You are on page 1of 10

p-ISSN 2086-6380 Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Maret 2018, 9(1):64-73

e-ISSN 2548-7949 DOI: https://doi.org/10.26553/jikm.2018.9.1.64-73


Available online at http://www.jikm.unsri.ac.id/index.php/jikm

IMPLENTASI SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM


DAERAH KABANJAHE TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

Seriusman H. Sitanggang,1Juanita, Raden Kintoko Rochadi


Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

IMPLEMENTATION OF THE DECREE OF KABANJAHE GENERAL HOSPITAL


DIRECTOR CONCERNING NON-SMOKING AREA

ABSTRACT
Background: The case of smoking today becomes a big problem which can cause death in Indonesia. Law
/No. 44/2009 on Hospital require hospital management impose a regulation that all areas of a hospital have
to be KTR (No Smoking Area). Kabanjahe Regional General Hospital has implemented the policy of KTR
according to the SK (Directive) of the Hospital which has not been implemented completely so far. The
objective of this research was to analyze the implementation of SK Director RSU Kabanjahe No.
1255/RSU/2016 About KTR at RSU Kabanjahe in 2017.
Metode: This research used qualitative method with interview technique, participant observation,
documentation and triangulation with sample consisting of 4 employees and 2 patients of Kabanjahe
Hospital and using note book instrument, tape recorder, camera and researcher as instrument. The belief in
the results of the research is done by testing the credibility, depenability, process and research results. The
research was conducted in RSUD Kabanjahe.
Result: The result of the research showed that the implementation of KTR at RSU Kabanjahe did not run
well although it had been implemented for eight years. It was caused by some inhibiting factors such as some
of its managers and the personnel still smoked, there was no Regional Regulation which regulated it, there
was the lack of commitment of the Director in imposing sanction and in establishing a supervisory
committee for KTR.
Conclusion: The implementation of KTR at Kabanjahe Hospital was not in accordance with the Directive of
the Director of the hospital or failed. It is recommended that the hospital management increase disposition,
and bureaucratic structure in supporting the policy on KTR.
Keywords: non smoking area, implementation, hospital

ABSTRAK
Latar Belakang: Masalah rokok pada saat ini sudah menjadi masalah besar yang menyebabkan kematian di
Indonesia. UU No. 44/2009 Tentang Rumah Sakit (RS) menyebutkan setiap RS mempunyai kewajiban
memberlakukan seluruh lingkungan RS sebagai Kawasan Tanpa Merokok (KTR). RS Umum Daerah
(RSUD) Kabanjahe telah menerapkan KTR sesuai SK direktur RS namun sejauh ini pelaksanaannya belum
berhasil. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pelaksanaan SK Direktur RSUD Kabanjahe No. 1255 /
RSU / 2016 Tentang penerapan KTR di RSUD Kabanjahun tahun 2017.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik wawancara, observasi berperan serta,
dokumentasi dan triangulasi dengan sampel terdiri dari 4 orang pegawai dan 2 orang pasien RSUD
Kabanjahe dan menggunakan instrumen buku catatan, tape recorder, kamera dan peneliti sebagai instrumen.
Kepercayaan terhadap hasil penelitian dilakukan dengan pengujian kredibilitas, depenabilitas, proses dan
hasil penelitian. Penelitian dilakukan di RSUD Kabanjahe.
Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan KTR di RSUD Kabanjahe belum berjalan
dengan baik walaupun telah dilaksanakan selama delapan tahun. Hal ini dikarenakan beberapa faktor
penghambat seperti Direktur RS dan jajarannya masih merokok, tidak ada perda yang mengatur tentang
KTR, tidak adanya komitmen Direktur dalam menjatuhkan sanksi dan membentuk komite pengawas KTR.
Kesimpulan: Penerapan KTR di RSUD Kabanjahe belum sesuai dengan SK Direktur atau belum berhasil.
Pimpinan rumah sakit diharapkan dapat meningkatkan disposisi, dan struktur birokrasi dalam mendukung
kebijakan KTR.
Kata Kunci: Kawasan tanpa rokok; implementasi; rumah sakit

Alamat Koresponding: Seriusman H. Sitanggang, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Jl. Universitas, No. 21,
Kampus USU Medan 20155, email : seriusmansitanggang@gmail.com

64 Maret 2018
Sitanggang et al. / Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Maret 2018, 9(1):64-73

PENDAHULUAN RSUD Kabanjahe telah membuat SK Nomor:


1255/RSU/2016 tentang KTR. Pelaksanaan
Masalah rokok di Indonesia saat ini
KTR di RSUD Kabanjahe sudah dimulai sejak
sudah menjadi masalah besar penyebab angka
2009 namun kebijakan tersebut belum
kematian nasional. WHO mengadakan Sidang
berhasil hingga saat ini. Pemerintah
Majelis Kesehatan Dunia ke 56 pada bulan
Kabupaten Karo juga belum memiliki perda
Mei 2003 yang dihadiri 191 negara anggota
tentang KTR. Hal ini lah yang menjadi salah
dari WHO, dengan suara bulat mengadopsi
satu faktor penghambat pelaksanaan KTR di
Kerangka Kerja Konvensi Pengendalian
RS di Kabupaten Karo Sekitarnya.
Tembakau/Framework Convention on
Ketidakberhasilannya KTR di RSU
Tobacco Control (FCTC). FCTC ini berlaku
Kabanjahe juga disebabkan karena kurangnya
efektif sejak tanggal 27 Februari 2005.
sosialisasi pihak rumah sakit kepada
Pemerintah mempunyai kewajiban dan
pengunjung dan kurangnya rambu-rambu
kewenangan untuk melindungi masyarakat,
tentang larangan KTR. Jika tidak ada upaya
dan yang merupakan pokok-pokok kebijakan
pengendalian kebiasaan mengkonsumsi
FCTC seperti peningkatan cukai, larangan
tembakau ini, diprediksi angka kematian
iklan menyeluruh, penerapan KTR, peringatan
akibat kebiasaan merokok akan mengalami
kesehatan dalam bentuk gambar, program
peningkatan lebih dari 8 juta jiwa setiap
berhenti merokok dan pendidikan
tahunnya dan sebanyak 80 persen dari angka
masyarakat1. Namun, Indonesia hingga saat
kematian tersebut terjadi di negara-negara
ini menjadi satu-satunya negara di Asia
berkembang seperti Indonesia.5Cara yang
Tenggara yang belum menjadi peserta FCTC.
efektif saat ini untuk melakukan perlindungan
Rata-rata perokok menghabiskan 10-11
dan hak kepada orang tidak perokok adalah
batang per hari di tahun 2004.1
melalui Undang-Undang atau Perda tentang
Hasil survei Badan Kesehatan Dunia
KTR yang dapat memberikan perlindungan
tahun 2013, menyatakan bahwa sepertiga
hukum.6Lemahnya komitmen dan kepatuhan
kaum pria berusia di atas 15 tahun atau
pegawai dalam merealisasikan SK direktur
berkisar 1,35 miliar orang penduduk di dunia
RSUD Kabanjahe sangat berpengaruh
memiliki kebiasaan merokok dan dari jumlah
penting terhadap keberhasilan pelaksanan SK
tersebut sebanyak 250 juta adalah perempuan,
tersebut baik dari tingkat pimpinan sampai
dimana 80% diantaranya tinggal di negara-
bawahan. Ketidakpatuhan pegawai RSUD
negara berkembang dengan penghasilan
Kabanjahe ini dibuktikan dengan masih
rendah dan sedang, serta diprediksi mereka
banyaknya ditemukan pegawai merokok di
menghabiskan lebih dari 5 triliun batang
lingkungan RS serta kurangnya sosialisasi
rokok dalam setahun.2 Rumah sakit sebagai
kepada pengunjung RS. Sesuai dengan hasil
institusi pelayanan kesehatan sudah
penelitian yang dilakukan oleh Marguarite,
seharusnya memiliki lingkungan yang bersih
R.R mengemukakan bahwa komitmen dan
dan sehat, termasuk bebas dari asap rokok.
dukungan yang kuat sangat berperan penting
Namun kenyataannya masih sering dijumpai
dalam mendukung berhasilnya KTR. Bukti
orang-orang merokok di lingkungan rumah
menunjukkan bahwa salah satu faktor yang
sakit. Untuk menciptakan lingkungan yang
mesukseskan implementasi kebijakan KTR di
bersih dan sehat serta bebas dari asap rokok
fasilitas kesehatan mental adalah dukungan
maka pemerintah merujuk UU No. 44 tentang
konsistensi yang diberikan di seluruh
Rumah Sakit tahun 2009,3 serta UU No. 36
tingkatan organisasi mulai dari pegawai utama
tahun 2009 tentang kesehatan (UU RI Nomor
hingga tingkat eksekutif.7 Pelatihan dan
32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan
pembentukan pengawasan dan atau komite
Pengelolaan Lingkungan Hidup).4 Direktur
kerja KTR di RSUD Kabanjahe yang juga

Maret 2018 65
Sitanggang et al. / Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Maret 2018, 9(1):64-73

sampai saat ini belum terbentuk. Meskipun masih mencapai 30 % ketidakberhasilan KTR
realisasi peraturan KTR ini sudah berjalan ini juga disebabkan kuat karena ketidak
delapan tahun sangat berdampak terhadap patuhan pegawai dan kurangnya komitmen
ketidakefektifan penerapan KTR di RSUD direktur rumah sakit. Tujuan penelitian ini
Kabanjahe. Hal ini juga masih jauh dari apa dilakukan untuk menganalisis sejauh mana
yang diamanatkan dalam Pedoman pengimplementasian SK Direktur RSUD
Pengembangan KTR Kemenkes RI tahun Kabanjahe tentang KTR, apa yang menjadi
2011 yang menyatakan bahwa penyiapan hambatan pengimplementasiannya, serta
infrastruktur Kawasan Tanpa Rokok (KTR) strategi apa dilakukan supaya kebijakan KTR
antara lain : a) Membuat surat keputusan dari tersebut dapat berjalan efektif dan maksimal.
pimpinan tentang penanggung jawab dan
pengawas Kawasan Tanpa Rokok di fasilitas
METODE PENELITIAN
pelayanan kesehatan. b) Instrumen
pengawasan. c) Materi sosialisasi penerapan Penelitian ini menggunakan metode
Kawasan Tanpa Rokok. d) Pembuatan dan penelitian kualitatif Metode pengumpulan
penempatan tanda larangan merokok di data yang digunakan dalam penelitian ini
fasilitas pelayanan kesehatan. e) Mekanisme adalah dengan wawancara mendalam (in-
dan saluran penyampaian pesan di sekitar depth interview), observasi serta,
fasilitas pelayanan kesehatan. f) Pelatihan dokumentasi. Pengumpulan data dilakukan
bagi pengawas Kawasan Tanpa Rokok. g) berhadapan secara langsung dengan
Pelatihan kelompok sebaya bagi karyawan narasumber.11 Penelitian ini dilakukan di RSU
tentang cara berhenti merokok. Ini didukung Kabanjahe pada rentang waktu bulan
dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya desember 2016 sampai dengan bulan mei
bahwa pembentukan komite kelompok kerja tahun 2017. Pemilihan lokasi penelitian di
dan pelatihan pengawasan KTR yang belum RSU Kabanjahe karena rumah sakit
ada menjadi salah satu penghambat merupakan salah satu lokasi/tempat yang
berhasilnya KTR. Pentingnya harus melaksanakan kebijakan KTR. Populasi
mempertimbangkan penyediaan pelatihan dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai
bagi para staf untuk intervensi berhenti dan pengunjung rumah sakit, dan sampel
merokok di lingkungan rumah sakit sangat adalah orang-orang yang terlibat dalam
berperan penting dalam mewujudkan KTR.8 kebijakan KTR meliputi : Kepala tata usaha,
Keterlibatan dan dukungan internal rumah Kepala bidang data dan perencanaan, Kepala
sakit sangat penting dalam mendukung bidang penunjang pelayanan medis, kepala
keberhasilan KTR.9Disamping pelatihan sub bagian umum dan perlengkapan, pasien
keefektifan penerapan KTR juga tidak lepas rawat inap (1 orang), Pasien rawat jalan (1
dari dukungan pihak rumah sakit untuk orang). Pemilihan informan dalam penelitian
menjadi contoh dan juga sebagai cerminan ini dilakukan dengan menggunakan
dalam menerapkan KTR.10Dukungan dan pendekatan purposif dengan kriteria informan
keterlibatan pegawai RS dalam pelaksanaan yang menguasai atau memahami sesuatu
KTR ini berdasarkan pengamatan peneliti melalui proses enkulturasi sehingga sesuatu
sangat kurang ini dibuktikan dari hasil itu bukan sekedar diketahui tetapi juga
pengamatan peneliti ada 74 orang per harinya dihayatinya, informan yang tergolong masih
yang masih merokok di lingkungan RS baik sedang berkecimbung atau terlibat pada
pegawai maupun pengunjung RS. kegiatan yang tengah diteliti, informan yang
Berdasarkan wawancara singkat dengan salah mempunyai waktu yang memadai untuk
seorang pegawai RSU Kabanjahe menyatakan dimintai informasi, dan informan tidak
bahwa penerapan KTR di RSU Kabanjahe cenderung menyampaikan informasi hasil

66 Maret 2018
Sitanggang et al. / Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Maret 2018, 9(1):64-73

“kemasannya” sendiri. Instrumen Penelitian teknik, triangulasi sumber data; dan


adalah hasil wawancara direkam triangulasi waktu.Kepercayaan terhadap hasil
menggunakan alat bantu berupa alat tulis, penelitian dilakukan dengan pengujian
voice recorder, dan kamera. Rekaman dari kredibilitas, depenabilitas, proses dan hasil
voice recorder dituliskan dalam bentuk penelitian.
transkrip, data dari hasil wawancara dicatat
dalam bentuk tulisan-tulisan ini selanjutnya
HASIL PENELITIAN
akan dirangkum dan kemudian dideskripsikan
Status Merokok dari Informan
sesuai dengan data yang dibutuhkan. Analisis
data menggunakan teknik analisa spradley Status merokok yang mempengaruhi
yaitu analisis domain, analisa taksonomi, dan pengimplementasian kebijakan Kawasan
analisa komponensial. Pengujian data Tanpa Rokok di RSUD Kabanjahe dapat
dilakukan dengan cara triangulasi : triangulasi dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1.
Gambaran Karakteristik Responden

Jenis Umur Pendidikan Status


Status di Rumah Sakit Ket.
Kelamin (Tahun) Terakhir Merokok

Kepala Tata Usaha Perempuan 47 S1 (P1) Tidak

Kepala Bidang Data dan


Laki-laki 46 S2 (P2) Ya
Program

Kepala Bidang Penunjang


Laki-laki 46 S1 (P3) Ya
Pelayanan Medik

Kepala Sub Bagian Umum


Laki-laki 53 S1 (P4) Ya
dan Perlengkapan

Pasien Rawat Inap Laki-laki 31 S1 (P5) Ya

Pasien Rawat Jalan Laki-laki 27 SMA (P6) Ya

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan KTR di RSUD Kabanjahe secara umum


bahwa komitmen dan kepatuhan pelaksanaan belum berhasil sesuai dengan SK direktur No.
KTR melalui SK direktur RS di RSUD 1255/SRU/2016 tentang KTR yang
Kabanjahe dapat dilihat dalam tabel diatas. menetapkan bahwa : (a). Menetapkan bahwa
Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 6 lingkungan RSUD Kabanjahe adalah
informan terdapat hanya 1 informan yang merupakan KTR, (b). Kepada seluruh pejabat
tidak merokok di lingkungan RS maupun di lingkungan RSUD Kabanjahe sesuai
diruangan kerja yaitu Kepala Tata Usaha/(P1) dengan kewenangannya melakukan
berjenis kelamin perempuan, dan 1 informan pembinaan atas penyelenggaraan pengamanan
lainnya yang masih merokok diruangan kerja produk tembakau sebagai zat adiktif bagi
atau masih merokok dilingkungan RS kesehatan dengan mewujudkan KTR.12
meskipun hanya di ruangan kerja saja yaitu Hasil penelitian dikemukakan bahwa
Kepala Bidang Penunjang Pelayanan dukungan pelaksanaan KTR melalui SK
Medik/(P3), serta 4 informan lainnya masih direktur RS di RSUD Kabanjahe belum ada,
bebas atau tetap merokok di lingkungan baik dukungan landasan hukumnya maupun
rumah sakit. Pengimplementasian kebijakan dalam aspek dukungan manajemen RS, ini

Maret 2018 67
Sitanggang et al. / Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Maret 2018, 9(1):64-73

dibuktikan dengan belum adanya Peraturan mengimplementasikan kebijakan rokok dan


Daerah atau PERDA yang mengatur tentang rokok-elektrik, dengan larangan yang cukup
KTR dan juga belum terbentuknya Komite kuat terhadap penggunaan rokok dan rokok-
Kerja Pengawasan KTR rumah sakit sesuai ektrik baik di dalam atau di luar ruangan.
Pedoman Pengembangan KTR Kemenkes RI Keberhasilan rumah sakit di Carolina dalam
Tahun 2011. menerapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
tidak lepas dari sosialisasi yang terus-menerus
PEMBAHASAN dilakukan dan advokasi yang kuat lintas
Pada pendekatan teori implementasi sektoral terkait KTR. Hal ini juga disambut
oleh George C. Edward III, terdapat paling positif oleh banyak rumah sakit lain yang
tidak 2 variabel yang sangat menentukan belum memiliki kebijakan semacam itu.
keberhasilan implementasi suatu kebijakan Meskipun informan menunjukkan bahwa
yaitu : (1). Disposisi (komitmen dan kebijakan rumah sakit yang telah ada ini
kepatuhan), dan (2). Struktur birokrasi efektif dalam menghadapi masalah
(dukungan internal).13 Pengimplementasian penggunaan rokok dan rokok-elektrik.
KTR di RSUD Kabanjahe ini sudah berjalan Masalah-masalah kecil lainnya tetap ada
selama 8 tahunatau sejak 2009, namun hingga terutama menyangkut keluhan dan pertanyaan
saat ini belum berhasil atau pencapaian dari para pengunjung rumah sakit. Hal ini
pelaksanaannya berdasarkan hasil wawancara menunjukkan kurangnya upaya sosialisasi
dengan narasumber masih mencapai 30%. kebijakan terhadap para pasien dan
Persyaratan pertama bagi implementasi pengunjung rumah sakit.16
kebijakan yang efektif adalah bahwa mereka Faktor ketidak berhasilan ini
yang melaksanakan kebijakan harus disebabkan karena kurangnya komitmen dan
mengetahui apa yang mereka lakukan. kepatuhan direktur rumah sakit serta
Keputusan-keputusan kebijakan dan perintah jajarannya yang kurang aktif melibatkan diri
harus diteruskan kepada personil yang tepat dalam pengimlementasian regulasi tentang
sebelum keputusan perintah itu diikuti. Untuk KTR ini. Berdasarkan penelitian yang
itu diperlukan transmisi (penyaluran) yang dilakukan di rumah sakit di Amerika
baik. Kejelasan yang diterima oleh pelaksana mengemukakan bahwa pimpinan dan pegawai
kebijakan dan kelompok sasaran sehingga sangat berperan aktif dalam menentukan
tidak membingungkan dalam pelaksanaan keberhasilan kebijakan rokok di rumah sakit
kebijakan.14 seperti : Keterlibatan Pegawai. Keterlibatan
Terobosan penting yang dilakukan oleh para pegawai dalam mendukung pengendalian
pemerintah baru-baru ini adalah dengan tembakau mulai dari sebelum dan sesudah
melakukan perumusan Memorandum of penerapan larangan bebas asap rokok tersebut
Understanding (MoU) antara Kementerian sangat berperan penting, Pengaruh dari
Dalam Negeri dan Kementerian Kesehatan keputusan untuk menjadikan rumah sakit
yang menekankan pemberlakuan Kawasan bebas asap rokok. Pihak rumah sakit
Tanpa Rokok (KTR). Peraturan bersama menemukan banyak faktor yang akhirnya
antara Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam mendorong mereka untuk menerapkan
Negeri ini dituangkan dalam surat bernomor kebijakan bebas asap rokok. Yang paling
188/MENKES/PB/I/2011 dan Nomor 7 Tahun menonjol adalah gabungan antara faktor
2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan internal dan eksternal yang berperan dalam
Tanpa rokok.15 Sebagian besar rumah sakit di pengambilan keputusan dan dukungan dalam
Carolina Utara telah membuat kemajuan penerapan bebas asap rokok, Penghalang
dengan mengembangkan dan dalam penerapan kebijakan bebas asap rokok:
Penghalang internal yang utama adalah moral

68 Maret 2018
Sitanggang et al. / Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Maret 2018, 9(1):64-73

pegawai yang negatif, logika yang dimiliki tepat sebagai keputusan pribadi dalam
oleh para pegawai yang masih banyak menghadapi pengaruh eksternal dan faktor
merokok. Sedangkan penghalang eksternal non organisaional, atau pendekatan faktual.19
yang utama adalah kurangnya penerimaan Penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit
kebijakan bebas asap rokok dari pasien dan Malata, ketidak patuhan para pembuat
pengunjung rumah sakit17. Hal ini dibuktikan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok menjadi
dari hasil wawancara dari narasumber yang penghalang berhasilnya kebijakan tersebut.
menyatakan masih merokok dilingkungan Prevalensi merokok diantara petugas-petugas
rumah sakit dan juga dibuktikan dengan kesehatan di rumah sakit Malta seimbang
pengamatan peneliti dimana dalam satu hari dengan masyarakat umumnya sehingga perlu
terdapat rata-rata 74 orang ditemukan masih tindaklanjut untuk membuat mereka berhenti
merokok di lingkungan rumah sakit, baik merokok, selain daripada ukuran-ukuran
pegawai maupun pasien atau keluarga pasien pencegahan secara umum. Pelatihan
yang berkunjung di rumah sakit. Kurangnya prasarjana, dan CPD bidang pertembakauan
komitmen pihak rumah sakit atau direktur perlu dijalankan terus. Sebagian besar petugas
rumah sakit beserta jajarannya dikarenakan kesehatan mendukung bila rumah sakit umum
belum ada dasar hukum yang menguatkan dari menjadi bebas asap rokok dan melakukan
PEMDA Kabupaten Karo yaitu PERDA yang promosi kesehatan. Sehingga hal ini membuka
mengatur tentang KTR, sehingga dalam peluang bagi ukuran-ukuran pengendalian
menjalankan kebijakan ini secara sepenuhnya tembakau yang lebih jauh untuk memperkuat
tidak berjalan efektif. Kurangnya kepatuhan implementasi. Kenyataan di lapangan
pegawai rumah sakit ini juga disebabkan menunjukkan bahwa proporsi pegawai rumah
karena belum adanya sanksi yang memberi sakit yang merokok tidaklah berbeda dengan
efek jera kepada para pelanggar kebijakan yang ditemukan di masyarakat umum.
KTR baik secara lisan, tulisan maupun Persentase perokok tertinggi berada pada
tindakan hukum atau kebijakan-kebijakan kelompok umur termuda (18-25 tahun),
rumah sakit laninnya. Di Skotlandia, padahal generasi inilah yang seharusnya
perangkat peraturan anti rokok tahun 2006 paling sering terpapar pada kampanye anti
ternyata sangat efektif dan berhasil setelah rokok di sekolah atau pendidikan tersier.
diperkenalkannya tahapan-tahapan serta Kenyataan menunjukkan bahwa para perokok
kebijakan kawasan tanpa rokok di tempat seringkali diberikan waktu istirahat untuk
umum, sehingga keuntungan dari adanya merokok secara tak resmi, hal ini bisa
kebijakan seperti itu bisa meluas ke populasi mengganggu usaha untuk berhenti merokok,
umum, bukan hanya pada kelompok yang yang mana mereka memiliki lebih banyak
terpapar asap tembakau karena waktu istirahat ketimbang bekerja di bagian
pekerjaannya/lingkungan kerjanya baik yang tidak terkait kegiatan merokok. Terdapat
tempat pelayanan kesehatan, tempat ibadah, 3 area untuk merokok yang tersedia di rumah
tempat bermain anak-anak dan lain-lain.18 sakit, dan hal ini berdampak pada
Berdasarkan pendekatan kepatuhan dan berkumpulnya para perokok di area-area
pendekatan faktual dapat dinyatakan bahwa tersebut untuk merokok. Hal ini mungkin
keberhasilan kebijakan sangat ditentukan oleh dipengaruhi oleh faktor psikologi, dimana
tahap implementasi dan keberhasilan proses para perokok menganggap diri mereka
implementasi ditentukan oleh kemampuan sebagai pembangkang yang berlawanan
implementor yaitu : a) Kepatuhan dengan tujuan peraturan anti rokok di rumah
implementor mengikuti apa yang sakit yakni untuk menurunkan jumlah
diperintahkan oleh atasan, dan b. Kemampuan perokok. Kepatuhan dan kesadaran pelaksana
implementor melakukan apa yang dianggap kebijakan KTR merupakan kunci dalam

Maret 2018 69
Sitanggang et al. / Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Maret 2018, 9(1):64-73

mewujudkan kebijakan Kawasan Tanpa Kawasan Tanpa Rokok. (d). Pembuatan dan
Rokok. Kepatuhan dan kesadaran pelaksana penempatan tanda larangan merokok di
ini dibuktikan dalam keberhasilan rumah sakit fasilitas pelayanan kesehatan. (e). Mekanisme
di Amerika.20Dukungan pihak rumah sakit dan saluran penyampaian pesan di sekitar
untuk menjadi contoh dan cerminan juga fasilitas pelayanan kesehatan. (f). Pelatihan
sangat berperan dalam mewujudkan KTR ini bagi pengawas Kawasan Tanpa Rokok. (g).
sesuai dengan hasil penelitian di rumah sakit Pelatihan kelompok sebaya bagi karyawan
Malta.21 tentang cara berhenti merokok. Seharusnya
Dukungan internal rumah sakit dalam jika tahap-tahap ini dilaksanakan misalnya
melakukan dan mencari strategi mulai dari sosialisasi dan pembinaan,
pengimplementasian KTR ini menjadi kunci pembentukan komite kerja dan pengawasan
keberhasilan yang paling tepat. Koordinasi hingga dalam pemberian sanksi administratif
dalam internal rumah sakit sebagai pelaku pengaplikasian regulasi KTR ini berjalan
kebijakan sangat lemah jika dilihat saat ini di efektif. Ini didukung dengan hasil penelitian
RSUD Kabanjahe dan juga belum ada yang dilakukan di Kanada sebagai strategi
koordinasi eksternal contohnya kepada Dinas keberhasilan rumah sakit dalam menerapkan
Kesehatan Kabupaten Karo maupun LSM kebijakan bebas asap rokok adalah.Untuk
yang terkait dengan KTR dalam melakukan memaksimalkan keberhasilan kebijakan
penyuluhan, sosialisasi dan edukasi lainnya properti rumah sakit bebas asap rokok, maka
kepada pegawai maupun kepada pengunjung perlu diperlukan perlakuan-perlakuan yang
rumah sakit. Dukungan manajemen yang tidak melibatkan zat tembakau baik pada
masih kurang dalam mengimplementasikan pegawai RS maupun pasien, perlu dikurangi
kebijakan KTR di RSUD Kabanjahe juga pengecualian-pengecualian kebijakan yang
menjadi salah satu faktor tidak terealisasinya ada, dan perlu dikurangi pula area-area
SK direktur RSUD Kabanjahe ini secara tertentu yang masih menjadi tempat merokok,
efektif. Kegagalan dalam implementasi sering Kepemimpinan yang kuat dan dukungan-
terjadi karena staf tidak mencukupi, tidak dukungan kebijakan yang memadai.
memadai atau pun tidak kompeten di Di Skotlandia, perangkat peraturan anti
bidangnya, penambahan jumlah staf dan rokok tahun 2006 ternyata berhubungan
implementor saja tidak mencukupi tetapi dengan menurunnya rate penyakit pernapasan
diperlukan pula kecukupan staf dengan secara berturut-turut pada populasi di luar dari
keahlian dan kemampuan yang diperlukan kelompok yang terpapar asap tembakau
dalam mengimplementasikan kebijakan atau karena pekerjaannya/lingkungan kerjanya.
melaksanakan tugas yang diinginkan oleh Hasil studi menunjukkan bahwa terdapat
kebijakan atau program itu penurunan rate perawatan asma pada anak
21
sendiri. Manajemen rumah sakit sangat setelah diperkenalkannya kebijakan tanpa
penting dalam mendukug KTR ini, salah satu asap rokok di tempat umum, sehingga
dukungan mendasar yang dapat dijadikan keuntungan dari adanya kebijakan seperti itu
sebagai pedoman adalah Pedoman bisa meluas ke populasi umum, bukan hanya
Pengembangan KTR Kemenkes RI Tahun pada kelompok yang terpapar asap tembakau
2011 yang menyatakan bahwa penyiapan karena pekerjaannya/lingkungan
infrastruktur Kawasan Tanpa Rokok (KTR) kerjanya.22Kebijakan pengendalian tembakau
antara lain : (a). Membuat surat keputusan di Indonesia masih menimbulkan perdebatan
dari pimpinan tentang penanggung jawab dan yang panjang, mulai dari hak asasi seorang
pengawas Kawasan Tanpa Rokok di fasilitas perokok, fatwa haram merokok di tempat
pelayanan kesehatan. (b). Instrumen umum sampai dengan dampak anti rokok
pengawasan. (c). Materi sosialisasi penerapan terhadap perekonomian dan tenaga kerja di

70 Maret 2018
Sitanggang et al. / Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Maret 2018, 9(1):64-73

Indonesia. Kebijakan merupakan cara yang Sakit Pendidikan Catalan Spanyol


efektif untuk mengendalikan tembakau atau menunjukkan keefektifan UU terbaru Spanyol
lebih khusus lagi untuk mengurangi kebiasaan tentang pengendalian tembakau (UU No.
merokok.23 Komunikasi yang dibangun 42/2010) terhaadap penurunan angka kasus
selama ini diinternal rumah sakit maupun perokok yang dikombinasikan dengan
lintas eksternal sangat lemah & jaringan inisiatif rumah sakit pendidikan
mempengaruhi ketidakberhasilan kebijakan Catalan untuk menerapkan bebas asap rokok
KTR. Advokasi dan komunikasi yang efektif sangat efektif. Peneliti menemukan tingkat
dapat berhasil bila dapat mempengaruhi pelanggaran yang lebih rendah untuk semua
pembuatan kebijakan dan implementasinya lokasi setelah pelaksanaan UU terbaru
terhadap para stakeholder primer, mitra, tersebut sangat menurun dibandingkan dengan
maupun pelaksana. Identifikasi dan analisis tingkat yang diperoleh pada tahun sebelumnya
kepentingan stakeholders merupakan langkah 2009. Dukungan penuh terhadap kebijakan di
awal dalam pelaksanaan advokasi dan suatu rumah sakit menjadi salah satu indikator
komunikasi. Hasil dari analisis stakeholder ini penting dalam mewujudkan keberhasilan
dapat memberikan asupan untuk teknik yang kawasan tanpa rokok.25
akan dipilih dalam memberikan advokasi dan Berdasarkan hasil seluruh wawancara
komunikasi. Pemilihan bahan yang digunakan dari narasumber disimpulkan bahwa strategi
dalam melakukan advokasi dan komunikasi yang tepat dan efektif dalam
juga merupakan hal yang menentukan pengimplementasian regulasi atau kebijakan
keberhasilan pelaksanaan advokasi dan KTR di RSUD Kabanjahe dapat dilihat pada
komunikasi.24Studi yang dilakukan di Rumah gambar 1 berikut :

UU/PERDA/SK

Keterlibatan Stakeholder Terkait KTR

Disposisi : Struktur Birokrasi :


1.Komitmen dan kepatuhan 1.Komite kerja, Koordinasi,
pimpinan RS sebagai Pengawasan, dan
(cerminan, dan ketegasan Evaluasi Masalah KTR
pemberian sanksi)

Tercapainya Implementasi KTR

Gambar 1.
Strategi Implementasi KTR di RSUD Kabanjahe

Maret 2018 71
Sitanggang et al. / Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Maret 2018, 9(1):64-73

Berdasarkan gambar 1, maka strategi KESIMPULAN DAN SARAN


yang efektif dalam menerapkan kebijakan KTR
Komitmen dan kepatuhan serta
di RSU Kabanjahe dapat dilakukan dengan
dukungan pelaku para kebijakan menjadi kunci
tahap-tahan berikut :
utama dalam keberhasilan pengimplementasian
1. Adanya Perda/Perbub yang mengatur tentang
kebijakan KTR di rumah sakit. Pembentukan
KTR sangat penting dan merupakan kunci
komite atau kelompok serikat kerja khusus
paling utama dalam mencapai keberhasilan
penyusunan kebijakan terkait KTR yang
implementasi KTR.
mengatur tentang sosialisasi, penindakan atau
2. Komitmen dan kepatuhan pelaksana
pemberian sanksi kepada pelanggar kebijakan
kebijakan dalam pengimplementasian
KTR hingga pembinaan dan evaluasi yang juga
kebijakan KTR sangat berpengaruh dan
sesuai dengan pedoman pengembangan KTR di
merupakan dukungan yang esensial untuk
rumah sakit yang dikeluarkan Kemenkes RI
mewujudkan KTR.
Tahun 2011 menjadi dasar regulasi
3. Sosialisasi secara berjenjang dan
pengimplementasian KTR di rumah sakit serta
berkesinambungan baik kepada pegawai
koordinasi, advokasi lintas sektor organisasi
maupun kepada pengunjung rumah sakit atau
yang berkaitan dengan KTR, pemantauan dan
keluarga pasien merupakan hal yang paling
evaluasi masalah KTR yang berkesinambungan.
utama dalam mewujudkan keefektifan
Adapun saran untuk perbaikan dalam
implementasi kebijakan KTR.
mengimplementasikan kebijakan KTR di RSU
4. Pembentukan tim kelompok kerja
Kabanjahe adalah : (1). Pimpinan rumah sakit
pengawasan kebijakan KTR, dan pemberian
beserta jajarannya agar menjadi contoh dan
sanksi kepada pelanggar kebijakan KTR
cerminan sebagai pelaku kebijakan KTR di
merupakan cara yang efektif dalam
lingkungan rumah sakit, dan pembentukan tim
pengimplementasian kebijakan KTR.
komite atau kelompok kerja penyusunan
5. Peningkatan koordinasi yang kuat lintas
kebijakan KTR sehingga
sektoral yaitu: Pemda, Dinkes, dan LSM lain
pengimplementasiannya baik dalam
yang berkaitan dengan KTR.
memonitoring, memberikan sanksi dapat
berjalan efektif, serta meningkatkan advokasi,
koordinasi lintas sektor atau pihak-pihak yang
berkaitan dengan kebijakan Kawasan Tanpa
Rokok.

DAFTAR PUSTAKA (Kawasan Tanpa Rokok) – Tobacco Intiative


Bab 8. Jakarta: TFI. 2010.
1. Tobacco Control Support Centre (TCSC). 6. Tobacco Control Support Centre (TCSC).
Kawasan Tanpa Rokok dan Implementasinya Kawasan Tanpa Rokok dan Implementasinya
– policy paper Seri 4. Jakarta: TCSC. 2012. – policy paper Seri 4. Jakarta: TCSC. 2012.
2. WHO Framework Convention on Tobacco 7. Marguerite, R.R. “Smoke-free mental health
Control. 2014 Sep 22 inpatient facility policies in Australia
3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor variation across states and territories”.
44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit. Australian and New Zealand Journal of
4. Undang-undang Republik Indonesia Nomor Public Health. 2017.
36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. 8. Adanna, Lisa, Bedour. “Smoking, attitudes to
5. WHO-Tobacco Free Initiative. Perlindungan smoking and provision of smoking cessation
Terhadap Paparan Asap Rokok Orang Lain advice in two teaching hospitals in Ireland:

72 Maret 2018
Sitanggang et al. / Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Maret 2018, 9(1):64-73

do smoke-free policies matter”. Journal asthma”, The New Englang Journal of


Health Psychology and Behavioral Medicine, Medicine. 2017. Diakses 22 Mey 2017.
2015. Vol. 3, No. 1, 142–153. 23. Prabandari. Kawasan Tanpa Rokok sebagai
9. Kerrie. “Are Canadian hospitals leading by Alternative Pengendalian Tembakau Studi
example to promote smoke-free hospital Efektivitas Penerapan Kebijakan Kampus
properties? Rationale, challenges and Bebas Rokok terhadap Perilaku dan Status
opportunities. Journal of Hospital Merokok Mahasiswa di Fakultas Kedokteran
Administration. 2016. Vol. 5, No. 4. UGM. Jurnal Manajemen Pelayanan
10. Joëlle, Sarah, Luisa. “Barriers to implement a Kesehatan. 2009. Vol. 12(04): 218-225.
smoke free hospital. What action should be 24. Iswarno. Analisis Untuk Penerapan
taken”. Journal Malta Medical. 2014. Kebijakan “ Analisis Stakeholder dalam
Volume 26 Issue 03 2014. Kebijakan Program Kesehatan Ibu dan Anak
11. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif dan di Kabupaten Kapahiang”. Jurnal Kebijakan
kualitatif, Bandung : Alfabeta. 2012. Kesehatan Indonesia. 2013.
12. Surat Keputusan Direktur RSU Kabanjahe 25. Xisca Sureda, Montse Ballbe. ‘Impact of
No. 1255/RSU/2016. Tentang Kawasan tobacco control policies in hospitals:
Tanpa Rokok (KTR). Evaluation of a nationl smoke free”, Journal
13. William, Dunn. Pengantar Analisis homepage: http://ees.elsevier.com/pmedr.
Kebijakan Publik (terjemahan), Yogyakarta, Second-hand smoke Particulate matter
Gajahmada University press. 2003. Smoke-free campuses Hospitals Tobacco
14. Winarno, Budi. Teori dan Proses Kebijakan smoke pollution, 2014. Diakses 1 November
Publik. Yogyakarta: Media Pressindo. 2002. 2014.
15. Kemenkes RI. Peraturan Bersama Menteri
Kesehatan dan Menteri dalam Negeri RI
Nomor 188/ PB/I/ 2011 atau Permenkes
Nomor 7 Tentang Pedoman Pelaksanaan
Kawasan Tanpa Rokok, Jakarta. 2011.
16. Clare, Hannah, Baker. “Electronic Cigarettes
on Hospital Campuses. International Journal
of Environmental Research and Public
Health. 2015. Diakses: 29 December 2015
17. http://tobaccocontrol.bmj.com/ smoke-free
worksites, hospitals, United States. Diakses
May 23, 2017.
18. Daniel, Sally, Jon. “Smoke-free Legislation
and Hospitalizations for Childhood Asthma.
The New England Journal of Medicine. 2010.
Diakses 16 September 2010.
19. Agustino. Dasar-Dasar Kebijakan Publik,
Bandung : Alfabeta. 2006.
20. Daniel, Mary, Robin. “Implementing
smoking bans in American hospitals: results
of a national survey.
http://tobaccocontrol.bmj.com. 2017. Diakses
23 Mei 2017.
21. Indiahono. Kebijakan Publik Berbasis
Dynamic Policy analisy.,Yokyakarta : Gaya
Media. 2009.
22. Daniel Mackay, Sally Haw. “smoke free
legislation and hospitalizations for childhood

Maret 2018 73

You might also like