Professional Documents
Culture Documents
Pendidikan Dasar Sembilan Tahun Di Kabupaten Serang
Pendidikan Dasar Sembilan Tahun Di Kabupaten Serang
Journal of Indonesian Public Administration and Governance Studies (JIPAGS) e-issn: 2549-1431
JIPAGS, Volume 2 Nomor 2 Juli 2018, 323-347
Abstract
Education is the most important aspect in nation building. Quality human resources will only
be realized from quality education. Education distribution strategy should get main priority because
in reality there are still children in Serang District who dropped out of school or did not continue
their education, especially in elementary education level. The government's step in dealing with the
problem of dropping out of school in Serang Regency with the promulgation of the compulsory 9-year
basic education should be continued. Because in the implementation there are still some inhibiting
factors, such as, the state of the economy, the circumstances of social and cultural environment,
facilities of education and community participation. This study aims to determine the constraints
faced, how the socialization, and what kind of characteristics of school drop outs. This research uses
qualitative approach and descriptive by using Partisipatory Action Reseach (PAR) method. The
presence of researchers in this study as the main instrument in collecting data until the reporting
stage of the results. Source of data used in this research is primary data source, FGD, interview and
narrative. The Researcher becomes the key informant and supporting informant chosen purposively.
The results of the research formulation of the problem shows that there are obstacles faced by the
Government of Serang Regency in the success of wajardikdas program, such as: Demographic-
Economy, Culture, Human Resources, Budget Limitations, Monitoring and Evaluation, Validity Data
obtained and lack of socialization, Understanding of the characteristics of school drop outs.
323
JIPAGS, Volume 2 Nomor 2 Juli 2018, 323-347
324
JIPAGS, Volume 2 Nomor 2 Juli 2018, 323-347
325
JIPAGS, Volume 2 Nomor 2 Juli 2018, 323-347
326
JIPAGS, Volume 2 Nomor 2 Juli 2018, 323-347
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara manusia yang berilmu, cakap dan kreatif,
yang demokrasi serta bertanggung jawab. terampil dan memiliki keahlian yang
Dalam rangka memperluas profesional. Untuk mencapai tingkat
kesempatan pendidikan bagi seluruh warga keberhasilan pendidikan, banyak hal yang
negara dan juga dalam upaya perlu dipenuhi seperti: infrastruktur, mutu,
meningkatkan kualitas sumber daya manajemen, kepemimpinan, biaya, dan
manusia Indonesia, Pemerintah melalui PP sistem pendidikan. Selain hal tersebut,
No. 28/1990 tentang Pendidikan Dasar khusus untuk Negara Indonesia, budaya,
menetapkan Program Wajib Belajar disparitas ekonomi, kondisi geografis, dan
Pendidikan Dasar 9 Tahun. Orientasi dan perilaku budaya lokal merupakan salah
prioritas kebijakan tersebut, antara lain: (1) satu faktor kendala dalam penyelenggaraan
penuntasan anak usia 7-12 tahun untuk pendidikan di daerah.
Sekolah Dasar (SD), (2) penuntasan anak Menurut penulis, Keberhasilan
usia 13-15 tahun untuk SLTP, dan (3) implementasi kebijakan pendidikan dasar
pendidikan untuk semua (education for sembilan tahun di Kabupaten Serang bisa
all). dilihat dari beberapa faktor. Pertama:
Program Wajib Belajar Pendidikan angka partisipai murni. Kedua, angka
Dasar 9 Tahun diharapkan mampu siswa yang putus sekolah. Ketiga indek
mengantarkan manusia Indonesia pada pembangunan manusia. Fakta dilapangan
pemilikan kompetensi pendidikan dasar, menunjukan bahwa Angka Partisipasi
sebagai kompetensi minimal. Kompetensi Murni di Kabupaten Serang, khususnya
Pendidikan Dasar yang dimaksudkan, untuk jenjang pendidikan anak Sekolah
mengacu pada kompetensi yang termuat Dasar anak usia 7-12 tahun dari jumlah
dalam Pasal 13 UU No. 2/1989 yaitu 182.071 orang adalah 99,98% dan ada
kemampuan atau pengetahuan dan sekitar 3.641 orang (0,2%) angka yang
keterampilan dasar yang diperlukan untuk putus sekolah. Sedang Angka Partisipasi
hidup dalam masyarakat serta untuk Murni usia 13-15 dari jumlah 59.310 orang
mengikuti pendidikan yang lebih tinggi adalah 90.85%, dan ada sekitar 5.426
(pendidikan menengah). orang (9,15%) angka yang putus sekolah
Keberhasilan penyelenggaraan (BPS Kab. Serang 2016). Adapun Indeks
pendidikan pada suatu negara Pembangunan Manusia di Kabupaten
mencerminkan negara tersebut maju Serang 64.61% (sumber BPS Provinsi
karena cukup tersedianya sumberdaya Banten 2016).
327
JIPAGS, Volume 2 Nomor 2 Juli 2018, 323-347
328
JIPAGS, Volume 2 Nomor 2 Juli 2018, 323-347
329
JIPAGS, Volume 2 Nomor 2 Juli 2018, 323-347
330
JIPAGS, Volume 2 Nomor 2 Juli 2018, 323-347
331
JIPAGS, Volume 2 Nomor 2 Juli 2018, 323-347
332
JIPAGS, Volume 2 Nomor 2 Juli 2018, 323-347
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu b. Menentukan pihak yang terlibat
sumber data primer, FGD, wawancara dan (stakeholders)
narrative. c. Merumuskan kemungkinan
Adapun yang menjadi keberhasilan dan kegagalan
Subyek/informan dalam penelitian ini program yang direncanakan
diantaranya adalah, Kabid SD/SMP (Dinas d. Mencari jalan keluar apabila
Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten terdapat kendala yang menghalangi
Serang), Dewan Pendidikan Kabupaten keberhasilan program
Serang (praktisi pendidikan), Masyarakat 5. Melakukan aksi perubahan
(Komite Sekolah), anak putus sekolah, a. Memberikan pemahaman kepada
Asosiasi Kepala Sekolah, DPRD Kab. masyarakat akan pentingnya
Serang dan UPTD Pendidikan. pendidikan
b. Mendata jumlah anak usia 7-15
Prosedur Penelitian PAR tahun untuk mendapatkan pelayan
1. Pemetaan Awal pendidikan
a. Melakukan wawancara (interview) c. Mengusulkan pogram kepada
b. Fokus Group Diskusi (FGD) pemerintah untuk memberikan
c. Mencari Sumber atau data yang beasiswa kepada anak usia 7-15
dibutuhkan tahun yang putus sekolah
2. Membangun hubungan dengan d. Mengusulkan kepada pemerintah
staikholder dan Masyarakat untuk mengeluarkan sebuah
a. Menyatu dengan masyarakat peraturan daerah (Perda/Perbup)
b. Belajar memahami masalah yang yang khusus menyangkut wajib
ada di tengah masyarakat belajar sembilan tahun
c. Memecahkan persoalan bersama- 6. Melakukan evaluasi dan refleksi
sama a. Program Wajardikdas sembilan
3. Pemetaan partisipatif tahun harus diawasi terus menerus
a. Melakukan pemetaan wilayah agar Program Wajardikdas
b. Mengorganisir persoalan yang sembilan tahun menjadi lebih baik
dialami masyarakat dalam b. Stakeholder yang terkait harus
pendidikan melakukan evaluasi yang
4. Menyusun strategi gerakan komprehensive
a. Menentukan langkah sistematik
333
JIPAGS, Volume 2 Nomor 2 Juli 2018, 323-347
334
JIPAGS, Volume 2 Nomor 2 Juli 2018, 323-347
335
JIPAGS, Volume 2 Nomor 2 Juli 2018, 323-347
336
JIPAGS, Volume 2 Nomor 2 Juli 2018, 323-347
337
JIPAGS, Volume 2 Nomor 2 Juli 2018, 323-347
338
JIPAGS, Volume 2 Nomor 2 Juli 2018, 323-347
339
JIPAGS, Volume 2 Nomor 2 Juli 2018, 323-347
340
JIPAGS, Volume 2 Nomor 2 Juli 2018, 323-347
341
JIPAGS, Volume 2 Nomor 2 Juli 2018, 323-347
mereka dalam usia sekolah sehingga ini siswa-siswa disekolah, dan melaporkan
juga menghambat keberhasilan program kondisi terbaru dari siswa-siwanya,
wajib belajar 9 tahun. maupun komite sekolah yang mewakili
Selain itu, peran komite sekolah orang tua dan masyarakat setempat, dan
kurang optimal, karena Komite Sekolah komite sekolah harusnya bisa dijadikan
yang selama ini diharapkan sebagai ujung tombak dalam proses sosisalisasi
‘government watchdog’ menjadi program ini, karena mereka adalah pihak
cenderung disfungtif saat keterbatasan atau yang berhubungan langsung dengan
bisa dikatan tidak adanya otoritas masyarakat, mereka adalah suara dan
mengambil keputusan semakin aspirasi masyarakat, sehingga dengan
mengecilkan peran Komite. Representasi mengoptimalkan peran komite sekolah
Komite Sekolah terlihat memahami jelas dalam sosialisasi program ini, diharapkan
permasalahan actual-faktual polemik putus kedepan program wajardikdas sembilan
sekolah, namun sebagai ‘mediator’ suara tahun di Kabupaten Serang bisa lebih
(voice) perwakilan warga pelajar, fungsi optimal.
mediasi tidak terbentuk sebagaimana
mestinya. Penyampaian paparan Komite F. KESIMPULAN DAN SARAN
menduduki peringkat kedua setelah Kesimpulan
referensi data berupa angka-angka hasil Implementasi kebijakan wajib belajar
monitoring dan atau koordinasi antar pendidikan dasar sembilan tahun di
SKPD seperti data Litbang Bappeda serta Kabupaten Serang, secara keseluruhan
BPS. belum optimal, dikarenakan ada beberapa
Sebagaimana yang diakui oleh Dinas permasalahan yang dihadapi diantaranya:
Pendikan dan Kebudayaan Kabupaten, 1. Kendala Yang Dihadapi Pemeritah
proses sosialisasi wajib belajar 9 tahun Kabupaten Serang Dalam Mendukung
telah dilakukan oleh Dinas Pendidikan dan Kebijakan Wajib Belajar 9 Tahun,
Kebudayaan Kabupaten Serang dengan yaitu:
melibatkan pemangku-pemangku a. Demografis-Ekonomi Kabupaten
pendidikan, baik itu kepala sekolah yang Serang menciptakan kondisi
terlibat langsung dilapangan, yang tahu eksternal pembatas antara Sekolah-
kondisi siswa dan masyarakat sekolahnya, Dindik-masyarakat, dalam artian
yang sering berkoordinasi dengan Dinas kondisi demografis ekonomi lebih
Pendidikan dan Kebudayaan mengenai mendorong budaya cepat kerja.
342
JIPAGS, Volume 2 Nomor 2 Juli 2018, 323-347
343
JIPAGS, Volume 2 Nomor 2 Juli 2018, 323-347
344
JIPAGS, Volume 2 Nomor 2 Juli 2018, 323-347
345
JIPAGS, Volume 2 Nomor 2 Juli 2018, 323-347
346
JIPAGS, Volume 2 Nomor 2 Juli 2018, 323-347
347