You are on page 1of 11

GAYA HIDUP SHOPAHOLIC PADA MAHASISWA

(STUDI PADA MAHASISWA FISIP UNIVERSITAS RIAU YANG KECANDUAN


BERBELANJA PAKAIAN)

Nurul Arbaini
nurularbaini42@gmail.com

Supervisor: Drs. Yonyanis, Msi

Department of Sociology
Faculty of Social and Political Science
University of Riau

Campus Bina Widya Jl.H.R Soebrantas Km 12,5 Simpang Baru Pekanbaru 28293
Phone Fax 0761-63277

Abstract

According to Boudrillad (2004), there is a tendency in the community to do


consumption or buying something not because the value of advantages, but because the
lifestyle. Consumtive behavior only intended for people who like to purchase goods without
care to the its advantages. This is a phenomenon that occurs on student of social and political
science faculty at the RiauUniversity. But, on the other hand this behaviour has a function for
survival like the ability to keep the existence of students in the their community. Life style on
social and political science student at this time shows the lifestyle that the shopaholic, so that
it can be categorized into several typologies of shopaholic. The purpose of this research is to
find out students who haveshopaholic lifestyles which seen from the student's profile and to
find out the dominant typology of shopaholic that occurred among students of social and
political science faculty. The method in this research is descriptive qualitative, by using the
technique of accidental sampling, interviews, observation and documentation.
The results of this research show that students of social and political science faculty at
theRiau University haveshopaholic lifestyle mostly come from students who live at the
boardinghouse as well as earn money monthly from their parents. The cause of Shopaholic
lifestyle on students is the willingnesstokeep their existence in social environment. The
typology of shopaholic onstudents of social and political science faculty at the
RiauUniversity is compulsive shopaholic, where they become a shopaholic because want
tokeep their existence and because most of students were bored in study and othersactivitiesat
the campus.

Keywords: Lifestyle, Shopaholic,Consumtive

Jom FISIP Volume 4 No.1 Februari 2017 Page 1


A. PENDAHULUAN menjelaskan apa yang kita maksud. Oleh
sebab itu gaya hidup membantu seseorang
Era globalisasi dapat di katakan memahami apa yang mereka lakukan,
sebagai penyebaran kebiasaan-kebiasaan mengapa mereka melakukan, dan apakah
yang mendunia, hubungan dalam yang mereka lakukan bermakna bagi
kehidupan sosial pada skala yang lebih dirinya maupun orang lain. Akan tetapi
besar termasuk pada negara Indonesia gagasan gaya hidup ini tidak selamanya
yang masih dalam kategori negara terlihat pada perbedaan pola konsumsi,
berkembang. Globalisasi lantas menjadi istilah ini juga memperlihatkan pada pola
perhatian besar baik bagi pembisnis perilaku individu yang mempunyai pilihan,
maupun bagi para konsumen khususnya walaupun dengan sumber daya yang sama.
karena diikuti dengan perkembangan Kategori pilihan tersebut termasuk pada
pasar-pasar global dan berbagai teknologi mengikuti tren fashion sehingga
yang turut berkembang pesat (Ritzer, kebanyakan dari individu menghabiskan
2008). Perkembangan teknologi dilihat waktu luang untuk berbelanja pakaian
dari kemudahan yang ditawarkan dalam yang lebih up-to-date.
mengakses informasi tersebut. Munculnya
internet serta alat-alat komunikasi canggih Dikalangan mahasiswa mengikuti tren
yang menyebabkan informasi dapat mode saat ini secara tidak sadar sebagai
diperoleh dengan mudah dan cepat. pemenuhan keinginan pengakuan dari
mahasiswa lainnya akan eksistensi dirinya.
Kekuatan globalisasi tercermin pada Remaja dalam hal ini adalah mahasiswa
perubahan perilaku masyarakat khususnya membentuk sebuah trend untuk
pada individu yang mudah menyerap dan mengaktualisasikan dirinya. Ketersediaan
mengikuti perkembangan globalisasi waktu luang yang cukup serta bantuan
(Kunto, 1999:87). Individu yang dengan keuangan yang selalu dipenuhi oleh
cepat menyerap perkembangan informasi orangtua menjadi faktor pendukung gaya
akan cenderung berperilaku mengikuti era hidup mahasiswa. Gaya hidup tersebut
globalisasi ini. berpatokan pada style yang diciptakan dari
orang lain atau melalui media. Misalnya
Perkembangan teknologi dan
menggunakan pakaian yang sesuai dengan
informasi menghasilkan produk modern
model terkini. Eksistensi kaum muda
yang dinamakan mode, individu mengikuti
dihargai hanya sebatas kepemilikan dan
perubahan mode agar lebih up-to-date
status semata (dalam Bujang, 2009).
dengan perkembangan zaman. Mode
Keinginan memiliki benda-benda
menjadi salah satu incaran individu yang
khususnya pakaian yang sesuai mode
memiliki keinginan mengikuti tren
dikalangan mahasiswa hanya sebatas
tersebut, berbagai media seperti majalah,
pengakuan pada status sosial kelas atas dan
televisi, bahkan banyak situs internet yang
pengakuan dari mahasiswa lain akan status
menawarkan produk-produk yang
sosialnya.
diinginkan. Perubahan mode terjadi secara
berkala cenderung membentuk individu Lebih lanjut gaya hidup merupakan
menjadi konsumtif hingga pada tahap keinginan individu untuk memproyeksikan
intensitas belanja yang terlalu sering. citra dirinya (tuntutan pergaulan). Citra
dirinya menjadi faktor penting yang
Gaya hidup dapat dikatakan sebagai
menentukan bagaimana cara hidupnya.
pola-pola tindakan yang menjadi pembeda
Citra diri diartikan sebagai bagaimana
antara satu orang dengan orang lain.
seseorang memandang dirinya ( diartikan
Dalam kegiatan interaksi yang dilakukan
sebagai bagaimana individu tersebut
sehari-hari kita dapat mengetahui sebuah
memandang individu lain). Hal ini
gagasan gaya hidup individu tanpa harus
menimbulkan keinginan individu

Jom FISIP Volume 4 No.1 Februari 2017 Page 2


membentuk persepsi yang baik pada orang Adapun fenomena yang terjadi,
lain tentang dirinya sehingga peneliti melihat gaya hidup shopaholic
mempengaruhi gaya hidup individu pada mahasiswa fisip dalam hal ini candu
tersebut. berbelanja pakaian. Kebanyakan dari
mahasiswa fisip berpenampilan
Mode yang diminati dikalangan fashionable dalam arti mengikuti
mahasiswa bersumber dari informasi perkembangan dunia fashion sebagai
didapatkan seperti internet, media massa, simbol citra diri yang dibentuk dalam
majalah, yang secara langsung lingkungan sosialnya. Fenomena ini
memberikan respon pada perkembangan menjadi penting dan menarik untuk diteliti
perilaku mahasiswa. Pusat-pusat karna gaya hidup shopaholic pada
perbelanjaan dengan berbagai strategi pun mahasiswa dapat menghilangkan
bermunculan dimana-mana, outlet fashion rasionalitas individu serta menghilangkan
berkembang dengan pesat untuk jati diri individu tersebut.
memenuhi keinginan menggunakan
fashion terbaru. Dengan ini penulis mengambil judul
³*D\D +LGXS Shopaholic Mahasiswa
Individu memiliki kecenderungan terus
menerus menghabiskan waktu dan uang (Studi pada Mahasiswa Fisip Universitas
untuk mendapatkan suatu benda tertentu Riau yang Kecanduan Berbelanja
namun benda tersebut tidak selalu menjadi 3DNDLDQ ´
keperluan pokok bagi dirinya, hal ini
disebut dengan istilah ³VKRSDKROLF´ 1.2. Rumusan Masalah
Shopaholic sendiri berasal dari kata shop
Berdasarkan dari uraian latar belakang
yang artinya belanja dan aholic yang
dan gejala permasalahan yang telah
memiliki arti suatu ketergantungan yang di
penulis temui diatas, maka penulis
sadari atau tidak. Shopaholic adalah
menemukan rumusan masalah pokok yang
individu yang tidak mampu menahan
akan dijadikan pedoman dalam melakukan
keinginannya untuk berbelanja dan
penelitian yang selanjutnya yaitu :
berbelanja untuk menghabiskan begitu
banyak waktu dan uang untuk berbelanja 1. Siapa mahasiswa yang shopaholic
meskipun barang-barang yang dibelinya (kecanduan berbelanja) pakaian ?
tidak selalu ia butuhkan (Oxfort Expans). 2. Bagaimana tipologi shopaholic
(kecanduan berbelanja pakaian)
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
pada mahasiswa?
di Universitas Riau menjadi salah satu
fakultas yang mahasiswanya berasal dari
1.3.Tujuan Penelitian
penjuru daerah yang ada di Riau dan di
daerah lainnya. Posisi geografis kampus Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
Fisip yang strategis dalam hal ini dekat menganalisis dan mendeskripsikan gaya
dengan banyak pusat perbelanjaan semakin hidup shopaholic pada mahasiswa fisip
mendukung candu berbelanja pakaian pada UR. Namun secara khusus penelitian ini
mahasiswa. Kampus Fisip banyak bertujuan untuk :
dikelilingi oleh pusat perbelanjaan yang
semakin lama semakin menjamur. Jarak 1. Untuk mengetahui karakteristik
pusat perbelanjaan dengan kampus Fisip mahasiswa yang mengalami
tidak terlalu jauh memberi pengaruh besar shopaholic pakaian.
terhadap gaya hidup shopaholic pada 2. Untuk mengetahui bagaimana
mahasiswa. Kondisi sosial budaya dan tipologi shopaholic pakaian pada
ekonomi yang ada di Pekanbaru pun sudah mahasiswa fisip.
semakin menunjukkan perilaku konsumtif.

Jom FISIP Volume 4 No.1 Februari 2017 Page 3


B. TINJAUAN PUSTAKA semakin menarik, semakin terbukanya
masyarakat, semakin maju tingkat
Istilah gaya hidup pada awalnya ekonomi, semakin bervariasi desain yang
diperkenalkan oleh Max Weber. Ia dihasilkan dan semakin majemuknya
mengatakan status sosial yang terutama perlintasan masing-PDVLQJ EDQJVD ³DQGD
ditentukan oleh gaya hidup orang, lebih di membeli barang-barang karena barang-
tentukan oleh cara orang mengkonsumsi barang itu mewakili jenis dan nilai yang
ketimbang cara orang memproduksi GLFDUL´
(Weber, 1996:26). Gaya hidup lebih
diidentikkan dengan perilaku konsumtif Chaney mengatakan bahwa
individu untuk mendapatkan citra diri yang perkembangan gaya hidup dan perubahan
baik dan dipandang pada kelas atas oleh struktural modernitas saling berhubungan
orang lain. melalui refleksi institusional. Karena
keterbukaan kehidupan sosial masa kini,
Faktor pembentuk gaya hidup menurut pluralisasi konteks tindakan dan aneka
Bourdieu (dalam Piliang, 2006) dapat ragam otoritas, pilihan gaya hidup semakin
dilihat dari serangkaian atau lingkup penting dalam penyusunan identitas diri
proses yang lebih panjang atau luas yang dan aktivitas keseharian. Dalam hal ini
melibatkan modal, kondisi obyektif, gaya hidup adalah sesuatu yang bersifat
habitus, disposisi, praktik gaya hidup, individual, tetapi lebih kepada
sistem tanda dan selera. homogenitas dalam lingkup kecil, yang
berpengaruh pada peningkatan aspek
Gaya timbul dari adanya keinginan
pilihan individu dalam bersikap,
individu untuk menghias dirinya agar
berpakaian dan lain sebagainya.
memiliki daya tarik yang lebih memikat.
Mode hal yang penting di dalam Lebih lanjut gaya hidup adalah
masyarakat yang bersistem kelas sosial. seperangkat praktik dan sikap yang masuk
Orang-orang kelas sosial yang aktif adalah akal dalam konteks tertentu. Sementara itu
orang-orang yang memperhatikan mode gaya hidup tergantung pada bentuk-bentuk
(Konig, 1984 dalam Paul B. Horton). kultur, masing-masing merupakan gaya,
Pandangan inilah yang membentuk tata krama, cara menggunakan barang-
individu terus berusaha memenuhi barang dan waktu tertentu (Kephart 1982
keinginannya mengikuti perkembangan dalam buku David Chaney 1996:41-49).
mode tersebut, hal ini di aplikasikan Bagaimana individu berperilaku, seberapa
dengan membeli benda-benda yang sedang penting baginya barang-barang tertentu,
uptodate, dengan harapan penampilan dan bagaimana ia memanfaatkan waktunya
dirinya menjadi lebih baik dan dapat menjadi bagian utama gaya hidup individu
memikat banyak orang. yang cenderung terbentuk dari kultur
masing-masing.
Gaya hidup seperti ini didukung oleh
semakin terbukanya masyarakat terhadap Menurut Gidden (dalam Alfatir Adlin
sesuatu yang baru dan semakin pada 2006:100) mengatakan bahwa gaya hidup
tingkat ekonomi yang lebih baik, sehingga merupakan konsep refleksi seperti ketika
memungkinkan individu membeli barang- DGD SHUWDQ\DDQ ³EDJDLPDQD VD\D KLGXS"´
barang sesuai dengan kepribadian, ³VLDSD VD\D"´ KDUXV GL MDZDE GDODP
keinginan dan kelas sosial individu di keputusan dari hari ke hari tentang
dalam masyarakat, hal ini selaras dengan bagaimana perilaku, apa yang dipakai dan
pendapat Kenichi Ohmae apa yang dimakan dan menempatkan
dalam Sari, Putri Nurul (2015) yang dengan cara lain, dalam tatanan post
mengatakan bahwa variabel gaya hidup tradisional menjadi sebuah proyek refleksi.
semakin kaya dan dinamika sosialnya Gaya hidup adalah refleksi pola konsumsi

Jom FISIP Volume 4 No.1 Februari 2017 Page 4


pilihan individu tentang bagaimana rendah atau berkedudukan tinggi
individu tersebut menghabiskan waktu dan berdasarkan kelas sosial mereka, kelas
uang. sosial tidak hanya ditentukan oleh variabel
tunggal melainkan di ukur berdasarkan
Lebih lanjut menurut Gidden (dalam fungsi jabatan atau pekerjaan, pendapatan,
Adlin 2006:100) yang mengatakan bahwa kekayaan, pendidikan, orientasi nilai
gaya hidup dipengaruhi oleh aspek seseorang dan sebagainya.
kebudayaan, demografi, ekonomi dan
aspek psikologi yang ada pada individu. Definisi Shopaholic
Menurut Kuntjorodiningrat 1980, Shopaholic berasal dari kata shop
Dalam proses percepatan nilai-nilai estetis yang artinya belanja dan aholic yang
modern ada beberapa yang harus di artinya suatu ketergantungan yang disadari
tempuh yang mempengaruhi gaya hidup : atau tidak. Shopaholic adalah seseorang
yang tidak mampu menahan keinginannya
1. Meniru nilai-nilai estetis modern untuk berbelanja dan berbelanja sehingga
dari negara-negara yang di nilai menghabiskan begitu banyak waktu dan
lebih modern. uang untuk berbelanja meskipun barang
2. Mengadopsi nilai-nilai modernitas yang dibelinya tidak selalu dibutuhkan
untuk disesuaikan dengan situasi (Oxforts Expans). Seorang shopaholic
sosial dan masyarakat, terutama akan membeli karena alasan yang tidak
pemikiran dan gaya. sewajarnya sehingga membeli membentuk
3. Modifikasi nilai-nilai modernisasi gaya hidup belanja yang tidak di fungsikan
terutama dalam bidang teknologi. secara semestinya. Shopaholic adalah
seseorang yang memiliki pola belanja
Gaya hidup juga dinilai sebagai akibat
berlebihan yang dilakukan terus menerus
dari adaptasi aktif individu terhadap
dan cenderung menghabiskan begitu
kondisi sosial yang disesuaikan dengan
banyak cara, waktu dan uang hanya untuk
kebutuhan. Sosialisasi dengan orang lain
membeli atau mendapatkan barang-barang
dan di tempat yang berbeda akan
yang sebenarnya tidak terlalu
menghasilkan perilaku yang disebut
dibutuhkannya.
dengan gaya hidup yang berbeda pula.
Secara sadar atau tidak, gaya hidup pada Jenis-jenis Shopaholic
individu akan terbentuk hingga menjadi
suatu tatanan, serangkaian prinsip serta Menurut Ronny F. Ronodirdjo terbagi
kriteria yang menentukan pilihan individu menjadi 6 jenis yaitu :
dalam kehidupannya sehari-hari.
1. Shopaholic Pemburu Image
Kelas Sosial
Mereka yang berburu mencari-cari
Kelas sosial menentukan gaya hidup berbagai aksesoris yang lebih bagus untuk
seseorang. Menurut Marx Faktor yang pakaian. Mengoleksi dan memakai
paling penting mempengaruhi gaya hidup berbagai barang yang sesuai dengan
dan kesadaran individu adalah posisi kelas perkembangan trend fashion.
sosialnya di masyarakat. Kehidupan
individu pada kelas atas akan tercermin 2. Shopaholic Kompulsif
dari gaya hidup yang ia bentuk. Mereka yang berbelanja untuk
Adapun ciri-ciri kelas sosial adalah menghasilkan perasaan, jika merasa situasi
orang-orang yang termasuk dalam kelas kurang mengenakkan, maka akan merasa
sosial tertentu kemungkinan bertingkah senang jika berbelanja. Mood negatif
laku sama, orang dinilai berkedudukan

Jom FISIP Volume 4 No.1 Februari 2017 Page 5


selalu cepat memicu keinginan mereka 1. Pengaruh dari dalam diri sendiri
untuk shopping dan menghamburkan uang.
Seorang shopaholic memiliki
3. Shopaholic Diskonan kebutuhan emosi yang tidak terpenuhi
sehingga merasa kurang percaya diri dan
Membeli barang bukan karena suatu tidak dapat berfikir positif tentang dirinya
kebutuhan yang riil, namun hanya karena sendiri sehingga beranggapan bahwa
mereka merasa mendapatkan deal yang belanja bisa membuat dirinya lebih baik.
oke, mereka senang saat mendapatkan
barang yang bukan kebutuhan. Bagi 2. Pengaruh dari keluarga
mereka yang penting tidak ketinggalan
GLVNRQ DWDX ³VDOH´ Peran keluarga khususnya orangtua
dapat mempengaruhi kecenderungan
4. Shopaholic Komplusif seseorang untuk menjadi shopaholic.
Orangtua yang membiasakan anaknya
Membeli sesuatu yang tidak menerima uang atau benda-benda secara
dibutuhkan, namun semata-mata membeli berlebihan, secara tidak langsung
untuk mendapatkan cinta atau penerimaan mengajarkan kepada anaknya untuk lebih
diri dari orang lain, seperti di terima oleh konsumtif.
teman satu genk, atau ingin diakui dalam
lingkungan sosialnya. 3. Pengaruh lingkungan pergaulan
5.Shopaholic Bulimia Lingkungan pergaulan berpengaruh besar
dalam membentuk kepribadian seseorang.
Persis seperti orang bulimia yang Memiliki teman yang hobi berbelanja
selalu ingin makan segala sesuatu padahal dapat menimbulkan rasa ingin meniru dan
ia tidak lapar, kemudian dimuntahkan memilik apa yang dimiliki oleh teman
kembali karena takut gemuk. Maka pergaulannya.
shopaholic jenis ini akan membeli
kemudian akan membuang-buangnya C. METODE PENELITIAN
kemana-mana secara tidak jelas.
Kemudian kembali lagi ingin membeli dan Jenis penelitian yang penulis gunakan
tanpa dipakainya. adalah deskriptif kualitatif . Jenis
penelitian deskriptif kualitatif berusaha
6. Shopaholic Kolektor memahami situasi, menafsirkan serta
menggambarkan situasi peristiwa atau
Rasa harus memiliki suatu set lengkap fenomena keadaan objek yang terjadi di
dari suatu hal atau membeli banyak hal dalam masyarakat dalam kajian ini adalah
agar memiliki seluruh model dan warna- mahasiswa yang kecanduan berbelanja
warni yang berbeda. Bukan karena dipakai pakaian di Fisip Universitas Riau.
untuk diganti-ganti, namun hanya ingin
mempunyai satu set lengkap saja. Teknik pengambilan sampel yang
dilakukan peneliti adalah Accidental
Faktor-faktor Penyebab Shopaholic Sampling. Accidental Sampling adalah
pengambilan sampel yang dilakukan
Shopaholic terjadi karena beberapa
secara tidak disengaja, pemilihan anggota
faktor luar dan dalam diri seseorang.
sampel hanya pada momen atau saat
Menurut Rizky Siregar (2010:79) ada tiga
tertentu saja (penentuan sampel dilakukan
faktor yang menjadi penyebab seseorang
dengan memilih mereka yang pada saat
menjadi shopaholic :
dilakukan penelitian berada pada lokasi
penelitian) dan berhenti pada saat titik
jenuh artinya terdapat jawaban yang sama

Jom FISIP Volume 4 No.1 Februari 2017 Page 6


dari setiap subjek penelitian atau informan. kebanyakan dari mahasiswa tersebut
Dalam penelitian ini di tetapkan sebanyak berbelanja diatas 3 (tiga) kali dalam
12 orang informan. sebulan. Budaya konsumtif semakin
merajai mahasiswa sehingga berbelanja
D. HASIL DAN PEMBAHASAN pakaian bukan sekedar ingin memiliki
pakaian namun dijadikan sebagai media
Melihat profil responden tersebut
untuk melepas kepenatan mengingat
penulis memberikan kesimpulan bahwa
aktivitas mahasiswa dalam menjalanai
mahasiswa yang suka berbelanja pakaian
perkuliahan sering dilanda rasa jenuh serta
menerima uang saku yang diberikan oleh
bosan menjadi faktor pendorong
orangtua mereka diatas Rp.1.200.000,-.
mahasiswa menghabiskan waktu untuk
Jenis pekerjaan orangtua juga
berbelanja pakaian. Bahkan berbelanja
menunjukkan keberagaman. Lebih lanjut
pakaian hanya untuk koleksi, serta selera.
kebanyakan dari informan adalah
Berbelanja pakaian kini menjadi rutinitas
mahasiswa yang berasal dari daerah diluar
bulanan bagi mahasiswa fisip. Anggaran
pekanbaru, dengan tanpa pengawasan dari
belanja pakaian mahasiswa hampir
orangtua dalam pengelolaan uang saku
setengah dari uang yang diberikan oleh
karena sudah diberikan kepercayaan dalam
orangtua mereka. Perilaku untuk
mengelola uang tersebut. Mahasiswa yang
memutuskan menyiapkan anggaran pun
berasal dari Pekanbaru cenderung
berbeda-beda karena perbedaan persepsi
memperoleh uang perhari, namun uang
akan kualitas pakaian tersebut.
tersebut diluar biaya untuk berbelanja
Kebanyakan responden mengaku tidak
pakaian. Mahasiswa suka berbelanja
terlalu memperhatikan merk pakaian yang
pakaian sangat bervariasi dan mempunyai
dibeli, harga pakaian yang menjadi
pendapat yang berbeda-beda terhadap
perhatian adalah sekitar Rp.80.000-
aktivitas berbelanja pakaian. Pada
100.000,-. Karena yang penting bagi
dasarnya mahasiswa tersebut suka
mereka adalah aktivitas belanja yang terus
berbelanja karena sifat dasar perempuan
menerus dilakukan untuk memenuhi
yang suka pada aktivitas berbelanja
kebutuhan mereka. Dari penjelasan
sehingga kebanyakan dari mereka
tersebut menunjukkan suatu gaya hidup
mengaku berbelanja sudah menjadi sebuah
shopaholic pada mahasiswa dari kelas
keharusan, hobi, gaya hidup, pembangkit
menengah keatas yang jauh dari kesan
semangat dan lainnya. Selain itu keinginan
kekurangan. Demi kepentingan citra
berbelanja pakaian dikarenakan adanya
dilingkungan pergaulannya, informan rela
kepentingan citra diri yaitu dalam hal ini
mengeluarkan banyak uang untuk
citra diri diartikan sebagai bagaimana
mengaplikasikan gaya hidup
seseorang memandang dirinya ( diartikan
shopaholicnya.
sebagai bagaimana individu tersebut
memandang individu lain). Hal ini Tipologi shopaholic pada Informan
menimbulkan keinginan individu cenderung lebih dominan pada shopaholic
membentuk persepsi yang baik pada orang kompulsif yaitu mereka yang berbelanja
lain tentang dirinya sehingga untuk menghasilkan perasaan, jika merasa
mempengaruhi gaya hidupnya salah situasi kurang mengenakkan, maka akan
satunya dengan menjadikan shopping merasa senang jika berbelanja. Mood
sebagai suatu keharusan. Shopaholic negatif selalu cepat memicu keinginan
menjadi gaya hidup mahasiswa yang mereka untuk shopping dan
dibentuk oleh mahasiswa itu sendiri atas menghamburkan uang. Gejala shopaholic
kemauan dan kesadaran tanpa adanya kompulsif ditunjukkan oleh mahasiswa
paksaan dari pihak manapun. Intensitas FISIP, perasaan jenuh , bosan, marah, atau
berbelanja pakaian pada mahasiswa fisip segala macam bentuk mood negatif
dapat dikatakan sering dilakukan,

Jom FISIP Volume 4 No.1 Februari 2017 Page 7


menjadi alasan mereka untuk selalu dan hanya memakai pakaian itu ketika
berbelanja. Berbelanja pakaian menjadi baru saja, namun tidak memperdulikan
media bagi mahasiswa FISIP untuk pakaian tersebut setelah digunakan. Alasan
mneghilangkan kebosanan dan kejenuhan ingin terus memakai pakaian yang baru
yang dirasakan dalam aktivitas menjadi penyebabnya.
perkuliahan, mengingat kegiatan
mahasiswa di kampus tidak hanya belajar E. KESIMPULAN DAN SARAN
dikelas saja, namun juga berbagai aktivitas
Berdasarkan hasil pembahasan maka
lain seperti mengerjakan tugas individu,
dapat ditarik kesimpulan bahwa :
tugas kelompok serta mengikuti banyak
organisasi lainnya yang ada dikampus, 1. Kebanyakan mahasiswa Fisip pada
terlebih lagi saat kampus mengadakan umumnya memiliki gaya hidup
event-event tertentu. shopaholic. Gaya hidup shopaholic pada
mahasiswa membentuk pribadi yang tidak
Tipologi selanjutnya yang terjadi pada
pernah puas atas apa yang telah
mahasiswa FISIP adalah pemburu image
dimilikinya. Gaya hidup shopaholic pada
dimana mereka yang berburu mencari-cari
mahasiswa bertujuan untuk menunjukkan
berbagai aksesoris yang lebih bagus untuk
eksistensi dirinya dengan memakai
pakaian. Mengoleksi dan memakai
pakaian yang sedang trend agar tetap
berbagai barang yang sesuai dengan
fashionable saat dikampus. Selain itu juga
perkembangan trend fashion. Mahasiswa
dengan berbelanja dapat mengatasi
FISIP suka memakai pakaian yang sesuai
kejenuhan atas rutinitas belajar mengajar
dengan perkembangan fashion , alasan
yang dilakukannya dengan frekuensi
agar tidak ketinggalan zaman menjadi
berbelanja 3 kali dalam sebulan. Alasan
faktor utamanya. Selain berbelanja
yang dominan diungkapkan oleh informan
pakaian, mahasiswa FISIP juga
adalah aktivitas berbelanja pakaian
memperhatikan benda-benda lain yang
menjadi hobi dan menjadi suatu keharusan
berkaitan dengan fashion seperti tas, hijab,
yang dilakukan oleh setiap perempuan
sepatu, kalung dan aksesoris pendukung
sehingga mereka menganggap gejala
lainnya. Sehingga aktivitas berbelanja
shopaholic menjadi hal yang biasa dan
akan terus dilakukan sebagai cara agar
lumrah untuk dilakukan. Dan kebanyakan
tidak ketinggalan model pakaian yang
dari mahasiswa tersebut mendapatkan
sedang trend tersebut.
uang saku perbulan dari orangtua adalah
Selain kedua tipologi yang telah disekitar angka Rp.1.200.000,-/ bulan,
dijelaskan. dalam tabel juga terlihat mereka mengaku bahwa uang yang
tipologi minoritas yang terjadi pada diberikan tersebut cukup untuk memenuhi
mahasiswa FISIP yaitu shopaholic kebutuhan primer serta kebutuhan
diskonan dan bulimia. Shopaholic berbelanjanya. Selain itu salah satu
diskonan berkombinasi dengan shopaholic informan dalam penelitian ini memiliki
kompulsif, dimana untuk memenuhi pendapatan tambahan yang diperolehnya
keinginan berbelanjanya, ia juga suka dari pekerjaan sambilan.
mencari benda-benda yang sedang sale
2. Tipologi shopaholic pada mahasiswa
(diskon), alasan potongan harga menjadi
khususnya mahasiswa Fisip adalah
daya tariknya untuk membeli tanpa
shopaholic kompulsif yaitu mereka yang
berfikir panjang. Dan Shopaholic Bulimia
berbelanja untuk menghasilkan dan
juga ditunjukkan oleh beberapa mahasiswa
berdasarkan perasaan, jika ia merasa
FISIP yaitu cenderung membuang-buang
situasi hati yang kurang baik, maka akan
pakaian yang sudah dibelinya, selain
merasa senang jika berbelanja. Mood
dibuang biasanya mahasiswa
negatif selalu cepat memicu keinginan
memberikannya kepada teman-temannya

Jom FISIP Volume 4 No.1 Februari 2017 Page 8


mereka untuk shopping dan menabung dalam setiap bulan. Selanjutnya
menghamburkan uang. Gejala shopaholic jadilah mahasiswa yang kreatif dan cerdas
kompulsif ditunjukkan oleh mahasiswa yaitu dengan cara mengkreasikan pakaian-
FISIP, perasaan jenuh , bosan, marah, atau pakaian yang sudah lama dan tidak
segala macam bentuk mood negatif terpakai misalnya dengan cara mempadu
menjadi alasan mereka untuk selalu padankan pakaian yang dimiliki agar
berbelanja. Berbelanja pakaian menjadi terlihat berbeda sehingga penampilan akan
media bagi mahasiswa FISIP untuk terlihat lebih baru.
menghilangkan kebosanan dan kejenuhan
yang dirasakan dalam aktivitas PERSEMBAHAN
perkuliahan, mengingat kegiatan
Bismillahirrahmaanirrahiim
mahasiswa di kampus tidak hanya belajar
Puji dan syukur penulis ucapkan atas
dikelas saja, namun juga berbagai
kehadirat Allah SWT yang telah
aktivitas lain seperti mengerjakan tugas
memberikan rahmat dan karunia-Nya
individu, tugas kelompok serta mengikuti
dengan memberikan kesehatan, ketabahan,
banyak organisasi lainnya yang ada
dan ketekunan kepada penulis sehingga
dikampus, terlebih lagi saat kampus
skripsi ini dapat penulis selesaikan.
mengadakan event-event tertentu.
Adapun penulisan ini untuk memenuhi
Saran salah satu syarat untuk menyelesaikan
studi Program Sarjana Sosiologi Fakultas
1. Kepada peneliti selanjutnya Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Riau.
Penelitian ini menggunakan metode Penulis telah berusaha semaksimal
penelitian kualitatif deskriptif yaitu mungkin dalam proses penyelesaian
menjelaskan dan mendekripsikan secara skripsi ini, namun penulis menyadari
detail mengenai permasalahan gaya hidup bahwa skripsi ini masih banyak terdapat
shopaholic yang terjadi dikalangan kekurangan baik dari segi isi maupun
mahasiswa Fisip serta mengkategorikan penulisan. Akhirnya dengan rahmat Allah
mahasiswa pada suatu tipologi shopaholic. SWT penulis dapat menyelesaikan skripsi
Jadi, untuk peneliti selanjutnya diharapkan LQL \DQJ EHUMXGXO ³Gaya Hidup
dapat melanjutkan penelitian ini dengan Shopaholic Mahasiswa (Studi pada
menggunakan metode kuantitatif agar Mahasiswa FISIP Universitas Riau yang
dapat mengukur gaya hidup shopaholic .HFDQGXDQ %HUEHODQMD 3DNDLDQ ´
pada mahasiswa dengan menggunakan alat Keberhasilan yang penulis peroleh
ukur skala penelitian subjek memberikan saat ini, tidak lepas dari orang-orang yang
gambaran perilaku berbelanjanya sesuai selalu mendukung dan mendorong penulis
dengan aitem-aitem yang tersedia dalam untuk berusaha. Pada kesempatan ini,
skala yang telah ditentukan. dengan segala kerendahan hati penulis
mengucapkan terima kasih dan
2.Mahasiswa
pengharapan kepada:
Kepada mahasiswa, pada umumnya 1. Bapak Drs. Syafri Harto, Msi
gaya hidup shopaholic menunjukkan selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
perilaku konsumtif, boros, dan rasa candu Ilmu Politik Universitas Riau.
yang berlebihan hingga ketergantungan. 2. Ibu Dra. Indrawati, Msi selaku
Jadi, penulis menyarankan pada Ketua Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu
mahasiswa untuk dapat mengendalikan Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau,
keinginan untuk berbelanja terutama yang telah banyak membantu dan
berbelanja pakaian, hal ini dapat dilakukan memberikan banyak ilmu serta semangat
dengan menciptakan budaya hidup dalam penyelesaian skripsi ini.

Jom FISIP Volume 4 No.1 Februari 2017 Page 9


3. Bapak Drs. Yonyanis, Msi selaku Nur Hidayah, terimakasih telah menjadi
dosen pembimbing terbaik yang telah teman terbaik bagi penulis dari semester
meluangkan waktu dan pikirannya untuk satu, terimakasih atas support kepada
memberikan banyak arahan, bimbingan, penulis dan Teman-teman sosiologi
semangat serta pengalaman yang berarti angkatan 2013, Semoga cepat menyusul
bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi skripsweet.
ini. 10. Teman-teman satu kost putri ayu,
4. Bapak Dr. H. Yoserizal, MS yang Defi Mariyana, Eva Marlini, Mardiyah
telah memberikan penulis izin untuk Nasution. Terimakasih atas doa dan
melakukan penelitian di Kampus FISIP support yang diberikan kepada penulis.
(Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu :Politik). 11. Seluruh pihak yang secara tidak
Kepada staf Tata Usaha Kampus FISIP langsung turut serta memperlancar
Universitas Riau serta staf Perlengkapan penulisan skripsi ini, baik yang penulis
Kampus FISIP Universitas Riau yang telah sebutkan maupun pihak-pihak yang tidak
membantu penulis dalam mengurus disebutkan satu persatu, penulis ucapkan
administrasi izin penelitian. terima kasih yang tak terhingga. Semoga
5. Terimakasih tak terhingga kepada Allah SWT membalas semua kebaikan
kedua orangtuaku Ayahanda tercinta yang telah diberikan kepada penulis
Riswan Hasibuan dan Ibunda tersayang dengan pahala yang berlipat ganda. Amin.
Nurhayati S.Pd atas jerih payah diatas
segala pengorbanan dalam masa
perkuliahan, setiap titik keringat yang DAFTAR PUSTAKA
jatuh menjadi semangat bagi penulis agar
Sumber Buku :
tidak menyerah. Dan terimakasih telah
mendoakan penulis siang dan malam, Alfatir, Adlin.³5HVLVWHQVL *D\D +LGXS´
memberikan dukungan, semangat sehingga Teori dan Realitas´.Yogyakarta dan
dapat memperoleh gelar Sarjana Sosiologi Bandung: Jalasutra
ini.
6. Terimakasih kepada kedua saudara Baudrillard, Jean. 2009. ³Masyarakat
kandung penulis Muhammad Idris Konsumsi´. Yogyakarta : Kreasi
Hasibuan S.T dan Dwi Syah Putri S.Psi Wacana
yang telah memberikan dorongan moril
kepada penulis sehingga penulis tetap Chaney, David. 1996. Life Style: Sebuah
semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Pengantar Komprehensif.
Kepada Amroni Saragih yang juga Yogyakarta: Jala Sutra
memberikan semangat bagi penulis. Damsar.1997. Sosiologi Ekonomi. Jakarta:
7. Seluruh Staf pengajar Sosiologi PT Raja Grafindo Persada
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik atas
segala ilmu dan bantuannya selama masa Dwirianto, Sabarno. 2013. Kompilasi
perkuliahan dan seluruh staf pegawai Sosiologi Tokoh dan Teori.
jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Pekanbaru: UR Press
Ilmu Politik yang telah membantu baik
selama masa perkuliahan maupun urusan Haryanto, Sindung. Sosiologi Ekonomi.
administrasi dalam penyelesaian skripsi.
Johnson, Doyle Paul Johnson. 1988. Teori
8. Seluruh informan yang telah
Sosiologi Klasik dan Modern Jilid I.
banyak sekali membantu penulis dalam
Jakarta: PT Gramedia
proses wawancara. Terimakasih atas
partisipasinya kepada penulis. Johnson, Doyle Paul Johnson. 1988. Teori
9. Teman-teman seperjuangan penulis Sosiologi Klasik dan Modern Jilid II.
Helen Puspita Sari, Lasmaria Ritonga dan Jakarta: PT Gramedia

Jom FISIP Volume 4 No.1 Februari 2017 Page 10


Lash, Scott. 2004. Sosiologi Post Negeri Yogyakarta. Skripsi.
Modernime. Jakarta : Kanisius Yogyakarta. Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik. Universitas Negeri
Lexy, Moleong. 2000. Metode Penelitian Yogyakarta.
Kualitatif. Bandung: PT Rosdakarya
Marliza, Ella (2015) Gaya Hidup
Marshall, Gordon. 1994. Oxford Mahasiswa di Perkotaan (Studi
Dictionary Of Sociology. New York: Meaning Family Box Karaoke
Oxpord University Press Keluarga bagi Mahasiswa/i di Jalan
HR.Subrantas Kota Pekanbaru).
Martono, Nanang. 2012. Sosiologi
Skripsi. Universitas Riau.
Perubahan Sosial Perspektif Klasik,
Modernitas,Posmodern dan Nindyastari, Dimitri (2008). Gaya Hidup
Poskolonial. Jakarta: PT Raja Remaja yang Melakukan Clubbing.
Grafindo Persada Skripsi. Jakarta. Fakultas Psikologi.
Universitas Gunadarma.
Masriani, Amelia. 0LVV -LQMLQJ ³%HODQMD
6DPSDL 0DWL´ Saputri, Desi (2014) Gaya Hidup Remaja
di SMA Negeri 2 Tambang
Paul.B Horton dan Chester L.Hunt.
Kecamatan Tambang Kabupaten
Sosiologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga
Kampar.Skripsi. Universitas Riau.
Reynold, Dren. 1990. Perilaku Konsumen.
Sari, Putri Nurul (2015) Gaya Hidup
Jilid 1. Jakarta: Binarupa Aksara
Pelajar SMA yang Menggunakan
Ronny.F. Ronodirdjo.2015. Ancaman Mobil Pribadi ke Sekolah (Studi
Bahaya Mengerikan Shopaholic. pada Siswa-Siswi SMA Islam As-
Jakarta: Serial E-Book Shofa Pekanbaru).Skripsi.
Universitas Riau.
Singarimbun, Masri. Sofian Effendi.1985.
Metode Penelitian Survai. Jakarta: Wisudawati, Rusdiana (2014). Pengaruh
LP3ES Citra Merek dan Gaya Hidup
terhadap Keputusan Pembelian Tas
Soehartono, Irawan. 1995. ³0HWRGH Hermes Tiruan pada Wanita Karir.
3HQHOLWLDQ 6RVLDO´ 6XDWX 7HNQLN Skripsi.Bengkulu.Fakultas Ilmu
Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Politik.Universitas
Sosial dan Ilmu Sosial Bengkulu.
Lainnya.Bandung : PT Remaja
Rosdakarya
Soekanto, Soerjono.1990. Sosiologi Suatu
Pengantar. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada
Vredenbregt, J. 1980. Metode dan Teknik
Penelitian Masyarakat. Jakarta : PT
Gramedia

Sumber Skripsi/Jurnal
Anugrahati, Rifa Dwi Styaning (2014).
Gaya Hidup Shopaholic sebagai
bentuk Perilaku Konsumtif pada
Kalangan Mahasiswa Universitas

Jom FISIP Volume 4 No.1 Februari 2017 Page 11

You might also like