You are on page 1of 16

PEMODELAN PEMASANGAN PENYANGGA S EMENTARA MENGGUNAKAN

PERANGKAT LUNAK PHAS E 2 PADA HEADRACE TUNNEL CHAINAGE 45 M ± 155 M


DI PLTA TULIS KAB UPATEN BANJARNEGARA, JAWA TENGAH

Oleh : Ghozali Mah mud

ABSTRACT
In the process of tunnel construction, the support design process is a very important thing to do.
This process must be done carefully and thoroughly in order to obtain cost efficiencies expenditure
on the tunnel project. Because the total expenditure in the construction of a tunnel is not cheap.
This support planning process itself is divided into two namely the planning of temporary and
permanent support. The support planning usually is done before and the time of tunnel
construction. This research aims to model the geological conditions around the tunnel, the tunnel
pit conditions before supporting system installed, and the temporary support design of the
headrace tunnel of Tulis Hydropower Banjarnegara Residence, Central Java Province. So we will
know types of the most appropriate support based on physical properties, rock mechanics and
rock mass behavior along the tunnel. The research method used is descriptive and experimental
methods. By way of temporary support modelling in headrace tunnel with Phase2 software . In this
research will analyze and make temporary support models of 45 m ± 155 m chainage the headrace
tunnel. In the chainage will be made 3 models (II b, III a, and III b) based on rock mass rating
value Based on the modelling results it is known that for class II b has a total displacement of < 5
mm. So the installation of supports on class II b is relatively stable and secure there will be no
collapse of the tunnel. As well as combinations obtained temporary support is most effective with a
total value that is the smallest displacementnya shotcrete 1 variations is 50 mm; 3 m long of rock
bolts with spaced 2 m and 10 of its number ; shotcrete 2 variations 100 mm. Whereass the rock
mass class III A and III B have > 5 mm in the result of total displacement. So the tunnel is will not
stable and secure with a variety of shotcrete and rock bolts that has been done. It would require
the addition of another temporary support variant form of steel set as installation instructions and
supporting the tunnel excavation (After Bieniawski, 1989).

Keywords: Tunnel, planning of temporary support, simulation of support system, stability of


support system

I. PENDAHULUAN galian bawah tanah atau terowongan


Terowongan adalah sebuah karena berkaitan dengan kekuatan
tembusan di bawah permu kaan batuan. Penentuan kekuatan batuan tidak
tanah atau gunung. Terowongan jauh berkaitan dengan sifat fisik batuan
umu mnya tertutup di seluruh sisi kecuali dan struktur geologi yang berkaitan
di kedua ujungnya yang terbuka pada langsung dengan gaya-gaya yang
lingkungan luar. Beberapa ahli teknik dihasilkan dari redistribusi tegangan
sipil mendefinisikan terowongan sebagai awal.
sebuah tembusan di bawah permu kaan Dalam perancangan sebuah galian
yang memiliki panjang minimal 0.1 mil bawah tanah diharapkan mampu
(0,1609 km), dan yang lebih pendek dari memberikan penilaian massa batuan
itu lebih pantas disebut underpass. secara cermat. Tu juan dasar setiap
Terowongan memiliki fungsi dan tujuan rancangan untuk galian di bawah tanah
masing-masing yaitu sebagai jalan, harus menggunakan massa batuan itu
pertambangan, pengelak aliran air dan sendiri sebagai material struktur
penyedia air baku pada bendungan. utamanya. Selama penggalian
Pada pembangunan terowongan terowongan diharapkan menghasilkan
sering dijumpai masalah yang tidak biasa gangguan kemantapan pada dinding
terjadi pada rancangan bangunan biasa. terowongan sekecil mungkin dan sedikit
Masalah yang sering diju mpai pada dalam penambahan beton atau
pembangunan terowongan meliputi penyangga. Dalam keadaan asli, batuan
massa batuan yang memiliki sifat keras yang memiliki tegangan tekan akan
heterogen, anisotrop dan diskontinyu. lebih kuat daripada beton mungkin dalam
Faktor-faktor geologi men jadi hal yang beberapa kasus kekuatannya sama
sangat penting dalam perancangan suatu

1
dengan baja (Hoek dan Brown, 1980 (Dwiyanto, 1994).
dalam Koesnaryo, 1994) Peny angga jen is kayu leb ih
Pada proses pembangunan u mu m d igunakan d i tamb ang bawah
terowongan, proses perancangan tanah, sebab biasanya umu r
penyangga merupakan suatu hal yang terowongan relat if s ingkat d an b iay a
sangat penting untuk dilaku kan. Proses harus d itekan serend ah mung kin .
ini harus dilakukan dengan cermat dan Jen is p enyangga yang l a i n digunakan
teliti agar didapatkan efisiensi biaya pada terowongan s i p i l (Dwiyanto,
pengeluaran pada proyek pembangunan 1994).
terowongan tersebut. Karena jumlah Dalam pelaksanaan pemasangan
pengeluaran total dalam pembangunan penyangga sementara di terowongan
suatu terowongan membutuhkan biaya PLTA Tulis dipasang kombinasi
yang tidak murah. Proses perencanaan (Dwiyanto, 1994) antara :
penyangga ini sendiri terbagi men jadi 2 x Baut batuan dan beton tembak
yakni perencanaan penyangga sementara x Baut batuan, beton tembak, dan
dan juga permanen. Perencanaan penyangga besi baja
penyangga sementara biasanya dilaku kan Untuk menentukan komb inasi
sebelum dan saat dilaku kan konstruksi mana yang akan d ipasang, telah dibuat
terowongan. rancangan tipe penyangga berdasarkan
Proses perencanaan penyangga harga klasifikasi massa batuan (rock
sementara inilah yang dijadikan pokok mass rating= RMR) (Dwiyanto, 1994).
permasalahan dalam penulisan Tugas Hal in i sesuai tabel 2.1 berikut.
Akhir in i, dalam hal in i pada proses
pembangunan headrace tunnel PLTA
Tulis di Ban jarnegara Tabel 2.1 Klasifikasi Massa batuan di
Terowongan PLTA Tulis (Dwiyanto, 1994)
II. KAJ IAN PUS TAKA
Penyan ggaan b ertu juan Menurut Modifikasi Nilai
memb ant u d ind ing tero wong an Bieniaw PLN Pembobo
meny angga b eban massa batu an dari ski tan
atas dan samp ing tero wdngan, sehingga (RM R)
terowongan tetap stabil (Dwiyanto, I I 81 - 100
1994). II IIa 61 ± 80
Berdasarkan fungsinya, III IIb 41 ± 60
penyanggaan pada terowongan dapat IV IIIa 21 ± 40
dibedakan menjadi dua macam yaitu : V IIIb < 20
1) penyangga sementara (temporer)
2) penyangga permanen. III. METODOLOGI
Pen y an g g a s e men t a ra
Lokasi penelitian merupakan
b ias an y a d ig u n a kan p ad a s aat Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)
b erlangsungny a konst ru ks i Tulis yang terletak d i Desa Sokaraja,
t ero won gan , seb elu m d ip asang
Kecamatan Pagentan, Kabupaten
penyangga yang permanen. Di samp ing Banjarnegara, Jawa Tengah. Dalam
itu, penggalian suatu terowong-u ji (test pelaksanaan pembangunan PLTA Tulis
adit) b iasanya juga memerlu kan
akan dibangun bendungan tipe beton
penyangga sementara (Dwiyanto, 1994). yang membendung Kali Tulis di
Jika d it in jau d ari seg i Kabupaten Banjarnegara. Air dari
bahannya, peny angga dapat
bendungan Tulis direncanakan untuk
menggunakan salah satu atau gabungan suplesi rencana bendungan Maung,
dari bahan (Dwiyanto, 1994) : dengan cara membuat terowongan dari
1) kayu
bendungan Tulis menuju Kali Merawu.
2) baja Air dari terowongan ini masuk di bagian
3) beton monolit hulu rencana bendungan Maung.
4) beton tembak (shotcrete) dan
Sebelu m air sampai di Kali Merawu,
jaring kawat (wire mesh) dimanfaatkan dulu sebagai penggerak
Sedangkan rockbolts tidak termasuk turbin pembangkit listrik. Sehingga
jenis penyangga struktural
terowongan disini berfungsi sebagai
melainkan sebagai bahan perkuatan

2
headrace tunnel. Penggalian terowongan da n ek o no mi s i al a h b ent u k bul at ,
tersebut sampai selesai membutuhkan d en g a n p er k u at an b et o n. A k a n t et a pi
waktu cukup lama,. Seh ingga untuk a g ar l e bi h m u d ah d al a m p e n gg ali a n
mengetahui kemantapan terowongan te ro w o n g an n y a m ak a di pili hl ah b e ntu k
dengan mengggunakan penyangga ta p al k ud a p ad a H e a dr a c e Tu n n el di
sementara perlu dilaku kan analisis PL T A T ulis i ni.
pemodelan penyangga sementara agar Dari total panjang penyangga
tidak terjadi keruntuhan pada dinding- sementara headrace tunnel PLTA Tulis
dinding terowongan, sebelum nantinya yakni 2860 m, pada tugas akhir ini akan
setelah penggalian selesai seluruhnya dilakukan analisis dan permodelan
dibuat dinding beton (concrete lining). penyangga sementara pada chainage 45
Dalam penelitian in i untuk dapat m ± 155 m. Selanjutnya chainage
melakukan pemodelan penyangga tersebut akan dimodelkan men jadi 3
sementara pada headrace tunnel dengan buah model penyangga sementara
perangkat lunak Phase 2 maka dengan menggunakan program Phase2.
dibutuhkan data terowongan yang Program Phase2 merupakan program
meliputi peta struktur geologi sepanjang element hingga elasto-plastic 2 dimensi
terowongan, peta geologi daerah untuk memperh itungkan tegangan dan
setempat, data uji laboratoriu m dan displacement lubang bukaan di bawah
lapangan, serta data rancangan tanah. Pembuatan 3 model tersebut
terowongan. Berdasarkan data tersebut didasarkan pada variasi klasifikasi massa
kemudian dianalisis dan dievaluasi batuan yang terdapat pada chainage 45 m
dengan menggunakan perangkat lunak ± 155 m yang terdiri atas 3 kelas yakni
Phase2 sehingga dihasilkan pemodelan kelas II b, III a, dan III b. Tiap-t iap
penyangga sementara yang tepat dan model tersebut terdiri atas 4
efektif sesuai berdasarkan sifat fisik, stage/tahapan.
mekanika batuan serta perilaku massa Metode elemen hingga (Finite
batuan sepanjang terowongan. Element Method) merupakan metode
solusi numerik, yang dalam geo mekan ika
IV. HAS IL DAN PEMBAHASAN dipakai untuk menentukan medan
Dalam pelaksanaan pemasangan tegangan dan perpindahan jika diketahui
penyangga sementara di tero wongan modulus elastisitas atau deformasi
PLTA Tulis dipasang komb inasi berdasarkan perilaku massa batuan yang
(Dwiyanto, 1994) antara lain baut batuan diterapkan. Dan telah terbukti bahwa
dan beton tembak ; baut batuan, beton metode ini dapat menghitung secara
tembak, dan penyangga besi baja. Untuk lebih konsisten terhadap distribusi
menentukan ko mb inasi mana yang akan tegangan, regangan, dan perpindahan
dipasang, telah dibuat rancangan tipe akibat pembuatan lubang bukaan bawah
penyangga berdasarkan harga klasifikasi tanah, dibandingkan dengan metode
massa batuan (rock mass rating= RMR) analitik konvensional. Dalam metode
(Dwiyanto, 1994). Klasifikasi massa elemen hingga, media dianggap sebagai
batuan tersebut terdiri atas 5 kelas yang gabungan dari elemen-elemen,
merupakan modifikasi dari klasifikasi berdasarkan prinsip keseimbangan. Ide
geomekan ik dari Z.T Bien iawski. Kelas logikanya adalah dengan mengetahui
massa batuan tersebut yakni Kelas I, II a, besar perpindahan dari tiap titik simpul
II b, III a, dan III b. pada tiap elemen, maka perp indahan
Headrace Tunnel sendiri jika tersebut diekstensikan pada seluruh
ditinjau secara mekan ika termasuk ke elemen dalam media.
dalam pressure tunnel dimana seluruh Tahapan dalam pembuatan model
penampangnya terisi oleh air. Hal yang penyangga sementara pada headrace
perlu diperhatikan pa da perancangan tunnel PLTA Tulis dengan menggunakan
terowongan te ka n iala h ke ma nta pa n program Phase2 in i adalah
pa da sa at kosong ma upun pa da sa at x Pertama-tama kita membuat
terisi air. Terowongan tekan m en de rita penampang terowongannya, bentuk
tek an an air d ari dal am d an tek an a n luar penampang terowongan headrace
akib at massa batuan dan air tanah. Untuk tunnel ini adalah tapal kuda dengan
menahan resultan tegangan t arik , b ent uk diameter terowongan 8 m.
pe n am p ang y an g p alin g m e ng untu ng k an

3
x Kemudian kita tentukan batas model sifat material/litologi berdasarkan
untuk penampang terowongan tipe material, kriteria keruntuhan,
tersebut. Untuk model penyangga serta sifat-sifat fisik dan mekan ik
sementara pada headrace tunnel ini material berdasarkan uji
memakai batas model yang tidak labolatoriu m.
dipengaruhi oleh penggalian x Langkah ketujuh adalah membuat
bukaan/eskavasi sebesar 20 kali model headrace tunnel ini men jadi 4
diameter terowongan lubang bukaan tahapan/stage (lihat gambar 1.3 pada
itu sendiri. Batas model tersebut bisa lampiran 1, gambar 2.3 pada
berbentuk kotak, lingkaran, dsb. lampiran 2, dan gambar 3.3 pada
(seperti pada gambar 1.2 pada lampiaran 3) yakn i
lampiran 1, gambar 2.2 pada - Stage 1 penampang
lampiran 2, dan gambar 3.2 pada terowongan sebelum
lampiran 3) penggalian (prosesnya dari
x Langkah ketiga adalah melaku kan langkah 1 sampai 6 di atas)
sayatan horisontal melintang pada - Stage 2 penampang
peta struktur geologi headrace tunnel terowongan setelah penggalian
untuk mendapatkan gambaran litologi - Stage 3 penampang
yang terdapat di dalam dan di luar terowongan dengan variasi tipe
penampang terowongan. Sehingga penyangga sementara 1 (baut
pada tahap ketiga ini kita akan batuan + beton tembak I)
mendapatkan gambaran bagaimana - Stage 4 penampang
persebaran jurus dan kemiringan terowongan dengan variasi tipe
litolog i jika kita melihat dari arah penyangga sementara 2
depan penampang terowongan. (ditambahkan beton tembak II).
(seperti pada gambar 1.1 pada x Langkah kedelapan adalah compute
lampiran 1, gambar 2.1 pada and interpret, pada tahap ini model
lampiran 2 dan gambar 3.1 pada yang telah kita buat tadi akan
lampiran 3) diproses dan dianalisis oleh program
x Langkah keempat adalah menentukan Phase2 yang nantinya akan dihasilkan
besar tegangan yang terjadi pada output berupa gambar dan grafik
penampang terowongan. Nilai-nilai dimana nantinya kita bisa
yang harus ditentukan adalah nilai menganalisis dan menyimpulkan
tegangan vertikal (1v 1 ), tegangan ko mbinasi penyangga sementara
horisontal (1h 1 GDQ 1] GLPDQD mana yang paling sesuai berdasarkan
pada model headrace tunnel ini nilai sifat fisik, mekan ika batuan serta
1] 1 0 LVDO SDGD FKDLQDJH perilaku massa batuan sepanjang
dengan nilai tegangan vertikal (1v ) = terowongan. Hasil interpret misal
0,645 dan tegangan horisontal (1h ) = seperti gambar 4.1 yang merupakan
0,143835. hasil interpretasi total displacement
x Langkah kelima adalah discretize and pada model 1.
mesh, membagi media kontinu
men jadi beberapa elemen hingga. 4.1 Model 1
Elemen hingga dapat berbentuk Model 1 merupakan pemodelan
segitiga ataupun segiempat. Sehingga penyangga sementara pada terowongan
pada tahapan ini seolah-olah kita pada kelas massa batuan II b yang terletak
seperti membuat jaring-jaring pada chainage 45. Massa batuan ini
elemen, dimana semakin kecil mempunyai nilai RM R 47, berdasarkan
elemen yang kita buat maka hasil (Bieniawski, 1989) massa batuan ini
permodelan yang akan didapatkan termasuk kelas III (fair rock.). Dimana
akan semakin baik. Untuk model massa batuan ini hanya memiliki stand-up
headrace tunnel ini memakai time 1 minggu untuk span 5 m, sehingga
gradiation factor 0,1, dimana diperlukan lah pemasangan penyangga
semakin besar gradiation factor sementara pada chainage 45 agar
semakin kecil pula elemen yang terowongan tidak mengalami keruntuhan.
dihasilkan. Pada model ini tersusun atas litologi berupa
x Langkah keenam adalah define batupasir dan berada pada kedalaman 25 m.
material properties, menetukan sifat- Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan

4
nilai tegangan vertikal (1v ) = 0,645 dan Pada ketiga model tersebut
tegangan horisontal (1h ) = 0,143835. dilakukan variasi penyangga sementara
Setelah dimodelkan dengan software dengan menambahkan beton tembak dan
Phase2 maka dihasilkan model 1 seperti baut batuan baut batuan setelah dilakukan
gambar berikut in i (lihat lamp iran 1) eskavasi/penggalian. Variasi tersebut
didasarkan dari petunjuk penggalian dan
4.2 Model 2 pemasangan penyangga terowongan (After
Model 2 merupakan pemodelan Bieniawski, 1989) serta variasi yang telah
penyangga sementara pada terowongan dilakukan pada terowongan tersebut
pada kelas massa batuan III b yang terletak (Dwiyanto, 1994). Dan setelah diproses
pada chainage 108 (105 - 110). Massa dengan menggunakan paket program Phase2
batuan ini mempunyai nilai RM R 16, dihasilkan nilai total displacement pada
berdasarkan (Bieniawski, 1989) massa model 1 seperti pada tabel 1 (lihat lampiran
batuan ini termasuk kelas V (very poor 4), model 2 seperti pada tabel 2 (lihat
rock.). Dimana massa batuan ini hanya lampiran 5), model 3 seperti pada tabel 3
memiliki stand-up time 30 menit untuk span (lihat lampiran 6). Untuk tiap tabel tersebut
1 m, sehingga diperlukan lah pemasangan 1 model diproses dalam 1 stage (stage 1
penyangga sementara pada chainage 108 sebelum eskavasi; stage 2 setelah eskavasi;
agar terowongan tidak mengalami stage 3 setelah eskavasi dan dipasang beton
keruntuhan. Pada model ini tersusun atas tembak 1 + baut batuan; stage 4 baut batuan
litolog i berupa batulempung dengan + beton tembak 2; stage 5 beton tembak 1 +
perselingan batupasir dengan kemiringan baut batuan + beton tembak 2)
lapisan batuan 580 dan berada pada Berdasarkan tabel-tabel tersebut terlihat
kedalaman 50 m. Berdasarkan hasil bahwa
perhitungan didapatkan nilai tegangan x Untuk semua variasi penyangga
vertikal (1v ) = 1,174 dan tegangan sementara yang dilaku kan pada kelas
horisontal (1h ) = 0,319328. Setelah massa batuan II b memiliki nilai total
dimodelkan dengan software Phase2 maka displacement < 5 mm. Seh ingga
dihasilkan model 2 seperti gambar berikut pemasangan penyangga pada kelas II b
ini. (lihat lamp iran 2) tersebut relatif stabil dan aman tidak
akan terjadi keruntuhan pada
4.3 Model 3 terowongan. Serta didapatkan
Model 3 merupakan pemodelan ko mbinasi penyangga sementara yang
penyangga sementara pada terowongan paling efektif dengan nilai total
pada kelas massa batuan III a yang terletak displacement yang paling kecil yakn i
pada chainage 125. Massa batuan ini variasi beton tembak 1 50 mm, baut
mempunyai nilai RM R 28, berdasarkan batuan panjang 3 m spasi 2 m ju mlah
(Bieniawski, 1989) massa batuan ini 10, dan beton tembak 2 100 mm. Dan
termasuk kelas IV (poor rock.). Dimana apabila nantinya tebal beton tembak
massa batuan ini hanya memiliki stand-up akan ditambah serta, baut batuan
time 10 jam untuk span 2,5 m, sehingga dipasang dengan spasi dan jumlah yang
diperlukan lah pemasangan penyangga lebih besar makan akan dihasilkan nilai
sementara pada chainage 125 agar total displacement yang lebih kecil.
terowongan tidak mengalami keruntuhan. x Untuk semua variasi penyangga
Pada model ini tersusun atas litologi berupa sementara yang dilaku kan pada kelas
batulempung perselingan batupasir dan massa batuan III b dan III a memiliki
batupasir dengan kemiringan lapisan batuan nilai total displacement > 5 mm,
58 0 serta terowongan berada pada sehingga terowongan tersebut masih
kedalaman 66,7 m. Berdasarkan hasil belum stabil dan aman dengan variasi
perhitungan didapatkan nilai tegangan beton tembak dan baut beton yang telah
vertikal (1v ) = 1,6427488 dan tegangan dilakukan. Maka diperlukan variasi
horisontal (1h ) = 0,4468276736. Setelah penambahan penyangga sementara lag i
dimodelkan dengan software Phase2 maka berupa steel set seperti petunjuk
dihasilkan model 3 seperti gambar berikut penggalian dan pemasangan penyangga
ini. (lihat lamp iran 3) terowongan (After Bieniawski, 1989).
Apabila penambahan steel sets tidak
4.4 Total Displacement dilakukan kemungkinan keruntuhan

5
pada terowongan tersebut sangatlah kedalamannya maka makin besar nilai
besar. total displacementnya.
x Nilai total displacement bukan
dipengaruhi dari n ilai RM R-nya tetapi
dari kedalaman tero wongan/overburden
terowongan semakin besar

(1) (2) (3)


Gambar 4.1 Total Displacement pada Model 1 Kelas II b

(1) (2) (3)


Gambar 4.2 Total Displacement pada Model 3 Kelas III a

(1) (2) (3)


Gambar 4.3 Total Displacement pada Model 2 Kelas III b

Berdasarkan gambar-gambar di atas terowongan tersebut belum stabil sehingga


terlihat bagaimana nilai total displacement memungkinkan terjadi keruntuhan pada
pada tiap tahapan stage dari stage 1 sampai daerah berwarna coklat-oranye tersebut.
3. Terlihat bahwa pada kelas massa batuan Dari gambar terlihat pula pada kelas III a
III a (lihat gambar 4.2) dan III b (lihat dan III b yang mengalami pengurangan nilai
gambar 4.3) masih d itemukan warna coklat- total displacement pada model (dapat dilihat
oranye sebaliknya pada kelas massa batuan dari berku rangnya warna coklat-oranye pada
II b (lihat gambar 4.1) t idak ditemukan stage 2 dan 3 pada kelas III a serta III b).
warna tersebut. Warna coklat-oranye pada Pada model-model tersebut data
gambar tersebut menunjukkan nilai total berupa kenampakan struktur geologi berupa
displacement yang cukup tinggi yang berarti kekar pada penyangga sementara belu m

6
dapat dimasukkan karena keterbatasan data criteria keruntuhan
laboratoriu m yang tersedia, akan tetapi Generalized Hoek-Bro wn.
setidaknya dari model tersebut sudah dapat b. Pada kelas massa batuan III a
menggambarkan kondisi lapangan yang memiliki nilai total
sebenarnya. Dan apabila nantinya ingin displacement 0.0109638 m
didapatkan hasil analisis penyanggaan yang berdasarkan kriteria
lebih lengkap lagi, sebaiknya dilakukan keruntuhan Mohr Coloumb,
analisis tidak hanya dengan software Phase2 dan 0.0417228 m berdasarkan
tetapi dengan software-software lain juga criteria keruntuhan
seperti Dips untuk analisis kekar dan Generalized Hoek-Bro wn.
discontinuities lainnya yang terdapat di c. Pada kelas massa batuan III b
dalam terowongan. Seperti Unwedge, memiliki nilai total
Examine 2D, Examine 3D, Roc Support, displacement 0.00855922 m
Roclab, dan Rocdata. berdasarkan kriteria
Berikut in i merupakan contoh keruntuhan Mohr Coloumb,
analisis tambahan dengan menggunakan dan 0.0181428 m berdasarkan
software Roclab. Nilai mb, s, a, cohesion, criteria keruntuhan
dan friction angle merupakan nilai yang Generalized Hoek-Bro wn.
diperoleh dari hasil analisis menggunakan d. Karena nilai total displacement
Perangkat Lunak RocLab. Berdasarkan tabel pada kelas massa batuan II b <
4 (lihat lamp iran 7) terlihat perbedaan nilai 5 mm maka pemasangan
yang cukup signifikan hasil perbandingan penyangga pada kelas II b
dari data laboratoriu m dengan hasil dari tersebut relatif stabil dan aman
Roclab. Misal pada kelas massa batuan II b tidak akan terjad i keruntuhan
berdasarkan data laboratorium memiliki n ilai pada terowongan. Dengan
cohesion 3,4 Mpa dan friction angle 53 variasi ko mbinasi penyangga
sedangkan dari data Roclab memiliki n ilai sementara yang paling efektif
cohesion 0,135 Mpa dan friction angle 47,6. dengan nilai total
Hal ini berpengaruh juga dengan hasil displacementnya yang paling
analisis data-data tersebut setelah diproses kecil yakn i variasi beton
pada software Phase2. Seperti terlihat pada tembak I 50 mm, baut batuan
tabel 5 dan 6 (lihat lampiran 8) didapatkan panjang 3 m spasi 2 m ju mlah
nilai total displacement hasil dari data 10, dan beton tembak II 100
Roclab memiliki nilai yang relat if lebih mm.
besar dari data laboratorium hal ini e. Sedangkan untuk kelas massa
dikarenakan pada software Roclab ini karena batuan III a dan III b karena
pada Roclab ini terdapat parameter total displacement yang
WDPEDKDQ EHUXSD QLODL 1ci , n ilai GSI dihasilkan masih > 5 mm
(Geological Strenght Index), jenis litologi maka terowongan tersebut
(mi), faktor gangguan (D) yang lebih masih belu m stabil dan aman.
memp resentasikan kondisi sebenarnya dari Kemungkinan terjadi
lapangan. Sehingga data yang didapatkan keruntuhan pada kelas massa
pun lebih akurat dibanding dengan tidak batuan tersebut sangat besar.
menggunakan software Roclab. f. Nilai total displacement pada
suatu kelas massa batuan
bukan hanya dipengaruhi dari
V. KES IMPULAN DAN SARAN nilai RMR-nya tetapi dari
Kesimpul an kedalaman
Dari hasil pembahasan tersebut terowongan/overburden
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : terowongan semakin besar
1. Berdasarkan simu lasi software kedalamannya maka makin
Phase2 menunjukkan : besar nilai total
a. Pada kelas massa batuan II b displacementnya.
memiliki nilai total Saran
displacement 0.0028327 m x Pada kelas massa batuan III a dan
berdasarkan kriteria III b diperlukan variasi jenis
keruntuhan Mohr Coloumb, penyangga lain berupa steel set agar
dan 0.0028408 m berdasarkan terowongan pada kelas massa

7
batuan tersebut dapat stabil dan http://www.rockscience.com, 10
aman t idak mengalami keruntuhan. Juni 2012.
Koesnaryo, S. 1994. Diktat Kuliah
VI. DAFTAR PUS TAKA 7HNQLN 7HURZRQJDQ ³%XNX
Bieniawski, Z.T. 1989. Engineering Teknik Penyelidikan untuk
Rock Mass Classifications. New 5DQFDQJDQ 7HURZRQJDQ´
Yo rk : John Wiley & Sons . Yogyakarta : Jurusan Teknik
Brady, B. G. H dan Bro wn, E. T. Pertambangan UPN
1985. Rock Mechanics for Yogyakarta.
Underground Mining. George . 1994. Diktat Kuliah
Allen & Un win. 7HNQLN 7HURZRQJDQ ³%XNX
Condon,W.H, dkk, 1996., Peta Geo logi 5DQFDQJDQ 7HURZRQJDQ´
Lembar Banjarnegara dan Yogyakarta : Jurusan Teknik
Pekalongan, Jawa, Edisi ke dua, Pertambangan UPN
Pusat Penelitian dan Yogyakarta.
Pengembangan Geologi, Lembaga Penyelidikan Masalah
Bandung Bangunan. 1971. Peraturan
Dwiyanto J. S. 1994. Tesis Beton Bertulang Indonesia 1971
³3HPDQWDXDQ 3HPEDQJXQDQ NI-2. Bandung.
Terowongan Menggunakan Lucio, Canonica. 1991. Memahami
Konvergenmeter Kaitannya Beton Bertulang. Bandung :
dengan Pemasangan Penerbit Angkasa.
Penyangga di PLTA Tulis Jawa Menteri Pekerjaan Umu m. 2005.
Tengah. Bandung : Bidang Penyelidikan Geoteknik untuk
Khusus Geo mekanika Program Fondasi Bangunan Air.
Studi Rekayasa Pertambangan Keputusan Menteri Pekerjaan
Program Pascasarjana ITB. Umu m. No mor
. 2005. Hand out 498/KPTS/M/2005.t. t.
Geoteknik D4 Sungai dan Price, D. G. 2009. Engineering
Pantai. Bandung : Departemen Geology. Springer-Verlag
Pekerjaan Umu m. Berlin Heidelberg. Berlin
Eldebro, Catrin. 2003. Technical PT Terra Buana Manggala Jaya. 1984.
Report : Rock Mass Strenght. Pekerjaan Geologi Teknik dan
Lu lea University of Seismik Rencana Terowongan
Technology. PLTA Tulis.
Good man, Richard. E. 1989. _______________. 1988. Pekerjaan
Introduction to Rock Penyelidikan Geologi
Mechanics. Edisi Kedua. John Tambahan untuk Waterways
Wiley and Sons. New York PLTA Tulis.
Hoek, E., Kaiser, P.K. dan Bawden, Rai, Made. A dan Kramad ibrata,
W.F. 1995. Support of Suseno.1999. Mekanika Batuan.
underground excavations in Laboratoriu m Geo mekanika
hard rock. A.A Jurusan Teknik Pertambangan
Balkema/ Rotterdam/ Brookfield ITB. Bandung
Hoek, E. 2002. A brief history of the Waltham, Tony. 2009. Foundations of
Hoek-Brown criterion, Program Engineering Geology. Edisi
³5RFODE´ 85/ Ketiga. Spon Press. New York

8
VII. LAMPIRAN
Lampiran 1

Gambar 1.1 Headrace Tunnel Chainage 45-80 m Gambar 1.2 Model 1 Kelas II b

(1) (2) (3) (4)


Gambar 1.3 Stage 1-4 Model 1 Kelas II b

9
Lampiran 2

Gambar 2.1 Headrace Tunnel Chainage 80-120 m Gambar 2.2 Model 2 Kelas III b

(1) (2) (3) (4)


Gambar 2.3 Stage 1-4 Model 2 Kelas III b

10
Lampiran 3

Gambar 3.1 Headrace Tunnel Chainage 120-160 m Gambar 3.2 Model 3 Kelas III a

(1) (2) (3) (4)


Gambar 3.3 Stage 1-4 Model 3 Kelas III a

11
Lampiran 4
Tabel 1 Vari asi Ti pe Penyangga dan Total Displacements pada Kel as Massa Batuan II b

Tipe Penyangga Total Displacements

Beton Baut Batuan Beton Jenis Stages


No Failure Criteration
tembak I Tembak Material
(mm) Panjang Spasi II (mm)
(m) (m) Jumlah 1 2 3 4 5
1 50 3 1.2 8 100 Mohr Coulomb Elastic 3.93879e-018 m 0.0028778 m 0.00266825 m 0.00252003 m 0.00240962 m
2 50 3 1.2 10 100 Mohr Coulomb Elastic 3.93879e-018 m 0.0028778 m 0.00266825 m 0.00252003 m 0.00240952 m
3 50 3 1.5 8 100 Mohr Coulomb Elastic 3.93879e-018 m 0.0028778 m 0.00266815 m 0.00251993 m 0.00240942 m
4 50 3 1.5 10 100 Mohr Coulomb Elastic 3.93879e-018 m 0.0028778 m 0.00266795 m 0.00251983 m 0.00240932 m
5 50 3 1.7 10 100 Mohr Coulomb Elastic 3.93879e-018 m 0.0028778 m 0.00266795 m 0.00251983 m 0.00240942 m
6 50 3 2 10 100 Mohr Coulomb Elastic 3.93879e-018 m 0.0028778 m 0.00266775 m 0.00251963 m 0.00240922 m
7 50 4 1.2 8 100 Mohr Coulomb Elastic 3.93879e-018 m 0.0028778 m 0.00266845 m 0.00252033 m 0.00240992 m
8 50 4 1.2 10 100 Mohr Coulomb Elastic 3.93879e-018 m 0.0028778 m 0.00266845 m 0.00252033 m 0.00240982 m
9 50 4 1.5 8 100 Mohr Coulomb Elastic 3.93879e-018 m 0.0028778 m 0.00266835 m 0.00252013 m 0.00240962 m
10 50 4 1.5 10 100 Mohr Coulomb Elastic 3.93879e-018 m 0.0028778 m 0.00266815 m 0.00252003 m 0.00240952 m
11 50 4 1.7 10 100 Mohr Coulomb Elastic 3.93879e-018 m 0.0028778 m 0.00266815 m 0.00252003 m 0.00240962 m
12 50 4 2 10 100 Mohr Coulomb Elastic 3.93879e-018 m 0.0028778 m 0.00266785 m 0.00251973 m 0.00240932 m
13 50 3 1.2 8 100 Generalized Hoek-Brown Plastic 3.81008e-018 m 0.0028858 m 0.00267065 m 0.00252343 m 0.00241802 m
14 50 3 1.2 10 100 Generalized Hoek-Brown Plastic 3.81008e-018 m 0.0028858 m 0.00267065 m 0.00252343 m 0.00241792 m
15 50 3 1.5 8 100 Generalized Hoek-Brown Plastic 3.81008e-018 m 0.0028858 m 0.00267055 m 0.00252333 m 0.00241772 m
16 50 3 1.5 10 100 Generalized Hoek-Brown Plastic 3.81008e-018 m 0.0028858 m 0.00267045 m 0.00252323 m 0.00241772 m
17 50 3 1.7 10 100 Generalized Hoek-Brown Plastic 3.81008e-018 m 0.0028858 m 0.00267045 m 0.00252323 m 0.00241782 m
18 50 3 2 10 100 Generalized Hoek-Brown Plastic 3.81008e-018 m 0.0028858 m 0.00267025 m 0.00252303 m 0.00241752 m
19 50 4 1.2 8 100 Generalized Hoek-Brown Plastic 3.81008e-018 m 0.0028858 m 0.00267095 m 0.00252373 m 0.00241832 m
20 50 4 1.2 10 100 Generalized Hoek-Brown Plastic 3.81008e-018 m 0.0028858 m 0.00267095 m 0.00252373 m 0.00241822 m
21 50 4 1.5 8 100 Generalized Hoek-Brown Plastic 3.81008e-018 m 0.0028858 m 0.00267075 m 0.00252343 m 0.00241792 m
22 50 4 1.5 10 100 Generalized Hoek-Brown Plastic 3.81008e-018 m 0.0028858 m 0.00267065 m 0.00252343 m 0.00241792 m
23 50 4 1.7 10 100 Generalized Hoek-Brown Plastic 3.81008e-018 m 0.0028858 m 0.00267065 m 0.00252343 m 0.00241802 m
24 50 4 2 10 100 Generalized Hoek-Brown Plastic 3.81008e-018 m 0.0028858 m 0.00267035 m 0.00252313 m 0.00241772 m

12
Lampiran 5

Tabel 2 Vari asi Ti pe Penyangga dan Total Displacements pada Kel as Massa Batuan III b

Tipe Penyangga Total Displacements


Baut Batuan Jenis Stages
No Beton Beton Failure Criteration
tembak I Tembak Material
(mm) Panjang Spasi II (mm)
(m) (m) Jumlah 1 2 3 4 5
1 120 3 1.2 10 200 Mohr Coulomb Elastic 1.45317e-017 m 0.00872122 m 0.00716311 m 0.00667132 m 0.00625041 m
2 120 3 1.5 10 200 Mohr Coulomb Elastic 1.45317e-017 m 0.00872122 m 0.00716211 m 0.00667032 m 0.00624932 m
3 120 3 2 10 200 Mohr Coulomb Elastic 1.45317e-017 m 0.00872122 m 0.00716111 m 0.00666962 m 0.00624892 m
4 120 4 1.5 10 200 Mohr Coulomb Elastic 1.45317e-017 m 0.00872122 m 0.00716331 m 0.00667132 m 0.00625032 m
5 120 5 1.5 10 200 Mohr Coulomb Elastic 1.45317e-017 m 0.00872122 m 0.00716431 m 0.00667232 m 0.00625112 m
6 120 6 1.5 10 200 Mohr Coulomb Elastic 1.45317e-017 m 0.00872122 m 0.00716521 m 0.00667312 m 0.00625182 m
7 120 3 1.2 10 200 Generalized Hoek-Brown Plastic 0.00497639 m 0.022262 m 0.0113384 m 0.010706 m 0.0102835 m
8 120 3 1.5 10 200 Generalized Hoek-Brown Plastic 0.00497639 m 0.022262 m 0.0113325 m 0.0105006 m 0.0102396 m
9 120 3 2 10 200 Generalized Hoek-Brown Plastic 0.00497639 m 0.022262 m 0.0112794 m 0.0107504 m 0.0104945 m
10 120 4 1.5 10 200 Generalized Hoek-Brown Plastic 0.00497639 m 0.022262 m 0.0111804 m 0.0106719 m 0.0102 m
11 120 5 1.5 10 200 Generalized Hoek-Brown Plastic 0.00497639 m 0.022262 m 0.0113055 m 0.0107613 m 0.0106109 m
12 120 6 1.5 10 200 Generalized Hoek-Brown Plastic 0.00497639 m 0.022262 m 0.0115111 m 0.0104156 m 0.010425 m

13
Lampiran 6

Tabel 3 Vari asi Ti pe Penyangga dan Total Displacements pada Kel as Massa Batuan III a

Tipe Penyangga Total Displacements


Baut Batuan Jenis Stages
No Beton Beton Failure Criteration
tembak I Tembak Material
(mm) Panjang Spasi II (mm)
(m) (m) Jumlah 1 2 3 4 5
1 150 3 1.5 7 200 Mohr Coulomb Elastic 1.26587e-017 m 0.0108222 m 0.00829211 m 0.00800747 m 0.00748321 m
2 150 3 1.5 10 200 Mohr Coulomb Elastic 1.26587e-017 m 0.0108222 m 0.00829129 m 0.00800654 m 0.00748176 m
3 150 3 2 10 200 Mohr Coulomb Elastic 1.26587e-017 m 0.0108222 m 0.00829016 m 0.00800562 m 0.00748108 m
4 150 4 1.5 10 200 Mohr Coulomb Elastic 1.26587e-017 m 0.0108222 m 0.00829259 m 0.00800774 m 0.00748286 m
5 150 5 1.5 10 200 Mohr Coulomb Elastic 1.26587e-017 m 0.0108222 m 0.00829369 m 0.00800884 m 0.00748376 m
6 150 3 1.5 7 200 Generalized Hoek-Brown Plastic 0.0328014 m 0.0691253 m 0.042177 m 0.0412034 m 0.0409282 m
7 150 3 1.5 10 200 Generalized Hoek-Brown Plastic 0.0328014 m 0.0691253 m 0.0421902 m 0.0411194 m 0.0409678 m
8 150 3 2 10 200 Generalized Hoek-Brown Plastic 0.0328014 m 0.0691253 m 0.0423253 m 0.0413519 m 0.0409662 m
9 150 4 1.5 10 200 Generalized Hoek-Brown Plastic 0.0328014 m 0.0691253 m 0.042209 m 0.0411297 m 0.0409396 m
10 150 5 1.5 10 200 Generalized Hoek-Brown Plastic 0.0328014 m 0.0691253 m 0.04224 m 0.0411573 m 0.0409971 m

14
Lampiran 7
Tabel 4 Perbandingan Data Lab dan RocLab

RocLab Data Lab


Kelas
No Massa Litologi Failure Criteration Failure Criteration
Batuan Hoek- Hoek-
Brown Mohr-Coulomb Brown Mohr-Coulomb
1 II b Batupasir mb 0.867 cohesion 0.135 Mpa mb 0.17 cohesion 3.4 Mpa
s 0.0005 friction angle 47.6 deg s 0.004 friction angle 53 deg
a 0.506 a 0.5
2 III b Batupasir mb 0.478 cohesion 0.122 Mpa mb 0.12 cohesion 2.2 Mpa
s 0.0001 friction angle 33.33 s 0.001 friction angle 52.5 deg
a 0.511 a 0.5
Batulempung mb 0.112 cohesion 0.043 Mpa mb 0.12 cohesion 0.64 Mpa
s 0.0001 friction angle 14.97 deg s 0.001 friction angle 52 deg
a 0.511 a 0.5
3 III a Batupasir1 mb 0.478 cohesion 0.147 Mpa mb 0.12 cohesion 2.2 Mpa
s 0.0001 friction angle 31.11 deg s 0.001 friction angle 52.5 deg
a 0.511 a 0.5
Batupasir2 mb 0.867 cohesion 0.24 Mpa mb 0.17 cohesion 3.4 Mpa
s 0.0005 friction angle 40.09 deg s 0.004 friction angle 53 deg
a 0.506 a 0.5
Batulempung mb 0.112 cohesion 0.05 Mpa mb 0.12 cohesion 0.64 Mpa
s 0.0001 friction angle 13.53 deg s 0.001 friction angle 52 deg
a 0.511 a 0.5

15
Lampiran 8

Tabel 5 Vari asi Ti pe Penyangga dan Total Displ acements pada Kelas Massa Batuan

Tipe Penyangga Total Displacements


Kelas
Beton Baut Batuan Beton Jenis Stages
No Massa Failure Criteration
tembak I tembak Material
Batuan Panjang Spasi
(mm) (m) (m) Jumlah II (mm) 1 2 3 4 5
1 II b 50 3 1.2 10 100 Mohr Coulomb Elastic 3.93879e-018 m 0.0028778 m 0.00266825 m 0.00252003 m 0.00240952 m
2 II b 50 3 1.2 10 100 Generalized Hoek-Brown Plastic 3.81008e-018 m 0.0028858 m 0.00267065 m 0.00252343 m 0.00241792 m
3 III a 150 3 1.5 7 200 Mohr Coulomb Elastic 1.26587e-017 m 0.0108222 m 0.00829211 m 0.00800747 m 0.00748321 m
4 III a 150 3 1.5 7 200 Generalized Hoek-Brown Plastic 0.0328014 m 0.0691253 m 0.042177 m 0.0412034 m 0.0409282 m
5 III b 120 3 1.2 10 200 Mohr Coulomb Elastic 1.45317e-017 m 0.00872122 m 0.00716311 m 0.00667132 m 0.00625041 m
6 III b 120 3 1.2 10 200 Generalized Hoek-Brown Plastic 0.00497639 m 0.022262 m 0.0113384 m 0.010706 m 0.0102835 m

Tabel 6 Vari asi Ti pe Penyangga dan Total Displ acements pada Kelas Massa Batuan berdasarkan Rocl ab

Tipe Penyangga Total Displacements


Kelas
Beton Baut Batuan Beton Jenis Stages
No Massa Failure Criteration
tembak tembak Material
Batuan Panjang Spasi
I (mm) (m) (m) Jumlah II (mm) 1 2 3 4 5
1 II b 50 3 1.2 10 100 Mohr Coulomb Elastic 3.93879e-018 m 0.0028778 m 0.00266825 m 0.00252003 m 0.00240952 m
2 II b 50 3 1.2 10 100 Generalized Hoek-Brown Plastic 3.81008e-018 m 0.00317122 m 0.00287763 m 0.0027338 m 0.0026297 m
3 III a 150 3 1.5 7 200 Mohr Coulomb Elastic 1.26587e-017 m 0.0108222 m 0.00829211 m 0.00800747 m 0.00748321 m
4 III a 150 3 1.5 7 200 Generalized Hoek-Brown Plastic 0.0363881 m 0.112795 m 0.0474096 m 0.0455838 m 0.0450024 m
5 III b 120 3 1.2 10 200 Mohr Coulomb Elastic 1.45317e-017 m 0.00872122 m 0.00716311 m 0.00667132 m 0.00625041 m
6 III b 120 3 1.2 10 200 Generalized Hoek-Brown Plastic 0.00662543 m 0.040068 m 0.0126241 m 0.0118771 m 0.0108771 m

16

You might also like