You are on page 1of 14

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN PERILAKU

KONSUMTIF PADA MAHASISWA DI GENUK INDAH SEMARANG


Nur Fitriyani, Presetyo Budi Widodo, Nailul Fauziah

Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro


Jl. Prof Sudharto. SH, Kampus Tembalang, Semarang, 50275

phytrycayangmum@yahoo.com, pbundip@yahoo.com, nailul_f@yahoo.com

Abstract

National development in Indonesia brings change habits become increasingly lavish lifestyle that leads to
consimptive behavior. Student as teenager was also affected. Consumptive behavior is the behavior of consumer
into buying that not based on need but desires of the irrational and excessive. Consumptive behavior is influence
by motivation, self esteem, observation, learning process, personality, self concept, lifestyle, culture, sosial class,
reference group and family. Student perform a variety of adjustment to gain acceptance of friend boarding as
reference group, which encourages student to conformity with the group. Conformity is a behavior adjusment to
gain acceptance in group. This study used 130 student boarding at Genuk Indah housing as a research subject.
Subjects were taken using proportional random sampling technique. Methods of data collection in this study are
using two scales, namely the conformity scale and consumptive behavior scale. The results of regression analysis
with simple analytical methods is rxy = 0,333 with p = 0.000 (p <0.05). The direction of the positive relationship
between two variables means that the highly the student conformity, the consumptive behavior will be highly.
The conformity provide an effective contribution of 10,9% on consumptive behavior.

Keywords: Consumptive behavior, conformity, college student boarding.

Abstrak

Salah satu dampak dari perkembangan di Indonesia membawa gaya hidup bermewah-mewahan yang mendorong
munculnya perilaku konsumtif. Mahasiswa sebagai remaja juga terpengaruh. Perilaku konsumtif adalah perilaku
membeli yang didasarkan pada keinginan irasional dan eksesif dan bukan kebutuhan. Perilaku konsumtif
dipengaruhi oleh motivasi, harga diri, obervasi, proses belajar, kepribadian, konsep diri, gaya hidup, budaya,
kelas sosial, dan referensi kelompok serta keluarga. Mahasiswa menjadikan kelompok sebagai referensi sebagai
usahanya untuk berkonformitas dengan kelompok tersebut. Konformitas adalah perilaku menyesuaikan diri
dengan kelompok agar dapat diterima. Penelitian ini melibatkan 130 subjek yang tinggal di Genuk Indah yang
diambil dengan teknik sampling random proporsional. Pengumpulan data menggunakan dua skala yaitu Skala
konformitas dan Skala perilaku konsumtif. Analisis regresi dipakai untuk mengevaluasi data dan menghasilkan
rxy = 0.333 dengan p = 0.000 (p <0.05). Hasil ini menunjukkan adanya hubungan yang positif dan signifikan
antara konformitas dengan perilaku konsumtif dengan pengaruh 10.9% dari konformitas terhadap perilaku
konsumtif.

Kata kunci: perilaku konsumtif, konformitas, mahasiswa yang tinggal di tempat kos.

PENDAHULUAN bertambah. Kondisi tersebut membawa


Majunya Pembangunan Nasional Indonesia kebiasaan dan gaya hidup juga berubah
diiringi dengan tingkat kompleksitas dalam waktu yang relatif singkat menuju ke
masyarakat yang lebih tinggi. Adanya arah semakin mewah dan berlebihan. Pola
kemajuan ini secara nyata menyebabkan konsumsi seperti ini terjadi pada hampir
hasrat konsumtif dan daya beli juga semua lapisan masyarakat, meskipun
55
Hubungan Antara Konformitas Dengan Perilaku Konsumtif Pada Mahasiswa 56
di Genuk Indah Semarang
Fitriyani, Widodo, Fauziah

dengan kadar yang berbeda-beda. Hampir dalam masyarakat, tidak terlepas dari
tidak ada golongan yang luput dari hal pengaruh perilaku konsumtif, sehingga
tersebut. Kondisi ini dapat dicermati dengan remaja menjadi sasaran berbagai produk
semakin banyaknya tempat-tempat per- perusahaan. Pernyataan ini diperkuat oleh
belanjaan yang disebut dengan supermarket Sumartono (2002) yang mengatakan bahwa
atau mall (Astuti & Puspitawati, 2009). perilaku konsumtif begitu dominan di
Kondisi ini pada gilirannya menimbulkan kalangan remaja. Hal tersebut dikarenakan
apa yang disebut dengan budaya konsumer secara psikologis, remaja masih berada
atau lebih dikenal sebagai konsumtif. dalam proses pembentukan jati diri dan
Budaya konsumtif tersebut membentuk sangat sensitif terhadap pengaruh dari luar.
seseorang untuk melakukan perilaku Hal serupa diungkapkan oleh Segut (2008)
konsumtif. kelompok usia yang sangat konsumtif
adalah kelompok remaja.
Sembiring (2008) memperjelas bahwa
orang yang konsumtif dapat dikatakan tidak Remaja adalah seseorang yang berada
lagi mempertimbangkan fungsi dan pada rentang usia 12-21 tahun dengan
kegunaan ketika membeli barang, pembagian menjadi tiga masa, yaitu masa
melainkan mempertimbangkan prestise remaja awal 12-15 tahun, masa remaja
yang melekat pada barang itu. Dalam arti tengah 15-18 tahun, dan masa remaja
luas konsumtif adalah perilaku berkonsumsi akhir 18-21 tahun (Monks, dkk, 2002).
yang boros dan berlebihan, yang lebih Pada usia ini remaja mengalami perubahan
mendahulukan keinginan daripada baik secara fisik maupun psikis.
kebutuhan serta tidak ada skala prioritas Perubahan ini berlangsung begitu cepat
atau dapat diartikan sebagai gaya hidup dan sangat dipengaruhi tren dan mode.
yang mewah.
Tugas perkembangan remaja menurut
Tambunan (2001) menjelaskan bahwa Havighurst (dalam Hurlock, 2002) antara
perilaku konsumtif merupakan keinginan lain menerima perubahan fisik dan
untuk mengkonsumsi barang-barang yang menerima perasaan secara maskulin dan
sebenarnya kurang diperlukan secara feminism, membentuk hubungan sebaya
berlebihan untuk mencapai kepuasan dengan laki-laki ataupun perempuan,
maksimal. mencapai kebebasan secara emosional dari
orangtua, mulai mempersiapkan diri untuk
Menurut Lubis (dalam Sumartono, 2002) kebebasan secara ekonomi, menyeleksi dan
mendefinisikan perilaku konsumtif sebagai mempersiapkan diri dengan sebuah
perilaku yang tidak lagi berdasarkan pada pekerjaan, membangun kemampuan sosial
pertimbangan yang rasional, melainkan serta kompetensi, memiliki keinginan untuk
karena adanya keinginan yang sudah bertanggungjawab secara sosial,
mencapai taraf yang sudah tidak rasional mempersiapkan diri akan pernikahan dan
lagi. Perilaku konsumtif melekat pada kehidupan keluarga, dan membangun
seseorang bila orang tersebut membeli kesadaran yang harmonis dengan keluarga.
sesuatu diluar kebutuhan rasional, dan
pembelian tidak lagi didasarkan pada faktor Salah satu tugas perkembangan remaja
kebutuhan (need) tetapi sudah ada faktor menurut Havighurst (dalam Hurlock, 2002)
keinginan (want). adalah mulai persiapan diri untuk
kebebasan secara ekonomi. Pada tahap ini
Jatman (dalam Yustisi, 2009) mengatakan remaja dituntut untuk mulai berlatih
bahwa remaja sebagai salah satu golongan mencapai kesanggupan berdiri sendiri
57 Jurnal Psikologi Undip Vol.12 No.1 April 2013

secara ekonomi. Pada kenyataannya, remaja yang cocok dan sesuai dengan pilihan dan
tidak melakukan hal-hal yang berkaitan selera mereka.
dengan kemandiriannya secara ekonomi,
mereka cenderung melakukan hal-hal lain Demikian juga yang terjadi pada mahasiswi
yang berkaitan dengan pembelian yang yang merupakan bagian dari remaja.
berlebih atau perilaku konsumtif. Perilaku konsumtif pada mahasiswi
sebenarnya dapat dimengerti bila melihat
Remaja akan melakukan berbagai macam usia mahasiswi sebagai usia peralihan
cara untuk memuaskan keinginannya untuk dalam mencari identitas diri.
berbelanja. Survei yang dilakukan oleh
Deteksi Jawa Pos menemukan bahwa 20,9 Mahasiswi ingin diakui eksistensinya oleh
% dari 1.074 responden yang berstatus lingkungan dengan berusaha menjadi
sebagai pelajar yang berdomisili di Jakarta bagian dari lingkungan itu. Kebutuhan
dan Surabaya mengaku pernah untuk diterima dan menjadi sama dengan
menggunakan uang spp-nya untuk membeli orang lain yang sebaya itu menyebabkan
barang incarannya ataupun hanya untuk remaja berusaha untuk mengikuti berbagai
bersenang-senang (Sitohang, 2009). atribut yang sedang in. Menjadi masalah
ketika kecenderungan yang sebenarnya
Penelitian Sriatmini (2009) pada remaja di wajar pada remaja ini dilakukan secara
Malang menunjukkan bahwa remaja gengsi berlebihan. Terkadang apa yang dituntut
dan merasa malu jika tidak membeli oleh remaja di luar kemampuan orang
barang-barang yang tidak bermerek dan tuanya sebagai sumber dana. Menurut
mereka merasa dikucilkan temannya, Zebua & Nurdjayadi (dalam Sitohang,
meskipun tidak mempunyai uang tetapi 2009), membeli tidak lagi dilakukan karena
mereka akan tetap membeli barang produk tersebut memang dibutuhkan, tetapi
bermerek tersebut sekalipun dengan jalan membeli dilakukan karena alasan-alasan
yang tidak wajar. Banyak siswa di SMAN lain seperti sekedar mengikuti arus mode,
se-Kota Malang (79,60%) menyatakan hanya ingin mencoba produk baru, dan
melakukan tindakan-tindakan yang negatif ingin memperoleh fungsi yang
seperti meminjam uang, mencuri, memalak, sesungguhnya dan menjadi suatu ajang
menipu, berbohong, bahkan melakukan pemborosan biaya karena belum memiliki
tindak kekerasan terhadap orang lain hanya penghasilan sendiri.
untuk memenuhi hasrat berbelanjanya.
Masalah lebih besar terjadi apabila
Reynold (dalam Hasibuan, 2010) pemenuhan akan keinginan itu dilakukan
menyatakan bahwa remaja putri lebih dengan segala macam cara yang tidak sehat.
banyak membelanjakan uangnya daripada Mulai dari pola bekerja yang berlebihan
remaja putra untuk keperluan penampilan sampai menggunakan cara instan seperti
seperti pakaian, kosmetik, aksesoris, dan korupsi. Pada akhirnya perilaku konsumtif
sepatu. Beberapa remaja putri mengaku bukan saja memiliki dampak ekonomi, tapi
bahwa mereka tidak dapat menahan diri juga dampak psikologis, sosial bahkan etika
atau mengendalikan diri ketika mereka (Tambunan, 2001).
memiliki kebutuhan akan suatu produk atau
barang yang hendak dibelinya. Selain itu, Perilaku konsumtif juga sangat berperan
ketika mereka membutuhkan sesuatu dalam hal penjerumusan mahasiswi ke
mereka umumnya tidak melakukan survei lembah prostitusi. Pola hidup glamor yang
terlebih dahulu. Alasan mereka adalah agar ditampilkan oleh remaja-remaja Indonesia
tidak terlalu lama dalam memilih barang lewat sinetron dan media massa lainnya
Hubungan Antara Konformitas Dengan Perilaku Konsumtif Pada Mahasiswa 58
di Genuk Indah Semarang
Fitriyani, Widodo, Fauziah

cukup menggugah untuk merubah pola


hidup dengan cara instan (Batubara, 2011). Suyasa dan Fransisca (2005) menyatakan
Berdasarkan pengakuan mahasiswi yang bahwa dampak negatif yang muncul dari
terjaring razia PSK di Sunter, mereka perilaku konsumtif adalah dapat
mengaku nekat terjun ke dunia malam menyebabkan kecemasan. Hal tersebut
karena silau oleh seorang rekan yang dikarenakan individu selalu merasa bahwa
nyambi menjadi PSK sehingga memiliki ada tuntutan untuk membeli barang yang
banyak uang dan barang-barang berharga diinginkannya.
mahal (Warkot, 2008).
Mahasiswi yang masih tergolong remaja
Alasan yang sering diungkapkan dari tidak lagi tinggal bersama orangtuanya
beberapa gelintir mahasiswa yang menjadi selama menempuh pendidikannya di
pelaku prostitusi, kebanyakan dari mereka perguruan tinggi. Lingkungan pertama yang
beralasan kendala ekonomi untuk memiliki interaksi langsung dengan
memenuhi kebutuhan sehari-hari terutama mahasiswi adalah lingkungan kos. Kos
biaya kuliah. Ini alasan yang jauh dari merupakan tempat tinggal sementara bagi
rasional, masih banyak pekerjaan lain yang mahasiswi selama menempuh pendidikan di
halal. Kebanyakan dari mereka selalu perguruan tinggi. Pada umumnya, kos
mengedepankan rasa gengsi, tak mau terletak tidak jauh dari kampus dan
sedikit bersusah dulu, lebih baik dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang
menjajakan diri mendapatkan imbalan yang dapat memberikan kenyamanan. Kos bukan
besar ketimbang bekerja mengeluarkan saja sebagai tempat tinggal sementara,
tenaga banyak tapi hasilnya sedikit demi namun kos merupakan tempat dimana
memenuhi kebutuhan akan kemewahan. mahasiswi melakukan aktivitas sosial dan
menjalin relasi sosial dengan teman kosnya.
Irmasari (2010) mengatakan bahwa perilaku Ikatan pertemanan antar penghuni kos yang
konsumtif akan menimbulkan dampak terjalin setiap hari membuat hubungan antar
negatif, terutama bagi remaja. Dampak penghuni kos menjadi erat dan mahasiswi
negatif perilaku konsumtif antara lain menjadikan teman kosnya sebagai
kecemburuan sosial, mengurangi kelompok referensi untuk setiap
kesempatan untuk menabung dan aktivitasnya, termasuk dalam perilaku
cenderung tidak memikirkan kebutuhan konsumtif.
yang akan datang. Kecemburuan sosial
muncul karena orang akan membeli semua Mowen & Minor (2002) mendefinisikan
barang yang diinginkan tanpa memikirkan kelompok referensi sebagai kelompok yang
harga barang tersebut murah atau mahal, dianggap sebagai kerangka rujukan bagi
barang tersebut diperlukan atau tidak, individu dalam pengambilan keputusan
sehingga bagi orang yang tidak mampu pembelian atau konsumsi mereka.
mereka tidak akan sanggup untuk Kelompok referensi ini sangat kuat
mengikuti pola kehidupan yang seperti itu. mempengaruhi kehidupan individu, hai
Perilaku konsumtif menyebabkan seseorang tersebut terkait dengan pengakuan dari
cenderung lebih banyak membelanjakan kelompok tersebut terhadap anggota
uangnya dibandingkan menyisihkan untuk kelompoknya.
ditabung. Dampak negatif dari perilaku
konsumtif muncul ketika seseorang Mahasiswi berusaha untuk menampilkan
mengkonsumsi lebih banyak barang pada VHVXDWX \DQJ WHUNHVDQ ´ZDK´ GDODP
saat sekarang tanpa berpikir kebutuhannya pemenuhan kebutuhan kos serta gaya
di masa datang. hidupnya untuk memperoleh suatu
59 Jurnal Psikologi Undip Vol.12 No.1 April 2013

penerimaan, pengakuan dari teman-teman bahwa konformitas terhadap kelompok


di kos sebagai kelompok referensinya. Hal teman sebaya ternyata merupakan suatu hal
tersebut membuat mereka merasa sensitif yang paling banyak terjadi pada fase
dan tersaingi sehingga mendorong mereka remaja. Sesuai dengan perkembangannya,
melakukan berbagai upaya agar tampilan tugas remaja menurut Havighurst (dalam
diri sebagai mahasiswi yang tinggal di kos Hurlock, 2002) adalah membentuk
sesuai dengan tuntutan komunitas sosial hubungan sebaya, banyak remaja bersedia
mereka. Keinginan untuk memenuhi melakukan berbagai perilaku demi
tuntutan tersebut juga kemungkinan pengakuan kelompok bahwa ia adalah
mendorong mahasiswi yang tinggal di kos bagian yang tidak terpisahkan dari
untuk berperilaku konsumtif. kelompok tersebut. Chen-Yu dan Seock
(dalam Derussy, 2008), keinginan yang kuat
Keinginan untuk diterima dan takut untuk melepaskan diri dari keterikatan
dikucilkan, mendorong mahasiswi berusaha dengan orang tua membuat remaja mencari
untuk menjadi sama dengan teman kosnya. dukungan sosial melalui teman sebaya.
Dorongan demikian tidak hanya datang dari Kelompok teman sebaya menjadi suatu
dalam diri sendiri tetapi juga datang dari sarana sekaligus tujuan dalam pencarian jati
luar diri biasanya datang dalam bentuk diri.
tekanan-tekanan kelompok ataupun tekanan
dari anggota kelompok yang lain (Robbins, Menurut Dacey & Kenny (dalam
dalam Sumarlin, 2008). Tekanan dari Hotpascaman, 2010) konformitas dalam
kelompok disebut dengan peer pressure. kelompok tidak selalu bersifat positif.
Menurut Engel, Blackwell dan Miniard Adanya keinginan untuk diterima dan
(2005) seseorang yang berada dalam peer diakui oleh kelompok ternyata cukup kuat
pressure cenderung untuk conform, menilai, untuk mendorong seseorang melakukan hal
meyakini atau bertindak sesuai dengan yang negatif.
penilaian, keyakinan atau tindakan
kelompoknya. Penelitian Rochadi (2007) yang menguji
hubungan antara konformitas dengan
Konformitas adalah suatu tuntutan yang perilaku merokok pada mahasiswa
tidak tertulis dari kelompok teman sebaya menunjukkan bahwa konformitas
terhadap anggotanya tetapi memiliki mempengaruhi perilaku merokok pada
pengaruh yang kuat dan dapat remaja. Remaja mulai mengenal rokok dari
menyebabkan munculnya perilaku-perilaku teman-teman sebayanya dan menganggap
tertentu pada anggota kelompok (Zebua dan bahwa saat yang tepat untuk merokok
Nurdjayadi, 2001). adalah saat bersama dengan teman-
temannya.
Baron dan Byrne (2004) mendefinisikan
penyesuaian perilaku remaja untuk Hasil penelitian Sumarlin (2008) pada
menganut norma kelompok acuan, remaja dilingkungan peminum alkohol
menerima ide atau aturan-aturan kelompok menunjukkan faktor yang besar
yang mengatur cara remaja berperilaku pengaruhnya pada perilaku konsumtif yang
sebagai konformitas. Seseorang melakukan dilakukan remaja adalah pengaruh
konformitas terhadap kelompok hanya konformitas dalam kelompok. Kelompok
karena perilaku individu didasarkan pada bagi subjek sangat besar pengaruhnya,
harapan kelompok atau masyarakat. karena dari kelompoknya subjek
mendapatkan dukungan dalam berbagai hal.
Berk (dalam Sitohang, 2009) mengatakan Dalam pengambilan keputusan, subjek
Hubungan Antara Konformitas Dengan Perilaku Konsumtif Pada Mahasiswa 60
di Genuk Indah Semarang
Fitriyani, Widodo, Fauziah

mengambil keputusan bersama. kelompok sebagai acuan dalam


Konformitas membuat remaja percaya pada merekomendasikan produk yang akan
apa yang dilakukan oleh kelompok dan dikonsumsi.
membuat remaja bergantung pada teman- Menurut William (dalam Hotpascaman,
temannya. Rasa takut akan celaan membuat 2010) konformitas merupakan salah satu
remaja menjadi peminum alkohol agar tidak faktor kelompok sosial yang mempengaruhi
disisihkan oleh kelompoknya. seseorang dalam melakukan perilaku
konsumsi. Pernyataan ini, diperkuat oleh
Menurut Myers (2010) terdapat dua dasar Roberton, Zielinski dan Ward (dalam
pembentuk konformitas, yaitu pengaruh Hotpascaman, 2010) bahwa konformitas
normatif dan pengaruh informasional. dapat memberikan pengaruh pada
Menurut Myers (2010) pengaruh normatif pengambilan keputusan dalam melakukan
pada konformitas memiliki arti penyesuaian perilaku konsumen. Perilaku konsumtif
diri dengan keinginan atau harapan orang muncul ketika seseorang mendapat
lain untuk mendapatkan penerimaan dari pengaruh konformitas dalam bentuk
anggota kelompoknya. Pengaruh normatif compliance. Compliance merupakan
mendorong terjadinya penyesuaian sebagai pengaruh konformitas yang membuat
akibat pemenuhan pengharapan kelompok seseorang melakukan perilaku konsumtif
untuk mendapat persetujuan atau tanpa benar-benar mempercayai apa yang
penerimaan, agar disukai dan agar terhindar sedang mereka lakukan dan sesuai dengan
dari penolakan. tekanan kelompok (Myers, 2010).

Myers (2010) mendefinisikan pengaruh Hubungan konformitas dengan perilaku


informasional sebagai tekanan yang konsumtif juga terjadi pada mahasiswi kos
terbentuk oleh adanya keinginan dari dengan cara mengikuti penampilan
individu untuk memiliki pemikiran yang kelompok atau karena ingin diterima oleh
sama dan beranggapan bahwa informasi kelompoknya di kos, misalnya baju yang
dari kelompok lebih kaya daripada sama, ataupun perlengkapan kos yang
informasi yang dimilikinya, sehingga sama.
individu cenderung untuk conform dalam
menyamakan pendapat dan sugesti. Menurut penelitian yang dilakukan oleh
Pengaruh informasional mendorong Cahyani (dalam Sitohang, 2009), iklan
individu untuk melakukan penyesuaian hanya mampu mempengaruhi remaja
akibat dari penerimaan pendapat kelompok, sebesar 17 % sedangkan 83 % remaja lebih
yang menjadi bukti dalam mendapatkan terpengaruh oleh lingkungan sosial remaja.
pandangan akurat sehingga mengurangi Penelitian ini didukung oleh penelitian yang
ketidakpastian. dilakukan oleh Zebua dan Nurdjayadi
(dalam Sitohang, 2009) yang menyatakan
Menurut Carmen (2008), pengaruh normatif bahwa 15,8 % perilaku membeli pada
dan pengaruh informasional dalam remaja dipengaruhi oleh konformitas.
konformitas memiliki peranan dalam diri Kenyataan ini menandakan bahwa
seseorang disaat melakukan proses lingkungan pergaulan mendukung suasana
konsumsi. Pengaruh normatif memiliki kompetitif untuk memperlihatkan
peranan pada proses konsumsi terjadi saat ketidaktertinggalannya terhadap mode
individu mengikuti peraturan kelompok, terbaru lebih mempengaruhi remaja.
sedangkan pengaruh informasional
memiliki peranan pada proses konsumsi Bearden, dkk (dalam Ismail, 2011)
terjadi apabila individu menjadikan menyatakan bahwa seseorang mungkin
61 Jurnal Psikologi Undip Vol.12 No.1 April 2013

akan membeli suatu produk untuk menjadi serta gaya hidup untuk menyamakan diri
konform dengan kelompoknya, atau karena dengan teman-temannya, maka mereka
kelompoknya memberikan informasi mendapatkan pengakuan dari teman-teman
mengenai produk tersebut (Cohen dan kosnya.
Golden dalam Ismail, 2011).
Penelitian ini di fokuskan pada mahasiswi Dari wawancara tersebut dapat dilihat
kos dalam usia remaja akhir (18-21 tahun) adanya unsur perilaku membeli yang tidak
dengan mengambil tempat penelitian di sesuai dengan kebutuhan dilakukan untuk
Perumahan Genuk Indah Semarang. Hasil hubungan konformitas yang telah dibentuk
pengumpulan data awal menunjukkan oleh mahasiswi dengan peer groupnya di
adanya perilaku konsumtif yang dilakukan kos dan juga terdapat unsur kesenangan,
mahasiswi, antara lain membeli barang sehingga menyebabkan seseorang menjadi
dengan label beli satu gratis satu, pembelian boros yang dikenal dengan istilah perilaku
dilakukan karena warna kemasan yang konsumtif. Hal ini sejalan dengan pendapat
menarik, barang yang diskon menjadi Spangenberg, Sprott, Grohmann and Smith
prioritas saat belanja, membeli baju yang (dalam Rusich, 2008) yang menyatakan
hanya dijual di distro tertentu, membeli bahwa disaat seseorang menyatakan
barang karena pengaruh dari iklan yang ataupun telah melakukan pembelian produk
cantik, dan merasa percaya diri saat dikarenakan adanya tekanan atau paksaan
memakai barang yang harganya mahal. dari kelompok, maka saat itu juga dapat
Perilaku konsumtif tersebut sesuai dengan dikatakan bahwa konformitas memberikan
indikator perilaku konsumtif yang peran penting pada pemakaian ataupun
diungkapkan oleh Sumartono (2002) yaitu konsumsi produk. Kondisi ini menyebabkan
membeli produk karena iming-iming munculnya pemborosan yang dilakukan
hadiah, membeli produk karena mahasiswi kos dalam menggunakan
kemasannya menarik, membeli produk uangnya, sehingga hal ini penting untuk
demi menjaga penampilan dan gengsi, diteliti. Berdasarkan uraian fenomena
membeli produk atas pertimbangan harga, diatas, peneliti ingin mengetahui hubungan
membeli produk hanya sekedar menjaga antara konformitas dengan perilaku
simbol status, memakai produk karena konsumtif pada mahasiswi kos di
unsur konformitas terhadap model yang perumahan Genuk Indah Semarang.
mengiklankan, memunculkan penilaian
bahwa membeli produk dengan harga Berdasarkan uraian latar belakang masalah
mahal akan menimbulkan rasa percaya diri diatas, maka rumusan permasalahan dalam
yang tinggi, dan mencoba lebih dari dua penelitian ini adalah apakah terdapat
produk sejenis yang berbeda merek pada hubungan antara konformitas dengan
mahasiswi kos di Perumahan Genuk Indah perilaku konsumtif pada mahasiswi kos di
sebagai subjek penelitian ini, menunjukkan perumahan Genuk Indah Semarang?
bahwa terdapat beberapa bentuk perilaku Seberapa besar pengaruh konformitas
konsumtif pernah dilakukan mahasiswi. terhadap munculnya perilaku konsumtif
pada mahasiswi kos di perumahan Genuk
Berdasarkan wawancara yang dilakukan Indah Semarang?
peneliti dengan salah satu mahasiswi kos di Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
perumahan Genuk Indah (September 2011), hubungan antara konformitas dengan
diperoleh informasi bahwa apabila perilaku konsumtif pada mahasiswi kos di
mahasiswi yang tinggal di kos memiliki perumahan Genuk Indah Semarang,
kecenderungan dalam hal membeli barang mengetahui hubungan antara rentang usia
untuk pemenuhan kebutuhan kamar kos dan tingkat semester dengan munculnya
Hubungan Antara Konformitas Dengan Perilaku Konsumtif Pada Mahasiswa 62
di Genuk Indah Semarang
Fitriyani, Widodo, Fauziah

perilaku konsumtif serta menganalisis tinggi, dan mencoba lebih dari dua produk
konformitas dan perilaku konsumtif sejenis yang berbeda merek.
berdasarkan blok dan fakultas.
Skala konformitas bertujuan unutk
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian mengukur tingkat kecenderungan
ini adalah ada hubungan positif antara konformitas terhadap teman kos. Skala
konformitas dengan perilaku konsumtif Konformitas dapat diukur melalui skala
pada mahasiswi kos di perumahan Genuk konformitas yang disusun berdasarkan
Indah Semarang. Konformitas yang ada di dasar pembentuk konformitas yang
dalam lingkungan akan mempengaruhi dikemukakan oleh Myers (2010) yaitu
tinggi rendahnya pula perilaku konsumsi pengaruh normatif dan pengaruh
pada mahasiswi kos di perumahan Genuk informasional. Teknik analisis yang
Indah. Semakin tinggi konformitas maka digunakan adalah teknik Analisis Regresi
semakin tinggi pula perilaku konsumtif sederhana dengan bantuan program
pada mahasiswi kos. Sebaliknya semakin komputer Statistical SPSS version 17.0.
rendah konformitas, maka semakin rendah
perilaku konsumtif pada mahasiswi kos. HASIL DAN DISKUSI

METODE 1. Uji Normalitas


H asil uji normalitas menunjukkan
Sampel dalam penelitian ini adalah skor Kolmogorov-Smirnov pada
mahasiswi, dengan karakteristik subjek variable perilaku konsumtif dan
yaitutinggal di kos, berusia 18-21 tahun konformitas sebesar p = 0,224 dan p
dan tinggal di perumahan Genuk Indah = 0,507 (p>0,05). Jadi sebaran data
Semarang. Pengambilan sampel dalam perilaku konsumtif dan konformitas
penelitian ini menggunakan metode memiliki distribusi normal.
Purposive Proportional Random
Sampling. 2. Uji Linearitas
Pengukuran menggunakan dua buah skala Uji linearitas hubungan antara
yaitu skala perilaku konsumtif dan skala perilaku konsumtif dan konformitas
konformitas. Skala perilaku konsumtif menghasilkan F = 15,149 dan p =
bertujuan untuk mengukur tingkat 0,000 (p<0,05). Maka dapat
kecenderungan perilaku konsumtif pada disimpulkan bahwa terdapat
mahasiswi kos. Skala perilaku konsumtif hubungan linier antara variabel
disusun berdasarkan indikator perilaku konformitas dengan perilaku
konsumtif yang dikemukakan oleh konsumtif.
Sumartono (2002) yaitu membeli produk
karena iming-iming hadiah, membeli 3. Uji Hipotesis
produk karena kemasannya menarik, Hasil analisis regresi sederhana
membeli produk demi menjaga menunjukkan seberapa besar
penampilan dan gengsi, membeli produk hubungan antara konformitas
atas pertimbangan harga, membeli produk terhadap perilaku konsumtif dengan
hanya sekedar menjaga simbol status, rxy=0,330 dan p=0,000 (p<0,05).
memakai produk karena unsur konformitas Terdapat hubungan signifikan antara
terhadap model yang mengiklankan, konformitas dengan perilaku
memunculkan penilaian bahwa membeli konsumtif. Oleh karena itu hipotesis
produk dengan harga mahal akan diterima.
menimbulkan rasa percaya diri yang
63 Jurnal Psikologi Undip Vol.12 No.1 April 2013

Hasil dari pengujian hipotesis menunjukkan konsumtif pada mahasiswi kos. Interaksi
bahwa terdapat hubungan positif antara intensif yang terjadi di kos membuat satu
konformitas dengan perilaku konsumtif sama lain saling mempengaruhi, dan
pada mahasiswi kos di Perumahan Genuk memungkinkan teman kos menjadi
Indah Semarang. Hasil tersebut ditunjukkan kelompok referensi bagi mahasiswi kos.
dengan koefisien korelasi rxy= 0,330 Sumartono (2002) menyatakan bahwa
dengan p=0,000 (p<0,05). Hal tersebut dalam menentukan produk yang akan
berarti bahwa terdapat hubungan yang dikonsumsinya seseorang melihat
signifikan antara variabel konformitas kelompok referensinya. Pada umumnya
dengan perilaku konsumtif pada mahasiswi individu cenderung untuk memiliki sikap
kos di perumahan Genuk Indah Semarang. konformis atau searah dengan sikap
kelompok. Keinginan untuk diterima dalam
Nilai rxy positif menunjukkan arah kelompok referensi mendorong mahasiswi
melakukan berbagai penyesuaian agar
hubungan kedua variabel positif, yaitu
selaras dengan kelompoknya khususnya
semakin tinggi konformitas yang dimiliki
dalam hal mengkonsumsi dan dapat
oleh mahasiswi, maka semakin tinggi pula
memunculkan perilaku konsumtif.
perilaku konsumtif. Begitu sebaliknya,
semakin rendah konfomitas yang dimiliki
Perilaku konsumtif diawali dengan
oleh mahasiswi, perilaku konsumtif akan
munculnya keinginan berlebihan untuk
semakin rendah. Hasil penelitian ini sesuai
memiliki suatu barang. Keinginan untuk
dengan hipotesis yang diajukan peneliti,
memiliki suatu barang bukan didasarkan
yaitu terdapat hubungan positif antara
pada kebutuhan, tetapi sekedar simbol
konformitas dengan perilaku konsumtif
status agar terlihat keren dimata oranglain.
pada mahasiswi kos di perumahan Genuk
Dalam pandangan Lubis (dalam Sumartono,
Indah Semarang.
2002), keadaan ini disebut dengan perilaku
konsumtif.
Hasil penelitian menunjukkan nilai korelasi
sebesar 0,333 dengan sumbangan efektif
Perilaku konsumtif adalah suatu perilaku
sebesar 10,9%. Hal tersebut menunjukkan
yang tidak lagi didasarkan pada
bahwa konformitas mempengaruhi
pertimbangan yang rasional, melainkan
munculnya perilaku konsumtif pada
karena adanya keinginan yang sudah
mahasiswi kos sebesar 10,9%, dan sisanya
mencapai taraf yang sudah tidak rasional
sebesar 89,1% dipengaruhi oleh faktor lain
lagi. Secara pragmatis, perilaku konsumtif
yang tidak diungkap dalam penelitian ini.
dapat diartikan sebagai suatu tindakan
memakai produk secara tidak tuntas.
Berdasarkan kategorisasi perilaku
Artinya, belum habis suatu produk yang
konsumtif, sebesar 41,27% (52 dari 126
dipakai, seseorang telah menggunakan
orang) sample penelitian berada pada
produk jenis yang sama dengan merek yang
kategori tinggi. Hal tersebut menunjukkan
berbeda.
bahwa rata-rata mahasiswi kos di
perumahan Genuk Indah memiliki perilaku
Salah satu faktor yang mempengaruhi
konsumtif yang tinggi.
tingginya perilaku konsumtif adalah
pengaruh kelompok referensi. Kelompok
Munculnya hubungan antara konformitas
referensi memiliki pengaruh yang cukup
dengan perilaku konsumtif dalam penelitian
kuat dalam membentuk kepribadian dan
ini disebabkan pada hakikatnya konformitas
perilaku seseorang. Kelompok referensi
merupakan faktor eksternal yang berperan
digunakan sebagai alat untuk
dalam menentukan munculnya perilaku
Hubungan Antara Konformitas Dengan Perilaku Konsumtif Pada Mahasiswa 64
di Genuk Indah Semarang
Fitriyani, Widodo, Fauziah

membandingkan dan mengevaluasi situasi remaja hubungan teman sebaya menjadi


individual. Schiffman dan Kanuk (2004) sarana belajar untuk mengamati dan
menjelaskan bahwa kelompok referensi meneliti minat serta pandangan teman
memiliki pengaruh kuat karena merupakan sebaya dengan tujuan untuk memudahkan
tempat bagi individu untuk melakukan proses penyatuan dirinya kedalam aktivitas
perbandingan nilai, informasi dan teman sebaya.
menyediakan petunjuk dalam melakukan
konsumsi. Penyesuaian yang dilakukan agar tercapai
tujuan dan keselarasan dengan anggota
Kotler (dalam Sitohang, 2009) menjelaskan kelompok ini disebut dengan konformitas
bahwa kelompok acuan atau kelompok (Willis dalam Sarwono, 2006).
referensi dapat mempengaruhi sesorang Penyesuaian positif terhadap norma dan
melalui tiga jalur yaitu menghadapkan harapan kelompok merupakan dasar dari
seseorang pada perilaku gaya hidup baru, terbentuknya konformitas yang kuat serta
mempengaruhi perilaku dan konsep pribadi menjadikan perilaku mahasiswi selaras
seseorang serta menciptakan tekanan untuk dengan tujuan, sedangkan penyesuaian
mengikuti kebiasaan kelompok yang negatif terhadap peraturan, nilai, dan norma
mungkin mempengaruhi pilihan produk merupakan dasar dari terbentuknya perilaku
seseorang. negatif terutama perilaku konsumtif yang
akan merugikan mahasiswi itu sendiri.
Berdasarkan penelitian Glock (dalam
Sumartono, 2002) mengungkapkan bahwa Berdasarkan kategorisasi konformitas,
konsumsi yang berlebihan sangat sebesar 45,2% ( 57 dari 126 orang) sample
ditentukan oleh sikap mudah terpegaruh penelitian berada pada kategori tinggi. Hal
oleh kelompok referensi. Karakter remaja tersebut menunjukkan bahwa rata-rata
adalah mudah dipengaruhi oleh kelompok mahasiswi kos di perumahan Genuk Indah
sebaya dan kelompok referensinya, serta memiliki konformitas yang tinggi pada
memiliki kontrol eksternal lebih tinggi teman-teman di kos.
daripada kontrol internal. Pengaruh positif
dari kelompok referensi memiliki fungsi Myers (2010) menyatakan bahwa
sebagai kontrol eksternal yang akan konformitas merupakan perubahan perilaku
menekan kemungkinan munculnya perilaku remaja sebagai akibat dari tekanan
konsumtif. kelompok. Terlihat dari kecenderungan
remaja untuk selalu menyamakan
Pride dan Ferrell (dalam Sitohang, 2009) perilakunya dengan kelompok acuan
menyatakan bahwa kelompok referensi atau sehingga terhindar dari celaan maupun
kelompok teman sebaya mempengaruhi keterasingan. Hal tersebut membuat remaja
keputusan pembelian bergantung pada cenderung memperhatikan penampilannya
sejauh mana individu tersebut konform dan agar dapat diterima oleh kelompoknya.
terpengaruh oleh kelompok serta kekuatan Berbagai usaha dilakukan remaja agar dapat
keterlibatannya di dalam kelompok. tampil dan diterima oleh kelompoknya.
Keterikatan dengan kelompok teman sebaya
Mahasiswi berusaha menyesuaikan diri mempengaruhi perilaku remaja. dan norma
dengan teman sebayanya dengan yang ada dalam kelompok menyebabkan
berperilaku kurang lebih sama atau identik remaja menjadi konform dengan temannya.
akibat adanya tekanan yang nyata atau yang
dibayangkan dari kelompok atau individu Mahasiswi kos yang kesehariannya selalu
untuk mencapai tujuan tertentu. Bagi berada di kos menjadikan teman-teman
65 Jurnal Psikologi Undip Vol.12 No.1 April 2013

sebayanya sebagai acuan dalam adalah mahasiswi Fakultas Kedokteran


perilakunya. Jauh dari orangtua membuat Gigi.
mahasiswi membangun keterikatan dengan
kelompok terdekatnya. Keinginan untuk Berdasarkan pemaparan diatas, dapat
diterima dalam kelompok inilah yang disimpulkan bahwa perilaku konsumtif
mendorong mahasiswi berusaha yang dilakukan oleh mahasiswi kos di
semaksimal mungkin untuk sesuai dengan perumahan Genuk Indah berkaitan dengan
perilaku teman-temannya di kos. konformitas yang dimiliki oleh mahasiswi
kos. Konformitas yang tinggi di lingkungan
Banyak usaha yang dilakukan mahasiswi kos membawa dampak munculnya perilaku
untuk dapat diterima oleh kelompoknya di konsumtif yang dilakukan oleh mahasiswi
kos, mahasiswi harus bertingkahlaku kos.
maupun berpenampilan sama dengan pola-
pola dan harapan-harapan sesama anggota Penelitian ini tidak luput dari adanya
kelompoknya. Mahasiswi mulai keterbatasan dan kendala. Keterbatasannya
memfokuskan diri pada penampilan baik yaitu peneliti membatasi subjek penelitian
penampilan fisik, pakaian, rambut maupun untuk mahasiswi dalam rentang usia remaja
wajah. Mahasiswi terus-menerus membeli akhir dan kurang mendalamnya survey awal
barang-barang yang dapat menunjang yang dilakukan peneliti di tempat
penampilan padahal barang-barang yang penelitian. Kendala penelitian yaitu peneliti
mereka miliki masih bermanfaat. Ketaatan lebih memfokuskan pada waktu pengisian
mereka untuk selalu berpenampilan sama skala yang dilakukan dalam kelompok-
dengan pola dan harapan kelompok di kos kelompok mahasiswi di kos. Hal ini
ternyata justru mendorong mereka untuk berdampak pada terjadinya contek-
melakukan pembelian secara tidak wajar mencontek yang dilakukan oleh subjek
yang disebut dengan perilaku konsumtif. dalam pengisian skala penelitian sehingga
hasil pengisian skala menjadi tidak
Hasil analisa tambahan mengenai uji maksimal.
hubungan antara usia, dan tingkat semester
terhadap munculnya perilaku konsumtif KESIMPULAN DAN SARAN
mendapatkan hasil bahwa signifikansi
untuk usia 0,690 (p>0,05) dan hasil Berdasarkan hasil penelitian yang
signifikansi untuk tingkat semester terhadap diperoleh, maka dapat dibuat kesimpulan
munculnya perilaku konsumtif sebesar sebagai berikut: 1.) Ada hubungan positif
0,875 (p>0,05). Hal ini dapat disimpulkan antara konformitas dengan perilaku
bahwa antara usia dan tingkat semester konsumtif pada mahasiswi kos di
tidak berhubungan dengan munculnya perumahan Genuk Indah., 2.) Sumbangan
perilaku konsumtif. efektif konformitas sebesar 10,9 %, 3.)
Faktor rentang usia dan tingkat semester
Analisis pada masing-masing blok tidak berhubungan dengan munculnya
menunjukkan bahwa rata-rata konformitas perilaku konsumtif, 4.) Analisis perilaku
mahasiswi kos tertinggi adalah Blok A dan konsumtif dan Konformitas tertinggi.
rata-rata perilaku konsumtif mahasiswi kos
tertinggi adalah Blok H. Analisis pada Bagi peneliti selanjutnya yang akan
masing-masing fakultas menunjukkan melakukan penelitian terhadap variabel
bahwa rata-rata konformitas tertinggi perilaku konsumtif, diharapkan untuk lebih
adalah mahasiswi Fakultas Agama Islam memperhatikan faktor-faktor lain yang turut
dan rata-rata perilaku konsumtif tertinggi berperan dalam mendorong munculnya
Hubungan Antara Konformitas Dengan Perilaku Konsumtif Pada Mahasiswa 66
di Genuk Indah Semarang
Fitriyani, Widodo, Fauziah

perilaku konsumtif dan lebih mendalam Purchasing Decisions. Journal.


saat melakukan survey awal untuk Published By : Loyola University.
mencegah munculnya kendala dalam Available :
penelitian yang berkaitan dengan jumlah www.loyolalibrary.loyno.edu.
subjek dan teknik sampling. Engel, J. F, Blackwell, R.D, Miniard, P.W.
(2005). Perilaku Konsumen, jilid 1.
DAFTAR PUSTAKA Diterjemahkan oleh Budiyanto.
Jakarta: Binarupa Aksara.
Alwi, H. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Hadi, S. (2001). Statistik. Jilid II.
2005. Jakarta : Balai Pustaka. Yogyakarta : Andi Pustaka Offset.
Astuti, P., Pusputawati, I. (2008). Relations Hanuning, S. (2010). Faktor-faktor yang
Between Attitude Toward Mempengaruhi Perilaku Konsumtif
Adolescent Princess Product With Mahasiswa Di Tempat Kost Di
Multi Level Marketing Behavior In Kelurahan Jebres, Kecamatan
The Purchase Of Goods Cosmetica Jebres. Kota Solo). Ringkasan
Consumptive. Journal. Available : Skripsi. Available :
www.gunadharma.ac.id. http://digilib.uns.ac.id/index.php.
Azwar, S. (2004). Reliabilitas dan Hasibuan, E. (2009). Hubungan Antara
Validitas.Yogyakarta : Pustaka Gaya Hidup Brand Minded Dengan
Pelajar. Kecenderungan Perilaku Konsumtif
Azwar. (2007). Metode Penelitian. Pada Remaja Puteri. Skripsi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Available :
Azwar. (2008). Penyusunan Skala http://repository.usu.ac.id/. Diakses
Psikologi. Yogyakarta: Pustaka 12 Desember 2011.
Pelajar. Hurlock, E. B. (2002). Psikologi
Azwar. (2009). Sikap Manusia Teori dan Perkembangan : Suatu Pendekatan
Pengukurannya.Edisi ke 2. Sepanjang Rentang Kehidupan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Edisi Ketujuh. Diterjemahkan oleh
Abanggeutanyo. (2004). Swalayan Istiwindayanti dan Soedjarwo.
Meningkat 31,4 Persen Dalam Dua Jakarta : Erlangga.
Tahun. Available: Ismail, Z. (2011). Buying Behavior :
http://www.tempo.co/bisnis/. Gender and Sosioeconomic Class
Baron, R. A., & Byrne, D. (2004). Social Differences on Interpersonal
Psychology. Massachusetts: Allyn Influence Susceptibility.
and Bacon. International Journal of Business
Batubara, O. (2011). Sindikat Perdagangan and Social Science. Vol.2 No.4,
Anak dan Pola Hidup Konsumtif. March 2011. H.55-66.
Available : Hotpascaman. (2009). Hubungan Antara
http://www.kompasiana.com/. Perilaku Konsumtif dengan
Carmen, P. (2008). Concideration About Konformitas pada Remaja. Skripsi.
Group Influences On Consumer Universitas Sumatera Utara :
Behavior. Journal of Consumer Repository USU. Available :
Reasearch. Craiova : Faculty of http://repository.usu.ac.id/df.
Economiy and Business Irmasari, D. (2010). Dampak Positif dan
Administration. h 1136-1139. Negatif dari Perilaku Konsumtif.
Ringkasan Skripsi. Available :
Derussy, C. L. (2008). The Relationship http://gunadarma.ac.id/. Diakses : 23
Between Conformity And Consumer Oktober 2011.
67 Jurnal Psikologi Undip Vol.12 No.1 April 2013

Kotler, P. & Gary, A. (2001). Prinsip ± Orlean : The Relationship Beetween


Prinsip Marketing Jilid 1. Edisi Conformity And Consumer
Kedelapan. Diterjemahkan oleh Purchasing Decision. Journal of
Damos Sihombing, M.B.A. Jakarta : Consumer Research. Published by
Erlangga. Missouri : Missouri Western State
Mangkunegara, A. P. (2002). Perilaku University.
Konsumen. Edisi Revisi. Bandung : Sallina, S. (2011). Behavior Differences In
PT. Refika Aditama. Consumptive Pulse Of Use Senior
Monks, F.J., Knoers, A.M.P., & Haditono, High School Student Resived From
S.R. (2002). Psikologi Locus Of Control. Skripsi. Available
Perkembangan Pengantar dalam : http://www.library.gunadarma.
Berbagai Bagiannya. Yogyakarta : ac.id.
Gadjah Mada University Press. Sarwono, S. (2003). Teori-Teori Psikologi
Mowen, Jhon C., & Minor, Michael. Sosial. Jakarta : PT RajaGrafindo
(2002). Perilaku Konsumen Jilid 1 : Persada.
Edisi Kelima. Diterjemahkan oleh Schiffman & Kanuk. (2004). Perilaku
Lina Salim. Jakarta : Erlangga. Konsumen. Edisi Ketujuh.
Myers, David G. (2010). Social Psychology Diterjemahkan oleh Drs. Zoelkifli
:9th Edition. New york : Kasip. Jakarta : PT Indeks.
McGrawHill Segut. (2008). Survei tren dan perilaku
Narbuko., Achmadi. (2003). Metodologi remaja : Tampil gaya dan gandrung
Penelitian. Jakarta : Bumi Aksara. musik pop. Available :
Ngishmawati, Rizzul. (2011). Pengaruh http://www.marketing.co.id.
Status Sosial Ekonomi Orang Tua, Sembiring, J. (2008). Budaya
Gaya Hidup Siswa Dan Konformitas Konsumerisme. Available :
Teman Sebaya Terhadap Perilaku http://indowarta.com/index.php?
Konsumtif Siswa Kelas XI IPS option=com_content&task=
SMA Negeri 1 Malang. Skripsi. category&sectionid=6&id=26&Item
Available : http://karya- id=39.
ilmiah.um.ac.id/index.php/ekonomi Sitohang, A. (2009). Hubungan Antara
pembangunan/article/view/ 14911/0. Konformitas Terhadap Kelompok
Rakhmat, J. (2001). Psikologi Komunikasi. Teman Sebaya Dengan Pembelian
Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Impulsif Pada Remaja. Ringkasan
Ridho, Poernomo G. (2004). Swalayan Skripsi. Universitas Diponegoro :
Meningkat 31,4 Persen Dalam Dua Semarang.
Tahun. Available : Soekanto. S. (2003). Sosiologi Suatu
http://www.tempo.co/bisnis/. Pengantar. Jakarta : PT
Rochadi, K. (2004). Hubungan RajaGrafindo Persada.
Konformitas Dengan Perilaku Sumarlin, R. (2009). Perilaku Konformitas
Merokok Pada Remaja Pada Remaja Yang Berada di
Sekolah SMU Negeri di 5 Lingkungan Peminum Alkohol.
Wilayah DKI Jakarta. Skripsi. Available :
Disertasi. Jakarta : Universitas www.gunadhama.ac.id.
Indonesia. Available : Sumartono. (2002). Terperangkap dalam
http://repository.usu.ac.id/. Iklan : Meneropong imbas pesan
Iklan Televisi. Bandung : Penerbit
Rusich, E, A. (2008). Departement Of Alfabeta.
Psychology Loyola University New Sugiyono. (2010). Statistika untuk
Hubungan Antara Konformitas Dengan Perilaku Konsumtif Pada Mahasiswa 68
di Genuk Indah Semarang
Fitriyani, Widodo, Fauziah

Penelitian. Bandung: CV Alfabeta Di Sumut. Available :


Suryabrata, S. (2005). Metodologi http://pendidikanlayanankhusus.
Penelitian. Jakarta: PT wordpress.com/2008.
RajaGrafindo Persada. Winarsunu, T. (2002). Statistik dalam
Suyasa, Y. dan Fransisca. (2005). Penelitian Psikologi dan
Perbandingan Perilaku Konsumtif Pendidikan. Malang : UMM Press.
berdasarkan Metode Pembayaran. Yustisi S. (2009). Hubungan Antara
Jurnal Pronesis. Desember Vol.7, Perilaku Konsumtif Dengan Body
No.2 172-199. Image Pada Remaja Putri. Skripsi .
Sriatmini, Lilik. (2009). Perilaku Konsumtif Available :
Remaja SMAN Se-kota Malang. http://repository.usu.ac.id/.
Skripsi. Available : karya- Zebua, A & Nurdjayadi, R. (2001).
ilmiah.um.ac.id. Hubungan Antara Konformitas dan
Tambunan, R. (2001). Remaja dan Perilaku Konsep Diri Dengan Perilaku
konsumtif. Available : http://www.e- Konsumtif Pada Remaja Putri.
psikologi.com/remaja/191191.htm. Jurnal Phronesis. 3, 6, 72-82
Warkot. (2008). Anak Jadi Korban Terbesar

You might also like