You are on page 1of 4

Jurnal Media Keperawatan: Politeknik Kesehatan Makassar

Vol. 11 No. 01 2020


e-issn : 2622-0148, p-issn : 2087-0035

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN MOBILITAS FISIK PADA PASIEN STROKE NON
HEMORAGIK DI RSKD DADI MAKASSAR
Nursing Care in Meeting Physical Mobility Needs Inpatients Non Hemorrhagic Stroke in RSKD Dadi Makassar

Nurshiyam1, Muhammad Ardi2*, Muhammad Basri2


1 Rumah Sakit Khusus Daerah Dadi Makassar
2 Poltekkes Kemenkes Makassar

*)E-mail : ardiners@poltekkes-mks.ac.id

ABSTRACT

Stroke is damage to brain tissue caused by a sudden reduction in or supply of oxygen in the blood. Brain tissue that
has decreased oxygen supply will experience decreased function and cell death. The purpose of this study is to
provide an overview of nursing care to meet the needs of physical mobility in stroke patients at RSKD Dadi
Makassar. The study design was a case study in the form of a nursing care approach in two non-hemorrhagic stroke
patients. The results showed both patients experienced weakness of the right limb which caused impaired physical
mobility and total self-care deficit. Nursing interventions in patients include ambulation support, mobilization support,
range of motion exercises and self-care assistance. Nurses should provide care and education to families about the
care of stroke patients who experience physical mobility impairments and self-care deficits. Families also need to
provide support to stroke patients undergoing treatment to increase motivation, speed up the recovery process and
prevent complications.
Keywords: nursing care, mobility, stroke

ABSTRAK

Stroke adalah kerusakan jaringan otak yang disebabkan oleh berkurangnya atau terhentinya suplai oksigen dalam
darah secara tiba-tiba. Jaringan otak yang mengalami penurunan suplai oksigen akan mengalami penurunan fungsi
dan kematian sel. Tujuan penelitian ini adalah memberikan gambaran asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan
mobilitas fisik pada pasien stroke di RSKD Dadi Makassar. Desain penelitian adalah studi kasus berupa pendekatan
asuhan keperawatan pada dua orang pasien stroke non hemoragik. Hasil penelitian menunjukkan kedua pasien
mengalami kelemahan ekstremitas kanan yang menyebabkan gangguan mobilitas fisik dan defisit perawatan diri
total. Intervensi keperawatan pada pasien meliputi dukungan ambulasi, dukungan mobilisasi, latihan rentang gerak
dan bantuan perawatan diri. Perawat hendaknya memberikan perawatan dan edukasi pada keluarga tentang
perawatan pasien stroke yang mengalami gangguan mobilitas fisik dan defisit perawatan diri. Kelurga juga perlu
memberikan dukungan kepada pasien stroke yang menjalani perawatan untuk meningkatkan motivasi, mempercepat
proses pemulihan dan mencegah komplikasi.
Kata kunci : asuhan keperawatan, mobilitas, stroke

PENDAHULUAN
Stroke merupakan kerusakan jaringan otak yang Menurut data World Stroke Organization
disebabkan oleh berkurangnya atau terhentinya (2016), terdapat 13,7 juta kasus baru stroke setiap
suplai oksigen dalam darah secara tiba-tiba. Jaringan tahun atau satu dari empat orang yang berusia >25
otak yang mengalami penurunan suplai oksigen tahun mengalami stroke. Lebih dari 9,7 juta kasus
dalam darah akan mengalami kematian dan tidak kasus baru stroke non hemoragik. Sekitar 60% stroke
berfungsi lagi. Penyakit stroke merupakan gejala yang terjadi setiap tahun, ditemukan pada usia <70
klinis yang diakibatkan oleh pembuluh darah ke otak tahun.
mengalami penurunan suplai darah seperti penyakit Di Indonesia, hasil Riset Kesehatan Dasar
jantung (Auryn, 2009). Stroke merupakan kondisi tahun 2013, prevalensi stroke pada umur ≥15 tahun
kedaruratan ketika terjadi defisit neurologis akibat yang diidagnosis dokter atau gejala tertinggi
penurunan tiba-tiba aliran darah ke otak yang ditemukan di Provinsi Sulawesi Selatan yaitu
terlokalisir. Stroke iskemik terjadi ketika suplai darah sebanyak (17,9‰) di susul DI Yogyakarta (16,9‰)
ke bagian otak tiba-tiba terganggu oleh trombus, (Kemenkes RI, 2014). Berdasarkan catatan Rekam
embolus atau stenosis pembuluh darah atau Medik di RSKD Dadi Makassar jumlah penderita
haemoragik ketika pembuluh darah mengalami stroke yang dirawat dalam kurung waktu tiga tahun
ruptur, darah meluber ke dalam ruang di sekitar terakhir terus mengalami peningkatan, tahun 2016
neuron. sebanyak 530 orang, Tahun 2017 sebanyak 627
90
Jurnal Media Keperawatan: Politeknik Kesehatan Makassar
Vol. 11 No. 01 2020
e-issn : 2622-0148, p-issn : 2087-0035

orang dan pada tahun 2018 meningkat menjadi 633 Jumlah dan cara pengambilan subjek
orang. Subjek dari penelitian adalah dua pasien yang
Setiap tahun, 51,9 juta mengalami kematian mengalami stroke non hemoragik dengan masalah
dan kecatatan akibat stroke non hemoragik. Lima keperawatan gangguan mobilitas fisik. Subjek yang
puluh persen dialami oleh pasien yang berusia <70 dipilih yaitu dapat berkomunikasi dan sudah
tahun dan 5% pada usia <44 tahun. Laki-laki menjalani perawatan minimal 3 hari. Setelah
mengalami kematian kecacatan akibat stroke non mendapatkan izin dari penanggung jawab ruangan,
hemoragik sebanyak 53% dan perempuan 47% membina hubungan saling percaya dengan pasien
(WSO, 2016). dan keluarga, peneliti menjelaskan tujuan penelitian
Pasien stroke non hemoragik sering mengalami dan menyiapkan format informed consent.
masalah pada neuro-muskuloskeletal yang dapat Instrumen yang digunakan dalam studi kasus ini yaitu
berpengaruh terhadap kemampuan mobilitas pasien. menggunakan format asuhan keperawatan pada
Kelumpuhan merupakan salah satu gejala klinis yang pasien stroke non hemoragik. Pengumpulan data
ditimbulkan oleh penyakit stroke (Hermand, 2015). dilakukan dengan melakukan anamnesis,
Masalah keperawatan yang sering ditemukan adalah pemeriksaan fisik dan memberikan asuhan
gangguan mobilitas yaitu keterbatasan dalam gerak keperawatan selama 3 hari.
fisik satu atau lebih ekstremitas secara mandiri
(PPNI, 2016). HASIL
Sekitar 90% pasien yang mengalami serangan Subjek penelitian 1 Ny.S umur 27 tahun,
stroke tiba-tiba akan mengalami kelemahan atau pendidikan SMU, suku bugis, agama Islam dan tidak
kelumpuhan anggota badan. Kelemahan atau bekerja. Pasien masuk rumah sakit tanggal 21 Juni
kelumpuhan ini masih dialami pasien sampai pasien 2019 (4 hari) sebelum pengambilan data dilakukan
keluar dari rumah sakit. Akibat dari kelemahan atau dengan keluhan lengan dan tungkai kanan tiba-tiba
kelumpuhan akan menimbulkan gangguan mobilitas tidak bisa digerakkan disertai perasaan lemas
fisik dalam melakukan aktifitas sehari-hari. beberapa saat sebelum masuk rumah sakit. Pasien
Intervensi utama yang dilakukan pada pasien memiliki riwayat hipertensi dan pernah di rawat di
stroke yang mengalami gangguan mobilitas fisik yaitu rumah sakit 1 tahun yang lalu dengan keluhan yang
dukungan ambulasi dan mobilisasi. Dukungan sama. Hasil pemeriksaan kekuatan otot ekstremitas
ambulasi yaitu memfasilitasi pasien untuk berpindah, sebelah kanan menurun dengan kekuatan otot 0,
sedangkan dukungan mobilisasi yaitu memfasilitasi rentang gerak terbatas dan semua kebutuhan
pasien untuk meningkatkan aktivitas pergerakan fisik dipenuhi di tempat tidur.
(PPNI, 2018). Mobilisasi dapat mencegah terjadinya Subjek penelitian 2 Ny. H umur 65 tahun,
luka tekan dan penurunan kapasitas vital paru (Ardi, pendidikan SMP, suku Makassar dan tidak bekerja.
2012). Pasien masuk RS tanggal 22 Juni 2019 (3 hari)
Berdasarkan hal tersebut penulis melakukan sebelum pengambilan data dilakukan dengan
studi kasus pada pasien stroke mengingat tingkat keluhan nyeri kepala, lemas, lengan dan tungkai
kejadian stroke yg cukup tinggi, selain itu peran kanan susah digerakkan. Pasien memiliki riwayat
perawat sangat penting dalam upaya hipertensi dan diabetes mellitus. Hasil pemeriksaan
menanggulangi penyakit stroke dengan memberikan kekuatan otot ekestremitas kanan menurun dengan
dukungan dan asuhan keperawatan kepada pasien kekuatan otot 1, rentang gerak terbatas dan semua
stroke. Peran perawat dalam hal ini yaitu meliputi kebutuhan dipenuhi ditempat tidur.
pemberian informasi, edukasi dan keterampilan yang Kedua pasien stroke yang menjadi subjek
dibutuhkan oleh pasien dan keluarga sehingga penelitian memiliki diagnosis keperawatan yang
kualitas hidup pasien stroke dapat lebih meningkat sama yaitu gangguan mobilitas fisik berhubungan
dengan gangguan neuromuskular dibuktikan dengan
METODE adanya kelemahan pada lengan dan tungkai kanan,
Desain, tempat dan waktu aktifitas fisik yang terbatas serta aktifitas dibantu oleh
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif keluarga. Diagnosis keperawatan yang lain yaitu
dengan menggunakan desain studi kasus yang defisit perawatan diri berhubungan dengan
berorientasi pada metode pendekatan proses kelemahan otot dibuktikan dengan pasien tirah
keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosis, baring, pasien belum mampu untuk merawat diri,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang aktifitas dibantu oleh keluarga.
bertujuan memberi gambaran tentang asuhan Adapun intervensi yang dilakukan sesuai
keperawatan pemenuhan kebutuhan mobilitas fisik dengan kondisi yang dialami pasien yaitu ambulasi,
pada pasien stroke non hemoragik. Penelitian mobilisasi, latihan rentang gerak (Range of Motion)
dilaksanakan di ruang perawatan Gelatik Rumah dan bantuan perawatan diri.
Sakit Khusus Daerah Dadi Makassar selama bulan Setelah dilakukan tindakan pada kedua pasien
Juni 2019. selama 3 x 24 jam didapatkan hasil yang berbeda
91
Jurnal Media Keperawatan: Politeknik Kesehatan Makassar
Vol. 11 No. 01 2020
e-issn : 2622-0148, p-issn : 2087-0035

pada kedua pasien yaitu pada pasien pertama Fatmawati Jakarta, proporsi diagnosis keperawatan
kekuatan otot pada lengan dan tungkai kanan dari gangguan mobilitas fisik dan defisit perawatan diri
nilai 0 meningkat menjadi 2 sedangkan pada pasien merupakan diagnosis keperawatan yang banyak
kedua kekuatan otot lengan dan tungkai kanan masih ditemukan pada pasien yaitu (27,27%) setelah
tetap 1. perfusi jaringan serebral tidak efektif (75,75%),
manajemen kesehatan diri tidak efektif (39,39%), dan
PEMBAHASAN risiko aspirasi (30,03).
Pasien stroke yang mengalami gangguan Tindakan yang dilakukan yaitu aktivitas latihan.
pemenuhan kebutuhan mobilitas fisik adalah Sebelum melakukan aktifitas latihan kedua pasien
perempuan. Menurut World Stroke Organization dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital serta tetap
(2016), 48% kasus baru stroke non hemoragik terjadi mempertimbangkan kondisi pasien. Dukungan
pada perempuan. Hasil penelitian Ardi (2011) di ambulasi dilakukan dengan membantu dan
Makassar juga melaporkan bahwa kejadian stroke memfasilitasi pasien untuk melakukan gerakan
pada perempuan sebanyak 47%. Meskipun kejadian berpindah dari tempat tidur ke kursi dan ke kamar
stroke lebih rendah pada perempuan dibandingkan mandi dengan menggunakan alat bantu kruk.
dengan laki-laki, kejadian stroke tidak hanya Dukungan mobilisasi untuk meningkatkan
dipengaruhi oleh faktor jenis kelamin tetapi juga di kemampuan aktifitas pergerakan fisik dilakukan
pengaruhi oleh faktor lain seperti usia, etnis, riwayat dengan membantu dan mengarahkan pasien untuk
keluarga, hipertensi, kadar kolesterol yang abnormal, merubah posisi berbaring miring ke kiri dan kanan
merokok, kurang aktivitas fisik, obesitas, secara bergantian setiap 2 jam, merubah posisi dari
penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan. posisi berbaring ke posisi duduk. Mobilisasi pada
Kedua pasien stroke non hemoragik yang pasien stroke dilakukan setelah kondisi pasien stabil.
menjadi subjek penelitian memiliki riwayat hipertensi. Hal ini dapat mencegah koplikasi pneumonia, atropi
Secara global, hipertensi sistolik merupakan faktor otot dan luka tekan (Indrawati, Sari & dewi, 2016).
risiko tunggal dan terbesar terhadap stroke yaitu Latihan rentang gerak sebagai upaya untuk
57,3% (WSO, 2016). Selain hipertensi, satu pasien meningkatkan kemampuan gerakan aktif guna
memiliki riwayat diabetes mellitus. Diabetes mellitus mengembalikan kelenturan sendi dan mencegah
juga merupakan faktor risiko stroke. Sekitar 20,8 juta terjadinya deformitas dengan cara melatih gerakan
kasus baru diabetes mellitus, 48% merupakan kasus pada jari-jari tangan dan kaki, pergelangan tangan
baru pada perempuan yang merupakan factor risiko dan kaki, siku, lengan, lutut dan tungkai dengan tetap
stroke (WSO, 2016). Menurut Misbach (2011), berkolaborasi dengan tenaga fisiotherapist. Latihan
penyakit hipertensi mempunyai peranan sebanyak rentang gerak baik pasif maupun aktif dilakukan
89% terhadap kejadian stroke dan diabetes 17,3% sebagai upaya mencegah kontraktur. Setiap hari,
sebagai faktor risiko terjadinya penyakit stroke. kontraktur dapat terjadi jika immobilisasi selama 8
Berdasarkan umur, kedua pasien memiliki jam (Ardi, 2012).
perbedaan umur yang sangat signifikan. Pasien Bantuan perawatan diri dilakukan dengan
pertama berumur 27 tahun sedangkan pasien kedua mengajarkan keluarga memberi bantuan pada pasien
berumur 65 tahun. Data ini menunjukkan bahwa ditempat tidur seperti oral care, mandi, mengganti
meskipun proporsi kejadian stroke lebih banyak pada pakaian, makan dan memenuhi kebutuhan eliminasi.
umur yang lebih tua, namun dapat juga ditemukan Kelemahan yang dialami pasien stroke menyebabkan
pada umur yang lebih muda dan masih produktif. ketidakmampuan memenuhi aktivitas sehari-hari
Berdasarkan laporan World Stroke Organization seperti mandi, berpakaian, makan dan merawat diri.
(2016), dari 9,5 juta kasus baru stroke non Hasil penelitian Ardi (2011) melaporkan bahwa dari
hemoragik, meskipun 60% kasus terjadi pada usia 100 pasien stroke di Makassar, 76% pasien stroke
<60 tahun, namun terdapat 7% kasus baru stroke mengalami ketergantungan dalam memenuhi
non hemoragik pada usia <44 tahun. kebutuhan aktivitas sehari-hari setelah 3-14 hari
Hasil pengkajian kedua pasien mengalami perawatan. Dukungan yang diberikan oleh keluarga
kelemahan pada ekstremitas sisi kanan. Kelemahan dan orang terdekat dapat meringankan beban dan
ekstremitas yang dialami pasien memberikan menumbuhkan harapan pasien.
informasi area otak yang mengalami gangguan. Hasil evaluasi setelah dilakukan tindakan
Kelemahan ekstremitas sisi kana menunjukkan keperawatan selama tiga hari, meskipun pasien
adanya stroke di hemisfer kiri karena serabut saraf masih mengalami gangguan mobilitas fisik, namun
motorik menyilang di bagian medulla sebelum kedua pasien tidak mengalami kekakuan sendi dan
memasuki spinal cord (Ardi, 2012). kekuatan otot pasien Ny. S mengalami peningkatan.
Kelemahan yang dialami pasien menyebabkan Kedua pasien masih memerlukan perawatan
gangguan mobilitas fisik dan ketidakmampuan dalam berkelanjutan. Rata-rata pasien gangguan sistem
melakukan perawatan diri. Menurut Ardi (2012), dari persarafan memerlukan perawatan 9,4 hari dengan
33 kasus gangguan sistem persarafan di RSUP rentang 12 jam hingga 24 hari. Sekitar 75,8% pasien
92
Jurnal Media Keperawatan: Politeknik Kesehatan Makassar
Vol. 11 No. 01 2020
e-issn : 2622-0148, p-issn : 2087-0035

dapat beradaptasi dengan kondisi yang dialami dan memotivasi pasien untuk melakukan perawatan diri.
memerlukan perawatan lanjutan di rumah (Ardi, Berdasarkan evaluasi, setelah tiga hari perawatan
2012). pasien mengalami peningkatan kemampuan
mobilitas dan kekuatan otot walaupun kedua pasien
KESIMPULAN memiliki hasil yang berbeda.
Pasien stroke iskemik mengalami kelemahan
pada ekstremitas dengan kekuatan otot yang SARAN
bervariasi. Kelemahan pada ekstremitas Diharapkan perawat dapat memberikan
menyebabkan gangguan mobilitas fisik dan defisit perawatan dan edukasi pada keluarga tentang
perawatan diri. Intervensi yang diperlukan pada perawatan pasien stroke yang mengalami gangguan
pasien adalah mengobservasi tanda vital sebelum mobilitas fisik dan defisit perawatan diri. Perlunya
dan sesudah melakukan tindakan ambulasi, dukungan dari keluarga secara terus menerus
mobilisasi dan latihan rentang gerak (Range of selama pasien stroke menjalani perawatan dapat
Motion), memotivasi kedua pasien untuk mau menumbuhkan harapan, mempercepat proses
melakukan latihan mobilitas fisik, membimbing dan pemulihan dan mencegah komplikasi.

DAFTAR PUSTAKA

Ardi, M. (2011). Analisis Hubungan Ketidakmampuan Fisik dan Kognitif dengan Keputusasaan pada Pasien Stroke di
Makassar. Depok : Universitas Indonesia.

Ardi, M. (2012). Analisis Praktik Residensi Keperawatan Medikal Bedah pada Pasien dengan Gangguan Sistem
Persarafan dengan Penerapan Teori Adaptasi Roy di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta. Depok :
Universitas Indonesia.

Auryn, V. (2009). Mengenal Dan Memahami Stroke, Yogyakarta : Kata Hati

Hermand, T. H. (2015). Diagnosis Keperawatan: Definisi & Klasifikasi, 2015.2017. Jakarta : EGC

Indrawati, L., Sari, W., & Dewi, C. S. (2016). Stroke Cegah dan Obati Sendiri. Jakarta : Penebar Plus

Kemenkes RI. (2014). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.

Misbach. J. (2011). Stroke Aspek Diagnosis Patofisiologi Manajemen. Jakarta : FKUI

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta : Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

PPNI, (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta : Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta : Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

WSO. (2016). Global Stroke Fact Sheet. July 05, 2019. www.world-stroke.org

93

You might also like