Professional Documents
Culture Documents
Abstract
National development in Indonesia brings change habits become increasingly lavish lifestyle that leads to
consimptive behavior. Student as teenager was also affected. Consumptive behavior is the behavior of consumer
into buying that not based on need but desires of the irrational and excessive. Consumptive behavior is influence
by motivation, self esteem, observation, learning process, personality, self concept, lifestyle, culture, sosial class,
reference group and family. Student perform a variety of adjustment to gain acceptance of friend boarding as
reference group, which encourages student to conformity with the group. Conformity is a behavior adjusment to
gain acceptance in group. This study used 130 student boarding at Genuk Indah housing as a research subject.
Subjects were taken using proportional random sampling technique. Methods of data collection in this study are
using two scales, namely the conformity scale and consumptive behavior scale. The results of regression analysis
with simple analytical methods is rxy = 0,333 with p = 0.000 (p <0.05). The direction of the positive relationship
between two variables means that the highly the student conformity, the consumptive behavior will be highly.
The conformity provide an effective contribution of 10,9% on consumptive behavior.
Abstrak
Salah satu dampak dari perkembangan di Indonesia membawa gaya hidup bermewah-mewahan yang mendorong
munculnya perilaku konsumtif. Mahasiswa sebagai remaja juga terpengaruh. Perilaku konsumtif adalah perilaku
membeli yang didasarkan pada keinginan irasional dan eksesif dan bukan kebutuhan. Perilaku konsumtif
dipengaruhi oleh motivasi, harga diri, obervasi, proses belajar, kepribadian, konsep diri, gaya hidup, budaya,
kelas sosial, dan referensi kelompok serta keluarga. Mahasiswa menjadikan kelompok sebagai referensi sebagai
usahanya untuk berkonformitas dengan kelompok tersebut. Konformitas adalah perilaku menyesuaikan diri
dengan kelompok agar dapat diterima. Penelitian ini melibatkan 130 subjek yang tinggal di Genuk Indah yang
diambil dengan teknik sampling random proporsional. Pengumpulan data menggunakan dua skala yaitu Skala
konformitas dan Skala perilaku konsumtif. Analisis regresi dipakai untuk mengevaluasi data dan menghasilkan
rxy = 0.333 dengan p = 0.000 (p <0.05). Hasil ini menunjukkan adanya hubungan yang positif dan signifikan
antara konformitas dengan perilaku konsumtif dengan pengaruh 10.9% dari konformitas terhadap perilaku
konsumtif.
Kata kunci: perilaku konsumtif, konformitas, mahasiswa yang tinggal di tempat kos.
dengan kadar yang berbeda-beda. Hampir dalam masyarakat, tidak terlepas dari
tidak ada golongan yang luput dari hal pengaruh perilaku konsumtif, sehingga
tersebut. Kondisi ini dapat dicermati dengan remaja menjadi sasaran berbagai produk
semakin banyaknya tempat-tempat per- perusahaan. Pernyataan ini diperkuat oleh
belanjaan yang disebut dengan supermarket Sumartono (2002) yang mengatakan bahwa
atau mall (Astuti & Puspitawati, 2009). perilaku konsumtif begitu dominan di
Kondisi ini pada gilirannya menimbulkan kalangan remaja. Hal tersebut dikarenakan
apa yang disebut dengan budaya konsumer secara psikologis, remaja masih berada
atau lebih dikenal sebagai konsumtif. dalam proses pembentukan jati diri dan
Budaya konsumtif tersebut membentuk sangat sensitif terhadap pengaruh dari luar.
seseorang untuk melakukan perilaku Hal serupa diungkapkan oleh Segut (2008)
konsumtif. kelompok usia yang sangat konsumtif
adalah kelompok remaja.
Sembiring (2008) memperjelas bahwa
orang yang konsumtif dapat dikatakan tidak Remaja adalah seseorang yang berada
lagi mempertimbangkan fungsi dan pada rentang usia 12-21 tahun dengan
kegunaan ketika membeli barang, pembagian menjadi tiga masa, yaitu masa
melainkan mempertimbangkan prestise remaja awal 12-15 tahun, masa remaja
yang melekat pada barang itu. Dalam arti tengah 15-18 tahun, dan masa remaja
luas konsumtif adalah perilaku berkonsumsi akhir 18-21 tahun (Monks, dkk, 2002).
yang boros dan berlebihan, yang lebih Pada usia ini remaja mengalami perubahan
mendahulukan keinginan daripada baik secara fisik maupun psikis.
kebutuhan serta tidak ada skala prioritas Perubahan ini berlangsung begitu cepat
atau dapat diartikan sebagai gaya hidup dan sangat dipengaruhi tren dan mode.
yang mewah.
Tugas perkembangan remaja menurut
Tambunan (2001) menjelaskan bahwa Havighurst (dalam Hurlock, 2002) antara
perilaku konsumtif merupakan keinginan lain menerima perubahan fisik dan
untuk mengkonsumsi barang-barang yang menerima perasaan secara maskulin dan
sebenarnya kurang diperlukan secara feminism, membentuk hubungan sebaya
berlebihan untuk mencapai kepuasan dengan laki-laki ataupun perempuan,
maksimal. mencapai kebebasan secara emosional dari
orangtua, mulai mempersiapkan diri untuk
Menurut Lubis (dalam Sumartono, 2002) kebebasan secara ekonomi, menyeleksi dan
mendefinisikan perilaku konsumtif sebagai mempersiapkan diri dengan sebuah
perilaku yang tidak lagi berdasarkan pada pekerjaan, membangun kemampuan sosial
pertimbangan yang rasional, melainkan serta kompetensi, memiliki keinginan untuk
karena adanya keinginan yang sudah bertanggungjawab secara sosial,
mencapai taraf yang sudah tidak rasional mempersiapkan diri akan pernikahan dan
lagi. Perilaku konsumtif melekat pada kehidupan keluarga, dan membangun
seseorang bila orang tersebut membeli kesadaran yang harmonis dengan keluarga.
sesuatu diluar kebutuhan rasional, dan
pembelian tidak lagi didasarkan pada faktor Salah satu tugas perkembangan remaja
kebutuhan (need) tetapi sudah ada faktor menurut Havighurst (dalam Hurlock, 2002)
keinginan (want). adalah mulai persiapan diri untuk
kebebasan secara ekonomi. Pada tahap ini
Jatman (dalam Yustisi, 2009) mengatakan remaja dituntut untuk mulai berlatih
bahwa remaja sebagai salah satu golongan mencapai kesanggupan berdiri sendiri
57 Jurnal Psikologi Undip Vol.12 No.1 April 2013
secara ekonomi. Pada kenyataannya, remaja yang cocok dan sesuai dengan pilihan dan
tidak melakukan hal-hal yang berkaitan selera mereka.
dengan kemandiriannya secara ekonomi,
mereka cenderung melakukan hal-hal lain Demikian juga yang terjadi pada mahasiswi
yang berkaitan dengan pembelian yang yang merupakan bagian dari remaja.
berlebih atau perilaku konsumtif. Perilaku konsumtif pada mahasiswi
sebenarnya dapat dimengerti bila melihat
Remaja akan melakukan berbagai macam usia mahasiswi sebagai usia peralihan
cara untuk memuaskan keinginannya untuk dalam mencari identitas diri.
berbelanja. Survei yang dilakukan oleh
Deteksi Jawa Pos menemukan bahwa 20,9 Mahasiswi ingin diakui eksistensinya oleh
% dari 1.074 responden yang berstatus lingkungan dengan berusaha menjadi
sebagai pelajar yang berdomisili di Jakarta bagian dari lingkungan itu. Kebutuhan
dan Surabaya mengaku pernah untuk diterima dan menjadi sama dengan
menggunakan uang spp-nya untuk membeli orang lain yang sebaya itu menyebabkan
barang incarannya ataupun hanya untuk remaja berusaha untuk mengikuti berbagai
bersenang-senang (Sitohang, 2009). atribut yang sedang in. Menjadi masalah
ketika kecenderungan yang sebenarnya
Penelitian Sriatmini (2009) pada remaja di wajar pada remaja ini dilakukan secara
Malang menunjukkan bahwa remaja gengsi berlebihan. Terkadang apa yang dituntut
dan merasa malu jika tidak membeli oleh remaja di luar kemampuan orang
barang-barang yang tidak bermerek dan tuanya sebagai sumber dana. Menurut
mereka merasa dikucilkan temannya, Zebua & Nurdjayadi (dalam Sitohang,
meskipun tidak mempunyai uang tetapi 2009), membeli tidak lagi dilakukan karena
mereka akan tetap membeli barang produk tersebut memang dibutuhkan, tetapi
bermerek tersebut sekalipun dengan jalan membeli dilakukan karena alasan-alasan
yang tidak wajar. Banyak siswa di SMAN lain seperti sekedar mengikuti arus mode,
se-Kota Malang (79,60%) menyatakan hanya ingin mencoba produk baru, dan
melakukan tindakan-tindakan yang negatif ingin memperoleh fungsi yang
seperti meminjam uang, mencuri, memalak, sesungguhnya dan menjadi suatu ajang
menipu, berbohong, bahkan melakukan pemborosan biaya karena belum memiliki
tindak kekerasan terhadap orang lain hanya penghasilan sendiri.
untuk memenuhi hasrat berbelanjanya.
Masalah lebih besar terjadi apabila
Reynold (dalam Hasibuan, 2010) pemenuhan akan keinginan itu dilakukan
menyatakan bahwa remaja putri lebih dengan segala macam cara yang tidak sehat.
banyak membelanjakan uangnya daripada Mulai dari pola bekerja yang berlebihan
remaja putra untuk keperluan penampilan sampai menggunakan cara instan seperti
seperti pakaian, kosmetik, aksesoris, dan korupsi. Pada akhirnya perilaku konsumtif
sepatu. Beberapa remaja putri mengaku bukan saja memiliki dampak ekonomi, tapi
bahwa mereka tidak dapat menahan diri juga dampak psikologis, sosial bahkan etika
atau mengendalikan diri ketika mereka (Tambunan, 2001).
memiliki kebutuhan akan suatu produk atau
barang yang hendak dibelinya. Selain itu, Perilaku konsumtif juga sangat berperan
ketika mereka membutuhkan sesuatu dalam hal penjerumusan mahasiswi ke
mereka umumnya tidak melakukan survei lembah prostitusi. Pola hidup glamor yang
terlebih dahulu. Alasan mereka adalah agar ditampilkan oleh remaja-remaja Indonesia
tidak terlalu lama dalam memilih barang lewat sinetron dan media massa lainnya
Hubungan Antara Konformitas Dengan Perilaku Konsumtif Pada Mahasiswa 58
di Genuk Indah Semarang
Fitriyani, Widodo, Fauziah
akan membeli suatu produk untuk menjadi serta gaya hidup untuk menyamakan diri
konform dengan kelompoknya, atau karena dengan teman-temannya, maka mereka
kelompoknya memberikan informasi mendapatkan pengakuan dari teman-teman
mengenai produk tersebut (Cohen dan kosnya.
Golden dalam Ismail, 2011).
Penelitian ini di fokuskan pada mahasiswi Dari wawancara tersebut dapat dilihat
kos dalam usia remaja akhir (18-21 tahun) adanya unsur perilaku membeli yang tidak
dengan mengambil tempat penelitian di sesuai dengan kebutuhan dilakukan untuk
Perumahan Genuk Indah Semarang. Hasil hubungan konformitas yang telah dibentuk
pengumpulan data awal menunjukkan oleh mahasiswi dengan peer groupnya di
adanya perilaku konsumtif yang dilakukan kos dan juga terdapat unsur kesenangan,
mahasiswi, antara lain membeli barang sehingga menyebabkan seseorang menjadi
dengan label beli satu gratis satu, pembelian boros yang dikenal dengan istilah perilaku
dilakukan karena warna kemasan yang konsumtif. Hal ini sejalan dengan pendapat
menarik, barang yang diskon menjadi Spangenberg, Sprott, Grohmann and Smith
prioritas saat belanja, membeli baju yang (dalam Rusich, 2008) yang menyatakan
hanya dijual di distro tertentu, membeli bahwa disaat seseorang menyatakan
barang karena pengaruh dari iklan yang ataupun telah melakukan pembelian produk
cantik, dan merasa percaya diri saat dikarenakan adanya tekanan atau paksaan
memakai barang yang harganya mahal. dari kelompok, maka saat itu juga dapat
Perilaku konsumtif tersebut sesuai dengan dikatakan bahwa konformitas memberikan
indikator perilaku konsumtif yang peran penting pada pemakaian ataupun
diungkapkan oleh Sumartono (2002) yaitu konsumsi produk. Kondisi ini menyebabkan
membeli produk karena iming-iming munculnya pemborosan yang dilakukan
hadiah, membeli produk karena mahasiswi kos dalam menggunakan
kemasannya menarik, membeli produk uangnya, sehingga hal ini penting untuk
demi menjaga penampilan dan gengsi, diteliti. Berdasarkan uraian fenomena
membeli produk atas pertimbangan harga, diatas, peneliti ingin mengetahui hubungan
membeli produk hanya sekedar menjaga antara konformitas dengan perilaku
simbol status, memakai produk karena konsumtif pada mahasiswi kos di
unsur konformitas terhadap model yang perumahan Genuk Indah Semarang.
mengiklankan, memunculkan penilaian
bahwa membeli produk dengan harga Berdasarkan uraian latar belakang masalah
mahal akan menimbulkan rasa percaya diri diatas, maka rumusan permasalahan dalam
yang tinggi, dan mencoba lebih dari dua penelitian ini adalah apakah terdapat
produk sejenis yang berbeda merek pada hubungan antara konformitas dengan
mahasiswi kos di Perumahan Genuk Indah perilaku konsumtif pada mahasiswi kos di
sebagai subjek penelitian ini, menunjukkan perumahan Genuk Indah Semarang?
bahwa terdapat beberapa bentuk perilaku Seberapa besar pengaruh konformitas
konsumtif pernah dilakukan mahasiswi. terhadap munculnya perilaku konsumtif
pada mahasiswi kos di perumahan Genuk
Berdasarkan wawancara yang dilakukan Indah Semarang?
peneliti dengan salah satu mahasiswi kos di Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
perumahan Genuk Indah (September 2011), hubungan antara konformitas dengan
diperoleh informasi bahwa apabila perilaku konsumtif pada mahasiswi kos di
mahasiswi yang tinggal di kos memiliki perumahan Genuk Indah Semarang,
kecenderungan dalam hal membeli barang mengetahui hubungan antara rentang usia
untuk pemenuhan kebutuhan kamar kos dan tingkat semester dengan munculnya
Hubungan Antara Konformitas Dengan Perilaku Konsumtif Pada Mahasiswa 62
di Genuk Indah Semarang
Fitriyani, Widodo, Fauziah
perilaku konsumtif serta menganalisis tinggi, dan mencoba lebih dari dua produk
konformitas dan perilaku konsumtif sejenis yang berbeda merek.
berdasarkan blok dan fakultas.
Skala konformitas bertujuan unutk
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian mengukur tingkat kecenderungan
ini adalah ada hubungan positif antara konformitas terhadap teman kos. Skala
konformitas dengan perilaku konsumtif Konformitas dapat diukur melalui skala
pada mahasiswi kos di perumahan Genuk konformitas yang disusun berdasarkan
Indah Semarang. Konformitas yang ada di dasar pembentuk konformitas yang
dalam lingkungan akan mempengaruhi dikemukakan oleh Myers (2010) yaitu
tinggi rendahnya pula perilaku konsumsi pengaruh normatif dan pengaruh
pada mahasiswi kos di perumahan Genuk informasional. Teknik analisis yang
Indah. Semakin tinggi konformitas maka digunakan adalah teknik Analisis Regresi
semakin tinggi pula perilaku konsumtif sederhana dengan bantuan program
pada mahasiswi kos. Sebaliknya semakin komputer Statistical SPSS version 17.0.
rendah konformitas, maka semakin rendah
perilaku konsumtif pada mahasiswi kos. HASIL DAN DISKUSI
Hasil dari pengujian hipotesis menunjukkan konsumtif pada mahasiswi kos. Interaksi
bahwa terdapat hubungan positif antara intensif yang terjadi di kos membuat satu
konformitas dengan perilaku konsumtif sama lain saling mempengaruhi, dan
pada mahasiswi kos di Perumahan Genuk memungkinkan teman kos menjadi
Indah Semarang. Hasil tersebut ditunjukkan kelompok referensi bagi mahasiswi kos.
dengan koefisien korelasi rxy= 0,330 Sumartono (2002) menyatakan bahwa
dengan p=0,000 (p<0,05). Hal tersebut dalam menentukan produk yang akan
berarti bahwa terdapat hubungan yang dikonsumsinya seseorang melihat
signifikan antara variabel konformitas kelompok referensinya. Pada umumnya
dengan perilaku konsumtif pada mahasiswi individu cenderung untuk memiliki sikap
kos di perumahan Genuk Indah Semarang. konformis atau searah dengan sikap
kelompok. Keinginan untuk diterima dalam
Nilai rxy positif menunjukkan arah kelompok referensi mendorong mahasiswi
melakukan berbagai penyesuaian agar
hubungan kedua variabel positif, yaitu
selaras dengan kelompoknya khususnya
semakin tinggi konformitas yang dimiliki
dalam hal mengkonsumsi dan dapat
oleh mahasiswi, maka semakin tinggi pula
memunculkan perilaku konsumtif.
perilaku konsumtif. Begitu sebaliknya,
semakin rendah konfomitas yang dimiliki
Perilaku konsumtif diawali dengan
oleh mahasiswi, perilaku konsumtif akan
munculnya keinginan berlebihan untuk
semakin rendah. Hasil penelitian ini sesuai
memiliki suatu barang. Keinginan untuk
dengan hipotesis yang diajukan peneliti,
memiliki suatu barang bukan didasarkan
yaitu terdapat hubungan positif antara
pada kebutuhan, tetapi sekedar simbol
konformitas dengan perilaku konsumtif
status agar terlihat keren dimata oranglain.
pada mahasiswi kos di perumahan Genuk
Dalam pandangan Lubis (dalam Sumartono,
Indah Semarang.
2002), keadaan ini disebut dengan perilaku
konsumtif.
Hasil penelitian menunjukkan nilai korelasi
sebesar 0,333 dengan sumbangan efektif
Perilaku konsumtif adalah suatu perilaku
sebesar 10,9%. Hal tersebut menunjukkan
yang tidak lagi didasarkan pada
bahwa konformitas mempengaruhi
pertimbangan yang rasional, melainkan
munculnya perilaku konsumtif pada
karena adanya keinginan yang sudah
mahasiswi kos sebesar 10,9%, dan sisanya
mencapai taraf yang sudah tidak rasional
sebesar 89,1% dipengaruhi oleh faktor lain
lagi. Secara pragmatis, perilaku konsumtif
yang tidak diungkap dalam penelitian ini.
dapat diartikan sebagai suatu tindakan
memakai produk secara tidak tuntas.
Berdasarkan kategorisasi perilaku
Artinya, belum habis suatu produk yang
konsumtif, sebesar 41,27% (52 dari 126
dipakai, seseorang telah menggunakan
orang) sample penelitian berada pada
produk jenis yang sama dengan merek yang
kategori tinggi. Hal tersebut menunjukkan
berbeda.
bahwa rata-rata mahasiswi kos di
perumahan Genuk Indah memiliki perilaku
Salah satu faktor yang mempengaruhi
konsumtif yang tinggi.
tingginya perilaku konsumtif adalah
pengaruh kelompok referensi. Kelompok
Munculnya hubungan antara konformitas
referensi memiliki pengaruh yang cukup
dengan perilaku konsumtif dalam penelitian
kuat dalam membentuk kepribadian dan
ini disebabkan pada hakikatnya konformitas
perilaku seseorang. Kelompok referensi
merupakan faktor eksternal yang berperan
digunakan sebagai alat untuk
dalam menentukan munculnya perilaku
Hubungan Antara Konformitas Dengan Perilaku Konsumtif Pada Mahasiswa 64
di Genuk Indah Semarang
Fitriyani, Widodo, Fauziah