You are on page 1of 17

PELAKSANAAN MANAJEMEN KOPERASI PADA KUD TANI MAKMUR

DI JL. PETAPAHAN KEC. TAPUNG

Oleh:
Budi Sulistyo Hari Andini
Email : budisulistyohariandini@ymail.com
Pembimbing: Mariaty Ibrahim, S.Sos, M. Si

Jurusan Ilmu Administrasi-Konsentrasi Pemasaran


Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Riau

Program Studi Ilmu Administrasi FISIP Universitas Riau


Kampus Bina Widya,H.R. Jalan Soebrantas Km. 12,5 Simpang Baru Pekanbaru 28293
Telp/Fax. 0761-63277

ABSTRACT

This study aims to develop core competencies and business concept cooperative accordance
cooperatives business realities of Indonesian society folk-based economy. The study was
conducted using a qualitative methodology, namely Beyond Structuralism. Beyond Structuralism
synergize structuralist anthropology synchronous (contextual) and postrukturalis diachronic (the
past). Methodology run with his methods Constructivist Structuralism Pierre Bourdieu to
determine empirically (habitus, capital, field and practice) the cooperative business activity in
Indonesia. The first phase, through the synergy of anthropology anthropological teoritisasi
synchronous (cooperative business realities contextual) and anthropology diachronic
(cooperative business realities initial phase). The second phase, to synergize both to find a
common thread business cooperative concept of self-reliance in the field Teoritisasi empirically
necessary to formulate the concept of the independence of the Cooperative.
As a result, the concept of independence, the core competencies of family and productive
synergy-retail-intermediation is the substance of cooperative development in accordance unique
reality of Indonesian society. Although this is mostly reduced development time and
subordination policy interventions great effort. Necessary policy, regulation, supporting the
movement and strategic positioning with respect to regrow the concept of independence, the core
competencies of family and productive synergy-retail-intermediation comprehensive.

Keywords: Cooperative Management, Satisfaction Management, Cooperative

1. PENDAHULUAN mempercepat globalisasi. Berkat teknologi


Perkembangan ekonomi dunia saat ini informasi, perjalanan ekonomi dunia makin
merupakan saling pengaruh dua arus utama, PHPEHQWXN ´GLULQ\D´ \DQJ EDUX PHQMDGL
yaitu teknologi informasi dan globalisasi. Kapitalisme Baru berbasis Globalisasi
Teknologi informasi secara langsung (Capra 2003; Stiglitz 2005; Shutt 2005).
maupun tidak langsung kemudian Perkembangan ekonomi inilah yang biasa

JOM FISISP Vol.3 No.2-Oktober 2016 Page 1


disebut Neoliberalism. Gelombang besar wadah anggotaQ\D ´EHNHUMDVDPD´ XQWXN
neoliberalism merupakan puncak kesejahteraan bersama anggota serta
pelaksanaan 10 kebijakan Washington PDV\DUDNDW EXNDQQ\D EHNHUMD ´EHUVDPD-
Consencus tahun 1989. VDPD´ XQWXN NHSHQWLQJDQ PDVLQJ-masing
Neoliberalisme saat inipun telah anggota, atau malah manajer dan atau
merasuki hapir seluruh sistem perekonomian pengurus koperasi? Apakah koperasi juga
Indonesia. Bentuk neoliberalisme tersebut telah sesuai impian the founding fathers,
dapat dilihat dari bentuk kepatuhan terhadap menjadi sokoguru perekonomian Indonesia?
PHNDQLVPH SDVDU GHQJDQ ´LQIODVL VHKDW´ Apakah jawabannya adalah tekad
menurut ukuran makro ekonomi. Dekopin sebagai wadah berkumpulnya
Neoliberalisme juga dilakukan melalui koperasi-koperasi dengan Pencanangan
deregulasi dan liberalisasi/privatisasi Program Aksi Dewan Koperasi Indonesia
kelembagaan. Keduanya berujung integrasi (Dekopin 2006)? Atau dengan salah satu
dan liberalisasi perdagangan Indonesia Visi Pembangunan KUKM Kantor Menteri
dalam lingkaran global, lintas batas negara- Negara Koperasi dan UKM berkenaan
negara. dengan realisasi 70.000 Koperasi
Di sisi lain, Indonesia setelah Berkualitas tahun 2009?
memasuki era reformasi melalui amandemen Banyak sudah program-program
UUD 1945 tetap mengusung asas demokrasi prestisius pengembangan koperasi. Koperasi
ekonomi. Meskipun demokrasi ekonomi juga tak kunjung selesai dibicarakan,
yang dimaksud malah menjadi kabur setelah GLGLVNXVLNDQ ³GLUHND\DVD´ GLXSD\DNDQ
adanya penambahan dua ayat (ayat 4 dan 5) pemberdayaan dan penguatannya.
dalam pasal 33 UUD 1945. Dijelaskan Pendekatan yang dilakukan mulai dari
Mubyarto (2003) bahwa pikiran di belakang akademis (penelitian, pelatihan, seminar-
ayat baru tersebut adalah paham persaingan seminar, sosialisasi teknologi),
pasar bebas atau neoliberalisme. pemberdayaan (akses pembiayaan, peluang
Kekeliruan lebih serius dari usaha, kemitraan, pemasaran, dll), regulatif
amandemen keempat UUD 1945 adalah (legislasi dan perundang-undangan),
KLODQJQ\D NDWD ´VDNUDO´ NRSHUDVL VHEDJDL kebijakan publik (pembentukan kementrian
bentuk operasional ekonomi kerakyatan atau khusus di pemerintahan pusat sampai dinas
demokrasi ekonomi yang sebelumnya di kota/kabupaten, pembentukan lembaga-
tercantum dalam penjelasan pasal 33 UUD lembaga profesi), sosiologis (pendampingan
1945. Hilangnya kata koperasi, telah formal dan informal), behavior (perubahan
menggiring bentuk usaha sesuai pasal perilaku usaha, profesionalisme) bahkan
empat, yaitu diselenggarakan dengan prinsip sampai pada pendekatan sinergis-konstruktif
kebersamaan, efisiensi berkeadilan, (program nasional Jaring Pengaman
berkelanjutan, berwawasan lingkungan, Nasional, pengentasan kemiskinan,
kemandirian, serta menjaga keseimbangan Pembentukan Lembaga Penjaminan,
kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. Pembentukan Dekopin dari daerah sampai
Efisiensi berkeadilan menurut Mubyarto nasional).
(2003) jelas memiliki kontradiksi sekaligus
bernuansa liberalisme. 1.1. Permasalahan
Bagaimana koperasi sendiri? Apakah 7HWDSL WHUQ\DWD VHOXUXK ´treatment´
sudah siap dengan kenyataan sejarah seperti tersebut sebenarnya tidak menyelesaikan
itu? Apakah koperasi memang telah beberapa masalah mendasar koperasi.
PHODNXNDQ ´strategic positioning´ VHEDJDL Pertama, seperti diungkapkan Soetrisno

JOM FISIP Vol.3 No.2-Juni 2016 Page 2


(2002) bahwa ciri utama perkembangan hanya dijalankan dengan menekankan
koperasi di Indonesia adalah dengan tiga mekanisme perdagangan (intermediasi), dan
pola penitipan kepada program, yaitu menganaktirikan produksi (seperti bertani,
pembangunan sektoral seperti koperasi pertambangan, berkebun, kerajinan, dan
pertanian, koperasi desa, KUD; (2) lembaga- lainnya) serta retail (berdagang eceran).
lembaga pemerintah dalam koperasi Ekonomi Natural dengan demikian
pegawai negeri dan koperasi fungsional merupakan ekonomi produktif, intermediasi,
lainnya; serta (3) perusahaan negara maupun sekaligus pertukaran untuk keseimbangan
swasta berbentuk koperasi karyawan. Tiga individu, masyarakat, alam dan akuntabilitas
pola tersebut menurut beliau berakibat kepada Allah SWT.
prakarsa mayarakat kurang berkembang, Keempat, data perkoperasian
kalaupun muncul tidak diberi tempat sebagai Indonesia sampai tahun 2006, dijelaskan
mana mestinya. Jauhari (2006) didominasi oleh Koperasi
Masalah kedua, koperasi, lanjut Fungsional, seperti koperasi karyawan,
Soetrisno (2002) juga dikembangkan untuk koperasi pegawai dan lainnya yang dibentuk
mendukung program pemerintah berbasis dalam lingkungan institusi tertentu baik
sektor primer dan distrubusi yang pemerintah maupun swasta. Koperasi seperti
memberikan lapangan kerja terbesar bagi itu jelas membatasi keanggotaan dan
penduduk Indonesia. Ketika program memiliki sifat stelsel pasif. Biasanya
tersebut gagal, maka koperasi harus koperasi fungsional merupakan bentuk
memikul beban kegagalan program. ekonomi intermediasi untuk memenuhi
Sementara koperasi yang berswadaya praktis kebutuhan anggota, seperti swalayan, klinik,
tersisihkan dari perhatian berbagai kalangan praktik dokter bersama, dan lain-lain.
termasuk peneliti dan media massa. Dalam Koperasi fungsional seperti ini juga
pandangan pengamat internasional (Sharma memiliki sifat subordinasi. Misal koperasi
1992), Indonesia mengikuti lazimnya karyawan PLN dan AKLI, tujuannya
pemerintah di Asia yang melibatkan memenuhi kebutuhan penyediaan bahan-
koperasi secara terbatas seperti disektor bahan produksi PLN. Bahkan menurut
pertanian. Jauhari (2006) bentuk koperasi fungsional
Ketiga, masalah mendasar koperasi sangat mungkin bertentangan dengan tiga
berkenaan prinsip dasar ekonomi. Hatta prinsip ICA. Prinsip Pertama, yaitu
(1947, 56) menjelaskan bahwa rantai keanggotaan sukarela dan terbuka. Kedua,
ekonomi, memiliki tiga rantai utama, yaitu Prinsip Kedua, yaitu kontrol anggota yang
perniagaan mengumpulkan, perantaraan dan demokratis. Ketiga, Prinsip Keempat, yaitu
membagikan. Ketika sistem ekonomi hanya otonomi dan independen.
berputar pada kepentingan perdagangan dan Kelima, dari sudut bisnis, keempat
menegasikan kepentingan perniagaan masalah koperasi di atas berdampak pada
pengumpulan maupun membagikan, maka hilangnya sense untuk melakukan
yang terjadi adalah penumpukan kekayaan identifikasi apa yang disebut Prahalad dan
pada titik perniagaan perantaraan Hamel (1990) sebagai kompetensi inti (core
(intermediasi) dan permainan harga yang competencies). Bisnis koperasi selama ini
dominan. Dampaknya adalah reduksi tidak dapat mengidentifikasi keunikan
kepentingan produsen, konsumen, bahkan dirinya. Koperasi ± akibat kemanjaan dan
alam. Bentuk Ekonomi versi Hatta tersebut, intervensi ± hanya dapat melakukan
kita sebut saja Ekonomi Natural, sebenarnya identifikasi core product. Padahal bila
mengingatkan kita bahwa ekonomi jangan dilihat dari konsep bisnis, core competencies

JOM FISIP Vol.3 No.2-Juni 2016 Page 3


PHUXSDNDQ ³MDQWXQJ´ RUJDQLVDVL DWDX
perusahaan, sedangkan produk merupakan 1.3. Struktur Isi Artikel
implementasi dari core competencies Artikel disusun dalam 6 bagian utama.
tersebut untuk menghasilkan nilai tambah Bagian pertama, pendahuluan, terutama
organisasi bisnis. Core competencies perlu menjelaskan tentang latar belakang,
didesain melalui kejelasan visi dan misi masalah, tujuan penelitian dan struktur isi
organisasi. Sehingga konsekuensi logisnya artikel. Bagian kedua dan ketiga merupakan
pengembangan kompetensi bisnis, produk penjelasan teori yang digunakan. Bagian
sampai sumber daya yang muncul mengarah kedua menjelaskan mengenai koperasi
pada core competencies. sebagai operasionalisasi ekonomi rakyat.
Berdasarkan beberapa masalah di Bagian ketiga menjelaskan mengenai konsep
atas penelitian ini mencoba untuk menjawab core competencies bisnis. Bagian keempat
pertanyaan, apakah aktivitas bisnis koperasi menjelaskan mengenai metodologi
memiliki kreasi pemberdayaannya sendiri, penelitian dan metode yang digunakan untuk
otonom-independen, sesuai mekanisme melakukan pengembangan konsep bisnis
naturalitas ekonominya, dan memiliki core koperasi. Bagian kelima adalah pembahasan
competence-nya sendiri? Penelitian ini akan temuan penelitian. Bagian keenam catatan
membahas bagaimana mengembangkan akhir dan agenda ke depan.
koperasi yang sebenarnya dari realitas
masyarakat Indonesia. Pengembangan 2. KOPERASI INDONESIA:
koperasi di sini tidak menolak proyek- OPERASIONALISASI EKONOMI
proyek prestisius untuk kemajuan koperasi. RAKYAT
Idealisme koperasi seperti itu harus tetap Sarman (2007) menjelaskan bahwa
dikedepankan sebagai salah satu pemicu pembangunan ekonomi saat ini hanya
semangat agar koperasi tetap memiliki ruh diarahkan pada kepentingan ekonomi
perjuangan ekonomi rakyat. Tetapi perlu sempit. Dalam perspektif lebih luas perlu
diingat, koperasi harus tetap sesuai jati perencanaan tujuan pembangunan yang
dirinya sendiri. Seperti ungkapan mayoritas diarahkan kepada pembangunan manusia,
anggota International Co-operation bukan terjebak disekitar pembangunan
Association (ICA) bahwa koperasi akan ekonomi. Tujuan pembangunan ekonomi
menjadi yang terbaik bila mereka menjadi seharusnya tidak sekedar terpusat misalnya
dirinya sendiri. pada pertumbuhan, tetapi harus dapat
1.2. Tujuan Penelitian mempertahankan struktur sosial dan budaya
Tujuan penelitian ini adalah, yang baik. Pembangunan ekonomi yang
pertama, menggali konsep-konsep genuine banyak merubah keadaan sosial dan budaya
berekonomi dari realitas masyarakat menjadi negatif merupakan penyebab
Indonesia; kedua, menempatkan konsep munculnya masalah moral.
genuine berekonomi sebagai landasan utama Mubyarto (2002) menjelaskan
pengembangan bisnis koperasi ala ekonomi saat ini juga tidak harus
Indonesia; ketiga, menunjukkan bukti dikerangkakan pada teori-teori Neoklasik
empiris bahwa ternyata masyarakat versi Amerika yang agresif khususnya
Indonesia memang memiliki keunikan dalam ketundukannya pada aturan-aturan
tersendiri memahami koperasi; keempat, tentang kebebasan pasar, yang keliru
memberikan masukan konstruktif bagi menganggap bahwa ilmu ekonomi adalah
pengambil kebijakan perkoperasian dalam obyektif dan bebas nilai, yang menunjuk
pengembangan koperasi ke depan. secara keliru pada pengalaman
pembangunan Amerika, dan yang semuanya

JOM FISIP Vol.3 No.2-Juni 2016 Page 4


jelas tidak dapat menjadi obat bagi masalah- sphere dan publik sphere, seperti Koperasi,
masalah masyarakat Indonesia dewasa ini. malah menjadi representasi kooptasi
Logika modernisasi menurut globalisasi dan neoliberalisme dan secara
kerangka filosofis kapitalisme berkenaan tidak sadar mematikan dirinya sendiri secara
pemberdayaan berada pada bagaimana perlahan-lahan. Istilah ekonomi kerakyatan
mendekatkan dikotomi antara kepentingan atau demokrasi ekonomi, misalnya
privat dan publik lewat media kelembagaan dijelaskan Mubyarto (2002) bukanlah
(mega structures). Hal ini terjadi karena kooptasi dan pengkerdilan usaha mayoritas
menurut Nugroho (2001) Barat rakyat Indonesia, tetapi merupakan kegiatan
mengidentifikasi realitas makro sebagai produksi dan konsumsi yang dilakukan oleh
lembaga bersifat makro, obyektif serta semua warga masyarakat dan untuk warga
politis (public sphere) baik berbentuk masyarakat, sedangkan pengelolaannya
konglomerasi para pemilik modal, birokrasi, dibawah pimpinan dan pengawasan anggota
asosiasi tenaga kerja dengan skala besar, masyarakat.
profesi terorganisir, dan lainnya. Bentuk Koperasi jelas bukanlah
Masalahnya mega-structures tersebut lembaga intermediasi seperti logika
cenderung mengalienasi dan tidak modernitas dan kapitalisme. Sehingga
memberdayakan eksistensi individu (privat treatment pengembangannya jelas harus
sphere). Untuk menjembatani hal tersebut unik dan memiliki diferensiasi dengan
diperlukan intermediasi privat-publik model pengembangan koperasi di negara lain atau
kapitalisme. Lembaga mediasi (mediating bahkan Barat. Bentuk koperasi yang unik
institutions) di satu sisi memberi makna tersebut sebenarnya telah didefinisikan
privat, tetapi di sisi lain mempunyai arti secara regulatif oleh negara. Definisi
publik, sehingga mampu mentransfer makna koperasi dapat dilihat secara tekstual pada
dan nilai privat ke dalam pemaknaan pasal 1 UU No. 25 tahun 1992 tentang
struktur makro. Perkoperasian, yaitu sebagai badan usaha
Hanya masalahnya liberalisme yang yang beranggotakan orang seorang atau
sekarang berevolusi menjadi neoliberalisme badan hukum koperasi melandaskan
dan telah merambah Indonesia, mulai dari kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi
kebijakan sampai aksi konkritnya tidak sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat
bersesuaian dengan koridor intermediasi yang berdasarkan atas asas kekeluargaan.
seperti itu. Seperti dijelaskan di muka bahwa Secara umum definisi tersebut memberikan
neoliberalisme telah merasuk ke seluruh gambaran bahwa koperasi merupakan
sendi-sendi perekonomian Indonesia. Faham bentuk dari gerakan ekonomi rakyat.
liberal menurut Nugroho (2001) lebih Kekhasan koperasi sebagai gerakan ekonomi
mempertahankan hak-hak individu dan rakyat adalah aktivitasnya dilandasi dengan
cenderung menegasikan bahwa privat asas kekeluargaan. Artinya, koperasi ala
sphere memiliki konsekuensi publik sphere. Indonesia memiliki dua kata kunci, ekonomi
Bahkan lembaga intermediasi (seperti rakyat dan kekeluargaan. Mudahnya,
lembaga keagamaan, lembaga sosial- koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat
ekonomi termasuk koperasi) cenderung memerlukan definisi operasionalnya sendiri,
dipertentangkan bahkan digiring menjadi sesuai realitas masyarakat Indonesia.
area privat sphere. Usulan Arif (1995) untuk
Ekonomi rakyat yang sejatinya memperbaiki ekonomi nasional dengan cara
dicoba untuk menjadi pola bebas dari reformasi sosial yang mendasar ³an
substansi intermediasi dan dikotomi privat effective development state´ ³An effective

JOM FISIP Vol.3 No.2-Juni 2016 Page 5


development state´ DGDODK VXDWX HOLW memperhatikan keberhasilannya di masa
kekuasaan yang mempunyai sifat dan depan sebagai persiapan untuk
perilaku; (1) bebas dari kepentingan pihak pengembangan dan kerja sama kompetensi
manapun kecuali kepentingan rakyat untuk meraih keunggulan produk dan jasa
banyak, (2) bebas dari godaan untuk yang baru. Dengan begitu, strategi daya
memperkaya diri sendiri dan keluarga saing pasar masa depan mengharuskan para
dengan menggunakan kekuasaan yang manajer puncak suatu organisasi untuk
dipegangnya, (3) mengatur suatu ideologi menyesuaikan kompetensi inti organisasi
politik yang memihak rakyat banyak, pro dan strategi serta kerja sama pengelolaan
keadilan, anti penindasan, anti feodalisme, sumber daya untuk keberhasilannya.
nepotisme dan despotisme, menjunjung Dalam jangka pendek, lanjut
tinggi integritas, menghargai kerja nyata dan Prahalad dan Hamel (1990), kemampuan
³committed´ WHUKDGDS HPDQVLSDVL kompetitif perusahaan dikendalikan oleh
kemanusiaan untuk semua orang, (4) tidak atribusi kinerja/harga. Tetapi perusahaan
melaksanakan pemerintahan negara sebagai yang tangguh di era kompetisi global
VXDWX ³soft state´ \DLWX VXDWX SHPHULQWDKDQ ditegaskan tingkat kompetitif perlu
yang lemah dan tidak berani melaksanakan menekankan pada differential advantage.
tindakan hukum terhadap segala bentuk Berikut penjelasannya:
penyimpangan yang menghambat proses «DUH DOO FRQYHUJLQJ RQ VLPLODU DQG
transformasi sosial yang hakiki. Ringkasnya formidable standards for product cost and
$ULI OHELK VHWXMX SHUQ\DWDDQ +DWWD ³ <DQJ quality ± minimum hurdles for continued
kita inginkan ialah rakyat yang memiliki competition, but less and less important as
kedaulatan, bukan negara yang memiliki sources of differential advantage.
NHGDXODWDQ´ Sedangkan jangka panjang,
kemampuan kompetitif dikendalikan pada
3. CORE COMPETENCIES: JANTUNG kemampuan untuk mengembangkan core
ORGANISASI BISNIS competencies. Kompetensi inti di sini lebih
Prahalad dan Hamel (1994) mengedepankan:
mendefinisikan kompetensi inti (core Management ability to consolidate
competencies) sebagai suatu kumpulan corporatewide technologies and production
keahlian dan teknologi yang memungkinkan skills into competencies that empower
suatu organisasi memiliki positioning agar individual business to adapt quickly to
memberi manfaat lebih efektif untuk changing opportunities.
pelanggan. Organisasi mempunyai
kompetensi yang perlu (necessary Mudahnya, kompetensi inti atau core
competencies) dan kompetensi yang competencies, pertama, dalam jangka
membedakan (differentiating competencies). pendek memang memiliki sesuatu
Kompetensi- kompetensi yang perlu adalah keunggulan yang dimiliki perusahaan
semua kompetensi yang menciptakan nilai, disertai kemampuan produk; kedua, dalam
sedangkan kompetensi yang membedakan jangka panjang dikembangkan untuk
adalah kompetensi-kompetensi yang konsolidasi dengan kesamaan visi-misi
memberi organisasi tertentu atau kelompok organisasi yang kuat; ketiga, memerlukan
organisasi suatu posisi kompetitif (misalnya kemampuan dan ketangguhan dari para
penguasaan pasar, reputasi ilmiah). penggiat organisasinya. Artinya, kebutuhan
Hamel dan Prahalad (1994) setiap organisasi melakukan bisnis tidak
menjelaskan bahwa suatu organisasi perlu hanya mementingkan differential advantage,

JOM FISIP Vol.3 No.2-Juni 2016 Page 6


karena hal itu hanya bersifat jangka pendek metodologi yang telah dikembangkan pada
dan lebih berorientasi pada produk. tahap pertama.
Organisasi bisnis agar dapat menjalankan
going concern dan kuat bertahan pada 4.1. Tahap Pertama: Rumusan Umum
lingkungan yang selalu berubah, diperlukan Metodologi
core competence yang memiliki keunggulan Beyond Structuralism dijalankan
YLVLRQHU VHUWD NHPDPSXDQ ³collective dengan cara integrasi strukturalisme dan
learning´ SDUD SHQJJLDW RUJDQLVDVLQ\D .DWD postrukturalisme. Strukturalisme digunakan,
kunci core competence agar dapat pertama, untuk mendalami interkoneksi
menjalankan peran going concern dan unsur-unsur pembentuk realitas; kedua,
DGDSWLI DGDODK SDGD ³harmonizing streams mencari struktur di balik unsur-unsur
of technology´ GDQ ³decisively in services´ maupun di balik realitas empiris pembentuk
unsur; ketiga, menemukan binary opposition
4. METODOLOGI PENELITIAN: unsur-unsur realitas; dan keempat, menggali
BEYOND STRUKTURALISM substansi unsur-unsur realitas secara
Pengembangan bisnis koperasi dalam sinkronis di lapangan pada rentang waktu
penelitian ini menggunakan metodologi yang sama (bukan diakronis/perkembangan
Beyond Strukturalism, diadaptasi dari antar waktu).
metodologi Hiperstrukturalisme yang Postrukturalisme digunakan untuk
dikembangkan Mulawarman (2006). Beyond melampaui strukturalisme dalam melihat
Strukturalism memiliki dua tahapan, realitas tersembunyi di luar unsur dan
pertama, pengembangan metodologi, dan realitas, mulai dari tulisan (writing), jejak
kedua, penerapannya berbentuk metode (trace), perbedaan sekaligus penundaan
penelitian. Suriasumantri (1985, 328) tanda (differance), serta hasil penundaan
menjelaskan bahwa metodologi penelitian (arche-writing). Postrukturalisme juga
DGDODK ³SHQJHWDKXDQ WHQWDQJ PHWRGH´ \DQJ melakukan proses penggalian unsur-unsur
dipergunakan dalam penelitian. Berdasarkan realitas melalui konteks integasi sinkronis-
hal tersebut pengembangan metodologi diakronis. Integrasi yang dimaksud adalah
dalam penelitian ini merupakan proses penggalian antropologis tidak hanya
pendefinisian, penjelasan, dan pembuatan berdasarkan rentang waktu yang sama
kerangka umum dari metode yang akan (sinkronis) tetapi juga perkembangan antar
digunakan. waktu (diakronis). Teknisnya, penggalian
Salah satu yang harus ditentukan integrasi empiris dilakukan saling silang
pada metodologi penelitian adalah metode makna aktivitas bisnis koperasi saat ini
dan tujuan penelitian (Suriasumantri 1985, (sinkronis) maupun masa lampau seperti ide
328). Setelah dilakukan pengembangan koperasi dari Hatta (diakronis).
metodologi penelitian, tahap kedua adalah
menerjemahkan kerangka umum metode 4.2. Tahap Kedua: Bentuk Metode
dalam prosedur penelitian secara eksplisit Sebagai Turunan Metodologi
dan sistematis. Metode sendiri menurut Senn Metode penelitian menggunakan
dalam Suriasumantri (1985, 119) merupakan ³HNVWHQVL´ 6WUXNWXUDOLVPH GDQ
suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu Postrukturalisme. Ekstensi merupakan
yang mempunyai langkah-langkah perluasan keduanya agar dapat digunakan
sistematis. Dengan demikian yang dilakukan secara empiris di lapangan. Ekstensi empiris
di sini adalah penyusunan prosedur menggunakan metodologi Constructivist

JOM FISIP Vol.3 No.2-Juni 2016 Page 7


Structuralism (Wainwright 2000) versi Informan penelitian yaitu, pertama, Pak
Bourdieu (1977; 1989). Sulaiman, salah satu reporter PIP; kedua,
Constructivist Structuralism Pak Naryo, pengurus Dekopinda salah satu
(selanjutnya disingkat CS) selalu kota di Jawa Timur; Pak Aris, pengurus
menginginkan titik temu teori dan praktik koperasi primer di Kediri; keempat, Pak
yang mungkin (Mahar et al. 2005) Rahmat pengurus BMT di salah satu kota
melibatkan field (ruang sosial) dan habitus Jawa Tengah; kelima, Pak Budiman manajer
(perilaku individu tanpa sadar) (Bourdieu salah satu koperasi serba usaha di Jawa
1977). Unsur penting CS bahwa tiap Timur.
individu dalam realitas (practice)
menjalankan produk sosial (field) sekaligus Strukturalisme merupakan usaha
dipengaruhi kerangka pikir (habitus) dan menemukan struktur umum yang terdapat
membentuk perilaku individu (Bourdieu dan dalam aktivitas manusia (Ritzer 2003).
Wacquant, 1992). 6WUXNWXU VHEDJDL ³VHEXDK XQLW \DQJ WHUVXVXQ
Menurut Bourdieu setiap individu dari beberapa elemen dan selalu memiliki
dalam realitas (practice) tidak semata-mata KXEXQJDQ GDODP VXDWX µDNWLYLWDV¶ \DQJ
menjalankan produk sosial tetapi juga tergambar. Unit tidak bisa dipecah dalam
dipengaruhi kerangka pikir dan menterjemah elemen-HOHPHQ WXQJJDO ´ 6SLYDN
dalam perilaku individu (Bourdieu dan dalam Ritzer 2003, 51).
Wacquant, 1992). Habitus dapat dikatakan Postrukturalisme merupakan antitesis
VHEDJDL ³blinkering perception of reality´ strukturalisme. Derrida menjelaskan bahwa
(Fowler 1997 dalam Wainwright 2000, 10). selalu ada suatu realitas bersembunyi di
Artinya, habitus lanjut Takwin (2005, xviii- belakang tanda; selalu ada sesuatu
xix) habitus merupakan hasil pembelajaran tersembunyi di balik kehadiran sesuatu. Ia
lewat pengalaman, aktivitas bermain dan adalah realitas dan hubungan dalam realitas
pendidikan masyarakat dalam arti luas. (Ritzer 2003, 204).
Pembelajaran terjadi secara halus (disebut
doxa oleh Bourdieu), tidak disadari dan 5. PEMBAHASAN: INTERAKSI
tampil sebagai hal wajar, sehingga seolah- REALITAS SINKRONIS-DIAKRONIS
olah sesuatu yang alamiah, seakan-akan Penelusuran substansi konsep diri koperasi
terberi alam. dilakukan secara diakronis, sinkronis dan
Proses rekonstruksi bisnis koperasi melakukan sinergi keduanya. Penelusuran
PHODOXL ³HNVWHQVL´ Constructivist diakronis yaitu melakukan pendalaman
Structuralism dilakukan melalui habitus, aspek antropologis pikiran ekonomi koperasi
field, capital dan practice. Artinya, fase ini dan penerjemahannya di lapangan masa pra
merupakan proses empiris untuk kemerdekaan sampai kemerdekaan (mulai
membuktikan bahwa sebenarnya terdapat awal proklamasi sampai turunnya Hatta
nilai-nilai yang dapat dijadikan source menjadi Wapres). Penelusuran sinkronis
koperasi sesuai nilai mereka sendiri yaitu melakukan pendalaman aspek
(habitus) secara material-batin-spiritual. antropologis beberapa aktivitas bisnis
Proses penelitian dilakukan, pertama, berkoperasi masyarakat Indonesia. Sinergi
penggalian data tertulis baik akademis diakronis dan sinkronis dilakukan untuk
maupun kegiatan perkoperasian. Kedua, menemukan titik temu sekaligus substansi
pengamatan, wawancara dan pendalaman konsep koperasi.
makna dan simbol dari informan yang
melakukan aktivitas bisnis koperasinya.

JOM FISIP Vol.3 No.2-Juni 2016 Page 8


5.1. Penelusuran Diakronis Koperasi menimbulkan kecurigaan Pemerintah Hindia
Masa Awal Belanda. Oleh karenanya Pemerintah Hindia
Pertumbuhan koperasi di Indonesia Belanda mengatur dan cenderung
dimulai sejak tahun 1896 yang selanjutnya menghalangi atau menghambat
berkembang dari waktu ke waktu sampai perkembangan koperasi. Bentuknya yaitu
sekarang (Masngudi 1990; Tambunan tahun 1915 diterbitkan Ketetapan Raja no.
2007). Perkembangan koperasi di Indonesia 431.
menurut Masngudi (1990) mengalami Selanjutnya pada tahun 1933 diterbitkan
pasang naik dan turun dengan titik berat Peraturan Perkoperasian dalam berntuk
lingkup kegiatan usaha secara menyeluruh Gouvernmentsbesluit no.21 yang termuat di
yang berbeda-beda dari waktu ke waktu dalam Staatsblad no. 108/1933 yang
sesuai dengan iklim lingkungannya. Mulai menggantikan Koninklijke Besluit no. 431
dari kegiatan simpan-pinjam, penyediaan tahun 1915,.
barang-barang konsumsi, penyediaan Pada masa pendudukan bala tentara
barang-barang keperluan produksi. Jepang istilah koperasi lebih dikenal
Pertumbuhan koperasi di Indonesia PHQMDGL LVWLODK ³.XPLDL´ 3HUNHPEDQJDQ
dipelopori oleh R. Aria Wiriatmadja (1896), Pemerintahan pendudukan bala tentara
mendirikan koperasi simpan pinjam. Jepang dikarenakan masalah ekonomi yang
Selanjutnya Boedi Oetomo dan Sarekat semakin sulit mHPHUOXNDQ SHUDQ ³.XPLDL´
Islam menganjurkan berdirinya koperasi (koperasi). Pemerintah waktu itu
untuk keperluan rumah tangga. Sarekat PHQJDQMXUNDQ EHUGLULQ\D ³.XPLDL´ GL GHVD-
Islam lebih konkrit lagi mengembangkan desa yang tujuannya untuk melakukan
koperasi yang bergerak di bidang keperluan kegiatan distribusi barang yang jumlahnya
sehari-hari dengan cara membuka took-toko semakin hari semakin kurang karena situasi
koperasi. Berkembang pula di awal-awal perang dan tekanan ekonomi Internasional
koperasi Syirkatul Inan milik NU tahun (misalnya gula pasir, minyak tanah, beras,
1918 di Jombang. Kegiatan serupa juga rokok dan sebagainya). Di lain pihak
dilakukan oleh Partai Nasional Indonesia di Pemerintah pendudukan bala tentara Jepang
bawah pimpimnan Ir. Soekarno, di mana memerlukan barang-barang yang dinilai
berdasarkan keputusan kongres 1929 bahwa penting untuk dikirim ke Jepang (misalnya
untuk meningkatkan kemakmuran penduduk biji jarak, hasil-hasil bumi yang lain, besi
Bumi Putera harus didirikan berbagai tua dan sebagainya) yang untuk itu
macam koperasi di seluruh Pulau Jawa masyarakat agar menyetorkannya melalui
khususnya dan di Indonesia pada umumnya. ³.XPLDL´ .XPLDL NRSHUDVL GLMDGLNDQ DODW
Kongres Muhamadiyah pada tahun 1935 dan kebijaksanaan dari Pemerintah bala tentara
1938 memutuskan tekadnya untuk Jepang sejalan dengan kepentingannya.
mengembangkan koperasi di seluruh Peranan koperasi sebagaimana dilaksanakan
wilayah Indonesia, terutama di lingkungan pada zaman
warganya. Berbagai koperasi dibidang Pemerintahan pendudukan bala tentara
produksi mulai tumbuh dan berkembang Jepang tersebut sangat merugikan bagi para
antara lain koperasi batik yang diperlopori anggota dan masyarakat pada umumnya.
oleh H. Zarkasi, H. Samanhudi dan K.H. Setelah Indonesia
Idris. memproklamasikan kemerdekaannya,
Perkembangan perkoperasian dengan tegas perkoperasian ditulis di dalam
Indonesia masa itu menyatu dengan UUD 1945. DR. H. Moh Hatta berusaha
kekuatan sosial politik sehingga memasukkan rumusan perkoperasian di

JOM FISIP Vol.3 No.2-Juni 2016 Page 9


GDODP ³NRQVWLWXVL´ 6HMDN NHPHUGHNDDQ LWX Indonesia, juga mengenai hubungan
pula koperasi di Indonesia mengalami suatu Dekopin dengan ICA.
perkembangan yang lebih baik. Pada akhir Pada tahun 1958 diterbitkan UU
1946, Jawatan Koperasi mengadakan tentang Perkumpulan Koperasi No. 79
pendaftaran koperasi dan tercatat sebanyak Tahun 1958. UU ini disusun dalam suasana
2500 buah koperasi di seluruh Indonesia. UUDS 1950 dan mulai berlaku tanggal 27
Pemerintah Republik Indonesia bertindak Oktober 1958. Isinya lebih baik dan lebih
aktif dalam pengembangan perkoperasian. lengkap jika dibandingkan dengan
Disamping menganjurkan berdirinya peraturan-peraturan koperasi sebelumnya
berbagai jenis koperasi Pemerintah RI dan merupakan Undang-Undang yang
berusaha memperluas dan menyebarkan pertama tentang perkoperasian yang disusun
pengetahuan tentang koperasi dengan jalan Bangsa Indonesia sendiri dalam suasana
mengadakan kursus-kursus koperasi di kemerdekaan.
berbagai tempat.
Pada tanggal 12 Juli 1947 5.2. Penelusuran Sinkronis Realitas
diselenggarakan kongres koperasi se Jawa Empiris Masyarakat Koperasi Indonesia
yang pertama di Tasikmalaya. Dalam Aplikasi diakronis terekam dalam
kongres tersebut diputuskan antara lain practice realitas field sinkronis masyarakat
terbentuknya Sentral Organisasi Koperasi koperasi Indonesia. Realitas koperasi saat ini
Rakyat Indonesia yang disingkat SOKRI; ternyata memunculkan pemahaman koperasi
menjadikan tanggal 12 Juli sebagai Hari yang bias. Penelusuran sinkronis dilakukan
Koperasi serta menganjurkan misalnya dari practice Pak Sulaiman, Pak
diselenggarakan pendidikan koperasi di Naryo, Pak Aris, Pak Rahmat dan Pak
kalangan pengurus, pegawai dan Budiman.
masyarakat. Selanjutnya, koperasi Pak Sulaiman misalnya menjelaskan
pertumbuhannya semakin pesat. bahwa pemahaman mengenai gerakan
Setelah terbentuknya Negara koperasi saat ini lebih bermakna
Kesatuan Republik Indonesia tahun 1950 mendapatkan kredit atau pembiayaan.
program Pemerintah semakin nyata Berikut ungkapan Pak Sulaiman:
keinginannya untuk mengembangkan La gimana, saya hampir tiap hari di telpon, di sms,
perkoperasian. Sejalan dengan intinya ya itu, apakah kalau saya ikut koperasi bisa
dapat dana modal kerja, bisa dapat kredit?
kebijaksanaan Pemerintah sebagaimana
Persepsi seperti dijelaskan Pak Sulaiman
tersebut di atas, koperasi makin berkembang
dengan pandangan yang agak berbeda
dari tahun ketahun baik organisasi maupun
dijelaskan Pak Aris, meskipun intinya sama:
usahanya. Selanjutnya pada tanggal 15 Karena pengalaman dulu itu, sekarang gak apalah,
sampai dengan 17 Juli 1953 dilangsungkan tapi yang penting itu ya cari dana-dana bantuan pusat.
kongres koperasi Indonesia yang ke II di Sekarang saya mau menghidupkan koperasi saya
Bandung. Keputusannya antara lain yang mati suri, ya itu karena dikemplang manajer.
merubah Sentral Organisasi Koperasi Anggotanya juga gitu, sudah dibantu malah
ngemplang. Dulu sih bisa aja agak idealis
Rakyat Indonesia (SOKRI) menjadi Dewan ngembangkan koperasi untuk kepentingan anggota.
Koperasi Indonesia (DKI). Pada tahun 1956 Sudah ikhlas, anggota dibantu, tahun 1993 dapat
tanggal 1 sampai 5 September proyek pengembangan mikrolet. Sudah
diselenggarakan Kongres Koperasi III di didistribusikan ke anggota, eh sampai tahun 1995
Jakarta. Keputusan Kongres di samping mereka malah gak setor-setor. Ya macet. Tahun 1995
dapat proyek penggemukan sapi. Kita sudah
berkaitan kehidupan perkoperasian di semangat, tapi setelah masa pengambilan oleh
pengurus pusat koperasi di Surabaya, mereka gak

JOM FISIP Vol.3 No.2-Juni 2016 Page 10


ngambil-ngambil sampe 3 bulan. Sudah gitu, setelah (hassan) dengan memberi lebih dari dana
mereka ngambil malah kita gak diberi kompensasi pinjamannya secara ikhlas.
sesuai perjanjian, yang ada cuma uang muka bantuan
pribadi mereka, dan sampai sekarang yang gak tau
Masyarakat kita sekarang masih
juntrungnya. Tahun 1997 dapat proyek lagi untuk diproyeksikan pada tataran itu. Tetapi ketika
distribusi beras ke pondok-pondok. Semuanya diupayakan menjadi lebih berorientasi
berjalan lancar, eh manajer malah bermain sama produktif, koperasi malah merasa belum
gudang dolog, ya wis yang kaya malah manajernya. siap. Padahal sumber daya alam Indonesia
Dari ungkapan Pak Sulaiman dan Pak Aris penuh dengan sumber daya untuk
itu dapat dilihat bahwa koperasi sekarang memajukan tradisi produktif. Apalagi bila
sudah sedemikian rupa terkooptasi oleh mau dikembangkan ke arah produktif. Hal
program manja dari pemerintah. Artinya, tersebut sangat sulit dikembangkan. Berikut
mereka hanya berharap bahwa dengan ikut komentar Pak Naryo:
koperasi itu ya dapat uang, dapat pinjaman, Koperasi mengelola produksi gas di Gresik?
dapat modal. Pengalaman Pak Aris juga La itu kan digarap oleh perusahaan asing.
menempa dirinya untuk bersifat pragmatis, 0DQD PXQJNLQ"«NLWD NDQ WLGDN SXQ\D
bahwa program koperasi itu tidak bisa NHDKOLDQ XQWXN LWX«
bergerak lebih jauh dari itu. Kalaupun dapat Beliau seperti tidak pernah berpikir ke arah
dikembangkan, yang mungkin adalah produktif, karena beliau menganggap
SHQJHPEDQJDQ NRSHUDVL \DQJ ³PDVLK´ koperasi tidak bergerak dengan skala besar
bersifat intermediasi. atau produktif. Persepsi bahwa koperasi
Hal itu dapat dilihat dari pengembangan hanyalah subordinasi dari perusahaan besar
koperasi saat ini. Lembaga Keuangan dan tidak memiliki keahlian jelas terungkap
Mikro, Koperasi Simpan Pinjam maupun secara implisit di situ.
BMT, serta koperasi karyawan dengan Pesimisme tersebut sebenarnya juga
model swalayan atau retail. Pak Rahmat tidak terlalu signifikan. Penggerak koperasi
misalnya, salah seorang pengurus BMT di ternyata masih memiliki semangat. Seperti
Wonosobo mengatakan: ungkapan Pak Sulaiman:
Masyarakat sekarang masih membutuhkan Pengurus koperasi sekarang banyak yang
dana untuk menjalankan bisnisnya. Kita ini sudah tua, jadi gak bisa diajak progresif.
kan memang mencoba membantu Diajak berinovasi. Mungkin kita yang muda
mengentaskan mereka dari jebakan rentenir ini perlu kemandirian, kalau perlu harus
pasar. bergerak lebih mandiri. Kenapa koperasi
Pernyataan yang mirip dengan bahasa lebih mesti harus terikat kepentingan pemerintah?
teknis dari Pak Budiman: Ya kalau mau bantu pemerintah itu
Rentenir: Pedagang pasar meminjam dana wajiblah. Tapi kita perlu punya ide sendiri.
Rp 100.000,00 dari rentenir. Pedagang pasar Yang bagus itu kan seperti kelompok usaha
menerima dana pinjaman Rp 90.000,00, bersama nelayan. Mereka punya ide sendiri,
sedangkan Rp 10.000,00 langsung dipotong tidak berbentuk koperasi awalnya, tapi
di awal. Sisa pinjaman Rp 90.000,00 dicicil mereka memiliki kesadaran untuk
@ Rp 5.000,00 selama 24 hari. berkumpul. Koperasi Sae Pujon juga bagus,
Qardhul hasan: Pedagang pasar meminjam \DQJ SURGXNWLI VHSHUWL LWX«<DQJ SHQWLQJ \D
dana Rp 100.000,00 dari BMT. Pedagang JRWRQJ GDQ NHNHOXDUJDDQ \DQJ VHEHQDUQ\D«
pasar menerima dana pinjaman Rp pemberdayaan dari bawah yang sebenarnya.
100.000,00 dan harus dikembalikan 24 hari Pengembangan koperasi menurut Pak
kemudian sejumlah Rp 100.000,00. Sulaiman di atas jelas sekali perlu
Pedagang pasar dipersilakan berbuat baik dikembangkan dari bawah, bukan intervensi

JOM FISIP Vol.3 No.2-Juni 2016 Page 11


atau menjadi subordinasi dari kepentingan Perubahan situasi di masa orde baru
tertentu. Pemerintah dan instansi tetap perlu dan reformasi, memunculkan mekanisme
berperan sebagai supporting movement. baru pemberdayaan, yaitu intervensi terus
Keberadaan perusahaan pun sebenarnya menerus terhadap koperasi. Mekanisme
bukan mengkreasi koperasi menjadi seperti ini telah menghilangkan core
subordinat. Perlu adanya kesetaraan. Di competencies koperasi (yang seharusnya
samping itu yang menarik adalah mandiri, otonom, berkembang dari bawah,
membentuk karakter kekeluargaan dan dijalankan secara kekeluargaan, memiliki
pemberdayaan dari bawah/kontekstual. sinergi dan keseimbangan bisnis produktif-
Diperlukan penggalian lebih jauh konsep intermediasi-retail) menjadi tereduksi terlalu
kekeluargaan dan pemberdayaan koperasi jauh. Bila dirujuk pada konsep bisnis core
berbasis ekonomi rakyat. competencies, maka kondisi koperasi
sekarang telah kehilangan sense untuk
5.3. Sinergi Diakronis-Sinkronis: Menuju mengembangkan core competencies, dan
Konsep Pemberdayaan Koperasi hanya dapat mengembangkan core product
Dapat disimpulkan bahwa saja. Itupun yang disebut dengan produk
perkembangan koperasi awal sampai masa telah jauh tereduksi pada model intermediasi
kemerdekaan terlihat bahwa habitus dan retail saja. Sedangkan substansi dari
masyarakat Indonesia dalam core product yang lebih mengutamakan
mengembangkan (practice) koperasi (field) inovasi teknologi dan orientasi produk
didasarkan kepentingan pemberdayaan teralienasi secara gradual dan menurun.
(capital). Memang perkembangan awal Menjadi benar ungkapan Bourdieu
masih bertujuan untuk kepentingan bahwa setiap manusia dan realitas sosial
konsumtif dan kebutuhan modal anggotanya dipengaruhi oleh habitus. Ketika tesis Arif
(intermediasi). Hal ini dapat dilihat dari (1995) benar bahwa masyarakat Indonesia
koperasi di Purwokerto sampai dibentuknya WHODK WHUNRRSWDVL VHFDUD ³WXUXQ-WHPXUXQ´
koperasi oleh Boedi Oetomo, SI, NU, PNI, oleh budaya cultuurstelsel Belanda selama
dan lainnya. Meskipun koperasi intermediasi 350 tahun, maka menjadi logislah kita
seperti ini akhirnya tidak berjalan lama. semua masih senang didominasi oleh
Tetapi setelah berjalan sekitar 20 JHUDNDQ ³WDQDP SDNVD´ 1HROLEHUDO
tahun, gerakan koperasi mulai mengarah Cultuurstelsel telah menjadi habitus rakyat
kepentingan produktif. Misalnya gerakan Indonesia lewat doxa kapitalisme,
koperasi fenomenal Muhammadiyah Neoliberalisme Ekonomi. Ekonomi Rakyat
berkenaan produksi batik. Bahkan gerakan sebagai idealisme telah tergerus pula oleh
koperasi produktif sangat kuat dan bertahan doxa Neoliberalisme Ekonomi.
lebih lama dari gerakan intermediasi, karena Neoliberalisme Ekonomi bahkan telah
memiliki kemampuan beradaptasi. Inilah menjadi (dikatakan Bourdieu) sebagai
yang disebut oleh Prahalad dan Hamel symbolic violence, yaitu kejahatan simbolis
(1990) sebagai core competencies. Hanya dari doxa. Bentuk konkrit habitus
perbedaannya, kompetensi inti versi cultuurstelsel, mewujud dalam peran Usaha
Prahalad dan Hamel (1990) berorientasi Besar menjadi pusat kendali dari trickle
pada kepentingan individual, sedangkan down effect pada bursa efek, mega-industri
kompetensi inti koperasi Muhammadiyah sampai oligopoli pasar nasional. Sedangkan
lebih berorientasi pada karakter koperasi koperasi hanyalah menjadi tiang penopang
Indonesianis, yaitu kekeluargaan. ekonomi (dan sesungguhnya pula hanya

JOM FISIP Vol.3 No.2-Juni 2016 Page 12


sebagai pelengkap penderita) berbentuk dalam membangun jaringan koperasi (coop-
subordinasi bagi Usaha Besar. network) yang memadai, akibatnya banyak
Pesona statistik menurut Ismangil keuntungan-keuntungan ekonomis yang
dan Priono (2006) tentu tak bisa dijadikan terserap swasta dan BUMN.
patokan tunggal. Fakta memang Indikasi doxa dan symbolic violence
menyebutkan perkembangan koperasi di juga dapat muncul dari Visi Membangun
Indonesia secara kuantitatif terbilang paling Koperasi Berkualitas. Maka diingatkan oleh
pesat dibandingkan kebanyakan negara Sularso (2006) bahwa jika 70,000 koperasi
manapun di dunia. Jika di negara-negara berkualitas ingin diwujudkan, perlu
dengan tradisi berkoperasi yang telah dilakukan intervensi agar jumlah koperasi
mengakar kuat tak sedikit yang mengarah berkualitas terdongkrak mencapai jumlah
pada trend amalgamasi, situasi kontras yang dikehendaki. Intervensi dilakukan
terlihat di negeri ini. Mengacu pada data dengan memfasilitasi koperasi-koperasi
pertumbuhan kuantitatif koperasi Indonesia yang mempunyai potensi untuk
empat tahun terakhir, dari semula tercatat meningkatkan kualitasnya. Tetapi jika
118.644 unit (2002) meroket menjadi lebih intervensi tersebut tidak tersambut dengan
dari 123 ribu unit pada 2005 (Data potensi internal yang tumbuh, maka tidak
Kementerian Negara Koperasi dan UKM, akan bermanfaat dan akan merusak koperasi.
2006). Hanya dalam tempo tiga tahun tak Umumnya intervensi pemerintah
kurang 5.000 unit koperasi muncul bak mengandung bahaya, menjadikan koperasi
cendawan di musim hujan. Ini juga bisa tergantung dan kehilangan keswadayaan dan
diartikan bahwa animo masyarakat masih otonominya. Atau melakukan rekayasa
terus meningkat dari masyarakat untuk pernilaian dengan menurunkan kadar
menghidupkan perekonomian mereka kriterianya sehingga lebih banyak koperasi
melalui koperasi. yang bisa masuk kategori berkualitas.
Tetapi kenyataannya, kita, lanjut Intervensi pemerintah belum tentu dapat
Islamingi dan Priono (2006) juga harus menumbuhkan potensi internal koperasi dan
berlapang dada menerima kenyataan, bahwa rekayasa kriteria klasifikasi hanya akan
dibandingkan BUMN dan swasta, koperasi menghasilkan klasifikasi koperasi yang
belum memberikan kontribusi yang kualitasnya dibawah standar. Koperasi- nya
signifikan dalam perekonomian nasional. sendiri tidak bergerak untuk meningkatkan
Sumbangan yang sangat kecil terhadap kualitasnya.
produk domestik bruto (PDB) Lebih lanjut Sularso (2006)
memperlihatkan wajah lain dari menjelaskan umumnya pencapaian target
perkembangan koperasi di Indonesia. Belum pengembangan koperasi dilakukan dengan
suksesnya Indonesia dalam mengembangkan pendekatan formalistik, kurang
perekonomian di tingkat pedesaaan yang memperhatikan substansi koperasi
mengakibatkan tidak berkembangnya berkualitas. Untuk menghindari formalisme
ekonomi rakyat, merupakan akibat kurang dalam membangun koperasi berkualitas,
optimalnya pengembangan wadah koperasi seharusnya mempertimbangkan substansi
sebagai penopang perekonomian nasional. koperasi berkualitas, yaitu konsistensi
Koperasi masih diposisikan dalam zona sub terhadap nilai, prinsip dan tujuan koperasi,
sistem-bagian dari sistem-swasta dan konsistensi terhadap fungsi dan peran
BUMN, dengan kedudukan yang tidak koperasi, partisipasi anggota dan keputusan
sederajad. Karena berada dalam posisi sub demokratik, pengelolaan berdasar good
sistem, koperasi di Indonesia kurang optimal

JOM FISIP Vol.3 No.2-Juni 2016 Page 13


corporate governance, dan pertumbuhan Dalam penjelasannya disebutkan bahwa
berkelanjutan. bangun perekonomian yang sesuai dengan
Bahkan kecenderungan gerak azas kekeluargaan tersebut adalah koperasi.
koperasi sekarang juga kembali ke logika Di dalam pasal 33 UUd 1945 tersebut diatur
awal pergerakan koperasi di masa koperasi pula di samping koperasi, juga peranan
dikenalkan di Indonesia, fungsi intermediasi. daripada BUMN dan Swasta.
Hal ini terlihat dari makin menjamurnya Terjadinya agresi I dan II Belanda terhadap
Lembaga Keuangan Mikro dan Koperasi Indonesia serta pemberontakan PKI di
Simpan Pinjam. Perkembangan yang juga Madiun 1948 banyak merugikan gerakan
membesar juga bentuk Koperasi Serba koperasi. Tahun 1949 diterbitkan Peraturan
Usaha, yang bergerak di bidang retail. Perkoperasian. Peraturan ini dikeluarkan
Kebalikannya, koperasi produktif meskipun pada waktu Pemerintah Federal Belanda
secara sporadis banyak memiliki menguasai sebagian wilayah Indonesia yang
keanggotan, omzet dan aset besar, tetapi isinya hampir sama dengan Peraturan
kecenderungan terus menurun. Koperasi Staatsblad No. 91 tahun 1927,
dimana ketentuannya sudah kurang sesuai
Peraturan Perkoperasian 1933 ini dengan keadaan Indonesia sehingga tidak
diperuntukkan bagi orang-orang Eropa dan memberikan dampak berarti bagi
golongan Timur Asing. Dengan demikian di perkembangan koperasi.
Indonesia pada waktu itu berlaku 2 Kabinet Mohammad Natsir menjelaskan di
Peraturan Perkopersian, yakni Peraturan muka DPR berkaitan program
Perkoperasian tahun 1927 yang perekonomian. Untuk memperbaiki
diperuntukan bagi golongan Bumi Putera perekonomian-perekonomian rakyat Kabinet
dan PeraturanPerkoperasian tahun 1933 Wilopo antara lain mengajukan suatu
yang berlaku bagi golongan Eropa dan ³SURJUDP NRSHUDVL´ \DQJ WHUGLUL GDUL WLJD
Timur Asing. bagian, yaitu usaha untuk menciptakan
Perkembangan koperasi semenjak berdirinya suasana dan keadaan sebaik-baiknya bagi
Jawatan Koperasi tahun 1930 menunjukkan perkembangan gerakan koperasi; usaha
suatu tingkat perkembangan yang terus lanjutan dari perkembangan gerakan
meningkat. Jikalau pada tahun 1930 jumlah koperasi; mengurus perusahaan rakyat yang
koperasi 39 buah, maka pada tahun 1939 dapat diselenggarakan atas dasar koperasi.
jumlahnya menjadi 574 buah dengan jumlah Usaha tersebut dilanjutkan Kabinet Ali
anggota pada tahun 1930 sebanyak 7.848 Sastroamidjodjo
orang kemudian berkembang menjadi Di samping itu mewajibkan DKI membentuk
52.555 orang. Sedang kegiatannya dari 574 Lembaga Pendidikan Koperasi dan mendirikan
Sekolah Menengah Koperasi di Provinsi-provinsi.
koperasi tersebut diantaranya 423 kopersi Keputusan yang lain ialah penyampaian saran-saran
adalah koperasi yang bergerak dibidang kepada Pemerintah untuk segera diterbitkannya
simpan-pinjam sedangkan selebihnya adalah Undang-Undang Koperasi yang baru serta
koperasi jenis konsumsi ataupun produksi. mengangkat Bung Hatta sebagai Bapak Koperasi
Dari 423 koperasi simpan-pinjam tersebut Indonesia.
diantaranya 19 buah adalah koperasi Meskipun gerakan koperasi batik kemudian
lumbung. banyak mengalami kendala. Penjelasan yang
Pasal 33 UUD 1945 ayat 1 beserta mungkin adalah pemberdayaan koperasi
penjelasannya menyatakan bahwa ketika bertemu dengan kepentingan
perekonomian disusun sebagai usaha kapitalistik, maka gerakan koperasi menjadi
bersama berdasarkan azas kekeluargaan. melemah. Buktinya, gerakan koperasi batik
pernah mengalami kejayaan dan menggurita

JOM FISIP Vol.3 No.2-Juni 2016 Page 14


menjadi holding company, tetapi lupa pada parameter tersebut. Kedua, diperlukan
akar tradisi habitus perbatikan, yaitu pemacu bentuk koperasi secara seimbang.
kesejahteraan anggota secara luas dan Koperasi produktif perlu digalakkan,
empati sosial lingkungannya. sehingga kualitas, enterpreneurship,
kemandirian, jumlah dan keanggotaannya
6. SIMPULAN DAN REKOMENDASI memiliki keseimbangan dengan bentuk
Konsep kemandirian, kompetensi inti koperasi lain, seperti koperasi fungsional,
kekeluargaan dan sinergi produktif- koperasi retail maupun jasa (intermediasi).
intermediasi-retail merupakan substansi Bagi koperasi produktif lama perlu
pengembangan koperasi sesuai realitas kebijakan mendesak untuk pemberdayaan
masyarakat Indonesia yang unik. Meskipun agar tidak terjadi deklinasi usaha. Perlu juga
perkembangannya saat ini banyak tereduksi menumbuhkan pengusaha-pengusaha baru
intervensi kebijakan dan subordinasi usaha koperasi di bidang produktif, seperti
besar. Diperlukan kebijakan, regulasi, pertambangan, energi, industri, otomotif,
supporting movement (bukannya industri keperluan rumah tangga (sabun,
intervention movement), dan strategic sikat gigi, pasta gigi, shampoo, dll),
positioning (bukannya sub-ordinat teknologi pertanian, dll.
positioning) berkenaan menumbuhkan Agenda menengah. Beberapa tahun
kembali konsep kemandirian, kekeluargaan ke depan perlu merancang pemberdayaan
dan sinergi produktif-intermediasi-retail koperasi yang lebih mandiri. Artinya,
yang komprehensif. Paling penting adalah saatnya memikirkan lebih konkrit
menyeimbangkan kepentingan mekanisme yang menyentuh langsung pada
pemberdayaan ekononomi koperasi berbasis sektor riil. Beberapa hal dapat dilakukan,
pada sinergi produktif-intermediasi-retail pertama, menemukan formulasi mikro
sesuai Ekonomi Natural model Hatta. ekonomi untuk semua. Mekanisme gotong-
Sinergi produktif-intermediasi-retail harus royong bukan hanya sebagai bentuk
dijalankan dalam koridor kompetensi inti idealisme, tetapi perlu dielaborasi lebih jauh
kekeluargaan. Artinya, pengembangan sebagai inti pendekatan mikro yang
keunggulan perusahaan berkenaan inovasi berdampak pada ekonomi makro. Kedua,
teknologi dan produk harus dilandasi pada menemukan dari bawah mekanisme
prinsip kekeluargaan. Individualitas anggota berdagang, berinvestasi, produksi dan
koperasi diperlukan tetapi, soliditas melakukan pemasaran bagi ekonomi rakyat
organisasi hanya bisa dijalankan ketika secara luas dan berkeadilan. Ketiga,
interaksi kekeluargaan dikedepankan. mengembangkan akhlak bisnis ekonomi
Agenda mendesak. Pertama, rakyat berbasis kekeluargaan ala Indonesia.
menemukan bentuk konkrit kompetensi inti Keempat, menggali dan mengangkat
kekeluargaan. Sebagai komparasi mungkin kearifan lokal dalam berekonomi.
diperlukan parameter usulan Prahalad dan Konsekuensinya adalah menelusuri
Hamel (1990) untuk mengidentifikasi mekanisme manajemen, administrasi dan
kompetensi inti kekeluargaan versi koperasi. keuangan/akuntansi ekonomi rakyat sesuai
Kompetensi inti memang berasal dari realitas Ke-Indonesia-an. Kelima,
sumber daya dan kemampuan organisasi, mensinergikan mikro dan makro ekonomi
namun tidak semua sumber daya dan atas dasar kepentingan ekonomi, sosial,
kemampuan merupakan kompetensi inti. lingkungan untuk semua
Meskipun tidak menutup kemungkinan Agenda jangka panjang.
adanya perluasan (ekstensi) model tiga Kenyataan program-program bersifat

JOM FISIP Vol.3 No.2-Juni 2016 Page 15


pembiayaan, akses perbankan, aspek kepentingan ekonomi masyarakat Indonesia.
teknologi dan segala hal tersebut masih Kemakmuran ekonomi masyarakat bukan
berkaitan dengan materi; pemberdayaan, hanya perwujudan pasal 33 UUD 1945.
profesionalisme, pelatihan, kemitraan, pasar Pasal 33 hanyalah salah satu bagian dari
bersama dan lain sebagainya masih seluruh kehendak rakyat Indonesia yang
berkaitan dengan anthropocentric oriented. holistik yaitu menginginkan kesejahteraan
Demikian pula perjuangan ekonomi sosial, ekonomi, politik, budaya, lahir dan
kerakyatan berbasis sosial, berbasis batin, serta mewujudkan harkat martabat
masyarakat Indonesia, perluasan bentuk manusia berke-Tuhan-an. Keluar dari
demokrasi ekonomi semua juga tidak lepas Materialisme Ekonomi versi Amerika juga
dari nuansa sosialisme model baru yang juga seharusnya tidak serta merta menyetujui
tetap berpola materialism and antitesisnya seperti Marxisme, atau yang
anthropocentric oriented. OHELK ³soft´ PLVDOQ\D JHUDNDQ 0DWHULDOLVPH
Atau lebih jauh dari itu semua, Sosialis maupun Sosialisme Baru. Menjadi
apakah prioritas pemberdayaan dan EHQDUODK SHVDQ +26 7MRNURDPLQRWR ³NHOXDU
penguatan ekonomi rakyat bukan hanya dari kapitalisme menuju sosialisme tidaklah
³PDWHULDOLVP DQG DQWKURSRFHQWULF berguna, karena keduanya masih
RULHQWHG´" Bila kita angkat pada hal yang menuhankan benda. Ekonomi yang benar
lebih normatif, bentuk pemberdayaan adalah ekonomi untuk rakyat, ekonomi
terbatas pada materialitas, kepentingan ego berorientasi kebersamaan, bermoral,
manusia, baik pribadi maupun kelompok memiliki tanggung jawab sosial dan paling
mungkin tidak layak lagi dikumandangkan. SHQWLQJ WDQJJXQJMDZDE SDGD 7XKDQ ´
Pemberdayaan holistik baik materialitas, Tetapi, religiusitas ekonomi rakyat bukanlah
egoisme diri, sosial harus dikembangkan dan religiusitas gaya spiritual company yang
diperluas lebih jauh. Bahkan harusnya juga menggunakan spiritualitas untuk
melampaui itu semua (Mulawarman 2007). kepentingan keuntungan ekonomi atau
Ditegaskan Mulawarman (2007) apapunlah. Ekonomi rakyat haruslah utuh
bahwa Pasal 33 UUD 1945 tidak dapat dan kokoh bersandar pada kepentingan
dibaca hanya sebagai salah satu penggalan jangka panjang, Jalan Tuhan. Insya Allah.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin Sitio & Holomoan Tamba. 2001. ³.RSHUDVL 7HRUL 'DQ 3UDNWHN´. Jakarta: Erlangga.
%DPEDQJ 5L\DQWR ³Dasar-GDVDU 3HPEHODQMDDQ 3HUXVDKDDQ´ (GLVL .HHPSDW´ <RJ\DNDUWD
Yayasan Badan Penerbit Gadjah Mada.
Husein Umar. 2007. ³0HWRGH 3HQHOLWLDQ 8QWXN 6NULSVL 'DQ 7HVLV %LVQLV´ Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
-RQDWKDQ 6DUZRQR ´7HRUL GDQ 3UDNWLN 5LVHW 3HPDVDUDQ GHQJDQ 6366´. Yoyakarta: ANDI
OFFSET.
Mudjarad Kuncoro. 2001. ³0HWRGH .XDQWLWDWLI 7HRUL 'DQ $SOLNDVL 8QWXN %LVQLV 'DQ (NRQRPL (GLVL
3HUWDPD´ Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
M. Nazir. 2005. ³0HWRGH 3HQHOLWLDQ´. Bogor: Ghalia Indonesia.
6HODPHW 0XQDZLU ´Analisa Laporan Keuangan´ <RJ\DNDUWD /LEHUW\
6XJL\RQR ´Metode Penelitian Bisnis´ %DQGXQJ $OIDEHWD
6XJL\RQR ´Statistika untuk Penelitian´ %DQGXQJ $OIDEHWD

JOM FISIP Vol.3 No.2-Juni 2016 Page 16


6XJL\RQR ´Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D ´
Bandung: Alfabeta.
Weston J Fred, Thomas E Copeland. 1997. ³0DQDQMHPHQ .HXDQJDQ´. Jakarta: Binarupa Aksara.

JOM FISIP Vol.3 No.2-Juni 2016 Page 17

You might also like