sesuai
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dengan kemampuan dan kewenangan
rujukan meliputi: Biaya, pasien, pengam- fasilitas pelayanan.
bilan keputusan, rumah sakit yang dituju, Berdasarkan data-data diatas maka
ransportasi, kompetensi tenaga bidan dapat disimpulkan bahwa keberadaan
yang merujuk, status domisili pasien, Standar Operasional dan Prosedur (SOP)
kepercayaan masyarakat. rujukan sudah ada yaitu SOP sistem
rujukan Nomor Dokumen: SOP/UKM/
PEMBAHASAN VII-02/2015. SOP ini untuk di tingkat
Substansi pada implementasi sistem Puskesmas, sedangkan di tingkat
rujukan ibu hamil dan ibu bersalin oleh Puskesmas Pembantu atau di Pondok
bidan Polindes di wilayah Kecamatan bersalin Desa belum tersedia secara
Dampit dapat dideskripsikan sebagai khusus, sehingga untuk SOP di Pondok
berikut: Bersalin Desa dan di Puskesmas
Pembantu sama dengan yang digunakan
1. Keberadaan dan isi SOP. Keberadaan di Puskesmas.
Standar Operasional dan Prosedur (SOP)
rujukan diperoleh data sesuai dengan 2. Banyaknya Rujukan. Banyaknya
hasil FGD sebagai berikut: rujukan yang dilakukan oleh Polindes dan
“Semua polindes dan Puskemas Puskesmas setiap bulan sebagaimana
telah memiliki SOP rujukan, tetapi SOP
yang disampaikan oleh informan berikut
yang digunakan antara di Puskesmas,
Puskesmas Pembantu dan Polindes ini:
Sama” (FGD:November 2016)
“Rata-rata sebulan 20 dengan 70%
kasus ibu dan 30 % kasus bayi” (Bikor
Dari dokumen diperoleh bahwa isi
A6, Oktober 2016).
dari SOP tersebut meliputi nomor ” Kurang lebih 10 pasien” (Bides A6,
Oktober 2016)
dokumen, tanggal terbit, jumlah halaman,
” kurang lebih 5 orang” (Bides C6,
pengertian, tujuan kebijakan, referensi Oktober 2016)
” Kurang lebih 36” (Bides G6, Oktober
prosedur/langkah-langkah, unit yang
2016)
terkait. SOP ini sangat diperlukan agar
Dari 12 bidan desa merujuk kasus-
proses rujukan dapat berjalan dengan baik
kasus maternal neonatal berkisar antara 5
dan tepat sebagaimana yang disampaikan
sampai dengan 36 kasus tiap tahun, dari

p-ISSN: 2460-0334 e-ISSN: 2615-5516 73


Implementasi Sistem Rujukan Ibu Hamil (Wandi, 2020)

setiap Polindes yang paling banyak setiap Hal ini sesuai dengan struktur
tahun sekitar 10 kasus rujukan. Tentunya Sistem kesehatan dan pola rujukan yang
angka ini cukup besar. Dengan besarnya dikemukakan oleh Sherris (1999) bahwa
kasus-kasus rujukan ibu hamil dan ibu bidan desa dapat merujuk pasien ke
bersalin bila tidak dilaksanakan dengan Puskesmas, ke dokter umum, dokter ahli
baik dan dengan prosedur yang tepat kebidanan, ke Rumah Sakit Kabupaten/
tentunya akan berdampak kepada Kota.
tingginya angka kematian bayi maupun Secara geografis wilayah Kecamatan
angka kematian ibu. Dampit terletak di sebelah tenggara Kota
Malang dan Sebelah Timur Kota
3. Fasilitas Pelayanan Yang Menjadi Kepanjen. Waktu tempuh dari Kecamatan
Tujuan Rujukan. Fasilitas pelayanan yang Dampit ke Kota Malang maupun ke Kota
menjadi tujuan rujukan seperti yang Kepanjen berkisar antara 1 jam sampai
disampaikan oleh informan berikut: dengan 2 jam perjalanan. Bila melihat
”RSUD, Puskesmas, RS swasta, RSBK, tentang wilayah cakupan rujukan maka
Benmari” (Bides A7, Oktober 2016)
semua fasilitas pelayanan rujukan yang
”Untuk rujukan maternal ke Puskesmas,
Rumah sakit, Dokter spesialis” (Bides F7, menjadi tujuan rujukan semuanya dapat
Oktober 2016).
ditempuh maksimal 2 jam.
” Rujukan maternal ke RSUD
kanjuruhan, Ben Mari, RS Permata Hati” Angka kematian ibu maupun bayi
(Bides G7, Oktober 2016).
dapat ditekan dengan rujukan kegawatan
Sebagai pertimbangan pemilihan ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas yang
tempat rujukan tersebut adalah dengan terjangkau sebagaimana yang dikemu-
mempertimbangkan asuransi kesehatan kanan oleh Depkes (2009) bahwa
yang dimiliki, keinginan pasien dan efektifitas pelayanan kebidanan dalam
tingkat kegawatan penyakitnya. Hal ini menurunkan kematian ibu juga tergantung
sesuai dengan yang disampaikan oleh pada kesediaan infrastruktur pelayanan
informan berikut ini: kesehatan yang memberikan fasilitas
“Kalau dari desa atau dari bidan untuk konsultasi dan rujukan bagi ibu
dirujuk ke Puskesmas, kemudian
yang memerlukan pelayanan obstetri
dari Puskesmas dirujuk ke rumah
sakit sesuai dengan status asuransi gawat.
dan keinginan pasien. Kalau pasien
Dapat disimpulkan bahwa fasilitas
BPJS ke RS bokor, RSI dan RSUD
kanjuruhan kepanjen. Kalau pasien pelayanan yang menjadi tujuan rujukan
umum sesuai dengan keinginan dan
adalah Puskesmas/Rumah Sakit Peme-
tingkat kegawatan pasien” (Bikor
A7, Oktober 2016) rintah seperti Rumah Sakit Umum Daerah
Kanjuruhan Kepanjen, Rumah sakit
Jurnal Informasi Kesehatan Indonesia, Vol. 6, No. 1, 2020: 67-88

swasta antara lain Rumah Sakit Bala jenis kasus yaitu: (1)Riwayat seksio
Keselamatan Turen, Rumah Sakit sesaria, (2)Perdarahan per vagina, (3)
Permata Hati Malang, Rumah Sakit Ben Persalinan kurang bulan (usia kehamilan
Mari Malang, Rumah Sakit Islam Gon- kurang dari 37 minggu), (4) Ketuban
dang legi, Rumah Sakit Wafa Husada pecah dengan mekonium yang kental, (5)
Kepanjen dan dokter spesialis yang ada Ketuban pecah lama (lebih kurang 24
di kota dan Kabupaten Malang. jam), (6) Ketuban pecah pada persalinan
kurang bulan (usia kehamilan kurang dari
4. Kasus Yang Dilakukan Rujukan. Kasus 37 minggu), (7) Ikterus, (8) Anemia berat,
yang dilakukan rujukan sesuai dengan (9) Tanda/gejala infeksi, (10) Preeklamsi/
yang disampaikan oleh informan bidan hipertensi dalam kehamilan, (11) Tinggi
koordinator dan bidan Desa berikut ini: fundus 40 cm atau lebih, (12) Gawat
“Untuk maternal hpp, preeklamsi, janin, (13) Primipara dalam fase aktif
riwayat kesehatan ibunya misalnya
persalinan dengan palpasi kepala janin
DM, hepatitis, ginjal, jantung. Kan
kita sudah punya SPR (Skor Puji masih 5/5, (14) Presentasi bukan belakang
Rochjati), begitu SPR diatas sepuluh
kepala, (15) Kehamilan gimeli, (16)
langsung dirujuk, kalau sSPR 6-10
masih di opservasi disini sama Presentasi majemuk, (17) Talipusat
penapisan. Ada 1 tanda penapisn
menumbung, (18).Syok.
langsung kita rujuk” (Bikor B8,
Oktober 2016) Dapat disimpulkan bahwa kasus
yang dilakukan rujukan adalah mengacu
” Kasus ibu eklamsi, pre eklamsi,
pada standar penapisan 18 indikasi
perdarahan, KPD jenis penyakit ibu.
Yang paling banyak bekas SC” rujukan ibu bersalin.
(Bikor A8, Oktober 2016)

” PRM, letak sungsang, PEB, 5. Perlengkapan yang dibawa


retensio plasenta, HPP, Post date”
a. Perlengkapan yang dibawa bidan
(Bides A8, Oktober 2016)
Pada saat merujuk pasien, bidan
Juga jawaban informan dari pasien membawa perlengkapan dan peralatan
berikut ini: sesuai dengan kebutuhan, baik itu alat,
” Karena perdarahan pada usia obat dan surat, sesuai dengan penjelasan
kehamilan 7 bulan” (Pasien A8, Oktober
dari beberapa informan berikut ini:
2016)
“Perlengkapannya terdiri dari 1 tas
” Karena anak saya kembar” (Pasien paket rujukan, ambulan, rujukan
C8, Oktober 2016). maternal neonatal, SOP penanganan
awal rujukan.” (Bikor A9,Oktober
Kasus-kasus yang dirujuk sudah 2016).
sesuai dengan indikasi penapisan ibu
”Perlengkapan yang dibawa
hamil dan ibu bersalin yang meliputi 18 maternal set itu isinya tentang set

p-ISSN: 2460-0334 e-ISSN: 2615-5516 75


Implementasi Sistem Rujukan Ibu Hamil (Wandi, 2020)

kegawat daruratan seperti Set pre beberapa informan diatas. Hal ini juga
eklamsi, set HPP kita bawa sama
sesuai dengan Asuhan persalinan Normal
obat-obatan emergensinya, kita
punya satu kotak, ples partus set, O2 (2013) bahwa pada saat merujuk juga
di ambulan. Infus jelas sdh masuk
disertai dengan surat rujukan. Surat ini
beserta surat rujukannya apakah dia
pasien BPJS atau pasien harus memberikan identifikasi mengenai
umum”(Bikor B9, Oktober 2016).
ibu dan/atau bayi baru lahir, cantumkan
alasan rujukan dan uraikan hasil
“Alat yang dibawa adalah Alat
Partus set, hecting set,RL, stetoskop, pemeriksaan, asuhan atau obat-obatan
tensimeter, spuit.Obat oksitoksin,
yang diterima ibu dan/atau bayi baru
metergin, lidokain, cairan infus”
(Bides A9, Oktober 2016) lahir. Lampirkan partograf kemajuan
persalinan ibu pada saat rujukan.
”Partus set, O2, resusitasi maternal
set, infus set, kasa, tensi, dopler, Berdasarkan dokumen yang ditemukan/
stetoskop.
ditunjukkan oleh informan bahwa surat
Obat oksitoksin, metergin, MG So4,
cairan infus” (Bides B9, Oktober rujukan tersebut memuat tentang identitas
2016).
pengirim, identitas pasien, pemeriksaan
awal pada saat datang di puskesmas,
”Tensi darah, infus, alat-alat
alasan dirujuk, penatalaksanaan sebelum
persalinan, popok, suntik, alat cek
dirujuk, pemeriksaan fisik sesaat sebelum
jantung bayi” (Pasien C9, Oktober
dirujuk.
2016)
Dapat disimpulkan bahwa alat-alat
yang dibawa meliputi infuse set, alat
Dari keterangan yang diberikan oleh
pertolongan persalinan, dopler, oksigen,
beberapa informan tersebut sangat sejalan
hecting set, tensi meter, stethoscope.
dengan Asuhan Persalinan Normal (2013)
Obat-obatan yang dibawa diantaranya
yang menyatakan bahwa pada saat
oksitoksin, metergin, MgSO4, cairan
merujuk bawa perlengkapan dan bahan-
infuse, dan obat-obat emergenci yang
bahan untuk asuhan persalinan, masa
lain. Alat dan obat tersebut sudah berada
nifas dan bayi baru lahir (tabung suntik,
didalam satu set tas sesai dengan kasus
selang IV, dll) bersama ibu ke tempat
rujukan.
rujukan. Perlengkapan dan bahan-bahan
b. Perlengkapan yang dibawa keluarga
tersebut mungkin diperlukan jika ibu
Perlengkapan yang dibawa/ dipersiapkan
melahirkan sedang dalam perjalanan.
oleh pasien dan keluarga pada saat
Disamping alat dan obat-obatan
rujukan sesuai dengan yang disampaikan
yang dibawa pada saat merujuk juga
oleh beberapa informan berikut:
disertai dengan surat rujukan sebagai-
“Uang, perlengkapan bayi,
mana yang telah diungkapkan oleh
perlengkapan ibu, surat-surat bila
Jurnal Informasi Kesehatan Indonesia, Vol. 6, No. 1, 2020: 67-88

punya kartu seperti BPJS berupa ”Yang dibawa yaitu selimut,


KK,KTP, kartu BPJS” (Bides C13, termos, uang, baju ganti” (Pasien
Oktober 2016) A13, Oktober 2016).

” Menyiapkan barang bawaan “yang dibawa perlengkapan baju


seperti baju ibu, bayi, uang, bayi, ibu dan uang” (Pasien K13,
menyiapkan donor darah jika Nopember 2016)
dibutuhkan sewaktu-waktu” (Bides
G13, Oktober 2016). Dari informasi tersebut keluarga
sebelum berangkat perlu menyiapkan
” Baju ibu, baju bayi, uang,
selimut” (Pasien C13, Oktober peralatan untuk pasien yang meliputi
2016).
peralatan mandi, peralatan makan-minum,
” Perlengkapan bayi, perlengkapan peralatan tidur, surat-surat yang terdiri
ibu, uang” (Pasien D13, Oktober
dari surat/ kartu asuransi/ BPJS KTP,
2016)
Kartu keluarga, uang untuk keperluan
Sedangkan yang berhubungan biaya. Sebagaimana yang tertulis di
dengan pembiayaan bagi pasien peserta Asuhan Persalinan Normal, (2013) bahwa
asuransi dipersiapkan kartu asuransi, bidan harus mengingatkan keluarga untuk
KTP,KK. Sedangkan untuk pasien umum membawa uang yang cukup untuk biaya.
harus dipersiapkan biaya(uang) yang Ingatkan pada keluarga agar membawa
diperlukan. Hal ini sesuai dengan yang uang dalam jumlah yang cukup untuk
disampaikan oleh informan berikut ini: membeli obat-obatan yang diperlukan dan
“Yang dipersiapkan asuransi, bahan-bahan kesehatan lain yang
BPJS, KTP,KK, keluarga dan alat-
diperlukan selama ibu dan/atau bayi baru
alat yang diperlukan” (Bikor A13,
Oktober 2016) lahir tinggal di fasilitas rujukan.
Kesimpulannya bahwa perlengkapan
“Otomatis persyaratan seperti, KK,
KTP, kartu BPJS nya. Kalau pasien yang dibawa/ dipersiapkan oleh pasien
umum kita KIE tentang dananya.
dan keluarga pada saat rujukan adalah
Sekarang kan ada jampersal, kalau
dulu untuk persalinan tetapi mulai perlengkapan pasien dan keluarga seperti
tahun 2016 ini untuk klem
pakaian ibu, pakaian bayi alat mandi, dan
transportasinya aja sehingga untuk
ambulan biaya ke rumah sakit itu lain-lain
gratis. Tentunya rujukan yang ada
6. Jalur dan Proses Rujukan
hubungannya dengan kasus
kegawat daruratan maternal a. Jalur Rujukan
neonatal” (Bikor B13, Oktober
Jalur Rujukan yang dilakukan oleh
2016)
bidan sesuai dengan yang disampaikan
”Yang dibawa adalah uang, bila
oleh informan berikut ini:
ada BPJS persyaratanBPJS harus
dibawa, perlengkapan ibu” (Bides “ada yang dari desa kesini dan ke
B12, Oktober 2016). rumah sakit, ada yang langsung dari
bidan desa langsung ke rumah sakit.

p-ISSN: 2460-0334 e-ISSN: 2615-5516 77


Implementasi Sistem Rujukan Ibu Hamil (Wandi, 2020)

Proses dari bidan desa ke ibu perlu rujukan, beberapa hal yang
puskesmas untuk neonatal. Bila ada
disampaikan sebaiknya meliputi:
persalinan terjadi kegawatan
neonatal biasanya dari bidan desa diagnosa dan tindakan medis yang
membuat rujukan ke puskesmas
diperlukan, alasan untuk merujuk ibu,
kemudian di Puskesmas diberikan
pelayanan gawat darurat kemudian resiko yang bisa timbul bila rujukan
langsung rujuk ke rumah sakit”
tidak dilakukan, risiko yang dapat
(Bikor B10, Oktober 2016)
timbul selama rujukan dilakukan,
”Dikelompokkan yang masuk resiko
waktu yang tepat untuk merujuk dan
tinggi dari polindes dirujuk ke
Puskesmas mulai dari kehamilan durasi yang dibutuhkan untuk
untuk diperiksa ANC terpadu, HIV
merujuk, tujuan tempat merujuk,
hepatitis, lab rutin darah, kencing.
Kalau membutuhkan segera transportasi yang digunakan, tenaga
ditangani penanganan pra rujukan”
kesehatan yang mendampingi ibu,
(Bikor A10, Oktober 2016)
Jam operasional dan nomor telepon
Menurut Sherris (1999) bahwa rumah sakit yang dituju, perkiraan
seorang bidan di Polindes dapat merujuk lamanya perawatan, perkiraan biaya
pasien maternal ke Puskesmas, ke Rumah dan sistim pembiayaan (termasuk
sakit baik rumah sakit pemerintah dokumen kelengkapan untuk jam-
maupun rumah sakit Swasta, ke dokter persal, jamkesmas/ asuransi kese-
spesialis/umum. hatan).
Kesimpulannya adalah jalur 2) Hubungi pusat layanan kesehatan
rujukan yang dilakukan oleh bidan yang menjadi tujuan dan sampaikan
Polindes adalah bisa dari polindes ke kepada tenaga kesehatan yang akan
Puskesmas, dari Polindes ke Rumah sakit, menerima, hal-hal sebagai berikut:
dari polindes ke dokter spsesialis, dari Indikasi rujukan, kondisi ibu dan
poindes ke Puskesmas lalu ke rumah janin, rencana terkait prosedur
sakit. rujukan, kesiapan sarana dan pra-
sarana di tujuan rujukan, penatalak-
sanaan yang sebaiknya dilakukan
b. Proses Rujukan selama dan sebelum transportasi
Proses rujukan yang dilakukan 3) Hal yang perlu dicatat oleh pusat
berdasarkan dokumen SOP rujukan pada layanan kesehatan yang akan
prosedur/ langkah-langkah tertulis menerima: Nama pasien, nama
sebagai berikut: petugas yang merujuk, indikasi
1) Komunikasikan rencana rujukan merujuk, kondisi ibu dan janin,
dengan ibu dan keluarganya bahwa
Jurnal Informasi Kesehatan Indonesia, Vol. 6, No. 1, 2020: 67-88

penatalaksanaan yang telah dilakukan Sebagai pelaksanaan dari SOP


sebelumnya. tersebut beberapa informan menyam-
4) Saat komunikasi lewat telepon paikan:
pastikan hal tersebut telah dicatat. ”Disiapkan surat, alat obat dan
transportasi. Sebelum berangkat
5) Lengkapi dan kirimkan berkas-berkas
telpon ke rumah sakit yang dituju.
berikut: formulir rujukan pasien, Siapkan keluarga, asuransi yang
dipunyai, alat dan perlengkapan
fotocopy rekam medik kunjungan
rujukan. Kalau bersalin partus set,
antenatal/ buku KIA, berkas-berkas infus set, perlengkapan bayi neonatal.
Setelah tilpon juga SMS si jari emas
lain untuk pembiayaan menggunakan
untuk merekam data rujukan. Isi sms:
jaminan kesehatan (kartu identitas, penanganan dan diagnosa.
Setelah terekam di server rumah sakit
Jamkesmas, KK,KTP).
nanti mendapat balasan” (Bikor
6) Mulai penatalaksanaan tindakan pra A10, Oktober 2016)
rujukan , infus dan pemberian obat
”Bila ada persalinan terjadi
sesuai indikasi segera setelah kegawatan neonatal biasanya dari
bidan desa membuat rujukan ke
berdiskusi dengan tenaga kesehatan
puskesmas kemudian di puskesmas
di tujuan rujukan , serta penanganan diberikan pelayanan gawat darurat
kemudian langsung rujuk ke rumah
kegawatdaruratan yang dilakukan.
sakit. Kerumah sakitnya ini kita
7) Periksa kelengkapan alat dan obat tawarkan ke penderita dengan
melihat kasusnya maunya ke rumah
yang digunakan untuk merujuk
sakit mana. Disarankan untuk ke
dengan kemungkinan yang dapat rumah sakit yang ada nicunya. Untuk
sementara di kabupaten malang yg
terjadi dalam perjalanan.
ada nicu di RS kanjuruhan dan wafa
8) Selalu siap sedia kemungkinan yang husada. Tetapi apabila ditemukan
gawat tetapi tdk perlu nicu
terburuk.
tergantung dia sebagai peserta BPJS,
9) Nilai kembali keadaan pasien saat kiss, atau yang lainnya, rata-rata
rumah sakit sudah bekerjasama dgn
mau berangkat merujuk, kondisi
BPJS misalnya RS bokor, RSI
umum dan tanda-tanda vital. gondang legi, wafa, ben mari.
Kadang-kadang pasien ngarani
10) Catat dengan jelas semua hasil
sekarang ... bu saya minta yang cepet
pemeriksaan, nama tenaga kesehatan saja. Untuk maternal juga sama
pelayanan juga seperti itu. Sebelum
dan jam pemeriksaan terakhir untuk
merujuk kita koordinasi dengan
memudahkan tindakan merujuk dapat rumah sakitnya bisa menerima atau
tidak. Biasanya kalau tidak telpon
diringkas menjadi BAKSOKU
dulu kita disalahkan. Kita ceritakan
(bidan, alat, keluarga, kendaraan, dan pasiennya dari puskesmas ini dengan
kasus ini pasien BPJS atau pasien
uang). (Dokumen SOP)
umum kita ceritakan dengan kondisi
pasien, disana nanti kan sudah siap
begitu pasien datang langsung

p-ISSN: 2460-0334 e-ISSN: 2615-5516 79


Implementasi Sistem Rujukan Ibu Hamil (Wandi, 2020)

penanganan di rumah sakit” (Bikor Hanya saja SOP yang ada di Puskesmas
B10, Oktober 2016).
dan yang ada di Puskesmas Pembantu
”Setiap merujuk pasien harus sesuai atau Polindes sama. Padahal dalam
dengan kondisi (kasus) sesuai dengan
implementasinya agak berbeda. Misalnya
18 penapisan gawat darurat untuk
pasien bumil juga pada ibu post khusus untuk peserta BPJS pasien tidak
partum. Menjelaskan kepada pasien,
bisa langsung dibawa ke rumah sakit,
suami, keluarga tentang kondisi
pasien kenapa harus dirujuk. tetapi harus mengurus dulu atau dirujuk
Menanyakan jenis pembayaran
dulu ke Puskesmas untuk memenuhi
(mengikuti JKN atau umum,...... Bila
mengikuti JKN perlu disiapkan KK, persyaratan administrasi. Contoh yang
KTP. Menjelaskan Rumah sakit yang
lain berkaitan dengan transportasi, kalau
menerima rujukan dengan kartu
BPJS dan menentukan pilihan sesuai di Puskesmas ambulan Puskesmas sudah
permintaan pasien. Membuat
siap setiap saat, tetapi bila di Polindes
informed consent, Menentukan
kendaraan yang akan dipakai prosedur memperoleh alat transportasi
merujuk sesuai dengan pilihan
agak berbeda sehingga sebaiknya SOP
pasien.Siap mengantar rujukan.
Membuat rujukan ke RS. Menyipkan untuk di Puskesmas dan di Polindes
transportasi. Memutuskan siapa saja
dibedakan.
yang akan ikut. Bidan menyiapkan
peralatan yang akan dibawa serta
siap merujuk pasien dengan sistem
7. Pendamping Pasien Pada Saat
baksoku” (Bides A10, 2016)
Dirujuk.
”Pasien datang dilakukan
Pendamping pasien pada saat dirujuk
pemeriksaan, KIE keluarga mau
dibawa ke rumah sakit mana?. terdiri dari 2 kategori, yaitu petugas dan
Menjelaskan apa penyebab dirujuk ,
keluarga.
keadaan ibu dan bayi. Kalau pasien
punya kiss?BPJS disarankan ke
Puskesmas dulu baru ke Rumah sakit.
a. Petugas
Kalau pasien umum bisa memilih
sendiri rumah sakit yang dituju. Petugas yang mendampingi pasien
Kalau sudah mendapat persetujuan
pada saat dirujuk adalah sopir dan bidan.
pasien diinfus, telepon rumah sakit,
pasien dirujuk dengan Jumlah bidan yang merujuk tergantung
BAKSOKU,bidan mendampingi
dari tingkat kegawatan pasien. Jika
sampai rumah sakit dan operan di
rumah sakit yang dituju” (Bides K, pasiennya tidak terlalu gawat cukup
2016).
didampingi oleh satu orang bidan tetapi
bila pasien sangat gawat misalnya pada
Setelah menelaah hasil wawancara
pasien perdarahan didampingi oleh 2
yang dilakukan terhadap informan bidan
bidan. Hal ini sebagaimana yang
koordinator dan bidan Desa menunjukkan
diungkapkan oleh informan berikut ini:
bahwa bidan desa telah berupaya untuk
” Yang mendampingi otomatis supir
menjalankan SOP yang sudah dibuat.
ambulan, bidan, dan kelurga.Tetapi
Jurnal Informasi Kesehatan Indonesia, Vol. 6, No. 1, 2020: 67-88

bila kasus pre eklamsi itu harus dua perjalanan. Disamping petugas peran dari
bidan yang mendampingi. Satu
keluarga juga sangat penting untuk
mendeteksi ibu dan satu mendeteksi
janinnya. Takutnya nanti kalau di memberikan dorongan psikologis kepada
perjalanan ada reaksi kejang tidak
pasien selama dalam perjalanan. Hal ini
bisa kalau hanya satu bidan. Ini
untuk pre eklamsi dengan HPP sesuai dengan prinsip dasar merujuk
dengan Hb 4 kemarin itu. Satu untuk
menurut Saifudin, (2011) yang menga-
kompresi bimanual dan satu untuk
TTV nya takan bahwa penderita harus didampingi
itu.” (Bikor B11, Oktober 2016)
oleh tenaga yang terlatih (dokter/ bidan/
” Yang mendampingi Suami, bidan perawat) sehingga cairan infus intravena
dan keluarga” (Bides W11, Oktober
dan oksigen dapat terus diberikan.
2016)
Namun demikian ada juga pasien
” Yang mendampingi Suami, ibu,
yang berangkat sendiri bersama keluarga
ayah dan bidan” (Pasien E11,
November 2016) karena pasien bukan merupakan pasien
gawat seperti yang diungkapkan oleh
b. Keluarga Pasien
pasien dengan kehamilan letak lintang
Selain petugas pendamping pasien
berikut ini:
pada saat dirujuk adalah keluarga.
“Dijelaskan posisi bayi dan diberi
Adapun keluarga yang biasanya mendam- surat rujukan, karena belum ada
pembukaan jadi berangkat sendiri”
pingi pasien dirujuk adalah suami, ayah
(Pasien I10, November 2016)
atau ibu dari pasien. Seperti yang disam-
paikan oleh informan berikut ini: 8. Tindakan Yang Dilakukan Bidan
Sebelum Dirujuk
” Yang mendampingi Suami dan Tindakan yang dilakukan bidan
orang tua” (Pasien H11, November sebelum dirujuk adalah memberi
2016) penanganan awal pra rujukan sesuai
dengan protap. Penangan awal yang
Ada juga pasien yang dirujuk selain dilakukan juga bisa dilaksanakan atas
didampingi oleh bidan dan keluarga juga petunjuk dari Rumah Sakit yang dituju.
didampingi oleh dukun. Seperti ungkapan Dalam proses rujukan sebelum merujuk
dari informan berikut ini: pasien, bidan akan menelepon rumah
” Suami, bidan dan mbah dukun” sakit tujuan, kemudian rumah sakit tujuan
(Pasien L11, November 2016)
ada yang memberi instruksi-instruksi
Pendampingan oleh petugas berupa tindakan yang harus dilakukan
terhadap pasien ini sangat diperlukan oleh bidan dalam kegiatan penanganan
untuk memberi perawatan dan pertolo- pra rujukan. Hal ini seperti yang
ngan jika terjadi sesuatu di dalam diungkapkan oleh informan berikut:

p-ISSN: 2460-0334 e-ISSN: 2615-5516 81


Implementasi Sistem Rujukan Ibu Hamil (Wandi, 2020)

mungkin. Elemen-elemen penting dalam


“Tindakan pasien sebelum dirujuk: stabilisasi pasien adalah : menjamin
pasang infus, memberikan tindakan
kelancaran jalan nafas, memperbaiki
sesuai dengan protap diagnosa atau
advis dokter saat kolaborasi” (Bides fungsi sistem respirasi dan sirkulasi,
E12, Oktober 2016)
menghentikan sumber perdarahan, meng-
ganti cairan tubuh yang hilang, mengatasi
Tindakan yang umum dilakukan
rasa nyeri atau gelisah (Depkes, 2008).
sebelum pasien dirujuk adalah tindakan
stabilisasi yang meliputi: pasang infus,
9. Pendokumentasian Rujukan
pasang oksigen. Seperti yang disam-
Dalam pelaksanaan rujukan pendo-
paikan oleh bidan Polindes berikut ini:
kumentasian yang dilakukan beberapa
”Pemeriksaan pasien terutama informan menyatakan sebagai berikut:
TTV, infus, bila perlu O2, kasus PEB
”Dokumen rujukan, rekam rujukan,
Mg So4 injeksi, kateterisasi” (Bides
resume pasien, bukti pelayanan
B12, Oktober 2016).
ambulan, surat rujukan maternal
atau neonatal” (Bikor A14, Oktober
”Menginfus, melakukan
2016).
pemeriksaan, djj, TD,N, Suhu dan
pemeriksaan dalam atau VT” (Bides
C12, Oktober 2016). ”Ini ada statusnya pak... Ada
rujukan dan pra rujukan. Walaupun
”Melakukan kie tentang kondisi pasien umum juga perlu sppd unt
pasien, melakukan pemasangan klem transportasi tadi. Lembar
infus, pemasangan kateter, parograf juga disertakan. Inform
pemasangan O2 tergantung kasus” consent untuk dilakukan rujukan
(Bides, G12, Oktober 2016) kalau memang keluarganya menolak
atau setuju” (Bikor B14, 2016).
Tindakan tersebut sesuai dengan
”Surat rujukan, lembar observa-
tindakan stabilisasi bagi pasien kegawat- si.partograf, inform consent, catatan
laporan” (Bides B14, Oktober
daruratan sebelum dilakukan rujukan.
2016).
Stabilisasi penderita dengan cepat dan
”Mengisi blanko lembar observasi,
tepat sangat penting (essensial) dalam
mengisi partograf, membuat infor-
menyelamatkan kasus gawat darurat, med consent, mengisi pencatatan
laporan pasien” (Bikor C14,
tidak peduli jenjang atau tingkat
Oktober 2016)
pelayanan kesehatan. Stabilisasi pasien
secara cepat dan tepat serta kondisi yang Pada SOP yang tersedia terkait
memadai akan sangat membantu pasien dengan pendokumentasian tertulis seba-
untuk ditangani secara memadai ke gai berikut: Lengkapi dan kirimkan
fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih berkas-berkas berikut: Formulir rujukan
lengkap dalam kondisi seoptimal pasien, Foto copy rekam medik kun-
Jurnal Informasi Kesehatan Indonesia, Vol. 6, No. 1, 2020: 67-88

jungan antenatal/ buku KIA, Berkas- BPJS, KK dan KTP pasien. Sedangkan
berkas lain untuk pembiayaan mengguna- untuk pasien umum dengan membayar
kan jaminan kesehatan (kartu Jamkes- langsung kepada fasilitas pelayanan
mas, KK,KTP) ”(Dokumentasi SOP) sesuai tarip atau Perda yang berlaku. Hal
Isi dari surat rujukan meliputi: ini sesuai dengan yang disampaikan oleh
Pemeriksaan awal saat datang di informan berikut ini:
Puskesmas, Alasan dirujuk, penatalaksa- “Pembiayaan sesuai dengan perda
kecuali BPJS tidak bayar, nanti di
naan sebelum dirujuk, pemeriksaan fisik
klem. Bila tidak BPJS tetapi tidak
sesaat sebelum dirujuk (Dokumentasi mampu nanti kebijakan Puskesmas”
(Kapus A15, September 2016)
Surat Rujukan).
Hal ini sesuai dengan Saifudin (2011) ”Ada pasien BPJS dan pasien
umum. Untuk pasien BPJS dengan
yang berbunyi surat rujukan harus
melengkapi administrasi. Sedangkan
disertakan yang mencakup riwayat untuk pasien umum dilakukan biaya
sendiri oleh pasien dan keluarga-
penyakit, penilaian kondisi pasien yang
nya” (Bikor B15, Oktober 2016).
dibuat pada saat kasus diterima perujuk.
”Pembiayaan untuk pelayanan
Tindakan atau pengobatan telah
sesuai dengan asuransi yang
diberikan, keterangan lain yang perlu dan dimiliki, sedangkan untuk pasien
umum membayar sesuai dengan
yang ditemukan berkaitan dengan kondisi
tarip RS” (Bikor A15, Oktober
pasien pada saat masih dalam penanganan 2016).
nakes pengirim rujukan.
”Pasien umum membayar secara
Kesimpulannya adalah pendokumen- umum tindakan dan transportasi.
Pasien BPJS atau kiss pasien tdak
tasian rujukan meliputi rekam rujukan,
membayar dengan mengumpulkan
resume pasien, bukti pelayanan ambulan, fotocopy kartu BPJS,KK,KTP”
(Bides K15, Oktober 2015)
surat rujukan,SPPD, Informed consent,
lembar partograf, Buku KIA. Sedangkan untuk biaya transportasi
baik dari polindes ke Puskesmas atau dari
10. Biaya polindes ke Rumah sakit dapat di klem
a. Sumber dan Besarnya Pembiayaan kepada jampersal dengan melengkapi
Sumber pembiayaan dalam proses fotocopy KK dan KTP sebagaimana yang
rujukan tergantung dari jenis asuransi disampaikan oleh informan berikut ini:
yang dimiliki (BPJS) dan pasien umum. “Sekarang kan ada jampersal, kalau
dulu untuk persalinan tetapi mulai
Untuk Pasien BPJS tidak membayar/
thn 2016 ini untuk klem transporta-
dapat di klem oleh fasilitas pelayanan sinya aja sehingga untuk ambulan
biaya ke rumah sakit itu gratis.
kesehatan kepada BPJS dengan meleng-
Tentunya rujukan yang ada hubu-
kapi administrasi berupa foto copy kartu ngannya dengan kasus kegawat

p-ISSN: 2460-0334 e-ISSN: 2615-5516 83


Implementasi Sistem Rujukan Ibu Hamil (Wandi, 2020)

daruratan maternal neonatal “Ada ambulan desa yang sudah


”(Bikor B13, Oktober 2016). ditunjuk oleh kepala Desa yang siap
mengantar pasien ke Rumah sakit”
Dengan jaminan tersebut maka (Bides B17, Oktober 2016).
semua transportasi rujukan maternal
“Tatacaranya adalah: mobil pribadi
neonatal baik pasien umum maupun BPJS pasien, mobil bidan” (Bides E17,
2016)
biayanya ditanggung oleh jampersal.
” Menggunakan mobil kami (bidan)
atau menggunakan ambulan desa
b. Teknis Pembayaran
dengan meminta ijin kepada kepala
Teknis pembayaran kasus rujukan bagi desa dan meminta salah satu
perangkat desa untuk menyupiri
pasien yang menggunakan asuransi
kendaraan tersebut” (Bides G17,
(BPJS) hanya melengkapi syarat admi- Oktober 2016).
nistrasi berupa foto copy kartu BPJS, KK,
Ada beberapa desa yang sudah
dan KTP. Sedangkan untuk pasien umum/
menerapkan sistem ambulan desa yaitu
biaya sendiri dengan cara membayar
dengan cara menentukan beberapa kenda-
kontan kepada bagian kasir Puskesmas/
raan milik penduduk yang bersedia setiap
Rumah Sakit sesuai dengan perincian
saat untuk digunakan sebagai kendaraan
yang dikeluarkan oleh bagian perawatan
mengantar orang sakit ke rumah sakit.
di Rumah sakit. Kemudian ada beberapa
Demikian juga dengan pengemudinya
bidan yang menalangi dahulu pembayaran
ditentukan beberapa orang untuk dapat
ke Rumah Sakit, kemudian setelah pasien
setiap saat bersedia mengemudikan ken-
pulang mengganti kepada bidan. Hal ini
daraan untuk mengantar ke rumah sakit,
sesuai dengan informan berikut ini:
bahkan beberapa desa sebagai pengemudi
“Proses pembayaran untuk di
rumah sakitnya dibayarkan dulu adalah aparat desa. Dengan cara ini bila
oleh bu bidan , baru pulangnya
ada orang yang membutuhkan dapat
saya bayar di rumah bu bidan”
(Pasien K15, November 2016) menghubungi kepala desa yang selan-
jutnya dapat menentukan pengemudi dan
11. Transportasi
kendaraan yang dapat digunakan untuk
Transportasi yang digunakan dalam
mengantar ke rumah sakit. Cara ini dapat
proses rujukan sesuai dengan penyamp-
mengatasi masalah kendaraan menuju ke
aian beberapa informan berikut ini:
rumah sakit.
”Transportasi ditawarkan pakai
Kesimpulannya transportasi yang
mobil yang biasanya merujuk milik
penduduk, mobil bidan atau mobil digunakan dalam proses rujukan dapat
milik pasien sendiri” (Bides A17,
menggunakan: kendaraan pribadi,
Oktober 2016)
kendaraan milik bidan, kendaraan milik
Jurnal Informasi Kesehatan Indonesia, Vol. 6, No. 1, 2020: 67-88

masyarakat, ambulan Desa, ambulan mau ke rumah sakit dia takut


dioperasi, takut pelayanannya di
Puskesmas/ Rumah Sakit.
rumah sakit itu tidak dilayani dengan
baik” (Bikor B16, Oktober 2016)
12. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
c. Pengambilan keputusan
Proses Rujukan
Pengambilan keputusan yang cepat
a. Biaya
akan mempercepat dan memperlancar
Dalam kegiatan rujukan factor yang
dilakukannya rujukan, terkadang keluarga
berpengaruh pertama adalah masalah
lambat untuk segera mengambil kepu-
pembiayaan, terutama bagi pasien yang
tusan karena beberapa alasan. Seperti
tidak memiliki BPJS. Hal ini sesuai
yang dikatakan oleh Informan berikut ini:
dengan yang disampaikan oleh beberapa
”Keputusan keluarga bekerjasama
informan berikut ini:
dengan petugas kesehatan. Begitu
“Penghambat terutama dari kelu- petugas bisa menyampaikan KIE
arga yaitu keluarga yang pertama untuk dirujuk dan keluarga
tentang masalah biaya, kalau menerima itu akan cepat prosesnya”
keluarga itu dibilangi kerumah sakit (Bikor B16, Oktober 2016)
itu akan keluar duit banyak...... Bila
dananya siap akan cepat” (Bikor
d. Rumah sakit yang dituju
B16, Oktober 2016).
Rumah sakit yang dituju juga sangat
Hal ini sesuai dengan Macintyre dan menentukan cepat tidaknya proses
Hotchkiss (1999), mengatakan bahwa, rujukan dilakukan. Apabila rumah sakit
faktor-faktor yang mempengaruhi rujukan yang dituju ada tempat dan segera
darurat dari tingkat pertama ke rujukan merespon telepon yang dilakukan oleh
tingkat kedua atau dari pemberi rujukan bidan maka rujukan akan segera dapat
ke penerima rujukan adalah diantaranya dilakukan. Tetapi bila rumah sakit tujuan
factor biaya. lambat merespon maka proses rujukan
juga akan terhambat. Seperti yang
b. Pasien disampaikan oleh informan berikut:
Pasien selaku individu yang dirujuk ”Yang mendukung: ........ ruang RS
(RS menerima) biaya ada. Yang
sangat menentukan untuk dilakukan
menghambat: ... ruangan RS
rujukan. Ada beberapa pasien yang sulit penuh.....” (Pasien H16,
November 2016)
atau tidak mau dirujuk dengan alasan
takut. Seperti yang disampaikan oleh
e. Transportasi
informan berikut ini:
Transportasi yang lancar akan
”Kadang juga dari pasiennya sendiri.
memperlancar proses rujukan yang
Pasien kadang-kadang tidak
langsung menerima dengan kondi-
sinya yang mesti dirujuk itu, dia tidak

p-ISSN: 2460-0334 e-ISSN: 2615-5516 85


Implementasi Sistem Rujukan Ibu Hamil (Wandi, 2020)

dilakukan. Seperti yang disampaikan oleh pelayanan dalam proses rujukan termasuk
informan berikut: kemampuan tenaga yang kurang terlatih.
“Yang mendukung: ..... kendaraan
untuk mengantar pasien tersedia.
g. Status Domisili Pasien
Akses jalan mudah dilewati,........
yang menghambat .... kendaraan Pasien yang mempunyai domisili yang
tidak tersedia, akses jalan sulit
jelas dan memiliki surat surat yang
dilewati” (Bidan I16, November
2016). dibutuhkan seperti KTP dan KK akan
mempercepat proses rujukan. Sering
Hal ini sesuai dengan Macintyre dan
ditemui pasien yang tidak pernah
Hotchkiss (1999), mengatakan bahwa
melakukan pemeriksaan kehamilan,
adanya asuransi kesehatan dan keterse-
kemudian tiba-tiba datang lalu ada
diaan biaya transportasi dapat membantu
masalah, tentunya hal ini menjadi
masyarakat dalam melakukan rujukan.
kesulitan tersendiri. Apalagi jika pasien
tidak memiliki biaya dan surat/ persya-
f. Kompetensi tenaga bidan yang
ratan tidak lengkap. Hal ini sesuai yang
merujuk
disampaikan oleh informan berikut ini:
Kompetensi tenaga bidan yang
” Penghambat:.... Ada juga
merujuk sangat menentukan kelancaran
pendatang yang tidak ANC begitu
rujukan yang dilakukan. Bila bidan datang ada masalah” (Kapus
A16, September 2016).
kompeten maka akan cepat menentukan
diagnosis sehingga rujukan dapat segera ” Faktor Penghambat....Status
domisili keluarga yang belum
dilakukan. Hal ini sesuai dengan yang
jelas” (Bikor A16, Oktober
disampaikan oleh informan berikut: 2016).
“Yang mendorong .... berikutnya
adalah kompetensi petugas kese- h. Mitos/ Kepercayaan Masyarakat
hatan, tenaga bidan. Kebetulan
Pada masyarakat Kecamatan Dam-
disini sudah dilatih dan ber-
sertifikat APN semua” (Bikor B16, pit ada suatu mitos/kepercayaan yang
Oktober 2016”
masih dipercaya oleh masyarakat yaitu
mitos ”sangat”, yaitu suatu kepercayaan
Hal ini seiring dengan Macintyre
bahwa setiap bayi itu mempunyai waktu
dan Hotchkiss (1999) mengatakan bahwa
(jam) tersendiri untuk kelahirannya,
rujukan antara pelayanan tingkat dasar
sehingga apa bila belum sangatnya/
(Puskesmas) dan pelayanan tingkat kedua
waktunya maka bayi itu tidak akan bisa
(RS) pada sistem pelayanan kesehatan
lahir. Sekalipun bidan sudah menentukan
begitu kompleks. Masalah dalam proses
untuk dirujuk kalau sangatnya belum
rujukan meliputi kurangnya kualitas
tiba maka pasien/ keluarga masih tidak
Jurnal Informasi Kesehatan Indonesia, Vol. 6, No. 1, 2020: 67-88

mau untuk dilakukan rujukan. Tetapi Biaya menggunakan asuransi atau


bila sangat telah tiba tetapi bayi tidak membayar tunai sedangkan biaya
lahir, baru pasien/ keluarga mau untuk transportasi ditanggung oleh jampersal. 2)
dirujuk. Kepercayaan ini biasanya Faktor-faktor yang mempengaruhi proses
sebagai salah satu sebab keterlambatan rujukan meliputi: biaya, pasien,
dalam melaksanakan rujukan. pengambilan keputusan, rumah sakit yang
dituju, transportasi, kompetensi bidan,
PENUTUP status domisili pasien dan mitos
Dari hasil penelitian dan pemba- /kepercayaan masyarakat.
hasan dapat diambil suatu kesimpulan Saran bagi Puskesmas dan Polindes
sebagai berikut: adalah agar menyusun SOP rujukan yang
1) Jumlah rujukan dari Polindes dalam khusus berlaku untuk Polindes atau
satu tahun cukup banyak, SOP sudah Puskesmas Pembantu, melengkapi SOP
tersedia, institusi pelayanan yang menjadi dengan bagan alur, mensosialisasikan
tujuan rujukan adalah Puskesmas/Rumah bagan alur rujukan berupa poster.
Sakit dan dokter spesialis. Kasus yang Memberi penyuluhan kepada masyarakat
dirujuk mengacu pada standar penapisan tentang mitos yang salah tentang
18 indikasi rujukan ibu bersalin. kesehatan dan meningkatkan kompetensi
Perlengkapan yang dibawa bidan adalah bidan yang masih kurang kompeten
set alat dan obat Jalur rujukan dari dengan pelatihan.
polindes ke Puskesmas, ke Rumah sakit,
ke dokter spsesialis, ke Puskesmas lalu ke
DAFTAR PUSTAKA
rumah sakit. Pendamping pada saat
Ambarwati, E. R.; Rismintari, S. (2009).
dirujuk adalah bidan, keluarga dan sopir.
Asuhan kebidanan Komunitas
Sebelum dirujuk bidan memberi Keb; Nuha Medika: Yogjakarta.
stabilisasi. Persiapan yang dibawa adalah
Bogdan, H.R & Biklen, S.K. 1992.
perlengkapan ibu, perlengkapan bayi, Qualitative Research For
Education: An Introduction to
uang dan syarat-syarat administrasi. Alat
Theory and Methods. New York:
transportasi menggunakan kendaraan The Macmilian Publishing
Company.
milik pribadi, milik bidan, ambulan desa,
ambulan Puskesmas, ambulan Rumah Depkes RI. 2000. Standar Pelayanan
Kebidanan; Depkes RI: Jakarta.
Sakit yang dituju. Dokumentasi rujukan
meliputi rekam rujukan, resume pasien, IBI. 2006. Standar Kompetensi
Kebidanan; Depkes RI: Jakarta.
bukti pelayanan ambulan, surat rujukan,
SPPD, Inform consent, lembar partograf.

p-ISSN: 2460-0334 e-ISSN: 2615-5516 87


Implementasi Sistem Rujukan Ibu Hamil (Wandi, 2020)

JNPKKR. 2013. Buku Acuhan : Asuhan


Persalinan Normal; JNPKKR: Moleong, L. J. 2010.Metodologi
Jakarta. Penelitian Kualitatif; Cetakan
Keduapuluhtujuh ed.; PT. Remaja
JNPKKR (2008). Paket Pelatihan Rosdakarya: Bandung.
Pelayanan Obstetri dan Neonatal
Emergensi Dasar (PONED); Murray, S. F.; Pearson, S. C. 2006.
Depkes RI: Jakarta Maternity Refferal System In
Developing Countries : Current
Hamlin, C.2004.Preventing Fistula: Knowlwdgw And Future Research
Transport's Role In empowering Needs. Sos Sci Med, 62 (9), 2205-
Communities For Health In 2215.
Ethiopia . Trop Med Int health, 5
(11), 526-531. Saifuddin, A. B. 2011. Buku Panduan
Macintyre, K.; Hotchkiss, R. D.1999. Praktis Pelayanan Kesehatan
Referral Revisited: Community Maternal Dan Neonatal. YBPSB:
Financing Schemes And Emer- Jakara.
gency Transport In Rural Africa.
Soc Sci Med, Vol. 49 (11), 1473- Sugiono Metodologi Penelitian Kuanti-
1487. tatif Kualitatif dan R & D.
ALFABETA: Bandung, 2008.
Manuaba, I. G. 2001. Kapita selekta
Penatalaksanaan Rutin Obstetric Syafrudin; Hamidah (2009). Kebidanan
Ginekologi dan Keluarga Beren- Komunitas; Cetakan I ed.; EGC:
cana; Edisi 1 ed.; EGC: Jakarta. Jakarta

Miles, M.B & Huberman, A.M. 1994. Zuriah Nurul. 2006. Metodologi
Qualitative Data Analysis. Second Penelitian Sosial Dan Pendidikan.
Edition. California: SAGE Jakarta: Bumi Aksara.
Publications.

You might also like