You are on page 1of 18

Jurnal Power Plant ISSN No :2356-1513

Sistem Pengolahan Air Limbah Pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) : Studi Kasus
PLTU Muara Karang

Sahlan
Jurusan D3 Teknik Mesin, Sekolah Tinggi Teknik – PLN
Email : sahlan@gmail.com

Abdul Razak
Jurusan D3 Teknik Mesin, Sekolah Tinggi Teknik – PLN

Abstract
Center Steam Power (power plant) is a system of several generating units that rely on mechanical
energy from the steam to generate electricity. One type of waste generated by the activities of Steam
Power (power plant) is a liquid waste. Power Plant is one of the Thermal Power Plant which
contributes removable waste water into the surrounding environment. Waste water originating from a
variety of operational activities in the area of the power plant when released into the environment
without prior treatment can harm organisms that live around and through the food chain can also be
harmful to human health because it generally contains a substance or substances that are potentially
harmful. Based on this, the facility power plant waste water treatment system is a very important part
of the system of Thermal Power Plant. This research was conducted at the facility Wastewater
Treatment System / Waste Water Treatment Plant (WWTP) Muara Karang power plant. The research
aims to study the WWTP plant process including the technology and materials used in processing and
also compare the data output / results of initial processed WWTP design (2003) with the actual
(2011). The results are expected to be used to determine the extent of conformity between the levels of
contaminants are released into the environment with the quality standards recommended by the
Government. The method used in this research is the field surveys and interviews, as well as data
analysis by descriptive analytic. The results showed that the output of the WWTP plant Muara Karang
meet quality standards, ie BOD5 3 mg / l, Chromium total 0 mg / l, Copper 0.05 mg / l, Iron 0.16 mg /
l, Zinc 0.16 mg / l , pH 7.32, Oils and Fats 0.668 mg / l. Efficiency of processed products for the Iron
is 87.2%, Zinc 46.67%, 21.41% Oils and Fats. Based on these data it can be seen that the process of
wastewater treatment systems Muara Karang power plant includes five stages, namely the
pretreatment, primary treatment, secondary treatment, tertiary treatment and sludge treatment. The
performance of several components of the WWTP is less efficient due to have a lot of damage. Quality
of output / processed WWTP Muara Karang power plant still operates properly, meet the quality
standard of waste water issued by the government and safe for discharge into water bodies / sea.

Keywords: wastewater, wastewater treatment systems, Muara Karang power plan

1. PENDAHULUAN
bersih yang digunakannya. Terkait hal tersebut
Salah satu bagian penting dari Sistem suatu pembangkit listrik thermal harus
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) adalah menerapkan prinsip pengendalian limbah secara
Sistem Pengolahan Air Limbah (Waste Water cermat dan terpadu baik di dalam proses
Treatment Plant) oleh sebab itu karakteristiknya produksi (in-pipe pollution prevention) maupun
perlu dipelajari secara seksama. Seperti setelah proses produksi (end-pipe pollution
diketahui, air limbah PLTU umumnya prevention). Pengendalian dalam proses produksi
mengandung bahan atau zat yang dapat bertujuan untuk meminimalkan volume limbah
membahayakan bagi kesehatan manusia serta yang ditimbulkan dan konsentrasi serta toksisitas
berpotensi menggangu lingkungan hidup apabila kontaminannya, sedangkan pengendalian setelah
terlepas ke lingkungan tanpa pengolahan terlebih proses produksi dimaksudkan untuk menurunkan
dahulu. Volume air limbah yang dihasilkannya konsentrasi kontaminan agar pada akhirnya air
dan dibuang ke lingkungan perairan sekitarnya tersebut memenuhi baku mutu yang sudah
relatif cukup banyak, yaitu hampir 80% dari air ditetapkan oleh pemerintah. Untuk maksud

61
Jurnal Power Plant ISSN No :2356-1513

tersebut Pemerintah telah mengeluarkan dihasilkan residu terlarut dalam air limbahnya
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup yang selanjutnya diolah di dalam Waste Water
No. 08 Tahun 2009 tentang baku mutu air Treatment agar memenuhi baku mutu air limbah
limbah untuk kegiatan Pembangkit Listrik yang telah ditetapkan oleh Pemerintah agar aman
Tenaga Termal dan Peraturan Pemerintah No. 82 dibuang ke lingkungan perairan di sekitarnya.
Tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan
pengendalian pencemaran air. Seperti diketahui, PLTU Muara Karang
merupakan salah satu industri modern berskala
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) adalah besar karena menghasilkan produk listrik dengan
pembangkit yang mengandalkan energi daya cukup besar. Selain memberikan pengaruh
mekanis dari uap untuk menghasilkan energi cukup signifikan terhadap lingkungan hidup
listrik. Dalam PLTU, energi primer yang perairan, air limbah dari PLTU dimungkinkan
dikonversikan menjadi energi listrik adalah dapat berpengaruh terhadap keseimbangan alam,
bahan bakar. Bahan bakar yang digunakan dapat seperti pencemaran lingkungan. Makin besar
berupa batubara (padat), minyak (cair), atau gas. daya listrik yang terpasang dalam suatu unit
Ada kalanya PLTU menggunakan kombinasi pembangkit, makin besar pula limbah yang
beberapa macam bahan bakar. dihasilkan, serta makin luas pula perairan yang
tercemar.
Konversi energi tingkat pertama yang
berlangsung dalam PLTU adalah konversi energi 2. KAJIAN LITERATUR
primer menjadi energi panas (kalor). Hal ini
dilakukan dalam ruang bakar dari ketel uap Proses Konversi Energi
PLTU. Energi panas ini kemudian dipindahkan Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU) adalah suatu
ke dalam air yang ada dalam pipa ketel untuk sistem dari beberapa unit pembangkit yang
menghasilkan uap yang dikumpulkan dalam mengandalkan energi mekanis dari uap untuk
drum dari ketel. Uap dari drum ketel dialirkan ke menghasilkan energi listrik. Dalam PLTU,
turbin uap. Dalam turbin uap, energi (enthalpy) energi primer yang dikonversikan menjadi energi
uap dikonversikan menjadi energi mekanis listrik adalah bahan bakar. Bahan bakar yang
penggerak generator, dan akhirnya energi digunakan dapat berupa batubara (padat),
mekanik dari turbin uap ini dikonversikan minyak (cair), atau gas. Ada kalanya PLTU
menjadi energi listrik oleh generator. menggunakan kombinasi beberapa macam bahan
bakar.
PLTU Muara Karang berlokasi di Teluk Jakarta
Utara, mempunyai 5 unit operasional Konversi energi tingkat pertama yang
pembangkit listrik, yaitu 3 unit berkapasitas 100 berlangsung dalam PLTU adalah konversi energi
MWe masing-masing dan 2 unit berkapasitas primer menjadi energi panas (kalor). Hal ini
masing-masing 200 MWe. Peralatan utamanya dilakukan dalam ruang bakar dari ketel uap
yaitu boiler, turbin, kondensor dan generator, PLTU. Energi panas ini kemudian dipindahkan
sedangkan peralatan pendukung diantaranya ke dalam air yang ada dalam pipa ketel untuk
yaitu instalasi sistem pengolahan air limbah. menghasilkan uap yang dikumpulkan dalam
Selama proses produksi digunakan sejumlah air drum dari ketel. Uap dari drum ketel dialirkan ke
tawar sebagai media kerja dan diperoleh dari turbin uap. Dalam turbin uap, energi (enthalpy)
hasil pengolahan air laut melalui peralatan water uap dikonversikan menjadi energi mekanis
treatment plant yang diharapkan air tersebut penggerak generator, dan akhirnya energi
memenuhi syarat untuk pengisian boiler. mekanik dari turbin uap ini dikonversikan
Selanjutnya air dialirkan ke boiler dan menjadi energi listrik oleh generator. Secara
dipanaskan menggunakan bahan bakar minyak skematis, proses tersebut di atas digambarkan
atau bakar batubara. Uap hasil produksi boiler oleh Gambar 1.
dialirkan ke turbin guna menghasilkan tenaga
mekanis untuk memutar generator dan Siklus Uap dan Air
menghasilkan tenaga listrik. Listrik dialirkan di Gambar 1. menggambarkan siklus uap dan air
kawasan Jakarta dan sekitarnya dengan sistem yang berlangsung dalam PLTU yang dayanya
interkoneksi Jawa, Madura dan Bali untuk relatif besar, di atas 200 MW. Untuk PLTU
kegiatan industri, rumahtangga dsb. Selama ukuran ini, umumnya memiliki pemanas ulang
proses produksi energi listrik tersebut akan dan pemanas awal serta mempunyai 3 turbin

62
Jurnal Power Plant ISSN No :2356-1513

yaitu turbin tekanan tinggi, turbin tekanan mengandung banyak energi panas karena tidak
menengah dan turbin tekanan rendah. Siklus semua energi panasnya dapat dipindahkan ke air
yang digambarkan oleh Gambar 2.1 telah yang ada dalam pipa air ketel. Gas buang yang
disederhanakan, yaitu bagian yang masih mempunyai suhu di atas 400°C ini
menggambarkan sirkuit pengolahan air untuk dimanfaatkan untuk memanasi (lihat Gambar 1) :
suplisi dihilangkan untuk penyederhanaan. a. Pemanas Lanjut (Super Heater)
Suplisi air ini diperlukan karena adanya Di dalam pemanas lanjut, mengalir uap dari
kebocoran uap pada sambungan-sambungan pipa drum ketel yang menuju ke turbin uap
uap dan adanya blowdown air dari drum ketel. tekanan tinggi. Uap yang mengalir dalam
pemanas lanjut ini mengalami kenaikan suhu
sehingga uap air ini semakin kering, oleh
karena adanya gas buang di sekeliling
pemanas lanjut.
b. Pemanas Ulang (Reheater)
Uap yang telah digunakan untuk
menggerakkan turbin tekanan tinggi,
sebelum menuju turbin tekanan menengah,
dialirkan kembali melalui pipa yang
dikelilingi oleh gas buang. Di sini uap akan
mengalami kenaikan suhu yang serupa
dengan pemanas lanjut.
c. Economizer
Air yang dipompakan ke dalam ketel,
Gambar 1. Prinsip kerja PLTU. terlebih dahulu dialirkan melalui economizer
agar mendapat pemanasan oleh gas buang.
Air dipompakan ke dalam drum dan selanjutnya Dengan demikian suhu air akan lebih tinggi
mengalir ke pipa-pipa air yang merupakan ketika masuk ke pipa air di dalam ruang
dinding yang mengelilingi ruang bakar ketel. Ke bakar yang selanjutnya akan mengurangi
dalam ruang bakar ketel disemprotkan bahan jumlah kalori yang diperlukan untuk
bakar dan udara pembakaran. Bahan bakar yang penguapan (lebih ekonomis).
dicampur udara ini dinyalakan dalam ruang d. Pemanas Udara
bakar sehingga terjadi pembakaran dalam ruang Udara yang akan dialirkan ke ruang
bakar. Pembakaran bahan bakar dalam ruang pembakaran yang digunakan untuk
bakar mengubah energi kimia yang terkandung membakar bahan bakar terlebih dahulu
dalam bahan bakar menjadi energi panas dialirkan melalui pemanas udara agar
(kalori). Energi panas hasil pembakaran ini mendapat pemanasan oleh gas buang
dipindahkan ke air yang ada dalam pipa air ketel sehingga suhu udara pembakaran naik yang
melalui proses radiasi, konduksi, dan konveksi. selanjutnya akan mempertinggi suhu nyala
pembakaran.
Untuk melaksanakan pembakaran diperlukan
Dengan menempatkan alat-alat tersebut di atas
oksigen yang diambil dari udara. Oleh karena
dalam saluran gas buang, maka energi panas
itu, diperlukan pasokan udara yang cukup ke
yang masih terkandung dalam gas buang dapat
dalam ruang bakar. Untuk keperluan memasok
dimanfaatkan semaksimal mungkin.
udara ke ruang bakar, ada kipas (ventilator)
tekan dan kipas isap yang dipasang masing-
Energi panas yang timbul dalam ruang
masing pada ujung masuk udara ke ruang bakar
pembakaran sebagai hasil pembakaran, setelah
dan pada ujung keluar udara dari ruang bakar
dipindahkan ke dalam air yang ada dalam pipa
(lihat Gambar 1).
air ketel, akan menaikkan suhu air dan
menghasilkan uap. Uap ini dikumpulkan dalam
Gas hasil pembakaran dalam ruang bakar setelah
drum ketel. Uap yang terkumpul dalam drum
diberi "kesempatan" memindahkan energi
ketel mempunyai tekanan dan suhu yang tinggi
panasnya ke air yang ada di dalam pipa air ketel,
di mana bisa mencapai sekitar 100 kg/cm2 dan
dialirkan melalui saluran pembuangan gas buang
530°C. Energi uap yang tersimpan dalam drum
untuk selanjutnya dibuang ke udara melalui
ketel dapat digunakan untuk mendorong atau
cerobong. Gas buang sisa pembakaran ini masih

63
Jurnal Power Plant ISSN No :2356-1513

memanasi sesuatu (uap ini mengandung


enthalpy). Drum ketel berisi air di bagian bawah
dan uap yang mengandung enthalpy di bagian
atas.

Uap dari drum ketel dialirkan ke turbin uap, dan


dalam turbin uap, energi (enthalpy) dari uap
dikonversikan menjadi energi mekanis
penggerak generator. Turbin pada PLTU besar,
di atas 150 MW, umumnya terdiri dari 3
kelompok, yaitu turbin tekanan tinggi, turbin Gambar 2A. Coal yard PLTU Suralaya 4 x 400
tekanan menengah, dan turbin tekanan rendah. MW dan 3 x 600 MW di Jawa Barat di mana
Uap dari drum ketel mula-mula dialirkan ke tampak conveyor pengangkut batu bara dan
turbin tekanan tinggi dengan terlebih dahulu cerobong.
melalui pemanas lanjut agar uapnya menjadi
kering. Setelah keluar dari turbin tekanan tinggi,
uap dialirkan ke pemanas ulang untuk menerima
energi panas dari gas buang sehingga suhunya
naik. Dari pemanas ulang, uap dialirkan ke
turbin tekanan menengah. Keluar dari turbin
tekanan menengah, uap langsung dialirkan ke
turbin tekanan rendah.

Dari turbin tekanan rendah, uap dialirkan ke


kondensor untuk diembunkan. Kondensor
memerlukan air pendingin untuk mengembunkan 2B 2C
uap yang keluar dari turbin tekanan rendah. Oleh Gambar 2B. Sistem pengolahan air limbah
karena itu, banyak PLTU dibangun di pantai, PT. PJB UP Muara Karang
karena dapat menggunakan air laut sebagai air
pendingin kondensor dalam jumlah yang besar. Gambar 2C. Ruang turbin PLTU Tanjung Jati
B 2 x 661 MW di Jepara-Jawa Tengah
Setelah air diembunkan dalam kondensor, air
kemudian dipompa ke tangki pengolah air.
Dalam tangki pengolah air ada penambahan air
untuk mengkompensasi kehilangan air yang
terjadi karena kebocoran. Dalam tangki pengolah
air, air diolah agar memenuhi mutu yang
diinginkan untuk air ketel. Dari tangki pengolah
air, air dipompa kembali ke ketel, tetapi terlebih
dahulu melalui economizer. Dalam economizer,
air mengambil energi panas dari gas buang 2D 2E
sehingga suhunya naik, kemudian baru mengalir Gambar 2D. Kondensor PLTU Tanjung Jati B 2
ke ketel uap. x 661 MW di Jepara-Jawa Tengah
Gambar-gambar 2A sampai dengan 2.2F adalah Gambar 2E. Feed water tank dengan deaerator
foto-foto dari berbagai bagian PLTU. tank PLTU Paiton Unit 8 di Jawa Timur

Siklus Termodinamika PLTU


Prinsip dasar dari sistem unit Pembangkit Listrik
Tenaga Uap berdasarkan pada ilmu
termodinamika, yaitu proses perubahan panas
menjadi uap. PLTU mengikuti sebuah proses
siklus (proses keliling) yang disebut siklus
Rankine. Siklus Rankine adalah siklus cair-uap,

64
Jurnal Power Plant ISSN No :2356-1513

yang merupakan dasar dari sistem pembangkit Masalah Lingkungan


tenaga uap. Skema sederhana dan siklus PLTU
Pembangunan PLTU dapat menimbulkan
adalah seperti berikut ini:
dampak positip maupun negatip. Dampak positip
dari pembangunan PLTU seperti misalnya:
peningkatan pendidikan, peningkatan kesehatan
masyarakat, peningkatan sarana transportasi dan
komunikasi, peningkatan taraf hidup masyarakat,
penyerapan tenaga kerja dan lain sebagainya.

Disamping itu pengoperasian PLTU juga


mempunyai dampak negatip berupa buangan
limbah yang berpotensi mencemari lingkungan.
Limbah yang dihasilkan dari pengoperasian
PLTU dapat dikategorikan dalam tiga jenis :

- Limbah cair :
Buangan regenerasi WTP, boiler blowdown,
airheater blowdown, desalination
blowdown, domestic waste water, hydrogen
Gambar 3. Skema sederhana siklus PLTU
plant, sistem air pendingin PLTU, minyak
dan pelumas.

- Limbah padat :
Abu sisa pembakaran batubara atau minyak,
debu (dust) batubara.

- Limbah gas :
Gas yang dihasilkan sebagai hasil sisa
pembakaran bahan bakar fossil : gas carbon
monoksida (CO), nitrogen dioksida (N0X),
Sulphur Dioksida (S02). Gas hidrogen dari
hydrogen plant.
Gambar 4. Diagram T-S siklus rankine ideal
Air Limbah
Siklus Rankine ideal terdiri dari:
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik
1. Proses kompresi isentropis yaitu pemompaan
Indonesia nomor 82 tahun 2001 tentang
air masuk ke dalam boiler (1-2). Disini
pengelolaan kualitas air dan pengendalian
tekanan bertambah tinggi dan suhu sedikit
pencemaran air, yang dimaksud dengan air
naik.
limbah adalah sisa dari suatu usaha dan atau
2. Proses pemberian kalor dengan tekanan yang
kegiatan yang berwujud cair.
konstan di dalam boiler yang menjadikan air
berubah menjadi uap panas lanjut (2-3).
Limbah cair bersumber dari pabrik yang
Disini volume bertambah besar, suhu
biasanya banyak menggunakan air dalam proses
bertambah tinggi dan entropi bertambah
produksinya. Di samping itu ada pula bahan
besar.
baku yang mengandung air sehingga dalam
3. Proses expansi isentropis/ adiabatis uap di
proses pengolahannya air tersebut harus dibuang,
dalam turbin (3-4) yang menjadikan turbin
mencuci suatu komponen dengan menambahkan
berputar guna memutar poros generator
bahan kimia tertentu. Semua jenis perlakuan ini
untuk menghasilkan listrik. Disini volume
mengakibatkan adanya air buangan. Pada
uap betambah besar, tekanan menurun, suhu
industri pembangkit listrik tenaga termal, air
menurun dan entropi konstan.
dipompa dari sumber (laut) kemudian dilewatkan
4. Proses pengembunan uap keluar turbin
pada bagian-bagian yang membutuhkan
menjadi air kembali di dalam kondensor
pendinginan (kondensor), untuk selanjutnya
pada tekanan yang konstan (4-1). Disini
dibuang. Oleh karena itu, pada saluran
suhu konstan dan volume mengecil.

65
Jurnal Power Plant ISSN No :2356-1513

pembuangan industri pembangkit tersebut 2. Limbah Buangan Dari Internal Water


terlihat air mengalir dalam volume yang cukup Treatment
besar. Limbah dari buangan air ketel perlu dipantau dan
diketahui nilai pH-nya, kandungan phospat, tidak
Air dari industri pembangkit membawa sejumlah boleh melebihi nilai ambang batas yang
padatan dan partikel, baik yang larut maupun diijinkan.
yang mengendap. Bahan ini ada yang kasar dan
ada yang halus. Seringkali air buangan industri Apabila terjadi deviasi pada air buangan, maka
pembangkit berwarna keruh dan bersuhu tinggi. segera dilakukan tindakan pencegahan (misalnya
Air limbah yang telah tercemar mempunyai ciri dengan mengurangi blowdown ketel dan lain
yang dapat diidentifikasikan secara visual dari sebagainya).
kekeruhan, warna, rasa, bau yang ditimbulkan
3. Limbah Air Pendingin Kondensor
dan indikasi lainnya. Sedangkan identifikasi
Untuk menekan perkembangan pertumbuhan
secara laboratorium ditandai dengan perubahan
biota laut yang dapat mengganggu proses
sifat kimia air. Mungkin air telah mengandung
perpindahan kalor di kondensor, maka pada sisi
B-3 dalam konsentrasi yang melampaui batas
masuk saluran air pendingin diinjeksikan larutan
yang dianjurkan.
cairan hypochlorite secara berkesinambungan.
Limbah Cair PLTU
Kadar hypochlorite yang terlalu berlebihan dapat
Limbah cair yang dihasilkan dari pengoperasian
merusak habitat microorganisme biota laut
PLTU dapat dikelompokkan menjadi:
sehingga dapat .mengganggu ekosistem.
1. Limbah Cair Dari External Treatment
Apabila kadar hypochlorite di dalam air
➢ Limbah buangan Water Treatment Plant pendingin melebihi batas yang disyaratkan (> 0,1
Limbah hasil sisa regenerasi Water Treatment ppm), maka perlu dilakukan koreksi pada
Plant dapat bersifat asam (pH < 7) ataupun basa hypochlorite generator dengan cara mengecilkan
(pH > 7) tergantung dari banyaknya buangan arus elektrolysis.
pencucian sisa regenerasi WTP. Cara mengatasi
hal ini yaitu dengan proses netralisasi, sebagai Limbah bahang (air panas) juga dapat dihasilkan
berikut : dari air pendingin apabila panas yang dibuang
dari uap bekas turbin diserap oleh air pendingin.
Pada posisi permukaan tertentu air sisa buangan Dalam masa rancang bangun PLTU telah
cucian regenerasi di dalam bak penetral dipikirkan tentang kemungkinan panas tersebut,
disirkulasikan dengan pompa penetral (start sehingga untuk menanggulanginya saluran air
secara manual). Tergantung dari pembacaan pendingin (kanal) dibuat sepanjang 1.300 m agar
sensor saat itu, apabila pH menunjukkan asam memberi kesempatan penurunan suhu air
(pH < 7), maka larutan basa dari katup tangki pendingin dan suhu air laut dapat ditekan
harian kaustik soda (NaOH) akan membuka dan serendah mungkin ( < 2 C).
menetralkan air buangan demikian sebaliknya
4. Limbah Domestik (Sewage Treatment)
dengan larutan asam dari tangki harian asam
Limbah domestik berasal dari buangan domestik
HCl. Apabila pH telah memenuhi syarat baku
gedung sentral dan gedung administrasi.
mutu air buangan (7-9), air buangan dibuang ke
Sebelum disalurkan ke bak digestion
luar ke saluran pembuangan.
(penghancur) terlebih dahulu ditampung di
➢ Limbah buangan desalination plant bak penampungan. Dari bak penampungan
Brine dari pompa blowdown secara periodik dipompa ke bak penghancur. Di dalam bak
dipantau nilai pH, suhu dan kandungan penghancur, air buangan diaduk dengan udara
phospatnya (apabila memakai poly-phospat blower agar sisa buangan teroksidir dan
injection system). Apabila terdapat deviasi mengendap serta bakteri aerob dapat hidup tanpa
dilakukan tindakan-tindakan koreksi agar air terjadi pembusukan.
buangan tidak melebihi nilai ambang batas.
Untuk menghapus bakteri phatogen yang dapat
menyebabkan penyakit (coli) air buangan
diinjeksi dengan larutan sodium hypochlorite.
Sebagai parameter pengukuran hasil treatment

66
Jurnal Power Plant ISSN No :2356-1513

adalah : kadar sisa Cl2 dan BOD-5 yang Tabel 1. Baku Mutu Air Limbah Pembangkit
terkandung di dalam air buangan domestik. Tenaga Listrik Thermal Sumber Utama
A. Sumber Proses Utama
Apabila melebihi nilai ambang batas, maka perlu No Parameter Satuan Kadar
dilakukan koreksi untuk memperbaiki kondisi Maksimum
treatment (misalnya dengan memperpanjang 1 pH - 6-9
pengadukan atau menambah larutan 2 TSS mg/L 100
desinfectant). 3 Minyak dan mg/L 10
Lemak
4 Klorin Bebas mg/L 0,5
5. Limbah Dari Proses Hydrogen Plant (Cl2) (Bila
Setiap penggantian larutan elektrolit KOH dialirkan ke
sebelum dibuang ke saluran pembuangan, perlu WWTP)
dinetralkan terlebih dahulu dengan larutan asam. 5 Kromium Total mg/L 0,5
(Cr)
6. Limbah Bahan Bakar Minyak Dan Pelumas 6 Tembaga (Cu) mg/L 1
Limbah minyak umumnya berasal dari ceceran 7 Besi (Fe) mg/L 3
pencucian peralatan dengan bahan pencuci 8 Seng (Zn) mg/L 1
minyak atau ceceran dari burner gun yang 9 Phosphat (PO43-) mg/L 10
masuk ke saluran drain gedung sentral. (Bila ada injeksi)
B. Sumber Blowdown Boiler (Bila tidak dialirkan
Air buangan (drain) dari gedung sentral sebelum ke WWTP)
dibuang ke saluran pembuangan ditampung 10 pH - 6-9
terlebih dahulu di dalam oil separator. Minyak 11 Tembaga (Cu) mg/L 1
12 Besi (Fe) mg/L 3
dan pelumas yang lebih ringan dari air akan
C. Sumber Blowdown Cooling Tower (Bila tidak
mengalir lewat luberan ke dalam bak khusus, dialirkan ke WWTP)
sedangkan air yang bebas minyak dibuang dan 13 pH - 6-9
disalurkan ke saluran pembuangan. Minyak atau 14 Klorin Bebas mg/L 1
pelumas yang tertampung di dalam bak khusus (Cl2)
dikumpulkan dan dipindahkan secara manual ke 15 Seng (Zn) mg/L 1
oil recovery pit. Dari oil recovery pit dipompa ke 16 Phosphat (PO43-) mg/L 10
bunker disatukan dengan bahan bakar MFO
(Marine Fuel Oil). Tabel 2. Baku Mutu Air Limbah Pembangkit
Tenaga Listrik Thermal Sumber Utama
(lanjutan)
Baku Mutu Air Limbah PLTU D. Sumber Demineralisasi/ WTP (Bila tidak
Berdasarkan peraturan Menteri Negara dialirkan ke WWTP)
Lingkungan Hidup nomor 08 tahun 2009 tentang 17 pH - 6-9
baku mutu air limbah bagi usaha dan/atau 18 TSS mg/L 100
kegiatan pembangkit listrik tenaga termal, yang
dimaksud dengan baku mutu air limbah adalah Pengelolaan Limbah
ukuran batas atau kadar unsur pencemar dan/atau Limbah harus diolah terlebih dahulu sebelum
jumlah unsur pencemar yang ditenggang dibuang jika mengandung pencemar yang
keberadaannya dalam air limbah yang akan mengakibatkan rusaknya lingkungan, atau paling
dibuang atau dilepas ke dalam sumber air dari tidak berpotensi menciptakan pencemaran. Suatu
suatu usaha dan/atau kegiatan. Usaha dan/atau prakiraan harus dibuat terlebih dahulu dengan
kegiatan pembangkit listrik tenaga termal adalah mengidentifikasi sumber pencemaran, fungsi dan
usaha dan/atau kegiatan yang menggunakan jenis bahan, sistem pengolahan, kuantitas dan
bahan bakar baik padat, cair, dan gas maupun jenis buangan, serta fungsi B-3 dalam proses.
campuran serta menggunakan uap panas bumi Dengan mengacu pada prakiraan tersebut
untuk menghasilkan tenaga listrik. program pengendalian dan penanggulangan
pencemaran kemudian dibuat. Limbah, baik
Berikut ini baku mutu yang telah ditetapkan dalam jumlah besar maupun kecil, dalam jangka
Menteri Lingkungan Hidup kepada industri panjang ataupun pendek akan mengakibatkan
Pembangkit Tenaga Listrik Thermal. terjadinya perubahan pada lingkungan.

67
Jurnal Power Plant ISSN No :2356-1513

Meskipun kebanyakan limbah perlu diolah 3. METODE PENELITIAN


sebelum dibuang, namun tidak selamanya
limbah harus diolah terlebih dahulu sebelum Pada penelitian ini digunakan metode deskriptif
dibuang ke lingkungan. Ada limbah yang dapat dan data yang diperoleh merupakan data
langsung dibuang tanpa pengolahan terlebih sekunder dari PLTU Muara Karang baik dari
dahulu, ada limbah yang setelah diolah dapat wawancara langsung dengan para operator/
dimanfaatkan kembali. Mekanisme pengolahan teknisi sistem pengolahan air limbah di PLTU
limbah dapat dilihat pada Gambar 5. Muara Karang maupun dari berbagai literatur
terkait dengan materi penelitian. Selanjutnya
Limbah diolah dengan tujuan untuk mengambil dikonsultasikan dengan pembimbing skripsi di
bahan-bahan berbahaya di dalamnya dan atau STT-PLN.
mengurangi/menghilangkan senyawa-senyawa
kimia maupun non-kimia yang berbahaya dan Lokasi dan Waktu Penelitian
beracun. Pengolahan limbah berhubungan erat Penelitian dilakukan di PLTU Muara Karang,
dengan sistem produksi pabrik. Ada pabrik yang Jakarta Utara, dan dilakukan pada bulan
telah menggunakan peralatan dengan kadar September 2011 sampai dengan Februari 2012.
buangan rendah sehingga buangan yang
dihasilkan tidak membutuhkan pengolahan. Tata Kerja
Pabrik semacam ini biasanya sudah merancang Pada penelitian dilakukan pengumpulan data,
sistem pengendalian pencemarannya pada saat pengolahan data dan analisis data. Pengumpulan
pembangunannya. data meliputi data (i) sumber-sumber air limbah
yang ada di lokasi penelitian, (ii) model diagram
Limbah membutuhkan penanganan awal dan alir sistem pengolahan air limbah, (iii) proses
kemudian diolah lebih lanjut. Pengolahan awal pengolahan air limbah, (iv) spesifikasi sistem
tersebut akan ikut menentukan pengolahan pengolahan air limbah dari PLTU Muara
selanjutnya sehingga kesalahan dalam metode Karang, (v) kualitas air olahannya.
penanganan awal akan berpengaruh terhadap
pengolahan selanjutnya. Untuk menetapkan Pengolahan data dimaksudkan untuk
metode yang akan digunakan, kondisi limbah memperoleh data: (i) teknologi/peralatan dan
sudah harus diketahui sebelumnya. Parameter bahan kimia yang digunakan dalam sistem
limbah yang memiliki potensi untuk mencemari pengolahan air limbah, (ii) proses biologi, fisika
lingkungan harus ditetapkan. dan kimia yang diperlukan dalam sistem
pengolahan air limbah. Teknologi
Dengan mengetahui jenis-jenis parameter di mendiskripsikan jenis peralatan dan spesifikasi
dalam limbah, maka dapat ditetapkan metode peralatan, termasuk bahan-bahan kimia yang
pengolahan dan jenis peralatan yang akan digunakan dalam pengolahan air limbah. Proses
digunakan. biologi meliputi proses pemecahan zat organik
menggunakan penambahan mikroorganisme
BAHAN BAKU
aerob atau anaerob yang sesuai dengan
Sumber Daya Lingkungan
kebutuhan. Proses fisik meliputi penyaringan,
pemisahan, aerasi dan pengadukan. Sedangkan
INDUSTRI
proses kimia meliputi pengaturan pH, oksidasi,
Produk
Produk
penambahan koagulan, penambahan flokulan,
Limbah Beracun & Berbahaya
Konsumen
Konsumen penetralan dan pengecekan pH air.
Pengolahan
Analisis data dimaksudkan untuk memperoleh
Daur-ulang Pembuangan Limbah
Limbah data: (i) karakteristik kimia air limbah yang
belum diolah (input) dan sudah diolah (output)
Produk
Pengolahan
dari instalasi pengolahan air limbah, (ii) hasil
Pengolahan
olahan air limbah desain awal dan aktual.
Konsumen Limbah Selanjutnya data kimia air limbah PLTU yang
Pembangunan
Pembangunan
Memenuhi
memenuhisyarat
syarat
“belum diolah (input)” dibandingkan dengan
yang “sudah diolah (output)”. Nilai kemasaman
Gambar 5. Mekanisme pengolahan limbah (pH) dihitung berdasarkan konsentrasi ion

68
Jurnal Power Plant ISSN No :2356-1513

Hidrogen yang terkandung di dalam (output) air limbahnya bersifat asam dengan nilai pH
limbah menggunakan rumus : berkisar antara 2 dan 4. Air limbah dari boiler
merupakan produk dari proses blowdown boiler
yaitu proses pembilasan pada komponen bagian
dalam boiler dengan maksud untuk menjaga
Perbandingan (input) dengan (output) dihitung tingkat maksimum dari padatan terlarut dan
berdasarkan nilai efisiensinya menggunakan terendap pada tingkat yang diizinkan.
rumus: Karakteristik air limbahnya bersifat asam dengan
kandungan pH berkisar antara 4 dan 6. Air
limbah dari pendingin kondensor merupakan
limbah dengan karakteristik temperatur relatif
Analisis data hasil olahan (output) air limbah panas dan mengandung unsur klorin. Limbah
pada desain awal (tahun 2003) dibandingkan pendingin kondensor diolah secara terpisah di
dengan data aktual (tahun 2011) dimaksudkan luar waste water treatment plant dengan cara
untuk mengetahui sejauh mana sistem dialirkan ke sebuah saluran yang mempunyai
pengolahan air limbah masih layak beroperasi panjang tertentu. Limbah bahan bakar minyak
sesuai fungsi yang telah ditetapkan pada saat dan pelumas dari PLTU Muara Karang
desain awal sehingga dapat diketahui kinerja merupakan sisa-sisa kebocoran dari beberapa
masing-masing komponen, serta tepat tidaknya komponen operasional PLTU. Limbah ini
teknologi yang digunakan. Seperti diketahui, langsung dialirkan ke selokan sekitar PLTU
mesin dan komponennya mempunyai yang bermuara ke bak penampungan akhir
keterbatasan usia pakai. Tahap berikutnya adalah (sumpit).
membandingkan data air limbah yang “sudah
diolah (output)” dengan baku mutu air limbah Sistem Pengolahan Air Limbah PLTU Muara
PLTU yang ditetapkan oleh pemerintah sesuai Karang
dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No Di dalam sistem pengolahan air limbah PLTU
8 Tahun 2009. Muara Karang terdapat sistem saluran keluar
(Outline System) dan komponennya. Sistem
4. ANALISA DAN PEMBAHASAN Saluran Keluar (Outline System) terdiri dari: (i)
Main line process untuk mengolah limbah cair,
Sumber-Sumber Air Limbah dari PLTU (ii) Main line process untuk mengolah lumpur
Muara Karang (sludge), (iii) Chemical storage & Dosing
Data yang diperoleh dari PLTU Muara Karang System, (iv) Oil return process. Spesifikasi
menunjukkan bahwa terdapat enam (6) sumber komponennya adalah sebagai berikut: Screen
air limbah yang ada di PLTU Muara Karang, Tank WWTP berukuran lubang 10, 6, dan 3 mm
yaitu air limbah yang berasal dari (i) Water dimaksudkan untuk menyaring sampah yang
Treatment Plant, (ii) laboratorium, (iii) masuk menuju sumpit. Oil Floatation adalah
pencucian air heater, (iv) boiler, (v) pendingin kolam untuk memisahkan oli/ minyak dengan
kondensor, dan (vi) limbah bahan bakar minyak air, serta berfungsi juga dalam proses
dan pelumas. pengendapan lumpur. Komponen ini terdiri dari
1 unit motor gear box, scraper dan talang oli.
Water Treatment Plant merupakan proses Tangki Oli (Oil Tank) adalah tangki oli/ minyak
Regenerasi Demin yaitu kelompok air limbah yang dilengkapi dengan 2 unit pompa oli/
yang berasal dari proses pemeliharaan Water minyak untuk menampung residu yang telah
Treatment Plant PLTU Muara Karang. terpisah dari air oleh oil floatation. Water Waste
Karakteristik air limbah dari sumber tersebut Storage Ponds (WWSP) adalah kolam aerasi
bersifat asam dengan pH kurang dari 5. Air yang dilengkapi dengan 2 unit pompa aerasi dan
Limbah dari laboratorium merupakan hasil 36 unit diffuser. Kolam tersebut untuk
pencucian peralatan bahan kimia sebagai menampung air limbah dari oil floatation apabila
pendukung penelitian operasional PLTU. terjadi peak flow serta sebagai kolam penampung
Karakteristik dari air limbahnya relatif beragam yang berfungsi menguapkan kontaminan minyak
(asam maupun basa). Air limbah dari dan padatan terlarut yang telah bercampur
pencucian air heater merupakan buangan dari dengan air. Blower WWTP berfungsi memompa
proses pemeliharaan komponen pendukung udara ke dalam WWSP melalui diffuser serta
PLTU Muara Karang. Karakteristik air untuk menurunkan konsentrasi BOD, COD dan

69
Jurnal Power Plant ISSN No :2356-1513

menguapkan kandungan minyak dan padatan mengalirkan larutan bahan kimia HCl dan NaOH
yang terlarut dalam air. Kolam Oksidasi ke dalam kolam oksidasi dan Neutralizing pit.
(Oxidation Pit) dilengkapi dengan 1 unit mixer Sistem pengaliran bahan kimia tersebut
dan 1 unit pH control berfungsi untuk dikendalikan oleh pH control. Ruang Kontrol
menetralkan air limbah dengan mengatur pH air (Control Room) terdiri dari panel kontrol, meja
yang akan masuk ke Coagulant tank/ Floculant kontrol, display control, pH control, 2 buah
tank agar nilai pH mencapai antara 6,5 dan 8,5 chemical tank dan 2 unit dosing pump, berfungsi
(optimum pH = 7). Kolam Coagulant dilengkapi mengontrol sistem operasi WWTP dengan
dengan 1 unit mixer dan outlet coagulant melihat mimic board (display control) guna
berfungsi untuk mempersatukan unsur koloid memastikan jalannya air yang terdapat di dalam
dalam air, sehingga terjadi proses penggumpalan pipa,, kinerja dari beberapa komponen WWTP,
(koagulasi). Kolam Floculant dilengkapi dengan serta pengecekan nilai pH air limbah pada
1 unit mixer dan outlet floculant berfungsi untuk indikator pH. Panel Kontrol terdiri dari
mempersatukan unsur hasil koagulasi dalam air, emergency stop, MCCB dan MCB, berfungsi
sehingga menjadi gumpalan yang lebih besar. untuk menghidupkan dan mematikan seluruh
Kolam Clarifier dilengkapi dengan 1 unit motor sistem WWTP. Meja kontrol mengoperasikan
scraper clarifier dan scraper clarifier befungsi setiap unit peralatan WWTP secara manual dan
sebagai kolam pengendap sludge (lumpur). otomatis, terdiri dari tombol kontrol, monitor
Neutralizing Pit terdiri dari 1 unit mixer, pH komputer dan emergency stop. Display Control
control dan kolam neutralizing pit berfungsi terdapat di dalam ruang kontrol, terdiri dari
sebagai sebagai kolam penampung air limbah lampu indikator ‘on/ off’ unit peralatan dan
yang sudah dilakukan proses pengendapan lampu indikator aliran air, berfungsi untuk
lumpur dan proses penetralan nilai pH (pH 6,5 – memantau aliran air di dalam pipa dan
8,5). Kolam Clear Pit berfungsi sebagai kolam memantau operasi peralatan dari masing-masing
untuk menampung air limbah dari neutralizing komponen WWTP. pH Control terdiri dari pH
pit yang telah mempunyai kondisi netral. Sand control Oxidation Pit, pH control Neutralizing
Filter terdiri dari 2 tangki sand filter yang Pit dan pH control Clear Pit, berfungsi untuk
dilengkapi dengan 3 unit filter pump dan mengontrol pH air pada kolam oksidasi, kolam
pressure gauge befungsi untuk menyaring air netralisasi dan kolam bersih. Unit pH control
limbah dari clear pit menuju effluent agar lebih akan memerintahkan penambahan asam atau
bersih. Effluent Tank berfungsi sebagai kolam basa pada kolam oksidasi dan netralisasi. Tangki
untuk menampung air limbah dari sand filter Bahan Kimia (Chemical Tank) terdiri dari tangki
terdiri dari kolam effluent dan saluran pipa PAC dan tangki polimer beserta unit mixer di
pembuangan ke laut. Air limbah yang ditampung setiap tangki, berfungsi untuk menampung dan
dalam kolam tersebut dikontrol sebelum dibuang mengaduk bahan kima PAC dan polimer. Pompa
ke laut. Kolam Thickener yang dilengkapi Dosing (Dosing Pump) berfungsi untuk
dengan 1 unit motor scraper thickener, scraper mengalirkan bahan kimia PAC/ polimer dari
thickener dan 2 unit return sludge pump chemical tank ke coagulant/ floculant.
berfungsi menampung sludge dari oil floatation,
dan clarifier serta sebagai kolam penampung Proses Pengolahan Air Limbah dan
untuk mengendapkan sludge. Bak Thickener Komponennya
dilengkapi dengan 2 unit pompa thickener, pipa Proses pengolahan air limbah pada WWTP
outlet menuju WWSP dan pipa inlet yang berasal PLTU Muara Karang melalui 5 tahapan, yaitu
dari thickener dan buangan back wash dari sand pretreatment, primary treatment, secondary
filter berfungsi untuk menampung air limbah treatment, tertiary treatment dan pengolahan
dari thickener dan buangan back wash dari sand lumpur. Proses pretreatment merupakan
filter. Filter Press mempunyai 2 unit filter press perlakuan pendahuluan yang meliputi
pump yang dilengkapi dengan unit pressure penyaringan kasar. Proses primary treatment
gauge dan manual hydrolik berfungsi untuk merupakan penyisihan partikel kasar
menyaring sludge yang selanjutnya dikumpulkan mengendap, mengapung dan minyak/ oli/ lemak
dan dimasukkan ke dalam karung. Chemical secara proses fisika. Proses secondary treatment
Tower terdiri dari 2 buah tangki yang diisi merupakan penyisihan suspended solid, BOD,
larutan HCl, dan 2 buah tangki lainnya diisi logam - logam terlarut secara proses kombinasi
larutan NaOH, serta 2 unit pompa transfer, (fisika, kimia dan biologi). Proses tertiary
kompresor dan solenoid valve berfungsi untuk treatment merupakan tahap lanjutan setelah

70
Jurnal Power Plant ISSN No :2356-1513

proses kombinasi fisika, kimia dan biologi.


Proses pengolahan lumpur.
Pada proses pretreatment, komponen pentingnya
adalah Sumpit dan Screen. Sumpit merupakan
bak penampungan awal limbah, bak ini untuk
menampung seluruh limbah cair PLTU Muara
Karang yang masuk ke WWTP selain limbah
dari pendinginan kondensor. Sistem kerja sumpit
adalah limbah yang telah disaring kotorannya
oleh bar screen ditampung di dalam sumpit, dan
bila air telah mencapai level tengah kolam, maka
pompa sumpit dengan kapasitas 20 m3/jam akan
Gambar 6. Skema oil
hidup secara otomatis. Bila air terus mengalir flotation
mencapai level di atas kolam, maka pompa
sumpit dengan kapasitas 40 m3/jam akan hidup.
Pompa sumpit kapasitas 40 m3/jam akan mati di
level tengah kolam, sedangkan pompa sumpit
kapasitas 20 m3/jam akan mati di level bawah
kolam. Agar proses pengolahan air limbah
berjalan dengan baik, maka alirannya terlebih
dahulu melewati proses screening (penyaringan)
pada bar screen. Hal ini dimaksudkan untuk
memisahkan limbah cair dari sampah-sampah
kasar yang dapat menghambat kerja unit-unit
WWTP lainnya. Sistem kerja pada proses
screening yaitu sampah-sampah yang masuk
menuju sumpit bersama aliran air akan tertahan Gambar 7. Aliran minyak/oli dalam air.
pada saringan yang pertama (saringan 10 mm),
selanjutnya tertahan pada saringan kedua Minyak yang telah terpisah dengan air
(saringan 6 mm) dan saringan yang ketiga selanjutnya dialirkan ke oil tank, dan lumpur
(saringan 3 mm). yang telah mengendap dialirkan ke Thickener
Primary Treatment terdapat Oil Flotation dan air yang bebas dari minyak akan dialirkan ke
merupakan kolam pemisah antara air dengan Water Waste Storage Ponds (WWSP). Di dalam
minyak dan pengendap lumpur. Kolam ini oil tank minyak akan ditampung sementara, jika
dilengkapi oleh 1 unit motor gear box telah mencapai level yang telah ditentukan, maka
(penggerak untuk memutarkan poros penumpu minyak akan secara otomatis dipompa ke bunker
scraper dan separator) dan scraper (alat (dikendalikan dengan level switch). Residu yang
penyapu lumpur/ sludge). Proses pada oil telah tertampung dalam oil tank selanjutnya
flotation merupakan proses pengolahan secara dialirkan menuju bunker untuk dipergunakan
fisika, yaitu flotasi (pengapungan) minyak di kembali sebagai bahan bakar PLTU.
dalam air. Hal ini karena berat jenis minyak Secondary Treatment merupakan Waste Water
lebih ringan dibandingkan air, sehinga minyak Storage Ponds (WWSP), yaitu kolam untuk
akan mengapung dan berada di atas permukaan menampung air limbah hasil dari oil flotation.
air. Sistem kerja oil flotation adalah air dari Sebagai kolam aerasi di dalamnya terjadi proses
sumpit 1, 2 dan 3 yang mengandung minyak peningkatan kandungan oksigen dalam air
dialirkan ke dalam silinder bagian tengah Oil limbah. Proses yang terjadi di dalam WWSP
floatation (Gambar 1). Lumpur akan langsung adalah pengolahan kombinasi secara fisika,
turun ke dasar dan disapu atau dikumpulkan biologi dan kimiawi. Pengolahan air limbah
dengan Scraper. Saat aliran air limbah masuk ke secara biologi melibatkan kegiatan
dalam Oil floatation, kontaminan miyak akan mikroorganisme dalam air untuk melakukan
terpisah dengan air berdasarkan berat jenisnya transformasi senyawa-senyawa kimia yang
sehingga minyak akan mengapung di dalam terkandung dalam air menjadi senyawa lain lebih
lingkaran 2 beberapa saat sebelum selanjutnya sederhana. Mikroorganisme mengkonsumsi
disapu menuju talang oli dan dialirkan ke oil bahan-bahan organik membuat biomassa sel baru
tank. serta zat-zat organik dan memanfaatkan energi

71
Jurnal Power Plant ISSN No :2356-1513

yang dihasilkan dari reaksi oksidasi untuk menyebabkan senyawa besi atau tembaga berada
metabolismenya. Pengolahan air limbah secara dalam bentuk senyawa Fe(HCO3)2 atau
biologi dimaksudkan untuk menyisihkan atau Mn(HCO3)2, berikut reaksi kimianya :
menurunkan konsentrasi senyawa-senyawa
H2O + CO2 → H2CO3
organik maupun anorganik dengan
H2CO3 → H+ + HCO3-
memanfaatkan berbagai mikroorganisme,
Fe2+ + HCO3- → Fe(HCO3)2 (larutan tidak stabil)
terutama bakteri (Metcalf & Eddy, 1979). Zat
Mn2+ + HCO3- → Mn(HCO3)2 (larutan tidak stabil)
organik yang terkandung dalam air limbah
4 Fe(HCO3)2 + 2 H2O + O2 → 4 Fe(OH)3 + 8
berguna sebagai makanan dan pertumbuhan sel
CO2
baru. Berikut reaksinya:
FeCO3 + H2O → Fe(OH)2 + CO2
Mn(HCO3)2 → MnCO3 + CO2 + H2O
Zat organik + MO + O2 → CO2 + H2O + NH3
4 FeCO3 + 6 H2O + O2 → 4 Fe(OH)3 + 4 CO2 
+ (SO4)-2 + (PO4)-3 + sel–sel baru MnCO3 + H2O → Mn(OH)2 + CO2

mikroorganisme
Dalam keadaan teroksidasi, besi dan mangan
terlarut di air. Bentuk senyawa dengan larutan
Selain pendegradasian senyawa organik pada ion, keduanya terlarut pada bilangan oksidasi +2,
proses biologi, proses aerasi juga bertujuan yaitu Fe2+ dan Mn2+. Ketika kontak dengan
memisahkan larutan gas amoniak di dalam air oksigen atau oksidator lain, besi dan mangan
limbah. Pengubahan amonium menjadi nitrat, akan teroksidasi menjadi valensi yang lebih
yaitu dengan memanfaatkan bakteri tinggi, bentuk ion kompleks baru yang tidak
nitrosomonas dan nitrobakter dalam suasana larut ke tingkat yang cukup besar. Oleh karena
aerob. Berikut reaksi yang terjadi : itu, mangan dan besi dihilangkan dengan
pengendapan setelah aerasi. Reaksinya dapat
NH4 + 1,5O2 → 2H+ + H2O + (NO2)- ditulis sebagai berikut :
2NO2 + O2 → 2(NO3)- 4 Fe2+ + O2 + 10 H2O → 4 Fe(OH)3 + 8 H+
2NO2- + H2O → (NO3)- + 2H+ + 2e- 2 Mn2+ + O2 + 2 H2O → 2 MnO2 + 4 H+
Pengolahan air limbah secara fisika melibatkan WWSP pada WWTP ini mempunyai 2 unit
kegiatan aerasi secara difusi, yaitu air limbah di blower yang sistem kerja pengoperasiannya
dalam WWSP dihembuskan udara melalui bergantian setiap 2 jam sekali. Sedangkan sistem
diffuser oleh blower sehingga minyak dan kerja pengoperasian pompa discharge pada
padatan yang larut dalam air menguap serta posisi normal diatur dengan level switch start
menyisihkan gas metan (CH4), karbon dioksida 630 m3 dan bila terjadi peak flow pompa
(CO2), H2S, bau, rasa dan gas-gas lainnya. discharge ke dua akan beroperasi dengan level
Diffuser sebagai anti sumbat dengan lubang kecil switch start 750 m3.
agar didapat pembagian udara yang merata.
Kolam aerasi dan diffuser dibuat/dipasang secara Oxidation pit atau kolam oksidasi merupakan
terpisah yang dihubungkan dengan pipa-pipa kolam penampung hasil air limbah WWSP. Di
sehingga terjadi efek pencampuran dan dalam kolam oksidasi terjadi proses pengolahan
pengadukan yang cukup dan seluruh bagian air secara kimiawi, yaitu proses pembentukan
terkena kontak dengan oksigen terlarut (DO) dan senyawa oksida agar dapat terjadi senyawa yang
tidak terjadi pengendapan zat padat dalam stabil dengan adanya penambahan valensi yang
kolam. Pada proses ini terjadi pengikatan gas lebih tinggi. Berikut reaksi kimianya :
oksigen (O2) oleh air sehingga menurunkan nilai
BOD dan COD. 4Fe(HCO3)2 + O2 → 2Fe2O3 + 4H2O + 8CO2
Fe2O3 + 6HCl → 3H2O + 2FeCl3
Pada proses pengolahan kimiawi terjadi reaksi FeO + 2HCl → H2O + FeCl2
pembentukan asam sulfat di dalam kolam FeCl2 + 2NaOH → 2NaCl + Fe(OH)2
WWSP : Mn2O3 + 6HCl → 3H2O + 2MnCl2 + Cl2
Mn(OH)2 + 2NaOH + Cl2 → 2NaCl + H2O +
C6H12O6 (senyawa organik) + Mikro Organisme H2MnO3
→ 6C + H2SO4.6H2O 2HNO3 + 6HCl → 4H2O + 2NO ↑ + 3Cl2 ↑
Adanya kandungan alkalinity, ion bikarbonat
(HCO3)- yang cukup besar dalam air,

72
Jurnal Power Plant ISSN No :2356-1513

Di dalam kolam oksida juga terjadi proses yang stabil berubah menjadi tidak stabil karena
penetralan air limbah, hal ini dimaksudkan untuk terurai menjadi partikel yang bermuatan positif
memperlancar proses koagulasi saat air limbah dan negatif. Pembentukan ion positif dan negatif
masuk ke dalam coagulant pit (pengolahan juga dihasilkan dari proses penguraian koagulan.
berikutnya). Nilai pH merupakan salah satu Proses ini berlanjut dengan pembentukan ikatan
faktor yang menentukan proses koagulasi. Pada antara positif dari koagulan (Al3+) dengan ion
koagulan PAC (Poly Aluminium Chloride) yang negatif dari partikel (misal Cl-) dan antara ion
digunakan pada WWTP ini mempunyai kisaran positif dari partikel (misal Fe2+) dengan ion
pH yang optimum 4,5-7,0. Jadi proses koagulasi negatif dari koagulan (Cl-) yang menyebabkan
akan sempurna apabila kondisi air limbah saat pembentukan inti flok. Reaksi kimia untuk
proses koagulasi pada kisaran pH 4,5-7,0. Untuk mengasilkan flok adalah :
proses koagulasi pH yang terbaik sekitar 7,0 (pH
Al(OH)Cl2 + 4H2O → 2Al(OH)3 + 4HCl (reaksi di
netral).
dalam tangki PAC)
2Al(OH)3 + 4HCl + 2Fe(OH)2 → 2Al(OH)3↓ +
Sistem kerja kolam oksidasi yaitu air limbah
2FeCl2 + 4H2O
yang masuk ke dalam kolam akan terbaca oleh
2Al(OH)3 + 2HCl + Cu(HCO3)2 → 2Al(OH)3↓ +
pH control. pH control di WWTP ini diatur
CuCl2 + 2H2O + 2CO2
kisaran 6,5-8,5. Apabila indikator pH
menunjukkan limbah dalam kondisi basa (>8,5)
Setelah terjadi reaksi pembentukan inti flok
maka pH control akan memerintahkan bahan
senyawa Alumunium Hidroksida dalam proses
kimia berupa asam (HCl) untuk mengalir masuk,
koagulasi lalu dilanjutkan ke dalam proses
sehingga dapat menetralkan air limbah.
penggabungan inti-inti flok dalam kolam
Sebaliknya, jika limbah dalam kondisi asam
floculant.
(<6,5) maka maka pH control akan
memerintahkan bahan kimia berupa basa
Di dalam kolam flokulasi, air limbah
(NaOH) untuk mengalir masuk, sehingga dapat
ditambahkan bahan kimia (polimer) berupa
menetralkan air limbah tersebut. Bahan kimia
praestol 2640 yang berasal dari tangki bahan
HCl dan NaOH disuplai dari chemical tower
kimia (tangki Polimer). Pemberian larutan
(tangki bahan kimia dengan kapasitas 2000 liter
Polimer dilakukan oleh dosing pump dengan
sebagai cadangan). Apabila stick level muncul ke
mengatur debit pada kontrol pompa, yang
atas menandakan level bahan kimia pada tangki
kemudian diaduk dengan mixer di dalam kolam
dalam kondisi maksimal, bila stick level turun
flokulasi. Koloid akan menyatu dan
menandakan kondisi tangki kosong dan harus
menggumpal. Pengaturan dosis Polimer diatur
segera diisi. Setiap pemesanan 1,25 ton, bahan
dengan melihat hasil flokulasi. Di dalam tangki
kimia dipompa ke atas tower (tangki 2000 liter)
bahan kimia (tangki polimer), polimer berbentuk
dengan pompa transfer. Pada tangki bahan kimia
powder dicampur dengan air dan selanjutnya
500 liter digunakan sebagai tangki harian yang
diaduk dengan mixer agar merata. Perbandingan
harus selalu diperiksa 1 kali per hari. Apabila
polimer dengan air = 0,5 kg polimer : 500 liter
kondisi tangki 500 liter habis, dengan segera
air.
mengisinya dengan cara memutar kran dari
tangki 2000 liter.
Kolam pengendapan (Clarifier) dilengkapi
dengan pengaduk (agitator) dan penggaruk
Pada Tertiary Treatment terdapat kolam
(scraper) hal ini dimaksudkan untuk
koagulasi berisi coagulant, dan air limbah dari
mempermudah pengeluaran endapan dari dasar
kolam oksidasi dialirkan secara gravitasi ke
kolam (Gambar 3). Proses yang terjadi di dalam
dalam kolam koagulasi, dan selanjutnya
clarifier secara fisika, yaitu air limbah dari
ditambahkan koagulan berupa larutan PAC
kolam flokulasi (floculant) mengalir masuk ke
(Polyalumunium Chlorida) dari tangki bahan
bagian tengah kolam clarifier, selanjutnya
kimia. Koagulasi merupakan proses destabilisasi
sludge jatuh ke bawah secara gravitasi dan
muatan partikel koloid tidak mengendap (bersifat
dikumpulkan ke tengah oleh scraper clarifier
stabil), suspended solid, serta padatan tidak
untuk menuju ke thickener dan dikembalikan ke
mengendap, dengan penambahan koagulan
WWSP.
disertai dengan pengadukan cepat untuk
mendispersikan bahan kimia secara merata.
Akibat pengadukan cepat, koloid dan partikel

73
Jurnal Power Plant ISSN No :2356-1513

dimaksudkan untuk membuat kondisi air limbah


menjadi netral (6,5 – 8,5) sebelum mengalir ke
kolam clear pit. Kolam ini dilengkapi oleh mixer
sebagai pengaduk antara air limbah dengan
bahan kimia penetral (HCl dan NaOH) dan
saluran output bahan kimia HCl dan NaOH dari
chemical tower. Sistem kerja yang terjadi di
dalam kolam penetralan yaitu kondisi air limbah
yang masuk ke dalam kolam akan terbaca oleh
pH control. Apabila indikator pH menunjukkan
(A) limbah dalam kondisi basa (>8,5) maka pH
control akan memerintahkan bahan kimia berupa
asam (HCl) untuk mengalir masuk, sehingga
dapat menetralkan air limbah. Sebaliknya, jika
limbah dalam kondisi asam (<6,5) maka maka
pH control akan memerintahkan bahan kimia
berupa basa (NaOH) untuk mengalir masuk,
sehingga dapat menetralkan air limbah tersebut.
Apabila kondisi pH dalam air sudah netral (6,5 –
8,5) maka tidak terjadi penambahan asam
maupun basa. Reaksi yang terjadi di dalam
kolam Neutralizing Pit, yaitu reaksi netralisasi
yang lain ditunjukan oleh reaksi antara asam
(B) sulfat dengan natrium hidroksida, reaksi antara
besi II hidroksida dengan asam klorida dan
Gambar 8. Bagian dalam Clarifier (A), Skema reaksi antara asam nitrat dengan natrium
Clarifier (B) hidroksida :

Sebagian besar air limbah mengalir ke bagian H2SO4 + 2NaOH → Na2(SO4) + 2H2O
atas melalui V-Notch dan masuk ke dalam kolam Fe(OH)2 + HCl → H2O + FeCl2
Neutralizing pit. Proses di dalam kolam clarifier HNO3 + NaOH → H2O +NaNO3
ini menghasilkan endapan berupa sludge yang
berasal dari kolam flokulasi (Gambar 4). Clear Pit merupakan kolam penampung air
Sebanyak 70% sludge dialirkan ke kolam limbah hasil penetralan dari kolam neutralizing
thickener untuk diolah dan 30% dikembalikan pit. Kondisi pH air limbah yang diharapkan
lagi ke kolam WWSP (return sludge) oleh return berkisar 6,5 – 8,5. Sistem kerja di dalam kolam
sludge pump. Sludge perlu dikembalikan ke ini yaitu apabila air limbah yang masuk clear pit
WWSP karena kondisi di dalam kolam clarifier telah netral (pH 6,5 – 8,5), maka pompa yang
hampir mendekati anaerob. bekerja adalah filter pump. Jika air limbah
ternyata mempunyai nilai pH < 6,5 atau > 8,5,
maka pompa yang bekerja adalah clear pit pump
dan air limbah akan dikembalikan ke WWSP
karena dianggap belum memenuhi syarat baku
mutu untuk dibuang.

Sand Filter merupakan tempat penampungan air


limbah yang telah netral, dan di dalamnya terjadi
proses pengolahan secara fisika, yaitu proses
filtrasi menggunakan media penyaring pasir.
Media penyaring biasanya lebih dari satu
Gambar 9. Skema aliran endapan lumpur. lapisan, yaitu pasir kwarsa dan batu dengan
ukuran mesh tertentu. Air mengalir ke bagian
Pada kolam Neutralizing Pit terjadi proses bawah melalui media tersebut. Zat-zat padat
pengolahan secara kimiawi, yaitu proses yang tidak larut akan melekat pada media,
penetralan pH pada air limbah. Kolam tersebut sedangkan air yang jernih akan terkumpul di

74
Jurnal Power Plant ISSN No :2356-1513

bagian dasar dan mengalir keluar melalui suatu limbah naik ke atas melalui V-Notch menuju bak
pipa menuju kolam effluent. Sand filter ini thickener. Bak thickener merupakan bak
bertujuan menyaring flok halus dan kotoran lain penampungan air limbah hasil buangan dari
yang lolos dari clarifier sehingga menghasilkan kolam thickener dan sand filter (back wash dan
air dengan kualitas yang lebih baik, bebas dari rinsing). Air limbah pada bak thickener
bakteri patogen, jernih, bebas dari rasa dan bau merupakan air limbah yang tidak layak buang,
tanpa menggunakan bahan kimia tambahan. sehingga air ini dikembalikan ke WWSP dengan
Kualitas sand filter lambat laun akan menurun menggunakan pompa thickener. Lumpur hasil
seiring waktu pengoperasian karena banyaknya olahan tersebut dikumpulkan ke dalam karung
kotoran yang terhambat sehingga perlu untuk dimanfaatkan sebagai media tanam
dilakukan proses backwash (pencucian) dan tanaman hias, pemanfaatan media tanam
selanjutnya dilakukan proses rinsing tanaman ini sudah lulus uji LD50. Hal ini
(pembilasan) untuk meningkatkan kinerja dari merupakan salah satu alternatif dan langkah
saringan pasir tersebut. Air limbah yang telah maju dari PT PJB Muara Karang dalam
memenuhi standar kisar pH (6,5-8,5) akan memanfaatkan kembali limbah padat dan cair.
dialirkan ke sand filter dengan menggunakan
filter pump dan selanjutnya dialirkan menuju Hasil Pemeriksaan Kualitas Air Olahan
effluent tank (Gambar 10). WWTP
Kualitas air limbah PLTU Muara Karang pada
bulan Mei 2011 input (output air limbah PLTU
Muara Karang) dan output (hasil olahan WWTP
PLTU Muara Karang) ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 3. Data air limbah bulan Mei tahun 2011
Kualit
No Pemeriksaan Satuan
as
I Input
pH 8,32
TSS Mg/L -
Kromium (Cr) Total mg/l 0
Tembaga (Cu) mg/l 0
Besi (Fe) mg/l 1,25
Seng (Zn) mg/l 0,3
Minyak dan lemak mg/l 0,85
BOD5 mg/l 3,3
Gambar 10. Posisi katup pada Sand filter (1), II OUTPUT
Skema bagian dalam Sand filter (2) pH 7,32
TSS mg/l -
Kromium (Cr) Total mg/l 0
Effluent tank merupakan penampungan akhir air Tembaga (Cu) mg/l 0,05
limbah sebelum dibuang ke laut. Di dalam kolam Besi (Fe) mg/l 0,16
effluent ini dilakukan pengontrolan kualitas air Seng (Zn) mg/l 0,16
Minyak dan lemak mg/l 0,668
limbah yaitu dengan cara memberi makhluk
BOD5 mg/l 3
hidup sebagai bioindikator. Selain pengontrolan
air limbah menggunakan bioindikator, dilakukan
pula pengambilan sampel untuk memonitor Hasil Analisis kimia air limbah sebelum
kualitas air limbah yang diperiksa ke diolah (input) dan sesudah diolah (output)
laboratorium. Air limbah pada kolam ini biasa Analisis data kimia air limbah sebelum diolah
dimanfaatkan untuk penyiraman tanaman dan (input) dan sesudah diolah (output), serta analisis
jalanan, selain itu air ini juga dimanfatkan untuk hasil olahan sesuai spesifikasi desain awal
mandi para karyawan PLTU Muara Karang. (2003) dibandingkan dengan hasil olahan aktual
(2011) pada Waste Water Treatment Plant PLTU
Proses Pengolahan Lumpur terjadi di Thickener, Muara Karang. Data analisis ditunjukkan pada
yaitu kolam pengumpul lumpur yang berbentuk Tabel 4.
circular dengan volume 24,5 m3. Sludge akan
mengendap ke bagian bawah kolam thickener
dan dikumpulkan oleh scraper, lalu dipompa
dengan menggunakan filter press pump ke filter
press untuk pengolahan lumpur. Sedangkan air

75
Jurnal Power Plant ISSN No :2356-1513

Tabel 4. Hasil Analisis WWTP PLTU Muara laboratorium yang berfungsi untuk mendeteksi
Karang kadar TSS.
Baku Mutu Air
Limbah PerMen
Hasil Analisis
No Parameter
Lingkungan Hidup
No 8 Tahun 2009
Pada logam berat seperti Kromium (Cr) total,
Input Output Kadar Maksimum tembaga (Cu) dan seng (Zn) jika melebihi baku
Kualita Kualitas
s (mg/l) (mg/l)
Kualitas (mg/l)
mutu dapat bersifat racun terhadap semua
A. Sumber Proses Utama
1 pH 8,32 7,32 6-9 organisme, sehingga dapat menyebabkan
2
3
TSS
Minyak dan Lemak
-
0,85
-
0,668
100
10
terganggunya biota perairan laut serta penduduk
4
Klorin Bebas (Cl2) (Bila
- - 0,5 yang tinggal di sekitarnya yang memanfaatkan
dialirkan ke WWTP)
5 Kromium Total (Cr) 0 0 0,5 biota laut. Kehadiran unsur besi (Fe) yang
6 Tembaga (Cu) 0 0,05 1
7 Besi (Fe) 1,25 0,16 3
berlebih dalam perairan dapat menyebabkan
8 Seng (Zn)
Phosphat (PO43-) (Bila ada
0,3 0,16 1 timbulnya rasa dan bau, menimbulkan warna
9 - - 10
injeksi) koloid merah (karat) akibat oksidasi oleh
B. Sumber Blowdown Boiler (Bila tidak dialirkan ke WWTP)
10 pH - - 6-9 oksigen terlarut yang dapat menjadi racun bagi
11 Tembaga (Cu) - - 1
12 Besi (Fe) - - 3
manusia. Untuk kadar TSS tidak boleh melebihi
C. Sumber Blowdown Cooling Tower (Bila tidak dialirkan ke WWTP) dari 100 mg/l, karena umumnya tingkat
13 pH - - 6-9
14 Klorin Bebas (Cl2) - - 1 kekeruhan atau kecerahan suatu perairan sangat
15 Seng (Zn) - - 1
16 3-
Phosphat (PO4 ) - - 10 dipengaruhi oleh kandungan zat padat suspensi
D. Sumber Demineralisasi/ WTP (Bila tidak dialirkan ke WWTP)
17 pH - - 6-9
(TSS), jika kadar TSS melebihi baku mutu dapat
18 TSS - - 100 menyebabkan terhalangnya sinar matahari yang
masuk ke perairan untuk melakukan proses
Hasil input air limbah merupakan output dari fotosintesis sehingga kehidupan ekosistem
proses utama PLTU Muara Karang, sedangkan menjadi terganggu. Selain itu dampak kadar TSS
output air limbah merupakan hasil olahan dari yang berlebih dengan kurun waktu yang panjang
WWTP PLTU Muara Karang. Berdasarkan data akan menyebabkan terjadinya peningkatan
tersebut hampir semua parameter air limbah sedimentasi pada wilayah perairan laut, sehingga
yang dibuang oleh PLTU Muara Karang ke hal ini dapat mengurangi kedalaman level laut.
badan air (laut) telah memenuhi baku mutu yang Nilai pH sangat berpengaruh terhadap
ditetapkan oleh Pemerintah No. 08 Tahun 2009. lingkungan biota perairan, karena kehidupan
Hal ini menunjukkan bahwa fasilitas Waste ekosistem biota laut biasanya berkisar 6,5 - 8,5.
Water Treatment Plant yang dimiliki oleh PLTU Data terlihat output air limbah yang dibuang ke
Muara Karang telah beroperasi secara baik laut dengan nilai pH = 7,32, artinya kondisi air
sesuai tujuannya. Sedangkan hasil analisis limbah masih bersifat basa lemah meskipun
perbandingan kualitas air limbah PLTU Muara mendekati netral (pH 7). Berdasarkan rumus pH
Karang dengan baku mutu yang diberikan dapat diketahui konsentrasi ion H+ sebagai
pemerintah terlihat beberapa parameter yang berikut :
tidak dilakukan pencatatan, seperti total zat
tersuspensi (TSS), klorin bebas (Cl2) dan fosfat
(PO43-), sumber blowdown boiler, sumber
blowdown cooling water dan sumber log 1
log [𝐻 + ] = 7,32
demineralisasi. Hal ini dikarenakan pada WWTP log 1
PLTU Muara Karang tidak dilakukan pemberian log [𝐻 + ] = log 107,32
bahan kimia Klorin dan injeksi fosfat, selain 1
[𝐻 + ] =
harganya relatif mahal klorin yang terlalu 107,32
berlebih dapat menyebabkan bahaya beracun. [𝐻 + ] = 10 −7,32

Untuk sumber blowdown boiler dan [𝐻 ] = 4,78 × 10−8 𝑀


+

demineralisasi tidak dilakukan pencatatan


dikarenakan limbah tersebut langsung dialirkan Berdasarkan perhitungan menggunakan rumus
ke dalam WWTP. Sedangkan untuk sumber tersebut, air limbah hasil WWTP yang dibuang
blowdown cooling water tidak dilakukan ke laut mempunyai kandungan konsentrasi ion
pencatatan dikarenakan PLTU Muara Karang Hidrogen sebesar 4,78 x 10-8 M. Berdasarkan
tidak menggunakan fasilitas cooling water. data hasil analisis (Tabel 2) dapat dihitung
Sedangkan pada TSS tidak dilakukan efisiensi olahan untuk mengetahui kinerja dari
pengecekan dikarenakan tidak adanya peralatan masing-masing komponen Waste Water
Treatment Plant PLTU Muara Karang. Efisiensi

76
Jurnal Power Plant ISSN No :2356-1513

pengolahan air limbah merupakan rasio antara Hasil analisis air limbah olahan desain awal
kandungan organik yang disisihkan melalui dibandingkan dengan aktual
proses pengolahan dengan konsentrasi awal. Data perbandingan antara hasil olahan sesuai
Nilai efisiensi WWTP PLTU Muara Karang spesifikasi desain WWTP awal (2003) dengan
adalah sebagai berikut (Tabel 3): hasil olahan aktual (data 2011) ditunjukkan pada
Tabel 6 berikut:
Tabel 5. Efisiensi WWTP PLTU Muara Karang
Input Output Efisiensi
Tabel 6. Perbandingan data hasil olahan desain
No Parameter WWTP awal dengan aktual
(mg/l) (mg/l) (%)
1 Besi (Fe) 1,25 0,16 87,2 Kondisi olahan
2 Seng (Zn) 0,3 0,16 46,67 Desain Hasil
No Pemeriksaan Satuan
3 Minyak dan Awal Aktual
0,85 0,668 21,41 2003 2011
lemak
1 pH 6,5 - 8,5 7,32
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui 2 TSS mg/l <10 -
3 BOD mg/l <50 3
bahwa telah terjadi penurunan kadar Besi (Fe) 4 COD mg/l <80 -
87,2 %, Seng (Zn) 46,67 %, Minyak dan Lemak 5 Fe mg/l 5 0,16
21,41 %. Adanya perbedaan efisiensi yang
sigifikan pada penurunan logam berat besi (Fe) Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa
dengan seng (Zn) hal ini karena logam besi hasil olahan WWTP PLTU Muara Karang masih
sangat mudah teroksidasi dibandingkan logam memenuhi tujuan hasil olahan sesuai spesifikasi
seng. Selain hal tersebut dapat juga terjadi pada desain awal saat dibangun tahun 2003. Hal
karena proses pengadukan di dalam kolam ini menunjukkan bahwa fasilitas sistem
koagulasi dan flokulasi yang tidak terlalu pengolahan air limbah PLTU Muara Karang
diperhatikan secara teori dalam penanganannya, masih beroperasi dengan baik dan layak. Data
terlihat adanya persamaan desain pada kolam dari Tabel 4 tersebut menunjukkan bahwa
koagulasi dan flokulasi, yaitu pada spesifikasi parameter TSS dan COD tidak dilakukan
motor penggerak mixer, ukuran mixer dan pencatatan oleh pihak PLTU Muara Karang, hal
ukuran kolam. Seharusnya dalam teori terdapat ini dikarenakan tidak adanya peralatan
perbedaan proses pengadukan yaitu kecepatan laboratorium yang berfungsi untuk mendeteksi
pengadukan dalam proses koagulasi lebih cepat kadar TSS dan COD. Pertimbangan lainnya yaitu
dibandingkan proses flokulasi. Begitu juga pada baku mutu COD hanya berlaku sampai 31
dalam hal ukuran kolam, jika menggunakan Desember 2009, sehingga parameter tersebut
spesifikasi motor penggerak dan ukuran mixer tidak terlalu berpengaruh besar terhadap baku
yang sama, maka ukuran kolam flokulasi harus mutu air limbah bagi pembangkit listrik tenaga
lebih besar dibandingkan kolam koagulasi. thermal.
Selain karena proses pengadukan dan desain
kolam, hal ini juga dapat terjadi pada saat proses Tabel 7. Perbandingan desain (output) hasil
pengolahan sebelumnya yaitu tidak adanya olahan desain WWTP awal dengan baku mutu
proses penambahan bahan kimia HCl/ NaOH di Pemerintah
dalam kolam oksidasi dikarenakan rusaknya Desain Baku Mutu
Output Air Limbah
indikator pH control, sehingga yang terjadi WWTP PerMen
aktualnya yaitu penambahan bahan kimia HCl/ No Parameter Satuan
PLTU Lingkungan
NaOH dilakukan di dalam proses kolam WWSP Muara Hidup No 8
Karang Tahun 2009
yang mana hal tersebut diluar spesifikasi desain 1 pH 6,5 - 8,5 6-9
(modifikasi). 2 TSS mg/l <10 100
Konsentrasi minyak dan lemak menunjukkan 3 BOD mg/l <50 -
4 COD mg/l <80 *300
menurunnya efisiensi sebanyak 21,41 %, hal ini 5 Fe mg/l 5 3
disebabkan oleh rusaknya motor gear box pada Catatan : * Parameter COD hanya berlaku
oil floatation sehingga proses penyisihan minyak sampai dengan 31 Desember 2009
dan lemak dilakukan dengan cara manual
(penyaringan oleh operator). Dari data Tabel 7 menunjukkan bahwa desain
parameter hasil olahan (output) fasilitas Sistem
Pengolahan Air Limbah/ WWTP PLTU Muara
Karang sebagian besar telah memenuhi peraturan
Menteri Lingkungan Hidup No 8 tahun 2009 dan

77
Jurnal Power Plant ISSN No :2356-1513

layak untuk digunakan, kecuali pada parameter Hidayat, Wahyu. Teknologi Pengolahan Air
logam Besi (Fe). Dari data Tabel 5 tersebut Limbah. 1 Januari 2008.
terlihat bahwa pada WWTP PLTU Muara (http://majarimagazine.com/2008/01/teknologi-
Karang didesain menghasilkan olahan Besi (Fe) pengolahan-air-limbah/, diakses 28 Oktober
maksimal sebanyak 5 mg/l, sedangkan baku 2011: 02.15 WIB).
mutu air limbah yang dianjurkan Pemerintah
dalam industri pembangkit listrik tenaga termal Kristanto, Philip. Ekologi Industri. Edisi 1.
maksimal mengandung kadar besi (Fe) sebesar 3 Yogyakarta: Andi. 2002.
mg/l. Hal ini dikarenakan pada saat
pembangunan awal fasilitas Sistem Pengolahan Kusuma, Anton Dwi. Siklus Rankine Ideal.
Air Limbah yaitu tahun 2003 pihak PLTU Muara Tutorial Teknik. Selasa, 24 Mei 2011.
Karang menggunakan standar peraturan yang (http://tutorialteknik.blogspot.com/2011/05/siklu
dikeluarkan oleh Gubernur DKI Jakarta, yaitu s-rankine-ideal.html, diakses 24 Oktober 2011:
Keputusan Gubernur Kepala DKI Jakarta Nomor 23.15 WIB).
582 Tahun 1995, tentang Penetapan Peruntukan
Dan Baku Mutu Air Sungai/ Badan Air Serta Krivchenko, Hydraulic Machines Turbines and
Baku Mutu Limbah Cair Di Wilayah DKI Pumps, CRC Press, Florida ,1994.
Jakarta. Hal ini dikarenakan belum adanya
peraturan yang dikeluarkan oleh Menteri Marsudi, Djiteng. Pembangkitan Energi Listrik.
Lingkungan Hidup No 8 Tahun 2009. Erlangga. 2005.

Kesimpulan Nechleba, Miroslav, Dr. Techn, M.E. Hyroulic


Turbine, Artia Pregue, Artia Prague,
1. Proses pengolahan air limbah pada WWTP Czechoslovakia, 1957
PLTU Muara Karang melalui 5 tahapan,
yaitu pretreatment, primary treatment, Wang, Lawrance K; Hung, Yung-tse; Lo,
secondary treatment, tertiary treatment dan Howard H; Apijakis, Constantine Y. Handbook
sludge treatment. of Industrial and Hazardous Wastes Treatment
2. Meskipun WWTP PLTU Muara Karang di Second Edition, Revised and Expanded. New
desain berdasarkan SK Gubernur KDKI York, USA : Marcel Dekker, Inc. 1992.
Jakarta No 582 tahun 1995, tetapi hasil
pengolahannya telah memenuhi baku mutu Wang, Lawrance K, dkk. Advanced
air limbah yang baru, yaitu Peraturan Physicochemical Treatment Processes; page
Menteri Lingkungan Hidup No 8 tahun 2009 525. Handbook of environmental engineering.
tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha Vol 4.
Dan Atau Kegiatan Pembangkit Listrik
Tenaga Termal. Warlina, Lina. Pencemaran Air: Sumber,
3. Kinerja beberapa komponen sistem Dampak Dan Penanggulangannya. Makalah
pengolahan masih kurang efisien, khususnya Pengantar ke Falsafah Sains, Sekolah Pasca
dalam proses penyisihan kadar logam seng, Sarjana / S3 Institut Pertanian Bogor. Juni 2004.
minyak dan lemak. Ir. Sularso, MSME, & Prof. DR. Haruo Tahara.
Pompa Dan Kompresor. Edisi ke-3. Jakarta: PT.
Daftar Pustaka Pradnya Paramita. 1987.

________. Pengendalian Proses Kimia Limbah


PLTU. Handout Kimia & Lingkungan Hidup,
Perusahaan Umum Listrik Negara Pusat
Pendidikan dan Latihan.

Eddy, Bambang Isti. Turbin Uap. Diktat


perkuliahan Teknik Tenaga Uap dan Gas. STTY-
PLN.

78

You might also like