Professional Documents
Culture Documents
02 – AMERICAN ASSOCIATION OF
01 – STANDAR NASIONAL INDONESIA 03 – AMERICAN SOCIETY FOR TESTING
STATE HIGHWAY AND
(SNI) AND MATERIALS (ASTM)
TRANSPORTATION OFFICIALS (AASHTO)
10 – DAN LAIN-LAIN
RANGKUMAN CODE/STANDAR
DALAM PERENCANAAN
JEMBATAN
B. RANGKUMAN CODE/STANDAR
DALAM PERENCANAAN JEMBATAN
08 – PERKERETAAPIAN
08.1 – Heavy train
● Rencana Muatan Kereta Api 1921 RM 21
● Persyaratan Teknis Jalur Kereta Api PM Nomor 60 Tahun 2012
● Perkeretaapian PD Nomor 10
● Steel, Concrete and Composite Bridges - Part 2: Specification for Loads BS 5400-2:2006
B. RANGKUMAN CODE/STANDAR
DALAM PERENCANAAN JEMBATAN
09– GEOTEKNIK
● Persyaratan Perencanaan Geoteknik SNI 8460:2017
10 – DAN LAIN-LAIN
● Bridge Design Manual (BMS) Direktorat Jalan Raya, Departemen Pekerjaan Umum, Republik Indonesia, 1992
Dan masih banyak lagi, bergantung pada item-item pekerjaan yang tidak umum dan desain kriteria
yang disepakati dengan pemilik pekerjaan dan pihak-pihak yang berwenang.
PENJABARAN
BRIDGE DESIGN CODE
C. PENJABARAN STANDAR/CODE
Untuk bentang tunggal, panjang bentang ekuivalen diambil sama dengan Untuk pembebanan truk “T”, FBD diambil 30%. Untuk
panjang bentang sebenarnya. Untuk bentang menerus, panjang bentang bangunan yang terkubur, seperti halnya gorong-
ekuivalen LE diberikan dengan rumus: LE = √ (Lav Lmax) gorong dan struktur baja-tanah, nilai FBD jangan
diambil kurang dari 40% untuk kedalaman nol dan
Keterangan:
jangan kurang dari 10% untuk kedalaman 2 m. Untuk
Lav : panjang bentang rata-rata dari kelompok bentang yang disambungkan secara menerus
Lmax : panjang bentang maksimum dalam kelompok bentan gyang disambungkan secara menerus
kedalaman antara bias diinterpolasi linier.
C. PENJABARAN STANDAR/CODE
Keterangan:
v : kecepatan rencana jalan raya (m/detik)
f : faktor dengan nilai 4/3 untuk kombinasi beban selain keadaan batas fatik dan 1,0 untuk keadaan batas fatik
g : percepatan gravitasi: 9.8 (m/detik2)
Rl : jari-jari kelengkungan lajur lalu lintas (m)
Gaya sentrifugal harus diberlakukan secara horizontal pada jarak ketinggian 1800 mm di atas permukaan jalan.
C. PENJABARAN STANDAR/CODE
• Penurunan
• Gaya akibat Deformasi
• Temperatur merata
• Pengaruh Rangkak – Susut
• Pengaruh Prategang
• Beban Angin
• Tekanan Angin Horizontal
• Beban Angin pada Struktur
• Gaya Angin pada Kendaraan
• Tekanan Angin Vertikal
• Pengaruh Gempa (dijelaskan pada sub-bab selanjutnya)
*penjabaran mengenai aksi lingkungan dapat dilihat pada SNI 1725:2016 Pasal 9.
C. PENJABARAN STANDAR/CODE
BAGAN ALIR PERANCANGAN JEMBATAN TERHADAP BEBAN GEMPA ZONA GEMPA 1 ZONA GEMPA 2 ZONA GEMPA 3, 4
SNI 2833:2016
MULAI
TENTUKAN
> KOEFISIEN PERCEPATAN GAYA DALAM GAYA DALAM GAYA DALAM GAYA DALAM
Ya
ZONA GEMPA 1
PERPINDAHAN RENCANA
Ya
C A B D
SELESAI
C. PENJABARAN STANDAR/CODE
02.1 – Umum
Jembatan harus direncanakan agar memiliki kemungkinan kecil untuk runtuh namun dapat mengalami
kerusakan yang signifikan dan gangguan terhadap pelayanan, akibat gempa.
Penggantian secara parsial atau lengkap pada struktur diperlukan untuk beberapa kasus. Kinerja yang lebih tinggi seperti kinerja
operasional dapat ditetapkan oleh pihak yang berwenang.
Beban gempa diambil sebagai gaya horizontal yang ditentukan berdasarkan perkalian antara koefisien respons elastic (Csm) dengan
berat struktur ekivalen, yang kemudian dimodiikasi dengan faktor modifikasi respons (Rd) dengan formulasi sebagai berikut:
Keterangan:
EQ : gaya gempa horizontal statis (kN)
Csm : koefisien respons elastik
Rd : faktor modifikasi respons
Wt : berat total struktur terdiri dari beban mati dan beban hidup yang sesuai (kN)
Koefisien respons elastik (Csm) diperoleh dari peta percepatan batuan dasar dan spektra percepatan (peta gempa 2010) sesuai
dengan daerah gempa dan periode ulang gempa rencana. Koefisien percepatan yang diperoleh berdasarkan peta gempa dikalikan
suatu faktor amplifikasi sesuai dengan kondisi tanah sampai kedalaman 30 m di bawah struktur jembatan.
C. PENJABARAN STANDAR/CODE
02.1 – Umum
C. PENJABARAN STANDAR/CODE
02.1 – Umum
C. PENJABARAN STANDAR/CODE
02.1 – Umum
C. PENJABARAN STANDAR/CODE
MENENTUKAN FAKTOR AMPLIFIKASI/ > Faktor amplifikasi untuk PGA dan 0.2 detik (F PGA/Fa)
FAKTOR SITUS (PASAL 5.3.2) > Faktor amplifikasi untuk periode 1 detik (F v)
1. T < T0
KOEFISIEN RESPON GEMPA ELASTIK/
2. T0 ≤ T ≤ Ts
Csm (PASAL 5.4.2)
2. T > Ts
T0 = 0.2 Ts
Ts = SD1 / SDS
C. PENJABARAN STANDAR/CODE
04 – Heavy Train
04.2 – Batasan Ruang Bangun & Ruang Bebas
Batasan ruang bebas diambil dengan megacu pada peraturan Dinas no. 10 tentang perkeretaapian dan Peraturan Menteri No. 10 tahun
2012 tentang Perencanaan Teknis Kereta Api.
Kombinasi pembebanan yang dijadikan acuan dalam perencanaan ini mengacu pada LRFD Bridge Design Specifications, AASHTO, 2012
dengan kombinasi tersaji sebagai berikut.
SLS 13 DL + PT + CR + SDL + WL + TU + LF
05 – LRT
05.1 – Pembebanan LRT
05.1.a – Beban Mati Tambahan
Beban mati tambahan terdiri dari berat alas track, rail, dan hand rail. Berdasarkan Design Basis Report - Viaduct 7.1.2, beban
mati tambahan yang diaplikasikan pada jembatan khusus adalah sebagai berikut:
Struktur jembatan didesain dengan 6 lokomotif dengan 120 kN beban gandar, seperti pada gambar di bawah ini:
Train set
C. PENJABARAN STANDAR/CODE
- Impact Factor
Impact factor vertikal mengacu pada ACI 343 1R-12 pasal 4.3.1.2 sebagai berikut:
Keterangan:
• V adalah kecepatan rencana (m/s) = 35 km/h yang ditentukan oleh perencana alinyemen,
sama dengan 9.72 m/s
• l adalah panjang bentang (m), 86.5 m untnuk bentang tepi dan 148 m untuk bentang
tengah
• f1 adalah mode pertama flexural natural frequency bentang jembatan (~ 0.6973 Hz)
Komponen beban dinamik tidak diaplikasikan pada perencanaan footing atau pondasi.
Perhitungan impact factor di atas hanya untuk amplifikasi arah longitudinal. Impact factor
arah melintang untuk perencanaan lentur adalah 0.55.
C. PENJABARAN STANDAR/CODE
Gaya sentrifugal dirancang berdasarkan ACI 343 1R-12 pasal 4.3.1.3. gaya ini harus diaplikasikan secara simultan dengan
kombinasi pembebanan lainnya untuk mendapatkan beban maksimum pada struktur.
Hunting force adalah beban horizontal yang disebabkan oleh interaksi dari kereta api dengan rel. Biasa disebut sebagai nosing load.
Beban yang terbesar dari gaya sentrifugal dan nosing yang digunakan. Mengacu pada ACI 343 1R-12 pasal 4.3.1.4, nosing load harus
diambil sebesar 8% untuk beban kendaraan vertikal tanpa faktor beban.
C. PENJABARAN STANDAR/CODE
Sesuai ACI 343 1R-12 pasal 4.3.1.5, gaya longitudinal harus diaplikasikan secara simultan dengan vertikal live load di atas satu
roda dalam arah yang berbeda (arah maju pada saat pengereman dan mundur pada saat percepatan).
• Pengereman dan percepatan pada keadaan normal adalah sebesar 15% dari beban vertikal kereta tanpa faktor. Beban ini
sesuai dengan pengereman normal dan digunakan dalam perhitungan pada keadaan layan.
• Beban pengereman pada saat keadaan darurat adalah sebesar 30% dari beban kereta vertikal. Pengereman dalam keadaan
darurat ini tidak perlu diaplikasikan secara simultan dengan beban percepatan.
Live load on service or emergency walkways shall be based on 2.82 kN/m2. This load should be used simultaneously with empty
vehicles on guideway, since walkway load is the result of vehicles being evacuated.
As table “load from one axle” above shows operation load of empty train, loading on one axle is 75 kN.
C. PENJABARAN STANDAR/CODE
As per PM. Transportation 60 2012, wind load horizontally acts in the perpendicular to rails with the value as below:
• 3 kN/m2 for the projection area without train
• 1.5 kN/m2 for the projection area of the train and bridge structure.
Refer to ACI 343 1R-12 clause 4.5.2, the force effects caused by a single derailed standard vehicle should be considered in the design
of the guideway structure components. The derailed vehicle should be assumed to come to rest as close to the barrier wall as
physically possible to produce the largest force effect.
There are two design situations shall be considered:
C. PENJABARAN STANDAR/CODE
- Design situation I: derailment of railway vehicles, with the derailed - Design situation I: derailment of railway vehicles, with the derailed
vehicles remaining in the track area on the bridge deck with vehicles vehicles remaining in the track area on the bridge deck with vehicles
retained by the adjacent rail or an upstand wall. Collapse of major part of retained by the adjacent rail or an upstand wall. Collapse of major part of
the structure shall be avoided, while local damage may be tolerated. Design the structure shall be avoided, while local damage may be tolerated. Design
loads used for this situation is 1.4LL parallel to the track in the most loads used for this situation is 1.4LL parallel to the track in the most
unfavorable position inside an area of width 1.5 times the track gauge on unfavorable position inside an area of width 1.5 times the track gauge on
either side of the center-line of the track as shown below: either side of the center-line of the track as shown below:
For service and extreme load combination, resistance factors Detailed calculation of η :
shall be taken as 1.0 η = η_D η_R η_I ≥ 0.95 for unfavorable loads
All limit states shall be considered of equal importance η = 1/(η_D η_R η_I ) ≤ 1.0 for favorable loads
Ση_i γ_i Q_i ≤ ϕ R_n = R_r (for load case where load coefficient is < 1.0)
Where, Where
Qi : Loads η_D : factor related to ductility = 1.0
γ_i : Load factor η_R : factor related to redundancy = 1.0
ϕ : Resistance factor η_I : factor related to operational importance = 1.0
Rn : Nominal resistance η : factors are equal to 1.0 for all limit states other than
Rr : Factored resistance normal strength load combinations
η : Factor related to ductility, redundancy and
operational importance
C. PENJABARAN STANDAR/CODE